Gas Lift Simple
Gas Lift Simple
Gas lift adalah suatu metode Artificial Lift yang mirip dengan proses natural
flow atau dapat dikatakan sebagai pengembangan dari proses tersebut, fluida dapat
bergerak ke permukaan sebagai akibat dari berkurangnya berat kolom fluida dan
gas yang keluar dari larutan. Gas bebas yang lebih ringan dari minyak bergerak,
mengurangi densitas dari cairan yang mengalir dan selanjutnya mengurangi berat
kolom cairan yang berada di atasnya. Turunnya berat kolom cairan menyebabkan
adanya beda tekanan antara reservoir dan lubang bor sehingga sumur dapat
mengalir berproduksi.
A. TIPE GAS LIFT SYSTEM
1. Continous Flow Gas Lift
Gas diinjeksikan kedasar sumur dengan tekanan yang relative tinggi. Gas
injeksi bersama dengan gas formasi mengangkat cairan ke permukaan dengan
salah satu atau beberapa proses yang terjadi berikut :
Pengurangan densitas cairan dan berat kolom fluida menyebabkan beda
tekanan antara reservoir dan lubang bor menjadi bertambah besar.
Gas injeksi yang mengembang akan menekan fluida ke atas selanjutnya
berat kolom cairan berkurang sehingga beda tekanan reservoir dan lubang
bor bertambah.
Slugs cairan dipindahkan oleh gelembung gas yang besar dari gas injeksi
seperti gerakan piston.
2. Intermittent Flow Gas Lift
Jika sumur memiliki tekanan reservoar yang rendah atau laju produksi yang
sangat rendah, maka dapat diproduksi dengan intermittent flow gas lift.
Metode ini memproduksi secara terputus-putus dan didisain untuk
memproduksi pada laju produksi sebesar fluida yang masuk ke lubang sumur
dari formasi.Dalam metode intermittent gas lift, fluida dibiarkan terakumulasi
dan bertambah dalam tubing pada dasar sumur. Secara periodik, gelembung
besar dari gas injeksi bertekanan tinggi diinjeksikan dengan cepat ke dalam
tubing di bawah kolom fluida dan kolom fluida akan terdorong cepat ke
permukaan. Frekwensi injeksi gas dalam pengangkatan intermittent ditentukan
oleh jumlah waktu yang diperlukan oleh slug liquid masuk ke dalam tubing.
Lamanya periode injeksi gas tergantung dari waktu yang diperlukan untuk
mendorong satu slug liquid ke permukaan.
B. KEUNTUNGAN DAN BATASAN PEMILIHAN GAS LIFT
Karena merupakan sikle, intermittent gas lift hanya cocok untuk sumur yang
mempunyai laju produksi yang rendah, sedang continous lebih efisien digunakan
pada sumur-sumur yang mempunyai laju produksi yang tinggi dimana injeksi gas
tidak menjadi hambatan.
Beberapa keuntungan gas lift adalah :
Biaya awal untuk peralatan down hole sangat murah
Pemasangan peralatan dapat direncanakan untuk pengangkatan dari dekat
dengan permukaan hingga mendekati total kedalaman. Juga dapat
direncanakan untuk pengangkatan dari satu hingga beberapa ribu barrel per
hari.
Laju produksi dapat dikontrol dari permukaan.
Pasir yang ikut terproduksi tidak berpengaruh terhadap peralatan gas lift.
Tidak dipengaruhi oleh kemiringan lubang.
Peralatan yang bergerak tidak banyak sehingga tidak memerlukan
pemeliharaan khusus.
Biaya operasi murah.
Sangat ideal jika injeksi gas hanya sebagai suplemen dan gas formasi
jumlahnya cukup.
Adalah jenis valve yang mempunyai pegas, dimana pegas ini mempunyai
tekanan tertentu untuk menutup aliran gas ke dalam tubing. Apabila
perbedaan tekanan antara tubing dengan annulus melebihi tekanan pegas
(spring) yang telah diset maka valve akan menutup dengan sendirinya.
