Anda di halaman 1dari 84

Tabel 1.1.

Parameter geometri saluran


Bentuk

Luas, A

Keliling Basah
P

Lebar Muka
Air T

A=yB

P = B+2y

y (B + my)

B + 2y 1 m 2

B 2my

m y2

2y 1 m 2

2m y

360 o 2 o

D2
sin ( 2 )
4

360 o

360o 2 D

BAB I

PRINSIP DASAR
ALIRAN
1.1. Pendahuluan
Saluran terbuka adalah saluran di mana air mengalir dengan muka
air bebas. Pada semua titik di sepanjang saluran, tekanan di permukaan
air adalah sama, yang biasanya adalah tekanan atmosfir. Pengaliran
melalui suatu pipa (saluran tertutup) yang tidak penuh (masih ada muka
air bebas) termasuk aliran melalui saluran terbuka. Oleh karena aliran
melalui saluran terbuka harus mempunyai muka air bebas, maka aliran
ini biasanya berhubungan dengan zat cair dan umumnya adalah air.
Saluran terbuka bisa berupa saluran buatan dan saluran alam. Saluran
buatan adalah saluran yang dibuat oleh manusia seperti saluran irigasi
dan drainasi, saluran untuk transportasi air, gorong-gorong, talang air,
dsb. Saluran alam adalah saluran yang terbentuk secara alami, seperti
parit, sungai, estuari (bagian hilir sungai yang dipengaruhi pasang surut).
Saluran buatan mempunyai bentuk yang teratur seperti bentuk trapesium,
segi empat, segitiga, lingkaran, lonjong (bulat telur), dsb. Dinding
saluran bisa berupa tanah, pasangan batu, beton, rumput, dsb. Saluran
alam mempunyai bentuk tidak teratur, dengan dinding berupa tanah,
berbatu, ditumbuhi tanaman. Gambar 1.1. menunjukkan beberapa bentuk
saluran terbuka. Gambar 1.1.a, b, dan c. Berturut-turut adalah aliran
dengan muka air bebas melalui pipa (gorong-gorong), saluran buatan
berbentuk trapesium dan saluran alam. Gambar 1.2. adalah beberapa foto
saluran terbuka.

2 D sin

360 o

Luas tampang aliran :


A = y (B + my)

(1.1)

Keliling basah adalah panjang sisi saluran yang ditunjukkan garis a-b-cd, yang mempunyai bentuk :
P = B + 2y 1 m 2

(1.2)

Jari-jari hidraulis adalah luas tampang aliran dibagi dengan keliling


basah :
R

A
y ( B my )

P B 2 y 1 m2

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(1.3)

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

aliran sangat sulit untuk diselesaikan secara analitis. Oleh karena itu
analisis aliran melalui saluran terbuka adalah lebih empiris (berdasar
pengamatan di laboratorium dan di lapangan) dibanding dengan aliran
melalui pipa. Untuk saluran buatan; seperti saluran irigasi, drainasi,
saluran pembawa pada pembangkit listrik tenaga air atau untuk keperluan industri; karakteristik aliran di sepanjang saluran adalah seragam.
Analisis aliran jauh lebih sederhana daripada aliran melalui saluran alam.
Teori aliran yang ada dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan teliti.

Gambar 1.1. Saluran terbuka bentuk lingkaran, trapesium dan alam

1.2. Geometri Saluran


Tampang lintang saluran merupakan bentuk saluran yang tegak
lurus pada arah aliran. Saluran terbuka bisa berupa saluran buatan yang
mempunyai bentuk teratur seperti segi empat, trapesium, segitiga,
lingkaran; dan saluran alam seperti sungai yang mempunyai bentuk tidak
teratur.
Aliran melalui saluran terbuka sangat dipengaruhi oleh bentuk
tampang saluran, yang ditunjukkan dalam beberapa parameter aliran
seperti kedalaman aliran y, luas tampang aliran A, keliling basah P, lebar
muka air T, jari-jari hidraulis R, dan kedalaman hidraulis D. Tabel 1.1.
memberikan parameter aliran untuk berbagai bentuk tampang saluran.

Gambar 1.2. Aliran melalui gorong-gorong, saluran dan sungai


Analisis aliran melalui saluran terbuka adalah lebih sulit daripada
aliran melalui pipa (saluran tertutup). Di dalam pipa, tampang lintang
aliran adalah tetap yang tergantung pada dimensi pipa. Demikian juga
kekasaran dinding pipa adalah seragam di sepanjang pipa. Pada saluran
terbuka, misalnya sungai (saluran alam), variabel aliran sangat tidak
teratur baik terhadap ruang maupun waktu. Variabel tersebut adalah
tampang lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit
aliran dan sebagainya. Ketidakteraturan tersebut mengakibatkan analisis
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Gambar 1.3. Tampang lintang saluran trapesium dan segiempat

Gambar 1.3. adalah tampang saluran berbentuk trapesium dengan


lebar dasar B, kedalaman aliran y, kemiringan sisi tebing 1(V) : m(H).
Beberapa parameter aliran adalah sebagai berikut ini.
2

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

dengan :
Fr : anga Froude
V : kecepatan rerata aliran (m/d)
g : percepatan gravitasi (m/d2 )
D : kedalaman hidraulis (m)

Lebar muka air mempunyai bentuk :


T B 2my

(1.4)

Untuk saluran segi empat, nilai m = 0 sehingga bentuk beberapa


parameter di atas adalah :
Luas tampang aliran :

Untuk menjelaskan tipe aliran, diberikan Gambar 1.7. yang merupakan gelombang yang terjadi pada permukaan air diam yang mengalami
gangguan, mislannya oleh batu yang dijatuhkan pada kolam. Apabila air
dalam keadaan diam, gelombang akan menjalar ke segala arah secara simetris. Kecepatan rambat gelombang adalah C gD .

A=yB
Keliling basah adalah panjang sisi saluran yang ditunjukkan garis a-b-cd, yang mempunyai bentuk :
P = B + 2y
Jari-jari hidraulis adalah luas tampang aliran dibagi dengan keliling
basah :
R

A
yB

P B 2y

Lebar muka air mempunyai bentuk :


TB

Parameter aliran untuk saluran dengan bentuk lingkaran dan segitiga ditunjukkan dalam Tabel 1.1.
Pada saluran alam, seperti sungai di mana terdapat bantaran banjir yang cukup lebar tetapi dangkal, bentuk tampang lintang merupakan
gabungan dari beberapa bentuk, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.4.
tampang tersebut terdiri dari alur utama yang berada di tengah (tampang
2) dan bantaran banjir di kanan dan kiri alur utama (tampak 1 dan 3).

Gambar 1.7. Gelombang yang menjalar ke segala arah


Aliran disebut sub kritis apabila suatu gangguan (batu dijatuhkan
ke dalam aliran sehingga menimbulkan gelombang) yang terjadi di suatu
titik pada aliran, dapat menjalar ke arah hulu. Pada tipe ini, aliran dipengaruhi oleh kondisi hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan mempengaruhi aliran di sebelah hulu. Apabila kecepatan aliran cukup besar
sehingga gangguan yang terjadi tidak menjalar ke hulu, maka aliran adalah super kritis. Dalam hal ini kondisi di hulu akan mempengaruhi aliran
di sebelah hilir. Penentuan tipe aliran dapat didasarkan pada harga angka
Froude Fr. Aliran bersifat sub kritis apabila Fr<1, kritis apabila Fr=1,
dan super kritis apabila Fr>1.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Apabila elevasi muka air di bawah dasar bantaran (y<h), hitungan


parameter dan debit aliran mudah dilakukan. Tetapi jika elevasi muka air
di atas dasar bantaran (y>h), hitungan menjadi lebih sulit. Kalau jari-jari
hidraulis R dihitung dengan cara seperti yang sudah dijelaskan di atas,
yaitu luas tampang basah dibagi dengan keliling basah, maka akan memberikan nilai R kecil sehingga debit aliran akan kecil dibanding dengan
debit sebenarnya. Untuk itu tampang aliran dibagi menjadi beberapa ba8

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

gian, yaitu bagian 1, 2 dan 3. Pada alur utama yang mempunyai kedalaman besar, kecepatan aliran adalah besar sehingga debit aliran besar. Pada
bantaran di mana kedalaman kecil, kecepatan aliran kecil sehingga debit
juga kecil. Debit aliran dihitung untuk masing-masing bagian, dan debit
total adalah jumlah dari debit masing-masing bagian tersebut.

dengan :
V : kecepatan rerata aliran (m/d)
R : jari-jari hidraulis (m)
2
: kekentalan kinematik (m /d)
Tipe Aliran Menurut Pengaruh
Kekentalan Dominan

Aliran Laminer

Aliran Transisi

Aliran Turbulen

Re<500

500<Re<2000

Re>2000

V<<, viskositas >>

Gambar 1.4. Saluran trapesium dengan bantaran banjir

Gambar 1.5. Tipe aliran berdasar pengaruh dominan dari kekentalan

Seperti terlihat dalam Gambar 1.4. tampang saluran dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian 1, 2 dan 3. Luas tampang basang dan keliling
basah dihitung untuk masing-masing bagian. Tampang alur utama
(bagian 2) adalah tampang khayal JCDEFI, sedang tampang bantaran kiri
(bagian 1) adalah ABCJ, dan bantaran kanan (3) adalah FGHI.

Jika ditinjau terhadap pengaruh dominan dari gaya gravitasi, aliran


melalui saluran terbuka dapat dibedakan menjadi aliran sub kritis (mengalir) dan super kritis (meluncur). Di antara kedua tipe tersebut, aliran
bersifat kritis. Gambar 1.6. menunjukkan pembagian ketiga tipe aliran.

1.3. Klasifikasi Aliran

Tipe Aliran Menurut


Pengaruh Gravitasi Dominan

Aliran dapat diklasifikasikan menurut pengaruh kekentalan, gaya


gravitasi dan tipe alirannya. Menurut pengaruh kekentalan, aliran melalui
saluran terbuka dapat dibedakan menjadi aliran laminar, turbulen dan
transisi, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.4. Aliran adalah laminer
apabila kecepatan aliran kecil dan/atau kekentalan zat cair besar. Pada
aliran turbulen ecepatan aliran besar dan/atau kekentalan zat cair kecil.
Pada umumnya tipe aliran melalui saluran terbuka adalah turbulen, karena kecepatan aliran, kekentalan air adalah kecil dan kekasaran dinding
relatif besar. Aliran akan turbulen apabila angka Reynolds Re>2000, dan
laminar apabila Re<500. Angka Reynolds mempunyai bentuk :
Re

VR

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

V>>, viskositas <<

Mengalir
(Aliran Subkritis)

Aliran Kritis

Meluncur
(Aliran Superkritis)

Fr<1

Fr=1

Fr>1

Gambar 1.6. Tipe aliran menurut pengaruh gaya gravitasi dominan

Pembagian dalam ketiga tipe ini dibedakan berdasar angka Froude


yang mempunyai bentuk berikut :
Fr

(1.5)

(1.6)

gD
6

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

Pengaliran tidak seragam terjadi jika kecepatan berubah dengan jarak :


y
A
Q
0;
0;
0;
s
s
s

V
0;
s

(1.10)

Contoh pengaliran tak seragam adalah pengaliran di dalam saluran


yang mempunyai penampang basah tidak sama sepanjang aliran. Aliran
tak seragam dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu aliran berubah
beraturan (gradually varied flow) dan aliran berubah cepat (rapidly
varied flow). Contoh aliran tipe pertama adalah aliran di hulu bendung
(garis pembendungan, backwater) dan aliran menuju terjunan, sedang
tipe kedua adalah aliran pada bendung dan bangunan pelimpah. Gambar
1.8. menunjukkan kedua tipe aliran.

bang masih bisa menjalar ke arah hulu. Pada kondisi ini angka Froude
Fr<1 atau V C , dengan gy adalah kecepatan rambat gelombang dan y
adalah kedalaman aliran. Gambar 1.8.c. adalah aliran kritis di mana kecepatan aliran sama dengan kecepatan rambat gelombang. Dalam keadaan
ini Fr=1 atau V gy . Sedang Gambar 1.8.d. adalah aliran superkritik di
mana gelombang tidak dapat merambat ke hulu arena ecepatan aliran lebih besar dari ecepatan rambat gelombang (Fr>1 atau V gy ). Gambar
1.8. menunjukkan gelombang yang terbentuk oleh gangguan yang terjadi
pada permukaan air, misalnya batu yang dijatuhkan di permukaan air.
Karena air dalam keadaan diam, maka gelombang menjalar ke segala
arah secara simetris.

y1
y2

Gambar 1.8. menunjukkan perbandingan antara kecepatan aliran


dan kecepatan rambat gelombang karena pengaruh gangguan. Pada Gambar 1.7.a. gangguan pada air diam (V=0) akan menimbulkan gelombang
yang merambat ke segala arah. Kecepatan rambat gelombang adalah
C gy . Dalam Gambar 1.8.b. di mana aliran adalah sub kritik, gelom-

y1= y2

y1
y2

y1= y2
b

Gambar 1.8. Pengaliran seragam (a), tak seragam berubah beraturan (b) dan
aliran tak seragam berubah cepat (di hilir bendung) (c)

1.4. Persamaan Dasar Aliran


Ada tiga persamaan dasar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan aliran melalui saluran terbuka, yaitu persamaan
kontinuitas, energi dan momentum. Ketiga persamaan tersebut akan
dijelaskan berikut ini.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

12

Gambar 1.5. Pola penjalaran gelombang di saluran terbuka


I. PRINSIP DASAR ALIRAN

Aliran melalui saluran terbuka juga dapat dibedakan menjadi beberapa tipe seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.6.

(1.8)

Contoh pengaliran tidak permanen adalah aliran banjir di sungai dan


aliran di estuari (muara sungai) yang dipengaruhi pasang surut.

Aliran Melalui Saluran


Terbuka

Aliran Permanen
(Steady Flow)

y
Q
V
0;
0;
0
t
t
t

Aliran Tak Permanen


(Unsteady Flow)
Aliran banjir

Aliran Seragam
(Uniform Flow)

Aliran Tak Seragam


(Non Uniform Flow)

Saluran irigasi,
drainasi, talang
Aliran Berubah Beraturan
(Gradually Varied Flow)

Aliran Berubah Cepat


(Rapidly Varied Flow)

Aliran di hulu bendung, di


hulu terjunan, perubahan
tampang saluran

Loncat air, aliran di pintu


air, aliran di bangunan
pelimpah

Gambar 1.7. Aliran permanen dan tak permanen (banjir di sungai)


Gambar 1.6. Beberapa tipe aliran melalui saluran terbuka

Aliran bisa berupa aliran permanen atau aliran mantap (permanent


flow atau steady flow) dan aliran tak permanen atau aliran tak mantap
(non permanent flow atau unsteady flow). Aliran permanen terjadi
apabila variabel aliran seperti debit Q, kecepatan V, dan kedalaman aliran
y tidak berubah dengan waktu. Keadaan ini dapat dinyatakan dalam
bentuk matematis berikut:

y
Q
V
0;
0;
0
t
t
t

(1.7)

Contoh aliran permanen adalah aliran di saluran irigasi dan drainasi,


saluran pembawa pada pembangkit listrik tenaga air.
Aliran disebut tidak permanen jika variabel pengaliran pada setiap
titik berubah dengan waktu, yang dapat dinyatakan dalam bentuk berikut
:
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

10

Aliran melalui saluran terbuka disebut seragam (uniform) apabila


berbagai variabel aliran seperti debit Q, kedalaman y, tampang basah A,
kecepatan V pada setiap tampang di sepanjang aliran adalah konstan.
Pada aliran seragam, garis energi, garis muka air dan dasar saluran saling
sejajar sehingga kemiringan dari ketiga baris tersebut sama. Kedalaman
air pada aliran seragam disebut dengan kedalaman normal yn. Untuk
debit aliran dan luas tampang lintang saluran tertentu, kedalaman normal
konstan di seluruh panjang saluran. Pengaliran di saluran panjang dengan
debit dan penampang tetap, seperti saluran irigasi, adalah contoh
pengaliran ini.
Secara matematis aliran seragam dapat dinyatakan dalam bentuk
berikut:
Q
y
A
V
0;
0;
0;
0
s
s
s
s
I. PRINSIP DASAR ALIRAN

(1.9)
11

patan. Karena dinding pipa dan saluran mempunyai kekasaran maka akan
terjadi kehilangan tenaga selama pengaliran dari titik 1 dan 2, sebesar hf.

1.4.1. Persamaan Kontinuitas


Dipandang ruas sungai antara tampang 1 dan 2 dengan panjang
x seperti ditunjukan dalam Gambar 1.12. Debit aliran masuk dan keluar
melalui tampang 1 dan 2. Luas basah di tampang 1 dan 2 adalah A1 dan
A2. Sesuai dengan hukum kontinuitas, untuk aliran permanen debit
masuk di tampang 1 sama dengan debit keluar dari tampang 2 :
Q1 = Q2

(1.11)

A1V1 = A2V2

(1.12)

Gambar 1.12. Debit melalui ruas 1-2

Untuk aliran tidak permanen, terjadi perubahan debit dalam suatu


interval waktu. Debit yang melewati tampang 1 dan 2 juga tidak sama.
Perubahan debit tersebut menyebabkan perubahan kedalaman aliran (y).
Apabila debit masuk (Q1) lebih besar dari debit keluar (Q2), maka
kedalaman aliran akan naik, demikian pula sebaliknya. Perubahan
kedalaman aliran tersebut menyebabkan perubahan volume air pada ruas
1-2, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.13.

Gambar 1.14. Persamaan energi aliran melalui pipa dan saluran terbuka

Persamaan Bernoulli untuk tampang 1 dan 2 adalah :


z1

p1 V12
p
V2

z2 2 2 h f

2g

2g

(1.20)

dengan :
z : tinggi elevasi
p

V2
2g

Apabila debit pada suatu tampang diketahui maka dapat dihitung


debit pada jarak x dari tampang tersebut.

: tinggi tekanan

Debit pada tampang 1 adalah : Q1 =Q


Debit pada tampang 2 adalah : Q2 Q

: tinggi kecepatan

Q
x
x

(1.14)

Debit aliran ditulis dalam bentuk persamaan diferensial parsiil


karena debit Q berubah dengan waktu t dan jarak x sepanjang aliran.

hf : kehilangan tenaga karena gesekan antara tampang 1 dan 2.


Subskrib 1 dan 2 menunjukkan parameter di tampang 1 dan 2.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(1.13)

16

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

13

Seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.13. karena debit masuk tidak sama
dengan debit keluar, maka volume air netto yang terdapat pada ruas 1-2
dalam interval waktu t adalah :
V (Q1 Q2 ) t [Q (Q
V

Q
Q
x )] t
x t
x
x

Q
x t
x

A AV

0
t
x

Apabila saluran adalah segiempat, maka lebar muka air sama dengan lebar dasar saluran (T=B) di mana B adalah konstan, sehungga Persamaan
(1.18) menjadi :
B

(1.15)

(1.18)

y
yV
B
0
t
x

y
y
V
V
y
0
t
x
x

(1.19)

Apabila aliran adalah permanen, di mana debit adalah konstan terhadap


waktu, maka Persamaan (1.17) menjadi :
dQ
0
dx

Q = C (konstan)
Gambar 1.13. Persamaan kontinuitas pada aliran tak permanen

Q1 = Q2

Perubahan volume dalam ruas 1-2 untuk interval waktu t adalah :


V

( A x ) t
t

yang sama dengan Persamaan (1.11).


1.4.2. Persamaan Energi

(1.16)

Dengan menyamakan Persamaan (1.15) dan (1.16) dan kemudian kedua


ruas dibagi dengan x t maka akan diperoleh :

x t ( A x) t
x
t

Kedua ruas dibagi dengan x t sehingga menjadi :


A Q

0
t x

(1.17)

Persamaan (1.17) dikenal dengan persamaan kontinuitas untuk aliran tak


permanen (unsteady flow). Debit aliran adalah sama dengan luas tampang aliran kali kecepatan, Q=AV, sehingga persamaan di atas menjadi :
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

14

Persamaan energi untuk aliran permanen ditunjukkan oleh Persamaan Bernoulli. Gambar 1.14. menunjukkan Persamaan Bernoulli untuk
aliran melalui pipa dan saluran terbuka. Elevasi pipa dan dasar saluran
adalah setinggi z dari garis referensi. Pada aliran melalui pipa, apabila
pada tampang 1 dan 2 dipasang piezometer, karena pipa bertekanan maka air akan naik di piezometer. Tekanan pipa adalah sama dengan tekanan yang diberikan oleh zat cair setinggi kolom air dalam piezometer,
yang dinyatakan dalam tinggi tekanan. Apabila muka air pada piezometer dihubungkan akan membentuk garis tekanan. Untuk aliran melalui saluran terbuka, tinggi tekanan pada titik yang ditinjau adalah sama dengan
kedalaman aliran. Garis tekanan adalah sama dengan garis muka air.
Garis energi berada pada jarak V2/2g yang disebut dengan tinggi kece-

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

15

dengan pd adalah tekanan hambatan (drag) yang dapat dihitung berdasar


Persamaan Bernoulli untuk titik 0 (suatu titik di depan benda) dan titik D
yang berada pada sisi depan benda (blok beton). Kecepatan pada sisi
depan benda adalah nol, sehingga :
0

p 0 V02
p

0 d 0

2g

pd p0

V02
2

Gaya total yang bekerja pada zat cair sama dengan laju perubahan momentum. Persamaan momentum untuk gaya-gaya yang bekerja pada arah
aliran dapat ditulis dalam bentuk :
F = Q (V2 V1)
F1 F2 Ft Fd W sin = Q (V2 V1)

(1.23)

Persamaan momentum diterapkan pada aliran yang berubah dengan cepat, misalnya pada masalah loncat air (Gambar 1.17). Pada masalah tersebut tinjauan dilakukan pada ruas saluran yang pendek sehingga
pengaruh gaya gesekan dengan dinding saluran adalah kecil dan dapat diabaikan. Juga dianggap bahwa dasar saluran adalah horisontal, sehingga
komponen gaya berat pada arah aliran adalah nol. Di antara tampang 1
dan 2 tidak ada benda perintang. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gaya hidrostatis di tampang 1 dan 2. Penjelasan tentang
loncat air akan diberikan dalam bab tersendiri.

Pada aliran melalui pipa, kehilangan tenaga diberikan oleh persamaan


berikut:
hf f

L V2
D 2g

(1.21)

dengan f adalah koefisien gesekan, L adalah panjang pipa, D adalah


diameter pipa, V adalah kecepatan aliran dan g adalah percepatan
gravitasi. Untuk aliran melalui saluran terbuka, diameter pipa ditulis
dalam bentuk jari-jari hidraulis yaitu D = 4R, sehingga Persamaan (1.21)
menjadi :
hf f

L V2
4R 2 g

(1.22)

Selain bisa menggunakan Persamaan (1.22), kehilangan tenaga pada


aliran melalui saluran terbuka banyak dihitung dengan menggunakan
Persamaan Manning, Chezy, dan sebagainya yang akan dibahas dalam
Bab II.
Contoh 1
Air melimpas pada peluap ambang lebar seperti tergambar. Ada dua
kondisi, yaitu apabila V=0 dan V=1 m/d. Lebar peluap adalah 10 m.
Hitung debit aliran, apabila kehilangan tenaga diabaikan.
Penyelesaian
a) Kondisi V=0,

Persamaan (1.23) dapat ditulis menjadi :


F1 F2 = Q (V2 V1 )

(1.24)

Contoh 2
Air melimpas pada peluap ambang lebar seperti tergambar. Lebar peluap
adalah 10 m. Dengan menggunakan persamaan momentum, hitung debit
aliran untuk kondisi : a) kecepatan aliran 0 dan b) kecepatan aliran 1 m/d.
Kehilangan tenaga diabaikan.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

20

Gambar 1.15. Aliran melalui peluap ambang lebar


Dengan bidang referensi pada dasar saluran, maka Persamaan
Bernoulli untuk aliran dari titik 1 dan 2 :
I. PRINSIP DASAR ALIRAN

17

0 4 0 2 1

V22
2g

V22
1,0
2g

Q : massa aliran air


V : kecepatan aliran
(V2-V1) : perubahan kecepatan

V2 2 g 2 10 4,47 m / d

Penerapan persamaan momentum pada aliran air dilakukan dengan mengacu pada Gambar 1.16, yang merupakan ruas saluran dengan
panjang x, sudut kemiringan dasar saluran adalah , kecepatan aliran
pada tampang 1 dan 2 adalah V1 dan V2, tegangan geser pada dinding saluran adalah 0. Pada massa air antara tampang 1 dan 2 terdapat benda
(rintangan). Benda tersebut mengalami gaya hambatan (drag force) yang
ditimbulkan oleh aliran air. Dalam penurunan persamaan momentum, gaya reaksi benda diperhitungkan bekerja pada aliran air. Pada penerapan
di lapangan, benda tersebut dapat berupa blok beton yang berfungsi sebagai penghancur energi loncat air pada bangunan penghancur energi
(stilling basin).

