4) SAAT
DAN
TAKARAN
PEMEJANAN:
Saat pemberian terkait dengan
keragam-an
tubuh
dalam
mengeliminasi racun pada waktu
berbeda (faktor diurnal) Misal:
kadar glutation ditemukan tinggi
pada malam hari
Saat pemberian juga berkaitan
dengan kerentanan makhluk hidup.
Misal : efek teratogenik , yang
terjadi ketika pemejanan pada masa
organogenesis
Takaran berkaitan dengan jumlah
dalam melampaui KTM
Kondisi Makhluk Hidup
Maksudnya adalah keadaan fisiologi
serta patologi makhluk hidup yang
dapat mempengaruhi ketersediaan
racun di sel sasaran dan keefektifan
antaraksinya
1) KEADAAN FISIOLOGI, dipengaruhi:
umur,
jenis kelamin dan kehamilan,
kecepatan pengosongan lambung,
kecepatan alir darah,
status gizi,
genetika,
jam biologis tubuh
2) KEADAAN PATOLOGI
mempengaruhi
keefektifan
absorbsi,
distribusi,
dan
eliminasi
Penyakit yang berpengaruh pada
ketiga
hal
tersebut
akan
mempengaruhi ketoksik-an racun
Misalnya penyakit saluran cerna,
kardio-vaskuler, hati, dan ginjal
Keefektifan absorbsi di saluran
cerna
dipengaruhi
kecepatan
pengosongan
lambung,
luas
permukaan tempat absorbsi, dan
pH lingkungan
a. Penyakit saluran cerna
- Aklorhidria (terhambatnya sekresi
asam lambung)
- Menyebabkan pH lambung naik
sehingga
racun
yang
mudah
terionkan
akan
terhambat
absorbsinya
- Adanya peradangan di usus halus
juga dapat mempengaruhi luas
permukaan absorbsi
b. Penyakit kardiovaskuler
Keracunan
pestisida
organofosfat, toksin botulinus,
alkaloid ergot
b. Irreversibel
Memungkinkan tjd penumpukan
efek
Sifat kerusakan/luka menetap,
sehingga keracunan kronis akan
seefektif keracunan akut
Racun bisa berikatan kovalen
dengan protein ataupun DNA
Efek:
nekrosis,
fibrosis,
karsinogenik,
mutagenik,
teratogenik
Contoh:
aflatoksin
B1,
benzopiren, nitrit
3) Berdasarkan
resiko
penumpukan
terutama untuk racun yang sangat
lipofilik dan sulit dimetabolisme
misal DDT
Ada
kekerabatan
antara
takaran
pemejanan (kon-disi pemejanan) &
ketoksikan senyawa (wujud efek toksik).
Dibagi menjadi dua:
KEKERABATAN TAKARAN RESPON
- Efek toksik adalah fungsi kadar
racun di tempat aksi
LD50
TERAPI ANTIDOT
Tujuan terapi antidot:
a. Memperbaiki kondisi korban (terapi
suportif)
b. Membatasi penyebaran racun dalam
tubuh
c. Meningkatkan
pengakhiran
aksi
racun
Sasaran : Intensitas efek toksik
racun
(tinggi jarak antara nilai
KTM dengan kadar puncak racun)
Ingat kembali ketoksikan racun
dipengaruhi keberadaan racun dan
keefektifan antaraksi
Keberadaan
racun
sangat
bergantung
pada
waktu,
dan
keefektifan translokasi
Kecepatan
dan
ketepatan
merupakan prinsip penatalaksaan
