OLEH:
OGI KURNIAWAN
G99131008
BAB I
STATUS PENDERITA
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. G
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
Nama Ayah
: Tn. S
Pekerjaan Ayah
: Swasta
Nama Ibu
: Ny. Y
Pekerjaan Ibu
: IRT
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Mencret
B. Riwayat Penyakit Sekarang
5 jam SMRS penderita mencret, 10 kali, setiap mencret volume
sedikit-sedikit, warna merah hijau, lendir (+), darah (+). 1 hari SMRS,
penderita panas tinggi, tidak turun sampai sekarang. Diberi obat penurun
panas, panas tidak turun. BAK terakhir jam 17.00, warna kuning, hanya
sedikit. Nafsu makan menurun, minum sedikit.Sebelum mencret
penderita makan seperti biasa, tidak makan jajanan dari luar.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
-
: (-)
Riwayat mondok
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
G. Status imunisasi
Jenis
BCG
I
2 bulan
II
-
III
-
IV
-
DPT
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Polio
2 bulan
3 bulan
4 bulan
7 bulan
Campak
9 bulan
Hepatitis B
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Mulai Senyum
: 3 bulan
Mulai Miring
: 4 bulan
Mulai Tengkurap
: 5 bulan
Mulai Duduk
: 6 bulan
Gigi keluar
: 8 bulan
Berdiri
: 9 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Susu buatan merek Bebelac & Lactogen I & II diberikan sejak umur 3
bulan, sampai 2 bulan yang lalu, 2 bulan yang lalu ganti susu bendera.
Frekuensi 6 kali per hari, takaran 1 gelas.
Buah diberi pisang, jeruk, papaya sejak usia 6 bulan, frekuensi 3-4 x
tiap minggu.
Bubur susu yang diberikan merk SUN, sejak umur 4 bulan, frekuensi
3x/hari.
Lauk + pauk jenis tahu, tempe, telur, daging sejak umur 8 bulan.
2
J. Pemeliharaan kehamilan
Periksa di
: Bidan
Penyakitkehamilan
: flu
bebas.
K. Riwayat kelahiran
Lahir di RS ditolong dokter umur kehamilan 9 bulan, partus spontan,
menangis kuat segera sesudah lahir, BBL 3500 gram, PB saat lahir 45 cm.
L. Riwayat post natal
Periksa di bidan sejak lahir, frekuensi tiap bulan.
III.
PEMERIKSAAN
A. Keadaan Umum
: lemah
Derajat kesadaran
: somnolen
Status gizi
: gizi baik
B. Vital sign
Tekanan darah
: 150/85 mmHg
Nadi
Respirasi
: 28 x/menit.
Suhu
: 39,90C
BB
: 19 kg
TB
: 114 cm
C. Kulit
Sawo matang, kelembaban baik
D. Kepala
Bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut, sembab muka (-)
E. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cowong (+/+), air mata
(-/-)
F. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa basah (-), lidah kotor (-), tremor (-), tepi
hiperemis (-)
H. Telinga
Daun telinga dalam batas normal, kanalis auricularis lapang, tragus pain
(-), dischange (-)
I. Tenggorok
Tonsil = T1-T1, Faring hiperemis (-)
J. Leher
Bentuk normocolli, limfonodi cervicalis tidak membesar, trakea di tengah
K. Thorax
Pulmo
L. Abdomen
Inspeksi
: timpani (+)
Palpasi
: supel, nyeri tekan s.d.e, hepar dan lien tida kteraba, turgor
menurun
M. Genital
Phymosis (-), Hidrocelle (-)
Anus : tenesmus (+)
N. Extremitas
Akral dingin
edema
: 13,6 g/dl
Hct
: 44,0 %
AT: 529.103 UL
AL
: 16,3.103 UL
Gol darah : O
GDS
: 132
Ur
: 42
Cr
: 1,3
:T
: 150/85
RR : 28 x/menit
N
Suhu : 39.9 C
Mata
Mulut
Abdomen
: tugor menurun
Lab feces
Kultur
VI.DIAGNOSA KERJA
Diare akut dengan dehidrasi berat e/c Shigella shigae
VII. PENATALAKSANAAN
1. Monitoring :
- Keadaan Umum & Vital Sign
- Balance Cairan / 8 jam
2. Terapi
5
Resep
R/ Inf. RLcc 500 flab
No. III
No. I
No. I
S imm
R/ Paracetamol syr
No. I
No. X
S ad libitum
R/ Zink mg 20/ 5cc
Fla syr ad cc 60
S1 dd cth I
R/ Cotrimoxazole suspensi
No.I
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. 1,2 .
Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung
kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari
14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare
yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare infeksi dapat disebabkan Virus,
Bakteri, dan Parasit.3
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.4,5
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi
masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah
kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan 1
dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.
Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan
waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter
jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan
Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC).
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta
penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap
tahunnya di banding di negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3
kali setiap tahun.6
Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang
kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar,
Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari 1995 s/d 2001 penyebab
terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp,
V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01,
dan Salmonella paratyphi A.7
B. PATOFISIOLOGI1,3,9,10
11
2. Manifestasi Klinis8,14,15
Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau
demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.
Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis
yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan
yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi
berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang
merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan
gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonas, perbandingan bikarbonas berkurang, yang
mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat
pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul).
Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH
dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak
dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess
sangat negatif.
12
rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali yang tidak
dapat minum atau yang terkena diare hebat yang memerlukan hidrasi intavena
yang membahayakan jiwa.17 Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari
3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan
20 g glukosa per liter air.2,4 Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam
paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air. Jika
sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat
dengan menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2
4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan
untuk mengganti kalium.. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak
mungkin sejak mereka merasa haus pertama kalinya.3 Jika terapi intra vena
diperlukan, cairan normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer
harus diberikan dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia
darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan
tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan.
Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin.
Jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang
keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan
memakai cara : dikutip dari 8 .
Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis yang diberi penilaian/skor (tabel 1)
Tabel 1. Skor Daldiyonodikutip dari 8
- rasa haus/muntah
- Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg
- Tekanan darah sistolik < 60 mmHg
- Frekwensi Nadi> 120 x/menit
- kesadaran apatis
- Kesadaran somnolen, sopor atau koma
- Frekwensi nafas > 30 x/menit
- Facies cholerica
-Voxcholerica
- Turgor kulit menurun
- Washers womans hand
- Ekstremitas dingin
-Sianosis
- Umur 50-60 tahun
- Umur> 60 tahun
1
1
2
1
1
2
1
2
2
1
1
1
2
-1
-2
14
15
16
meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare, tetapi
penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi. Mekanisme
dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain Barre tetap belum diketahui.
Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
Campylobakter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.1
F. PROGNOSIS
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat
baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan
penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut
usia. Di Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan
dengan sindrom uremik hemolitik.1
G. PENCEGAHAN1,3,13,16
Karena penularan diare menyebar melalui jalur fekal-oral, penularannya
dapat dicegah dengan menjaga higiene pribadi yang baik. Ini termasuk sering
mencuci tangan setelah keluar dari toilet dan khususnya selama mengolah
makanan. Kotoran manusia harus diasingkan dari daerah pemukiman, dan hewan
ternak harus terjaga dari kotoran manusia.
Karena makanan dan air merupakan penularan yang utama, ini harus diberikan
perhatian khusus. Minum air, air yang digunakan untuk membersihkan makanan,
atau air yang digunakan untuk memasak harus disaring dan diklorinasi. Jika ada
kecurigaan tentang
DAFTAR PUSTAKA
1. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. New York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.
2. Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS, et al. Practice Guidelines for the
Management of Infectious Diarrhea. Clinical Infectious Diseases
2001;32:331-51.
3. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell
JH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd
edition. New York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.
4. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Mentri Kesehatan Republik
Indonesia. Available from : http://www.depkes.go.id/downloads/SK121601.pdf
17
18
Gastroenterologi-Hepatologi Update 2003. Medan: Divisi Gastroenterohepatologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU, 2003. 67-79.
19. Isaulauri E. Probiotics for Infectious Diarrhoea. Gut 2003; 52: 436-7.
19