Q AV 10 1 4,47 44,7 m 3 / d

b) Kondisi V1 = 1 m/d
0 4

V2
1
2 1 2
2g
2g

V22
1,05
2g

V2 1,05 2 10 4.583 m / d
Q AV 10 1 4,583 45,83 m 3 / d

1.4.3. Persamaan Momentum


Momentum suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda
dengan kecepatan gerak benda tersebut. Pada aliran melalui saluran
terbuka, massa air (M) mengalir dengan kecepatan V sehingga
momentumnya adalah :
Momentum = MV
Apabila selama pengaliran terjadi perubahan kecepatan, misalnya
pada pengecilan atau perbesaran penampang aliran, maka akan terjadi
perubahan momentum. Perubahan momentum akan dikonversi menjadi
gaya impuls (gaya dikalikan dengan waktu). Laju perubahan momentum
sama dengan gaya total yang bekerja pada benda tersebut. Menurut
Hukum Newton II tentang gerak, resultan gaya yang bekerja pada air
yang mengalir adalah sama dengan laju perubahan momentum.
F Q (V2 V1 )

(1.23)

dimana :
F : gaya-gaya yang bekerja pada air
: rapat massa air
Q : debit aliran
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Gambar 1.16. Penurunan persamaan momentum

Gaya-gaya yang bekerja pada air antara tampang 1 dan 2 adalah :


1. Gaya berat zat cair : W
2. Gaya hidrostatis pada tampang 1 dan 2 : F1 dan F2
3. Gaya geser pada dinding saluran : Ft
4. Massa air per satuan waktu : M = Q
5. Gaya hambatan Fd
Gaya hambatan Fd mempunyai bentuk :
Fd Ad pd

18

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

19

f 2
V
8

(1.29)

Persamaan (1.28) adalah bentuk kehilangan tenaga aliran melalui


saluran terbuka. Untuk aliran melalui pipa, D = 4R sehingga Persamaan
(1.28) menjadi :
hf f

L V2
D 2g

(1.30)

Persamaan (1.30) dikenal dengan persamaan Darcy-Weisbach untuk


aliran melalui pipa lingkaran. Dalam persamaan tersebut f adalah koefisien gesekan pipa Darcy-Weisbach, yang merupakan fungsi dari angka
Reynold dan kekasaran pipa. Koefisien gesekan f diberikan oleh bentuk
berikut ini.

Gambar 1.17. Loncat air

Penyelesaian

Untuk pipa hidraulis halus :


1

2 log (

Re f
)
2,51

(1.31)
Gambar 1.18. Aliran melalui peluap ambang lebar

Pipa hidraulis kasar :


1
f

2 log

3,7 D
k

Gaya-gaya yang bekerja adalah :

(1.32)

Bentuk persamaan di daerah transisi :


1

k
2,51
2 log (

)
3
,
7
D
f
Re f

(1.33)

f : koefisien gesekan pipa


Re : angka Reynold, Re = VD/
D : diameter pipa
k : tinggi kekasaran pipa.
Persamaan (1.31) sampai (1.33) dapat juga digunakan untuk aliran melalui saluran terbuka, dengan mengubah parameter diameter pipa menjadi
jari-jari hidraulis dalam hubungan D = 4R. Beberapa parameter lainnya
adalah :
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

24

F1 = 1 b y12 1 (10) (4) 2 80


2
2

(1)

F2 = 1 b y 22 1 (10) (1) 2 5
2
2

(2)

Fd = 1 2 10 (2 4) 60
2

(3)

Persamaan momentum :
F1 F2 Fd = Q (V2 V1 )
80 5 60 =

Q (V2 V1 )
g

(4)

Persamaan kontinuitas :
Q A1 V1 10 4 V1 40V1
I. PRINSIP DASAR ALIRAN

V1

Q
40

(5)
21

Q A2 V2 10 1 V2 10V2 V2

Q
10

(6)

v*

0
gRI f

Substitusi Persamaan (5) dan (6) ke dalam Persamaan (4) :


15 =

Q Q
Q( )
g 10 40

Diperoleh :
Q 44,721m 3 / d

1.5. Tahanan Gesek pada Aliran


Pada aliran melalui pipa maupun saluran terbuka terdapat tahanan
gesek pada dinding batas yang berusaha menahan aliran. Tahanan tersebut terjadi karena adanya kekasaran dinding batas pipa atau saluran.
Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama
pengaliran.
Gambar 1.19, menunjukkan ruas saluran dengan panjang L, luas tampang aliran A, keliling basah aliran P. Sudut kemiringan dasar saluran
adalah , berat elemen zat cair adalah W, pada dinding saluran terjadi
tegangan geser 0. Kecepatan aliran pada tampang 1 dan 2 adalah V1 dan
V2 . Pada tampang 1 dan 2 bekerja tekanan hidrostatis sebesar F1 dan F2.
F1 W sin F2 Ft Q(V2 V1 )

Untuk aliran seragam, karena kedalaman aliran di tampang 1 dan 2


adalah sama maka gaya hidrostatis F1=F2 sehingga saling meniadakan.
Demikian juga kecepatan aliran V1=V2. Apabila sudut kemiringan saluran
adalah kecil maka sin tg I 0 dengan I0 adalah kemiringan dasar
saluran. Pada aliran seragam, kemiringan dasar saluran adalah sama dengan kemiringan muka air dan garis energi, I0=Im=If, sehingga persamaan
momentum pada arah aliran menjadi :
A L I f 0 P L 0
0 R I f

Gambar 1.19. Gaya-gaya yang bekerja pada aliran antara tampang 1 dan 2

Dengan R=A/P adalah jari-jari hidraulis. Dari Gambar 1.19. terlihat bahwa kemiringan garis energi If = hf/L, sehingga Persamaan (1.25)
dapat ditulis menjadi :
hf

0 L 4 0 L

R
4R

Percobaan yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa kehilangan tenaga sebanding dengan V2. Persamaan (1.26) menunjukkan bahwa hf sebanding dengan 0. Dengan demikian apabila hf = f(V 2)
berarti juga 0 = f(V 2). Dengan anggapan bahwa :
0 = CV 2

(1.27)

dengan C adalah konstanta, maka Persamaan (1.26) menjadi :


hf

4CV 2 L
8C L V 2

4R
4R 2 g

hf f

(1.25)

(1.26)

L V2
4R 2 g

(1.28)

dengan f=8C/. Persamaan (1.27) dapat ditulis menjadi :


Didefinisikan kecepatan geser v* yang mempunyai bentuk berikut ini.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

22

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

23

Selanjutnya dengan menggunaan Persamaan (1.36) dihitung nilai f yang


baru. Apabila nilai f yang dimisalkan dengan Persamaan (1.35) sudah
mendekati nilai yang dihitung dengan Persamaan (1.36) maka hitungan
dihentikan, dan nilai f yang terakhir adalah nilai yang benar. Berdasar
Persamaan (1), nilai f tersebut digunakan untuk menghitung kecepatan
aliran V, yang selanjutkan dapat dihitung debit aliran Q.
Pada pemisalan pertama dianggap bahwa aliran adalah hidraulis
kasar, dan digunakan Persamaan (1.35) :
1

2 log

3,7 4 R
k

2 log

3,7 4 0,829
0,005

f = 0.021755 0.021755 V 0,032537 V= . . .. .

Hitungan selengkapnya dilakukan dengan menggunakan software Excel


seperti ditunjukkan dalam Tabel 1. Pada iterasi ke 1, nilai f tersebut di
atas digunakan untuk menghitung V dari Persamaan (1), yang kemudian
dihitung Re. Nilai-nilai tersebut untuk menghitung f, V dan Re pada
iterasi ke 2, seperti ditunjukkan dalam kolom [2], [3] dan [4]. Pada iterasi
ke 2 ini nilai f dihitung dengan menggunakan Persamaan (1.36).
1

2 log (

0,005
2,51

)
3,7 4 0,829 4.138.981 0,021755

Diperoleh nilai f = 0,021811.


Nilai f tersebut dibandingkan dengan nilai f pada iterasi ke 1. Sebetulnya
hasil yang diperoleh sudah mendekati nilai perkiraan awal seperti ditunjukkan oleh tingkat kesalahan sebesar e = 0,262% (tingkat kesalahan
yang diijinkan e = 5%). Dalam contoh ini hitungan dilanjutkan sampai
iterasi ke 3 yang hasilnya adalah nilai f = 0,021812. Nilai f tersebut
digunakan untuk menghitung kecepatan aliran yang hasilnya adalah V =
1,221 m/d.
Tabel 1. Hitungan f dan V
Iterasi

fi

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

V (m/d)

Re

e (%)

Gambar 1.20. Grafik Moody


28

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

25

Angka Reynold : Re

Parameter yang diketahui :

V 4R

Kekentalan kinematik : =10-6 m2/d

k
Kekasaran relatif :
4R

Luas tampang aliran, keliling basah dan jari-jari hidraulis :

Sehingga Persamaan (1.31) sampai (1.33) menjadi bentuk berikut ini.

A y ( B my) 1,0(10 2 1,0) 12 m 2

Untuk saluran hidraulis halus :


1

2 log (

Re f
2,51

P B 2 y 1 m 2 10 2 1,0 1 2 2 14,472 m
(1.34)
R

Saluran hidraulis kasar :


1

2 log

3,7 4 R
k

Persamaan kehilangan tenaga Darcy-Weisbach :


(1.35)
hf f

Bentuk persamaan di daerah transisi :


1

2 log (

k
2,51

)
3,7 4 R Re f

(1.36)

Persamaan (1.34) berlaku untuk aliran hidraulis halus di mana pengaruh kekentalan lebih dominan dibanding dengan kekasaran dinding,
sementara Persamaan (1.35) untuk aliran hidarulis kasar di mana pengaruh kekasaran dinding lebih dominan. Persamaan (1.36) berlaku untuk
kondisi transisi, yang juga bisa digunakan secara umum. Apabila aliran
hidraulis halus, pengaruh kekasaran kecil yang ditunjukkan dengan nilai
k/4R kecil sehingga tidak banyak memberikan pengaruh pada Persamaan
(1.36). sebaliknya jika aliran hidraulis kasar nilai k/4R besar sehingga lebih dominan dan nilai Re juga besar yang dalam persamaan tersebut sebagai pembagi sehingga suku yang mengandung nilai Re menjadi kecil.
Contoh 3
Air (=10-6 m2/d) mengalir melalui saluran berbentuk trapesium
dengan lebar dasar 10 m dan kemiringan tebing m=2. Kedalaman aliran
y=1 m dan kemiringan dasar saluran I=0,0005. Tinggi kekasaran ks=5
mm. Hitung debit aliran.
Penyelesaian
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

A
12

0,829 m
P 14,472

26

L V2
4R 2 g

Untuk aliran seragam, kemiringan dasar saluran sama dengan kemiringan garis tenaga yaitu I0=If=0,0005; yang berarti beda elevasi dasar
saluran untuk setiap 1000 m panjang adalah 0,5 m.
Dengan memasukkan parameter aliran yang diketahui :
0.5 f

1000
V2
4 0,829 2 9,81

f V 2 0,032537

(1)

Persamaan (1) terdiri dari nilai f dan V yang belum diketahui. Karena hanya ada satu persamaan yang mengandung dua bilangan tak diketahui, maka penyelesaian dari persamaan tersebut dilakukan dengan cara
coba banding. Hitungan dilakukan dengan menggunakan Persamaan
(1.36) untuk menghitung koefisien Darcy-Weisbach f, yang dapat berlaku secara umum, apakah aliran hidraulis halus, kasar maupun transisi.
Pertama kali ditetapkan nilai f sebarang yang kemudian dengan menggunakan Persamaan (1) dihitung nilai V. Agar nilai f yang dimisalkan tidak
terlalu jauh dari nilai f yang benar, maka pertama kali dianggap bahwa
aliran adalah hidraulis kasar, dan nilai f dihitung dengan menggunakan
Persamaan (1.35). Berdasar nilai V tersebut dihitung angka Reynold.
I. PRINSIP DASAR ALIRAN

27

30
v*

(1.38)

Di luar titik tersebut, aliran adalah turbulen dan tegangan geser karena
kekentalan dapat diabaikan.

[2]

[3]

[4]

[5]

0.021755

1.223

4,056,201

0.021812

1.221

4,050,877

0.262

0.021812

1.221

4,050,877

0.000

Selanjutnya dihitung debit aliran :

1.6.1. Kekasaran Permukaan


Konsep adanya sub lapis laminar di dalam lapis batas turbulen dapat
digunakan untuk menjelaskan perilaku kekasaran permukaan. Apabila
permukaan bidang batas dibesarkan, akan terlihat bahwa permukaan
tersebut tidak halus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. 1.22.a.
Tinggi efektif ketidak teraturan permukaan yang membentuk kekasaran
disebut dengan tinggi kekasaran k. Perbandingan antara tinggi kekekasaran dan jari-jari hidraulis (k/R) disebut dengan kekasaran relatif.
Apabila tinggi kekasaran lebih kecil dari tebal sub lapis laminar
(k<) seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.22.a, ketidakteraturan
permukaan akan sedemikian kecil sehingga kekasaran akan seluruhnya
terendam di dalam sub lapis laminar. Dalam hal ini kekasaran tidak
mempunyai pengaruh terhadap aliran di luar sub lapis laminar, dan
permukaan batas disebut dengan hidraulis halus.

( a ) Hidraulis halus

( b ) Hidraulis kasar
Gambar 1.22. Pengaruh kekasaran pada sub lapis

Apabila tinggi kekasaran lebih besar daripada tebal lapis transisi


(k>T) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.22.b, maka kekasaran
permukaan akan berpengaruh pada daerah turbulen sehingga akan
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

[1]

32

Q AV 12 1,221 14,66 m 3 / d

Penyelesaian hitungan pada Contoh 3 memberikan beberapa komentar


berikut ini. Persamaan untuk menghitung koefisien Darcy-Weisbach
dibedakan menurut tipe aliran yaitu hidraulis halus (Persamaan 1.34),
kasar (1.36) dan transisi (1.35). Dalam contoh hitungan ini, pada iterasi
ke 1 digunakan Persamaan (1.35) untuk menghitunf nilai f, dengan
anggapan bahwa aliran adalah hidraulis kasar. Pada iterasi ke 2 hitungan
menggunakan Persamaan (1.36) untuk kondisi transisi, yang bentuk
persamaannya merupakan gabungan dari persamaan untuk hidraulis
halus dan kasar. Tampak bahwa kedua persamaan memberikan hasil
yang hampir sama, perbedaan (tingkat kesalahan) terhadap nilai pada
iterasi ke 2 hanya 0,262%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
kekentalan yang ditunjukkan oleh angka Reynolds tidak banyak
berpengaruh terhadap nilai f. Pada aliran hidraulis kasar, pengaruh
kekasaran dinding lebih dominan dibanding kekentalan, sehingga
pengaruh kekentalan dapat diabaikan. Demikian juga pada aliran
hidraulis halus pengaruh kekentalan lebih dominan sehingga pengaruh
kekasaran dapat diabaikan. Pembedaan tipe aliran untuk
menyederhanakan bentuk persamaan sehingga hitungan nilai f menjadi
lebih mudah. Namun saat ini, dengan berkembangnya komputer dan
software untuk hitungan numerik, maka kesulitan dalam hitungan tidak
lagi menjadi masalah. Oleh karena itu lebih disarankan menggunakan
Persamaan (1.36) untuk menghitung nilai f yang bisa berlaku untuk
umum, baik kondisi aliran hidraulis halus, kasar maupun transisi.

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

29

1.6. Distribusi Kecepatan


Kecepatan
turbulen

Bentuk tampang memanjang dan melintang sungai adalah tidak teratur. Selain itu, karena pengaruh kekentalan air dan kekasaran dinding,
distribusi kecepatan pada vertikal dan lebar sungai adalah tidak seragam
seperti ditunjukkan dalam Gambar 1.20. Dalam aliran melalui saluran
terbuka, distribusi kecepatan tergantung pada banyak faktor seperti
bentuk saluran, kekasaran dinding dan juga debit aliran. Distribusi
kecepatan tidak merata di setiap titik pada tampang lintang. Distribusi
kecepatan pada vertikal mempunyai bentuk parabolis.

u
Daerah
turbulen

Profil kecepatan
lamier

Daerah
transisi

b
Tebal nominal
sub lapis lamier

a
y1

Daerah laminer

Gambar 1.21. Profil kecepatan di dekat bidang batas

Di daerah turbulen distribusi kecepatan adalah logaritmik. Apabila


kurva tersebut diperpanjang sampai pada titik dengan kecepatan nol,
kurva tersebut akan memotong sumbu y pada jarak y1. Di daerah laminer
distribusi kecepatan adalah parabolis (linier). Karena tipisnya daerah sub
lapis laminer dan bentuk kurva yang parabolis, maka kurva distribusi
kecepatan di dalam sub lapis laminer dapat didekati oleh garis lurus.
Perpotongan antara garis lurus tersebut dan kurva distribusi kecepatan
aliran turbulen adalah tidak halus (patah) dan terjadi pada jarak dari
dinding batas. Berikut ini diberikan beberapa tebal lapis.

Distribusi Kecepatan
pada vertikal
Distribusi Kecepatan
melintang sungai

11,6
v*

dengan adalah tebal nominal sub lapis laminar.


Tebal sub lapis laminar tersebut diberikan oleh :

Gambar 1.20. Distribusi kecepatan pada arah lebar dan vertikal sungai

Gambar 1.21. menunjukkan profil kecepatan di dekat bidang batas,


yang dapat dibedakan dalam beberapa bagian yaitu daerah laminer yang
berada di dekat bidang batas, daerah di mana aliran adalah turbulen,
daerah transisi di mana terdapat perubahan aliran laminer dan turbulen.

'

5
v*

(1.37)

Mengingat tebal sub lapis laminar sangat tipis maka dapat dianggap
bahwa bentuk profil kecepatan di daerah tersebut merupakan garis lurus.
Daerah transisi terletak antara titik a dan c; jarak antar dinding batas
dan titik c diberikan oleh:

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

30

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

31

EK

1
dt
2

A v

mempengaruhi aliran di daerah tersebut. Permukaan ini disebut dengan


hidraulis kasar.

dA

Apabila profil kecepatan di atas untuk seluruh tampang diketahui, maka


energi kinetik data dihitung.
Energi kinetik total untuk kecepatan aliran merata pada tampang
lintang aliran adalah :
EK

1
dt AV 3
2

Nilai kekasaran k untuk berbagai permukaan ditentukan oleh


percobaan pada pipa untuk berbagai nilai angka Reynolds dan dengan
membandingkan hasil tersebut dengan hasil percobaan yang dilakukan
oleh Nikuradse untuk pipa yang dilapisi dengan pasir. Tabel 1.1
memberikan nilai ks untuk berbagai permukaan.
Tabel 1.1. Tinggi kekasaran pipa

Dengan menyamakan kedua bentuk energi kinetik tersebut maka didapat:

1
AV 3

v 3 dA

(1.44.a)

Untuk lebar satu satuan, maka :


1

yV

y v

dy

(1.44.b)

Nilai koefisien koreksi tergantung pada distribusi kecepatan.


Persamaan energi untuk titik 1 dan 2 dengan memperhitungkan koefisien
koreksi energi menjadi :
z1

p1 1 V12
p
V2

z2 2 2 2

2g

2g

k (mm)

kaca
baja
besi diaspal
besi tuang
plester semen
Beton
Saluran tanah seragam lurus
pasangan batu

halus
0,03-0,09
0,06-0,24
0,18-0,90
0,27-1,20
0,30-3,00
3
6

1.6.2. Distribusi Kecepatan Aliran Turbulen di Bidang Datar

(1.45)

Penurunan persamaan distribusi kecepatan aliran turbulen pada


bidang datar didasarkan pada persamaan

1.6.4. Koefisien Koreksi Momentum


Di dalam penurunan persamaan momentum untuk aliran permanen
dan satu dimensi, kecepatan aliran dan rapat massa adalah seragam pada
satu tampang lintang aliran. Pada kenyataannya, distribusi kecepatan
pada suatu tampang adalah tidak seragam. Demikian juga dengan rapat
massa untuk aliran kompresibel.
Dengan demikian sebenarnya momentum di dalam aliran adalah

2 y2 (

dv 2
)
dy

dengan adalah tegangan geser pada titik di mana gradien kecepatan


adalah du/dy dan adalah koefisien Karman yang mempunyai nilai
sekitar 0,4. Tegangan geser dekat dengan dinding batas dianggap
mempunyai bentuk yang sama yaitu :
0 2 y2 (

Momentum v dA v

dengan v adalah kecepatan aliran pada pias dA dan adalah rapat massa.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Permukaan

dv 2
)
dy

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk :


36

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

33

dv 1 0 1 v* 1

dy y y

Untuk dinding kasar :

(1.39)

y1

dengan :
v*

Substitusi bentuk tersebut ke dalam Persamaan (1.42) akan diperoleh


bentuk distribusi kecepatan aliran untuk dinding halus dan kasar.

yang disebut dengan kecepatan geser. Integrasi Persamaan (1.39) akan


diperoleh:
v
v * ln y C

(1.40)

v*
ln y1 C

Apabila konstanta C disubstitusikan ke dalam Persamaan (1.40),


maka diperoleh bentuk :
v*
v
ln y * ln y1

v*
y
ln

y1

(1.41)

Untuk nilai =0,4 dan dan dengan menggunakan logaritma biasa,


maka Persamaan (1.41) menjadi :
v
y
5,75 log
v*
y1

(1.42)

'
107

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(1.43)

v
y
5,75 log 8,5
v*
ks

(1.44)

Dalam analisis aliran satu dimensi, kecepatan aliran pada suatu tampang dianggap konstan. Pada kenyataannya, kecepatan pada penampang
adalah tidak merata (Persamaan 1.44). Kecepatan di dinding batas adalah
nol dan bertambah dengan jarak dari dinding batas. Penggunaan kecepatan rerata untuk menggantikan kecepatan tidak merata dalam persamaan
Bernoulli perlu memasukkan koefisien tak berdimensi pada suku tinggi
kecepatan. Nilai merupakan perbandingan antara energi kinetik yang
dihitung dengan kecepatan tidak merata dan dengan kecepatan rerata.
Koefisien dikenal sebagai koefisien koreksi energi atau koefisien
Coriolis.
Energi kinetik dari massa M yang mempunyai kecepatan V adalah:
EK

1
MV2
2

Apabila kecepatan pada suatu pias kecil dA suatu penampang aliran


A adalah v, maka energi kinetik adalah :

Nikuradse melakukan percobaan untuk mendapatkan nilai y1 untuk


berbagai tipe kekasaran dinding. Untuk dinding halus diperoleh :
y1

v
v y
5,75 log * 5,5
v*

1.6.3. Koefisien Koreksi Energi

v
C * ln y1

Distribusi kecepatan aliran permukaan hidraulis halus :

Distribusi kecepatan aliran permukaan hidraulis kasar :

Pada jarak y1 yang sangat dekat dengan dinding batas, nilai v=0,
sehingga persamaan di atas menjadi :
0

ks
30

dE

1
1
1
dM v 2 v dA dt v 2 dt v 3 dA
2
2
2

Integrasi dari persamaan di atas untuk seluruh tampang aliran akan


memberikan energi kinetik total sebesar :
34

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

35

Dengan anggapan bahwa kecepatan aliran merata maka momentum


yang terjadi di dalam aliran adalah
Momentum VA V

dengan adalah koefisien koreksi momentum. Dengan menyamakan


kedua bentuk momentum di atas maka akan dapat diperoleh koefisien
koreksi momentum

vvdA
VVA

Untuk fluida tak kompresibel

dA

V 2A

(1.46.a)

Untuk lebar satu satuan, maka :


Gambar 1. Distribusi kecepatan pada vertikal.

dy

V y

b. Distribusi kecepatan untuk lebar dasar saluran 2,0 m


Hitungan dilakukan dengan cara yang sama untuk lebar dasar B=2,0
m dan hasilnya ditunjukkan dalam Gambar 2. Terlihat bahwa pada
saluran dengan lebar kecil, mempunyai kecepatan aliran yang lebih kecil.
Hal ini disebabkan karena pengaruh gesekan dinding saluran yang lebih
besar.

