Pulpitis
Pulpitis
Dosen Pembimbing
drg. Nuryati Windarti
Oleh :
Nailil Khilmah
01.208.5728
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Nama / NIM
Universitas
Fakultas
: Kedokteran Umum
Diajukan
: 23 Desember 2013
Periode Kepaniteraan
Bagian
Pembimbing
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Pulpa adalah suatu rongga di bawah lapisan dentin. Pulpa gigi banyak memiliki
kemiripan dengan jaringan ikat lain pada tubuh manusia, namun ia memiliki
karakteristik yang unik. Di dalam pulpa terdapat berbagai elemen jaringan seperti
pembuluh darah, persyarafan, serabut jaringan ikat, dan sel-sel seperti fibroblast,
odontoblast dan sel imun.
Kerusakan ataupun hilangnya jaringan keras gigi diikuti masuknya iritan ke
bagian pulpa mengakibatkan peradangan pada pulpa. Walton mengklasifikasikan
keradangan pada pulpa terdiri dari pulpitis reversibel, pulpitis irreversibel, degeneratif
pulpa dan nekrosis pulpa.
Terjadinya inflamasi pada pulpa diikuti dengan rasa nyeri. Menurut
International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan
pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat
terkait dengan kerusakan jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Karena nyeri sangat bersifat subjektif, dalam mendiagnosis penyakit pulpa
diperlukan pemerikasaan objektif (tes klinis) untuk menegakkan diagnosis.
3
Pemeriksaan radiografi juga sangat penting untuk melihat kondisi pulpa dan jaringan
periodontalnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Pulpitis
Menurut Henry H. Burchard (2009), pulpitis adalah fenomena peradangan dalam
jaringan pulpa. Pulpitis merupakan peradangan pulpa, kelanjutan dari hiperemi pulpa,
yaitu bakteri yang telah menggerogoti jaringan pulpa.
Peradangan merupakan reaksi jaringan ikat vaskuler yang sangat penting terhadap
cedera. Reaksi pulpa sebagian disebabkan oleh lama dan intensitas rangsangnya.
Rangsang yang ringan dan lama bisa menyebabkan peradangan kronik, sedangkan
rangsang yang berat dan tiba-tiba besar kemungkinan mengakibatkan pulpitis akut
(Walton dan Torabinejad, 2003).
Etiologi Pulpitis
Sebab-sebab dari penyakit pulpa adalah sebagai berikut.
1. Fisis
a. Mekanis
Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau
pemakaian patologik gigi. Injuri traumatic dapat disertai atau tidak disertai
dengan fraktur mahkota atau akar. Injuri traumatik pulpa dapat disebabkan
karena adanya pukulan keras pada gigi, baik sewaktu olah raga, kecelakaan,
atau ketika perkelahian. Selain itu, injuri traumatic pulpa juga dapat
disebabkan oleh prosedur kedokteran gigi. Misalnya, terbukanya pulpa
secara tidak sengaja ketika ekskavasi struktur gigi yang terkena karies. Pulpa
juga dapat terbuka atau hampir terbuka oleh pemakaian patologik gigi, baik
abrasi maupun atrisi bila dentin sekunder tidak cukup cepat ditumpuk.
b. Termal
Penyebab termal injuri pulpa adalah panas yang didapat karena preparasi
kavitas, dan konduksi panas dari tumpatan. Panas karena preparasi kavitas
merupakan panas yang ditimbulkan oleh bur ketika sedang mempreparasi
kavitas. Ketika menggunakan bur, sebaiknya gunakan pendingin agar injuri
pulpa dapat dihindari. Bukti menunjukkan bahwa kerusakan pulpa lebih
cepat disembuhkan bila preparasi kavitas dilakukan dibawah semprotan air.
Konduksi panas dari tumpatan dihasilkan dari tumpatan metalik. Tumpatan
metalik yang dekat pada pulpa tanpa suatu dasar semen perantara dapat
menyalurkan secara cepat perubahan panas ke pulpa dan mungkin dapat
merusak pulpa tersebut.
2. Kimiawi
Aplikasi suatu pembersih kavitas pada lapisan dentin yang tipis dapat
menyebabkan inflamasi pulpa. Pada suatu studi, pembersih kavitas seperti asam
sitrat menyebabkan respon radang yang sangat dalam yang secara berangsurangsur berkurang dalam kira-kira satu bulan. Erosi yang lambat dan progresif
pada permukaan labial atau fasial leher gigi akhirnya dapat mengiritasi pulpa
dan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
3. Bakterial
Penyebab paling umum injuri pulpa adalah bakteri. Bakteri atau produkproduknya mungkin masuk ke dalam pulpa melalui suatu keretakan di dentin,
baik dari karies maupun terbukanya pulpa karena kecelakaan, dari perluasan
infeksi dari gusi atau melalui peredaran darah.
Klasifikasi Pulipitis
Menurut Tarigan (2009), klasifikasi pulpitis adalah sebagai berikut.
Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis akut serosa
Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenali lagi, tetapi sel-selnya
masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa parsialis
yang hanya mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja dan pulpitis
akut serosa totalis jika telah mengenai saluran akar.
2. Pulpitis akut fibrinosa
Banyak ditemukan fibrinogen pada pulpa.
3. Pulpitis akut hemoragi
Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.
4. Pulpitis akut purulenta
Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang
berangsur
berubah
menjadi
1. Pulpitis Simtomatis
Pulpitis ini merupakan respons peradangan dari jaringan pulpa terhadap
iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul karena
adanya peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar antara ringan
sampai sangat hebat dengan intensitas yang tinggi, terus menerus, atau
berdenyut.
2. Pulpitis Asimtomatis
Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan
dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan disini.
Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan tekanan
intrapulpa.
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas:
1. Pulpitis reversible
Yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan
ortodonti. Yang termasuk pulpitis reversibel adalah:
a. Peradangan pulpa stadium transisi
b. Atrofi pulpa
c. Pulpitis akut
2. Pulpitis ireversibel
Yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi
gigi masih dapat dipertahankan di rongga mulut setelah perawatan endodontic
dilakukan. Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah:
a. Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
b. Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
c. Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
d. Pulpitis kronis radikulairs dengan nekrosis
e. Pulpitis kronis eksaserbasi akut
Patogenesis Pulpitis
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau seluruhnya, dan
pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi karena adanya jejas
7
yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas tersebut dapat berupa
kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga karena faktor fisik dan kimia
(tanpa adanya kuman).
Kebanyakan inflamasi pulpa disebabkan oleh kuman dan merupakan kelanjutan
proses karies, dimana karies ini proses kerusakannya terhadap gigi dapat bersifat
local dan agresif. Apabila lapisan luar gigi atau enamel tertutup oleh sisa makanan,
dalam waktu yang lama akan menjadi kuman sehingga terjadinya kerusakan di daerah
enamel yang akan terus berjalan mengenai dentin hingga pulpa.
Ada tiga bentuk pertahanan dalam menaggulangi proses karies, yaitu :
Penurunan permeabilitas dentin.
Pembentukan dentin reparatif.
Reaksi inflamasi secara respons immunologik.
Apabila pertahanan ini tidak dapat mengatasi, maka terjadilah radang pulpa (pulpitis).
Radang merupakan reaksi perthanan tubuh dari pembuluh darah, saraf dan cairan sel
di jaringan yang mngalami trauma.
Diagnosis Pulpitis
Diagnosis berdasarkan suatu studi mengenai gejala pasien dan berdasarkan tes
klinis. Rasa sakitnya tajam,berlangsung beberapa detik,dan umumnya berhenti
bila stimulusnya dihilangkan. Dingin,manis,atau asam biasanya menyebabkan
rasa sakit. Rasa sakit dapat menjadi kronis. Meskipun masing-masing paroksisme
(serangan hebat) mungkin berlangsung sebentar,paroksisme dapat berlanjut
berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Pulpa dapat sembuh sama
sekali,atau rasa sakit tiap kali dapat berlangsung lebih lama dan interval
keringanan dapat menjadi lebih pendek sampai akhirnya pulpa mati.
a. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Intra oral
8
instrument
Arah vertikal/ horizontal (bukal/ lingual/ oklusal).
Dimulai dari gigi sehat ke gigi yang sakit agar penderita dapat
10
saraf gigi. Terapi endodontics dilakukan bila keadaan gigi masih baik, dan
kerusakannya belum terlalu luas, sehingga gigi masih bias dipertahankan.
Prognosis
Prognosis untuk pulpa adalah baik bila iritan diambil cukup dini,kalau tidak
kondisinya dapat berkembang menjadi pulpitis ireversibel.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
a. Nama
: Ny. E.K
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. Umur
: 36 tahun
11
d. Alamat
e. No.CM
: 27.29.27
f. Tanggal diperiksa
: 18 Februari 2012
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat jantung
: disangkal
Riwayat gigi
Riwayat lain
: disangkal
12
Pasien tinggal bersama suami dan kedua anaknya dan bekerja sebagai
karyawan swasta. Biaya pengobatan ditanggung pribadi.
III.PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Keadaan Gizi
: Baik
Derajat Sakit
: Ringan
2. Status present
Tensi
: 120/70 mmHg
3. Extra oral
Asimetris muka
: (-)
Tanda tanda radang : Calor - , Rubor - , Dolor - , Tumor - , Fungsiolesa Tepi rahang
Fluktuasi
Pingpong phenomena
Trismus
13
4. Intra oral
a) Gigi
b) Gingiva
c) Mukosa
d) Lidah
e) Palatum
5. Status lokalis
Nomenklatur Sigmondy :
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1
1 2 3 4 5 6 7 8
Inspeksi
Sondase
Perkusi
: sakit (+)
Tekanan
: sakit (+)
Palpasi
: (-)
Thermal test
: (+)
IX. TERAPI
Medikamentosa :
Asam Mefenamat 500 mg 3 dd 1
Clindamycin 300 mg 3 dd 1
Program Ekstraksi
X. KOMPLIKASI
-
Periodontitis
XI. PROGNOSIS
Baik
XII. SUMMARY
Seorang perempuan berumur 36 tahun datang dengan keluhan gigi
geraham kiri bawah sakit sejak 2 bulan yang lalu. Sakitnya cekot-cekot,
15
timbul spontan terutama pada malam hari sehingga mengganggu tidur. Pasien
mengeluhkan gigi geraham kiri bawahnya juga berlubang. Saat pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 120/70 mmHg dan pemeriksaan fisik inspeksi
terlihat karies gigi, perkusi (-), sondase (+), tekanan (+), palpasi (-), thermal
test (+).
XIII. RUJUKAN
Pasien dirujuk ke dokter gigi dan direkomendasikan untuk dilakukan program
Ekstraksi.
Daftar Pustaka
Burchard, H. H. 2009. A Text-book Of Dental Pathology and Therapeutics, for
Studentsand Practitioners. Michigan: Lea brothers & co.
Grosmman et al.1995. Ilmu Edodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rajendran R. and Sivapathasundaram B. 2009. Shafers Text-book Of Oral
Pathology 6 thn Ed. New Delhi: Elsevier.
Tarigan R. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Edodonti). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Walton R. E. dan Torabijad M. 2003. Prinsip dan Praktik Ilmu Edodonsia.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
16