keracunan
Cepat: mengatasi dan mengurangi
berbagai
gejala,
membatasi
penyebaran
racun
dan
untuk
meningkatkan
pengakhiran
aksi
racun
Tepat: pemilihan strategi terapi yang
sesuai
STRATEGI TERAPI
Berfokus pd penurunan intensitas
efek toksik
1. Menghambat
absorbsi
dan
distribusi racun
2. Meningkatkan eliminasi racun
3. Menaikkan ambang toksik racun
Ingat lagi kurva KTM ( kadar vs
waktu)
Pergeseran fase absorbsi ke kanan
akan
memperlambat
kecepatan
absorbsi racun
Pergeseran fase distribusi ke kanan
akan
memperlambat
kecepatan
penyebaran racun
Pergeseran fase eliminasi ke kiri
akan mempercepat eliminasi racun
semuanya
akan
mempengaruhi
intensitas efek toksik racun
METODE
1) METODE KHAS
Jika antidot sudah ada dan racun
sudah pasti
2) METODE TAK KHAS
Metode
umum
yang
dapat
diterapkan pada sebagian besar
racun
PERLAMBATAN ABSORBSI
1) METODE KHAS
Pembentukan kompleks yang kurang
toksik
Zat
Antidot
Produk
Besi
Sodium
biokarbona
t
Ferokarbonat
Besi
Deferokasa
mina
Besi kelat
Perak
Nitrat
Sodium
klorida
Perak
klorida
Nikotin
a
Potasium
permangan
at
Produk
oksidasi
Fluroid
a
Kalsium
laktat
Kalsium
fluorida
PERLAMBATAN ELIMINASI
1) METODE TAK KHAS:
-Hemodialisis
-Pembasaan/pengasaman urin
2) METODE KHAS:
-Antidot
kalsium
yang
dapat
meningkatkan ekskresi ginjal pada
keracunan strontium
-Antidot EDTA pada kasus keracunan
timah, nikel, kobalt membentuk
komples yang kurang toksik
PENAIKAN AMBANG KTM
1) METODE TAK KHAS:
-Pernafasan buatan mekanis
-Pemeliharaan sirkulasi darah
-Pemeliharaan
keseimbangan
elektrolit
-Pemeliharaan fungsi ginjal
2) METODE KHAS:
-Penggunaan
vitamin
K
pada
toksisitas warfarin
DISPOSISI TOKSIKAN
NASIB RACUN DI DALAM TUBUH
Efek Toksik
A. ABSORPSI
Racun dapat masuk melalui jalur
intravaskular dan ekstravaskular
Racun dari jalur ekstravaskular untuk
dapat masuk ke sirkulasi sistemik,
harus mengalami proses absorpsi
dahulu
Absorpsi
berkaitan
dengan
kemampuan
racun
menembus
membran biologi
Racun dapat melewati membran
melalui mekanisme difusi pasif,
transpor aktif, difusi dipermudah,
fagositosis, dan pinositosis
Membran sel bersifat semi permeabel
pKa-pH=
log
((terionkan/tak
terionkan))
Bandingkan absorpsi asam benzoat
di lambung dan usus.
Asam benzoat (pKa=4)
pH plasma
= 7,4
pH getah lambung = 2
pH getah usus
=6
PARU - PARU
Tempat absorpsi terjadi di alveolus
Permukaan luas, pasok darah bagus,
sawar/baries antara udara di dalam
alveolus dengan aliran darah sangat
tipis
sehingga
absorpsi
racun
efisien dan cepat
Racun larut lipid akan segera
diabsorbsi lewat difusi pasif di
alveolus.
