Anda di halaman 1dari 39

(ARTIFICIAL LIFT METHODE)

Gas lift adalah suatu metode Artificial Lift yang mirip dengan proses natural
flow atau dapat dikatakan sebagai pengembangan dari proses tersebut, fluida dapat
bergerak ke permukaan sebagai akibat dari berkurangnya berat kolom fluida dan
gas yang keluar dari larutan. Gas bebas yang lebih ringan dari minyak bergerak,
mengurangi densitas dari cairan yang mengalir dan selanjutnya mengurangi berat
kolom cairan yang berada di atasnya. Turunnya berat kolom cairan menyebabkan
adanya beda tekanan antara reservoir dan lubang bor sehingga sumur dapat
mengalir berproduksi.
A. TIPE GAS LIFT SYSTEM
1. Continous Flow Gas Lift
Gas diinjeksikan kedasar sumur dengan tekanan yang relative tinggi. Gas
injeksi bersama dengan gas formasi mengangkat cairan ke permukaan dengan
salah satu atau beberapa proses yang terjadi berikut :
Pengurangan densitas cairan dan berat kolom fluida menyebabkan beda
tekanan antara reservoir dan lubang bor menjadi bertambah besar.
Gas injeksi yang mengembang akan menekan fluida ke atas selanjutnya
berat kolom cairan berkurang sehingga beda tekanan reservoir dan lubang
bor bertambah.
Slugs cairan dipindahkan oleh gelembung gas yang besar dari gas injeksi
seperti gerakan piston.
2. Intermittent Flow Gas Lift
Jika sumur memiliki tekanan reservoar yang rendah atau laju produksi yang
sangat rendah, maka dapat diproduksi dengan intermittent flow gas lift.
Metode ini memproduksi secara terputus-putus dan didisain untuk

memproduksi pada laju produksi sebesar fluida yang masuk ke lubang sumur
dari formasi.Dalam metode intermittent gas lift, fluida dibiarkan terakumulasi
dan bertambah dalam tubing pada dasar sumur. Secara periodik, gelembung
besar dari gas injeksi bertekanan tinggi diinjeksikan dengan cepat ke dalam
tubing di bawah kolom fluida dan kolom fluida akan terdorong cepat ke
permukaan. Frekwensi injeksi gas dalam pengangkatan intermittent ditentukan
oleh jumlah waktu yang diperlukan oleh slug liquid masuk ke dalam tubing.
Lamanya periode injeksi gas tergantung dari waktu yang diperlukan untuk
mendorong satu slug liquid ke permukaan.
B. KEUNTUNGAN DAN BATASAN PEMILIHAN GAS LIFT
Karena merupakan sikle, intermittent gas lift hanya cocok untuk sumur yang
mempunyai laju produksi yang rendah, sedang continous lebih efisien digunakan
pada sumur-sumur yang mempunyai laju produksi yang tinggi dimana injeksi gas
tidak menjadi hambatan.
Beberapa keuntungan gas lift adalah :
Biaya awal untuk peralatan down hole sangat murah
Pemasangan peralatan dapat direncanakan untuk pengangkatan dari dekat
dengan permukaan hingga mendekati total kedalaman. Juga dapat
direncanakan untuk pengangkatan dari satu hingga beberapa ribu barrel per
hari.
Laju produksi dapat dikontrol dari permukaan.
Pasir yang ikut terproduksi tidak berpengaruh terhadap peralatan gas lift.
Tidak dipengaruhi oleh kemiringan lubang.
Peralatan yang bergerak tidak banyak sehingga tidak memerlukan
pemeliharaan khusus.
Biaya operasi murah.
Sangat ideal jika injeksi gas hanya sebagai suplemen dan gas formasi
jumlahnya cukup.

Perlatan penting (gas compressor) dalam gas lift system di install di


permukaan sehingga mudah untuk perawatan dan perbaikan, peralatan ini
juga dapat dipilih dengan bahan bakar gas/elektrik.
Sedangkan keterbatasan Gas Lift :
Harus terdapat gas yang mencukupi.; Udara, Nitrogen atau gas lain
umumnya cukup mahal dan jarang terdapat disekitar lokasi.
Spasi sumur yang luas, akan mempengaruhi alokasi distribusi gas dan
kehilangan tekanan yang besar.
Bila gas yang digunakan bersifat korosif akan menambah biaya operasi.
C. PERALATAN GAS LIFT
Peralatan gas lift dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Peralatan gas lift di bawah permukaan.
2. Peralatan gas lift di atas permukaan.
Peralatan gas lift di bawah permukaan
Peralatan di bawah permukaan dari metode gas lift tidak berbeda jauh dengan
peralatan pada sumur sembur alam, hanya pada gas lift ditambah dengan valve
(katub) gas lift. Secara umum pemakaian katup gas lift berfungsi untuk :
Memproduksikan minyak dengan mudah tanpa memerlukan tekanan injeksi
yang besar.
Mengurangi unloading (kick off) ataupun tambahan portable compressor.
Mendapatkan kedalaman injeksi yang lebih besar untuk suatu kompressor
dengan kekuatan tertentu.
Menghindari swabbing untuk sumur-sumur yang mempunyai permukaan
cairan tinggi (high fluid level well) atau sumur yang diliputi air.
Berdasarkan komponen katup gas lift, maka terdapat beberapa macam jenis
valve, yaitu :
1. Spring loaded differential valve

Adalah jenis valve yang mempunyai pegas, dimana pegas ini mempunyai
tekanan tertentu untuk menutup aliran gas ke dalam tubing. Apabila
perbedaan tekanan antara tubing dengan annulus melebihi tekanan pegas
(spring) yang telah diset maka valve akan menutup dengan sendirinya.
Valve jenis ini hanya digunakan pada continous flow gas lift.
2. Specific gravity differential valve
Valve jenis ini dilengkapi dengan diaphragma dari karet. Prinsip kerja
membuka dan menutupnya valve jenis ini berdasarkan pada gradien
tekanan di dalam tubing. Apabila gradien tekanan di dalam tubing naik,
maka valve akan membuka, dan sebaliknya jika gradien di dalam tubing
turun dengan adanya gas injeksi, maka valve akan menutup. Spesifikasi
dari valve jenis Specific differential valve, antara lain :
Merupakan valve yang panjang
Cocok digunakan pada operasi continous gas lift
Biasanya dipasang pada sambungan tubing.
3. Pressure charged bellow valve
Valve jenis ini mempunyai bellow berisi gas nitrogen dengan tekanan
tertentu. Sebagian dari valve jenis ini dikombinasikan pula dengan spring
valve untuk membantu kerja bellow. Pada kondisi normal, valve ini akan
menutup karena adanya pressure charge bellow. Valve ini dapat digunakan
pada intermitten dan continous gas lift.
4. Flexible sleeve valve
Pada valve jenis ini aliran gas yang masuk kedalam tubing dikontrol oleh
karet yang mudah melentur (flexible). Valve jenis ini mempunyai dome
(ruang) yang didalamnya berisi gas alam kering dengan tekanan tertentu.
Tekanan buka valve sama dengan tekanan tutupnya dan juga sama dengan
tekanan gas dalam dome tersebut. Valve jenis ini dapat dioperasikan pada
intermitten atau continous gas lift dengan injeksi gas diatur di permukaan.

