Anda di halaman 1dari 22

TUGAS 1 MAGNETOSTATIKA

Diusulkan oleh:
Andreas Cristian Manik (140310170030)
Yessy Maharani Utami (140310170028)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2017

1
 Gaya Magnet
Muatan yang bergerak dalam medan magnet akan mengalami gaya magnet:

v Fmagnet
  
Muatan uji, +q
B
F  qv  B
Besar gaya magnet: F  qvB sin 

 Medan Magnet
Medan magnet adalah ruang di sekitar magnet yang gaya tarik/tolaknya masih
dirasakan oleh magnet lain.
Besarnya gaya tarik atau gaya tolak antara kutub-kutub magnet diberikan oleh;

Garis-garis gaya magnet selalu keluar dari kutub utara magnet dan masuk ke kutub
selatan magnet. Garis-garis tersebut tidak pernah saling berpotongan. Kerapatan garis-
garis gaya magnet menunjukkan kekuatan medan magnet.

2
Rapat Garis-garis Gaya (Flux Density = B) yaitu jumlah garis gaya tiap satuan
luas yang tegak lurus kuat medan magnet.

 MEDAN MAGNET DI SEKITAR ARUS LISTRIK


Percobaan Oersted
Jika diatas suatu kompas dibentangkan sebuah kawat secara sejajar, maka jika kawat
tersebut dialiri arus listrik, maka jarum kompas akan menyimpang. Hal ini
menunjukkan adanya medan magnetik di sekitar arus listrik.
Arah garis-garis medan magnetik yang terdapat di sekitar kawat berarus sesuai
dengan kaidah tangan kanan atau aturan sekrup putar kanan. Kaidah Tangan Kanan
pertama yaitu Arah ibu jari menunjukkan arah arus listrik dan arah lipatan jari-jari
yang lainnya menunjukkan arah putaran garis-garis medan magnetik

3
 HUKUM BIOT SAVART.

Definisi : Besar induksi magnetik di satu titik di sekitar elemen arus, sebanding dengan
panjang elemen arus, besar kuat arus, sinus sudut yang diapit arah arus dengan jaraknya
sampai titik tersebut dan berbanding terbalik dengan kwadrat jaraknya.

B=k.

k adalah tetapan, di dalam sistem Internasional

k= = 10-7

Vektor B tegak lurus pada l dan r, arahnya dapat ditentukan denagan tangan kanan. Jika l
sangat kecil, dapat diganti dengan dl.

dB =

Persamaan ini disebut hukum Ampere.

INDUKSI MAGNETIK

Induksi magnetik di sekitar arus lurus.

Besar induksi magnetik di titik A yang jaraknya a dari kawat sebanding dengan kuat arus
dalam kawat dan berbanding terbalik dengan jarak titik ke kawat.

B= .

B dalam W/m2

I dalam Ampere

4
a dalam meter

Kuat medan dititik H = = =

mr udara = 1

Jika kawat tidak panjang maka harus digunakan Rumus :

 Gaya yang Dialami Penghantar Berarus dalam Medan Magnetik


Sebuah kawat lurus berarus yang diletakkan dalam medan magnetik akan mengalami gaya
magnetik. Gaya magnetik ini yang disebut sebagai gaya Lorentz. Arah gaya Lorentz dapat
ditentukan menggunakan Kaidah Tangan Kanan kedua yaitu; ”Bila telapak tangan kanan
dibuka, maka ibu jari menunjukkan arah arus I, keempat jari lain menunjukkan arah medan
magnetik B, dan telapak tangan menunjukkan arah gaya Lorentz F”.
Besarnya gaya Lorentz dinyatakan oleh persamaan;

 Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet

Besar gaya Lorentz pada partikel.

Pada arus listrik yang berada dalam medan magnet bekerja gaya Lorentz.

F=B.I. sin a

5
Arus listrik adalah gerakan partikel-partikel yang kecepatannya tertentu, oleh sebab itu
rumus di atas dapat diubah menjadi :

F=B. . v . t sin a

F = B . q . v sin a

F adalah gaya Lorentz pada partikel yang muatannya q dan kecepatannya v, B besar
induksi magnetik medan magnet, a sudut yang diapit vektor v dan B.

Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet.

Tanda x menyatakan titik tembus garis-garis gaya kemagnetan yang arah induksi
magnetiknya ( B ) meninggalkan kita. Pada partikel yang kecepatannya v, bekerja gaya
Lorentz.

F = B . q . v sin 900

F=B.q.v

Vektor F selalu tegak lurus pada v, akibatnya partikel bergerak didalam medan magnet
dengan lintasan bentuk : LINGKARAN.

Gaya centripetalnya yang mengendalikan gerak ini adalah gaya Lorentz.

Fc = F Lorentz

=B.q.v

R=

6
 Hukum Faraday
konsep gaya gerak listrik pertama kali dikemukakan oleh Michael Faraday, yang
melakukan penelitian untuk menentukan faktor yang memengaruhi besarnya ggl yang
diinduksi. Dia menemukan bahwa induksi sangat bergantung pada waktu, yaitu semakin
cepat terjadinya perubahan medan magnetik, ggl yang diinduksi semakin besar. Di sisi lain,
ggl tidak sebanding dengan laju perubahan medan magnetik B, tetapi sebanding dengan
laju perubahan fluks magnetik, ΦB , yang bergerak melintasi loop seluas A, yang secara
matematis fluks magnetik tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Φ = B.A cos θ

Dengan B sama dengan rapat fluks magnetik, yaitu banyaknya fluks garis gaya
magnetik per satuan luas penampang yang ditembus garis gaya fluks magnetik tegak lurus,
dan θ adalah sudut antara B dengan garis yang tegak lurus permukaan kumparan. Jika
permukaan kumparan tegak lurus B, θ = 90 o dan ΦB = 0, tetapi jika B sejajar terhadap
kumparan, θ = 0o , sehingga:

ΦB = B.A

Hal ini terlihat pada Gambar berikut:

Garis medan magnetik yang menembus luas permukaan A.

Pada Gambar diatas terlihat kumparan berupa bujur sangkar bersisi i seluas A = i2 .
Garis B dapat digambarkan sedemikian rupa sehingga jumlah garis per satuan luas
sebanding dengan kuat medan. Jadi, fluks ΦB dapat dianggap sebanding dengan jumlah
garis yang melewati kumparan. Besarnya fluks magnetik dinyatakan dalam satuan weber
(Wb) yang setara dengan tesla.meter 2 (1Wb = 1 T.m 2).

Dari definisi fluks tersebut, dapat dinyatakan bahwa jika fluks yang melalui loop
kawat penghantar dengan N lilitan berubah sebesar ΔΦB dalam waktu Δt , maka besarnya
ggl induksi adalah:
7
Yang dikenal dengan Hukum Induksi Faraday, yang berbunyi:

“gaya gerak listrik (ggl) induksi yang timbul antara ujung-ujung suatu loop penghantar
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi oleh loop
penghantar tersebut”.

Tanda negatif pada persamaan diatas menunjukkan arah ggl induksi. Apabila perubahan
fluks ( ΔΦ ) terjadi dalam waktu singkat ( Δt → 0 ), maka ggl induksi menjadi:

dengan:
ε = ggl induksi (volt)
N = banyaknya lilitan kumparan
ΔΦB = perubahan fluks magnetik (weber)
Δ t = selang waktu (s)

 Hukum Lenz
Apabila ggl induksi dihubungkan dengan suatu rangkaian tertutup dengan
hambatan tertentu, maka mengalirlah arus listrik. Arus ini dinamakan dengan arus induksi.
Arus induksi dan ggl induksi hanya ada selama perubahan fluks magnetik terjadi. Hukum
Lenz menjelaskan mengenai arus induksi, yang berarti bahwa hukum tersebut berlaku
hanya kepada rangkaian penghantar yang tertutup. Hukum ini dinyatakan oleh Heinrich
Friedrich Lenz (1804 - 1865), yang sebenarnya merupakan suatu bentuk hukum kekekalan
energi.

Hukum Lenz menyatakan bahwa:

“ggl induksi selalu membangkitkan arus yang medan magnetnya berlawanan dengan asal
perubahan fluks”.

