Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Bekasi dan Arsitektur Kolonial
Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai periode sejarah dalam
perjalanannya hingga kini. Setiap periode sejarah meninggalkan jejak-jejak di bidang
arsitektural yang tersisa hingga sekarang. Dengan berbagai keragaman suku yang ada di
Indonesia, jejak-jejak arsitektural yang tertinggal memiliki keragaman masing-masing di
tiap daerah. Pada masa lalu di mana Indonesia masih merupakan gugusan pulau-pulau
yang di pimpin oleh berbagai kerajaan, bangsa asing sering bersinggah ke Indonesia
sebagai pedagang. Kekayaan alam Indonesia dan letak geografis yang strategis di jalur
perdagangan pada masa itu membuat bangsa penjajah berusaha menduduki Indonesia.
Belanda sebagai bangsa yang memiliki kekuatan pada masa itu berhasil menduduki
beberapa wilayah penting di Indonesia. Periode kependudukan bangsa Belanda di
Indonesia ini dikenal sebagai periode kolonial. Pada masa periode kolonialisme belanda,
pengaruh arsitektural yang tertinggal sangat kental terasa di berbagai macam daerah. Tak
bisa dipungkiri bahwa daerah Jakarta dan sekitarnya merupakan daerah dengan jumlah
bangunan peninggalan periode kolonial dengan jumlah yang tidak sedikit. Hal ini
disebabkan karena Jakarta, yang dahulu disebut juga sebagai Batavia sempat menjadi
pusat pemerintahan Hindia-Belanda. Oleh karena itu kawasan-kawasan seperti Kota Tua
sekarang masih tersisa beberapa bangunan peninggalan Belanda yang masih berdiri hingga
sekarang. Daerah di sekitar Jakarta juga terkena dampak dari periode kolonial ini. Salah
satu nya adalah Kota Bekasi.
Bekasi merupakan wilayah sub urban dan merupakan kota satelit penopang kota
besar yaitu Jakarta. Bekasi yang dulu merupakan daerah agraris mulai bertransformasi
menjadi kota yang didominasi oleh kegiatan perindustrian. Tidak seperti Jakarta, Bekasi
tidak dapat dikategorikan sebagai kota kolonial. dahulu wilayah Bekasi hanyalah terdiri
dari tanah-tanah partikelir. Tanah-tanah partikelir di kawasan Bekasi ini hampir semuanya
dikuasai oleh tuan-tuan tanah Cina. Namun Kota Bekasi tidak disebut sebagai Kota Patriot
tanpa sebab. Banyak peristiwa bersejarah dan pergerakan perjuangan bangsa pada era
kolonialisme Belanda dan Jepang. Beberapa bangunan sisa peninggalan periode kolonial di

