Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BLOK MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

OLEH:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Elissa Arianto
Lilis Putri Anjasnurani
Zoevana Anandra Putri
Yuliandari Amilia Putri
Dea Lovinda Sari Sholeha
Sani Sonia
Nawang Lintang Clearestha
Kharishah Muslihah
Usnida Mubarokah

(131610101075)
(131610101076)
(131610101078)
(131610101081)
(131610101085)
(131610101090)
(131610101094)
(131610101093)
(131610101096)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan hidayah dan inayahnya-Nya berupa kemampuan berpikir dan
analisis sehingga laporan praktikum dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial dengan alasan-alasan
penting yang menjadi pendorong untuk pengetahuan berdasarkan referensireferensi yang mendukung. Laporan ini juga untuk mengantisipasi pesatnya
perkembangan ilmu dan teknologi di lingkungan Universitas Jember dan bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Laporan tutorial ini disusun melalui berbagai tahap baik dari pencarian
bahan, text book dan dari beberapa referensi yang penulis dapat lainnya. Laporan
ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya komitmen dan kerjasama yang harmonis
diantara para pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Kiswaluyo, M.Kes.
2. Teman-teman kelompok tutorial X
Akhirnya tiada suatu usaha yang besar dapat berhasil tanpa dimulai dari
usaha yang kecil. Semoga laporan ini bermanfaat, terutama bagi mahasiswa
Universitas Jember sendiri dan di ,luar lingkungan Universitas Jember. Sebagai
penanggung jawab dan pembuat makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran untuk perbaikan serta pemyempurnaan lebih lanjut pada masa yang
akan datang.

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

ii

PEMBAHASAN...................................................................................

A.
B.
C.
D.
E.

Unit cost..
BEP..
Jasa medik....
Tarif.
SOP..

1
2
7
9
12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................

20

Unit Cost
Perhitungan biaya satuan (unit cost) bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai perencanaan anggaran, pengendalian biaya, penetapan harga,
penetapan subsidi serta membantu pengambilan keputusan. Hal tersebut dilakukan
agar keseimbangan antara pendapatan dengan biaya produksi dapat direncanakan
dengan sebaik mungkin sehingga kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien
dapat dilakukan secara optimal, tepat guna dan terjangkau bagi masyarakat.
Manfaat Unit Cost :

Membantu manajemen dalam menilai kesehatan keuangan rumah sakit


melalui tinjauan positioning biaya terhadap tarif rumah sakit saat ini,

sehingga dapat menjadi dasar perencanaan pendanaan RS di masa depan.


Memberi masukan/acuan dalam mengusulkan tarif baru berdasar

perhitungan biaya per unit (unit cost)


Bila dikuasai dan diterapkan dengan baik, hasil analisis unit cost ini dapat
menjadi alat bargaining dalam pengajuan kerjasama terhadap pihak ketiga

(Lembaga Asuransi Kesehatan dll).


Out put dari analisis unit cost ini dapat juga dijadikan dasar negosiasi
mengenai subsidi atas pelayanan rumah sakit kepada pasien tidak

mampu/Gakin (Jamkesmas, PT Askes dll),


Membantu proses penyusunan pola tarif baru berdasarkan perhitungan

biaya per unit (unit cost).


Membantu dalam proses inventarisasi aset dan dalam menyusun strategi

keuangan ke depan,
Laporan unit cost yang ada dapat dijadikan dasar dalam penilaian kinerja
dan dasar dalam penyusunan anggaran rumah sakit maupun subsidi

pemerintah ke rumah sakit


Unit cost akan menjadi dasar bargaining power/alat advocacy dalam
negosiasi dengan stakeholder terkait (pengajuan usulan pembiayaan
maupun pengajuan subsidi anggaran).

Beberapa Metode Unit Cost yang dikenal adalah :


1. Simple distribution Merupakan cara langsung membagi habis biaya diunitunit pusat biaya ke pusat pendapatan berdasarkan bobot tertentu.
2. Step down method Merupakan cara membagi biaya dari pusat biaya ke
pusat pendapatan melalui beberapa tahap, yaitu pertama alokasi antara