(1.46.b)

Koefisien koreksi momentum untuk kebanyakan aliran air mendekati satu. Untuk aliran laminar di dalam pipa, nilai adalah 1,33.
Sedang pada aliran turbulen, nilai bervariasi antara 1,01 dan 1,04.
Dengan memasukkan koefisien koreksi momentum , maka persamaan momentum menjadi
F Q( 2V2 1V1 )

(1.47)

Contoh 4
Air (=10-6 m2/d) mengalir melalui saluran berbentuk trapesium
dengan lebar dasar 10 m dan kemiringan tebing m=2. Kedalaman aliran
y=1 m dan kemiringan dasar saluran I=0,0005. Tinggi kekasaran ks=5
mm.
Pertanyaan :
a. Hitung distribusi kecepatan aliran.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

40

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

37

b. Hitung pula distribusi kecepatan aliran apabila lebar saluran adalah 2


m.
c. Hitung kecapatan rerata
d. Hitung koefisien koreksi energi
e. Hitung koefisien koreksi momentum
Penyelesaian
a. Distribusi kecepatan
Langkah pertama diselidiki apakah aliran hidraulis halus atau kasar, yaitu
dengan membandingkan tinggi kekasaran dinding saluran dengan tebal
sub lapis laminer.

v (5,75 log

0,01
8,5) 0,06377 0,652 m
0,005

Hitungan selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama untuk


berbagai kedalaman aliran y seperti diberikan dalam Tabel 1. dan
Gambar 1. Terlihat bahwa kecepatan pada jarak yang sangat dekat
dengan dinding mendekati nol dan bertambah dengan cepat pada jarak
yang sangat dekat dari dinding, yaitu pada jarak kurang dari 5 cm dari
dasar saluran. Kecepatan maksimum terjadi pada permukaan air yaitu
sebesar v=1,386 m/d.
Tabel 1. Distribusi kecepatan pada vertikal

Dihitung jari-jari hidraulis :


R

A
y( B my )
1,0(10 2 1,0)

0,829 m
P B 2 y 1 m2
10 2 1,0 1 2 2

Kecepatan geser :

v* 0 gRI 9,81 0,829 0,0005 0,06377

Tebal sub lapis laminar diberikan oleh :


'

v (m /d )

y (m )

v (m /d )

0.0002

0.029

0.4

1.240

0.0005

0.175

0.5

1.275

0.001

0.286

0.6

1.305

0.01

0.652

0.7

1.329

0.05

0.909

0.8

1.350

0.1

1.019

0.9

1.369

0.2

1.130

1.386

0.3

1.194

5 5 10 6

0,000078 m
u* 0,06377

y (m )

30 30 10 6

0,00047
u*
0,06377

11,6 11,6 10 6

0,000078 m
u*
0,063774

Mengingat ks=5mm=0,005 m > T=0,00047 m, maka aliran adalah


hidraulis kasar. Persamaan (1.44) dapat ditulis dalam bentuk di bawah,
dan untuk ks=0,005; v*=0,06377 dan y=0,01 m maka diperoleh :
v (5,75 log

y
8,5) v*
ks

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

38

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

39

dy

V2y

Koefisien koreksi momentum dihitung dengan cara serupa seperti


diberikan dalam Tabel 2, yaitu menghitung v2 (kolom [6]) dan kemudian
dikalikan dengan y (kolom [7]) yang selanjutnya dijumlahkan pada
seluruh kedalaman. Koefisien koreksi momentum adalah :

1,525142
1 1,223 2

1,0192

Jadi koefisien koreksi momentum adalah =1,0192.


Gambar 2. Distribusi kecepatan pada saluran dengan B=10 m dan B=2 m

c. Kecepatan rerata
Kecepatan rerata dihitung berdasar distribusi kecepatan seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1. Dihitung luasan dari distribusi kecepatan
tersebut. Hitungan dilakukan dengan menggunakan Tabel 1. Tabel
tersebut juga digunakan untuk hitungan koefisien koreksi energi (kolom
[4] dan [5]) dan koefisien koreksi momentum (kolom [6] dan [7]).
Kolom [1] adalah kedalaman aliran y dihitung dari dasar saluran.
Kolom [2] adalah kecepatan aliran pada kedalaman y. Kolom [3] adalah
luasan di antara dua kecepatan, yaitu :
(v1 v 2 )
( y 2 y1 )
2
0y v dy

v dy

Jumlah dari kolom [3] adalah luasan total distribusi kecepatan.


Kecepatan rerata adalah jumlah luasan dibagi dengan kedalaman aliran.
V

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

44

1,223257
1,223 m / d
1

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

41

Gambar 3 menunjukkan kecepatan rerata dibandingkan dengan


distribusi kecepatan. Terlihat bahwa perpotongan antara kurva distribusi
kecepatan dan kecepatan rerata terjadi pada kedalaman sekitar 0,37 y
(dibulatkan 0,4 y) dari dasar saluran; atau 0,6 y dari permukaan air.
Dalam praktek di lapangan, pengukuran kecepatan rerata dilakukan pada
kedalaman 0,6y dari muka air.

y (m)

v dy

v (m/d)

(v 1+v2)(y2-y1)/2
[1]
0

v3

v 3 dy

v2

v 2 dy

[2]
0

[3]
-

[4]
0

[5]
-

[6]
0

[7]
-

0.0002

0.029

0.000003

0.000026

0.0000000

0.000868

0.0000001

0.0005

0.175

0.000031

0.005394

0.0000008

0.030758

0.0000047

0.001

0.286

0.000115

0.023336

0.0000072

0.081662

0.0000281

0.01

0.652

0.004222

0.277764

0.0013550

0.425713

0.0022832

0.05

0.909

0.031225

0.750544

0.0205662

0.825881

0.0250319

0.1

1.019

0.048199

1.058612

0.0452289

1.038703

0.0466146

0.2

1.130

0.107436

1.441195

0.1249904

1.275896

0.1157299

0.3

1.194

0.116184

1.702759

0.1571977

1.425943

0.1350919

0.4

1.240

0.121704

1.906363

0.1804561

1.537460

0.1481701

0.5

1.275

0.125771

2.075016

0.1990690

1.626850

0.1582155

0.6

1.305

0.129000

2.219977

0.2147496

1.701763

0.1664307

0.7

1.329

0.131679

2.347682

0.2283830

1.766416

0.1734089

0.8

1.350

0.133970

2.462187

0.2404935

1.823395

0.1794905

0.9

1.369

0.135971

2.566227

0.2514207

1.874405

0.1848900

1.386

0.137748

2.661742

0.2613984

1.920631

0.1897518

Jumlah

1.223257

Jumlah

1.9253164

Jumlah

1.5251420

d. Koefisien koreksi energi


Gambar 3. Distribusi kecepatan dan kecepatan rerata

Koefisien koreksi energy dihitung dengan persamaan berikut :

Tebel 2. Hitungan kecepatan rerata, koefisien koreksi dan

1
yV

y v

dy

Dalam Tabel 2 dihitung v3 (kolom [4]) dan kemudian dikalikan dengan


y (kolom [5]) dan kemudian dijumlahkan untuk seluruh kedalaman.
Koefisien koreksi energi adalah :

1,9253164
1 1,2233

1,0518

Jadi koefisien koreksi energi adalah =1,0518.


e. Koefisien koreksi momentum
Koefisien koreksi energy dihitung dengan persamaan berikut :
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

42

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

43

Chezy, seorang insinyur Perancis ketika merencanakan saluran pembawa


air dari Sungai Yvette ke kota Paris pada tahun 1768.
Koefisien Chezy dapat ditulis dalam bentuk koefisien Darcy-Weisbach. Dengan menggunakan hubungan R = D/4 dan I = hf /L, persamaan
Darcy-Weisbach dapat ditulis dalam bentuk berikut ini.

BAB II

L V2
4R 2 g

hf f

8g
f

ALIRAN SERAGAM

(2.2)

RI

dengan I = hf/L.
Dengan membandingkan Persamaan (2.1) dan (2.2) akan diperoleh :
C

2.1. Pendahuluan

8g
f

(2.3)

Persamaan (2.3) menunjukan bahwa koefisien Chezy merupakan


fungsi jari-jari hidraulis R, kekasaran dinding k, dan angka Reynolds Re;
mengingat parameter f juga tergantung pada ketiga variabel tersebut.
Dengan kata lain :
C = (R, k, Re)

(2.4)

Dengan memperhatikan Persamaan (2.3) dan (1.36), terdapat


hubungan antara C dan f dalam bentuk berikut ini.
C

8g

2 log (

k
2,51

)
3,7 4 R Re f

(2.5)

Pada aliran melalui saluran terbuka, biasanya permukaan dinding adalah


kasar sehingga pengaruh kekentalan adalah kecil. Dengan demikian
pengaruh angka Reynolds terhadap koefisien Chezy dapat diabaikan,
sehingga :
C
8g

2 log (

k
)
3,7 4 R

Aliran seragam tidak dapat terjadi pada kecepatan aliran yang besar
atau kemiringan saluran sangat besar. Apabila kecepatan aliran melampaui batas tertentu (kecepatan kritik), maka muka air menjadi tidak

(2.6)

atau
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Sebenarnya aliran seragam jarang terjadi di alam. Hal ini disebabkan


karena tampang aliran yang benar-benar seragam di sepanjang saluran
jarang terjadi, baik karena ketidak-teraturan tampang saluran dan adanya
bangunan seperti bendung, pintu air, penyempitan atau pelebaran
saluran, dan sebagainya. Aliran dapat dianggap seragam apabila saluran
sangat panjang dan tampangnya sama di sepanjang saluran. Di dalam
aliran seragam, dianggap bahwa aliran adalah permanen dan satu
dimensi. Dengan anggapan satu dimensi berarti kecepatan aliran di setiap
titik pada tampang lintang adalah sama. Contoh aliran seragam adalah
aliran melalui saluran irigasi yang sangat panjang dan tidak ada
perubahan penampang. Aliran di saluran irigasi yang dekat dengan
bangunan air (irigasi) tidak lagi seragam karena adanya pembendungan
atau terjunan, yang menyebabkan aliran menjadi tidak seragam (non uniform). Pada umumnya aliran seragam di saluran terbuka adalah turbulen,
sedang aliran laminar sangat jarang terjadi sehingga tidak dibicarakan
dalam buku ini.

48

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

45

stabil dan akan terjadi gelombang. Pada kecepatan yang sangat tinggi
(lebih dari 6 m/d), udara akan masuk ke dalam aliran dan aliran menjadi
tidak permanen.
2.2. Rumus Chezy
Zat cair yang mengalir melalui saluran terbuka akan menimbulkan
tahanan geser pada dinding saluran. Tahanan ini akan diimbangi oleh
komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran. Di
dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah
seimbang dengan tahanan geser. Tahanan geser ini tergantung pada
kecepatan aliran.
Penurunan persamaan dasar aliran seragam dilakukan dengan
anggapan berikut ini (lihat Gambar 2.1).
a
Garis energi

v2
2g
Luas
A

Gaya tahanan = 0 P L
2. Di dalam aliran permanen, komponen gaya berat yang mengakibatkan
aliran harus sama dengan gaya tahanan total. Besar komponen gaya
berat adalah :
Komponen gaya berat = A L sin
dengan :
: berat jenis zat cair
A : luas tampang basah
L : panjang saluran yang ditinjau

: sudut kemiringan saluran.


Berdasarkan kedua anggapan tersebut dan dengan memperhatikan
Gambar. 2.1, maka keseimbangan antara komponen gaya berat dan gaya
tahanan adalah :
0 P L = A L sin
atau
k V2 P L = A L sin
atau
V2 =

v
a
wAL

Oleh karena sudut kemiringan saluran adalah kecil, maka kemiringan


saluran I = tg = sin dan persamaan di atas menjadi :

Gambar 2.1. Penurunan rumus Chezy

V C RI

1. Gaya yang menahan aliran tiap satuan luas dasar saluran adalah sebanding dengan kuadrat kecepatan dalam bentuk

0 = k V2
dengan k adalah konstanta. Bidang singgung (kontak) antara aliran
dengan dasar saluran adalah sama dengan perkalian antara keliling
basah (P) dan panjang saluran (L) yang ditinjau, yaitu PL. Gaya total
yang menahan aliran adalah
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

A
sin
k P

46

(2.1)

dengan
C

dan R adalah jari-jari hidraulis, R = A/P.


Persamaan (2.1) dikenal dengan rumus Chezy dan koefisien C
disebut koefisien Chezy yang mempunyai dimensi L T1 atau akar dari
percepatan. Persamaan tersebut pertama kali dikemukakan oleh Antoine
I. PRINSIP DASAR ALIRAN

47

1 1/ 6
R
n

(2.10)

C 2 8 g log

Dengan koefisien tersebut maka rumus kecepatan aliran menjadi:


1
V R 2 / 3 I 1/ 2
n

Koefisien Manning n merupakan fungsi bahan dinding saluran yang


mempunyai nilai yang sama dengan n untuk rumus Ganguillet dan
Kutter. Tabel 2.2 memberikan nilai n. Rumus Manning ini banyak
digunakan karena mudah pemakaiannya.
Tabel 2.2. Nilai Koefisien Manning
Koef.
Manning n

Besi tuang dilapis

0,014

Kaca

0,010

Saluran beton

0,013

Bata dilapis mortar

0,015

Pasangan batu disemen

0,025

Saluran tanah bersih

0,022

Saluran tanah

0,030

Sal. dengan dasar batu dan tebing rumput

0,040

Sal. pada galian batu padas

0,040

4. Rumus Strickler
Strickler mencari hubungan antara nilai koefisien n pada rumus Manning dan Ganguillet-Kutter, sebagai fungsi dimensi material yang membentuk dinding saluran. Untuk dinding (dasar dan tebing) dari material
yang tidak koheren, koefisien Strickler ks diberikan oleh rumus berikut
ks

1
R 1/ 6
26 (
)
n
d 35

(2.12)

dengan R adalah jari-jari hidraulis, dan d35 adalah adalah diameter butir
material (dalam meter) di mana 35% dari berat sampel adalah lebih halus
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(2.7)

Tinggi kekasaran untuk berbagai jenis dinding saluran diberikan dalam


Tabel 1.1.

(2.11)

Dinding Saluran

14,8 R
k

52

Dari beberapa bentuk persamaan di atas terlihat bahwa terdapat


hubungan antara koefisien Chezy dan koefisien Darcy-Weisbach. Kedua
koefisien tersebut tergantung pada angka Reynolds, kekasaran dinding
batas dan bentuk tampang lintang. Koefisien gesekan f pada pipa
lingkaran telah dibahas dalam Bab I, di mana tersedia persamaan untuk
menentukan nilainya. Pada aliran melalui pipa parameter aliran adalah
seragam, seperti diameter dan kekasaran pipa sepanjang aliran yang
sama, karena jenis pipa yang sama. Pada aliran melalui saluran terbuka,
terutama untuk saluran alam (sungai) parameter aliran sangat bervariasi,
seperti bentuk tampang saluran, kekasaran dinding, kondisi aliran apakah
permanen atau tidak permanen. Pada saluran buatan ketidakteraturan
tersebut tidak sebesar saluran alam, namun masih tidak seteratur saluran
pipa. Oleh karena itu penentuan koefisien Chezy C lebih sulit dibanding
penentuan koefisien Darcy-Weisbach f.
Koefisien Chezy tergantung pada kedalaman aliran yang
ditunjukkan oleh jari-jari hidraulis R dan kecepatan aliran yang
ditunjukkan oleh angka Reynolds Re pada Persamaan (2.5). Hal ini
berarti bahwa koefisien Chezy C bisa berubah dengan kondisi aliran.
Pada aliran dengan debit kecil nilai C lebih rendah daripada ketika debit
besar (banjir). Pada saat banjir, sungai mampu melewatkan debit lebih
besar daripada pada saat debit kecil.
Contoh 3
Air (=10-6 m2/d) mengalir melalui saluran berbentuk trapesium
dengan lebar dasar 10 m dan kemiringan tebing m=2. Kedalaman aliran
y=1 m dan kemiringan dasar saluran I=0,0005. Tinggi kekasaran ks=5
mm. Hitung debit aliran.
Penyelesaian
I. PRINSIP DASAR ALIRAN

49

Parameter yang diketahui :

Kekentalan kinematik : =10-6 m2/d


Lebar dasar saluran : B=10 m
Kemiringan tebing
: m=2
Kedalaman aliran
: y=1 m
Kemiringan dasar saluran : I=0,0005
Tinggi kekasaran
: ks=5 mm

Tabel 2.1. Koefisien kekasaran Bazin


Jenis dinding
2

P B 2 y 1 m 2 10 2 1,0 1 2 2 14,472 m

A
12
R
0,829 m
P 14,472
14,8 0,829
C 2 8 9,81 log
60 m1 / 2 / d dihitung lagi!!!
0.005

Dinding sangat halus (semen)

0,06

Dinding halus (papan, batu, bata)

0,16

Dinding batu pecah

0,46

Dinding tanah sangat teratur

0,85

Saluran tanah dengan kondisi biasa

1,30

Saluran tanah dengan dasar batu pecah dan tebing rumput

1,75

2. Rumus Ganguillet-Kutter

Kecepatan aliran :

Ganguillet dan Kutter mengusulkan rumus untuk menghitung koefisien Chezy berikut ini.

V C RI 60 0,829 0,0005 1,223 m 3 / d

0,00155 1

I
n
C
0,00155 n
1 (23
)
I
R

Debit aliran :

23

Q AV 12 1,223 14,675 m 3 / d

2.3. Rumus-rumus Empiris


Beberapa ahli telah mengusulkan beberapa bentuk koefisien Chezy C
dari rumus-umum V C RI . Koefisien tersebut tergantung pada bentuk
tampang lintang, kekasaran dinding saluran dan kecepatan aliran. Dalam
buku ini akan ditinjau beberapa rumus yang banyak digunakan.
1. Rumus Bazin

(2.9)

Koefisien n yang ada pada persamaan tersebut sama dengan koefisien n


pada rumus Manning yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Rumus tersebut lebih kompleks dari rumus Bazin, tetapi hasilnya tidak lebih
baik dari rumus Bazin. Untuk nilai kemiringan kecil (di bawah 0,0001)
nilai 0,00155/I menjadi besar dan rumus tersebut menjadi kurang teliti.
3. Rumus Manning
Seorang ahli dari Islandia, Robert Manning mengusulkan rumus
berikut ini.

Bazin mengusulkan rumus berikut ini.

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(2.8)

dengan B adalah koefisien yang tergantung pada kekasaran dinding,


seperti diberikan dalam Tabel 2.1.

Luas tampang aliran, keliling basah dan jari-jari hidraulis :


A y( B my ) 1,0(10 2 1,0) 12 m

87

1 B
R

50

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

51

20 5 y

dari diameter butir tersebut. Dengan menggunakan koefisien tersebut


maka rumus kecepatan aliran menjadi

1
5y 2/ 3
(
) 0,0051 / 2
0,022 5 2 y

1,2445 y (

5y 2/3
)
5 2y

1, 2445
5y 2/3
(
)
5 2y

V k s R 2 / 3 I 1/ 2

Contoh 2

Tabel 1. Hitungan kedalaman aliran (ditambah cara manual &


Kesalahan)
No

yi

1
2
3
4
5
6
7
8

1.5
1.299
1.382
1.345
1.361
1.354
1.357
1.356

(2.13)

Saluran segi empat dengan lebar B=6 m dan kedalaman air y=2 m. Kemiringan dasar saluran 0,001 dan koefisien Chezy C=50. Hitung debit
aliran.

e (%)

Penyelesaian
-15.454
5.962
-2.704
1.144
-0.499
0.215
-0.093

Luas tampang basah :


A B y 6 2 12 m 2

Keliling basah :
P B 2 y 6 2 2 10 m 2

Jari-jari hidraulis :

Diperoleh : y=1,356 m
R

Soa14
Saluran trapesium dengan lebar dasar 5,0 m dan kemiringan tebing 1:1.
Debit aliran Q = 10 m3/d. Hitung kedalaman aliran apabila koefisien
Chezy C = 50 dan kemiringan dasar saluran 0,001. (ditambah gambar
tampang saluran)

A 12

1,2 m 2
P 10

Debit aliran :
Q AV A C RI 12 50 1, 2 0,001 20,7846 m 3 / d

Contoh 3

Penyelesaian
Lebar dasar saluran

: B = 5,0 m

Debit aliran

: Q =10,0 m3/d

Saluran segi empat dengan lebar 5 m dan kedalaman 2 m mempunyai


kemiringan dasar saluran 0,001. Dengan menggunakan rumus Bazin,
hitung debit aliran. Koefisien B=0,46.

Kemiringan tebing

: 1:1 m= 1

Penyelesaian

Kemiringan dasar

: I= 0,001

Koefisien Chezy

Luas tampang basah : A B y 5 2 10 m 2

: C = 50

P B 2y 5 2 2 9 m2
A 10
Jari-jari hidraulis : R 1,1111 m
P 9

Keliling basah :

Luas tampang aliran : A = [B + (B+2 my)] 0,5y = (B+my) y = (5 + y) y

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

56

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

53

Koefisien Chezy dihitung dengan rumus Bazin :


C

Saluran terbuka berbentu trapesium terbuat dari tanah (n=0,022)


mempunyai lebar 10 m dan kemiringan tebing 1:m (vertikal:horisontal)
dengan m=2. Apabila kemiringan dasar saluran adalah 0,0001 dan
kedalaman aliran adalah 2 m, hitung debit aliran dengan menggunakan
Rumus Manning.

87
87

60,57
B
0, 46
1
1
1,1111
R

Debit aliran :

Penyelesaian

Q AV A C RI 10 60,57 1,1111 0,001 20,19 m 3 / d

Luas tampang basah :


A y ( B my ) 2(10 2 2) 28 m 2

Contoh 4
Saluran terbuka berbentu segi empat dengan lebar 10 m dan
kedalaman aliran 4 m. Kemiringan dasar saluran 0,001. Apabila
koefisien n dari rumus Kutter adalah n=0,025; hitung debit aliran.
Luas tampang basah : A B y 10 4 40 m 2

Jari-jari hidraulis : R

P B 2 y 1 m 2 10 2 2 1 2 2 18,94

Jari-jari hidraulis : R

Penyelesaian

Keliling basah :

Keliling basah :

A
28

1,478 m
P 18,94

Debit aliran dihitung dengan rumus Manning :

P B 2 y 10 2 4 18 m 2

1
1
Q AV A R 2 / 3 I 1 / 2 28
1,478 2 / 3 0,00011 / 2 16,516 m 3 / d
n
0,022

A 40

2,2222 m
P 18

Contoh 6

Koefisien Chezy dihitung dengan rumus Ganguillet-Kutter (Persamaan


2.9):
0,00155
1

0,001 0,025
C
45,72
0,00155 0,025
1 (23
)
0,001
2,2222
23

Saluran segiempat dengan lebar 5 m, kemiringan dasar saluran I=0,005.


Koefisien Manning n=0,022. Apabila debit aliran adalah 20 m3/d; hitung
kedalaman aliran.
Penyelesaian
Luas tampang basah : A B y 5 y (ditambah gambar tampang saluran)

Debit aliran :

Keliling basah :

Q AV A C RI 40 45,72 2,2222 0,001 86,21 m 3 / d

Jari-jari hidraulis : R

Contoh 5

Debit aliran dihitung dengan rumus Manning :


Q AV A

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

54

P B 2y 5 2y

A
5y

P 5 2y

1 2 / 3 1/ 2
R I
n

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

55

Soal 6
Air mengalir melalui pipa lingkaran berdiameter 2,0 m. Apabila
kemiringan dasar saluran adalah 0,0025; hitung debit aliran apabila
kedalaman aliran adalah 1,0 m. Koefisien Manning n = 0,015.

Keliling basah : P= B + 2y 1 m 2 = B + 2y

Penyelesaian

Debit aliran : Q = AV AC RI

Diameter pipa
: D = 2,0 m
Kemiringan dasar saluran: I = 0,0025
Kedalaman aliran
: y = 1,0 m
Koefisien Manning
: n = 0,015

Jari-jari hidraulis : R

A 5 y y

P 5 2y 2

5 y y
10 = (5 + y)y 50

5 2 y 2
5 y y
6,3246 = 5 y y

5 2 y 2

y=

0,001

6,3246

5 y 5 y y
5 2 y 2

Persamaan diatas diselesaikan dengan metode iterasi yang akhirnya


didapat:
1 D2 1
2
2 1,5708 m 2
2 4
8

Luas tampang aliran : A =


Keliling basah P =

y = 1,123 m (ditambah cara menghitung secara manual)

1
1
D 2 13,1416 m
2
2

Jari-jari hidraulis = R

A 1,5708

0,5m
P 3,1416
1
n

Debit aliran : Q = AV = A R 2 / 3 I 1 / 2
= 1,5708

1
0,52 / 3 0,00251 / 2 3,298 m 3 / d
0,015

Soa1 7

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

60

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

yi

e(%)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

2
0.788
1.375
0.999
1.205
1.081
1.151
1.110
1.134
1.120
1.128
1.123

153.714
42.686
37.691
17.091
11.455
6.123
3.734
2.110
1.246
0.717
0.419

57

cos =

OB 0,4 D
-1
o

0,8 = cos 0,8 = 36,87


OC 0,5 D

Luas tampang basah A = luas ABCD = Luas OACD + luas AOC


=

D 2 360 o 2 x36,87 o
1

2 BC OB
4
2
360 o

360o 2 o

D 2 360 o 2 o
D 2 sin ( 2 ) = D 2
sin (2 )
o
o
4
4

360
360

= 0,62452 D 2 2 sin (36,87 o ) 0,5 D cos (36,87 o )

Soal 5
Air mengalir melalui pipa lingkaran berdiameter 3,0 m. Apabila
kemiringan dasar saluran adalah 0,0025; hitung debit aliran apabila
kedalaman aliran adalah 0,9 D. Koefisien Chezy adalah C = 50.