Perubahan fluks akan menginduksi ggl yang menimbulkan arus di dalam


kumparan, dan arus induksi ini membangkitkan medan magnetnya sendiri.

8
Penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi.

Gambar diatas menunjukkan penerapan Hukum Lenz pada arah arus induksi. Pada Gambar
(a) dan (d), magnet diam sehingga tidak ada perubahan fluks magnetik yang dilingkupi
oleh kumparan. Pada Gambar (b) menunjukkan fluks magnetik utama yang menembus
kumparan dengan arah ke bawah akan bertambah pada saat kutub utara magnet didekatkan
kumparan. Arah induksi pada Gambar (c), (e), dan (f ), juga dapat diketahui dengan
menerapkan Hukum Lenz.

 Gaya Gerak Listrik (GGL)

Ketika kutub utara magnet batang digerakkan masuk ke dalam kumparan, jumlah
garis gaya-gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan bertambah banyak.
Bertambahnya jumlah garisgaris gaya ini menimbulkan GGL induksi pada ujung-
ujung kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir
menggerakkan jarum galvanometer. Arah arus induksi dapat ditentukan dengan cara
memerhatikan arah medan magnet yang ditimbulkannya. Pada saat magnet masuk, garis
gaya dalam kumparan bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat
mengurangi garis gaya itu. Dengan demikian, ujung kumparan itu merupakan kutub utara
sehingga arah arus induksi .

9
Ketika kutub utara magnet batang digerakkan keluar dari dalam kumparan, jumlah
garis-garis gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan berkurang. Berkurangnya
jumlah garis-garis gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir dan
menggerakkan jarum galvanometer. Sama halnya ketika magnet batang masuk ke
kumparan. pada saat magnet keluar garis gayadalam kumparan berkurang. Akibatnya
medan magnet hasil arus induksi bersifat menambah garis gaya itu. Dengan demikian,
ujung, kumparan itu merupakan kutub selatan, sehingga arah arus induksi seperti yang
ditunjukkan Gambar b.

Ketika kutub utara magnet batang diam di dalam kumparan, jumlah garis-garis
gaya magnet di dalam kumparan tidak terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah garis-garis
gaya tetap, maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi. Akibatnya,
tidak terjadi arus listrik dan jarum galvanometer tidak bergerak.

Jadi, GGL induksi dapat terjadi pada kedua ujung kumparan jika di dalam kumparan
terjadi perubahan jumlah garis-garis gaya magnet (fluks magnetik). GGL yang timbul
akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam kumparan disebut
GGL induksi. Arus listrik yang ditimbulkan GGL induksi disebut arus induksi. Peristiwa
timbulnya GGL induksi dan arus induksi akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya
magnet disebut induksi elektromagnetik.

 Generator
Generator adalah mesin yang mengubah energi kinetik menjadi energi listrik.

Macam-macam jenis generator


Terdapat dua jenis generator, yaitu generator (AC) arus bolak-balik dan generator (DC) arus searah.
Pada generator arus bolak-balik, kumparan yang diletakkan pada batang diputar dalam medan
magnet yang diam sehingga menghasilkan tegangan induksi.

Melalui sikat-sikat karbon yang dihubungkan dengan cincin-cincin generator, tegangan yang
dihasilkan dapat menyalakan sebuah lampu. Generator ini dinamakan generator arus bolak-balik
karena arah arus induksi berlawanan dengan arah putaran kumparan.

10
Bagian generator yang berputar disebut rotor, sedangkan bagian yang diam disebut stator. Pada
dasarnya, prinsip kerja generator arus bolak-balik dan generator arus searah adalah sama. Hanya
saja pada generator arus searah, cincin yang digunakan adalah cincin belah.

Generator

Cincin ini bekerja sebagai komutator yang mengubah arus listrik yang dikeluarkan
generator. Dengan demikian, arus listrik yang awalnya merupakan arus bolak-balik pada
kumparan, dalam rangkaian di luar kumparan menjadi arus searah.

