Anda di halaman 1dari 26

Karakterisasi Serbuk Magnet NdFeB Dengan Menggunakan

Vibrating Sample Magnetometer (VSM)

Nama

: Ikhwan Nur Rahman

NIM

: 1112097000019

Program Studi Fisika


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta
2015 M/1436 H

Prinsip Kerja VSM (Vibrating Sample Magnetometer)


1. Prinsip Dasar VSM
VSM (Vibrating Sample Magnetometer) merupakan alat yang bekerja untuk
mengukur sifat kemagnetan suatu bahan. Alat ini dtemukan oleh Simon Foner pada
tahun 1955 di Laboratorium Lincoln MIT.Untuk mengetahui prinsip kerja dari VSM
ini, marilah kita lihat terlebih dahulu gambar berikut.

Gambar 1. Skema dari VSM


Gambar di atas merupakan skema dari bagian VSM, dimana terdapat batang
sampel (sample rod) yang pada ujungnya dipasangkan sampel, yang terletak diantara
pickup coil. Batang sampel pada VSM akan berosilasi secara vertikal sumbu (z).
Pada saat coil di atas mengeluarkan medan magnet, batang tersebut akan
mempengaruhi luas area yang dikemudiani oleh medan magnet tersebut, sehingga
terjadi perubahan fluks magnet.

Gambar 2. Batang magnet yang berosilasi membuat perubahan fluks pada daerah yang
diarsis
Pada saat batang berosilasi perubahan fluks terhadap waktu yang terjadi akan
menghasilkan tegangan pada pickup coil, sehingga kita dapat menuliskan
persamaan:
Vcoil=

d
dt

(1)

Dikarenakan batang sampel berosilasi secara vertikal atau hanya (sumbu z),
persamaan (1) harus dipecahkan, dan harus ditambahkan dengan variabel z, maka,
dengan menggunakan aturan rantai kita dapat menuliskan persamaannya menjadi:

( ddz )( dzdt )

V coil=

(2)

Berdasarkan persamaan di atas, adalah fluks magnetik, dan z adalah posisi


vertikal dari sampel dan t adalah waktu. Bagian

( ddz )

, menjelaskan tentang

perubahan fluks yang terjadi pada arah sumbu z.

Pada gambar 3, medan magnet akan mekemudiani suatu area (A= lz), dimana
saat batang sampel berosilasi, akan terjadi perubahan fluks magnetnya, sehingga

( ddz )> 0

. jadi untuk fluks magnetiknya adalah:


(3)

=B .(lz)

Gambar 3. Daerah yang diarsir adalah daerah yang mengalami perubahan fluks
magnetik
Sedangkan untuk daerah yang tidak diarsir, tidak terjadi perubahan fluks
magnetik, dikarenakan batang sampel tersebut tidak bergerak pada daerah tersebut,
maka

( ddz )=0

Selanjutnya, pada bagian

( dzdt )

, osilasi batang sampel terhadap waktu. saat

batang sampel berosilasi maka akan membentuk gelombang sinusoidal, seperti


gambar dibawah ini.

Gambar 4. Gelombang yang terbentuk dari osilasi batang sampel searah sumbu z
Dimana, akan terbentuk persamaan gelombang

z= Asin t . Persamaan

gelombang ini dapat menentukan frekuensi dari batang sampel tersebut dengan
menggunakan

z= Asin2 ft

dimana =2 f , sehingga dapat kita ketahui

hubungan antara tegangan pada koil terhadap frekuensi batang sampel tersebut, yang
mana semakin besar frekuensi batang sampel tersebut maka tegangan pada koil akan
semaikin besar juga.
Fenomena di atas berkerja berdasarkan prinsip hukum faraday, yang
menjelaskan perubahan fluks akan menghasilkan GGL induksi yang besarnya
sebanding, yang dinyatakan oleh persamaan
=N

(4)

N merupakan jumlah lilitan pada kumparan (coil) dan tanda negatif yang akan
dijelaskan dalam hukum lenz, yang akan dijelaskan kemudian. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Vibrating Sample Magnetometer (VSM) ini berkerja
berdasarkan prinsip hukum faraday.
Hukum lenz menyatakan bahwa jika timbul GGL induksi pada suatu rangkaian
maka arah arus induksi yang dihasilkan mempunyai arah sedemikian hingga
menimbulkan medan magnet induksi yang menentang perubahan medan magnet

(arus induksi berusaha mempertahankan fluks magnetik total tetap konstan), tanda
minus dari persamaan (4) digunakan untuk mengingatkan kita pada arah ggl induksi.