= 0,74452 D 2 = 0,74452 (3) 2 = 6,7 m 2

Keliling basah P = busur ADC


Busur ADC =

Penyelesaian

360

2 36,87 o
360

D 2,4981D = 7,494 m

360o 2 D

Diameter pipa
: D = 3,0 m
Kemiringan dasar saluran: I = 0,0025
Kedalaman aliran
: y = 0,9 D
Koefisien Chery
: C = 50

360 o

A
6,7
R
0,894m
P 7,494
Q AV AC RI 6,7 x50 0,894 0,0025 15,837 m 3 / d

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

58

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

59

Z1
B

8/3

B my y 5 / 3

B 2 y 1 m2

2/3

Saluran berbentuk lingkaran dengan kemiringan dasar saluran 0,0001


dan debit aliran 5 m3/d. Apabila aliran di dalam pipa adalah 0,8 penuh,
berapakan diameter pipa yang digunakan. Koefisien Manning n = 0,015.

B8 / 3

Parameter penyebut B8/3 dapat ditulis dalam bentuk B 5 / 3 B 5 / 3 B 2 / 3


sehingga persamaan di atas menjadi :
Z1
B8 / 3

y 5/ 3
)
y
B

( )5/ 3
y
B
(1 2 1 m 2 ) 2 / 3
B
(1 m

(2.21)

Persamaan (2.21) memberikan hubungan antara Z1/B8/3 dan y/B. Dengan


menggunakan persamaan tersebut, dihitung Z1/B8/3 untuk beberapa nilai
y/B seperti diberikan dalam Tabel 2.2. Tabel tersebut dapat digunakan
untuk menghitung kedalaman aliran y apabila diketahui debit aliran Q
dan parameter saluran yaitu bentuk saluran, kekasaran dinding, dan
kemiringan dasar saluran.
Contoh

Dengan menggunaan Persamaan (2.20) dihitung :

B8 / 3

cos =

OB 0,3

0,6
OC 0,5

Qn

20 0,022

A luasABCD

P busurADC

Luas ABCD = luas AOCD + luas AOC

Penyelesaian

Z1

Dari gambar di atas:

= cos-10,6 = 53,13o

Saluran segiempat dengan lebar 5 m, kemiringan dasar saluran


I=0,005. Koefisien Manning n=0,022. Apabila debit aliran adalah 20
m3/d; hitung kedalaman aliran.

Z1

Penyelesaian

(5) 8 / 3

D 2 360 0 2 53,130
1

2 BC OB
0
4
2
360

D 2 253,74 0
1

2 0,5 D sin x 0,5 D cos


0
4
2
360

6,22254

0,005

6,22254

= 0,5536 D2 + 0,12 D2 = 0,6736 D2

0,085123

Dengan menggunakan Tabel 2.2 untuk Z1 / B


y/B dengan interpolasi linier :

8/3

0,085123 dihitung nilai

253,74 0
360 0

Jari-jari hidraulis: R

y
0,08512 0,05466
0,2
(0,3 0,2) 0,269844
B
0,09828 0,05466
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Busur ADC = D

64

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

2,2143D

A 0,6736D 2

0,3042D
P
2,2143D
61

Dengan menggunakan rumus Manning

Q AV A

1
Q A R 2 / 3 I 1/ 2
n

5 = 0,67357 D 2

1 2 / 3 1/ 2
R
I
n

(2.16)

atau
dengan :

8/3

5 = 0,20311 D

Didapat:
D = 3,32 m
2.4. Hantaran (Conveyance) Saluran
Beberapa contoh hitungan di atas menunjukkan bahwa ada dua
masalah dalam hitungan yaitu :
1) menghitung debit aliran apabila data saluran seperti kedalaman aliran
y, bentuk tampang lintang saluran (B, m), koefisien kekasaran dinding C atau n, dan kemiringan dasar saluran I0 diketahui,
2) menghitung kedalaman aliran (y) apabila diketahui debit dan data saluran seperti bentuk tampang lintang saluran (m), koefisien kekasaran dinding C atau n, dan kemiringan dasar saluran I0.
Hitungan masalah yang pertama dapat dilakukan dengan mudah
karena debit aliran dapat dihitung secara eksplisit. Penyelesaian dari
masalah kedua lebih rumit karena diperlukan hitungan secara iterasi
yang memerlukan waktu panjang dan membosankan. Keberadaan
software semacam Excel sangat membantu dalam hitungan tersebut.
Namun bagi para praktisi di lapangan penyelesaian semacam itu akan
menyulitkan. Untuk memudahkan hitungan, digunakan konsep hantaran
(conveyance) dari saluran yang diturunkan berikut ini.
2.4.1. Hantaran dengan Persamaan Manning
Apabila digunakan Persamaan Manning, debit aliran mempunyai bentuk
berikut ini.

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(2.17)

QK I

1
0,3042D 2 / 3 0,00011 / 2
0,015

62

1
A R2/3
n

(2.18)

Besaran K disebut hantaran (conveyance) dari tampang saluran, yaitu


kemampuan penghantar dari tampang saluran. Persamaan (2.18) dapat
digunakan untuk menghitung hantaran apabila debit dan kemiringan
dasar saluran diketahui. Parameter A R 2 / 3 disebut faktor tampang lintang
saluran untuk menghitung aliran seragam dan diberi simbol Z1, sehingga
:
Z1 A R 2 / 3

(2.19)

Persamaan (2.16) menjadi :


Z1

Qn

(2.20)

Untuk suatu tampang lintang tertentu parameter Z1 adalah fungsi


dari kedalaman y. Untuk nilai Q, n dan I (atau nilai Z1) tertentu dapat
dihitung kedalaman aliran seragam y, yang disebut dengan kedalaman
normal yn.
Dipandang saluran trapesium dengan kemiringan tebing m,
Persamaan (2.19) dapat ditulis dalam bentuk :
Z1 A R

2/ 3

B my y
( B my ) y
B 2y 1 m2

2/ 3

Untuk mendapatkan bentuk tak berdimensi, kedua ruas dari persamaan di


atas dibagi dengan B8/3 sehingga :

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

63

Dengan menggunakan Tabel 2.3 untuk Z1 / B 5 / 2 0,113137 dihitung nilai


y/B dengan interpolasi linier :
y
0,113137 0,0940
0,2
(0,3 0,2) 0,22251
B
0,1791 0,0940

y 0,269844 5 1,35 m

Diperoleh kedalaman aliran y=1,35 m; yang sama dengan hasil hitungan


pada Contoh 3 dengan menggunaan cara iterasi yaitu y=1,356 m.
Tabel 2.2. Hubungan Z1/B8/3 dan y/B

y 0,22251 5 1,113 m

y/B Tabel
8/5

Diperoleh kedalaman aliran y=1,113 m; yang hampir sama dengan hasil


hitungan pada Contoh 4 dengan menggunakan cara iterasi yaitu y=1,123
m.
2.5. Tampang Lintang Ekonomis
Beberapa rumus kecepatan aliran yang diberikan dalam sub bab
terdahulu menunjukkan bahwa untuk kemiringan dan kekasaran saluran
tertentu, kecepatan akan bertambah dengan jari-jari hidraulis. Sehingga
untuk luas tampang basah tertentu, debit akan maksimum apabila nilai R
= A/P maksimum, atau apabila keliling basah minimum. Dengan kata
lain, untuk debit aliran tertentu, luas tampang lintang saluran akan
minimum apabila saluran mempunyai nilai R maksimum (atau P
minimum). Tampang lintang saluran seperti ini disebut tampang saluran
ekonomis (efisien) untuk luas tampang tertentu.
Penjelasan tentang tampang lintang ekonomis ini dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus debit aliran, yang dalam hal ini misalnya
digunakan rumus Manning.
V=

1 2 / 3 1/ 2
R I
n

A R 2 / 3 I1 / 2
Q=AV=
n

dengan
A
R
P
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

68

Z 1/B
Kemiringan Tebing, m=

h/B
0.02

0
0.0014

0.5
0.0015

1
0.0015

1.5
0.0015

2
0.0015

0.05

0.0064

0.0066

0.0067

0.0069

0.0070

0.10

0.0191

0.0204

0.0214

0.0221

0.0228

0.15

0.0356

0.0394

0.0422

0.0445

0.0466

0.20

0.0547

0.0627

0.0687

0.0737

0.0783

0.30

0.0983

0.1205

0.1382

0.1532

0.1669

0.40

0.1468

0.1922

0.2297

0.2621

0.2919

0.50

0.1984

0.2770

0.3440

0.4027

0.4571

0.60

0.2523

0.3748

0.4822

0.5773

0.6660

0.70

0.3079

0.4856

0.6453

0.7884

0.9222

0.80

0.3646

0.6096

0.8347

1.0383

1.2293

0.90

0.4223

0.7471

1.0516

1.3292

1.5907

1.00

0.4807

0.8984

1.2973

1.6636

2.0095

1.10

0.5398

1.0638

1.5729

2.0436

2.4892

1.20

0.5993

1.2436

1.8797

2.4713

3.0327

1.30

0.6592

1.4382

2.2189

2.9490

3.6432

1.40

0.7195

1.6480

2.5917

3.4787

4.3237

1.50

0.7800

1.8733

2.9993

4.0625

5.0771

1.60

0.8408

2.1146

3.4428

4.7024

5.9063

1.70

0.9018

2.3721

3.9233

5.4004

6.8142

1.80

0.9630

2.6462

4.4421

6.1584

7.8035

1.90

1.0243

2.9373

5.0001

6.9784

8.8770

2.00

1.0858

3.2459

5.5985

7.8623

10.0373

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

65

2.4.2. Hantaran dengan Persamaan Chezy


Apabila digunakan Persamaan Chezy, debit aliran mempunyai bentuk
berikut ini.

Dari Persamaan (2.22) dan (2.23) diperoleh :


Q

(2.24)

C I

Dipandang saluran trapesium dengan kemiringan tebing m,


Persamaan (2.23) dapat ditulis dalam bentuk :
Z1 A R

B my y
( B my ) y
B 2 y 1 m 2

1/ 2

Kedua ruas dari persamaan di atas dibagi dengan B5/23 akan diperoleh :
Z1
B

5/2

y 3/2
)
y
B

( )3 / 2
y
B
(1 2 1 m 2 ) 1 / 2
B

Z1 / B 5 / 2
Kemiringan Tebing, m=

y/B

(2.23)

Z1 A R

1/ 2

Tabel 2.2. Hubungan Z1/B5/2 dan y/B untuk Rumus Chezy

(2.22)

Q A C RI

Z1

Z1
6,32456

0,113137
B5 / 2
(5)5 / 2

(1 m

(2.25)

0.02

0
0.0028

0.5
0.0028

1
0.0028

1.5
0.0029

2
0.0029

0.05

0.0107

0.0110

0.0113

0.0116

0.0119

0.10

0.0289

0.0305

0.0322

0.0340

0.0358

0.15

0.0510

0.0554

0.0600

0.0649

0.0699

0.20

0.0756

0.0845

0.0940

0.1038

0.1139

0.30

0.1299

0.1539

0.1791

0.2055

0.2329

0.40

0.1886

0.2363

0.2870

0.3402

0.3955

0.50

0.2500

0.3313

0.4180

0.5095

0.6050

0.60

0.3133

0.4383

0.5727

0.7151

0.8644

0.70

0.3780

0.5576

0.7520

0.9589

1.1766

0.80

0.4438

0.6890

0.9566

1.2428

1.5447

0.90

0.5103

0.8328

1.1875

1.5684

1.9714

1.00

0.5774

0.9891

1.4456

1.9375

2.4593

Dengan menggunakan Persamaan (2.25) dihitung Z1 /B5/2 untuk beberapa


nilai y/B seperti diberikan dalam Tabel 2.3.

1.10

0.6449

1.1583

1.7315

2.3518

3.0111

1.20

0.7129

1.3404

2.0463

2.8127

3.6291

Contoh

1.30

0.7812

1.5358

2.3907

3.3220

4.3157

1.40

0.8498

1.7446

2.7655

3.8810

5.0734

1.50

0.9186

1.9672

3.1716

4.4913

5.9043

1.60

0.9875

2.2036

3.6096

5.1544

6.8105

1.70

1.0567

2.4543

4.0803

5.8715

7.7943

1.80

1.1260

2.7194

4.5845

6.6440

8.8576

1.90

1.1954

2.9992

5.1230

7.4733

10.0024

2.00

1.2649

3.2938

5.6963

8.3607

11.2308

Saluran trapesium dengan lebar dasar 5,0 m dan kemiringan tebing


1:1. Debit aliran Q = 10 m3/d. Hitung kedalaman aliran apabila koefisien
Chezy C = 50 dan kemiringan dasar saluran 0,001.
Penyelesaian
Dengan menggunaan Persamaan (2.24) dihitung :
Z1

Q
C I

10
50 0,001

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

6,32456

66

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

67

ini sama dengan bentuk trapesium apabila nilai m = 0, sehingga beberapa


parameter aliran mempunyai bentuk berikut :
b

Berdasarkan rumus tersebut akan dicari, untuk kemiringan saluran I


dan kekasaran dinding n, suatu tampang lintang dengan luas yang sama
A tetapi memberikan debit maksimal. Untuk nilai A, n dan I konstan,
debit akan maksimum apabila R maksimum.
1. Saluran Trapesium

Untuk saluran tanah dengan bentuk trapesium seperti yang


ditunjukkan dalam Gambar 2.2 dengan lebar dasar B, kedalaman y, dan
kemiringan tebing tg = 1/m.

Gambar 2.3. Saturan ekonomis bentuk segi empat (B dan y)

Luas tampang basah : A = By


Keliling basah : P = B + 2y
P

l
s

A
2y
y

Jari-jari hidraulis : R

d
s

yB
B 2y

Gambar 2.2. Saluran ekomnomis bentuk trapezium (kemiringan m)

Debit aliran akan maksimum apabila jari-jari hidraulis maksimum, dan


ini dicapai apabila keliling basah P minimum. Untuk mendapatkan P
minimum, diferensial P terhadap y adalah nol.
dP
A
2 20
dy
y
B 2 y 0
B 2y

Nilai m = 1/tg merupakan fungsi jenis tanah. Kemiringan ini ditentukan oleh sudut longsor material tebing. Dengan demikian hanya ada
dua variabel yaitu lebar dasar B dan kedalaman y untuk mendapatkan
bentuk tampang basah yang paling efisien. Luas tampang dan keliling
basah adalah :
A = y (B + my) ;

(2.22.a)

P = B + 2y 1 m 2

(2.22.b)

sehingga
Jadi saluran dengan bentuk segi empat akan memberikan luas tampang
ekonomis apabila lebar dasar sama dengan 2 kali kedalaman. Untuk
saluran segi empat ekonomis, didapat :
A = 2y2,
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

y ( B my)
A

P B 2y 1 m2

Dalam hal ini y dan B adalah variabel. Apabila nilai B dari pers. (2.22.a)
disubstitusikan ke dalam pers. (2.22.b) maka akan didapat :
72

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

69

A my 2
2 y (1 m 2 ) .
y

atau
2m

1 m2

a. Apabila m adalah konstan

yang akhirnya didapat :

Apabila m adalah konstan, nilai P akan minimum apabila dP/dy=0,


sehingga:
dP d A
my 2 y 1 m 2

dy dy y

A
y2

m 2 1 m 2 = 0;

y 2 y 1 m 2 2my my
A

R
P 2 y 1 m 2 2my 2 y 1 m 2

(2.22.c)

atau
T 2y 1 m 2

y 2 y 1 m 2 my

R
2
4 y 1 m 2my

(2.23)

dengan T adalah lebar muka air.

yang akhirnya didapat :

b. Apabila m adalah variabel


Apabila y dianggap konstan dan kemudian P didiferensialkan terhadap m, diperoleh :

y
2

2. Bentuk segi empat

dP
1
y 2 y (1 m 2 ) 1 / 2 2m 0
dm
2
2my

Jadi tampang basah paling ekonomis didapat apabila lebar muka air
adalah 2 kali panjang sisi miring (tebing) saluran. Kondisi ini didapat
apabila sudut kemiringan tebing saluran terhadap horisontal adalah 60o.
Dengan demikian apabila dibuat suatu setengah lingkaran dengan pusat
pada muka air, setengah lingkaran tersebut akan menyinggung kedua sisi
tebing dan dasar saluran seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.2.
Apabila nilai B dari Persamaan (2.22.c) disubstitusikan ke dalam
persamaan jari-jari hidraulis, akan didapat

B 2my 2 y 1 m 2 0 ;
B 2my 2 y 1 m 2

= 60

Substitusi nilai A dari Persamaan (2.22.a) ke dalam persamaan di atas


dan kemudian disama-dengankan nol, maka :
y2

atau

m 2 1 m2

y ( B my )

Saluran dengan tampang segi empat biasanya digunakan untuk


saluran yang terbuat dari pasangan batu atau beton. Bentuk segi empat

1 m2
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

70

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

71

P = 4y,

y 5,36

2,68 m
2
2

Kemiringan dasar saluran dihitung dengan menggunakan rumus Chezy :

A y

P 2

V = C RI ,

yang sama dengan bentuk trapesium.

1 = 50 2,68 I

3. Bentuk setengah lingkaran


Dari semua bentuk tampang lintang yang ada, bentuk setengah
lingkaran mempunyai keliling basah terkecil untuk luas tampang tertentu. Beberapa parameter aliran adalah :

atau
I = 0,00015
Contoh 2

A 12 r 2

Saluran trapesium dengan kemiringan tebing 1 : 1 melewatkan debit


maksimum pada kedalaman y = 2,4 m dan kemiringan dasar saluran 1 :
2640. Hitung debit aliran dan dimensi saluran. Koefisien Manning n =
0,02.

P r

2
1
A 2 r

12 r
P
r

Penyelesaian
Untuk saluran ekonomis berbentuk trapesium :
r

B + 2my = 2y 1 m 2
B 2 1 2,4 2 2, 4 1 12

Gambar 12.7. Saluran ekonomis bentuk setengah lingkaran


B = 1,985 m
R

y 2,4

1,2 m
2
2

[1,988 (1,988 2 2,4)]


2,4 10,53 m 2
2

Jadi saluran dengan bentuk setengah lingkaran akan dapat melewatkan debit aliran lebih besar dari bentuk saluran yang lain, untuk luas
tampang basah, kemiringan dan kekasaran dinding yang sama.
Dalam praktek, meskipun saluran setengah lingkaran ini efisien,
namun pembuatan saluran tersebut jauh lebih sulit dari bentuk yang lain
(segi empat atau trapesium), sehingga saluran setengah lingkaran jarang
dipakai. Biasanya saluran berbentuk segi empat untuk dinding dari batu
atau pasangan beton; atau bentuk trapesium untuk saluran tanah. Jadi ada
faktor-faktor lain selain tampang efisien yang menentukan pemilihan
tampang lintang saluran. Untuk luas tampang basah dan kemiringan

Dengan menggunakan rumus Manning :


V

1 2 / 3 1/ 2
1
1 1/ 2
R
I

(1,2) 2 / 3 (
) 1,1 m / d
n
0,02
2640

Debit aliran :
Q = A V = 10,53 1,1 = 11,58 m3/s
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

76

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

73

tebing tertentu, akan dapat ditentukan bentuk tampang basah yang efisien
sehingga biaya pekerjaan akan minimum.

20

y
(1,8284 y )

Contoh 1
Saluran trapezium dengan kemiringan sisi tebing 1:1 (vertical:horizontal)
dan kemiringan dasar saluran 0,0005. Tentukan dimensi ekonomis
saluran apabila debit aliran 20 m3/d. koefisien Manning n=0,02.

1 y (1,8284 y )

0,02 3,6568 y

27,9509
(1,8284 y ) 0,5 y 2 / 3

2/3

0,0005

iterasi

Contoh 1
Hitung dimensi saluran ekonomis berbentuk trapesium dengan
kemiringan tebing 1 (horizontal) : 2 (vertikal) untuk melewatkan debit 50
m3/s dengan kecepatan rerata 1 m/s. Berapa kemiringan dasar saluran
apabila koefisien Chezy C = 50 m1/2/s ?
Penyelesaian

Luas tampang aliran : A = y (B + my) = y(B+y)

Luas tampang aliran : A = y (B + my) = y(B+0,5y)

(1)

Luas tampang aliran dihitung berdasar persamaan kontinuitas :

Keliling basah : P B 2 y 1 m 2 B 2y 2
(2)
Jari-jari hidraulis : R

A
y(B y)

P B 2y 2

(3)

(2)

y(B+0,5y) = 50

(3)

Persyaratan saluran ekonomis berbentuk trapesium (Persamaan 2.22.c) :

B 2y 2y 2

B 0,8284 y

Q 50

50 m 2
A 1

Dari Persamaan (1) dan (2) :

Persyaratan saluran ekonomis berbentuk trapesium (Persamaan 2.22.c) :


T 2y 1 m2

B 2my 2 y 1 m 2

(4)

B y 2 y 1 0,5 2

B = 1,24 y
Persamaan debit aliran dengan menggunakan rumus Manning :
1 y ( B y )
Q AV y( B y )
n B 2 y 2
20 y (1,8284 y )

1 y (1,8284 y )

0,02 3,6568 y

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(1)

(4)

Substitusi Persamaan (4) ke dalam Persamaan (3) didapat :

2/3

y = 5,36 m

B = 6,65 m

2/3

Menghitung kemiringan dasar saluran.

0,0005

Untuk tampang ekonomis :

74

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

75

Contoh 4
Saluran berbentuk lingkaran dengan kemiringan dasar saluran 0,0001
dan debit aliran 3 m3/d. Apabila aliran di dalam pipa adalah 0,9 penuh,
berapakah garis tengah pipa yang digunakan? Koefisien Manning
n=0,014.
Penyelesaian
Dari informasi yang diberikan,
cos

OB 0,4

0,8
OC 0,5

= cos-1 (0,8) = 36 52'


Gambar 3.1. Hubungan energi spesifik dan kedalaman

Nilai energi spesifik menurun sampai suatu nilai minimum pada titik
C dan kemudian naik kembali (kurva AC menunjukkan nilai E menurun
dan kurva CB menunjukkan nilai E bertambah). Kedalaman dan
kecepatan pada titik C disebut kedalaman kritik yc, dan kecepatan kritik
Vc. Untuk setiap nilai energi spesifik, selain nilai minimum, terdapat dua
kemungkinan kedalaman aliran yaitu kedalaman di atas dan di bawah
nilai kritik yang disebut dengan kedalaman tinggi (y2) dan kedalaman
rendah y2. Kedalaman tinggi disebut kedalaman alternatif dari
kedalaman rendah, dan sebaliknya.
Dalam Gambar 3.1., garis yang menghubungkan titik kritik (C) untuk
berbagai nilai debit q menunjukkan kedalaman kritik untuk debit terkait.
Garis tersebut merupakan batas antara kondisi aliran sub kritis dan super
kritis. Apabila kedalaman adalah lebih besar dari kedalaman kritik, kecepatan aliran akan lebih kecil dari kecepatan kritik untuk debit aliran
tertentu, dan aliran disebut sub kritik atau mengalir. Sebaliknya, jika
kedalaman aliran lebih kecil dari kedalaman kritik, aliran adalah super
kritik atau meluncur.

A luas ABCD

P busur ADC

luas ABCD luas AOCD luas AOC

D2 286o16'
1

2 BC OB
4
2
360o

Luas ABCD = 1/4 D2 (286 16' / 360) + (0,5)2 sin (73 44')
= 0,744 D2.
Busur ADC = D (286 16' / 360) = 2,5 D.
Jari jari hidraulis,
R = A/P = (0,744 D2) /(2,5D) = 0,298 D.
Dengan menggunakan rumus Manning,
Q = A R2/3 I1/2 / n
3 = 0,744 D2 (0,298)2 (0,0001)1/2 / 0,014
Didapat :
D = 2,59 m.

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

80

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

77

dengan Es : energi spesifik, y: kedalaman aliran, Q : debit aliran, g :


percepatan gravitasi dan A : luas tampang aliran. Apabila tampang aliran
berbentuk segi empat, dapat didefinisikan debit tiap satuan lebar yaitu
q=Q/B, dengan B adalah lebar saluran, sehingga Persamaan (3.3)
menjadi :

BAB III

E y

ENERGI SPESIFIK

q2

(3.4)

2gy 2

3.2. Diagram Energi Spesifik

3.1. Definisi Energi Spesifik


Konsep energi spesifik yang pertama kali dikemukakan oleh
Bakhmeteff (1932, dalam Terry W Sturn, 2001), banyak digunakan
dalam menyelesaikan masalah pada aliran melalui saluran terbuka.
Energi spesifik didefinisikan sebagai energi pada tampang lintang
saluran, yang dihitung terhadap dasar saluran. Jadi energi spesifik adalah
jumlah dari tinggi tekanan dan tinggi kecepatan di suatu titik.
Dengan menggunakan Persamaan Bernoulli pada aliran melalui
saluran terbuka, tinggi energi total pada setiap tampang di saluran
terbuka adalah :
V
2g

V2
2g

y0

maka E 0

(3.2)

q2
2g 02

Apabila y mendekati tak terhingga maka E=y , yang secara


matematis ditunjukkan berikut ini.
maka E y

(3.1)

Apabila energi yang dihitung terhadap dasar saluran, maka


persamaan di atas menjadi Persamaan (3.2), yang disebut dengan energi
spesifik:
E y

Dari Persamaan (3.4), apabila nilai y mendekati nol maka nilai E


mendekati tak terhingga, yang secara matematis ditunjukkan :

E z y

Hubungan antara energi spesifik dan kedalaman aliran (E-y) disebut


dengan diagram energi spesifik, yang dapat dibuat berdasarkan
Persamaan (3.4) atau (3.3). Dengan memasukkan berbagai nilai y ke
dalam Persamaan (3.4), maka akan diperoleh nilai E.

q2
2g 2

E=y

Gambar 3.1. menunjukkan diagram energi spesifik untuk beberapa


nilai debit tiap satuan lebar q. Dalam gambar tersebut hubungan E=y
ditunjukkan oleh garis yang membentuk sudut 45o. Kurva energi spesifik
asimtotis terhadap garis dengan sudut 45o. Ketika kedalaman y menuju
nol, kurva energi spesifik mendekati tak terhingga dan asimtotis terhadap
sumbu E.