Dapat dilakukan beberapa cara untuk memperbesar tegangan dan arus induksi, yaitu:
1) Mempercepat putaran rotor.
2) Memperbanyak lilitan pada kumparan.
3) Menggunakkan magnet yang lebih kuat.
4) Memasukkan inti besi lunak ke dalam kumparan.

Dalam kehidupan sehari-hari, generator arus bolakbalik ini dapat kita temukan pada sepeda
yang berlampu. Untuk menyalakan lampu tersebut, generator dipasang pada roda. Kayuhan
yang dilakukan telah mengubah energi dalam tubuhmu menjadi energi mekanis pada gerak
roda.

Gerak roda ini kemudian menghasilkan tegangan listrik yang dapat menyalakan lampu.
Sedangkan, generator arus searah dapat kita jumpai pada alat-alat pemanas.
11
Listrik yang kita gunakan sehari-hari berasal dari PLN merupakan listrik yang berasal dari
generator (AC) arus bolakbalik. Generator ini menghasilkan arus yang sangat besar
sehingga susunannya lebih rumit daripada generator serupa yang digunakan untuk
menyalakan lampu sepeda.
Pada generator ini, energi mekanis diperoleh dari gerakan benda yang disebut turbin.
Turbin adalah roda besar yang diputar oleh dorongan air, angin, atau uap, bahkan nuklir.
Secara umum, cara menghasilkan arus induksi pada generator ini hampir sama dengan
generator sederhana. Hanya saja, arus induksi yang dihasilkan akan diproses terlebih
dahulu sebelum akhirnya sampai ke rumah-rumah untuk digunakan. Salah satu alat yang
digunakan pada proses ini adalah transformator.

 Induktansi
Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang
menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang
melewati rangkaian (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati rangkaian
tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi bersama atau mutual inductance).
Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus berarti ada perubahan medan magnetik, yang
kemudian menghasilkan ggl.

a. Induktansi Diri (Ggl Induksi pada Kumparan)

Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan.

Kumparan yang digunakan Henry untuk mengetahui induktansi diri.

Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui
kumparan meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus yang

12
berlawanan dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang dirumuskan:

dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang
dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L disebut
induktansi diri atau induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H), yang
didefinisikan sebagai satuan untuk menyatakan besarnya induktansi suatu rangkaian
tertutup yang menghasilkan ggl satu volt bila arus listrik di dalam rangkaian berubah
secara seragam dengan laju satu ampere per detik.

b. Induksi Diri pada Solenoida dan Toroida

Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder. Pada
kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan melalui
kumparan, suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar dengan
sumbu. Sementara itu, toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga sumbunya
menjadi berbentuk lingkaran.

Sebuah kumparan yang memiliki induktansi diri L yang signifikan disebut induktor.
Induktansi diri L sebuah solenoida dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut.

Sehingga medan magnet di dalam solenoida adalah:

B = μ 0 .n.I

dengan n = N/l, dari persamaan :

dan persamaan akan diperoleh:

jadi

13
karena

Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar

Sehingga:

dengan:

L = induktansi diri solenoida atau toroida (H)

μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)

N = jumlah lilitan

l = panjang solenoida atau toroida (m)

A = luas penampang (m2)

c. Energi yang Tersimpan dalam Induktor

Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan
magnetik. Energi U yang tersimpan di dalam sebuah induktansi L yang dilewati arus I,
adalah:

Energi pada induktor tersebut tersimpan dalam medan magnetiknya. Berdasarkan


persamaan (1.3) bahwa besar induktansi solenoida setara dengan:

dan medan magnet di dalam solenoida berhubungan dengan kuat arus I dengan:

14
Jadi,

Maka, akan diperoleh:

Apabila energi pada persamaan (1.5) tersimpan dalam suatu volume yang dibatasi oleh
lilitan Al, maka besar energi per satuan volume atau yang disebut kerapatan energi, adalah:

d. Induktansi Bersama

Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada Gambar berikut.

Perubahan arus di salah satu kumparan akan menginduksi arus pada kumparan yang lain.