Gambar 5.Percobaan untuk mengetahui terjadinya arus induksi beserta arahnya.


Pada gambar 5(a), magnet dimasukkan ke dalam kumparan. Kemudian jarum
pada galvanometer menyimpang ke kanan sesaat dan langsung kembali ke posisi
awal (0), hal ini dikarenakan saat magnet masuk kekumparan, medan magnet dari
magnet batang akan memperbesar fluks magnetik yang melalui kumparan, sehingga
akan timbul fluks induksi yang akan menjaga fluks magnetiknya tetap konstan yang
mana arahnya melawan fluks magnetik tersebut. Kemudian dari fluks induksi
tersebut kita dapat menentukan arah arus induksinya, yang mana arah arus tersebut
yang membuat jarum galvanometernya menyimpang ke kanan.
Pada gambar 5(b), magnet dikeluarkan dari dalam kumparan. Kemudian jarum
pada galvanometer menyimpang ke kiri sesaat dan langsung kembali ke posisi awal
(0), hal ini dikarenakan saat magnet ditarik keluar kumparan, medan magnet dari
magnet batang akan dalam kumparan akan melemah, dan fluks magnetik pada
kumparan menjadi kecil, sehingga akan timbul fluks induksi yang akan menjaga
fluks magnetiknya tetap konstan dengan menambahkan jumlah fluks yang ada dalam
kumparan yang mana arahnya searah dengan fluks magnetik tersebut. Kemudian
dari fluks induksi tersebut kita dapat menentukan arah arus induksinya, yang mana
arah arus tersebut yang membuat jarum galvanometernya menyimpang ke kiri.
Pada gambar 5(c) magnet tidak bergerak. Fluks magnetik yang berada dalam
kumparan tetap konstan (tidak mengalami perubahan), sehingga jarum pada
galvanometer tidak menyimpang dari posisi nol (0). Dari ketiga paparan di atas
6

dapat disimpulkan bahwa perubahan medan magnet lah yang yang menghasilkan
arus listrik, dan apabila medan magnet dalam kumparan konstan, maka tidak akan
menghasilkan arus.
2. Sensor Hall
Pada VSM terdapat bagian yang dinamakan sensor hall, yang mana sensor hall
ini berkerja berdasarkan efek hall, yang kita tahu prinsip dasar efek hall adalah gaya
Lorentz, untuk mengetahui lebih jelas bagaimana prinsip kerja sensor hall tersebut
saya akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana gaya Lorentz yang menjadi
prinsip dasar efek hall.
Gaya Lorentz merupakan gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang
bergerak atau arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet. Jika ada sebuah
penghantar yang dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada dalam medan
magnetik maka akan timbulah gaya Lorentz tersebut untuk menunjukan arah gaya
Lorentz, dapat menggunakan kaidah tangan kanan, perhatikan gambar berikut.

Gambar 6. Kaidah tangan kanan berdasarkan gaya Lorentz


Ibu jari menunjukan arah arus, keempat jari yang lain menunjukan arah medan
magnetnya, dan telapak tangan menunjukan arah gaya Lorentz nya. Kemudian kita
akan melihat bagaimana arah gaya Lorentz pada dua kawat sejajar yang dialiri arus.