Mengingat bahwa Q=AV, maka Persamaan (3.2) dapat ditulis


menjadi :
E y

Q2
2gA 2

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(3.3)
78

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

79

3.4. Kecepatan Kritik

3.3. Kedalaman Kritik

Untuk aliran kritik, hubungan antara kecepatan dan debit dapat


ditulis menjadi :

Kedalaman kritik terjadi pada energi spesifik minimum untuk debit


yang ditinjau, sehingga kondisi y=yc dapat ditentukan dengan
mendiferensialkan energi spesifik dan menyamakannya dengan nol.
Diferensial dari Persamaan (3.3) terhadap y untuk debit Q konstan :

Vc =

Q
Ac

dE
Q 2 d 1 dA
1
( )
dy
2 g dA A 2 dy

Bentuk di atas disubstitusikan ke dalam Persamaan (3.5) sehingga


menjadi :
Vc2 Tc
1
gAc

atau :
Vc

Diferensial dari dA/dy di dekat permukaan air adalah dA/dy=T, dengan T


adalah lebar muka air dari tampang saluran, sehingga :

gAc
Tc

Apabila Dc = Ac/Tc , yang disebut kedalamam hidraulis pada kedalaman kritik yc, maka persamaan di atas menjadi:

Q 2T
dE
1
dy
gA3

Untuk nilai E minimum, maka dE/dy = 0 sehingga :

(3.11)

Vc gDc

Persamaan (3.11) dapat ditulis dalam bentuk :


Vc
gDc

Vc
gDc

Q 2T
gA3

atau

Q 2T
gA3

yang merupakan bentuk bilangan Froude (Fr). Jadi untuk nilai :

Fr

Q 2 dA
gA3 dy

maka aliran adalah kritik. Apabila Fr<1 aliran adalah subkritik dan jika
Fr>1 aliran adalah superkritik. Bilangan Froude ini dapat digunakan
untuk mengetahui tipe aliran.

(3.5)

Parameter penting untuk aliran melalui saluran terbuka adalah


kedalaman hidraulis yang didefinisikan sebagai D=A/T. Untuk tampang
lintang segiempat, kedalaman hidraulis adalah sama dengan kedalaman
aliran. Dengan menggunakan definisi tersebut, maka Persamaan (3.5)
menjadi :
Q2
gDA 2

3.5. Debit Maksimum

(3.6)

V2
1
gD

Dipandang Persamaan (3.3) :


atau
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

84

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

81

atau

gD
yc 3

Parameter

V / gD

adalah

tak

berdimensi,

yang

merupakan

perbandingan antara kecepatan rerata aliran V dan cepat rambat


gelombang ( C gD )
di air dengan kedalaman hidraulis D, dan dikenal dengan bilangan
Froude, Fr.
Fr

q2
g

dengan Q dan q adalah debit aliran dan debit tiap satu satuan lebar
saluran. Persamaan (3.8. a dan b) menunjukkan bahwa kedalaman kritis
merupakan fungsi dari debit aliran dan bentuk saluran.
Untuk saluran trapesium, luas tampang aliran dan lebar muka air adalah :
A = (B + my) y

(3.7)

gD

T = B + 2my

Apabila bilangan Froude sama dengan satu, maka seperti yang ditunjukkan dalam Persamaan (3.7), akan diperoleh V gD , yang berarti
bahwa cepat rambat gelombang dan kecepatan aliran adalah sama. Pada
keadaan ini aliran adalah kritis. Apabila bilangan Froude lebih kecil dari
satu, atau V gD , kecepatan aliran lebih kecil dari cepat rambat gelombang, dan kondisi aliran adalah sub kritis atau mengalir. Apabila bilangan Froude lebih besar dari satu, atau V gD , kecepatan aliran lebih besar dari cepat rambat gelombang, maka kondisi aliran adalah super
kritis atau meluncur.
Dari Persamaan (3.6) dapat ditulis kondisi untuk aliran kritis :
Q2
DA 2
g

Substitusi bentuk tersebut ke dalam Persamaan (3.5) memberikan :


Q 2 (B 2 m y c )
g ( B m y c ) 3 y c3

yc 3

Q 2 ( B 2m y c )
g ( B my c ) 3

Energi spesifik untuk aliran melalui saluran dengan tampang segi empat
diberikan oleh Persamaan (3.4). Substitusi Persamaan (3.8.b) ke dalam
Persamaan (3.4) untuk kondisi aliran kritis memberikan :

gB 2

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

q2
yc3

c
2 gyc2
2 yc2

3
yc
2
2
yc Ec
3
Ec

Oleh karena bentuk di atas diturunkan dari kondisi aliran kritis, maka
dapat diperoleh kedalaman kritis yc :
yc 3

(3.9)

Kedalaman kritik yc dapat dihitung dengan cara coba banding.

E c yc

Q2
y3B2
g

atau

Untuk saluran segiempat, D=y dan A=By, sehingga :

Q2

(3.8.b)

(3.10)

Kedalaman kritik adalah sama dengan dua per tiga dari energi spesifik.

(3.8.a)

82

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

83

yc 3

10 2
0,7415 m
9,81 5 2

E y

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :

Kecepatan kritik :
Vc

Q 2 2 gA2 ( E y )

Q
10

2,6971 m / d
Byc 5 0,7415

Q A 2 g ( E y )1/ 2

Atau bisa dihitung dengan Persamaan (3.10) :

d
dQ
dA
2 g A ( E y )1 / 2 ( E y )1 / 2

dy
dy
dy

Energi spesifik dihitung dengan Persamaan (3.2) :


E 0,7415

2,69712
1,1123 m
2 9,81

Mengingat dA/dy = T, maka :


dQ
2 g A 12 ( E y ) 1 / 2 (1) ( E y )1 / 2 T 0
dy

Kemiringan dasar saluran kritik dihitung dengan Persamaan (3.16),


dengan terlebih dahulu menghitung jari-jari hidraulis (Rc) :

Ic

A
yB
0,7415 5

0,6
P B 2 y 5 2 0,7415
gDc n 2
Rc4 / 3

9,81 0,7415 0,015 2


0,6

4/ 3

2 (E y)

2( E y )

0,00308

Penyelesaian
Kedalaman air kritik dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.9) :
9,81(5 2 y c ) 3

A
T

(3.12)

Persamaan (3.3) dapat ditulis dalam bentuk :

Saluran trapesium dengan lebar dasar 5,0 m dan kemiringan tebing 1:2
(V:H). Debit aliran Q = 10 m3/d. Hitung kedalaman kritik, energi
spesifik, kemiringan kritik apabila n=0,015.

10 2 (5 2 2 yc )

(E y) T

Contoh 2

yc 3

(3.11)

Debit maksimum diperoleh dengan mendiferensialkan Q terhadap y


dan kemudian menyamakannya dengan nol, sehingga :

Vc gDc 9,81 0,7415 2,6971 m/d

Q2
2gA2

Ey

(3.13)

Substitusi Persamaan (3.13) ke dalam Persamaan (3.12) menghasilkan :


Q2
A

gA2 T

Q 2T
gA3

(1)

Q2
2gA2

(3.14)

Persamaan (3.14) sama dengan Persamaan (3.5), yang berarti bahwa


untuk energi spesifik tertentu, debit maksimum terjadi pada kedalaman
kritik. Persamaan (3.14) dapat ditulis menjadi :

Hitungan yc dilakukan dengan metode iterasi :


Dimisalkan yc=2 m
Dengan menggunakan Persamaan (1) diperoleh :
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

88

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

85

2
Qmaks

Tc
gAc3

(3.15)

Grafik hubungan antara debit dan kedalaman dapat dibuat berdasarkan


Persamaan (3.11). Debit aliran adalah fungsi dari A dan ( E y ) , di mana
A juga merupakan fungsi y. Debit aliran sama dengan nol apabila y=0
dan E=y. Debit maksimum terjadi pada kondisi aliran kritis seperti
diberikan oleh Persamaan (3.15).
Gambar 3.2. menunjukkan hubungan antara kedalaman air dan debit
aliran. Untuk suatu debit Q, akan terdapat dua kedalaman ya dan yb yang
mempunyai energi spesifik sama. Apabila debit bertambah besar kedua
kedalaman tersebut akan saling mendekat untuk menuju suatu nilai
kedalaman kritik yc di mana debit mencapai maksimum.

1 2 / 3 1/ 2
R I ,
n

Kecepatan aliran pada kedalaman kritik diberikan oleh Persamaan (3.11)


:

Vc gDc
Pada kondisi tersebut R = Rc dan I = Ic sehingga rumus Manning menjadi
:
gDc

Ic

1 2 / 3 1/ 2
R I
n

gDc n 2
Rc4 / 3

(3.16)

Pers. (3.16) menunjukkan bahwa kemiringan kritik tergantung pada debit


dan kekasaran dinding.

Kedalaman
dmax

Untuk saluran lebar, Rc = yc = Dc , maka :

d1
Subkritik

Ic
dc
Constant

d2

Qmaks

(3.17)

Apabila aliran seragam terjadi pada saluran dengan kemiringan dasar


lebih kecil dari kemiringan kritik (I0 < Ic), maka aliran adalah sub kritik
dan kemiringan dasar disebut landai (mild) . Sebaliknya apabila
kemiringan dasar lebih besar dari kemiringan kritik (I0 > Ic) maka aliran
adalah super kritik dan kemiringan dasar disebut curam (steep).

Superkritik

gn 2
y1c / 3

Contoh 1

Debit

Gambar 3.2. Hubungan Q - y untuk energi spesifik konstan


3.6. Kemiringan Kritik Dasar Saluran
Kemiringan dasar saluran yang diperlukan untuk menghasilkan aliran
seragam di dalam saluran pada kedalaman kritik disebut dengan
kemiringan kritik Ic.

Saluran berbentuk segi empat dengan lebar 5 m mengalirkan debit 10


m3/d dalam kondisi aliran kritis. Hitung kedalaman dan kecepatan kritik,
serta energi spesifik pada kondisi tersebut. Hitung juga kemiringan kritik
apabila nilai n=0,015.
Penyelesaian
Kedalaman air kritik dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.8.a) :

Apabila digunakan rumus Manning :


HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

86

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

87

Hitungan kedalaman kritik dilakukan dengan cara iterasi yang


kadang menyulitkan. Untuk memudahkan hitungan dibuat tabel dan
grafik. Persamaan (3.14) dapat ditulis dalam bentuk :
Q

yc 3

10 2 (5 2 2 2)
0,5665
9,81(5 2 2) 3

Kesalahan :

A
T

Suku kanan dari persamaan di atas dapat ditulis menjadi :

2 0,5665
100% 253,06%
0,5665

Hitungan dilakukan dengan menggunakan software Excel, dan hasilnya


diberikan dalam tabel di bawah; dan diperoleh kedalaman kritis,
yc=0,6744 m.

A
ZA
T

dan
Q

dengan Z adalah faktor tampang untuk menghitung kedalaman kritis.


3.8.1. Saluran trapesium
Untuk saluran dengan bentuk trapesium dengan lebar dasar B dan
kemiringan tebing 1 : m (V : H), Persamaan (3.14) menjadi :
Q 2 (B 2 m y c )
g ( B m y c ) 3 y c3

1
2
3
4
5

2
0.5665
0.6848
0.6733
0.6744

253.06
17.27
1.70
0.16

Energi spesifik dihitung dengan Persamaan (3.2) :


3

E 0,6744

y c3

(B m yc )
Q

g
(B 2 m y c )

Untuk mendapatkan bentuk tak berdimensi, kedua ruas dari


persamaan di atas dikalikan dengan m3/B5 sehingga :
2

y
y

(1 m c ) (m c )
B
B
m 3 Q 2

5
y
gB
(1 2m c )
B
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

A 0,6744(5 2 0,6744)

0.5341
P (5 2 0,6744 1 2 2 )

Ic

92

2,33582
0,9525 m
2 9,81

Kemiringan dasar saluran kritik dihitung dengan Persamaan (3.16),


dengan terlebih dahulu menghitung jari-jari hidraulis (Rc) :
R

( B m y c ) 3 y c3 m 3 ( B m y c ) 3 y c3 m 3 / B 6
m Q

(B 2 m y c ) B 5
(B 2 m y c ) / B
gB 5
3

e (%)

Q
10

2,3358 m / d
Ac 0,6744 (5 2 0,6744)

atau
2

yi

Kecepatan kritik :
Vc

Iterasi

gDc n 2
Rc4 / 3

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

9,81 0,6744 0,015 2


0,003435
0,53414 / 3

89

3.7. Gaya Spesifik


Persamaan momentum untuk aliran melalui saluran terbuka
diberikan oleh Persamaaan (1.23), yaitu :
F1 F2 Ff Fd W sin = Q (V2 V1 )

Apabila kemiringan dasar saluran kecil ( W sin = 0) , dan panjang ruas


adalah kecil (Ff=0) serta tidak ada rintangan dalam aliran (Fd=0), maka
Persamaan di atas dapat ditulis menjadi :

Q 2 dA
dF d

(A y )
dy dy
gA 2 dy

(3.19)

F1 F2 = Q (V2 V1 )

Untuk suatu tampang saluran dan debit aliran tertentu, ruas kanan dari
Persamaan (3.21) merupakan fungsi dari kedalaman aliran; sehingga F
juga merupakan dari y. Gambar 3.3. adalah diagram gaya spesifik
sebagai fungsi dari kedalaman aliran, F=f(y). Terlihat bahwa gaya
spesifik berkurang dengan pertambahan kedalaman dan mencapai nilai
minimum Fc dan kemudian naik dengan kenaikan y. Kedalaman air di
mana F mencapai minimum dapat dihitung dengan mendiferensialkan
Persamaan (3.21) terhadap y dan kemudian disamadengankan nol.

Gaya hidrostatis dapat ditulis dalam bentuk :


F1 = gA1 y1
F2 = gA2 y 2

dengan y1 dan y 2 adalah jarak ari permukaan air ke pusat berat dari luasan A1 dan A2 . Persamaan kontinuitas mempunyai bentuk :
A1 V1 A2 V2

Sehingga Persamaan (3.19) menjadi :


gA1 y gA2 y 2 = Q (

Q
Q

)
A 2 A1

Gambar 3.3. Gaya spesifik fungsi kedalaman aliran

Kedua ruas dibagi dengan g , sehingga persamaan di atas menjadi :


Q2
Q2
A1 y
= A2 y 2
gA1
gA 2

Q2 T
dF
A
0
dy
gA 2

(3.20)

Suku A y

Q
disebut dengan gaya spesifik dan diberi notasi F. Gaya
gA

gA3

Q
gA

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Q2 T
gA 2

Q2 T

spesifik pada suatu tampang saluran berbentuk :


F Ay

(3.21)

3.8. Faktor Tampang

90

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

91

atau

BAB IV
m3 Z 2
B5

ALIRAN TIDAK
SERAGAM

atau
y
y

(1 m c ) (m c )
B
B
m 3 / 2 Z

5/ 2
y
B
(1 2m c )1 / 2
B

4.1. Pengaliran Tidak Seragam


Di dalam aliran tidak seragam, garis muka air tidak sejajar dengan
dasar saluran. Pengaliran ini terjadi apabila tampang lintang sepanjang
saluran tidak konstan, seperti sungai, atau juga di saluran seragam
(irigasi) di daerah dekat bangunan (bendung) atau di ujung saluran.
Analisis aliran tidak seragam biasanya bertujuan untuk mengetahui profil
aliran di sepanjang saluran atau sungai. Analisis ini banyak dilakukan di
dalam perencanaan perbaikan sungai atau penanggulangan banjir, terutama di dalam menentukan elevasi puncak tanggul, daerah genangan, elevasi jembatan, dan sebagainya. Meskipun aliran banjir di sungai merupakan aliran tidak permanen (unsteady flow), yang akan dibicarakan di
dalam Bab VI, tetapi sering analisis profil muka air di sepanjang saluran
dilakukan berdasarkan aliran permanen dengan menggunakan debit
puncak dari hidrograf banjir. (ketika komputer belum berkembang).
Dalam hal ini analisis aliran menjadi jauh lebih mudah dan hasil
hitungan akan lebih aman; karena debit yang diperhitungkan adalah debit
puncak yang sebenarnya terjadi sesaat, tetapi dalam analisis ini dianggap
terjadi dalam waktu lama.
Aliran tidak seragam dapat dibedakan dalam dua kelompok berikut
ini.
a. Aliran berubah beraturan (gradually varied flow) dengan parameter
hidraulis (kecepatan, tampang basah) berubah secara progresif dari HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

yc
yc

(1 m B ) ( m B )

yc
(1 2m )
B

96

3/ 2

(3.22)

Persamaan (3.22) dapat diselesaikan untuk berbagai nilai dari myc/B


untuk mendapatkan hubungan antara myc/B dan m3/2Z/B5/2. Dengan
menggunakan persamaan tersebut, dihitung m3/2Z/B5/2 untuk beberapa
nilai y/B seperti diberikan dalam Tabel 3.1. Tabel tersebut dapat
digunakan untuk menghitung kedalaman kritis yc apabila diketahui debit
aliran Q dan bentuk saluran.
3.8.2. Saluran lingkaran
Untuk saluran dengan bentuk lingkaran dengan diameter D dan
kedalaman y seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.4 maka beberapa
parameter aliran adalah sebagai berikut ini.

D
Gambar 3.4. Aliran melalui saluran lingkaran

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

93

m 3/2Z/B 5/2
Kemiringan Tebing, m=

y/B
0.02
0.05
0.10
0.15
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
1.10
1.20
1.30
1.40
1.50
1.60
1.70
1.80
1.90
2.00

0
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000

0.5
0.0010
0.0040
0.0115
0.0213
0.0333
0.0628
0.0994
0.1426
0.1925
0.2491
0.3124
0.3824
0.4593
0.5432
0.6342
0.7324
0.8379
0.9510
1.0717
1.2001
1.3363
1.4806
1.6330

1
0.0029
0.0115
0.0333
0.0628
0.0994
0.1925
0.3124
0.4593
0.6342
0.8379
1.0717
1.3363
1.6330
1.9627
2.3263
2.7249
3.1595
3.6309
4.1401
4.6881
5.2755
5.9035
6.5727

1.5
0.0053
0.0213
0.0628
0.1202
0.1925
0.3824
0.6342
0.9510
1.3363
1.7936
2.3263
2.9377
3.6309
4.4092
5.2755
6.2329
7.2840
8.4317
9.6788
11.0278
12.4813
14.0417
15.7117

A = (

sin 2 D 2
)
2
4

sin 2 D 2
(
)

sin 2 D
2
4

Z = (
)
2
4 (2 y c D) tg

2
0.0082
0.0333
0.0994
0.1925
0.3124
0.6342
1.0717
1.6330
2.3263
3.1595
4.1401
5.2755
6.5727
8.0383
9.6788
11.5005
13.5095
15.7117
18.1127
20.7181
23.5333
26.5637
29.8142

Z
D5/ 2

sin 2
)
2
4

sin 2 1

( 2 ) 4

2( y c 1) tg
D

(
=

Hubungan antara Z / D 5 / 2 dan y/D diberikan dalam Tabel 3.2.

y
y

(1 m c )(m c )
B
B
m 3 Q 2

5
y
gB
(1 2m c )
B

Lebar muka air adalah :


T = 2( y

D
) tg (2 y D ) tg
2

Luas tampang saluran :


HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

94

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

95

d V 2
dy 2 g

satu tampang ke tampang yang lain. Kecepatan aliran di sepanjang


saluran dapat dipercepat atau diperlambat yang tergantung pada
kondisi saluran. Apabila di ujung hilir saluran terdapat bendung,
maka akan terjadi profil muka air pembendungan dengan kecepatan
aliran akan berkurang (diperlambat). Sedang apabila terjadi terjunan,
maka profil aliran akan menurun dan kecepatan akan bertambah
(dipercepat). Aliran di dalam sungai biasanya termasuk dalam tipe ini.

Q T

gA3

Dengan demikian Persamaan (3.5) dapat ditulis dalam bentuk :


dy I 0 I f

dx
Q 2T
1
gA3

(3.6)

Dalam persamaan tersebut kemiringan garis energi If dianggap sama


dengan kemiringan garis energi pada pengaliran seragam. Apabila digunakan rumus Manning, kemiringan garis energi adalah :
If

n2 V 2
R4/ 3

(3.7.a)

atau
If

n2 Q2
2

A R

4/ 3

Rumus aliran yang ada dalam aliran seragam dianggap dapat


digunakan untuk menentukan kemiringan garis energi pada pengaliran
berubah beraturan pada suatu tampang lintang. Demikian juga koefisien
kekasaran yang dikembangkan untuk aliran seragam juga dapat
digunakan untuk aliran tidak seragam. Anggapan ini akan memberikan
hasil yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi kesalahan yang terjadi
adalah kecil sehingga masih bisa ditolerir.

(3.7.b)

sedang jika digunakan rumus Chezy :


If

V2
C2R

(3.8.a)

atau
If

Q2P
C 2 A3

b. Aliran berubah cepat (rapidly varied flow), dengan parameter


hidraulis berubah secara mendadak dan kadang-kadang juga tidak
kontinu (discontinuous). Contoh aliran ini adalah perubahan tampang
mendadak (saluran transisi), loncat air, terjunan, aliran melalui
bangunan pelimpah dan pintu air, dan sebagainya. Kehilangan tenaga
karena gesekan adalah kecil (jarak pendek) dibandingkan dengan
kehilangan tenaga karena turbulensi.

(3.8.b)

Persamaan (3.6) merupakan persamaan diferensial aliran berubah


beraturan yang dapat digunakan untuk memprediksi profil muka air
aliran melalui saluran terbuka. Berdasarkan Persamaan (3.6) tersebut
dapat dibedakan tiga kondisi muka air berdasarkan nilai dy/dx, seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 3.2.

Penurunan persamaan dasar aliran berubah beraturan dilakukan


dengan menggunakan Gambar 3.1. Gambar tersebut merupakan profil
muka air dari aliran berubah beraturan pada elemen sepanjang dx yang
dibatasi tampang 1 dan 2. Tinggi tekanan total terhadap garis referensi
pada tampang 1 adalah :
H z d (cos )

V 2
2g

(3.1)

dengan :
H : tinggi tekanan total
z : jarak vertikal dasar saluran terhadap garis referensi
d : kedalaman aliran

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

10
0

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

97

: sudut kemiringan dasar saluran


: koefisien energi
V : kecepatan aliran rerata pada tampang 1
Koefisien biasanya mempunyai nilai di antara 1,05 dan 1,40, yang
dihitung berdasarkan distribusi vertikal dari kecepatan. Oleh karena
profil kecepatan ini tidak diketahui, maka biasanya koefisien tersebut
dihilangkan (dianggap = 1). Pada pengaliran berubah beraturan, sudut
kemiringan dasar saluran biasanya kecil sehingga d cos y. Dengan
demikian Persamaan (3.1) menjadi :

Gambar 3.1. Penurunan persamaan aiiran berubah beraturan


dH dz dy d V 2

dx dx dx dx 2 g

Kemiringan garis energi didefinisikan sebagai If =dH/dx sedang


kemiringan dasar saluran adalah I0 = dz/dx. Substitusi kemiringan
tersebut ke dalam Persamaan (3.3) akan menghasilkan :
I f I0

H z y

V
2g

(3.2)

Garis horisontal

Apabila suku kedua ruas kiri dikalikan dy/dy dan kemudian diselesaikan
untuk mencari dy/dx, maka akan diperoleh :

dH
kemirin
gan I
f

dy dy d V 2

I0 I f
dx dy dx 2 g
dy

dx

y
d

I0 I f
d V 2
1
dy 2 g

ran, kem

iringan

d V 2
dy 2 g

merupakan

Q 2 dA 2
Q 2 dA

2 g dy
gA3 dy

atau

Garis referensi

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

d V 2
dy 2 g

perubahan tinggi kecepatan. Oleh karena V = Q/A dengan Q adalah


konstan dan dA/dy=T, maka tinggi kecepatan dapat ditulis dalam bentuk :

I0

dz

(3.5)

Di dalam pengaliran berubah beraturan, nilai


Dasar sa
lu

(3.4)

dy d V 2

I0 I f
dx dx 2 g

energi,

dy d V 2

dx dx 2 g

atau

Diferensial dari Persamaan (3.2) terhadap variabel x akan menghasilkan :

Garis

(3.3)

98

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

99

y>yo >yc
yo

M2

yo >y>yc

Horiz.

yc

yo

yn

M2

dy dz +

yo

yc

dy/dx > 0

M1

yo >yc >y

yc

M1

dy dx -

M1

M3

dy/dx = 0

dy dx -

M3

yo

dy/dx < 0

y>yo >yc

Mild Slope

y>yc >yo
yc

S1

Horiz.
dy +
dx +

yc >y>yo

dy +
dz -

S2
yo

Sleep sl
op

C3

yo

dy/dx < 0, kedalaman air akan berkurang di sepanjang aliran.