Valve jenis ini hanya digunakan pada continous flow gas lift.
2. Specific gravity differential valve
Valve jenis ini dilengkapi dengan diaphragma dari karet. Prinsip kerja
membuka dan menutupnya valve jenis ini berdasarkan pada gradien
tekanan di dalam tubing. Apabila gradien tekanan di dalam tubing naik,
maka valve akan membuka, dan sebaliknya jika gradien di dalam tubing
turun dengan adanya gas injeksi, maka valve akan menutup. Spesifikasi
dari valve jenis Specific differential valve, antara lain :
Merupakan valve yang panjang
Cocok digunakan pada operasi continous gas lift
Biasanya dipasang pada sambungan tubing.
3. Pressure charged bellow valve
Valve jenis ini mempunyai bellow berisi gas nitrogen dengan tekanan
tertentu. Sebagian dari valve jenis ini dikombinasikan pula dengan spring
valve untuk membantu kerja bellow. Pada kondisi normal, valve ini akan
menutup karena adanya pressure charge bellow. Valve ini dapat digunakan
pada intermitten dan continous gas lift.
4. Flexible sleeve valve
Pada valve jenis ini aliran gas yang masuk kedalam tubing dikontrol oleh
karet yang mudah melentur (flexible). Valve jenis ini mempunyai dome
(ruang) yang didalamnya berisi gas alam kering dengan tekanan tertentu.
Tekanan buka valve sama dengan tekanan tutupnya dan juga sama dengan
tekanan gas dalam dome tersebut. Valve jenis ini dapat dioperasikan pada
intermitten atau continous gas lift dengan injeksi gas diatur di permukaan.
Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja untuk menutup dan membuka valve guna
mengontrol aliran gas, maka jenis valve dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu :
Unbalanced valve, yang terdiri dari pressure operated unbalance valve dan
fluid operated unbalanced valve.
Balanced valve, yang terdiri dari pressure operated balanced valve.
Pada prinsipnya perbedaan antara Unbalanced dan Balanced valve terletak
pada besarnya tekanan membuka dan menutup valve. Untuk unbalanced valve
mempunyai perbedaan tekanan membuka dan menutup valve yang disebut
Spread. Sedangkan pada balanced valve, tekanan membuka dan menutup
valve tersebut besarnya sama sehingga spreadnya nol.
Berdasarkan penggunaanya, valve gas lift dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Continous flow, yang meliputi jenis fixed orifice dan variable orifice.
Intermittent flow, baik yang diatur oleh tekanan tubing maksimum maupun
yang diatur oleh tekanan tubing minimum.
Berdasarkan pemasangannya, gas lift valve dapat pula dibedakan menjadi dua,
yaitu :
Standard gas lift valve, merupakan valve yang dipasang bersama-sama
dengan pemasangan tubing dan tidak dapat diambil tanpa mengangkat
tubing.
Retrievable gas lift valve, dapat dipasang dengan metode wire line.
Peralatan Gas Lift di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang diperlukan untuk
proses injeksi gas kedalam sumur yang terletak dipermukaan, meliputi :
1. Wellhead
Well head sebenarnya bukan alat khusus bagi gas lift saja tetapi juga
merupakan salah satu alat yang digunakan pada metode sumur sembur
alam, dimana dalam periode masa produksi, alat ini berfungsi untuk
menggantungkan tubing atau casing disamping itu well head merupakan
tempat dudukan x-mass tree.
2. Gas Lift Christmas tree
Gas Lift Christmas tree berfungsi untuk mengatur laju produksi minyak,
mengontrol tekanan reservoir dan untuk mengatur jumlah gas serta tekanan
gas yang masuk ke sumur.
3. Stasiun Kompressor
Alat ini berfungsi untuk menaikan tekanan gas injeksi sesuai dengan
keperluan. Di dalam stasiun kompressor ini terdapat beberapa buah
kompressor yang dihubungkan dengan manifold. Dari stasiun kompressor
ini, gas bertekanan tinggi dikirim ke sumur-sumur gas lift melalui stasiun
distribusi.