Racun
larutan/partikel
padat mungkin melalui mekanisme
pinositosis/fagositosis
Ukuran partikel > 10 m tidak akan
mudah masuk saluran pernafasan
B. DISTRIBUSI RACUN
Merupakan
proses
perpindahan
racun dari darah ke suatu tempat di
dalam tubuh
Racun setelah berada di sirkulasi
darah, segera terdistribusi ke cairan
dan jaringan tubuh, juga dapat ke
lemak, dan tulang
Kecepatan
distribusi
racun
tergantung tempat absorbsi racun
Persebaran
racun
dipengaruhi
kecepatan alir darah, permeabilitas
jaringan,
ketersediaan
tempat
pengikatan
Masuknya racun ke otak dihalangi
oleh barier
Blood-brain barrier (sawar darahotak)
-Kurang permebel
-sel-sel endotel kapiler sangat rapat
-Adanya sel sel glia/astrosit yang
mengeli-lingi kapiler sistem saraf
pusat (SSP)
-Kadar protein dalam cairan antarsel
SSP lebih rendah
Sehingga penetrasi racun ke otak
sangat
tgt
sifat
lipofilisitas
senyawa tersebut
Jaringan
dapat
pula
berperan
sebagai perlindungan : blood brain
barrier
Racun dapat berikatan dengan
protein
plasma
dan
bersifat
reversibel
secara
cepat
dan
seimbang
Contoh protein plasma:
Albumin, seruloplasmin, transferin,
alfa dan beta lipoprotein, gama
globulin, alfa-1 glikoprotein
Hanya racun yang tidak terikat
protein
plasma
yang
dapat
terdistribusi (terutama racun dengan
difusi pasif)
C. METABOLISME RACUN
Merupakan
perubahan
hayati
(biotransformasi) zat kimia toksik
menjadi metabolit yang secara
kimia
berbeda dengan senyawa
induk
Hati
merupakan
organ
pemetabolisme utama
Metabolisme dapat pula terjadi pada
jaringan ekstrahepatik (ginjal, paru,
kulit, mukosa saluran pencernaan)
Adanya vena porta memungkinkan
racun masuk ke hati, dan dibawa ke
sel
parenkim
hati,
sebelum
disalurkan ke sirkulasi sistemik
Di dalam sistem parenkim hati,
terdapat
banyak
enzim
yang
membantu reaksi metabolisme fase
I dan II sehingga senyawa asing
akan mudah terekskresi
Reaksi fase II
Gugus
fungsional
Glukoronidasi
-OH,
NH2,-SH
glikosidasi
-OH,-COOH,-SH
sulfasi
-NH2,
-OH
metilasi
-OH,-NH2
asetilasi
-SO2NH2,
-COOH
-OH,
Konjugasi
glutation
Epoksida,
orgaik
halida
-COOH,-
-SO2NH2,
Faktor makanan:
Kubis : mengandung senyawa indol
yang memicu metabolisme
PENGAKTIFAN HAYATI
- Yaitu proses perubahan zat kimia oleh
sistem
enzim
tertentu
menjadi
sesuatu zat kimia atau metabolit
perantara
yang
lebih
reaktif
daripada
zat
induk,
sebelum
diekskresi
- Metabolit
perantara
tsb
dapat
berikatan
kovalen
dengan
DNA/protein/ fosfolipid di jaringan,
dan akhirnya timbul WUJUD TOKSIK
D. EKSKRESI RACUN
Filtrasi
terbatas
bagi
senyawa
dengan
BM
<
60.000,
dan
dipengaruhi derajat ikatan dengan
protein
Filtrat dapat melintasi tubulus dan
dibuang bersama urin, tetapi bisa
juga direabsorpsi
Senyawa yang tak terionkan pada
pH cairan tubular akan direabsorpsi
Senyawa yang mudah terionkan
pada pH cairan tubular dan polar,
akan mudah dieksresi
Racun basa akan lebih mudah
diekskresi bila urin asam, dan
sebaliknya
Ekskresi ke empedu umumnya
terjadi
melalui
transpor
aktif,
sehingga
dapat
jenuh
dan
memungkinkan terjadi penumpukan
di hati
Adanya daur enterohepatik dapat
membuat metabolit kembali lagi
direabsorpsi akibat sifatnya yang
menjadi lebih polar karena pengaruh
metabolisme oleh flora normal usus
Ekskresi ke ASI sangat besar
terutama jika racun bersifat larut
lipid misal DDT
Immunotoksikan
merupakan
senyawa yang mempengaruhi fungsi
imun
Sumber :
a. Logam logam berat : beryllium,
nickel, chromium, gold, methyl
mercury, platinum, organic tin
compounds, sodium arsenite and
arsenate, dan arsenic trioxide
b. Pestisida : pyrethroids, chlordane,
DDT, dieldrin, methylparathion,
carbofuran,
hexa-chlorobenzene
(HCB), carbaryl, 2,4-D, paraquat,
diquat.
c. Obat obatan: clophosphamide,
azathioprine,
methotrexate,5
fluorouracil,
actinomycin,
doxorubicin
d.