pusat biaya (disusun dengan unit mulai dengan biaya tertinggi sebagai unit
yang memberi biaya kepusat biaya lain). Kemudian biaya yang diterima
pusat biaya dibawahnya digabung dengan biaya asli pusat.Biaya tersebut
dialokasikan ke pusat pendapatan dengan dasar pembobotan.
3. Double distrtibution Merupakan cara membagi biaya dari pusat biaya ke
pusat pendapatan, melalui duatahap, yaitu mula-mula dilakukan alokasi
antara pusat biaya ke pusat biaya lain danke pusat pendapatan, selanjutnya
dilakukan alokasi dari pusat biaya ke pusat pendapatan
4. Activity-based costing Merupakan cara analisis biaya berdasarkan
aktivitas. Langkah atau tahapan perhitungan unit cost dengan metode
activity based costing (ABC) adalah identifikasi aktivitas penunjang
(facility activity), menghitung biaya tidak langsung (overhead cost) pada
facility activity, melakukan pembebanan biaya tidak langsung (overhead
cost) pada facility activity, menentukan produk atau jenis pelayanan yang
akan di hitung unit cost-nya, mengidentifikasi aktivitas, kategori aktivitas
dan klasifikasi aktivitas per jenis tindakan, mengidentifikasi dan
menghitung total biaya langsung dan tidak langsung per jenis tindakan,
pembebanan biaya aktivitas sekunder ke aktivitas primer, menghitung
biaya tidak langsung pada aktivitas primer per pelayanan, serta
menghitung biaya satuan (unit cost) per jenis tindakan. Hasil perhitungan
unit cost diperoleh dari hasil penjumlahan antara seluruh biaya tidak
langsung aktivitas primer dan biaya langsung pada setiap produk
pelayanan.
Perhitungan unit cost
a. Fixed cost
1. Gedung
Harga sewa gedung adalah Rp. 50.000.000 per tahun. Dengan jumlah hari
kerja adalah 20 hari dalam sebulan. Target pasien adalah 3 pasien.
Unit cost untuk 5 tahun
50.000.000
20x12x5
42. 000

= 50.000.000
1.200
= 42.000
= 14.000

3
Jadi, unit cost untuk sewa gedung adalah Rp. 14.000 per pasien
2

2. Dental unit
Biaya dental unit Rp. 30.000.000 per unit dengan estimasi waktu pakai
10 tahun. Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost untuk 10 tahun
30.000.000
= 30.000.000
20x12x10
2.400
= 12.500
12. 500
= 4.100
3
Jadi, unit cost untuk dental unit adalah Rp. 4.100 per pasien
3. Listrik
Biaya listrik Rp. 150.000 per bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 150.000 = 7.500
20
7.500 = 2.500
3
jadi, unit cost untuk listrik adalah Rp. 2.500 per pasien.
4. Air
Biaya air Rp. 50.000 per bulan.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 50.000 = 2.500
20
2.500 = 800
3
jadi, unit cost untuk air adalah Rp. 800 per pasien.
5. Dental instrument
Biaya untuk dental instrument Rp. 2.000.000 untuk pemakaian selama
20 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 2.000.000 = 2.000.000 = 450
20x12x20
4.800
450 = 150
3
jadi, unit cost untuk dental instrument adalah Rp. 150 per pasien.
6. Dental meubel set
Biaya dental meubel set Rp. 15.000.000 per 10 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 15.000.000 = 15.000.000 =6.250
20x12x10
2.400
6.250 = 200
3
3

jadi, unit cost untuk dental meubel set adalah Rp. 200 per pasien.
7. Bunsen
Biaya dua buah bunsen Rp. 60.000 per 10 tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 60.000 = 60.000
= 25
20x12x10
2.400
25
=8
3
jadi, unit cost untuk bunsen adalah Rp. 8 per pasien.
b. Variable cost
1. Cotton Roll
Biaya cotton roll Rp. 250.000 per tahun.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 250.000 = 250.000
= 1.000
20x12
240
1.000 = 300
3
jadi, unit cost untuk cotton roll adalah Rp. 300 per pasien.
2. Alkohol
Biaya alkohol satu liter per bulan Rp. 25.000.
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 25.000 = 25.000 = 1.250
20
20
1.250 = 400
3
jadi, unit cost untuk alkohol adalah Rp. 400 per pasien.
3. Spiritus
Biaya spiritus Rp. 8.000 per bulan
Jumlah hari kerja 20 hari per bulan.
Target pasien 3 pasien.
Unit cost 8.000 = 8.000 = 400
20
20
400 = 100
3
jadi, unit cost untuk spiritus adalah Rp. 100 per pasien.