4. Stasiun Distribusi
Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompressor ke sumur terdapat
beberapa cara, antara lain :
a. Sistem Distribusi Langsung
Pada sistem ini gas dari kompressor disalurkan langsung menuju
sumur-sumur produksi. Sistem ini mempunyai kelemahan yaitu bila
kebutuhan gas untuk masing-masing sumur tidak sama, sehingga
kurang efisien.
b. Sistem Distribusi dengan Pipa Induk
Sistem ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil, tetapi
adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas maka sumur lain sumur
lain bisa terpengaruh.
c. Sistem Distribusi dengan Stasiun Distribusi
Sistem ini sangat rasional dan banyak dipakai, gas dibawa dari pusat
kompressor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke sumur-sumur
dengan menggunakan pipa.
5. Peralatan Kontrol
Valve jenis ini 50-100% sensitive terhadap tekanan tubing pada posisi
tertutup dan 100% sensitive terhadap tekanan tubing pada posisi terbuka.
Valve terbuka bila tekanan tubing naik dan valve tertutup bila tekanan
tubing turun (Gambar 3).
Combination valve (fluid open-pressure closed valve)
Membuka dengan tekanan fluid dan penurunan tekanan casing atau
tekanan tubing untuk menutup (Gambar 4).
E. KERJA VALVE PADA GAS LIFT
Continous Flow
Valve lebih sensitif terhadap tekanan tubing pada posisi terbuka, valve
mempunyai respon yang baik terhadap perubahan tekanan tubing. Pada saat
tekanan tubing berkurang valve mulai menutup throttle, mengurangi gas
masuk dan sebaliknya respon ini menjaga tekanan alir di tubing agar tetap
konstan.
Intermittent Flow
Multi-Point Injection
Operating valve harus cukup kuat untuk mengangkat slug ke valve di
atasnya, selanjutnya valve akan terbuka dan membiarkan gas untuk
mendorong slug ke valve valve berikutnya. Tidak seluruh valve di tubing
terbuka saat operasi. Jumlah valve yang terbuka tergantung pada tipe valve
yang dipakai dan konfigurasi komplesinya.
3. Closed Installation
Seperti semi closed tetapi ditambah standing valve di ujung rangkaian
tubing, kadang-kadang standing valve dipasang di bawah valve terbawah.
Tekanan Gas pada Kedalaman Valve
Tekanan pressure dan closing pressure tekanan valve ditentukan pada kondisi
permukaan, dimana kondisi tersebut harus dikoreksi terhadap perubahan tekanan
akibat perubahan kedalaman yang disebabkan oleh kolom gas, sedangkan
perubahan akibat friksi dapat diabaikan. Perubahan statis ditentukan dengan
persaman :
0.01877 g L
........................................................ (1)
TZ
= kedalaman, ft
= temperatur rata-rata, oR
Atau dapat dicari dari chart yang ditentukan dari tekanan surface dan SG gas.
Test Rack Opening Pressure
Closing pressure valve harus diset di permukaan dengan besar closing pressure
perencanaan :
Pvo =
Pd
1 R
..............................................................................................
(2)
Dimana :
Pvo
Pd
= Ap/Ab
Dengan asumsi :
Pt = 0
Dome valve mempunyai volume konstan
Besarnya tekanan pada temperatur 60oF
Tekanan dome bekerja pada suatu temperatur kedalaman tertentu sehingga perlu
dikoreksi terhadap temperatur :
Ptro
Pd @ 60 O F
1 R
Ptro koreksi
Pd
P @ 60 o F
d
Z d Td
1 R
Pd @ 60oF =
Pd Z 60o F 520
Z d Td
.......................................................................