Berdasarkan gaya-gaya yang bekerja untuk menutup dan membuka valve guna
mengontrol aliran gas, maka jenis valve dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian, yaitu :
Unbalanced valve, yang terdiri dari pressure operated unbalance valve dan
fluid operated unbalanced valve.
Balanced valve, yang terdiri dari pressure operated balanced valve.
Pada prinsipnya perbedaan antara Unbalanced dan Balanced valve terletak
pada besarnya tekanan membuka dan menutup valve. Untuk unbalanced valve
mempunyai perbedaan tekanan membuka dan menutup valve yang disebut
Spread. Sedangkan pada balanced valve, tekanan membuka dan menutup
valve tersebut besarnya sama sehingga spreadnya nol.
Berdasarkan penggunaanya, valve gas lift dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Continous flow, yang meliputi jenis fixed orifice dan variable orifice.
Intermittent flow, baik yang diatur oleh tekanan tubing maksimum maupun
yang diatur oleh tekanan tubing minimum.
Berdasarkan pemasangannya, gas lift valve dapat pula dibedakan menjadi dua,
yaitu :
Standard gas lift valve, merupakan valve yang dipasang bersama-sama
dengan pemasangan tubing dan tidak dapat diambil tanpa mengangkat
tubing.
Retrievable gas lift valve, dapat dipasang dengan metode wire line.
Peralatan Gas Lift di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang diperlukan untuk
proses injeksi gas kedalam sumur yang terletak dipermukaan, meliputi :
1. Wellhead
Well head sebenarnya bukan alat khusus bagi gas lift saja tetapi juga
merupakan salah satu alat yang digunakan pada metode sumur sembur

alam, dimana dalam periode masa produksi, alat ini berfungsi untuk
menggantungkan tubing atau casing disamping itu well head merupakan
tempat dudukan x-mass tree.
2. Gas Lift Christmas tree
Gas Lift Christmas tree berfungsi untuk mengatur laju produksi minyak,
mengontrol tekanan reservoir dan untuk mengatur jumlah gas serta tekanan
gas yang masuk ke sumur.
3. Stasiun Kompressor
Alat ini berfungsi untuk menaikan tekanan gas injeksi sesuai dengan
keperluan. Di dalam stasiun kompressor ini terdapat beberapa buah
kompressor yang dihubungkan dengan manifold. Dari stasiun kompressor
ini, gas bertekanan tinggi dikirim ke sumur-sumur gas lift melalui stasiun
distribusi.
4. Stasiun Distribusi
Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompressor ke sumur terdapat
beberapa cara, antara lain :
a. Sistem Distribusi Langsung
Pada sistem ini gas dari kompressor disalurkan langsung menuju
sumur-sumur produksi. Sistem ini mempunyai kelemahan yaitu bila
kebutuhan gas untuk masing-masing sumur tidak sama, sehingga
kurang efisien.
b. Sistem Distribusi dengan Pipa Induk
Sistem ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil, tetapi
adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas maka sumur lain sumur
lain bisa terpengaruh.
c. Sistem Distribusi dengan Stasiun Distribusi
Sistem ini sangat rasional dan banyak dipakai, gas dibawa dari pusat
kompressor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke sumur-sumur
dengan menggunakan pipa.
5. Peralatan Kontrol

Peralatan control yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :

a. Choke control dan regulator


Choke control adalah alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah gas
yang diinjeksikan, sehingga dalam waktu tertentu (saat valve terbuka)
gas tersebut dapat mancapai suatu harga tekanan yang dibutuhkan.
Choke control ini dilengkapi pula dengan regulator yang berfungsi
untuk membatasi gas injeksi yang dibutuhkan. Bila gas injeksi cukup
maka regulator akan menutup. Choke control dan regulator tersebut
hanya khusus dipergunakan untuk intermittent gas lift.
b. Time cycle control
Alat ini berfungsi untuk mengontrol aliran gas injeksi dalam
intermittent gas lift untuk interval waktu tertentu. Time cycle control
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
D. TIPE VALVE GAS LIFT
Pada dasarnya valve dari gas lift adalah sama, tetapi kontak gaya dengan bagian
penampang yang luas, valve tersebut akan lebih sensitif terhadap perubahan gaya
dengan bidang kontak tersebut. Ada 4 (empat) macam katup gas lift, yaitu :
Casing pressure operated valve (pressure valve)
Valve jenis ini 50-100% sensitive terhadap tekanan casing pada posisi
tertutup dan 100% sensitive terhadap tekanan casing pada posisi terbuka.
Membutuhkan penambahan tekanan casing untuk membuka valve dan
pengurangan tekanan casing untuk menutup valve (Gambar 1).
Throttling pressure valve ( proportional valve atau continuous valve)
Valve ini sama dengan pressure valve pada posisi tertutup, akan tetapi pada
posisi terbuka valve ini sensitive terhadap tekanan tubing. Valve ini
membutuhkan penambahan tekanan

casing untuk membuka dan

pengurangan tekanan tubing/casing untuk menutup (Gambar 2).


Fluid operated valve

Valve jenis ini 50-100% sensitive terhadap tekanan tubing pada posisi
tertutup dan 100% sensitive terhadap tekanan tubing pada posisi terbuka.
Valve terbuka bila tekanan tubing naik dan valve tertutup bila tekanan
tubing turun (Gambar 3).
Combination valve (fluid open-pressure closed valve)
Membuka dengan tekanan fluid dan penurunan tekanan casing atau
tekanan tubing untuk menutup (Gambar 4).
E. KERJA VALVE PADA GAS LIFT
Continous Flow
Valve lebih sensitif terhadap tekanan tubing pada posisi terbuka, valve
mempunyai respon yang baik terhadap perubahan tekanan tubing. Pada saat
tekanan tubing berkurang valve mulai menutup throttle, mengurangi gas
masuk dan sebaliknya respon ini menjaga tekanan alir di tubing agar tetap
konstan.
Intermittent Flow

Single Point Injection


Valve terbuka penuh hingga saat tertutup fluida sampai permukaan, gas
seluruhnya ditekan untuk mengangkat slug ke permukaan dan diinjeksikan
melalui operating valve.

Multi-Point Injection
Operating valve harus cukup kuat untuk mengangkat slug ke valve di
atasnya, selanjutnya valve akan terbuka dan membiarkan gas untuk
mendorong slug ke valve valve berikutnya. Tidak seluruh valve di tubing
terbuka saat operasi. Jumlah valve yang terbuka tergantung pada tipe valve
yang dipakai dan konfigurasi komplesinya.