2
Bekasi menjadi saksi bisu atas peristiwa-peristiwa bersejarah yang pernah dilalui dari masa
ke masa. Wilayah Kabupaten Bekasi yang dulu merupakan kawasan agraris hingga
menjadi milik tuan tanah Cina di beberapa kawasan ini juga tidak luput dari imbas
kolonialisme. Beberapa bangunan yang terdapat di Kabupaten Bekasi masih berdiri kokoh
sampai sekarang dan menjadi salah satu saksi sejarah terbentuknya Kota Bekasi.
Bekasi terkena dampak dari kolonialisme di berbagai aspek kehidupan. Masyarakat
yang kebanyakan bekerja sebagai buruh tani pada era kolonialisme mengabdi kepada tuan
tanah yang menguasai berbagai wilayah di Bekasi. Dampak ini juga terlihat pada segi
arsitektural pada masa tersebut. Bangunan milik tuan tanah yang berarsitektur neoklasik
meninggalkan nilai historis tersendiri pada masa sekarang. Namun sayangnya kepedulian
pemerintah setempat terhadap pelestarian bangunan-bangunan bersejarah yang tersisa di
wilayah Bekasi ini dirasa kurang sehingga berbagai aspek arsitektural yang ada pada
bangunan-bangunan bersejarah tersebut menjadi tidak terurus.
Kini Kota Bekasi tumbuh sebagai salah satu kota metropolitan yang menunjang
perekonomian Ibukota Jakarta. Dari kawasan agraris menjadi kawasan industri. Sebagai
Kota yang sedang berkembang dalam segi pembangunan, pemerintah tampak kurang
memperhatikan aspek-aspek pelestarian bangunan bersejarah. Arsitektur kolonial di Kota
dan Kabupaten Bekasi tidak banyak tersisa. Beberapa bangunan era kolonial yang masih
ada di kawasan Bekasi yaitu Rumah Tuan Tanah Pebayuran yang terletak di perbatasan
Bekasi dan Karawang serta Gedung Juang 45 Bekasi yang terletak di Jalan Sultan
Hasanudin, Tambun, Kabupaten Bekasi.
1.1.2 Gedung Juang 45 Bekasi
Bekasi memiliki gedung bersejarah peninggalan pra masa kemerdekaan yang
dikenal sebagai Gedung Tinggi yang terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar
Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Gedung Tinggi ini sekarang disebut sebagai
gedung juang 45 Bekasi. Bangunan dengan arsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan
tanah Kouw Oen Huy pada tahun 1906. Gedung tinggi ini merupakan salah satu gedung
bersejarah yang turut menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi saat revolusi fisik.
Ketika itu daerah Tambun dan Cibarusah menjadi pusat kekuatan pasukan republik
Indonesia. Pada masa kolonial, Gedung Juang 45 Bekasi digunakan sebagai tempat
penyerahan dan pengolahan pajak pertanian, kemudian sebagai kantor pemerintahan pada
masa kemerdekaan.

3
Gedung Juang 45 Bekasi sekarang difungsikan sebagai Gudang obat dan kantor
Dinas Pemadam Kebakaran Kabupaten Bekasi. Sebelumnya Gedung Juang 45 Bekasi
sempat menjadi museum dan perpustakaan di Bekasi. Dalam komplek Gedung Juang 45
ini terdapat beberapa bangunan yang diantaranya merupakan benda yang tergolong sebagai
benda cagar budaya. Namun, dalam area tersebut juga terdapat beberapa bangunan baru
yang tidak memiliki kesamaan tema dengan bangunan utama sebab selama masa
penggunaannya bangunan baru tersebut dikembangkan oleh dinas yang pernah berkantor di
sana.
Gedung Juang 45 bekasi adalah salah satu aset nyata dalam resistensi bangsa
melawan penjajahan, namun saat ini kondisi bangunan Gedung Juang 45 Bekasi cenderung
tidak terpelihara dan rusak oleh berbagai faktor. Beberapa diantaranya adalah karena faktor
alam, faktor campur tangan manusia seperti vandalisme dan penggunaan yang tidak sesuai,
serta faktor kelembagaan yang kurang mendukung upaya pelestariannya. Beberapa tahun
terakhir bangunan ini terbengkalai oleh pemerintah. Namun akhirnya pada awal tahun
2015, Tim Pelestari Cagar Budaya Kabupaten Bekasi mengajukan Gedung Juang 45
Bekasi ini sebagai bangunan cagar budaya. Usulan pengajuan Gedung Juang sebagai
bangunan cagar budaya telah disetujui dan disahkan pansus serta Perda ABT APBD 2015.
Dengan adanya rencana Pemerintah Kabupaten Bekasi menjadikan situs ini sebagai cagar
budaya dan nantinya juga direncanakan sebagai fungsi obyek wisata sejarah, maka
diperlukan suatu strategi pelestarian bangunan Gedung Juang 45 Bekasi sebagai obyek
sejarah yang dapat memberi manfaat pada masyarakat dengan tetap mempertahankan
kelestariannya.
1.1.3 Perubahan Fungsi Gedung Juang 45 Bekasi
Gedung Juang 45 bekasi ini mengalami beberapa perubahan fungsi guna bangunan
pada tiap periode yang dilalui nya. Berikut merupakan penjabaran fungsi bangunan
Gedung Juang 45 Bekasi pada tiap periode:
A. Masa Kolonial Belanda
Gedung Juang 45 Bekasi memiliki lima bangunan yang terdiri dari satu bangunan
utama yaitu Gedung Juang 45 Bekasi, dua paviliun, sebuah rumah dan sebuah
bangunan mirip paviliun namun memiliki ruangan yang lebih sempit. Pada masa itu
masyarakat Bekasi menyebut Gedung Juang 45 Bekasi sebagai Gedung Tinggi. Tidak
terdapat catatan sejarah yang jelas mengapa gedung tersebut disebut sebagai Gedung

4
Tinggi. Namun diperkirakan sebutan Gedung Tinggi tersebut dikarenakan Gedung
Juang 45 Bekasi merupakan satu-satunya bangunan tertinggi yang terdapat di Bekasi
pada masa itu.