Jadi total unit cost adalah

Total fixed cost 14.000 + 4.000 + 2.000 + 2.500 + 800 + 8


= 23.658 Rp. 24.000
Total variable cost
= 300+400+100
4

= Rp. 800
Total unit cost = total fix cost + total variable cost
= 24.000 + 800
= Rp. 24.800 per pasien

BEP (Break even point)


Break even point (BEP) merupakan suatu titik dimana garis biaya total
bertemu dengan garispenghasilan dan menghasilka laba sebesar = 0 (nol). Analisis
BEP merupakan analisa yang mempelajari hubungan antara biaya, volume
penjualan dan keuntungan, dan merupakan teknik untuk menggabungkan,
mengkoordinasikan, menaksirkan data dan distribusi untuk membantu manajemen
dalam pengmabilan keputusan. Dalam bahasa umum, BEP dapat disebut juga
sebagai Titik Pulang Pokok. Titik Pulang pokok memiliki makna saat atau kapan
modal yang digunakan akan kembali.
Analisa break even point membutuhkan asumsi tertentu sebagai dasarnya.
Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Semua biaya dapat diklasifikasikan dan diukur secara realistis sebagai
biaya tetap dan biaya variabel.
2. Harga jual per unit tidak berubah baik untuk jumlah penjualan sedikit
maupun banyak atau dengan kata lain analisis break event point tidak
mengakui potongan harga karena jumlah pembelian.
3. Hanya terdapat satu jenis produk, apabila perusahaan memproduksi lebih
dari satu jenis produk, maka harus dianggap satu jenis produkdengan
proporsi yang tetap dan konstan.
4. Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah secara
material dalam jangka waktu pendek.
5. Tingkat harga pada umumnya akan tetap stabil dalam jangka waktu
pendek.
6. Persediaan tetap konstan atau tidak ada persediaan.
7. Efisiensi dan produktifitas per karyawan tidak berubah.
Dalam menghitung saat atau kapan ini, ada dua metode penghitungan
yang dapat kita pilih yaitu saat jumlah produksi mencapai berapa unit dalam hal
ini disingkat dengan (Q) atau saat total penjualan mencapai berapa harga berapa
rupiah atau disingkat dengan (P).

Adapun rumus/formula dari dua metode

tersebut diatas adalah sebagai berikut :

a. BEPUnit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit Biaya Variable per Unit)
b. BEPRupiah = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per
Unit)
Penjelasan Rumus :
a. BEP Unit / Rupiah = Titik pulang pokok.
b. Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda
tidak sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan
peratalan usaha, biaya asuransi. Dll.
c. Biaya Variable adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring
dengan peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar,
biaya listrik dll
d. Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
e. Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah
unit yang di produksi atau dengan kata lain biaya ratarata per unit.
f. Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya
variable per unit.
Manfaat dari analisa BEP adalah sebagai dasar atau landasan merencanakan,
mengendalikan kegiatan operasi yang sedang berjalan, disamping sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan harga jual, dan sebagai pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manajer.

JASA MEDIK
Jasa medik (medical fee) adalah imbalan atau penghargaan untuk setiap layanan
medis yang diberikan kepada seorang pasien (pada cara pembayaran fee for
service). (IDI, 2008)
Penggunaan dorongan ekonomi dan tanpa dorongan ekonomi untuk tenaga
individual langsung dan tindakan merupakan praktik yang umumnya dilakukan
disemua aturan pekerjaan, tidak terkecuali pada sistem asuhan kesehatan.
Pembayaran atas pelayanan kesehatan yang diberikan umumnya dinegoisasikan
secara privat antara dokter dan pasien dan jarang diatur oleh orang lain diluar
batas hubungan tersebut.

Dengan penekanan pada pengunduran ekonomi dan menyangkut costeffectiveness, pembayaran yang berhubungan dengan tindakan telah diperkenalkan
dalam sektor kesehatan. Mekanisme pembayaran ini berdasarkan keahlian dan
tindakan untuk mempertahankan garis karir dan menstimulasi produksi.
Berdasarkan acuan tarif jasa medis yang ditentukan oleh Pokja Harmonisasi
(Tarif) Jasa Medis Dokter (SK No. 474/PB/A.4/062013 tanggal 19 Juni 2013)
bahwa acuan tarif jasa medis menyesuaikan dan selaras dengan masa transisi
periode awal era BPJS Ina CBGs, yaitu berdasarkan:
1. Kinerja atau upaya yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa sampai
tindakan/ prosedur medis yang diperlukan termasuk rehabilitasi. Ini
diformulasikan dalam scoring system.
2. Nilai nominal aplikatif yang merupakan bagian dari komponen tarif
pelayanan yaitu relative value unit.