F. TIPE GAS LIFT INSTALLATION


Tipe instalasi yang digunakan didasarkan pada pertimbangan :
Future Well Performance

BHP Decline, Perubahan PI


Komplesi sumur
Problem sumur, sand, water-gas coning.
Lokasi.
Beberapa tipe instalasi Gas Lift :
1. Open Installation
Pada installasi ini tubing dipasang dalam sumur tanpa packer dan standing
valve, gas diinjeksikan melalui casing-tubing annular dan fluida
diproduksikan melalui tubing. Tipe ini baik untuk continuous gas lift,
dimana packer tidak dipasang dengan suatu alasan seperti gas tidak dapat
menyembur di sekitar tubing. Jika instalasi ini digunakan pada intermittent
gas lift maka pada saat shut-down time fluida akan ke annulus casing.
Beberapa kerugian yang timbul :
Memerlukan kick off yang tinggi untuk memulai sumur berproduksi
terutama untuk sumur-sumur yang dalam.
Akibat surface line pressure, menyebabkan timbul fluid level di annulus
casing sehingga valve dapat erosi akibat fluida yang masuk ke valve
bersama gas injeksi.
Pada tipe intermiten, saat shut down time fluida akan naik ke annulus
casing.
2. Semi Closed Installation
Identik dengan closed instalation, kecuali packer dipasang di ujung
annulus antara tubing dan casing. Keuntungan dari tipe ini adalah :
Pada waktu well unloaded, tidak ada jalan fluida untuk kembali ke
annulus tubing casing.
Fluida di dalam tubing tidak dapat turun masuk ke annulus casing,
packer mencegah fluida di dalam tubing masuk ke dalam tubing.
Pada intermittent mencegh casing pressure bekerja ke formasi melalui
tubing string.

3. Closed Installation
Seperti semi closed tetapi ditambah standing valve di ujung rangkaian
tubing, kadang-kadang standing valve dipasang di bawah valve terbawah.
Tekanan Gas pada Kedalaman Valve
Tekanan pressure dan closing pressure tekanan valve ditentukan pada kondisi
permukaan, dimana kondisi tersebut harus dikoreksi terhadap perubahan tekanan
akibat perubahan kedalaman yang disebabkan oleh kolom gas, sedangkan
perubahan akibat friksi dapat diabaikan. Perubahan statis ditentukan dengan
persaman :
0.01877 g L
........................................................ (1)
TZ

Pdepth = Psurface Exp


Dimana :
Pdepth

= tekanan valve pada kedalaman L, psia

Psurface = tekanan valve di permukaan, psia


Exp

= exponensial (2.71828 log)

= specific gravity gas

= kedalaman, ft

= temperatur rata-rata, oR

= compressibility factor pada P dan T

Atau dapat dicari dari chart yang ditentukan dari tekanan surface dan SG gas.
Test Rack Opening Pressure
Closing pressure valve harus diset di permukaan dengan besar closing pressure
perencanaan :
Pvo =

Pd
1 R

..............................................................................................

(2)
Dimana :
Pvo

= valve opening pressure, psi

Pd

= pressure dome, psi

= Ap/Ab

Dengan asumsi :
Pt = 0
Dome valve mempunyai volume konstan
Besarnya tekanan pada temperatur 60oF
Tekanan dome bekerja pada suatu temperatur kedalaman tertentu sehingga perlu
dikoreksi terhadap temperatur :
Ptro

Pd @ 60 O F
1 R

Ptro koreksi
Pd
P @ 60 o F
d
Z d Td
1 R

Pd @ 60oF =

Pd Z 60o F 520
Z d Td

.......................................................................

(3)
Gaya pada Valve (Pressure Valve)
Tekanan hubungan gaya, luas penampang adalah gaya per satuan luas atau gaya
yang bekerja tegak lurus pada suatu luas penampang dibagi dengan seluruh luas
penampang dimana gaya tersebut didistribusikan :
F ( force , lbf )

Pressure (psi) = A ( area , sqm)


F = P.A

a. Tekanan Membuka Unbalance Valve di Bawah Kondisi Operasi


Unbalance bellows valve dimana tekanan menutup didapat dari dome sebagai
loading elemen
Fo = Fc
Dimana :
Fo = jumlah gaya membuka valve
Fc = jumlah gaya menutup valve

b. Opening Pressure
Gaya menutup valve

Fc = Pd Ab

Gaya membuka valve

Fo = Pc (Ab-Ap) + Pt Ap

Gaya menutup sama dengan gaya membuka, dimana valve tertutup dan siap
untuk terbuka
Pc (Ab-Ap) + Pt Ap = Pd Ab
Dimana :
Pd

= tekanan dome, psig

Ab

= luas penampang bellows, sq in

Pc

= tekanan casing yang dibutuhkan, psig

Ap

= luas penampang port, sq in

Pt

= tekanan tubing, psig


Pc (Ab-Ap) = Pd Ab Pt Ap

Bagi dengan Ab
Pc (1-Ap/Ab) = Pd - Pt Ap/Ab
Anggap R = Ap/Ab
Pc (1 R) = Pd Pt R
Bagi dengan (1-R)
Pc =

Pd Pt R
1 R

c. Tubing Effect
TE = Pt R / (1 R)
TEF = R / (1 R)
TE = Pt TEF
Tekanan menutup di bawah kondisi operasi sebenarnya, anggapan tekanan di
bawah bellow adalah casing pressure.
Fo = Fc
Fc = Pd Ab
Fo = Pc (Ab Ap) + Pc Ap

Pc (Ab Ap) + Pc Ap = Pd Ab
Pc Ab = Pd Ab
Pc = Pd

d. Spread
P =

Pd Pt R (1 R ) Pd

1 R
1 R

P =

R
( Pd Pt )
1 R

P = TEF (Pd Pt)


Unbalance Dome + Spring
Gaya yang ditimbulkan double element dome (Pd Ab) + (St (Ab Ap))
a. Tekanan buka
Gaya untuk menutup

Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)

Gaya untuk membuka

Fo = Pvo (Ab Ap) + Pt Ap

Valve pada kondisi tertutup dan siap untuk membuka :


Fo = Fc
Pvo (Ab Ap) + Pt Ap = Pd Ab + St (Ab Ap)
Bagi dengan Ab
Pvo (1 Ap / Ab) + Pt Ap / Ab = Pd + St (1 Ap / Ab)
Ap / Ab = R
Pvo (1 R) + Pt R = St (1 R)
Pvo =

Pd
PR
St t
1 R
1 R

b. Tekanan menutup
Gaya menutup

Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)

Gaya membuka

Fo = Pc (Ab Ap) + Pc Ap

Valve terbuka dan siap untuk menutup, gaya membuka sama dengan gaya
menutup :
Fo = Fc

Pc (Ab Ap) + Pc Ap = Pd Ab + St (Ab Ap)