Gambar 1.1 Gedung Juang 45 Saat Ini


Sumber: www.google.co.id

Kouw Oen Huy membangun Gedung ini sebagai rumah tinggal dan tempat menjamu
tamu. Hal ini disebabkan sebagai Tuan tanah yang kaya raya Kouw Oen Huy memiliki
relasi yang cukup luas baik dengan pihak pemerintah penjajah Belanda maupun dengan
para pedagang. Gedung ini awalnya difungsikan sebagai perkantoran Oenderneming
(perkebunan) tuan tanah berkebangsaan Tionghoa (Tan Oen Tjie) dan untuk mengurus
pemungutan cukai perkebunan dan persawahan petani lokal pada masa itu.
B. Masa Pendudukan Jepang
Pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 ketika Jepang menduduki Indonesia,
Gedung Juang 45 Bekasi diambil alih oleh pihak Jepang. Saat itu Gedung Juang 45
Bekasi difungsikan sebagai Tobang (dapur umum) bagi tentara Jepang.
C. Masa Kemerdekaan
Setelah masa kemerdekaan tepatnya Agustus 1945, Gedung Juang 45 Bekasi
digunakan oleh TRI (Tentara Republik Indonesia). Sesudahnya bangunan ini
digunakan sebagai kantor untuk beberapa dinas di Bekasi diantaranya sebagai Kantor
Kabupaten Jatinegara, Kantor Komite Nasional Indonesia (KNI), dan Kantor Pusat
Komando Pejuang Republik Indonesia (PKPRI). Pada tahun 1951 gedung ini sempat
digunakan oleh pasukan TNI Angkatan Darat Batalyon Kian Santang yang sekarang
menjadi bagian dari Kodam III Siliwangi. Gedung ini juga sempat menjadi tempat
persidangan DPRS, DPRD-P, DPRD TK II Bekasi dan DPRD-GR hingga tahun 1960.
Pada tahun 1962 GJ45B dibeli oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan digunakan

5
oleh beberapa dinas yang ada di Bekasi diantaranya adalah Dinas pertanian, Kantor
BP-7 dan Kantor Legiun Veteran. Pada tahun 1999,gedung ini dijadikan sebagai
sekretariat Pemilu (PPD II) pada pemilu pasca Orde Baru (1999). Kemudian secara
berturut-turut gedung ini difungsikan menjadi kantor Dinas Pemuda, Olahraga dan
Pertamanan, sekretariat kantor Pepabri dan Wredatama, Kantor dinas Lingkungan
Hidup dan Kantor Tenaga Kerja Pemerintah Kabupaten Bekasi. Pada akhir tahun 90-an
pemerintah Kabupaten Bekasi memutuskan membangun kantor Dinas Pasar yang
dibangun di sudut halaman gedung ini.GJ45B juga sempat dijadikan sebagai tempat
perkuliahan bagi mahasiswa Akademi Pembangunan Desa (APD) yang merupakan
cikal bakal perguruan tinggi yang berada di Bekasi yang kini lebih dikenal sebagai
Universitas Islam 45 (Unisma).

Dapur umum TRI..


Kantor kabupaten
Jatinegara. Kantor komite
Nasional Indonesia
(KNI), Kantor Pusat
Komando Pejuang
Republik Indonesia
Dinas PU
Kantor
oendememing

1906
Gedung Juang 45
Bekasi dibangun

Tobang

1942

1945

1947

1949

Markas
TNI
Batalyon
Kean
Santang

1950 1951

Dinas
Peertanian.
Kantor
Legiun
Veteran

1960 1962

Dinas Pemuda,
Olahraga dan
Pertamanan,
Sekretariat Kantor
Pepabri dan
Wredatama, Kantor
Dinas Lingkungan
Hidup dan kantor
teenaga kerja.