Perhitungan Jasa Medik dengan menghitung Kebutuhan hidup (dalam sebulan):


-

Makan (@1x3) x 30hari


Sandang
Listrik
Air
Tv channel
Kebutuhan anak
Kebutuhan istri

Rp.6.000.000,00
Rp.1.000.000,00
Rp.300.000,00
Rp.50.000,00
Rp.200.000,00
Rp.1.000.000,00
Rp.3.000.000,00 +
Rp.11.550.000,00

Tarif pelayanan per pasien:


Jumlah kebutuhan hidup
Jumlah hari praktek dalam 1bulan x Jumlah pasin dalam sehari
Rp.11.500.000
20x8
= Rp. 73.000

Tarif
Pengertian tarif sering kali diartikan sebagai daftar harga (sewa, ongkos
dan sebagainya) sehingga dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tarif
sama dengan harga.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar
dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan
jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
2. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan
jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif
INA-CBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.
Selanjutnya akan dijelaskan beberapa jenis-jenis tarif:
1. Tarif nominal : adalah besarnya presentase tarif suatu barang tertentu yang
tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Buku Tarif
Bea Masuk Indonesia yang digunakan saat ini adalah buku tarif berdasarkan
ketentuan harmonized system atau HS yang menggunakan penggolongan
barang dengan sistem 9 digit. Penggolongan barang dengan sistem digit ini
akan mempermudah dan memperlancar arus perdagangan internasional
karena adanya kesatuan kode barang untuk seluruh negara, terutama yang
telah menjadi anggota World Customs Organization (WCO) yang bermarkas
di Brussel.
2. Tarif proteksi efektif : Tarif proteksi efektif ini disebut juga sebagai Effective
Rate of Protection (ERP), yaitu kenaikan Value Added Manufacturing
(VAM) yang terjadi karena perbedaan antara presentase tarif nominal untuk
barang jadi atau CBU (Completely Built-Up) dengan tarif nominal untuk
bahan baku/ komponen input impornya atau CKD (Completely Knock
Down).
3. Tarif berdasarkan harga (burden rate) : tarif yang digunakan dalam
pembebanan overhead pra produksi.

4. Tarif bunga efektif (effective rate of interest) : adalah tarif bunga di pasaran
pada saat pengeluaran obligasi.
5. Tarif dasar (basing rate):
a) Tempat yang dipilih untuk dijadikan dasar penentu dari tarif-tarif
pengangkutan dari satu tempat ke tempat lain.
b) Tarif untuk menentukan tarif-tarif lainnya.
6. Tarif diskonto (discount rate): adalah tarif yang digunakan untuk
menghitung bunga yang harus dipotongkan dari nilai jatuh tempo dari wesel.
7. Tarif pajak (tax rate): adalah tarif yang diterapkan atas penghasilan kena
pajak untuk menghitung pajak penghasilan yang terhutang. Tarif ini
ditetapkan dalam undang-undang.
8. Tarif pajak marjinal (marginal tax rate): adalah tarif pajak tertinggi yang
dikenakan terhadap laba dari wajib pajak.
9. Tarif transito (cut back rate): adalah tarif pengangkutan yang dikenakan
untuk pengapalan transito
10. Tarif varian upah langsung (direct labor rate variance): adalah perbedaan
biaya antara tarif sebenarnya yang dibayar untuk upah langsung dengan tarif
standar untuk memproduksi barang.
11. Tarif yang ditentukan lebih dulu (predetermined transfer price): adalah
beban biaya tidak langsung yang ditentukan terlebih dahulu untuk tiap
departemen

yang

menggunakannya.

Jadi

disini

beban-beban

yang

dianggarkan, sehingga setelah terjadi dicari selisih efisiensi (spending


variance).
Tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi:
a. Tarif Kapitasi; dan
b. Tarif Non Kapitasi.
Tarif Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam diberlakukan pada FKTP yang
melakukan pelayanan:
a. administrasi pelayanan;
b. pelayanan promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk pil dan kondom untuk
pelayanan Keluarga Berencana;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.