Halogenated
hydrocarbons:
polybromi-nated biphenyls (PBB),
trichloroethylene,
chlo-roform,
pentachlorophenol
Tipe toksisitas pada sistem imun
1) HIPERSENSITIVITAS
DAN
ALERGI
a. Tipe I : reaksi cepat
- Eksposure antigen pertama
kali akan menginduksi IgE,
selanjutnya
eksposure
terhadap antigen sm utk
kedua kalinya menimbulkan
berbagai manifestasi klinik :
asma, rhinitis, urticaria, &
anaphylaxis
- Contoh agen:
- Logam
(nickel, beryllium,
platinum compounds), agen
terapetik (penicillin), food
additives
(sulfites,
MSG,
tartrazine,
benzoates),
makanan
(chocolate,
peanuts),
pestisida
(pyrethrum), dan senyawa
industri
seperti
toluene
diisocyanate (TDI)
b. Tipe II (jarang)
- Senyawa
menyebabkan
cytolysis melalui peran IgG
dan atau IgM
- Efek : anemia hemolitik,
trombosi-topenia,
leukopenia
- Contoh agen : gold salts,
chlorpro-mazine, phenytoin,
sulfonamides dan toluene
diisocyanate
Iritasi Lokal
Terutama disebabkan gas gas iritan :
amonia, klorin
Menyebabkan
bronkokonstriksi,
dispnea
Senyawa arsenik pada paparan kronis
dapat menyebabkan kanker paru
Fibrosis/pneumoconiosis
Contoh kasus : silikosis, asbestosis
Agen lain : talk, kaolin, alumunium,
Reaksi alergi
Terutama diinduksi oleh pollen, debu,
spora jamur, serat kapas, kontaminasi
bakteri
Kanker paru
Rokok banyak mengandung agen agen
karsinogenik
Agen lain: arsen, nikel, uranium, asbes
Emfisema
Akibat
rokok,
menyebabkan
kerusakan pada membran alveolus
Agen lain : alumunium, cadmium
oxide,
- Emfisema dapat terjadi karena
kekurang-an/dihambatnya alfa 1
antiitripsin
- Alfa 1 antitripsin berguna untuk
menghambat elastase
- Elastase dihasilkan oleh neutrofil
- Elastase dapat melisiskan protein
pada membran alveolus
- Rokok
dapat
berperan
dalam
menginaktifkan alfa 1 antitripsin
Glomerulus
Contoh
:
antibiotik
golongan
aminoglikosida
(gentamisin,
kanamisin),
dapat
menurunkan
filtrasi glomerulus
Emas, merkuri, penisilamin dapat
menyebabkan
membranous
glomerulo-nephritis akibat deposisi
antigen-antibodi
di
membran
basement glomerulus
Tubulus proksimal
Logam
berat
seperti
merkuri,
kromium, kadmium, dan timbal
dapat merubah fungsi tubulus
(glikosuria, poliuria, aminoaciduria)
Pada konsentrasi tinggi, senyawa
tersebut
dapat
menyebabkan
kematian sel tubulus, dan anuria
Aminoglikosida
:
streptomisin,
kanamisin, neomisin, gentamisin,
amfoterisin B
Mempengaruhi
:
permeabilitas
membran sel tubulus, aktivitas Na +
K+ ATPase, aktivitas adenilat siklase,
transport ion K+, Ca2+ , Mg
E. TOKSISITAS PADA KULIT
Kulit rentan terkena efek toksik (dari
kosmetik, sediaan topikal, polutan)
Tipe tipe kerusakan pada kulit :
a) Iritasi primer
- Terjadi akibat asam ataupun basa
kuat, pelarut ataupun deterjen
- Reaksi
iritasi
bervariasi
dari
kemerahan, edema, dan korosi
- Terjadi pada kontak pertama dengan
iritan
b) Reaksi sensitisasi
- Pada saat kontak awal hampir tdk
ada rx
- Melibatkan sel T
- Reaksi baru muncul dan parah
pada exposure berulang
- Induksi
dapat