Pc Ab = Pd Ab + St (Ab Ap)
Bagi Ab dan R = Ap / Ab
Pc = Pd + St (1 R)
c. Spread
P = Pvo - Pc
=

Pd
PR
S t t Pd S t 1 R
1 R
1 R

R
Pd S t 1 R Pt
1 R

P = TEF Pd S t 1 R Pt
Fluid Operated Valve
Identik dengan Pressure Valve, hanya pada fluid valve, tubing pressure bekerja
pada bellows dan casing pressure bekerja pada area dari port.
Opening Pressure Fluid Valve di bawah Kondisi Operasi yang Sebenarnya
Adalah tubing pressure yang dibutuhkan untuk membuka valve di bawah kondisi
operasi yang sebenarnya.
a. Tekanan buka
Gaya untuk menutup

Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)

Gaya membuka

Fo = Pc Ap + Pt (Ab Ap)

Valve pada kondisi tertutupdan siap untuk membuka :


Fo = Fc
Pc Ap + Pt (Ab Ap) = Pd Ab + St (Ab Ap)
Bagi dengan Ab
Pc Ap + Pt (Ab Ap) = Pd Ab + St (Ab Ap)
Pc Ap / Ab + Pt (1 Ap / Ab) = Pd + St (1 Ap / Ab)
Ap / Ab = R
Pc R + Pt (1 R) = Pd + St (1 R)

Pt =

Pd
PR
St t
1 R
1 R

b. Casing Effisiensi
CE =

Pc R
1 R

CEF =

R
1 R

CE = Pc (CEF)
c. Tekanan tutup
Gaya untuk menutup

Fc = Pd Ab + St (Ab Ap)

Gaya buka

Fo = Pt Ap + Pt (Ab Ap)

Atau

Fo = Pt Ab

Valve pada kondisi terbuka dan siap untuk menutup :


Fo = Fc
Pt Ab = Pd Ab + St (Ab Ap)
Pt = Pd + St (1 R)
Pvo = Pt
Pvo = Pd + St (1 R)
d. Test Rack Opening Pressure :
Pt =

Pd
St
1 R

Untuk Pd = 0
Pt = St
Koreksi terhadap temperatur :
Ptro

Pd @ 60 O F
1 R

Contoh :
Gas Pressure Valve
Diketahui :
Kedalaman valve

= 800 ft

Surface operating gas pressure

= 800 psi

Surface opening pressure

= 800 psi

Specific gravity gas injeksi

= 0.7

Temperatur permukaan

= 100 oF

Temperatur pada kedalaman valve

= 180 oF

Tubing pressure di valve

= 655 psi

Port size

=
R

= 0.2562

1 R = 0.7438
Ditanyakan :
1.

Pvo, Pvc, Pd pada kedalaman valve

2.

Psc surface closing pressure


Pd @ 180 oF

= 879 psi

Pd @ 60 oF

= 0.795 x 879 = 699 psi

Ptro

Pd @ 60 o F
1 R

= 699 / 0.7438
= 940 psi
Spacing Analytical
Penurunan surface opening pressure antara valve bisa digunakan untuk
menentukan valve spacing, pressure drop untuk tiap valve diambil 25 psi
sedangkan high injection diambil sebesar 50 psi.

Untuk safety factor harga gradien cairan = 0.50 hingga 0.60 psi/ft.
Spacing valve dari permukaan ke kedalaman valve dapat ditentukan dengan
persamaan :
Dv1

Pso Pwh
Gs

Dv 2 Dv1

Pso Pwh Gu Dv1


Gs

Dv 3 Dv 2

Pso 2 Pwh Gu Dv 2
Gs

Dv 4 Dv 3

Pso 3 Pwh Gu Dv 3
dan seterusnya .............................................. (4)
Gs

Contoh :
Diketahui :
Surface opening pressure

= 1000 psi

Drop tiap valve

= 25 psi

Gradient statis (Gs)

= 0.4 psi/ft

Gradient antara valve

= 0.14 psi/ft

Pwh

= 120 psi

Kedalaman sumur

= 5800 ft

Tentukan : Spacing valve


Jawab :
Dv1

Pso Pwh
Gs
1000 120
2200 ft
0.40

Dv 2 Dv1

Pso Pwh Gu Dv1


Gs

2200

1000 120 0.14 2200


0.40

= 2200 + 1430 = 3630 ft

Dv 3 Dv 2

Pso 2 Pwh Gu Dv 2
Gs

3630

Dv 4

975 120 0.14 3630


0.40

= 3630 + 867 = 4497 ft


P Pwh Gu Dv 3
Dv 3 so 3
Gs
4497

950 120 0.14 4497


0.40

= 4497 + 501 = 4998 ft


Dv5 = 4998 + 263 = 5261 ft
Dv6 = 5261 + 108 = 5370 ft
Jarak antara Dv5 dengan Dv6 hanya 108 ft di bawah 200 ft untuk itu kedalaman
Dv6 = 5261 + 200 = 5461 ft, Dv7 = 5661 ft dan seterusnya hingga 5800 ft.
Kedalaman valve juga bisa ditentukan dari jarak tiap interval, yaitu dengan
memodifikasi persamaan di atas :
Dv1

Pso Pwh
Gs

Dv 2

Pso Pwh Gu Dv1


Gs

Dv 3

Pso 2 Pwh Gu Dv 2
Gs

Dv 4

Pso 3 Pwh Gu Dv 3
dan seterusnya
Gs

(5)

.......................................................

Contoh :
Diketahui :
Pso = 600 psi
Psep = 0 psi
Gs

= 0.50 psi/ft

Valve opening pressure = 550, 525, 500, 475, 450 psig


Tentukan spacing valve berdasarkan surface opening pressure.
Jawab :
Dv1

Pso Pwh
Gs

= 600 / 0.50 = 1200 ft (jarak permukaan valve 1)


Dv2 = (525 (0.40) (1200)) / 0.50
= 954 ft (jarak valve 1 ke valve 2)
Dv1 + Dv2 = 1200 + 954 = 2154 ft
Dv3 = (500 (0.04) (2154)) / 0.50
= 818 (jarak valve 2 ke valve 3)
Dv1 + Dv2 + Dv3 = 1200 + 954 + 818 = 2982 (jarak dari permukaan ke valve 3)
Balance Valve
Tidak dipengaruhi oleh tubing pressure ketika valve membuka dan menutup.
Casing pressure bekerja setiap saat pada luas area bellow, ini berarti bahwa valve
membuka dan menutup pada tekanan yang sama yaitu dome pressure. Akibatnya
spread sama dengan nol
Pilot Valve
Intermitten lift menggunakan valve dengan port diameter besar yang mengatur
spread, Ap digunakan untuk menghitung tekanan buka sedang large port
digunakan untuk gas masuk ke tubing jika valve terbuka, large port akan terbuka
seluas-luasnya dan tidak berubah terhadap perubahan spread.