(2) Tarif Non Kapitasi sebagaimana dimaksud dalam diberlakukan pada FKTP
yang melakukan pelayanan kesehatan di luar lingkup pembayaran kapitasi yang
meliputi:
a. pelayanan ambulans;
b. pelayanan obat rujuk balik;
c. pemeriksaan penunjang pelayanan rujuk balik;
d. pelayanan skrining kesehatan tertentu termasuk pelayanan terapi krio untuk
kanker leher rahim;
e. rawat inap tingkat pertama;
f. jasa pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter,
sesuai kompetensi dan kewenangannya;
g. pelayanan Keluarga Berencana berupa MOP/vasektomi;
h. kompensasi pada daerah yang tidak terdapat fasilitas kesehatan yang memenuhi
syarat;
i. pelayanan darah; dan/atau
j. pelayanan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
Penetapan besaran tarif pelayanan per perawatan (unit cost)
Tarif pelayanan kesehatan gigi adalah penjumlahan dari unit cost
pelayanan + Jasa Pelayanan
Berdasarkan rumus di atas, maka tarif sebesar Rp. 97.800.

Standard Operasional Procedure (SOP)


Pembangunan

kesehatan

diarahkan

untuk

meningkatkan

kesadaran,kemauan,dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar


peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pasal 28H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, mengamanahkan, bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, serta Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

10

Dengan pelayanan yang berkualitas dampak terhadap perbaikan derajat


kesehatan masyarakat akan lebih dirasakan, masyarakat akan lebih berminat untuk
memanfaatkan sarana yang ada sehingga sekaligus dapat meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan yang ada didalamnya.
Dokter gigi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang dalam
memberikan pelayanan kesehatan harus selalu menjaga mutu pelayanannya sesuai
dengan standar kompetensi yang ditetapkan oleh organisasi profesi. Dengan
standar kompetensi diharapkan para dokter gigi dapat memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang hampir sama. Standar
Kompetensi bagi penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi merupakan kriteria
minimal yang harus dicapai oleh setiap mahasiswa lulusan institusi pendidikan
dokter gigi di Indonesia.
Menurut keputusan Menteri Kesehatan No 512 tahun 2007 tentang surat
Izin Praktek dan Praktik Kedokteran dalam pasal 14 ayat 1 dan 2 disebutkan
bahwa

praktik

kedokteran

dilaksanakan

berdasarkan

pada

kesepakatan

berdasarkan hubungan kepercayaan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien
dalam upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Kesepakatan tersebut merupakan upaya maksimal pengabdian profesi
kedokteran yang harus dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penyembuhan dan
pemulihan kesehatan pasien sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi,
standar prosedur operasional dan kebutuhan medis pasien. UUPK (UndangUndang Praktek Kesehatan) tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan
kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang
diberikan oleh dokter dan dokter gigi; serta memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat, termasuk dokter dan dokter gigi.
Merujuk pada amanah Undang Undang tersebut, Kementerian Kesehatan
telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang nomor 1438 / MENKES
/ PER / IX / 2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran (PMK 1438, 2010).
Peraturan ini bertujuan agar pasien memperoleh pelayanan kedokteran
berdasarkan nilai ilmiah sesuai dengan kebutuhan medis pasien. Disebutkan

11

dalam PMK 1438, Standar Pelayanan Kedokteran (SPK) meliputi Pedoman


Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan Standar Prosedur Operasional
(SPO).
Standar pelayanan Kedokteran adalah pedoman yang harus diikuti oleh
dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran. Standar
Prosedur Operasional yang selanjutnya disingkat SPO adalah suatu perangkat
instruksi/langkah-langkah yang dibakukan untuk mnyelesaikan proses kerja rutin
tertentu, atau langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsesus bersama
dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan yang dibuat oleh
fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan standar profesi.
PNPK (Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) PNPK disusun oleh
kelompok pakar kedokteran, kedokteran gigi atau profesi lain yang dianggap
perlu. PNPK disusun bagi penyakit atau kondisi yang memenuhi satu atau lebih
persaratan: paling sering dan yang paling banyak terjadi; memiliki risiko tinggi;
memerlukan biaya tinggi; dan terdapat variasi/keragaman dalam pengelolaannya.
PNPK memuat penyataan secara sistematis berdasarkan pada bukti ilmiah
(scientific evidence), untuk membantu dokter dan lain lain, tentang tata laksana
penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. PNPK disahkan oleh Menteri
Kesehatan.
SPO (Standar Prosedur Operasional) SPO bersifat wajib disusun oleh staf
medis pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dikoordinir oleh komite medis
ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan. Professor Sofyan Ismael,
Ketua Konsorsium Upaya Kesehatan pada workshop tentang Standar Pelayanan
Kedokteran, menyampaikan bahwa SPO yang digunakan dalam peraturan tersebut
mengacu pada Ashton (2002): Taxonomy of Health System Standards, dengan
modifikasi standard operating procedure menjadi: clinical practice guideline
(panduan praktik klinis , PPK), - clinical pathway (alur klinis), - algorithmic
(algoritme), - protocol (protocol), - procedure (prosedur), Bila suatu penyakit atau
kondisi tertentu belum disusun PNPKnya, maka PPK yang disusun oleh komite
medis rumah sakit dapat berdasarkan Literatur, artikel asli seperti Scottish
Intercollegiate Guidelines Network (SIGN), dan lain lain asalkan memiliki bukti