J
S3

C1
dy +
dx +
dy dx -

Critical slope

12.11. Klasifikasi Profil Muka Air


Pers. (12.20) akan digunakan untuk menentukan berbagai bentuk
profil muka air yang banyak dijumpai dalam aliran tidak seragam. Di
dalam persamaan tersebut pembilang dan penyebut yang ada pada ruas
kanan dipengaruhi oleh karakteristik saluran dan debit aliran. Untuk
menyederhanakan analisis maka ditinjau suatu saluran lebar dan dangkal
berbentuk segi empat dengan debit konstan. Saluran dengan bentuk
tampang lintang lain yang banyak dijumpai di lapangan mempunyai
karakteristik profit tidak jauh berbeda dengan saluran yang ditinjau.

yc

yo =yc

C2
yo =yc

C3

yo =yc

H1

H2

dy dx +
dy dz -

y<yc

yc

Jika dy/dx = 0, maka muka air sejajar dengan dasar saluran,

yo

dy/dx > 0, kedalaman air akan bertambah di sepanjang saluran,

Horiz.

yo =yc

y>yc

S2

yc

S1

dy dx -

C1

yo =

S1

y>(yo =yc )
y<( yo =yc )

yc

yo

yc >yo >y
S3

Gambar 3.2. Frofil muka air

S1

yo

H3

yc
H2
H3

Horizontal slope

A2
yo =

yc

y>yc
y<yc

A3

Pers. (12.20) dapat ditulis dalam bentuk


dy dx +
dy dz -

I c (1 I f I 0 )
dy

dx 1 Q 2T / gA3

A2
A3

(12.38)

Berdasarkan rumus Manning, kemiringan garis energi untuk saluran


lebar dan dangkal diberikan oleh

Adverse slope

I f n 2V 2 yn4 / 3 n 2Q 2 B 2 yn10 / 3

(12. 39. a)

Gambar 12.12. Berbagai bentuk profl muka air


HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

10
4

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

10
1

Untuk allran seragam dengan If = I0, dan kedalaman aliran adalah yn


(kedalaman normal) sehingga
I 0 n 2V 2 yn4 / 3 n 2 Q 2 B 2 yn10 / 3

Berikuf ini diberikan penjelasan dari berbagai tipe profil muka air.

(12.39.b)

1. Kurve M

Untuk saluran segi empat kedalaman kritik yc diberikan oleh

Kurve M terjadi apabila I0 < I. dan yn > yc. Ada tiga tipe kurve M
seperti berikut ini.

1/ 3

Q2
yc 2
gB

(12.39.c)

Dengan menggunakan hubungan (12.39.a), (12.39.b) dan (12.39.c),


maka pers. (12.38) dapat dituliskan dalam bentuk
dy
1 ( y n / y )10 / 3
I0
dx
1 ( y c / y )3

(12.40)

Pers. (12.40) menggambarkan perubahan kedalaman pada arah


aliran. Profil muka air akan berubah yang tergantung pada I0 dan apakah
yn/y dan yc /y lebih besar atau kecil dari satu. Kemiringan dasar saluran
dapat negatif, nol atau positif. Kemiringan negatif disebut kemiringan
balik, yang diberi simbol A (adverse slope), apabila elevasi dasar saluran
bertambah dalam arah aliran. Kemiringan dasar nol apabila dasar saluran
horizontal yang diberi simbol H. Kemiringan positif dapat dibedakan
menjadi landai (mild), kritik (critical) dan curam (steep) yang diberi
simbol M, C dan S. Aliran disebut mengalir apabila yn > yc, kritik jika yn
= yc, dan curam apabila yn < yc. Gab. 12.12 menunjukkan berbagai
bentuk profil muka air berdasarkan posisi muka air terhadap kedalaman
kritik dan normal. Setiap gambar terbagi dalam tiga daerah yang dibatasi
oleh garis dasar saluran, garis kedalaman kritik dan normal. Setiap
daerah mempunyai bentuk kurve tertentu yang hanya berlaku di dalam
batas-batas daerah tersebut. Apabila kurve berada di atas garis
kedalaman kritik dan normal, maka simbol kurve tersebut diberi indeks 1
(misalnya Ml , Sl , C1 ), indeks 3 jika berada di antara garis dasar saluran
dan garis kedalaman kritik dan normal, dan indeks 2 bila kurve di antara
garis kedalaman kritik dan normal. Semua kurve berindeks 1 mempunyai
kemiringan permukaan positif dan disebut dengan garis pembendungan
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(backwater) sedang yang berindeks 2 mempunyai kemiringan negatif dan


disebut garis terjunan (drawdown).

10
2

Profil muka air adalah Ml apabila y > yn > yc. Suatu bangunan air
seperti bendung, atau penyempitan dan belokan di sungai dapat menyebabkan terjadinya pembendungan di daerah sebelah hulu bangunan.
Kurve Ml mempunyai asimtot dengan kedalaman normal di sebelah hulu
dan asimtot dengan garis horizontal di sebelah hilir.
Profil M2 terjadi apabila yn > y > yc, yang merupakan garis terjunan.
Tipe ini terjadi pada saluran landai dengan ujung hilirnya adalah saluran
curam, perlebaran saluran atau terjunan. Kedalaman air pada arah aliran
berkurang.
Profil muka air adalah M3 apabila yn > yc > y. Profil ini terjadi
apabila air mengalir dari saluran curam menuju saluran landai. Profil M2
dan M3 sangat pendek dibandingkan dengan Ml .
2. Kurve S
Kurve S terjadi apabila I0 > Ic dan y0 < yc. Ada tiga tipe kurve S
seperti berikut ini.
Profil muka air adalah Sl apabila y > yc > yn. Profil ini terjadi di
sebelah hulu bangunan (bendung) yang berada di saluran curam, sedang
di sebelah hulunya terdapat loncat air.
Profil S2 biasanya terdapat pada perubahan aliran dari saluran landai
masuk ke saluran curam, atau pada pemasukan ke saluran curam. Prodfil
S2 ini sangat pendek.
Profil S2 terjadi di sebelah hilir pintu air yang berada di saluran
curam atau di sebelah hilir perubahan saluran curam ke saluran kurang
curam. Profil ini merupakan transisi antara profd M dan S.

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

10
3

6. Sesudah nilai yi+1 yang benar diperoleh, dihitung nilai yi+2 yang
berjarak x dari yi+1.
7. Prosedur di atas diulangi lagi sampai diperoleh nilai y di sepanjang
saluran.
Langkah-langkah hitungan tersebut akan menjadi sederhana apabila
dilakukan dengan menggunakan program komputer.
12.12.2. Metode langkah langsung (direct step method)
Saluran dibagi menjadi sejumlah pias panjang x. Mulai dari ujung
batas hilir dengan karakteristik hidraulis di tampang tersebut diketahui,
dihitung kedalaman air pada tampang di sebelah, sampai akhirnya
didapat kedalaman air di sepanjang saluran. Ketelitian hitungan
tergantung pada panjang pias, semakin kecil x, semakin teliti hasil yang
diperoleh.

3. Protil C
Profil ini terjadi apabila I0 = Ic dan yn = yc. Mengingat garis
kedalaman normal dan kritik berimpit, maka hanya ada dua profil. Profil
C dan C3 mempunyai asimtot terhadap garis horizontal di sebelah hilir.
4. Protil B
Profil H terjadi apabila I0 = 0 dan yn = sehingga hanya ada dua
profil (H2 dan H3). Profil ini serupa dengan profil M tetapi untuk dasar
saluran horizontal. Profil H2 dan H3 sama dengan profil M2 dan M3.
5. Profil A
Profil A terjadi apabila I0 < 0. Karena nilai yn tidak real, maka hanya
ada dua profil yaitu A2 dan A3. Profil A2 dan A3 serupa dengan profil H2
dan H3.

Gambar 12.13 menunjukkan pias saluran antara tampang 1 dan 2


yang berjarak x. Dengan menganggap bahwa distribusi kecepatan
adalah seragam pada tampang lintang dan koefisien Coriolis satu, maka
zl + yl + V12 / g = z2 + y2 + V22 / g + hf,
sedang
zl z2 = I0 x
dan

hf = If x

sehingga

I 0 x y1 12 V12 / g y2 12 V22 / g I f x
atau
x

( y2 12 V02 / g ) ( y1 12 P12 / g )
I0 I f

atau

( E2 E1 )
I0 I f

(12.44)

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

10
8

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

10
5

Persamaan tersebut merupakan persamaan diferensial tidaklinear,


mengingat ruas kanan persamaan merupakan fungsi tidak linear terhadap
y. Penyelesaian secara numerik dilakukan dengan menggunakan
persamaan deret Taylor yang dalam hal ini menyangkut order satu saja.
yn+ = yi + (dY/dx) x
Indeks i menunjukkan fungsi (y, A, R, T) di sepanjang saluran.
Apabila x kecil maka dapat dianggap bahwa nilai dy/dx berubah secara
linear di sepanjang pias x sehingga
12.12. Hitungan Profil Muka Air
Kedalaman aliran di sepanjang saluran dapat dihitung dengan
menyelesaikan persamaan diferensial untuk aliran berubah beraturan
(pers. 12.20). Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan menyelesaikan persamaan tersebut di antaranya adalah
pengintegralan numerik, metode pengintegralan grafis, dan metode
langkah langsung.
12.12.1. Metode pengintegralan numerik

dy dy
yi 1 yi 12 x
dx i dx i 1

atau
yi 1 y1 12 ( f i f i 1 ) x

dengan f = dy/dx
Kombinasi bentuk di atas dengan pers. (a) menghasilkan
f

Digunakan rumus Manning untuk kecepatan rerata,

I 0 n 2 Q 2 A2 R 4 / 3
1 Q 2T / gA3

Persamaan (12.42) dan (12.43) dapat diselesaikan dengan langkah


berikut ini.

V R 2 / 3I 1/ 2 / n ,
dan debit aliran

1. Berdasarkan nilai yj awal yang diketahui, dihitung nilai fi dari pers.


(12.43c).

Q AR 2 / 3 I 1 / 2 / n

atau

2. Pertama kali dianggap fi+1 = fi.


2

If

n Q
2

A R

4/3

Kombinasi kedua bentuk tersebut dengan pers. (12.30) akan menghasilkan


dy I 0 n 2 Q 2 A 2 R 4 / 3

dx
1 Q 2Tg 1 A 3

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

(12.41)

3. Hitung nilai yi+l dari pers. (12.42) dengan menggunakan nilai fi+2 yang
diperoleh dalam langkah 2 atau nilai fi+1 yang diperoleh dalam
langkah 4.
4. Hitung nilai baru yi+l dengan menggunakan nilai fi+l yang dihitung dari
nilai yi+1 dari langkah 3.
5. Apabila nilai yi+1 yang diperoleh dalam langkah 3 dan 4 masih berbeda jauh, maka langkah 3 dan 4 diulangi lagi.

10
6

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

10
7

12.12.3. Metode Integrated Grafis


Metode ini dapat digunakan untuk semua tipe aliran berubah
beraturan, yang didasarkan pada pengintegralan pers. (12.20) secara
grafis. Prinsip dasar dan aplikasi metode tersebut akan dijelaskan di
bawah.

2
ha

Q1

V1
2g

Q2

Pers. (12.38) dapat ditulis dalam bentuk


(12.45)

y2
z2

Ruas kanan pers. (12.45) hanya merupakan fungsi dari g untuk bentuk
saluran tertentu, sehingga dapat ditulis sebagai (y),

z1
z1
z2

dx = (y) dy
Dipandang suatu pias saluran yang dibatasi oleh dua tampang lintang
yang berjarak xl dan x2 dari titik O yang mempunyai kedalaman yl dan y2
(Gb.12.14). Dari gambar tersebut nampak
x = x2 x1,
x2
1

y2

dx ( y )dy
y1

Penggambaran grafik hubungan antara y dan (y) dapat memberikan


panjang kurve muka air sampai pada suatu stasiun seperti yang
ditunjukkan dalam Gb.12.14.b.
y

dx
dy

Flow profile

x=

y2
y1

dx
dy dy

dx
dy 1

dx
dy

dx
dy

RI = A1/Pl = 0,5 m

(b)

1 2
V
2 1

Gambar 12.14. Metode pengintegralan grafis


HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

Contoh 5

p1 = 2 + 2 1,0 = 4,0 m
y

(a)

dy

x2

Dengan mengetahui karakteristik aliran dan kekasaran pada satu


tampang, maka kecepatan dan kedalaman aliran di tampang yang lain
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di atas. Kemiringan
garis energi If adalah nilai rerata di tampang 1 dan 2, yang dapat didasarkan pada persamaan Manning atau Chezy. Apabila karakteristik aliran
di kedua tampang diketahui, maka jarak antara tampang dapat dihitung
dengan rumus (12.44).

Penyelesaian
A1 = 2 1,0 = 2,0 m2

0
x1

Gambar 12.13. Metode langkah lansung

Suatu aliran segi empat dengan lebar B = 2 m mengalirkan air dengan


debit Q = 2 m3/s. Kedalaman air pada dua titik yang berdekatan adalah
1,0 dan 0,9 m. Apabila koefisien Manning n = 0,0212 dan kemiringan
dasar saluran I0 = 1 : 2500, hitung jarak antara kedua tampang tersebut.

y2
y1

y2

y1

2g

y1

dx
1 Q 2Tg 1 A 3

dy I 0 n 2 Q 2 A 2 R 4 / 3

V2

11
2

12 Q 2 / gA2 0,051

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

10
9

A2 = 2 0,9 = 1,8 m2.

p1 = 2 + 21,0 = 4,0 m
2

P2 = 2 2 0,9 = 3,6 m

R1 = A1/Pl = 0,5 m

R2 = A2/P2 = 0,474
1 2
V
2

V12
Q2

0,051
2 g 2 gA12

/ g 0,0617

Jarak antara kedua tampang adalah


x

Parameter aliran di tampang 2 :

( 12 V02 / g y2 ) ( 12 V12 / g y1 )
I

A2 = 20,9 = 1,8 m2.

(nVr2 R 3 / 2 ) 2

P2 = 2 + 20,9 = 3,6 m2

Nilai rerata untuk kecepatan dan jari-jari hidraulis adalah

R2 = A2/P2 = 0,474

Vr = (Vl + V2) = 1,05 m/s;

V22
Q2

0,0617
2 g 2 gA2 2

Rr = (R1 + R2) = 0,497 m/s,


sehingga

0,962 1,052
0,0004 (1,05 0,012 0,0487 2 / 3 ) 2

Nilai rerata untuk kecepatan dan jari-jari hidraulis adalah


Vr = (Vl + V2) = 1,05 m/s;

= 0,089 / (0,0004 0,000416) = 5562,5 m.

Ar = (Al + A2) = 1,90 m2;


Rr = (R1 + R2) = 0,497 m/s,
Kemiringan garis energi dihitung berdasar nilai rerata di atas :

3m

If

Contoh 1
Suatu saluran segi empat dengan lebar B = 2 m mengalirkan air dengan debit Q = 2 m3/s. Kedalaman air pada dua titik yang berdekatan
adalah 1,0 dan 0,9 m. Apabila koefisien Manning n = 0,0212 dan
kemiringan dasar saluran I0 = 1 : 2500, hitung jarak antara kedua
tampang tersebut.

n2 Q2
0,0122 2 2

0,0004166
Ar2 Rr4 / 3 1,9 2 0,487 2

Jarak antara kedua tampang adalah :

(1 0,062924) (1 0,051)
5300 m
0,0004 0,0004166

Penyelesaian
Parameter aliran di tampang 1 :
A1 = 21,0 = 2,0 m2
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

11
0

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

11
1

Contoh 8
Suatu saluran segi empat mempunyai lebar dasar B = 19 m, kedalaman air normal yn = 2,76 m dan kedalaman air di batas hilir 4,67 m.
Kemiringan saluran I0 = 0,0005. Koefsien kekasaran Manning n = 0,023,
Chezy C = 50 m2/s. Koefisien Coriolis = 1,11 dan percepatan gravitasi g
= 9,78 m/s2.
.

BAB V

LONCAT AIR

Penyelesaian
Perhitungan debit aliran.
5.1. Pendahuluan
Loncat air terjadi apabila aliran di saluran berubah dari aliran super
kritis menjadi sub kritis. Pada aliran super kritis kedalaman aliran kecil
dan kecepatan besar, yang ditunjukkan oleh angka Froude Fr>1. Pada
aliran subkritis, kedalaman aliran besar dan kecepatan aliran rendah
(Fr<1). Di daerah transisi, antara aliran super kritis dan sub kritis, terjadi
tumbukan antara aliran dengan kecepatan tinggi dan kecepatan rendah,
dan muka air naik secara mendadak, terbentuk pusaran, turbulensi, dan
peredaman energi yang besar.
Loncat air (hydraulic jump) banyak dijumpai dalam aliran melalui
saluran terbuka, misalnya pada bagian hilir bangunan pelimpah dan bendung serta pada aliran melalui pintu air (Gambar 5.1). Gambar 5.1.a, adalah aliran di hilir bendung, di mana tampang memanjang saluran berubah
dari kemiringan curam menjadi landai. Aliran di bagian hulu adalah super kritis sedang di hilir adalah subkritis. Di antara kedua tipe aliran tersebut terdapat daerah transisi di mana loncat air terjadi.
Loncat air

Super kritis

Loncat air
Sub kritis

P = 10 + 2 2m71 = 15,42 m2.


= 27,1 m2

A = 10 2,71
R = A/P = 1,78 m

Q = AC (RI) = 27,1 50 (1,76 0,0005) = 40,1 m3 /s.


Perhitungan profil muka air.
x2

y2

dx ( y )dy
y1

( y)

1 Q 2Tg 1 A 3 1 1,11 40,12109,781 A3

I0 I f
0,0005 I

= (1 1825 A3)/(0,0005 I)
Dengan menggunakan rumus Chezy,
Q =A C R1/2 I1/2
atau
I = Q2 RlA2 C2 = (40,1)2 (50)2 R1A2

Sub kritis

= 0,644 / (RA2)
Hitungan dilakukan dengan menggunakan tabel di bawah. Nilai y
pada kolom kedua tabel tersebut ditentukan secara sembarang kecuali
nilai pada batas hulu dan hilir. Kemudian akan dicari jarak dari kedalaman tersebut dari titik referensi.

Super kritis

Profil

Gambar 1. Loncat air pada kaki bangunan pelimpah dan pintu air
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

= 27,1 m2

A = 10 2,71

11
6

y (m)

B (m)

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

A (m2)

P (m)

R (m)

(y)
11
3

x34 (3080 2680) 12 0,50 960 m

2,71

10

27,1

15,42

1,75

0,000500

3,00

10

30,0

16,00

1,88

0,000380 7750

II

3,50

10

35,0

17,00

2,06

0,000255 3900

III

4,00

10

40,0

18,00

2,22

0,000182 3080

zmaks x4 = 980

xmaks x1 = 7058

IV

4,50

10

45,0

19,00

2,27

0,000134 2680

xmaks x4 = 2400

xmaks x0 =

4,87

10

48,7

19,74

2,47

0,000100 2520

xmaks x2 = 4145

x4 5 (2680 2520) 12 0,50 960 m

atau

Hubungan antara y dan (y) dibuat dalam bentuk grafik di bawah.


Jarak antara dua stasiun adalah sama dengan luas masing-masing pias
pada grafik.

7750

3900
3080
2580

0
2,71

I
3,0

II
3,5

III
4,0

IV
4,5

2520

4,87

Gambar 12.15. Pengintegralan grafis


x0 x1 x01 ( I 7750) 12 0,92 I
x12 (7750 3900) 12 0,50 2913 m
x23 (3900 3080) 12 0,50 1745 m
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

11
4

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

11
5

Dengan prosedur penurunan yang sama, apabila diketahui kedalaman air


di hilir loncat air y2, akan dapat dihitung kedalaman air di hulu loncat air
y1 dengan persamaan berikut :
y1 1
( 1 8Fr22 1)
y2 2

(5.5)

Persamaan (5.4) dan (5.5) mengandung tiga variable bebas,


sehingga untuk menghitung salah satunya perlu diketahui dua variable
lainnya. Apabila yang diketahui adalah aliran di hulu loncat air, yaitu
kedalaman dan kecepatan aliran (y1 dan V1), maka bisa dihitung
kedalaman aliran di hilir loncat air y2. Kedalaman y2 disebut dengan
kedalaman konjugasi terhadap y1, dan sebaliknya.
Kehilangan tenaga pada loncat air :

V2
Es1 Es1 y1 1
2 g

( y1 y 2 )

( y1 y 2 )

(a)
Super kritis

Loncat Air

Sub kritis

V2
y2 2
2 g

q2

2 gy12

q12
2 gy12 y 22

q2

http://www.LMNOeng.com (b)

2 gy 22

y 22

Gambr 2. Loncat air di hilir bendung dan bagian-bagian loncat air


y12

5.2. Persamaan Loncat Air

Dengan menggunakan Persamaan (....) untuk mengeliminasi q, maka


persamaan di atas menjadi :
E s E s1 E s1

Gambar 2.a menunjukkan peluapan melalui bendung dan loncat air yang
terjadi di hilir kaki bangunan, sedang Gambar 2.b adalah bagian-bagian
loncat air..

( y 2 y1 ) 3
4 y1 y 2

Pada loncat air kecepatan aliran berkurang secara mendadak dari V1


menjadi V2 . Sejalan dengan itu kedalaman aliran bertambah dengan cepat
dari y1 menjadi y2 (Gambar 3).

(....)

Untuk mendapatkan panjang loncat air L, tidak ada rumus teoritis


yang dapat digunakan untuk menghitungnya. Panjang loncat air dapat
ditentukan dengan percobaan di laboratorium. Untuk saluran segiempat,
panjang loncat air diambil antara 5 sampai 7 kali tinggi loncat air :
L = 5 ~ 7 (y2 y1)
Dalam praktek, panjang loncat air ini digunakan untuk menentukan
panjang perlindungan saluran di mana loncat air terjadi.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

12
0

Gambar 3. Kehilangan tenaga pada loncat air.


I. PRINSIP DASAR ALIRAN

11
7

Pada loncat air terjadi olakan yang sangat besar, yang disertai dengan
berkurangnya energi aliran. Setelah loncat air, aliran menjadi tenang,
dengan kedalaman besar dan kecepatan kecil. Karena olakan (turbulensi)
yang sangat besar maka loncat air dapat menyebabkan terjadinya erosi di
lokasi tersebut.
Di dalam mempelajari loncat air, parameter yang akan dicari adalah
kedalaman air awal y1, kedalaman air akhir y2, dan panjang loncat air.
Penurunan rumus-rumus loncat air dilakukan dengan melihat Gambar 3.
Dipandang aliran pada loncat air yang dibatasi oleh tampang 1 dan 2.
Gaya-gaya yang bekerja adalah gaya tekanan hidrostatis di tampang 1
dan 2. Debit aliran adalah Q. apabila saluran berbentuk segiempat, maka
debit tiap satuan lebar saluran adalah q=Q/B, dengan B adalah lebar
saluran. Gaya tekanan hidrostatis tiap satuan lebar pada tampang 1
adalah :
1
1
F1 y12 g y12
2
2

(5.1)

1
1
y 22 g y 22
2
2

(5.2)

Persamaan (5.1) dan (5.2) disubstitusikan ke dalam Persamaan (5.3)


sehingga diperoleh :

2q 2
g y1

y 22 y1 y 2

2q 2
0
g y1

Penyelesaian dari persamaan di atas (persamaan kuadrat) akan


didapat nilai y2 :
y2

- y1 y12 4 2q 2 / gy
2

y12 2 y12 V12

4
gy1

1
y1
2

8V 2
1
1
y1 y1 1 1
2
2
gy1

1
y1 (1 1 8 Fr21 )
2

y2 1
( 1 8 Fr12 1)
y1 2

2q 2 1
1
( y 22 y12 )
( )
g y1 y 2

Dengan Fr1

2q

( y 2 - y1 )
g y1 y 2

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

y12 2q 2

4
gy1

1
1
q
q
g y12 g y 22 q (V2 V1 ) q ( )
2
2
y 2 y1

y 22 y1 y 2

(5.3)

F q (V2 V1 )

y12 )

2q 2
g y1 y 2

1
y 2 y1
2

Persamaan momentum untuk gaya-gaya tiap satuan lebar adalah :

( y 22

y 2 y1

Dari kedua nilai y2 diambil yang positip, sehingga :

Gaya tekanan hidrostatis tiap satuan lebar pada tampang 2 adalah :


F2

2q 2
( y 2 - y1 )
g y1 y 2

( y 2 y1 ) ( y 2 y1 )

V1

(5.4)

adalah angka Froude pada aliran sebelah hulu. De-

gy

ngan demikian apabila y1 diketahui dapat dihitung y2.