Gambar 7. Arah gaya Lorentz pada dua kawat berarus, akan dipengaruhi oleh arah dari
arus yang mengalir pada kawat.
Pada gambar 7(a), kedua kawat ini memiliki arah arus yang sama. Kawat
pertama yang dialiri arus I1, akan menghasilkan medan B1 yang mempengaruhi
kawat kedua, berdasarkan kaidah tangan kanan, kawat tersebut akan tertarik ke arah
kawat pertama, ditunjukan oleh F2. Kemudian kawat kedua yang dialiri arus I2, akan
menghasilkan B2 yang akan mempengaruhi kawat pertama, sehingga kawat pertama
akan bergerak mendekati kawat kedua (berdasarkan kaidah tangan kanan) yang
ditunjukan oleh F1. Sehingga untuk dua kawat parallel yang dialiri arus searah gaya
yang terjadi akan saling tarik menarik.
Pada gambar 7(b), kedua kawat dialiri arus listrik yang berlawanan arah. Kawat
pertama yang dialiri arus I1 akan menghasilkan medan magnet B1 yang akan
mempengaruhi kawat kedua, berdasarkan kaidah tangan kanan, kawat kedua akan
menjauhi kawat pertama, ditunjukan oleh F2,. Kawat kedua yang dialiri arus I2 akan
menghasilkan medan B2 yang akan mempengaruhi kawat pertama, berdasarkan
kaidah tangan kanan maka kawat pertama akan bergerak menjauhi kawat kedua yang
ditunjukkan oleh F1.
Prinsip dari gaya Lorentz di atas, merupakan cara untuk menentukan kemana
arah muatan bergerak pada fenomena efek hall, seperti yang kita ketehui efek hall
tersebut adalah peristiwa berbeloknya aliran listik (electron) dalam sebuah plat

konduktor dikarenakan pengaruh dari medan magnet. Untuk lebih jelasnya


perhatikan gambar berikut.

Gambar 8.Skema efek hall

Pada gambar di atas, terdapat arus yang mengalir yang ditunjukan oleh I, yang
bergerak menuju plat konduktor. Pertama, jika kita berikan medan dari atas B1, maka
sesuai kaidah tangan kanan, muatan yang melewati plat konduktor akan berbelok
arah menuju F1. kedua, dengan arah arus yang sama, jika kita berikan medan dari
bawah B2, maka berdasarkan kaidah tangan kanan, muatan akan membelok kearah
F2. Efek hall menjelaskan bagaimana kita harus meletakkan sensor hall pada VSM,
yang akan dijelaskan berikut ini.

Gambar 9. 2 cara pemasangan sensor hall


Pada kasus 1, sensor hall diletakkan pada posisi arus mengarah ke atas. Arus
yang mengalir pada sensor hall akan bereaksi terhadap medan yang diberikan,
sehingga muatan bergerak kearah F1, dan arus yang terbaca adalah positif.
Untuk kasus 2, sensor hall diletakkan dengan arah arus ke bawah, dengan medan
yang diberikan dari arah yang sama dengan kasus 1, akan membuat muatan bergerak
kearah F2. Arus yang terbaca adalah negatif.

10

Cara Pengoperasian Vibrating Sample Magnetometer (VSM)


Berikut adalah cara pengoperasian VSM, beserta langkah-langkah preparasi sampelnya:
1. Kalibrasi VSM emnggunakan bola standar nikel murni
A. Preparasi Sampel
Adapun alat dan bahan yang harus disiapkan untuk kalibrasi adalah:
1) VSM sample Holder
2) Bola nikel murni
3) Kapas
4) Pinset plastik
5) Timbangan digital dengan tingkat presisi yang tinggi, dengan akurasi
0,0001 g
Ada 4 cara sederhana yang harus diikuti untuk menyempurnakan pekerjaan.
1) Mengukur massa nikel dengan menggunakan timbangan digital.
Teknik yang paling efektif dan akurat untuk mengukur volume nikel
adalah membagi masa nikel dengan kerapatan (volume nikel = massa
nikel / kerapatan nikel). Kerapatan nikel adalah 8.902 g/cm3.
2) Gunakan pinset untuk mengambil bola nikel murni dan masukkan ke
dalam VSM sample holder.
3) Masukkan kapas ke dalam sampel holder untuk mencegah bola nikel
tersebut bergerak.
4) Sample holder siap dipasang pada batang sampel.
B. Cara Menjalankan VSM
Sebelum sample holder dipasang pada batang sampel, alat VSM tersebut
harus dipanaskan kurang lebih selama 30 menit. Setelah VSM kira kira sudah
panas, maka prosedur kalibrasi dapat dijalankan, berikut langkah kerja untuk
menjalankan VSM :
1) Nyalakan VSM
Tunggu 30 menit dan matikan oscilation (osilasi) batang sampel
2) Pilih Zero Adjust pada monitor