(3)
Gaya pada Valve (Pressure Valve)
Tekanan hubungan gaya, luas penampang adalah gaya per satuan luas atau gaya
yang bekerja tegak lurus pada suatu luas penampang dibagi dengan seluruh luas
penampang dimana gaya tersebut didistribusikan :
F ( force , lbf )
b. Opening Pressure
Gaya menutup valve
Fc = Pd Ab
Fo = Pc (Ab-Ap) + Pt Ap
Gaya menutup sama dengan gaya membuka, dimana valve tertutup dan siap
untuk terbuka
Pc (Ab-Ap) + Pt Ap = Pd Ab
Dimana :
Pd
Ab
Pc
Ap
Pt
Bagi dengan Ab
Pc (1-Ap/Ab) = Pd - Pt Ap/Ab
Anggap R = Ap/Ab
Pc (1 R) = Pd Pt R
Bagi dengan (1-R)
Pc =
Pd Pt R
1 R
c. Tubing Effect
TE = Pt R / (1 R)
TEF = R / (1 R)
TE = Pt TEF
Tekanan menutup di bawah kondisi operasi sebenarnya, anggapan tekanan di
bawah bellow adalah casing pressure.
Fo = Fc
Fc = Pd Ab
Fo = Pc (Ab Ap) + Pc Ap
Pc (Ab Ap) + Pc Ap = Pd Ab
Pc Ab = Pd Ab
Pc = Pd
d. Spread
P =
Pd Pt R (1 R ) Pd
1 R
1 R
P =
R
( Pd Pt )
1 R
Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)
Pd
PR
St t
1 R
1 R
b. Tekanan menutup
Gaya menutup
Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)
Gaya membuka
Fo = Pc (Ab Ap) + Pc Ap
Valve terbuka dan siap untuk menutup, gaya membuka sama dengan gaya
menutup :
Fo = Fc
Pd
PR
S t t Pd S t 1 R
1 R
1 R
R
Pd S t 1 R Pt
1 R
P = TEF Pd S t 1 R Pt
Fluid Operated Valve
Identik dengan Pressure Valve, hanya pada fluid valve, tubing pressure bekerja
pada bellows dan casing pressure bekerja pada area dari port.
Opening Pressure Fluid Valve di bawah Kondisi Operasi yang Sebenarnya
Adalah tubing pressure yang dibutuhkan untuk membuka valve di bawah kondisi
operasi yang sebenarnya.
a. Tekanan buka
Gaya untuk menutup
Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)
Gaya membuka
Fo = Pc Ap + Pt (Ab Ap)
Pt =
Pd
PR
St t
1 R
1 R
b. Casing Effisiensi
CE =
Pc R
1 R
CEF =
R
1 R
CE = Pc (CEF)
c. Tekanan tutup
Gaya untuk menutup
Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)
Gaya buka
Fo = Pt Ap + Pt (Ab Ap)
Atau
Fo = Pt Ab
Pd
St
1 R
Untuk Pd = 0
Pt = St
Koreksi terhadap temperatur :
Ptro
Pd @ 60 O F
1 R
Contoh :
Gas Pressure Valve
Diketahui :
Kedalaman valve
= 800 ft
= 800 psi
= 800 psi
= 0.7
Temperatur permukaan
= 100 oF
= 180 oF
= 655 psi
Port size
=
R
= 0.2562
1 R = 0.7438
Ditanyakan :
1.
2.
= 879 psi
Pd @ 60 oF
Ptro
Pd @ 60 o F
1 R
= 699 / 0.7438
= 940 psi
Spacing Analytical
Penurunan surface opening pressure antara valve bisa digunakan untuk
menentukan valve spacing, pressure drop untuk tiap valve diambil 25 psi
sedangkan high injection diambil sebesar 50 psi.
Untuk safety factor harga gradien cairan = 0.50 hingga 0.60 psi/ft.