1982 1999

2013

Dibeli Pemerintah
Bekasi

Gambar 1.2 Sejarah Penggunaan Gedung Juang 45 Bekasi

1.2 Identifikasi Masalah


Masalah yang diidentifikasi pada bangunan Gedung Juang 45 Bekasi ditinjau dari
latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, permasalahan yang terjadi akibat kurangnya
perhatian pemerintah terhadap peninggalan sejarah dan budaya yang ada sehingga terjadi
penurunan nilai karena peralihan fungsi bangunan yang cukup banya terjadi tanpa menjaga
nilai sejarah dari bangunan Gedung Juang 45 Bekasi ini.

Maka identifikasi masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut:


1. Bangunan kolonial bersejarah di Kota dan Kabupaten Bekasi sangat minim dari
segi jumlah dan kurang mendapat perhatian sehingga mulai terlupakan nilai nya
seiring dengan pesatnya pembangunan di Bekasi;
2. Gedung Juang 45 Bekasi sebagai salah satu peninggalan periode kolonialisme
dan bagian dari perkembangan sejarah perjuangan di Kabupaten Bekasi;
3. Fungsi bangunan yang berubah banyak dari waktu ke waktu sehingga terliihat
adanya penurunan nilai-nilai arsitektural bangunan

yang ada dilihat dari

kerusakan elemen bangunan; dan


4. Gedung Juang 45 Bekasi sebagai salah satu bangunan bersejarah penting untuk
dilestarikan dan dapat menjadi landmark kawasan

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian yang meliputi Bangunan Gedung Juang 45 Bekasi adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakter visual, karakter spasial dan karakter struktural yang ada pada
bangunan Gedung Juang 45 Bekasi?
2. Bagaimana strategi dan arah pelestarian pada bangunan Gedung Juang 45 Bekasi?

1.4 Batasan Masalah


Ditinjau dari proses pelestarian bangunan Gedung Juang 45, maka batasan peneliitian,
maka penelitian ini diberi batasan sesuai aspek yang dibutuhkan untuk analisis.
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Karakter bangunan Gedung Juang 45 Bekasi
Batasan ini terkait dengan karakter bangunan berupa visual, spasial dan structural
dari bangunan Gedung Juang 45 Bekasi

7
2. Bangunan Gedung Juang 45 Bekasi
Batasan ini mengacu pada lingkup pelestarian yang akan dilakukan fokus pada
bangunan Gedung Juang 45 Bekasi dan menngidentifikasi elemen-elemen kunci
pada bangunan.

3. Penentuan pendekatan pelestarian Gedung Juang 45 Bekasi


Pendekatan pelestarian merupakan suatu batasan penelitian yang diperlukan untuk
menentukan langkah dan strategi yang akan digunakan terhadap objek. Penentuan
pendekatan penelitian dilakukan mengingat adanya perubahan fisik bangunan serta
lingkungan sekitar bangunan Gedung Juang 45 Bekasi.

1.5 Tujuan
Tujuan dari penelitian pada studi mengenai bangunan Gedung Juang 45 Bekasi ini
berdasarkan indentifikasi dan rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya adalah
mengidentifikasi karakter bangunan Gedung Juang 45 Bekasi dan menganalisa serta
menentukan arah pelestarian bangunan Gedung Juang 45 Bekasi.
1.6 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi keilmuan
Memberikan informasi dan tambahan wawasan dibidang arsitektur mengenai upaya
dan cara melestarikan suatu bangunan kolonial dan bersejarah.
2. Bagi praktisi
Merekomendasikan tindakan-tindakan atau bentuk dan arahan pelestarian terhadap
bangunan bersejarah dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi para
praktisi maupun peneliti lain untuk penelitian lanjutan mengenai bangunan-bangunan
bersejarah lainnya.
3. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai catatan, dokumentasi tertulis dan
arsip bagi pemerintah daerah untuk pelestarian dan pengelolaan nilai-nilai historis pada
bangunan Gedung Juang 45 Bekasi.