hitungan
hari
hingga tahun
Efek
miosis
/pinpoint
pupils/contracting pupil : opiat,
asetilkolin, morfin, kodein, heroin
Efek midriasis (pelebaran pupil) : nor
adrenalin,
stimulan
SSP,
antihistamin
Beberapa
senyawa
menyebabkan katarak
pdt
Toksikan
menyebabkan
efek
anoksigenik
ataupun
kerusakan
pada neuron
Contoh :
barbiturat, sianida : menyebabkan
anoksia
Doksorubisin (merusak DNA)
organotin (pada pestisida) :
nekrosis sel
Alkohol (terutama pada wanita
hamil)
Axonopathy
Toksikan menyerang pada akson
Contoh :
Iminodiproprionitrile (IDPN)
Senyawa organofosfat : TOCP (tri-ocresyl
phosphate),
EPN,
dan
leptophos : paralisis otot, delayed
neuropathy
Senyawa hexakarbon : n-heksan,
metil n-butil keton Vincristin
Gangguan konduksi impuls
Toksikan berfokus berefek pada
membran saraf, dan mengganggu
aksi potensial
Contoh:
Tetrodotoksin dari puffer fish dan
saxitoxin
dari
Saxidomas
giganteus , menghambat kanal Na+
DDT
dan
pyrethroid
dengan
memperpanjang pembukaan kanal
Na+
Gangguan transmisi sinaps
menyebabkan
kejang
ataupun
paralisis otot
Contoh:
Toksin botulinum dari Clostridium
botulinum : pelepasan asetilkolin
Toksin laba-laba black widow :
pelepasan Asetilkolin
Tetanoplasmin
dari
Clostridium
tetani : penghambatan pelepasan
GABA atau glisin
Toksisitas
pada
myelin,
menyebabkan demyelinisasi
Toksin menyerang sel ber-myelin (sel
Schwann, oligodendrosit)
Contoh:
Lead : efek toksik ke sel Schwann
Triparanol
;
efek
toksik
ke
oligodendrosit dan myelin sheath
Triethyltin,
ethidium
bromide,
actinomycin , toksin diphteria
Aritmia
Contoh agen:
Senyawa senyawa fluorokarbon
Antidepresan trisiklik
- Depresi myokardial
Senyawa organik larut lemak misal
anastetik, dapat menekan kontraksi
jantung
Amfoterisin
B,
kloramfenikol,
streptomisin,
tetrasiklin
dapat
menyebabkan hipotensi
melalui
penekanan kontraksi jantung
Efek toksik pada pembuluh darah
- Peningkatan permeabilitas vaskular
Beberapa
toksikan
dapat
menyebabkan kerusakan sel endotel
kapiler di otak : lead, mercury
Menyebabkan
perubahan
blood
brain barrier dan edema di otak
Gas gas yang bersifat iritan dapat
menyebab-kan edema paru
- Kerusakan endothel
Contoh Monokrotalin (suatu racun
tanaman) mengalami bioaktivasi di
hati, dan sebagian metabolitnya
dapat menuju ke paru paru
Berikatan dengan DNA sel endotel di
paru paru, menyebabkan trombosis
dan hipertensi pulmonary
- Vasokonstriksi dan vasodilatasi
Alkaloid ergot dapat menyebabkan
vaso-kontriksi
Nitrogliserin
dilaporkan
dapat
menyebabkan serangan jantung
Dosis besar minoksidil dan hidralazin
(pe-nurun tekanan darah) dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh
arteri jantung
UJI TOKSIKOLOGI
A. UJI KETOKSIKASN TAK KHAS
Dirancang
utk
ev
keseluruhan
spektrum efek toksik pd berbagai jenis
hewan uji
Uji Ketoksikan Akut
- Untuk menentukan efek toksik
suatu senyawa dalam waktu
singkat
setelah
pemejanan
dengan takaran tertentu lewat
rute tertentu
- Memberikan DOSIS TUNGGAL
pada hewan uji, sesuai cara