Spacing valve dari permukaan ke kedalaman valve dapat ditentukan dengan
persamaan :
Dv1
Pso Pwh
Gs
Dv 2 Dv1
Dv 3 Dv 2
Pso 2 Pwh Gu Dv 2
Gs
Dv 4 Dv 3
Pso 3 Pwh Gu Dv 3
dan seterusnya .............................................. (4)
Gs
Contoh :
Diketahui :
Surface opening pressure
= 1000 psi
= 25 psi
= 0.4 psi/ft
= 0.14 psi/ft
Pwh
= 120 psi
Kedalaman sumur
= 5800 ft
Pso Pwh
Gs
1000 120
2200 ft
0.40
Dv 2 Dv1
2200
Dv 3 Dv 2
Pso 2 Pwh Gu Dv 2
Gs
3630
Dv 4
Pso Pwh
Gs
Dv 2
Dv 3
Pso 2 Pwh Gu Dv 2
Gs
Dv 4
Pso 3 Pwh Gu Dv 3
dan seterusnya
Gs
(5)
.......................................................
Contoh :
Diketahui :
Pso = 600 psi
Psep = 0 psi
Gs
= 0.50 psi/ft
Pso Pwh
Gs
Small Port merupakan control port dan large gas passage port adalah power port,
jika control choke adalah control port maka spread adalah 10 % lebih kecil dari
spread actual, time cycle controled, control port 30 % hingga 60 % kebutuhan
spread.
Throttling Valve
Kadang-kadang disebut continous flow valve, basic component sama seperti
pressure operated valve. Modifikasi dibuat dimana valve lebih sensitif terhadap
tubing pada posisi terbuka, hal ini dilakukan menggunakan choke port gas masuk
yang menurunkan casing pressure ke tubing pressure atau memakai taperred stem
atau seat yang mempunyai kontak area yang sensitif terhadap tubing pressure
pada posisi valve terbuka.
Untuk intermitten valve sensitive casing pressure jika valve pada posisi terbuka
yang berarti casing pressure drop hingga tekanan bellow pada continuous valve
agar valve menutup tetapi valve akan menutup jika tekanan tubing turun dan
tekanan casing tetap konstan.
Differential Valve
Opening dan closing pressure dari tubing pressure didefinisikan dalam term
casing pressure.
G. PERENCANAAN GAS LIFT SECARA GRAFIS
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan gas lift.
Perencanaan peralatan sumur di bawah permukaan adalah sangat penting, yaitu
cara penyempurnaan komplesi sumur. Oleh karena itu perlu diketahui terlebih
dahulu apakah dengan kondisi sumur yang ada, akan dilakukan produksi secara
continuous gas lift atau intermittent gas lift.
Continous gas lift
qL
PI
............................................
(6)
untuk aliran dua fasa (persamaan Vogel),
qL
Pwf 0.125 Ps 1 81 80
q
max
......................................
(7)
4. Plot titik (Pwf, D).
5. Berdasarkan qL, kadar air dan diameter casing yang digunakan, pilih
pressure treverse.
6. Pilih garis gradient aliran yang sesuai dengan GLRf. Sering kali
harga GLRf tidak terdapat pada pressure treverse sehingga perlu
untuk diinterpolasi.
7. Tentukan kedalaman ekuivalen Pwf pada kurva langkah 6.
8. Letakkan kertas transparan di atas pressure treverse yang dipilih,
dengan titik (Pwf, D) tepat di atas Pwf langkah 7.
9. Jiplak kurva pilihan di langkah 6 pada kertas transparan.
10. Tentukan gradien tekanan, gas (Ggi) injeksi dan tekanan injeksi gas
(Pso).
11. Plot Pso di kedalaman nol pada kertas transparan.
12. Hitung tekanan gas pada kedalaman x ft, (Px) menurut persamaan :
Px = Pso + X. Ggi ............................................................................ (8)
13. Plot titik (Px, X).
14. Hubungkan titik (Pso, 0) dengan titik (Px, X) sampai memotong kurva
langkah 9.
15. Titik injeksi ditentukan dengan menelusuri kurva pada langkah 9, ke
atas dimulai dari titik potong langkah 14 sejarak dengan 50 100
psi. Titik injeksi berkoordinat (Pi, Di).
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi
1. Plot titik (Pwh, 0).
2. Letakkan kertas transparan di atas pressure treverse terpilih sehingga
ordinat terpilih berhimpit. Geser sumbu datar pada kertas transparan
ke atas atau ke bawah sampai diperoleh kurva pada pressure treverse
yang melalui (Pwh, 0) dan titik injeksi (Pi, Di), bila perlu lakukan
interpolasi kurva.