Small Port merupakan control port dan large gas passage port adalah power port,
jika control choke adalah control port maka spread adalah 10 % lebih kecil dari
spread actual, time cycle controled, control port 30 % hingga 60 % kebutuhan
spread.
Throttling Valve
Kadang-kadang disebut continous flow valve, basic component sama seperti
pressure operated valve. Modifikasi dibuat dimana valve lebih sensitif terhadap
tubing pada posisi terbuka, hal ini dilakukan menggunakan choke port gas masuk
yang menurunkan casing pressure ke tubing pressure atau memakai taperred stem
atau seat yang mempunyai kontak area yang sensitif terhadap tubing pressure
pada posisi valve terbuka.
Untuk intermitten valve sensitive casing pressure jika valve pada posisi terbuka
yang berarti casing pressure drop hingga tekanan bellow pada continuous valve
agar valve menutup tetapi valve akan menutup jika tekanan tubing turun dan
tekanan casing tetap konstan.
Differential Valve
Opening dan closing pressure dari tubing pressure didefinisikan dalam term
casing pressure.
G. PERENCANAAN GAS LIFT SECARA GRAFIS
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan gas lift.
Perencanaan peralatan sumur di bawah permukaan adalah sangat penting, yaitu
cara penyempurnaan komplesi sumur. Oleh karena itu perlu diketahui terlebih
dahulu apakah dengan kondisi sumur yang ada, akan dilakukan produksi secara
continuous gas lift atau intermittent gas lift.
Continous gas lift

Secara garis besar perencanaan continous gas lift adalah :


A. Penentuan Titik Injeksi
Langkah-langkah untuk menentukan titik injeksi atau point of gas lift
injection, adalah sebagai berikut :
1. Siapkan data penunjang :
a. Kedalaman sumur (D)
b. Ukuran Tubing (dt) dan casing (dc).
c. Laju produksi yang diinginkan (qt).
d. Kadar air (KA).
e. Perbandingan gas cairan sebelum instalasi dipasang (GLR)f
f. Tekanan Statik (Ps)
g. Productivity Index untuk aliran satu fasa.
h. Kurva IPR untuk aliran dua fasa.
i. Tekanan kepala sumur (Pwh)
j. Tekanan injeksi gas (Pso)
k. Temperatur dasar sumur (TD), temperatur di permukaan (Ts) dan
gradient geometris (GT).
l. API minyak specific gravity air, specific gravity gas, specific
gravity gas yang diinjeksikan.
2. Siapkan kertas transparan.
Buat sumbu cartesian yang berskala sesuai dengan skala pressure
traverse. Gambarkan tekanan pada sumbu datar dan kedalaman pada
sumbu tegak dengan titik asal (nol) di sudut kiri atas kertas.
3. berdasarkan laju alir yang diinginkan (qL) hitung tekanan alir dasar
sumur (Pwf) dengan menggunakan persamaan :
untuk aliran satu fasa, Pwf

qL
PI

............................................

(6)
untuk aliran dua fasa (persamaan Vogel),


qL

Pwf 0.125 Ps 1 81 80
q

max

......................................

(7)
4. Plot titik (Pwf, D).
5. Berdasarkan qL, kadar air dan diameter casing yang digunakan, pilih
pressure treverse.
6. Pilih garis gradient aliran yang sesuai dengan GLRf. Sering kali
harga GLRf tidak terdapat pada pressure treverse sehingga perlu
untuk diinterpolasi.
7. Tentukan kedalaman ekuivalen Pwf pada kurva langkah 6.
8. Letakkan kertas transparan di atas pressure treverse yang dipilih,
dengan titik (Pwf, D) tepat di atas Pwf langkah 7.
9. Jiplak kurva pilihan di langkah 6 pada kertas transparan.
10. Tentukan gradien tekanan, gas (Ggi) injeksi dan tekanan injeksi gas
(Pso).
11. Plot Pso di kedalaman nol pada kertas transparan.
12. Hitung tekanan gas pada kedalaman x ft, (Px) menurut persamaan :
Px = Pso + X. Ggi ............................................................................ (8)
13. Plot titik (Px, X).
14. Hubungkan titik (Pso, 0) dengan titik (Px, X) sampai memotong kurva
langkah 9.
15. Titik injeksi ditentukan dengan menelusuri kurva pada langkah 9, ke
atas dimulai dari titik potong langkah 14 sejarak dengan 50 100
psi. Titik injeksi berkoordinat (Pi, Di).
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi
1. Plot titik (Pwh, 0).
2. Letakkan kertas transparan di atas pressure treverse terpilih sehingga
ordinat terpilih berhimpit. Geser sumbu datar pada kertas transparan
ke atas atau ke bawah sampai diperoleh kurva pada pressure treverse

yang melalui (Pwh, 0) dan titik injeksi (Pi, Di), bila perlu lakukan
interpolasi kurva.
3. Jiplak kurva terpilih pada langkah 2 dan catat GLRnya.
4. Hitung jumlah gas injeksi, yaitu :
Qgi = QL (GLRt GLRf) ............................................................... (9)
Dimana :
GLRt = perbandingan gas cairan, SCF/STB.
5. Koreksi harga Qgi pada temperatur titik injeksi :
a. Tentukan temperatur titik injeksi dengan persamaan
Tpoi = (Ts + Gt.Di) + 460 ......................................................... (10)
Dimana :
Gt = Gradien geothermal, 0F/ft
Di = Kedalaman injeksi, ft
b. Hitung faktor koreksi menurut ;
Corr = 0.0544 e SGi. Tpoi
Dimana :
SGi = specific gravity gas injeksi.
c. Volume gas injeksi terkoreksi sebesar :
Qgi corr = Qgi x cor-r
C. Penentuan Kedalaman Katub
Penentuan kedalamn katub dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Siapkan data dan grafik penunjang
a. Kertas transparan dari hasil 1 dan 2.
b. Tekanan differential (Pd).
c. Tekanan kick off (Pko).
d. Gradien statik fluida dalam sumur (Gs).
2. Hitung jarak katub maksimum di sekitar titik injeksi menurut
persamaan :

Dv

Pd
Gs

.................................................................................

