Anda di halaman 1dari 1

ALAT MUSIK TRADISIONAL KOLINTANG

Kolintang merupakan alat musik khas dari Minahasa (Sulawesi Utara) yang
mempunyai bahan dasar yaitu kayu yang jika dipukul dapat mengeluarkan bunyi yang cukup
panjang dan dapat mencapai nada-nada tinggi maupun rendah seperti kayu telur, bandaran,
wenang, kakinik atau sejenisnya (jenis kayu yang agak ringan tapi cukup padat dan serat
kayunya tersusun sedemikian rupa membentuk garis-garis sejajar).
Kata Kolintang berasal dari bunyi : Tong (nada rendah), Ting (nada tinggi) dan Tang
(nada tengah). Dahulu Dalam bahasa daerah Minahasa untuk mengajak orang bermain
kolintang: "Mari kita ber Tong Ting Tang" dengan ungkapan "Maimo Kumolintang" dan dari
kebiasaan itulah muncul nama "KOLINTANG untuk alat yang digunakan bermain.
Alat musik Kolintang sudah ada sejak zaman dahulu dan digunakan masyarakat untuk
upacara ritual adat yang berhubungan dengan pemujaan roh leluhur. Sejak masuknya agama
Kristen dan Islam di tanah Minahasa, Kolintang tidak lagi difungsikan sebagai pengiring
upacara adat, namun lebih difungsikan sebagai pengiring tarian, pengiring lagu, atau
pertunjukan musik.
Alat musik Kolintang awalnya hanya terdiri dari beberapa potong kayu yang diletakan
dan disusun berjejer diatas kedua kaki pemainnya. Kemudian dikembangkan menggunakan
alas yang terbuat dari dua batang pisang. Kolintang mulai menggunakan peti resonator sejak
Pangeran Diponegoro berada di Minahasa. Konon pada saat itu peralatan Gamelan juga
dibawa oleh rombongannya. Sesudah perang dunia ke 2, alat musik Kolintang mulai
dikembangkan lagi dari segi nada yang dihasilkan lebih mengarah ke susunan nada musik
universal.

Anda mungkin juga menyukai