3. Jiplak kurva terpilih pada langkah 2 dan catat GLRnya.
4. Hitung jumlah gas injeksi, yaitu :
Qgi = QL (GLRt GLRf) ............................................................... (9)
Dimana :
GLRt = perbandingan gas cairan, SCF/STB.
5. Koreksi harga Qgi pada temperatur titik injeksi :
a. Tentukan temperatur titik injeksi dengan persamaan
Tpoi = (Ts + Gt.Di) + 460 ......................................................... (10)
Dimana :
Gt = Gradien geothermal, 0F/ft
Di = Kedalaman injeksi, ft
b. Hitung faktor koreksi menurut ;
Corr = 0.0544 e SGi. Tpoi
Dimana :
SGi = specific gravity gas injeksi.
c. Volume gas injeksi terkoreksi sebesar :
Qgi corr = Qgi x cor-r
C. Penentuan Kedalaman Katub
Penentuan kedalamn katub dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Siapkan data dan grafik penunjang
a. Kertas transparan dari hasil 1 dan 2.
b. Tekanan differential (Pd).
c. Tekanan kick off (Pko).
d. Gradien statik fluida dalam sumur (Gs).
2. Hitung jarak katub maksimum di sekitar titik injeksi menurut
persamaan :
Dv
Pd
Gs
.................................................................................
(11)
3. Gambarkan garis perencanaan tekanan tubing sebagai berikut :
a. Hitung P1 = Pwh + 0.20 Pso ..................................................... (12)
P2 = Pwh + Pso ......................................................................... (13)
b. Pilih harga terbesar dari P1 dan P2, misalkan P1 lebih besar
daripada P2, maka dipilih harga P1. Selanjutnya plot (P1, 0) pada
kertas transparan, kemudian hubungkan dengan titik injeksi
(Pi,Di), garis ini disebut garis perencanaan tubing.
4. Berdasarkan harga Pko dan SGi tentukan gradien tekanan gas dari
Gambar 17.
5. Plot titik (Pko, 0) pada kertas transparan dan buat garis gradien
tekanan gas mulai dari Pko dengan menggunkan gradien tekanan gas
yang diperoleh dari langkah 4.
6. Plot titik (Pso, 0) pada kertas transparan. Mulai dari titik (P so, 0) buat
garis gradien tekanan yang sejajar dengan gradien tekanan pada
langkah 5.
7. Dari titik (Pwh, 0) buat garis tekanan statik dalam sumur berdasarkan
harga gradien tekanan statik yang diketahui.
8. Tentukan letak katub pertama dengan langkahn sebagai berikut :
a. Perpanjang garis gradien statik dalam sumur sampai memotong
garis gradien tekanan gas yang melewati titik (Pko,0) langkah 5.
b. Letak katub injeksi pertama ditentukan dengan menelusuri garis
gradien tekanan 8a sejauh 50 psi. Titik katub injeksi pertama
berkoordinat (P1,D1).
9. Tentukan letak katub berikutnya dengan langkah sebagai berikut :
a. Buat garis horizontal ke kiri dari titik (P1,D1) sampai memotong
garis perencanaan tekanan tubing di langkah 3.
b. Dari garis perpotongan itu buat garis gradien statik, yaitu garis
tekanan statik yang sejajar dengan garis gradien tekanan di
langkah 7.
c. Perpanjangan garis yang dibuat pada langkah 9b samapi
memotong garis gradien tekanan yang dibuat melalui titik (Pso,0).
d. Titik potong tersebut adalah letak katub berikutnya dengan
koordinat (P2,D2).
e. Kembali ke langkah 9a untuk memperoleh jarak katub-katub
berikutnya. Pengulangan pekerjaan ini dihentikan setelah
diperoleh letak katub yang lebih dalam dari titik injeksi (Pi,Di).