(11)
3. Gambarkan garis perencanaan tekanan tubing sebagai berikut :
a. Hitung P1 = Pwh + 0.20 Pso ..................................................... (12)
P2 = Pwh + Pso ......................................................................... (13)
b. Pilih harga terbesar dari P1 dan P2, misalkan P1 lebih besar
daripada P2, maka dipilih harga P1. Selanjutnya plot (P1, 0) pada
kertas transparan, kemudian hubungkan dengan titik injeksi
(Pi,Di), garis ini disebut garis perencanaan tubing.
4. Berdasarkan harga Pko dan SGi tentukan gradien tekanan gas dari
Gambar 17.
5. Plot titik (Pko, 0) pada kertas transparan dan buat garis gradien
tekanan gas mulai dari Pko dengan menggunkan gradien tekanan gas
yang diperoleh dari langkah 4.
6. Plot titik (Pso, 0) pada kertas transparan. Mulai dari titik (P so, 0) buat
garis gradien tekanan yang sejajar dengan gradien tekanan pada
langkah 5.
7. Dari titik (Pwh, 0) buat garis tekanan statik dalam sumur berdasarkan
harga gradien tekanan statik yang diketahui.
8. Tentukan letak katub pertama dengan langkahn sebagai berikut :
a. Perpanjang garis gradien statik dalam sumur sampai memotong
garis gradien tekanan gas yang melewati titik (Pko,0) langkah 5.
b. Letak katub injeksi pertama ditentukan dengan menelusuri garis
gradien tekanan 8a sejauh 50 psi. Titik katub injeksi pertama
berkoordinat (P1,D1).
9. Tentukan letak katub berikutnya dengan langkah sebagai berikut :
a. Buat garis horizontal ke kiri dari titik (P1,D1) sampai memotong
garis perencanaan tekanan tubing di langkah 3.

b. Dari garis perpotongan itu buat garis gradien statik, yaitu garis
tekanan statik yang sejajar dengan garis gradien tekanan di
langkah 7.
c. Perpanjangan garis yang dibuat pada langkah 9b samapi
memotong garis gradien tekanan yang dibuat melalui titik (Pso,0).
d. Titik potong tersebut adalah letak katub berikutnya dengan
koordinat (P2,D2).
e. Kembali ke langkah 9a untuk memperoleh jarak katub-katub
berikutnya. Pengulangan pekerjaan ini dihentikan setelah
diperoleh letak katub yang lebih dalam dari titik injeksi (Pi,Di).
10. Tentukan letak katub di daerah bracketing envelope dengan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Plot titik [(Pso, SPd), 0].
b. Dari titik tersebut buat garis yang sejajar dengan garis gradien
tekanan gas yang melalui (Pso,0) dari langkah 6.
c. Perpanjang garis tersebut sampai memotong kurva terpilih di
butir ad. 2. langkah 3 pada titik (Pbe,Y).
d. Hitung besarnya Paa = (1 + BE) Pbe ........................................ (14)
Pbb = (1 BE) Pbe ................................................................... (15)
e. Berdasarkan harga Pwh hitung :
Pa = (1 + BE) Pwh ................................................................... (16)
Pb = (1 BE) Pwh .................................................................... (17)
f. Hubungkan titik (Paa,Y) dengan titik (Pa,0). Titik potong garis ini
potong antara garis ini dengan garis gradien tekanan di langkah
10b. adalah batas atas dari bracketing envelope.
g. Hubungkan titik (Pbb,Y) dengan titik (Pb,0). Perpanjang garis ini
samapai memotong garis gradien gas dari langkah 10b. titik
potong ini adalah batas bawah dari bracketing envelope.
h. Dari langkah 2 telah dihitung jarak maksimal antar katub (Dv).
Berdasarkan harga ini, mulai dari batas atas bracketing envelope.

Katub-katub gas lift dipasang sejarak Dv sampai batas bawah


bracketing envelopes.

D. Penentuan Tekanan Buka Katub


Penentuan ukuran port dan tekanan buka katub dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siapkan data penunjang deperti pada penentuan letak kedalaman
katub.
2. Dibagian atas kanan kertas transparan buat skala temperatur pada
sumbu tekanan dan plot titik (Ts,0) dan (Td,D) dan hubungkan titik
tersebut.
3. Pada setiap katub sembur buatan yang didapat, baca :
a. Kedalaman katub (Dv).
b. Tentukan gas injeksi dalam casing (Pvo), yaitu :
Untuk katub pertama Pvo1 dibaca dari garis gradien gas yang
dibuat mulai dari (Pko,0) sesuai dengan Dy1).
Untuk katub-katub berikutnya Pvo2 dan seterusnya dibaca dari
garis gradien gas yang dibuat dari (Pso, 0) sesuai dengan Dv2
dan seterusnya.
c. Tekanan tubing (Pt) dibaca dari penentuan garis tekanan tubing.
d. Temperatur (Tv) dibaca pada garis gradien temperatur berturutturut Tv1, Tv2 dan seterusnya sesuai dengan kedalaman masingmasing katub Dv1, Dv2, ... dan seterusnya.
4. Tentukan ukuran port setiap katub dengan menggunakan gambar 19.
Cara menggunakan grafik tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mulai dari Pvo dibuat garis tegak sampai memotong garis Pt.

b. Dari titik potong ini, dibuat garis mendatar ke kiri.


c. Pada sumbu Qgi, plot Qgi corr dan buat garis mendatar dari
langkah 4b.
d. Ukuran port yang dipilih adalah titik potong dari langkah 4c.
Apabila tidak tepat pada garis yang tersedia, tentukan ukuran
port berdasarkan garis yang terdekat.
5. Berdasarkan diameter luar tubing dan diameter dalam casing, pilih
ukuran katub. Ukuran yang tersedia adalah 1.5 dam 1.
6. Berdasarkan ukuran port dan ukuran katub, tentukan harga R dan 1R untuk setiap katub, menurut persamaan :
R

Ap

.......................................................................................

Ab

(18)
Dimana :
Ap

= luas port, inch.


= (pd)/4, dimana d = ukuran port

Ab

= luas bellow, inch.

Untuk katub 1, Ab = 0.32 inch


Untuk katub 1.5, Ab = 0.77 inch.
7. Untuk setiap katub, hitung tekanan dome (Pd) pada kedalaman katub
dengan menggunakan persamaan :
Pd @ 60 = Pvo (1 R) + PT.R ..................................................... (19)
8. Hitung tekanan dome (Pd) untuk setiap katub pada kondisi bengkel
(temperatur standart) menurut persamaan :
Pd @ 60 = Ct. Pd @ T .................................................................. (20)
Dimana besarnya Ct ditentukan dari tabel 1.
9. Hitung tekanan pembukaan katub di bengkel dengan persamaan :
Ptro

(21)

Pd @ 60
1 R

............................................................................

Intermitten Gas Lift


Perencanaan sumur sembur buatan intermitten gas lift meliputi :
1. Penentuan laju produksi .
2. Menentukan jumlah gas injeksi.
3. Menentukan spasi katub/valve.
4. Menentukan tekanan katub di bengkel (kondisi standart).