8
1.7 Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari lima bab yang tersusun berdasarkan urutan pembahasannya,
sehingga menghasilkan kesimpulan pada bab terakhir. Sistematika pembahasannya adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Latar belakang yang akan dibahas mengarah pada urgensi,

penting dan

menariknya bangunan Gedung Juang 45, fenomena-fenomena yang ada, semua


kutipan-kutipan yang terkait dengan penelitian pelestarian bangunan Gedung
Juang 45, sampai munculnya anggapan dasar, sehingga proses perumusan
masalah menjadi lebih terarah.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Kajian-kajian teori yang dikutip berasal dari berbagai pustaka yang relevan
dengan permasalahan, sehingga dapat mendukung untuk menjawab rumusan
masalah. Sesuai dengan judul penelitian, kepustakaan yang dijadikan tinjauan
adalah yang pelestarian bangunan bersejarah.
BAB III : Metode Penelitian
Penjelasaan mengenai metode yang akan digunakan pada penelitian. Metode ini
akan digunakan dalam upaya mencari jawaban atas permasalahan, mulai dari
penggalian data sampai pada tahap analisis hasil data untuk mendapatkan hasil
yang terkait dengan Bangunan Gedung Juang 45, serta variabel-variabel yang
akan digunakan untuk melakukan survei langsung ke lapangan.
BAB IV : Analisis dan Pembahasan
Penjelasan sejarah awal Gedung Juang 45 serta kawasan studi yang berlokasi di
Tambun Bekasi, serta menjelaskan data primer maupun data sekunder. Setelah itu,
akan dilakukan analisis tinjauan kasus yang berkaitan dengan Pelestarian
Bangunan Gedung Juang, sehingga akan didapatkan hasil akhir yaitu berupa
komponen-kommponen pelestarian Gedung Juang 45 Bekasi.

9
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Hasil deskripsi dan analisis dari tinjauan kasus kemudian diambil kesimpulan,
serta memberikan saran untuk keilmuan dibidang arsitektur nusantara. Pada bab
ini juga disertakan saran mengenai kelemahan/kekurangan dalam penulisan
penelitian ini dan masukan untuk penelitian mendatang.
DAFTAR PUSTAKA

10
1.8 Kerangka Pemikiran

Arsitektur Kolonial di Bekasi

Periode Kolonial di Bekasi


Pengaruh dan dampak periode
kolonial di Bekasi dan dampaknya
dalam
aspek
budaya
dan
arsitektural

Walaupun bukan kota kolonial seperti


Jakarta, namun sisa-sisa periode kolonial
juga meninggalkan dampak di Bekasi.
Salah satu bukti peninggalannya adalah
Gedung Juang 45 Bekasi

Pemilihan Gedung Juang 45 Bekasi

Bangunan Gedung Juang 45 Bekasi merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kabupaten
Bekasi yang dibangun pada masa kolonial Belanda. Bangunan ini memiliki keutuhan yang
masih tersisa keasliannya dari masa kolonial hingga sekarang. Fungsi yang kerap berubah
menjadikan Gedung Juang 45 Bekasi ini memiliki kendala dalam perawatan bangunan
utamanya. Dari segi arsitektural, keaslian pada daun piintu, jendela dan elemen arsitektural

Penurunan Nilai Arsitektural Gedung Juang 45 Bekasi


Seiring dengan perkembangan zaman kondisi bangunan Gedung Juang 45 Bekasi mengalami
penurunan dari segi arsitektural maupun nilai historis akibat pemanfaatan fungsi pada bangunan
Gedung Juang yang tidak terlalu dipikirkan pada dampak historis bangunan tersebut.

Rumusan Masalah

Bagaimana karakter visual, karakter spasial dan karakter struktural yang ada pada
bangunan Gedung Juang 45 Bekasi?
Bagaimana strategi dan arah pelestarian pada bangunan Gedung Juang 45 Bekasi?

PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG JUANG 45 BEKASI

Gambar 1.1 Kerangka alur pemikiran

Anda mungkin juga menyukai