15
Maka sebuah arus tetap I di dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks
magnetik Φ yang mengitari kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan
tersebut. Menurut Hukum Faraday, besar ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut
berbanding lurus dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding
lurus dengan kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada
kumparan 1, dapat dinyatakan:

(
Dengan M adalah konstanta pembanding yang disebut induktansi bersama. Nilai M
tergantung pada ukuran kumparan, jumlah lilitan, dan jarak pisahnya. Induktansi bersama
mempunyai satuan henry (H), untuk mengenang fisikawan asal AS, Joseph Henry (1797 –
1878).
Pada situasi yang berbeda, jika perubahan arus kumparan 2 menginduksi ggl pada
kumparan 1, maka konstanta pembanding akan bernilai sama, yaitu:

Induktansi bersama diterapkan dalam transformator, dengan memaksimalkan hubungan


antara kumparan primer dan sekunder sehingga hampir seluruh garis fluks melewati kedua
kumparan tersebut. Contoh lainnya diterapkan pada beberapa jenis pemacu jantung, untuk
menjaga kestabilan aliran darah pada jantung pasien.

16
 Rangkaian RL dan Rc

a. Rangkaian Seri RL Pada Arus Bolak-Balik

Jika VR menyatakan tegangan pada ujung-ujung hambatan (R), V L menyatakan tegangan


pada ujung-ujung induktor, maka dalam rangkaian ini nilai V R sefase dengan arus listrik,
sedangkan VL mendahului arus sebesar 90o. Sehingga besarnya tegangan V dapat dicari
dengan menjumlahkan nilai VR dan VL secara vektor (fasor) yaitu :

Sedangkan :

VR =IR
VL = I IL

Maka :

hambatan dalam rangkaian AC yang disebut impedansi, dilambangkan Z dan ditulis:

Besarnya pergeseran fase antara arus dan tegangan dinyatakan:

Besarnya sudut pergeseran antara arus dan tegangan pada rangkaian seri RL tidak lagi
sebesar 90o, melainkan kurang dari 90o, di mana tegangan mendahului arus.

17
b. Rangkaian Seri RC Pada Arus Bolak-Balik

Sebuah rangkaian seri hambatan dan kapasitor yang dihubungkan dengan sumber tegangan
AC sebesar V, yang disebut rangkaian seri RC.

Apabila VR menyatakan tegangan pada ujung-ujung hambatan (R), VC menyatakan


tegangan pada ujung-ujung induktor, maka dalam rangkaian ini nilai VR sefase dengan arus
listrik, sedangkan VC tertinggal arus sebesar 90o. Sehingga besarnya tegangan V dapat
dicari dengan menjumlahkan nilai VR dan VC secara vektor (fasor) yaitu :

Sedangkan :

VR = I R
VL = I XC

Besarnya impedansi, dilambangkan Z dan ditulis:

Besarnya pergeseran fase antara arus dan tegangan dinyatakan:

Besarnya sudut pergeseran antara arus dan tegangan pada rangkaian seri RC tidak lagi
sebesar 90o, melainkan kurang dari 90o di mana tegangan tertinggal terhadap arus.

c. Rangkaian Seri RLC Pada Arus Bolak-Balik

Rangkaian seri RLC yaitu rangkaian yang terdiri atas hambatan, induktor dan kapasitor
yang dihubungkan seri, kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan AC. Telah
diterangkan bahwa pada rangkaian hambatan arus tegangan sefase, sedangkan pada
induktor tegangan mendahului arus, dan pada kapasitor arus mendahului tegangan.

18
Besarnya tegangan jepit pada rangkaian seri RLC dapat dicari dengan menggunakan
diagram fasor sebagai berikut :

VR = Imax R sin ωt = Vmax sin ωt


VL = Imax XL sin (ωt + 90o) = Vmax sin (ωt + 90o)
VC = Imax XC sin (ωt – 90o) = Vmax sin (ωt – 90o)

Jika sudut ωt kita pilih sebagai sumbu x, maka diagram fasor untuk I, V R, VL, dan VC dapat
digambarkan dengan gambar diatas. Dan besarnya tegangan jepit pada rangkaian seri
RLC dapat dicari dengan menjumlahkan fasor dari VR, VL, dan VC menjadi :

di mana :