11
8

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

11
9

Apabila kedalaman air di hilir loncat air yn lebih besar dari y2,
maka loncat air akan terdorong ke hulu sehingga tidak terjadi loncat air
sempurna, yang disebut dengan loncat air terendam. Apabila kedalaman
air yn lebih kecil dari kedalaman konjugasi y2, maka posisi loncat air
akan bergeser ke hilir. Profil muka air di hulu loncat air mengikuti kurva
M3 atau H3 (tergantung apakah dasar saluran miring atau harisontal).
Jarak bergesernya posisi loncat air bisa cukup jauh, sedemikian sehingga
kedalaman air di hulu loncat air y1 merupakan kedalaman konjugasi dari
yn. Jarak antara y1 dan yn di mana alirannya adalah superkritis bisa cukup
panjang, yang dapat dihitung dengan cara seperti diberikan dalam Bab
IV.

Contoh
Saluran segiempat dengan lebar 3 m mengalirkan air dengan debit
Q=15 m3/d pada kedalaman 0,6 m sebelum terjadi loncat air. Hitung
kedalaman air kritis dan kedalaman air di hilir loncat air.
Penyelesaian
Debit aliran tiap satuan lebar :
q

Q 15

5 m3 / d / m
B 3

Kedalaman kritis :
yc 3

52
1,366 m
9,81

Kecepatan aliran :

V1

q
5

8,33 m / d
y1 0,6

Angka Froude di sebelah hulu loncat air :


Fr1

V1
g y1

8,33
9,81 0,6

3,435

Kedalaman air di hilir loncat air :


y2 1
1
1 8 Fr21 1 1 8 (3,435) 2 1
y1 2
2

Diperoleh :
y2 2,63 m

Contoh
Seluran segiempat dengan lebar 3 m mengalirkan debit 15 m3/d.
Kemiringan dasar saluran 0,004 dan koefisien Manning 0,01. Pada suatu
titik di saluran di mana aliran mencapai kedalaman normal, terjadi loncat
air. Ditanyakan : a. Tipe aliran, b. Kedalaman air setelah loncat air, c.
Panjang loncat air, d. Kehilangan tenaga pada loncat air.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

12
4

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

12
1

Penyelesaian

y2

a. Tipa aliran

y1
2
1,08 1 8 (1,42) 2 1 1,70 m
1 8 Fr1 1

2
2

c. Panjang loncat air :

Kedalaman air kritik dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.8.a) :

Panjang loncat air dihitung dengan menggunakan Persamaan ...


yc 3

Q2
gB 2

(15 / 3) 2
3
1,366 m
9,81

L = 7 (y2 y1) = 7 (1,70 1,08) = 4,34 m


d. Kehilangan tenaga pada loncat air.

Kedalaman air normal dihitung dengan menggunakan rumus


Manning :
Q A1 V1 A1

1 2 / 3 1/ 2
R1 I
n

E s

( y 2 y1 ) 3 (1,70 1,08) 3

0,032 m
4 y1 y 2
4 1,70 1,08

5.3. Tipe Loncat Air

dengan :
A1 B y1 3 y1

B y1
3 y1
A

P ( B 2 y1 ) (3 2 y1 )

5.4. Pengaruh Kedalaman Hilir terhadap Lonct Air


Dipandang suatu loncat air yang terjadi pada aliran melalui pintu
air seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.4. Aliran di bawah pintu air
adalah super kritis. Pada titik kontraksi maksimum (vena kontrakta),
kedalaman aliran adalah y1 yang merupakan titik awal loncat air.
Kedalaman hilir loncat air (kedalaman konjugasi terhadap y1 adalah y2
yang dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (5.4.).
Aliran di sebelah hilir loncat air adalah sub kritis, yang
kedalamannya tidak dipengaruhi oleh kondisi di hulu, tetapi oleh titik
kontrol di hilir. Kedalaman tersebut adalah kedalaman noramal yn yang
dipengaruhi oleh parameter saluran, yaitu tampang, kemiringan dan
kekasaran dinding. Apabila yn sama dengan y2, maka akan terbentuk
loncat air di lokasi tersebut (y1 pada vena kontrakta). Pada aliran
superkritis dan loncat air, kecepatan aliran dan turbulensi besar yang
dapat mengerosi dasar dan tebing saluran. Untuk itu saluran harus
diperkuat dengan pasangan batu atau beton sehingga mampu menahan
erosi. Dalam Gambar 5.4.a, dasar dan tebing saluran diperkeras mulai
dari awal aliran superkritis sampai ujung hilir loncat air.

Sehingga :
1 3 y1

15 3 y1
0,01 (3 2 y1 )

2/3

(0,004)1 / 2

Penyelesaian dari persamaan di atas menghasilkan :


y1 1,08 m

Kecepatan aliran :
V1

Q
15

4,63 m / d
A1 3 1,08

Angka Froude di sebelah hulu loncat air :


Fr1

V1
g y1

4,63

1,422

9,81 1,08

Oleh karena Fr1 1 , berarti aliran adalah super kritis.


b. Kedalaman aliran y2 :
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

12
2

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

12
3

sehingga perkuatan dasar dan tebing saluran menjadi mahal. ,


Aliran di hulu loncat air adalah super kritis yang mempunyai kecepatan
tinggi yang bisa mengerosi saluran. Untuk itu maka saluran harus dibuat
tahan erosi, misalnya dengan membuat pasangan batu atau beton. Namun
mengingat panjangnya aliran super kritis tersebut, maka dalam
perencanaan peredam energi di hilir bangunan pelimpah, elevasi dasar
bangunan diturunkan untuk mendapatkan kedalaman konjugasi y2.
HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

12
8

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

12
5

Gambar .... menunjukkan penurunan dasar bangunan peredam energi


dengan menggali dasar saluran atau sungai.

yc

yn

yn

dan Misalnya yang diketahui adalah y1 dan V1, maka

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

12
6

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

12
7

Sebuah lompatan hidrolik adalah fenomena dalam ilmu hidrolika


yang sering diamati dalam aliran saluran terbuka seperti sungai dan
spillways. Ketika cair pada pembuangan kecepatan tinggi ke zona
kecepatan rendah, kenaikan agak mendadak terjadi pada permukaan
cairan. Cairan ini mengalir dengan cepat tiba-tiba melambat dan
peningkatan tinggi badan, mengubah sebagian energi kinetik awal aliran
ke dalam peningkatan energi potensial, dengan beberapa energi
ireversibel hilang melalui turbulensi terhadap panas. Dalam aliran
saluran terbuka, ini bermanifestasi sebagai aliran cepat cepat
memperlambat dan menumpuk di atas itu sendiri mirip dengan
bagaimana bentuk shockwave.
Persamaan momentum pada aliran melalui saluran terbuka
diterapkan pada peristiwa loncat air.

Loncat Air

Figure 1.
Hydraulic Jump Overall Schematic

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

13
2

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

12
9

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

13
0

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

13
1

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, M.B., 1980, Notes for Short Course on Computational Hydraulics,


Texas A & M University, Texas.
Batchelor, G. K., 1970, An Introduction to Fluid Dynamics, Cambridge
University Press, Cambridge.
Bod, M. G., 1984, Discharge Measurements Structures, International Institute
for Reclamation and Improvement (ILRI), Wageningen.
Chaudhry, M. H., 1979, Applied Hydraulic Transient, Van Nostrand Reinholt
Company, Toronto.
Chow, V. T., 1959, Open Channel Hydraulics, McGraw-Hill, Kogakusha Ltd.,
Tokyo.
Daily, J. W., Harleman, D. R. F., Fluid Dynamics, Addison-Wesley Publishing
Company, Inc.
Dake, J. M. K.,1983, Hidrolika Teknik (terjemahan), Penerbit Erlangga, Jakarta.
Depeweg, H.,1987, Basic Hydraulics Exercise, Bipowered, Bandung.

, seperti aliran di ujung hilir bangunan pelimpah atau spillway.

yc

Dougherty, Franzini, 1965, Fluid Mechanics with Engineering Applications,


McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo.
Douglas, J. F., Gasiorek, J. M., Swaffield, T. A.,1986, Fluid Mechanics,
Longman Scientific & Technical, Harlow.
Evett, J. B., 1988, Fundamentals of Fluid Mechanics, McGraw-Hill International Editions, Singapore.
Fischer, H. B., 1981, Transport Models for Inland and Coastal Waters,
Academic Press, New York.

yn

Harijono Djojodihardja, 1983, Mekanika Fluida, Penerbit Erlangga, Jakarta.


Ippen, A. T., 1966, Estuary and Coastline Hydrodynamics, McGraw-Hill Book
Company, New York.
Kartvelishvili, N. A.,1970, Water Harmmer and Surge Tanks, Keter Press,
Jerusalem.
Kaufmann, W., 1979, Fluid Mechanics, McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo.

136

MEKANIKA FLUIDA

yn

Gambar (a) Loncat air

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

13
3

BAB VI

ALIRAN TAK MANTAP

SLUISKOKER
Sluiskoker termasuk peluap ambang lebar dengan tinggi ambang sangat
kecil (p=0). (penyempitan tampang aliran).
A : tinggi ambang
B: lebar sluiskoker
C:

HIDRAULIKA SALURAN TERBUKA

13
4

I. PRINSIP DASAR ALIRAN

13
5

air di saluran / sungai dan bisa juga sebagai penggerak pengilingan tradisional di
negara-negara Eropa. Di negara dengan sungai yang cukup besar dan deras
alirannya, serangkaian bendung dapat dioperasikan membentuk suatu sistem
transportasi air. Di Indonesia, bendung dapat digunakan untuk irigasi bila
misalnya muka air sungai lebih rendah dari muka tanah yang akan diairi.

Khurmi, R. S., 1987, Hydraulics Fluid Mechanics and Hydraulics Machines,


Schand & Company, New Delhi.
King, H. W., Wisler, C. O., Woodburn, J. G., 1948, Hydraulics, John Wiley &
Sons, Inc, Tokyo.
Lowe, H. C., 1979, Fluid Mechanics, The Mac Millan Ltd., London.
Mathieu, J., 1982, Mecanique des Fluides, Ecole Centrale de Lyon, Lyon.
Mohanty, A. K.,1986, Fluid Mechanics, Prentice Hall of India, New Delhi.
Morris, H. M.,1976, Applied Hydraulics in Engineering, John Wiley & Sons,
New York.
Novak, P., 1983, Development in Hydraulic Engineering - 1, Applied Science
Publishers, London.
Panton, R. L., 1984, Incompressible Flow, John Wiley & Sons, Singa-pore.
Patel, R. C., Pandya, A. D., Patel, B. M., 1986, Elements of Hydraulics, Acharya
Book Depot, New Delhi.
Pedlosky, J., 1979, Geophysical Fluid Dynamics, Springer-Verlag, New York.
Pickford, J., 1969, Analysis of Surge, MacMillan, London.
Prijani, V. B., 1966, Fundamental Hydraulics, Charotal Book Stall, India.
Raju, R., 1981, Flow Through Open Channel, Tata McGraw-Hill, New Delhi.
Raudkivi, A. J., 1976, Loose Boundary Hydraulics, Pergamon Press, New York.
Rouse, H., 1961, Engineering Hydraulics, John Wiley & Sons, New York.
Sabersky, R. H., Acosta, A. J., Haupmann, E. G., 1971, Fluid Flow, Collier
MacMillan International Editions, London.
Simons, D. B., Senturk, F., 1976, Sedimen Transport Technology, Water
Resources Publication, New York.
Stephenson, D., 1984, Pipe Flow Analysis, Elsevier, Amsterdam.
Streeter, V. L., 1962, Fluid Mechanics, McGraw-Hill Book Company Inc, New
York.
Streeter, V. L., Wylie, J., 1984, Mekanika Fluida (terjemahan), Penerbit
Erlangga Jakarta.
Vanoni, V. A., , 1977, Sedimentation Engineering, Headquarters of the Society,
New York.
Vasandani, P. V., 1980, Theory of Hydraulic Machines, Khanna Publishers,
New Delhi.

140

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

137

Vennard, J. K., Street, R. L., 1976, Flementary Fluid Mechanics, John Wiley &
Sons, New York.
Webber, N. B., 1965, Fluid Mechanics for Civil Engineers, William Clowes &
Sons, New York.
Welty, J. R., Wicks, C. E., Wilson, R. E., 1984, Fundamentals of Momentum,
Heat and Mass Transfer, John Wiley & sons, New York.
White, F. M., 1979, Fluid Mechanics, McGraw-Hill Kogakusha Ltd., Tokyo.
Yang, J. C., 1986, Numerical Simulation of Bed Evolution in Multi Channel
River Systems, Thesis Doktor, The University of Iowa.
Yuan, S. W., 1969, Foundations of Fluid Mechanics, Prentice-hall of India
Private Limited, New Delhi.

Saluran Mataram adalah kanal irigasi yang menghubungkan Kali Progo di


barat dan Sungai Opak di timur. Masyarakat lebih mengenal nama populernya,
Selokan Mataram. Selokan Mataram ini terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta
dan menjadi bagian dari Jaringan Saluran Induk Mataram.
Selokan Mataram memiliki panjang 31,2 km dan dibangun pada Masa
Pendudukan Jepang. Kala itu Jepang sedang menggalakkan Romusha untuk
mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia ataupun untuk membangun sarana
prasarana guna kepentingan perang Jepang melawan Sekutu di Pasifik. Di
tengah gencar-gencarnya Romusha, Raja Yogyakarta saat itu, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX berusaha menyelamatkan warga Yogyakarta dari
kekejaman Romusha. Dengan berpikir cerdik, Beliau melaporkan kepada Jepang
bahwa Yogyakarta adalah daerah minus dan kering, hasil buminya hanya berupa
singkong dan gaplek. Dengan laporan tersebut Sri Sultan mengusulkan kepada
Jepang agar warganya diperintahkan untuk membangun sebuah selokan saluran
air yang menghubungkan Kali Progo di barat dan Sungai Opak di timur. Dengan
demikian lahan pertanian di Yogyakarta yang kebanyakan lahan tadah hujan
dapat diairi pada musim kemarau sehingga mampu menghasilkan padi dan bisa
memasok kebutuhan pangan Tentara Jepang.
Ternyata usulan Sri Sultan disetujui Jepang dan terbebaslah warga Yogyakarta
untuk ikut Romusha, melainkan dialihkan untuk membangun saluran air yang
138

MEKANIKA FLUIDA

sebenarnya untuk kemakmuran warga juga. menurut legenda juga diceritakan


bahwa Sunan Kalijaga pernah berujar bahwa Yogyakarta bisa makmur jika Kali
Progo dan Sungai Opak bersatu. Hal tersebut mungkin ada benarnya, namun
kedua sungai itu bukan bersatu secara alami melainkan disatukan dengan saluran
air. Kenyataannya, warga Yogyakarta sekarang lebih makmur daripada sebelum
adanya Selokan Mataram dan selokan itu telah mengairi ribuan hektar lahan
pertanian yang sampai saat ini masih menghijau pada saat musim kemarau.
Jaringan Saluran Induk Mataram adalah sistem irigasi yang menjadi tulang
punggung penyediaan air pertanian di wilayah Yogyakarta bagian utara.
Jaringan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Saluran Induk Karangtalun
(panjang lebih dari 3 km), Saluran Mataram (31,2 km), dan Saluran Van der
Wicjk (17 km). Aliran sungai yang digunakan bagi saluran ini adalah aliran
Sungai Progo di barat dan Sungai Opak di bagian timur. Untuk menangkap air
dari sungai-sungai ini dibuat sejumlah bendung. Di bagian paling barat atau
pangkal Saluran Van der Wijck adalah Bendung Karangtalun (populer
dinamakan Ancol dan sekarang menjadi tempat wisata). Instalasi ini dibangun
antara tahun 1909-1932. Saluran Van der Wijck kemudian diteruskan dengan
dengan pembangunan Saluran Mataram di masa pendudukan Jepang (kala itu
dinamakan Kanal Yoshiro). Dengan selesainya Saluran Mataram, terhubunglah
aliran Kali Progo menuju Kali Opak. Pada tahun 1950 (dan diperbaik 1980)
dibangun Bendung Karangtalun.
Pengelolaan jaringan irigasi ini dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumber Daya
Air Wilayah Sungai Progo-Opak-Oyo (Balai PSDA WS POO/Balai POO) dan
meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan
Kabupaten Gunungkidul. Cakupan pengairan potensial adalah 33.000 ha, untuk
pengelontoran sistem sanitasi kota sekitar 0.4m3/detik dan pemasokan keperluan
industri gula PG Madukismo 0,55 m3/detik pada musim giling, serta 0,22
m3/detik pada musim pemeliharaan melalui suplesi di Sungai Winongo yang
diambil di Bendung Korbri.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang
air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Bendungan(dam) dan bendung(weir) sebenarnya merupakan struktur yang
berbeda. Bendung (weir) adalah struktur bendungan berkepala rendah (lowhead
dam), yang berfungsi untuk menaikkan muka air, biasanya terdapat di sungai.
Air sungai yang permukaannya dinaikkan akan melimpas melalui puncak /
mercu bendung (overflow). Dapat digunakan sebagai pengukur kecepatan aliran
Daftar Pustaka

139

terbuka. Jean Borda (1733-1799) mempelajari aliran melalui lobang dan


orang pertama yang menggunakan faktor 2g secara eksplisit dalam
rumus-rumus hidraulika. Dapat disebut di sini beberapa ahli lainnya
seperti Jean Baptiste Belanger (1789-1874) yang mempelajari garis
pembendungan (backwater); Benoit Fourneyron (1802-1867)
mengembangkan turbin hidraulis; Gaspar de Coriolis (1792-1843)
mempelajari distribusi kecepatan aliran dan pengaruh perputaran bumi
terhadap aliran. Jean Louis Poiseuille (1799-1869) mengembangkan
persamaan aliran laminer; Barre de Saint Venant (1797-1886)
mempelajari gerak gelombang di saluran terbuka; Arsene Dupuit (18041866) mengembangkan hidraulika air tanah; Antoine Charles Bresse
(1822-1883) melakukan studi hitungan profil muka air. Henri Darcy
(1803-1858) me- ngemukakan hukum tahanan aliran melalui pipa yang
diturunkan berdasarkan percobaan pipa, dan aliran melalui media
berpori. Paul du Boys (1847-1924) melakukan penelitian gerak sedimen
dasar di saluran dan sungai. Henri-Emile Bazin (1829-1917) melakukan
studi distribusi kecepatan pada arah transversal saluran dan mengusulkan
rumus kekasaran dinding saluran dalam bentuk koefisien Chezy. Pada
saat yang hampir bersamaan dengan Darcy dan Bazin, Emile Oscar
Ganguillet (1818-1894) dan Wilhelm-Rudolph Kutter (1818-1888) juga
mengusulkan rumus tahanan aliran. Rumus serupa juga diusulkan oleh
Philippe-Gaspard Gauckler (1826-1905) dan Robert Manning (18161897). Giovanni Venturi (1746-1822) mempelajari pengaruh perubahan
penampang pipa dan saluran terhadap tekanan dan profil aliran.
Pada awalnya, ilmu hidraulika, hidrodinamika dan mekanika fluida
berkembang dengan pesat di Eropa. Mulai akhir abad ke 19 dan awal
abad ke 20 para peneliti dan insinyur Amerika juga banyak melakukan
penelitian tentang ilmu tersebut. Dapat dicatat di sini nama-nama seperti
Buckingham (1867-1940) yang mengembangkan teknik analisis dimensi
dan kesebangunan; Boris Alexandrovitch Bakhmeteff (1880-1951)
banyak meneliti aliran melalui saluran terbuka; Keulegan yang banyak
meneliti gerak gelombang, tahanan pada aliran melalui pipa dan saluran
terbuka, dan aliran dengan perbedaan rapat massa.
144

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

141

Gambar 1.2. adalah foto akuaduk romawi yang melintasi sungai. Pada jaman
Kerajaan Majapahit juga telah dibuat saluran irigasi dan sistem jaringan air di
ibukota Majapahit.

1.3. Sejarah Aliran Melalui Saluran Terbuka


Ilmu hidraulika didefinisikan sebagai cabang dari ilmu teknik yang
mempelajari perilaku air. Air merupakan zat yang sangat dibutuhkan manusia,
untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti air minum, irigasi, pembangkit listrik
dan sebagainya. Perencanaan bangunan air untuk memanfaatkan dan
mengaturnya merupakan bagian dari teknik hidro yang termasuk dalam bidang
teknik sipil.

http://www.kmkz.com/jonesj/index.php?id=gallery&course=ID11&category=Rome

Pada zaman Mesir kuno dan Babilonia, teknik hidraulik telah


dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bangunan-bangunan irigasi dan
drainasi seperti bendungan, saluran, akuaduk, dan sebagainya telah dibangun
pada tahun 2500 sebelum masehi. Pada masa tersebut juga telah dibuat saluran
besar dari Laut Tengah ke Laut Merah. Sekitar tahun 1400 sebelum masehi
dibuat saluran serupa dari Sungai Nil ke Laut Merah. Akuaduk (saluran air)
yang dibangun pada jaman Romawi digunakan untuk mengalirkan air dari mata
air ke reservoir distribusi dengan jarak cukup jauh. Akuaduk tersebut berbentuk
saluran segi empat terbuat dari pasangan batu. Ketika melintasi lembah dan
sungai, akuaduk didukung oleh struktur jembatan lengkung pasangan batu.

gerak relatif fluida dan benda yang terendam dalam air, gelombang,
pompa hidraulis, dan sebagainya.

142

Daftar Pustaka

MEKANIKA FLUIDA

Pendekatan ilmu hidraulika mulai berkembang ketika Leonardo da Vinci


(1452-1519) melakukan penelitian mengenai aliran melalui saluran
terbuka, prinsip kontinuitas pada sungai dengan pengecilan penampang.

Perkembangan hidrodinamika terpisah dengan studi hidraulika


eksperimen, yang juga berkembang sangat pesat pada abad ke 18 dan 19.
Henri Pitot (1695-1771) menemukan alat untuk mengukur kecepatan
aliran zat cair, dan alat tersebut kemudian dikenal dengan tabung Pitot.
Antoine Chezy (1718-1798) mempelajari tahanan hidraulis yang
kemudian dikenal dengan rumus Chezy untuk aliran melalui saluran
143

1.4. Distribusi Kecepatan


Bentuk tampang memanjang dan melintang sungai adalah tidak teratur.
Selain itu, karena pengaruh kekentalan air dan kekasaran dinding, distribusi
kecepatan pada vertikal dan lebar sungai adalah tidak seragam seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1.10. Dalam aliran melalui saluran terbuka,
distribusi kecepatan tergantung pada banyak faktor seperti bentuk saluran,
kekasaran dinding dan juga debit aliran. Distribusi kecepatan tidak merata di
setiap titik pada tampang lintang.
Gambar 1.11 menunjukkan distribusi kecepatan pada tampang lintang
saluran dengan berbagai bentuk saluran, yang digambarkan dengan garis kontur
kecepatan. Terlihat bahwa kecepatan minimum terjadi di dekat dinding batas
(dasar dan tebing) dan bertambah besar dengan jarak menuju ke permukaan. Hal
ini terjadi karena adanya gesekan dinding dengan tebing saluran dan juga karena
adanya gesekan dengan udara permukaan. Untuk saluran yang sangat lebar,
distribusi kecepatan di sekitar bagian tengah lebar saluran adalah sama. Hal ini
disebabkan karena sisi-sisi saluran tidak berpengaruh pada daerah tersebut,
sehingga saluran di bagian itu dapat dianggap dua dimensi (vertikal). Keadaan
ini akan terjadi apabila lebar saluran lebih besar dari 5 - 10 kali kedalaman aliran
yang tergantung pada kekasaran dinding. Dalam praktek, saluran dapat dianggap
sangat lebar (lebar tak terhingga) apabila lebar saluran lebih besar dari 10 kali
kedalaman.
Distribusi kecepatan pada arah vertikal dapat ditentukan dengan melakukan
pengukuran pada berbagai kedalaman. Semakin banyak titik pengukuran akan
memberikan hasil semakin baik. Biasanya pengukuran kecepatan di lapangan
dilakukan dengan menggunakan current meter. Alat ini berupa baling-baling
yang akan berputar karena adanya aliran, yang kemudian akan memberikan
hubungan antara kecepatan sudut baling-baling dengan kecepatan aliran. Untuk
keperluan praktis dan ekonomis, di mana sering diperlukan kecepatan rerata
pada vertikal, pengukuran kecepatan dilakukan hanya pada satu atau dua titik
tertentu. Kecepatan rerata dapat diukur pada 0,6 kali kedalaman dari permukaan
air, atau nilai rerata kecepatan pada 0,2 dan 0,8 kaki kedalaman. Ketentuan ini
hanya berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan tidak ada penjelasan secara
teoretis. Besar kecepatan rerata ini bervariasi antara 0,8 dan 0,95 kecepatan di
permukaan dan biasanya diambil sekitar 0,85.