12

ilmiah (scientific base) yang sah. Dengan adanya PMK 1438, istilah dapat berlaku
secara universal, mengingat Indonesia masuk dalam AFTA.
SOP kasus Oral candidiasis
Kasus Oral candidiasis disertai pengambilan spesimen
No

Pelayanan

SOP

Pengaturan

Waktu buka mulai pukul 18.00-

jadwal

21.00

Durasi

Keterangan

a. Memakai

perawatan

masker

dan

gloves.

pengambilan

b. Anamanesa
input

data

dilakukan

oleh

asisten.

e. Instruksi

spesimen

dan

pemberian

Prosedur

Dental instrument 1 disterilisasi

sterilisasi

terlebih dulu dalam waktu 20 menit.


Setelah dikeluarkan dari sterilisator
untuk digunakan, dental instrument
disterilkan

sesuai

prosedur

pertama. Hal sama dilakukan pada


dental instrument 3.
Dilakukan
gigi

pembayaran
setelah

kepada
prosedur

perawatan selesai.
Kasus Oral candidiasis tanpa disertai pengambilan spesimen

13

lidah

spesimen

pasien

diletakkan

pada object glass. 3)


dikirim

ke

laboratorium. 4) hasil

resep obat selama 7 menit.

dokter

pengerokan spesimen
dilakukan dua kali. 2)

selama 3 menit.

Pembayaran

1)

5 menit.

d. Pengambilan

pada

dilakukan selama 5 menit.

spesimen

Anamnesa dilakukan selama


c. Pemeriksaan IO dan EO :

Prosedur

diambil dari lab.

No

Pelayanan

SOP

Keterangan

Pengaturan

Waktu buka mulai pukul 18.00-21.00

jadwal
2

Durasi

a. Memakai masker dan gloves.

Total

perawatan

b. Anamanesa : dilakukan input data

perawatan

oleh asisten. Anamnesa dilakukan

adalah

selama 5 menit.

menit.

c. Pemeriksaan IO dan EO : dilakukan


selama 5 menit.
d. Instruksi dan pemberian resep obat
selama 7 menit.
3

Prosedur

Dental instrument 1 disterilisasi terlebih

sterilisasi

dulu dalam waktu 20 menit. Setelah


dikeluarkan

dari

sterilisator

untuk

digunakan, dental instrument 2 disterilkan


sesuai

prosedur

pertama.

Hal

sama

dilakukan pada dental instrument 3.


4

Pembayaran

Dilakukan pembayaran kepada dokter gigi


setelah prosedur perawatan selesai.

14

durasi
17

DAFTAR PUSTAKA
1. Kingma, Mireille. Can Financial Incentive Influence Medical Practice?.
HRDJ. 2005. 3(2): 1-12.
2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2008. Panduan Kompensasi
Dokter dan Jasa Medik.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 069/Menkes/PER/XII/2013
tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1392).
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014
Tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan
5. Peraturan
Menteri
Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1438/MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran


6. Satri S C. ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT
PERENCANAAN

LABA

PERUSAHAAN

PADA

INDUSTRI

PENGOLAHAN TEBU DI PABRIK GULA TASIKMADU KABUPATEN


KARANGANYAR TAHUN 2012 2013 (Studi Kasus Pada PG.
Tasikmadu, Karanganyar). 2014. Universitas Muhammadiyah Surakarta
7. Subur Harahap. Bagaimana Cara Menghitung Breakeven Point (BEP)
Usaha Anda ?. www.suhaplanner.com

15

8. Sugiyarti A T, Nuryadi, Sandra C. Analisis Biaya Satuan (Unit Cost)


Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus di Poli Mata
RSD Balung Kabupaten Jember). J Pustaka Kesehatan. 2013 September; 1
(1) : 7-14
9. Undang Undang

Republik Indonesia, Nomor 29 tahun 2004, tentang

Praktik Kedokteran,
10. Undang Undang Republik Indonesia nomoe 44 tahun 2009, tentang

Rumah Sakit

16

Anda mungkin juga menyukai