V =tegangan total/jepit susunan RLC (volt)


VR = tegangan pada hambatan (volt)
VL = tegangan pada induktor (volt)
VC = tegangan pada kapasitor (volt)

Dari gambar diagram fasor terlihat bahwa antara tegangan dan arus terdapat beda sudut
fase sebesar θ yang dapat dinyatakan dengan :

Besarnya Impedansi rangkaian RLC yang disusun seri dinyatakan :

di mana :

Z = impedansi rangkaian seri RLC (Ω)


R = hambatan (Ω)
XL = reaktansi induktif (Ω)
XC = reaktansi kapasitif (Ω)

Pada rangkaian seri RLC dapat mempunyai beberapa kemungkinan yaitu :

19
a. Jika nilai XL > XC maka rangkaian akan bersifat seperti induktor, yaitu tegangan
mendahului arus dengan beda sudut fase θ yang besarnya dinyatakan dengan

b. Jika nilai XL < XC maka rangkaian akan bersifat seperti kapasitor, yaitu tegangan
ketinggalan terhadap arus dengan beda sudut fase θ yang besarnya dinyatakan dengan

c. Jika nilai XL = XC maka besarnya impedansi rangkaian sama dengan nilai


hambatannya (Z = R) maka pada rangkaian akan terjadi resonansi yang disebut
resonansi deret/seri yang besarnya frekuensi resonansi dapat dicari yaitu :

Penggunaan rangkaian seri RLC pada rangkaian bolak-balik dapat kita temuai pada
rangkaian pengatur nada.

 Impedansi
Seperti yang kita ketahui, pada rangkaian listrik arus DC dikenal yang namanya
hambatan total rangkaian. Nah, hal yang sama juga bisa kita temui pada rangkaian listrik
yang dialiri dengan arus listrik bolak-balik atau AC (Alternating Current). Salah satu
perbedaan antara keduanya terletak pada namanya. Jika pada arus DC bernama ‘hambatan
total’ maka di arus AC namnaya ‘impedansi’.
Rumus untuk menghitungnya pun juga berbeda. Misalnya kita ingin menghitung
besarnya impedansi pada rangkaian seri R-L, maka kita gunakan rumus berikut :

Kemudian ketika kita menemukan rangkaian seri R-C, maka yang kita gunakan adalah
rumus berikut :

Dan apabila ingin mengetahui impedansi pada rangkaian R-L-C, maka gunakanlah rumus
berikut :

20
Keterangan :
Z = Impedansi (Ohm)
R = Hambatan rangkaian (Ohm)
XL = Reaktansi induktif (Ohm)
XC = Reaktansi Kapasitif (Ohm)

Jadi, intinya adalah dengan menjumlahkan antara hambatan rangkaian dengan reaktansi
yang ada pada rangkaian. Penjumlahannya juga tidak bisa dilakukan secara langsung,
melainkan harus dilakukan secara vektoris.

Karena impedansi merupakan nilai dari hambatan total pada rangkaian listrik arus AC,
maka nilai dari impedansi selalu berbanding terbalik dengan besarnya arus listrik. Karena,
impedansi bersifat menghambat arus yang lewat sehingga menyebabkan arus yang
mengalir menjadi semakin kecil. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai
berikut :

Dengan :
I = Arus listrik (Ampere)
V = Tegangan listrik (Volt)
Z = Impedansi (Ohm)

 Energi Magnet
Energi magnet adalah gaya magnetisme berada pada wilayah pengaruh medan
magnet.Medan magnet adalah daerah yang ada di sekitar magnet dimana objek-objek
magnetik laindapat terpengaruh oleh gaya magnetismenya.

magnetisme adalah salah satu fenomena dimana material mengeluarkan gaya menarik
ataumenolak pada objek-objek magnetik lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA
https://tekniklistrik.com/pengertian-impedansi-rangkaian-listrik-ac-beserta-rumus-dan-contoh-
soalnya/
https://azwararrosyid.wordpress.com/2016/02/02/gaya-gerak-listrik-ggl-induksi/
http://syifakrisma.blogspot.co.id/

22

Anda mungkin juga menyukai