Nama
NIM
: 1112097000019
Gambar 2. Batang magnet yang berosilasi membuat perubahan fluks pada daerah yang
diarsis
Pada saat batang berosilasi perubahan fluks terhadap waktu yang terjadi akan
menghasilkan tegangan pada pickup coil, sehingga kita dapat menuliskan
persamaan:
Vcoil=
d
dt
(1)
Dikarenakan batang sampel berosilasi secara vertikal atau hanya (sumbu z),
persamaan (1) harus dipecahkan, dan harus ditambahkan dengan variabel z, maka,
dengan menggunakan aturan rantai kita dapat menuliskan persamaannya menjadi:
( ddz )( dzdt )
V coil=
(2)
( ddz )
, menjelaskan tentang
Pada gambar 3, medan magnet akan mekemudiani suatu area (A= lz), dimana
saat batang sampel berosilasi, akan terjadi perubahan fluks magnetnya, sehingga
( ddz )> 0
=B .(lz)
Gambar 3. Daerah yang diarsir adalah daerah yang mengalami perubahan fluks
magnetik
Sedangkan untuk daerah yang tidak diarsir, tidak terjadi perubahan fluks
magnetik, dikarenakan batang sampel tersebut tidak bergerak pada daerah tersebut,
maka
( ddz )=0
( dzdt )
Gambar 4. Gelombang yang terbentuk dari osilasi batang sampel searah sumbu z
Dimana, akan terbentuk persamaan gelombang
z= Asin t . Persamaan
gelombang ini dapat menentukan frekuensi dari batang sampel tersebut dengan
menggunakan
z= Asin2 ft
hubungan antara tegangan pada koil terhadap frekuensi batang sampel tersebut, yang
mana semakin besar frekuensi batang sampel tersebut maka tegangan pada koil akan
semaikin besar juga.
Fenomena di atas berkerja berdasarkan prinsip hukum faraday, yang
menjelaskan perubahan fluks akan menghasilkan GGL induksi yang besarnya
sebanding, yang dinyatakan oleh persamaan
=N
(4)
N merupakan jumlah lilitan pada kumparan (coil) dan tanda negatif yang akan
dijelaskan dalam hukum lenz, yang akan dijelaskan kemudian. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Vibrating Sample Magnetometer (VSM) ini berkerja
berdasarkan prinsip hukum faraday.
Hukum lenz menyatakan bahwa jika timbul GGL induksi pada suatu rangkaian
maka arah arus induksi yang dihasilkan mempunyai arah sedemikian hingga
menimbulkan medan magnet induksi yang menentang perubahan medan magnet
(arus induksi berusaha mempertahankan fluks magnetik total tetap konstan), tanda
minus dari persamaan (4) digunakan untuk mengingatkan kita pada arah ggl induksi.
dapat disimpulkan bahwa perubahan medan magnet lah yang yang menghasilkan
arus listrik, dan apabila medan magnet dalam kumparan konstan, maka tidak akan
menghasilkan arus.
2. Sensor Hall
Pada VSM terdapat bagian yang dinamakan sensor hall, yang mana sensor hall
ini berkerja berdasarkan efek hall, yang kita tahu prinsip dasar efek hall adalah gaya
Lorentz, untuk mengetahui lebih jelas bagaimana prinsip kerja sensor hall tersebut
saya akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana gaya Lorentz yang menjadi
prinsip dasar efek hall.
Gaya Lorentz merupakan gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang
bergerak atau arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet. Jika ada sebuah
penghantar yang dialiri arus listrik dan penghantar tersebut berada dalam medan
magnetik maka akan timbulah gaya Lorentz tersebut untuk menunjukan arah gaya
Lorentz, dapat menggunakan kaidah tangan kanan, perhatikan gambar berikut.
Gambar 7. Arah gaya Lorentz pada dua kawat berarus, akan dipengaruhi oleh arah dari
arus yang mengalir pada kawat.
Pada gambar 7(a), kedua kawat ini memiliki arah arus yang sama. Kawat
pertama yang dialiri arus I1, akan menghasilkan medan B1 yang mempengaruhi
kawat kedua, berdasarkan kaidah tangan kanan, kawat tersebut akan tertarik ke arah
kawat pertama, ditunjukan oleh F2. Kemudian kawat kedua yang dialiri arus I2, akan
menghasilkan B2 yang akan mempengaruhi kawat pertama, sehingga kawat pertama
akan bergerak mendekati kawat kedua (berdasarkan kaidah tangan kanan) yang
ditunjukan oleh F1. Sehingga untuk dua kawat parallel yang dialiri arus searah gaya
yang terjadi akan saling tarik menarik.
Pada gambar 7(b), kedua kawat dialiri arus listrik yang berlawanan arah. Kawat
pertama yang dialiri arus I1 akan menghasilkan medan magnet B1 yang akan
mempengaruhi kawat kedua, berdasarkan kaidah tangan kanan, kawat kedua akan
menjauhi kawat pertama, ditunjukan oleh F2,. Kawat kedua yang dialiri arus I2 akan
menghasilkan medan B2 yang akan mempengaruhi kawat pertama, berdasarkan
kaidah tangan kanan maka kawat pertama akan bergerak menjauhi kawat kedua yang
ditunjukkan oleh F1.