11

Atur arus (I), medan magnet (H), dan momen magnet (m)ke nol
secara berurutan klik I Zeroing, H Zeroing, dan m Zeroing.
Perhatian! Lepaskan Hall Probe dari tengah coil sebelum mengklik
m Zeroing.
3) Pilih Para Setup pada monitor
Atur nilai parameter pada Instrument Status sebagai berikut:

Moment range

: 30 emu

H field Range

: 32000 Oe

Time Cosntant

: 0.1 S

Test Average

: Sum average of 1 order

Treat Average

: Sum average of 1 order

Exciting Device

: Electromagnet

Mode of ctrl-H

: Auto

Testing Mode

: Normal

Treating Mode

: Prototype

Atur nilai parameter pada Test-Control Parametersebagi berikut:

Test Sanple Quality

Test Sample Density

: 8.902 g/cm3

Goal Magnetic Field

: 5000 Oe

: . . . mg (massa nikel)

Biarkan nilai parameter yang tersisa diatur secara default


4) Pasang sample holder pada batang getar
Hidupkan Oscilation (osilasi) batang sampel kemudian klik
Increase H pada monitor untuk mengaktifkan medan magnet dan
tunggu hingga nilai tersebut tertarik dalam Goal Magnetic Field
5) Pusatkan Sampel Holder

Aktifkan magnetic moment meter (display on)

Up-Down (z-axis) dan Forward-Backward (y-axis) hingga


nilai momon magnetic maksimum

Left-Right (x-axis) hingga nilai momen magnetic maksimum


12

Apabila sudah selesai, klik Decrease H pada monitor

6) Melakukan tes pengukuran


Nyalakakan menu disebelah kanan pada monitor Test Sample,
pilih Test Normal m (Hext) Loop lalu, lakukan penamaan pada
sample (tahun, bulan, tanggal dan nama sample) kemudian klik Test
sample.
7) Evaluasi hasil pengukuran

Lakukan pengecekan gambaran dari nickels magnetic


hyteresis loop

Lakukan pengecekan nilai saturasi magnet (m) dan medan


koersif (H)

8) Apakah nilai saturasi dan nilai medan koersif memenuhi persyaratan


nilai kalibrasi?
Jika Iya:

Matikan Oscilation (osilasi) pada batang sampel dan


pindahkan bola nikel dari sample holder.

Proses kalibrasi VSM selesai dan VSM siap untuk mengukur


sampel.

Jika tidak, maka ikuti langkah selanjutnya.


9) Pilih Zero Adjust pada monitor
Pada Zero Point and Calibration, atur nilai kalibrasi dari momen
magnetic
new cal . value=

standard magnetic moment /field


x old cal. value
measured magnetic moment / field

10) Lakukan tes pengukuran kembali


Gunakan nilai m dan H yang dikalibrasi, kemudian lakukan
pengukuran ulang
2. Preparsi sampel VSM untuk pengukuran suhu ruang
A. Preparasi sampel serbuk
Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah:
1) VSM sample holder
13

2) Sampel serbuk magnet


3) Lem
4) Spatula
5) Kapsul obat
6) Tatakan kapsul obat yang terbuat dari sterofom
7) Timbangan digital dengan tingkat presisi yang tinggi, dengan akurasi
0,0001 g
8) Ruang vakum untuk magnet yang sensitif terhadap oksigen
(opsional)
Catatan: beberapa serbuk magnet seperti sintered NdFeB Powder sangat mudah
teroksidasi pada udara terbuka. Untuk itu hal tersebut harus dihindari sengan
melakukan preparasi dampel di dalam ruang vakum untuk mencegah proses
oksidasi yang dapat merusak kualitas serbuk.
Berikut adalah langkah untuk preparasi sampel serbuk:
1) Letakkan seluruh alat dan bahan di atas meja. Untuk serbuk magnet
yang sensitifterhadap oksigen, letakkan semua alat dan bahan di
dalam ruang vakum dan diikuti dengan pemompaan udara keluar.
2) Kalibrasi timbangan digital
3) Pasang kapsul obat pada tatakan dan letakkan di atas timbangan
digital, setelah itu kalibrasi ulang timbangan digital.
4) Gunakan spatula untuk mengambil sedikit serbuk magnet dan
masukkan ke dalam kapsul obat.
5) Tulislah massaserbuk magnet yang ditunjukan oleh timbangan digital.
6) Tambahkan satu atau dua tetes lem ke dalam ronga kapsul untuk
mengikat serbuk magnet (agar serbuk magnet menjadi padatan).
7) Biarkan lem mengering dengan sempurna sebelum dipasang pada
smaple holder (kira kira membutuhkan waktu lebih dari 6 jam)
8) Pasangkan kapsul pada sampel holder, hingga sample holder hampir
tertutup kapsul.
9) Sample holder siap dipasang pada batang sampel VSM.
B. Prepararasi sampel pada magnetik padat
14