Sedangkan data yang diperlukan untuk merencanakan intermittent gas lift,


antara lain adalah :
a. Kedalaman sumur (D).
b. Tekanan statik sumur (Ps)
c. Productivity Index (PI).
d. Kadar air (KA).
e. Perbandingan minyak-gas (GOR).
f. Specific gravity gas dari sumur (SGg), gas injeksi (SGi) dan air (SGw)
g. Gradien cairan statik dalam sumur (Gs)
Temperatur di permukaan (Ts)
Temperatur di dasar sumur (Tb)
Ukuran tubing (dt) dan casing (dc)
Ukuran port katub sembur buatan yang tersedia
Tekanan separator (Psep)
A. Penentuan Laju Produksi
Laju produksi yang mungkin diperoleh dari suatu sumur sembur buatan
intermittent tergantung pada tekanan alir dasar sumur rata-rata. Tekanan
alir dasar sumur mencapai maksimum pada saat katub operasi dibuka
dan berharga minimum pada saat slug mencapai permukaan. Adapun
prosedur untuk menentukan laju produksi adalah sebagai berikut :

1. Tentukan gradien tekanan

gas dalam annulus (Gg) berdasarkan

harga Pso dan SGgi dengan menggunakan Gambar 18 dengan


memperhatikan temperatur koreksi.
2. Hitung tekanan injeksi gas di dasar sumur (Pv), yaitu :
Pv = Pso + Ggi. D ........................................................................... (22)
3. Hitung tekanan di dasar tubing (Pti), yaitu :
Pti = Pv + P ................................................................................ (23)
DP harus dipilih sedemikian rupa sehingga gas dapat mengalir dari
annulus ke dasar tubing. Harga DP berkisar 140 170 psi.
4. Hitung gradien tekanan gas di data tubing (Ggt) berdasarkan Pwh dan
SGg dengan menggunakan Gambar 18 memperhatikan koreksi
temperatur.
5. Hitung tinggi kolom cairan dalam tubing dengan menggunakan
persamaan :
ht

Pti Pwh G gt .D
G s G gt

.................................................................

(24)
6. Hitung volume cairan di dalam tubing (Vt) dengan menggunakan
persamaan :
Vt = ht . Ct (dimana Ct = 0.00387 bbl/ft) ..................................... (25)
7. Hitung tekanan alir dasar sumur maksimum dengan langkah sebagai
berikut :
a. Hitung waktu i, yaitu :
TI = 1.5 D / 1000 .................................................................... (26)
b. Anggap tekanan rata-rata dasar sumur pada akhir TI yaitu :
Pa = 1.10 Pt1
c. Tekanan dasar sumur pada awal TI adalah Pt1 apabila tekanan
dasar sumur akhir TI adalah Pa maka tekanan dasar sumur ratarata selain TI adalah :

Pt1 Pa
2

........................................................................

(27)
d. Hitung laju produksi pada tekanan dasar sumur rata-rata dengan
persamaan :
q = PI (Ps P) ......................................................................... (28)
e. Hitung penambahan bahan tekanan dasar sumur ekuivalen
dengan kenaikan cairan dalam tubing, Pe sebagai akibat dengan
adanya produksi q :

Pe

q.TI .G s
24 60 Ct ................................................................... (29)

f. Hitung tekanan dasar sumur pada akhir periode TI dengan


persamaan :
Ph = Pt1 + Pe .......................................................................... (30)
g. Bandingkan Pa dengan Ph, jika perbedaannya lebih besar daripada
1 %, ulangi perhitungan dengan menganggap Pa = Ph dan kembali
ke langkah 7c, apabila perbedaannya lebih kecil daripada 1 %,
lanjutkan ke langkah 8.
8. Hitung tekanan alir dasar sumur minimum dengan langkah sebagai
berikut :
a. Anggap presentase cairan yang terproduksi sebesar 60 %, dengan
demikian cairan yang kembali ke dasar sumur 40 %.
b. Hitung tinggi kolom cairan sebagai akibat cairan yang kembali,
yaitu :
Hfb = 0.40 ht ............................................................................ (31)
c. Hitung tekanan yang ditimbulkan oleh hfb, yaitu :
Pfb = hfb. Gs ............................................................................. (32)
d. Hitung tekanan dasar sumur minimum (P min) tanpa adanya
tambahan cairan dari formasi :
Pmin = Pfb + Gqt hfb ............................................................... (33)

e. Tekanan dasar sumur minimum total adalah tekanan dasar sumur


+ tekanan dasar hidrostatik akibat masuknya cairan dari formasi.
Pmin a = (Pmin + Pe) ................................................................. (34)
f. Hitung tekanan dasar sumur minimum rata-rata (Pmin) dengan
persamaan :
Pmin

Pt1 Pmin a
2

...................................................................

(35)
g. Hitung periode waktu TII, yaitu :
TII = 0.5 D / 1000 .................................................................. (36)

h. Hitung penambahan tekanan dasar sumur equivalen selama


periode TII, dengan persamaan :

Pf

PI Ps Pmin TII .G s
24 60 Ct

.....................................................

(37)
i. Hitung tekanan minimum total (Pmin t), yaitu :
Pmin total = Gqt (D ht) + Pfb + Pe + Pf ...................................... (38)
j. Bandingkan Pmin total dengan Pmin a, jika selisihnya di atas 1 % maka
ulangi perhitungan mulai langkah 8f, dengan mengambil harga
Pmin a = Pmin total. Jika selisihnya kurang dari 1 %, maka lanjutkan ke
langkah 9.
9. Menentukan waktu yang diperlukan untuk menaikan tekanan dari
Pmin total sampai Ptl, dengan langkah sebagai berikut :
a. Hitung tekanan dasar sumur rata-rata :
Pwf = (Ptl + Pmin t) .................................................................... (39)
b. Hitung pertambahan tekanan dasar (DPW, psi/menit) dengan
persamaan ;

Pw

Ptl Pmin t
24 60 Ct

..................................................................

(40)
c. Waktu yang diperlukan untuk menaikan tekanan dari Pmin t saat Ptl
adalah :
TIII = (Ptl - Pmin t) / Pw .......................................................... (41)
10. Hitung waktu frekwensi total (Ttot, menit), yaitu :
TIII = TI + TII + TIII .................................................................. (42)
11. Tentukan tekanan dasar sumur yang berkaitan dengan produksi
(weighted bottom hole pressure, Pwe) menurut persamaan :
Pt1 P
P Pmin t Pt1 Pmin t
TI t1


Ttot 2 D / 1000
2
2
2

Pwe
Ttot

...................................................................................... (43)
12. Tentukan besarnya laju produksi, dengan persamaan ;
q = PI (Ps Pwe) .......................................................................... (44)
B. Penentuan Jumlah Gas Injeksi
Gas yang diperlukan untuk mengangkat slug cairan dari dasar sumur ke
permukaan adalah volume gas yang diperlukan untuk mengisi tubing
pada tekanan gas rata-rata di bawah slug dari dasar sumur ke
permukaan. Langkah-langkah untuk menentukan besarnya gas injeksi
adalah :
1. Siapkan data penunjangnya sebagai berikut :
a. Kedalaman katub operasi (umumnya di ujung tubing)
b. Tekanan buka katub operasi (Pv)
2. Pilih grafik yang sesuai dengan ukuran tubing dan tekanan separator
3. Plot kedalaman katub pada sumbu kedalaman
4. Dari titik tersebut tarik garis horizontal ke kanan sampai memotong
garis tekanan pembukaan katub
5. Dari titik potong tersebut, buat garis vertikal ke atas sampai
memotong sumbu volume gas.