10. Tentukan letak katub di daerah bracketing envelope dengan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Plot titik [(Pso, SPd), 0].
b. Dari titik tersebut buat garis yang sejajar dengan garis gradien
tekanan gas yang melalui (Pso,0) dari langkah 6.
c. Perpanjang garis tersebut sampai memotong kurva terpilih di
butir ad. 2. langkah 3 pada titik (Pbe,Y).
d. Hitung besarnya Paa = (1 + BE) Pbe ........................................ (14)
Pbb = (1 BE) Pbe ................................................................... (15)
e. Berdasarkan harga Pwh hitung :
Pa = (1 + BE) Pwh ................................................................... (16)
Pb = (1 BE) Pwh .................................................................... (17)
f. Hubungkan titik (Paa,Y) dengan titik (Pa,0). Titik potong garis ini
potong antara garis ini dengan garis gradien tekanan di langkah
10b. adalah batas atas dari bracketing envelope.
g. Hubungkan titik (Pbb,Y) dengan titik (Pb,0). Perpanjang garis ini
samapai memotong garis gradien gas dari langkah 10b. titik
potong ini adalah batas bawah dari bracketing envelope.
h. Dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimal antar katub (Dv).
Berdasarkan harga ini, mulai dari batas atas bracketing envelope.
Ap
.......................................................................................
Ab
(18)
Dimana :
Ap
Ab
(21)
Pd @ 60
1 R
............................................................................
Pti Pwh G gt .D
G s G gt
.................................................................
(24)
6. Hitung volume cairan di dalam tubing (Vt) dengan menggunakan
persamaan :
Vt = ht . Ct (dimana Ct = 0.00387 bbl/ft) ..................................... (25)
7. Hitung tekanan alir dasar sumur maksimum dengan langkah sebagai
berikut :
a. Hitung waktu i, yaitu :
TI = 1.5 D / 1000 .................................................................... (26)
b. Anggap tekanan rata-rata dasar sumur pada akhir TI yaitu :
Pa = 1.10 Pt1
c. Tekanan dasar sumur pada awal TI adalah Pt1 apabila tekanan
dasar sumur akhir TI adalah Pa maka tekanan dasar sumur ratarata selain TI adalah :
Pt1 Pa
2
........................................................................
(27)
d. Hitung laju produksi pada tekanan dasar sumur rata-rata dengan
persamaan :
q = PI (Ps P) ......................................................................... (28)
e. Hitung penambahan bahan tekanan dasar sumur ekuivalen
dengan kenaikan cairan dalam tubing, Pe sebagai akibat dengan
adanya produksi q :
Pe
q.TI .G s
24 60 Ct ................................................................... (29)
Pt1 Pmin a
2
...................................................................
(35)
g. Hitung periode waktu TII, yaitu :
TII = 0.5 D / 1000 .................................................................. (36)
Pf
PI Ps Pmin TII .G s
24 60 Ct
.....................................................
(37)
i. Hitung tekanan minimum total (Pmin t), yaitu :
Pmin total = Gqt (D ht) + Pfb + Pe + Pf ...................................... (38)
j. Bandingkan Pmin total dengan Pmin a, jika selisihnya di atas 1 % maka
ulangi perhitungan mulai langkah 8f, dengan mengambil harga
Pmin a = Pmin total. Jika selisihnya kurang dari 1 %, maka lanjutkan ke
langkah 9.
9. Menentukan waktu yang diperlukan untuk menaikan tekanan dari
Pmin total sampai Ptl, dengan langkah sebagai berikut :
a. Hitung tekanan dasar sumur rata-rata :
Pwf = (Ptl + Pmin t) .................................................................... (39)
b. Hitung pertambahan tekanan dasar (DPW, psi/menit) dengan
persamaan ;
Pw
Ptl Pmin t
24 60 Ct
..................................................................