Prinsip dari gaya Lorentz di atas, merupakan cara untuk menentukan kemana
arah muatan bergerak pada fenomena efek hall, seperti yang kita ketehui efek hall
tersebut adalah peristiwa berbeloknya aliran listik (electron) dalam sebuah plat
Pada gambar di atas, terdapat arus yang mengalir yang ditunjukan oleh I, yang
bergerak menuju plat konduktor. Pertama, jika kita berikan medan dari atas B1, maka
sesuai kaidah tangan kanan, muatan yang melewati plat konduktor akan berbelok
arah menuju F1. kedua, dengan arah arus yang sama, jika kita berikan medan dari
bawah B2, maka berdasarkan kaidah tangan kanan, muatan akan membelok kearah
F2. Efek hall menjelaskan bagaimana kita harus meletakkan sensor hall pada VSM,
yang akan dijelaskan berikut ini.
10
11
Atur arus (I), medan magnet (H), dan momen magnet (m)ke nol
secara berurutan klik I Zeroing, H Zeroing, dan m Zeroing.
Perhatian! Lepaskan Hall Probe dari tengah coil sebelum mengklik
m Zeroing.
3) Pilih Para Setup pada monitor
Atur nilai parameter pada Instrument Status sebagai berikut:
Moment range
: 30 emu
H field Range
: 32000 Oe
Time Cosntant
: 0.1 S
Test Average
Treat Average
Exciting Device
: Electromagnet
Mode of ctrl-H
: Auto
Testing Mode
: Normal
Treating Mode
: Prototype
: 8.902 g/cm3
: 5000 Oe
: . . . mg (massa nikel)
Moment Range
: 30 emu
H Field Range
: 32000 Oe
Time Constant
: 0.1 S
Test Average
Treat Average
Exciting Device
: Electromagnet
Mode of ctrl-H
: Auto
Testing Mode
: Normal
Treating Mode
: Prototype
16
17
18
1.5
1
0.5
B(T)
0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.2
0.4
0.6
-0.5
-1
-1.5
H(T)
Gambar 10. Kurva histerisis M(H) dan B(H) untuk sampel nikel
kurva histerisis M(H) di atas memiliki nilai saturasi 0.62 T. Nilai saturasi adalah
batas maksimum dari sampel, sehingga apabila medan H terus diberikan, tidak akan
berpengaruh apa-apa terhadap nilai M. Nilai remanensi nikel sebesar 0.018 T. Nilai
remanensi ini mendekati nol (0) pada satuan tesla, jadi bisa dikatakan nilai
remanensinya hampir tidak ada. Nilai medan koersif (Hc) sebesar 0.0089 T yang mana
nilai Hc ini menentukan apakah sampel ini tergolong kedalam magnet lemah atau
magnet kuat.
Kurva B(H). Nilai medan magnet B pada kurva ini adalah 1 T, nilai medan B ini
bukan saturasi, dikarenakan jika medan H diperbesar maka nilai magnet B juga akan
semakin besar, nilai medan magnet B ini adalah nilai yang didapat saat kurva M(H)
mencapai titik saturasi. Nilai remanensi pada kurva ini sebesar 0 T, hal ini menunjukkan
bahwa bahan sampel tidak terdapat medan magnet B saat medan magnet H dihilangkan.
Adapun nilai koersifnya (HC) sebesar 0.0061 T, sehingga hampir tidak ada energi produk
maksimum yang dihasilkan.
19
0.8
Setelah kalibrasi sudah selesai, maka VSM dapat digunakan untuk menganalisa
sampel yang lain, NdFeB merupakan sampel yang akan dipakai. Pengukuran sampel
dilakukan sebanyak 2 kali dengan memvariasikan massa sampel. Pada sampel pertama
massa serbuk NdFeB sebesar 60 mg, yang dinamakan 150122_NdFeB_1. adapun kurva
histeresisnya sebagi berikut.
5
4
3
2
1
B(T)
0
-3
-2
-1
-1
-2
-3
-4
H(T)
masih terdapat medan magnet sebesar nilai remenansinya. Kemudian, nilai Hc pada
kurva ini sebesar 0.71 T.
Kurva M(H) dan B(H) di atas terjadi selisih antara nilai saturasi pada kurva M(H)
dengan nilai magnetik B pada kurva B(H) yang didapat saat kurva M(H) mencapai nilai
satrurasi. Sesuai dengan persamaan B M = H, maka selisih nilai saturasi keduanya
adalah 4T 1.1T = 2.9 T. Jadi, nilai medan H yang diberikan sebesar 2.9 T.
Kemudian pada sampel kedua masih menggunakan NdFeB dengan massa 66 mg,
dan dinamakan 150122_NdFeB_3, sehingga didapatkan kurva histerisis sebagai berikut.
4
3
2
1
B(T)
0
-3
-2
-1
-1
-2
-3
-4
H(T)
21
22
Lampiran
Kurva Histeresis M(H) Kaliberasi Nikel
23
24
25
Daftar Pustaka
Bertotti, Giorgio. 1998. Hysteresis in Magnetism. California : Academic Press
Giancoli, Douglas C. 2009. Physics for scientists and engineers with modern physics4th ed. New Jersey: Pearson Education
26