penggunaan/rute terpaparnya ke
manusia
- tujuan:
melihat
potensi
toksisitas akut, menilai gejala
toksik
yang
timbul,
jumlah
kematian
hewan
uji,
dan
histopatologi organ
- Pengamatan
24
jam
terus
menerus
- Menggunakan paling tidak 1
spesies hewan (mencit/tikus)
- Menggunakan
minimum
4
kelompok dosis, dan ditambah
kontrol
- Masing-masing kelompok terdiri
minimum 4 ekor jantan dan 4 ekor
betina
- Peringkat dosis dimulai dari dosis
terendah sampai dosis tertinggi
Dosis
terendah:
dosis
yang
tidak/hampir tidak mematikan
seluruh hewan uji
- Dosis tertinggi : dosis yang dapat
mematikan seluruh atau hampir
seluruh
hewan
uji
yang
disesuaikan volume maksimum
pemberian
- Peringkat dosis dikalikan dengan
rasio tetap tertentu
- Data yang didapat:
LD50
Penampakan klinis dan morfologis
Uji Ketoksikan Subkronis
Pemberian
DOSIS
BERULANG
selama min 3 bulan
Bertujuan untuk :
- mengungkapkan spektrum efek
toksik senyawa uji jika senyawa
uji terpapar pada manusia
secara berulang
- Apakah spektrum efek toksik
berkaitan dengan takaran/dosis
Minimum ada 10 ekor setiap
kelompok
Ada hewan jantan dan betina
minimum ada 3 peringkat dosis
Dosis yg sama sekali tdk
menimbulkan efek toksik sampai
dosis
yang
benar
benar
memberikan efek toksik nyata/
membunuh beberapa hewan uji
Pengamatan:
- Perubahan berat badan tiap
minggu
- Masukan makan/minum tiap
minggu
- Gejala klinis yang bisa diamati
tiap hari
- Pemeriksaan
hematologi
minimal 2 x (awal dan akhir uji)
- Pemeriksaan kimia darah
- Pemeriksaan urin minimal 1 x
- Pemeriksaan
histopatologi
organ pada akhir uji
- Ada kelompok kontrol
Uji Ketoksikan Kronis
Garis besarnya serupa dengan uji
ketoksi-kan subkronis, hanya yang
membedakan
adalah
lama
pemejanan dosis (> 3 bulan)
Hasilnya
dapat
menutupi
keterbatasan pada uji ketoksikan
akut dan sub kronis
Uji Potensiasi
- Untuk
melihat
ada
tidaknya
peningkatan
efek
toksik
jika
senyawa uji berupa campuran
- Prinsipnya
sama
dengan
uji
ketoksikan akut, hanya berbeda
dalam jumlah senyawa uji yang
diberikan
- Tolak ukur kuantitatif: nilai LD50
gabungan
dibandingkan dengan
LD50 masing masing senyawa
Uji Mutagenik
- Untuk melihat pengaruh suatu
senyawa terhadap genetik
- Mutagen : sesuatu yang dapat
menimbulkan perubahan DNA
- Uji mutagenik dapat dilakukan
dengan metode commet assay
Uji Teratogenik
Untuk
mengetahui
pengaruh
senyawa terhadap janin dalam
hewan bunting
Hewan yang digunakan paling tidak
dua jenis (roden dan nirroden)
Prinsip:
- Membuat hewan uji bunting
- Tegaskan masa kebuntingan
- Pemberian senyawa uji pada masa
organo-genesis
- Pemeriksaan
ada
tidak
efek
teratogenik
pada janin di akhir masa bunting
Minimal
menggunakan
3
peringkat dosis
Pemberian
senyawa
uji
1x1
selama masa organogenesis
- mencit hari ke 6-15 masa bunting
- Tikus hari ke 7-15 masa bunting
- Kelinci hari ke 7-18 masa bunting
- Masa bunting ditentukan dari hari
pertama ditemukannya sperma
pada vagina induk (hari ke nol
masa bunting)