(40)
c. Waktu yang diperlukan untuk menaikan tekanan dari Pmin t saat Ptl
adalah :
TIII = (Ptl - Pmin t) / Pw .......................................................... (41)
10. Hitung waktu frekwensi total (Ttot, menit), yaitu :
TIII = TI + TII + TIII .................................................................. (42)
11. Tentukan tekanan dasar sumur yang berkaitan dengan produksi
(weighted bottom hole pressure, Pwe) menurut persamaan :
Pt1 P
P Pmin t Pt1 Pmin t
TI t1
Ttot 2 D / 1000
2
2
2
Pwe
Ttot
...................................................................................... (43)
12. Tentukan besarnya laju produksi, dengan persamaan ;
q = PI (Ps Pwe) .......................................................................... (44)
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi
Gas yang diperlukan untuk mengangkat slug cairan dari dasar sumur ke
permukaan adalah volume gas yang diperlukan untuk mengisi tubing
pada tekanan gas rata-rata di bawah slug dari dasar sumur ke
permukaan. Langkah-langkah untuk menentukan besarnya gas injeksi
adalah :
1. Siapkan data penunjangnya sebagai berikut :
a. Kedalaman katub operasi (umumnya di ujung tubing)
b. Tekanan buka katub operasi (Pv)
2. Pilih grafik yang sesuai dengan ukuran tubing dan tekanan separator
3. Plot kedalaman katub pada sumbu kedalaman
4. Dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong
garis tekanan pembukaan katub
5. Dari titik potong tersebut, buat garis vertikal ke atas sampai
memotong sumbu volume gas.
Pd
Pvc1 Pd
.................................................................
(48)
ukuran
port
masing-masing
katub
dengan
Pvci
Pti TEF 1 .........................................................
1 R
(49)
Gunakan harga R dan TEF sesuai dengan ukuran port yang dipilih
dilangkah 6 seperti yang tercantum dalam Tabel II.
8. Hitung tekanan buka katub di permukaan (Pvsoi), yaitu :
Pvsoi = Pvoi Gg.D .....................................................................
(50)
(51)
Contoh :
Kedalaman sumur
= 8000 ft
Pso
= 800 psig
Tubing
= 2
Casing
= 5.5 , 20 lb/ft
SGoil
= 0.8762
BHP
= 2000 psig
PI
= 0.10
Tekanan tubing
= 50 psig
qoil perkiraan
= 100 BPD
Temperatur tubing
= 127 oF
Cycle Time
= 45 minutes (estimate)
Tentukan :
Kedalaman Operating Valve
GLR Minimum (teoritis)
Jawab :
Static Gradient
Gs = 0.8762 x 0.433 = 0.379 psi/ft
Untuk q = 100 BPD, PI = 0.1 BPD/psi
P =
100
1000 psi
0.1
2000 5
0.379
2855 ft
1000
2639 ft
0.379
cycle
barrel
100
barrel
3 .0
barrel / cycle 0.6
0.6
Panjang Slug =
1292
646 ft
2
3
x0.379 344 psig
0.00387
810 344
577 psig
2
591.7 psia
Ttubing = 127 oF = 587 oR
SG gas injeksi = 0.6
SG gas dibawah slug = 0.8
Pada P = 577 psig, T = 127 oF maka Z = 0.886
U = 105.5 x
591.7 520
1
x
x
4246 scf / cycle
14.7
587
0.886
GLR =
4246
1415scf / stb
3
600 psig
100 bbl/day
0.3 bbl/day/psi
2 in
0.5 psi/ft
4250 ft
0.04 psi/ft
0.6
100 psi/ft
0.11
Spacing valve in valve opening pressure : 550, 525, 500, 475, 450
Valve
opening
press @
600 psig
(Pvo)
Depth
of
valve,
ft
(D)
Temp
at
valve,
o
F
(Tv)
Bellows
press
@ 60 psig,
psig
(Pb)
Bellows
press
@ Tv,
psig
(Pbt)
Valve closing
press @
depth,
psig
(Pvc)
Surface
closing
press,
psig
(Psvc)
550
1200
89
401
422
511
498
525
2154
104
378
412
501
475
500
2982
118
356
397
486
452
475
3639
129
334
385
474
434
450
4298
139
312
360
449
410
Kolom keterangan :
1) Diketahui