Alat dan bahan yang harus disiapkan :


1) Tempat/batang sampel pada VSM
2) Potongan sampel magnetik
3) Pipa pita penyegel
4) Pinset plastik
5) Timbangan digital dengan tingkat presisi yang tinggi, dengan akurasi
0,0001 g
6) Ruang vakum untuk sampel magnetik yang sangat sensitif terhadap
oksigen
Catatan :serupa dengan serbuk magnetik, permukaan pada potongan magnetik
padat tidak ditutup oleh lapisan pelindung yang juga rentan terhadap proses
oksidasi pada lingkungan udara terbuka. Oleh karena itu, preparasi sampel harus
dilakukan di dalam ruang vakum

Langkah-langkah preparasi untuk magnetik padat :


1) Letakkan alat dan bahan di atas meja. Untuk potongan magnetik
padat yang sangat sensitif terhadap oksigen, letakkan alat dan bahan
yang dibutuhkan pada ruang vakum yang tidak ada pengaruh dari
udara luar
2) Kalibrasi keseimbangan pada digital
3) Ambil potongan magnetik padat menggunakan pinset dan timbang
masaa nya mengunakan timbangan digital
4) Bungkus sampel tersebut menggunakan pipa penyegel dan sisipkan
ke tempat sampel
5) Tempat sampel siap di taruh di ujung batang sampel yang akan
bergetar pada VSM
C. Menjalankan VSM
1) Sample holder di dalam kapsul obat
Pasang sampel pada batang sampel
2) Pilih para setup pada monitor
15

Atur nilai parameter pada Instrument status sebagai berikut:

Moment Range

: 30 emu

H Field Range

: 32000 Oe

Time Constant

: 0.1 S

Test Average

: Sum average of 1 order

Treat Average

: sum average of 1 order

Exciting Device

: Electromagnet

Mode of ctrl-H

: Auto

Testing Mode

: Normal

Treating Mode

: Prototype

Atur nilai parameter pada Test-Control Parameter sebagi berikut:

Test Sanple Quality

Test Sample Density

: (kerapatan sampel dalam g/cm3)

Goal Magnetic Field

: medan magnetic maksimal yang

: (massa sampel dalam mg)

dihasilkan oleh VSM dalam oersted)


Birakan nilai parameter yang tersisa diatur secara defult
3) Penamaan file
Pada kotak hitam disebelah kanan dari Sample No yang tertera
dimonitor, penamaan pada sample sesuai aturan penamaan pada VSM
(tahun, bulan, tanggal dan nama sample)
4) Tipe pengukuran
Nyalakan (display on) menu di sebelah kanan pda monitor, lalu pilih
mode pengukuran, tersedia opsi untuk pengukuran suhu ruang:

Fast test m(Hext) loop

Test normal m(Hext) loop

Test magnetic curve

Test magnetic small loop

5) Pengukuran pada VSM berjalan

16

Hidupkan oscillation (osilasi) batang sampel dan klik Test Sample


untuk memulai pengukuran.
6) Evaluasi hasil VSM
Hasil VSM danpat di plot kan dengan berbagai cara. Tersedia opsi untuk
pengukuran suhu ruang adalah:

Draw m(Hext)/M(Heff) curve

Draw B(Heff) curve

Draw permeability of curve

Draw data curve of ctrl-H

Bagaimana cara menggunakannya : pilih tipe mode gambar dan kill


Treat Data
7) Simpan dan cetak hasil

17

Hasil Analisis Kurva Histeresis Dengan Menggunakan VSM


Pengukuran menggunakan VSM menghasilkan kurva yang dinamakan kurva
histeresis. Kurva histerisis bisa ditampilkan dalam bentuk B(H) ataupun M(H). adapun
pengukuran kali ini menggunakan sempel serbuk NdFeB.
Sebelum melakukan pengukuran dengan sampel NdFeB, VSM harus terlebih dahulu
dikalibrasi dengan menggunakan nikel sebagai sampel yang berbentuk bola dengan
massa 33.81 mg. setelah mengikuti langkah kerja dengan benar.
Data yang ditampilkan pada perangkat VSM terdapat 2 macam. Data pertama
dengan format 13D dan kedua dengan format ASC. Data dengan format 13D digunakan
untuk membuat grafik M(H), yang mana sumbu Y (medan B) pada data ini masih dalam
satuan emu. Sehingga harus dikonversikan kedalam satuan tesla. Dengan membagi data
pada sumbu Y dengan volume sampel dan dikalikan dengan 4. Sehingga data pada
sumbu Y menggunakan satuan gauss dan pada sumbu X (medan H) menggunakan
oersted. Kemudian data data tersebut dibagi 10000 uuntuk mengkonversikannya
kedalam Tesla.
Untuk data grafik B(H) data yang digunakan adalah pada sumbu Y juga masih
dalam satuan emu, dan harus dikonversikan ke dalam tesla. Dengan mengalikan sumbu
Y dengan densitas sampel dan dikalikan dengan 4. Sehingga data pada sumbu Y
menggunakan satuan gauss. Untuk memperoleh nilai B nilai magnetisasi (dalam Gauss)
yang diperoleh dari sumbu Y (data format 13D) ditambahkan dengan nilai medan dari
sumbu X (data format ASC). Dengan menggunakan formulasi : Y (fromat 13D) + X
(format ASC) = B. Untuk sumbu X pada data dengan format ASC merupakan medan H
dalam satuan Oersted, sehingga kedua data pada sumbu X dan Y ini harus dibagi 10000
untuk mengkonversikannya ke dalam satuan Tesla.
Berikut ini adalah kurva histeresis dalam bentuk M(H) dan B(H) untuk kaliberasi
nikel dan sampel serbuk NdFeB.

18

1.5
1
0.5
B(T)

0
-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0.2

0.4

0.6

-0.5
-1
-1.5
H(T)

Gambar 10. Kurva histerisis M(H) dan B(H) untuk sampel nikel
kurva histerisis M(H) di atas memiliki nilai saturasi 0.62 T. Nilai saturasi adalah
batas maksimum dari sampel, sehingga apabila medan H terus diberikan, tidak akan
berpengaruh apa-apa terhadap nilai M. Nilai remanensi nikel sebesar 0.018 T. Nilai
remanensi ini mendekati nol (0) pada satuan tesla, jadi bisa dikatakan nilai
remanensinya hampir tidak ada. Nilai medan koersif (Hc) sebesar 0.0089 T yang mana
nilai Hc ini menentukan apakah sampel ini tergolong kedalam magnet lemah atau
magnet kuat.
Kurva B(H). Nilai medan magnet B pada kurva ini adalah 1 T, nilai medan B ini
bukan saturasi, dikarenakan jika medan H diperbesar maka nilai magnet B juga akan
semakin besar, nilai medan magnet B ini adalah nilai yang didapat saat kurva M(H)
mencapai titik saturasi. Nilai remanensi pada kurva ini sebesar 0 T, hal ini menunjukkan
bahwa bahan sampel tidak terdapat medan magnet B saat medan magnet H dihilangkan.
Adapun nilai koersifnya (HC) sebesar 0.0061 T, sehingga hampir tidak ada energi produk
maksimum yang dihasilkan.

19

0.8

Setelah kalibrasi sudah selesai, maka VSM dapat digunakan untuk menganalisa
sampel yang lain, NdFeB merupakan sampel yang akan dipakai. Pengukuran sampel
dilakukan sebanyak 2 kali dengan memvariasikan massa sampel. Pada sampel pertama
massa serbuk NdFeB sebesar 60 mg, yang dinamakan 150122_NdFeB_1. adapun kurva
histeresisnya sebagi berikut.