148

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

145

2.
0
1.
5
1.
0
0.
5

2.0
1.5
1.0
0.5

2.5
2.0

Saluran trapesium
1.5

Saluran segitiga
1.0
2.0

Distribusi Kecepatan
pada vertikal

1.5

Segiempat sempit

Saluran dangkal

Distribusi Kecepatan
melintang sungai

2.5

2.5
2.0
1.5

2.0
1.5
1.0

1.0
0.5

0.5

Saluran pipa
z

0.5

1.0 0.5

Saluran alas

Gambar 1.3 Distribusi kecepatan pada saluran

Gambar 1.10. Distribusi kecepatan pada arah lebar dan vertikal sungai
V2

V1
F1

F2

Fd
1

Gambar 1.14. Persamaan energi aliran melalui pipa dan saluran terbuka

146

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

147

berdasarkan data percobaan untuk berbagai batasan. Dengan demikian suatu


rumus tidak bisa digunakan untuk bermacam-macam kondisi aliran. Di samping
rumus-rumus empiris tersebut, Prandtl mengusulkan suatu rumus semi empiris
yang dapat digunakan secara menyeluruh (berbagai angka Reynolds).
Pertama kali akan ditentukan koefisien gesekan f untuk aliran laminar, dan
kemudian akan dijelaskan nilai f berdasarkan rumus empiris dan semi empiris.
10.6.3.Rumus semi empiris aliran melalui pipa
Dalam sub bab 10.4 telah diturunkan kecepatan rerata aliran melalui pipa
untuk pipa hidraulis halus dan kasar.
Untuk pipa halus,

V
u * r0
5,75 log
1,75
u*

(10.9)

untuk pipa kasar,

V
r
5,75 log 0 3,75
u*
k

(10.9)

sedang dalam sub bab 10.5 telah ditunjukkan hubungan antara kecepatan geser
dan kecepatan gesekan pipa dalam bentuk

u* V

f /8

(10.12)

Apabila pers. (10.12) disubstitusikan ke dalam pers. (10.9), maka

V
5,75 log{V
V f /8

f /8

r0
} 1,75

atau

1
2,03 log( RE f / 4 2 ) 0,6187
f
10.4. Kecepatan Rerata
Apabila debit aliran melalui pipa dengan jari-jari r0 adalah Q, maka
kecepatan rerata V diberikan oleh

atau

1
2,03 log( RE f ) 0,91
f

r0

Q
V

r0

atau

1
A log( RE f ) B
f
152

v 2r dr

r02

dengan adalah tebal sub lapis laminar. Mengingat adalah sangat kecil maka,
MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

149

r0

V 0

yang memberikan kecepatan geser sebagai fungsi koefisien gesekan DarcyWeisbach.


Apabila pers. (10.12) disubstitusikan ke dalam pers. (10.11), maka akan
didapat

v 2 (r0 y ) dy

r02

dengan r = r0 y dan dr = dy.


Substitusi pers. (10.6) ke dalam persamaan di atas akan menghasilkan

V
2
2
u*
r0

r0

u V
y
5,75 log 3,75
r0
V f /8

u* y

3,5( r0 y ) dy
5,75 log

atau

u V
y
2,03 log 1,32
r0
V f

Pengintegralan persamaan di atas akan menghasilkan kecepatan rerata untuk


pipa halus.

V
u * r0
5,75 log
1,75
u*

(10.9)

Dengan cara yang sama, substitusi pers. (10.8) akan menghasilkan rumus
berikut untuk pipa kasar

V
r
5,75 log 0 1,75
u*
k

(10.10)

Apabila pers. (10. 6) dikurangi dengan pers. (10.9) dan pers. (10.8)
dikurangi dengan pers. (10.10), maka akan didapat

u V
y
4,75 log 5,75
u*
r0

(10.11)

yang menunjukkan bahwa kecepatan di dalam lapis turbulen untuk pipa halus
dan kasar adalah sama.
10.5. Hubungan Distribusi Kecepatan dan Koefisien Gesekan
Seperti telah diberikan dalam sub bab 10.2, tegangan geser di dinding pipa
mempunyai bentuk

V2
0 Cf
2
atau

0
V2
Cf

Mengingat u* = V (f/8) dan f = 4Cf maka persamaan di atas dapat ditulis dalam
bentuk

u* V
150

f /8

(10.12)
MEKANIKA FLUIDA

atau

u
1
V

f {2,03 log

y
1,32}
r0

(10.13)

yang menunjukkan bahwa distribusi kecepatan terhadap kecepatan rerata di


dalam pipa merupakan fungsi dari f, baik untuk pipa halus maupun kasar.
Percobaan yang dilakukan oleh Nikuradze menunjukkan adanya perbedaan
antara konstanta pers. (10.13) dengan hasil percobaan yang mempunyai bentuk
berikut ini.

u
1
V

f {2,15 log

y
1,43}
r0

(10.14)

Kecepatan maksimum umaks terjadi pada sumbu pipa y = r0, sehingga


persamaan di atas menjadi

umaks
1 1,43 f
V
yang menunjukkan bahwa kecepatan maksimum hanya tergantung pada f. Oleh
karena itu penting untuk menentukan koefisien gesekan f suatu pipa untuk dapat
menentukan kehilangan tenaga dan distribusi kecepatan.
10.6. Persamaan Tahanan Gesek Pipa
Dalam sub bab 10.2 telah dijelaskan bahwa kehilangan tenaga selama
pengaliran melalui pipa tergantung pada koefisien gesekan Darcy-Weisbach.
Dalam sub bab ini akan dipelajari penentuan nilai f berdasarkan beberapa rumus
yang diusulkan oleh para ahli. Ada beberapa rumus empiris yang dapat
digunakan untuk menentukan nilai f untuk beberapa batasan tertentu (terutama
angka Reynolds dan tipe aliran di dalam pipa). Rumus-rumus tersebut diperoleh
Daftar Pustaka

151

Hasil percobaan yang dilakukan oleh Nikuradze memberikan konstanta


yang sedikit berbeda dengan persamaan di atas, yaitu A = 2 dan B = 0,8;
sehingga persamaan menjadi

Q
0,5

2,54 m/s
A 0,5 2 / 4

Angka Reynolds,

1
2 log(Re f ) 0,8
f

VD 0,254 0,5
Re

6,35 105

2 10 6
Untuk pipa kasar maka koefisien gesekan dihitung dengan rumus berikut.

atau

1
2 log(Re f / 2,51)
f

1
3,7 D
3,7 0,5
2 log
2 log
k
0,01
f
Persamaan di atas diselesaikan dengan coba banding untuk mendapatkan nilai f,
dan hasilnya adalah
f = 0,00895
b. Tegangan geser pada dinding
Tegangan geser pada dinding dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.

(10.20)

untuk selanjutnya pers. (10.20) digunakan untuk menghitung koefisien gesekan


pipa halus.
Dengan cara yang sama untuk aliran turbulen melalui pipa kasar, akan
diperoleh:

1
r
2,03 log 0 1,68
k
f
atau

1
A log(Re f ) B
f

c. Kecepatan pada sumbu pipa


Kecepatan geser dihitung dengan rumus berikut.

u*

0
7, 2

0,0846 m/s

100

Seperti halnya untuk pipa halus, percobaan Nikuradze juga menghasilkan


persamaan dengan konstanta yang sedikit berbeda. Persamaan tersebut adalah

1
r
2 log 0 1,74
k
f

Kecepatan di sumbu pipa dihitung dengan rumus

u
y
5,75 log 8,5
u*
k

atau

1
3,7 D
2 log
k
f

atau

0,25
u 0,0846{5,75 log
8,5}
0,01

u umaks

Contoh 2
Minyak dengan kekentalan kinematik = 1,17 10-4 m2/s mengalir melalui
3.000 m pipa yang bergaris tengah 300 mm dengan debit aliran Q = 401/s.
Berapakah kehilangan tenaga pada pengaliran tersebut.
Penyelesaian
Pertama kali diselidiki tipe aliran.
Kecepatan aliran,

2,85 m/s

Kecepatan pada jarak 100 mm dari dinding pipa,

u 0,0646{5,75 log

0,10
8,5}
0,01

u umaks 2,67 m/s


156

(10.21)

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

153

Q
0,040

0,566 m/s;
A 0,302 / 4

angka Reynolds,

Kehilangan tenaga selama pengaliran melalui pipa sepanjang 1000 m adalah


0,13 m.
b. Tegangan geser pada dinding
Tegangan geser pada dinding dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.

VD 0,566 0,3
Re

1451

1,17 10 4
yang berarti bahwa tipe aliran adalah laminar.
Koefisien gesekan pipa dihitung dengan rumus berikut.

0 C f 12 V 2 f

64
64
f

0,044
Re 1451

L 1 V2
3000 1 0,5662
0,44
7,18 m.
2
D g
0,3 2 9,81

u*

Contoh 3
Pipa halus dengan garis tengah 0,5 m dan panjang 1000 m mengalirkan
dengan debit 50 liter/s. Apabila kekentalan kinematik = 2 106 m2/s, hitung
kehilangan tenaga, tegangan geser pada dinding, kecepatan pada sumbu pipa dan
tebal sub lapis laminar.
Penyelesaian
a. Menghitung kehilangan tenaga

Q
0,05

0,254 m/s.
A (0,5) 2 / 4

0,254 0,5
6,35 10 4
2 10 6

yang berarti bahwa tipe aliran adalah turbulen. Karena pipa halus dan 4.000 <
Re < 105, maka koefisien gesekan dapat dihitung dengan rumus Blasius.

Kecepatan di sumbu pipa dihitung dengan rumus

u
u* y
5,75 log
5,5
u*

atau

u 0,0126{5,75 log(0,0126 0,25 12 / 108 ) 5,5}

angka Reynolds,

Re

0
0,16

0,0126 m/s

1000

u = umaks = 0,3 m/s.


d. Tebal sub lapis batas laminar
Digunakan rumus berikut ini

Pertama kali diselidiki tipe aliran.


Kecepatan aliran

V2
0,2542
0,0198 1000
0,16 N/m2.
8
8

c. Kecepatan pada sumbu pipa


Kecepatan geser dihitung dengan rumus berikut.

Kehilangan tenaga,

hf f

L 1 V2
1000 1 0,254 2

0
,
0198
0,13 m.
D2 g
0,5 2 9,81

hf f

0,316
0,0198 ;
Re0 ,25

5 5 2 10 6

7,94 10 4 m.
u*
0,0126

Contoh 4
Seperti pada contoh 1 tetapi untuk debit aliran 500 liter/s dan untuk tinggi
kekasaran dinding 0,01 mm. Hitung koefisien gesekan Darcy-Weisbach f,
tegangan geser pada dinding, kecepatan pada sumbu pipa, dan kecepatan pada
jarak 100 mm dari dinding pipa.
Penyelesaian
Kecepatan aliran:

kehilangan tenaga,
154

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

155

d. Tebal sub lapis batas laminar


Digunakan rumus berikut ini

z p
V
V

s s
t
t

atau

V
V 1 V
V
V

g
0
t
t s
s

atau

1
z
V V
g V

0
s
s
s
t

(4.5)

Untuk aliran permanen, diferensial terhadap waktu adalah nol sehingga

1
z
V
g V
0
s
s
s
Oleh karena variabel-bariabel persamaan di atas hanya tergantung pada jarak s,
maka turunan parsial dapat diganti dengan turunan biasa.

1 dp
dz
dV
g
V
0
ds
s
ds

(4.6)

p
V2
z
C

2g

Q
0,2

2,83 m/s
A 0,32 / 4

Angka Reynolds,

VR 2,83 0,3

1,42 106

6 10 7

f
f
1
2 log Re
2 log(1,42 106
)
2
,
51
2
,
51
f
Persamaan di atas diselesaikan dengan coba banding untuk mendapatkan nilai f,
dan hasilnya adalah
f = 0,011
Kecepatan geser dihitung dengan rumus berikut.

u* V

dengan

160

Untuk pipa halus dan dengan angka Reynolds tersebut, maka koefisien gesekan
dapat dihitung dengan rumus berikut.

Pers. (4.6) dikenal sebagai persamaan Euler untuk pengaliran permanen dan
fluida ideal. Apabila p merupakan fungsi p, maka pers. (4.6) juga dapat berlaku
untuk aliran kompresibel. Apabila kedua ruas persamaan ini dibagi dengan g dan
kemudian hasilnya diintegralkan, maka akan didapat hasil berikut ini.

z
=pg
p/
V2/g

Contoh 5
Pipa bergaris tengah 300 mm mengalirkan minyak dengan kekentalan
kinematik = 6 107 m2/s dengan debit aliran 200 liter/s. Tentukan tinggi
kekasaran maksimum sedemikian sehingga pipa diklasifikasikan sebagai
hidraulis halus. Berapakah tinggi kekasaran minimum supaya pipa menjadi
hidraulis kasar?
Penyelesaian
Kecepatan aliran,

Re

Apabila masing-masing suku dikalikan dengan ds maka akan didapat


dp/ + g dz + V dV = 0

5 5 2 10 6

1,182 10 4 m = 0,118 mm.


u*
0,0846

:
:
:
:

elevasi
berat jenis fluida
tinggi tekanan
tinggi kecepatan dan menunjukkan tinggi energi kinetik tiap satuan
berat ( m V2).
MEKANIKA FLUIDA

f / 8 2,63

0,011
0,104 m/s
8

Tinggi kekasaran maksimum untuk pipa halus adalah:

5 5 6 10 7

2,88 10 5 m = 0,0288 mm
u*
0,104

Tinggi kekasaran minimum supaya pipa kasar adalah:


Daftar Pustaka

157

35 35 6 10 7

0,2015 mm
u*
0,104

pada ujung unsur dan gaya berat. Hasil kali massa unsur dan percepatan harus
sama dengan gaya-gaya yang berkeja pada unsur
F=Ma
Dengan mengisikan gaya-gaya yang berkerja pada tabung, maka hukum
Newton II menjadi
g ds dA cos + p dA {p + (p/s) ds} dA = ds dA a
atau
g ds cos (p/s) ds = ds a

ds

Persamaan energi untuk pengaliran sepanjang garis arus didasarkan pada


hukum Newton II tentang gerak (F = m a). Persamaan energi juga disebut
persamaan Euler. Persamaan ini diturunkan berdasarkan anggapan sebagai
berikut:

pdA

1. Fulida adalah ideal, jadi tidak mempunyai kekentalan (kehilangan energi


akibat gesekan adalah nol).

dA

2. Fluida adalah homogen dan tidak termampatkan (rapat massa fluida adalah
konstan).

pdA

3. Pengaliran bersifat kontinu dan sepanjang garis arus.


4. Kecepatan aliran bersifat merata dalam suatu penampang.
5. Gaya yang bekerja hanya gaya berat dan tekanan.

Oleh karena

Gambar 4.11 menunjukkan unsur berbentuk silinder dari suatu tabung arus
yang bergerak sepanjang garis arus dengan kecepatan dan percepatan di suatu
tempat dan suatu waktu adalah V dan a. Panjang, tampang lintang, dan rapat
massa unsur tersebut adalah ds, dA, dan sehingga berat elemen adalah ds dA
g. Oleh karena tidak ada gesekan, maka gaya-gaya yang berkerja hanya gaya

158

Gambar 4.11. Unsur fiuida yang bergerak sepanjang garis aliran

MEKANIKA FLUIDA

cos = z / s
dan kemudian dilakukan substitusi pers. (4.2) untuk percepatan serta membagi
kedua ruas dengan ds maka akan diperoleh

Daftar Pustaka

159

Tetapan C adalah tinggi energi total yang merupakan jumlah dari tinggi
tempat, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan, yang berbeda dari garis arus yang
satu ke garis arus yang lain. Oleh karena itu persamaan tersebut hanya berlaku
untuk titik-titik pada sautu garis arus.

vvdA
VVA

Untuk fluida tak kompresibel


2

v dA

V A

Koefisien koreksi momentum untuk kebanyakan aliran air mendekati satu.


Untuk aliran laminar di dalam pipa, nilai adalah 1,33. Sedang pada aliran
turbulen, nilai bervariasi antara 1,01 dan 1,04.
Dengan memasukkan koefisien koreksi momentum , maka persamaan
momentum menjadi

F Q ( 2V2 1V1 )

(4.13)

Pers. (4.12) dikenal sebagai persamaan Bernoulli untuk aliran permanen,


fluida ideal dan tak kompresibel. Persamaan tersebut merupakan bentuk
matematis kekekalan energi di dalam aliran fluida.
Persamaan Bernoulli dapat digunakan untuk menentukan garis tekanan dan
tenaga (Gb. 4.12). Garis tenaga dapat ditunjukkan oleh evaluasi muka air pada
tabung Pitot yang besarnya sama dengan tinggi total tetapan Bernoulli.
H = z + p/ + V2/g
Garis tenaga
1V 2
2 B

A
1 2
V
2 A

/g

n
tekana
Garis

pB /

Untuk aliran tak seragam, kecepatan dan kedalaman aliran berubah


sepanjang aliran, sehingga persamaan momentum menjadi :
p A /

F1 F2 Fd = Q (V2 V1 )

/g

B
zB
A

zA

W AL
Berdasarkan Hukum Newton II tentang gerak, dapat diturunkan persamaan
momentum yang menyatakan bahwa jumlah gaya yang bekerja pada suatu
elemen zat cair sama dengan perubahan momentum, yang dinyatakan dalam
bentuk :

F = Q (V2 V1)
Gaya-gaya dalam arah aliran,

164

Garis acuan

Gambar 4.12. Garis tenaga pada fluida ideal


Pada pengaliran fluida ideal, garis tenaga mempunyai tinggi tetap yang
menunjukkan jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Garis
tekanan menunjukkan jumlah tinggi elevasi dan tinggi tekanan z + p / yang
bisa naik atau turun pada arah aliran dan tergantung pada luas tampang aliran.
Tinggi tekanan h l = p l/ dan h 2 = p2/ adalah tinggi kolom fluida yang
beratnya tiap satuan luas merupakan tekanan pl = h 1 dan p2 = h2. Oleh

MEKANIKA FLUIDA

Daftar Pustaka

161

karena itu tekanan p yang ada pada persamaan Bernoulli biasa disebut sebagai
tekanan statis.
Aplikasi persamaan Bernoulli untuk kedua titik di dalam medan aliran akan
memberikan

z1

p1 V12
p 2 V22

z2

2g

2g

yang menunjukkan bahwa jumlah tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi
kecepatan di kedua titik adalah sama. Dengan demikian garis energi total adalah
konstan.

EK

1
dt v 3 dA
A
2

Apabila profil kecepatan di atas untuk seluruh tampang diketahui, maka energi
kinetik data dihitung.
Energi kinetik total untuk kecepatan aliran merata pada tampang lintang
aliran adalah :

1
E dt AV 3
2
Dengan menyamakan kedua bentuk energi kinetik tersebut maka didapat :

1
AV 3

v
A

dA

Nilai koefisien koreksi tergantung pada distribusi kecepatan. Persamaan


energi untuk titik 1 dan 2 dengan memperhitungkan koefisien koreksi energi
menjadi :
4.7. Koefisien Koreksi Energi
Dalam analisis aliran satu dimensi, kecepatan aliran pada suatu tampang
dianggap konstan. Pada kenyataannya, kecepatan pada penampang adalah tidak
merata (Persamaan ...). Kecepatan di dinding batas adalah nol dan bertambah
dengan jarak dari dinding batas. Penggunaan kecepatan rerata untuk
menggantikan kecepatan tidak merata dalam persamaan Bernoulli perlu
memasukkan koefisien tak berdimensi pada suku tinggi kecepatan. Nilai
merupakan perbandingan antara energi kinetik yang dihitung dengan kecepatan
tidak merata dan dengan kecepatan rerata. Koefisien dikenal sebagai koefisien
koreksi energi atau koefisien Coriolis.
Energi kinetik dari massa M yang mempunyai kecepatan V adalah:

1
EK M V 2
2
Apabila kecepatan pada suatu pias kecil dA suatu penampang aliran A
adalah u, maka energi kinetik adalah :

1
1
1
dE dM v 2 v dA dt v 2 dt v 3dA
2
2
2
Integrasi dari persamaan di atas untuk seluruh tampang aliran akan
memberikan energi kinteik total sebesar :
162

MEKANIKA FLUIDA

z1

p1 1 V12
p V2

z2 2 2 2

2g

2g

(.....)

4.10. Koefisien Koreksi Momentum


Di dalam penurunan persamaan momentum untuk aliran permanen dan satu
dimensi, kecepatan aliran dan rapat massa adalah seragam pada satu tampang
lintang aliran. Pada kenyataannya, distribusi kecepatan pada suatu tampang
adalah tidak seragam. Demikian juga dengan rapat massa untuk aliran
kompresibel.
Dengan demikian sebenarnya momentum di dalam aliran adalah

Momentum v dA v
dengan v adalah kecepatan aliran pada pias dA dan adalah rapat massa.
Dengan anggapan bahwa kecepatan aliran merata maka momentum yang
terjadi di dalam aliran adalah

Momentum VA V
dengan adalah koefisien koreksi momentum. Dengan menyamakan kedua
bentuk momentum di atas maka akan dapat diperoleh koefisien koreksi
momentum
Daftar Pustaka

163

Air yang mengalir Dalam sub bab 10.2 telah dijelaskan bahwa kehilangan
tenaga selama pengaliran melalui pipa tergantung pada koefisien gesekan
Darcy-Weisbach. Dalam sub bab ini akan dipelajari penentuan nilai f
berdasarkan beberapa rumus yang diusulkan oleh para ahli. Ada beberapa rumus
empiris yang dapat digunakan untuk menentukan nilai f untuk beberapa batasan
tertentu (terutama angka Reynolds dan tipe aliran di dalam pipa). Rumus-rumus
tersebut diperoleh berdasarkan data percobaan untuk berbagai batasan. Dengan
demikian suatu rumus tidak bisa digunakan untuk bermacam-macam kondisi
aliran. Di samping rumus-rumus empiris tersebut, Prandtl mengusulkan suatu
rumus semi empiris yang dapat digunakan secara menyeluruh (berbagai angka
Reynolds).
Pertama kali akan ditentukan koefisien gesekan f untuk aliran laminar, dan
kemudian akan dijelaskan nilai f berdasarkan rumus empiris dan semi empiris.
10.6.1. Aliran Laminar
Dalam sub bab 7.7 telah dipelajari aliran laminar melalui pipa lurus dengan
tampang lintang lingkaran. Dalam sub bab tersebut telah diturunkan persamaan
kehilangan tenaga pada aliran laminar, yang mempunyai bentuk

Hf

32VL
gD 2

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk

Hf

64 L V 2
VD D 2 g

Hf

64 L V 2
Re D 2 g

atau

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk persamaan DarcyWeisbach,

Hf f

L 1 V2
D2 g

dengan f = 64 / RE.
Dengan demikian, untuk aliran laminar, koefisien gesekan mempunyai bentuk
seperti pada rumus di atas.

2
Daftar
V Pustaka
/2g
1

165

hf
2

V2 /2g
V1

F Q (V2 V1 )
=
A

Contoh 1
Saluran segi empat dengan lebar 5 m melewatkan debit 10 m3/s pada
kedalaman 1 koefisien Manning untuk aliran seragam apabila kemiringan
saluran 1 : 500.
Penyelesaian
A = By = 5 l = 5 m2;
P = B + 2y = 5 + 2 l = 7 m
R = A/P = 0,714 m
V = Q/A = 10 m3s-1/5 m2 = 2 m/s.

... dapat ditulis menjadi :

Dengan menggunakan rumus Manning,

V2
V2
( I 0 I f ) x ( y2 2 ) ( y1 1 )
2g
2g
( y2
x

V22
V2
) ( y1 1 )
2g
2g
I0 I f

atau
(0,714) 2 / 3 (1 / 500)1 / 2
n
didapat n = 0,0177.
2

Setiap kali terjadi perubahan momentum, waktunya akan


diubah menjadi kekuatan impuls (gaya dikalikan dengan waktu).
Momentum suatu partikel atau benda didefinisikan sebagai perkalian
massanya M dengan kecepatannya V.
Momentum = M V
Menurut Hukum Newton II tentang gerak, gaya-gaya yang bekerja benda
yang bergerak adalah sama dengan laju perubahan momentum. Laju momentum
didefinisikan sebagai perkalian antara laju aliran massa ( Q) dan perubahan
kecepatan aliran (V)
166

R 2 / 3 I1 / 2
n

MEKANIKA FLUIDA

1. Saluran trapesium dengan lebar dasar 10,0 m dan kemiringan tebing


1(V):2(H). Debit aliran Q = 20 m 3/d. Hitung kedalaman aliran apabila
koefisien Manning n= 0,03 dan kemiringan dasar saluran 0,001.
2. Saluran trapezium dengan kemiringan tebing 1:2 dan kemiringan dasar
saluran 0,0005. Tentukan dimensi ekonomis saluran apabila debit aliran 25
m3/d dan koefisien Manning n=0,02.

Daftar Pustaka

167

Anda mungkin juga menyukai