5
4
3
2
1
B(T)
0
-3

-2

-1

-1
-2
-3
-4
H(T)

Gambar 11. Kurva Histeresis M(H) dan B(H) serbuk NdFeB


Kurva histerisis M(H) ini memiliki nilai saturasi 1.11 T, sehingga apabila medan
magnet H terus diperbesar , maka akan menghasilkan nilai medan M sebesar 1.11 T.
Nilai Mr atau reminensi bahan ini sebesar 0.84 T, sehingga saat medan H dihilangkan,
maka sampel masih terdapat medan magnet B sebesar nilai remenansinya. Kemudian,
nilai Hc pada kurva ini sebesar 1.42 T.
Kurva histerisis B(H) memiliki nilai medan magnet B sebesar 4 T, sehingga apabila
medan magnet H terus ditambahkan, maka nilai medan B akan tetap. Nilai Br atau
reminensi bahan ini sebesar 1 T, sehingga saat medan H dihilangkan, maka sampel
20

masih terdapat medan magnet sebesar nilai remenansinya. Kemudian, nilai Hc pada
kurva ini sebesar 0.71 T.
Kurva M(H) dan B(H) di atas terjadi selisih antara nilai saturasi pada kurva M(H)
dengan nilai magnetik B pada kurva B(H) yang didapat saat kurva M(H) mencapai nilai
satrurasi. Sesuai dengan persamaan B M = H, maka selisih nilai saturasi keduanya
adalah 4T 1.1T = 2.9 T. Jadi, nilai medan H yang diberikan sebesar 2.9 T.
Kemudian pada sampel kedua masih menggunakan NdFeB dengan massa 66 mg,
dan dinamakan 150122_NdFeB_3, sehingga didapatkan kurva histerisis sebagai berikut.
4
3
2
1
B(T)

0
-3

-2

-1

-1
-2
-3
-4
H(T)

Gambar 12. Kurva histerisis M(H) dan B(H) serbuk NdFeB


Kurva histerisis M(H) ini memiliki nilai saturasi 0.99 T, sehingga apabila medan
magnet H terus ditambahkan, maka nilai saturasi akan tetap. Nilai Mr atau reminensi
bahan ini sebesar 0.74 T, sehingga saat medan H dihilangkan, maka sampel masih
terdapat medan magnet B sebesar nilai remenansinya. Kemudian, nilai Hc pada kurva
ini sebesar 1.42 T

21

Selanjutnya kurva histerisis B(H). nilai magnetik B sebesar 4 T, sehingga nilai


magetik B akan naik seiring ditambahkannya nilai medan H dari luar. Nilai Br atau
reminensi bahan ini sebesar 1 T, sehingga saat medan H dihilangkan, maka sampel
masih terdapat medan magnet sebesar nilai remenansinya. Kemudian, nilai Hc pada
kurva ini sebesar 0.66 T.
Kurva M(H) dan B(H) di atas terjadi selisih antara nilai saturasi pada kurva M(H)
dengan nilai magnetik B pada kurva B(H) yang didapat saat kurva M(H) mencapai nilai
satrurasi. Sesuai dengan persamaan B M = H, maka selisih nilai saturasi keduanya
adalah 4T 0.99 T = 3.01 T. Jadi, nilai medan H yang diberikan sebesar 3.01 T.

22

Lampiran
Kurva Histeresis M(H) Kaliberasi Nikel

Kurva Histeresis B(H) Kaliberasi Nikel

23

Kurva Histeresis M(H) Serbuk NdFeB (150122_NdFeB_1)

Kurva Histeresis B(H) Serbuk NdFeB (150122_NdFeB_1)

24

Kurva Histeresis M(H) Serbuk NdFeB (150122_NdFeB_3)

Kurva Histeresis B(H) Serbuk NdFeB (150122_NdFeB_3)

25

Daftar Pustaka
Bertotti, Giorgio. 1998. Hysteresis in Magnetism. California : Academic Press
Giancoli, Douglas C. 2009. Physics for scientists and engineers with modern physics4th ed. New Jersey: Pearson Education

26

Anda mungkin juga menyukai