6. Baca volume gas injeksi yang diperlukan (Qgi, MMCF).


C. Penentuan Spasi Katub
Spasi katub ditentukan secara grafis ditentukan secara :
a. Gradien fluida dalam sumur
b. Gradien gas annulus.
Prosedur penentuan spasi katub adalah sebagai berikut :
1. Pada kertas grafik kartesian bauat sistem sumbu koordinat dengan
kedalaman sebagai sumbu tegak dan tekanan sebagai sumbu datar.
Tempatkan titik kedalaman = 0 di bagian atas sumbu tegak.
2. Plot titik (Pso, 0).
3. Plot titik (Pv, D)
4. Hubungkan titik (Pso,0) dengan titik (Pv,0).
5. Plot titik (Pwh,0).
6. Tentukan gradien unloading (Gu) dengan menggunakan Gambar 17,
berdasarkan ukuran tubing dan laju produksi.
7. Hitung tekanan dasar sumur (Ptu) berdasarkan (Gu), yaitu ;
Ptu = Pwh + Gu.D .......................................................................... (45)
8. Plot titik (Ptu,D)
9. Hubungkan titik (Pwh,0) dengan (Ptu,D). Garis ini disebut dengan
garis unloading.
10. Tentukan tekanan penutupan yang konstan di permukaan, yaitu :
Psc = Pso 100 ............................................................................. (46)
11. Tentukan gradien tekanan di annulus (Gg) berdasarkan Psc dan Sggi
dengan Gambar 19 dengan memperhatikan koreksi temperatur.
12. Hitung tekanan gas injeksi di dasar sumur berdasarkan harga Psc dan
Gg :
Pcv = Psc + Gg. D .......................................................................... (47)
13. Plot titik (Psc,0) dan (Pcv,D) kemudian hubungkan kedua titik
tersebut
14. Mulai dari titik (Pwh,0) buat garis gradien fluida komplesi.

15. Perpanjang garis tersebut sampai memotong gradien injeksi gas


yang berawal dari (Pso).
16. Baca kedalaman titik potong tersebut (Px, Dvl).
17. Dari titik (Px, Dvl) buat garis mendatar ke kiri sampai memotong
garis gradien unloading.
18. Mulai dari titik potong di langkah 17, buat garis sejajar dengan
langkah 14 perpanjang grafis tersebut sampai memotong garis
gradien gas yang berawal dari titik (Psc,0).
19. Baca kedalaman titik potong tersebut (Py,Dv2).
20. Dari titik (Py,Dv2) buat garis mendatar ke kiri sampai memotong
garis gradien unloading.
21. Ulangi langkah 18 sampai 20 untuk menentukan letak katub-katub
Dv3, Dv4, dan seterusnya.

D. Penentuan Tekanan Pembuka Katub


Katub akan terbuka atau tertutup sebagai akibat perubahan tekanan pada
suatu kedalaman dimana katub ditempatkan. Untuk menentukan tekanan
pembuka ini diperlukan beberapa variabel, yaitu :
1. Ukuran point katub, R
2. Tekanan annulus dan tubing pada kedalaman katub.
3. Temperatur pada kedalaman katub.
Prosedur menentukan tekanan pembuka katub adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil penentuan spasi katub, buat skala temperatur yang
berhimpit dengan sumbu tekanan.
2. Plot titik (Ts,0) dan (Tb,D). Kemudian hubungkan kedua titik
tersebut.
3. Baca temperatur untuk setiap kedalaman katub (Tv).
4. Baca tekanan tubing untuk setiap kedalaman katub (Pt).

5. Berdasarkan harga Gg, hitung tekanan tutup katub :


Pvc 1 = Psc + Gg. Dv1
6. Tentukan ukuran port yang diperlukan, sebagai berikut ;
a. Tentukan perubahan tekanan dalam casing Pd berdasarkan
jumlah gas yang diinjeksikan serta ukuran casing dan tubing.
b. Hitung harga R untuk setiap katub :
Ri

Pd
Pvc1 Pd

.................................................................

(48)

Untuk katub terbawah digunakan harga Pt = 0.5 . Ps


c. Tentukan

ukuran

port

masing-masing

katub

dengan

membandingkan harga R dari langkah b dengan harga R dari


ukuran pada tabel II

7. Hitung tekanan buka katub (Pvoi), yaitu :


Pvoi =

Pvci
Pti TEF 1 .........................................................
1 R

(49)

Gunakan harga R dan TEF sesuai dengan ukuran port yang dipilih
dilangkah 6 seperti yang tercantum dalam Tabel II.
8. Hitung tekanan buka katub di permukaan (Pvsoi), yaitu :
Pvsoi = Pvoi Gg.D .....................................................................

(50)

9. Hitung tekanan dome tiap katub (Pdi) pada T = F berdasarkan harga


Pvsoi dan temperatur katub (Tvi) dengan menggunakan tabel II.
10. Hitung tekanan test rack (Ptro) setiap katub sebagai berikut :
Pd @ 60 o F
................................................................
Ptro
1 R

11. Bulatkan harga Ptro ke angka yang terdekat dengan kelipatan 5.

(51)

Contoh :
Kedalaman sumur

= 8000 ft

Pso

= 800 psig

Tubing

= 2

Casing

= 5.5 , 20 lb/ft

SGoil

= 0.8762

BHP

= 2000 psig

PI

= 0.10

Tekanan tubing

= 50 psig

qoil perkiraan

= 100 BPD

Temperatur tubing

= 127 oF

Cycle Time

= 45 minutes (estimate)

Tentukan :
Kedalaman Operating Valve
GLR Minimum (teoritis)
Jawab :
Static Gradient
Gs = 0.8762 x 0.433 = 0.379 psi/ft
Untuk q = 100 BPD, PI = 0.1 BPD/psi
P =

100
1000 psi
0.1

Pwf = Ps P = 2000 1000 = 1000 psig


Tubing pressure = 50 psig
Kedalaman static Fluid Level :
Ds = 8000

2000 5
0.379

2855 ft

P = 1000 psig equivalen =

1000
2639 ft
0.379

Kedalaman Working Fluid Level = 5994 ft


1440 min/ day

cycle

Jumlah Cycle per hari : 45 min/ day 32 day

barrel

100

barrel

Jumlah cycle 32 3 cycle

Fluida yang diproduksi tinggal 60 % = 0.6


Volume slug =

3 .0
barrel / cycle 0.6
0.6

Kapasitas tubing 2 = 0.00387 barrel/ft


5
1292 ft
0.00387

Panjang Slug =

Operating valve diletakkan di tengah-tengah


Panjang Slug =

1292
646 ft
2

Sedangkan kedalaman Working Fluid Level = 5494 ft


Maka kedalaman operating valve = 5494 + 646 = 6140 ft, dengan Pwh = 50 psig
Pt = 50 + (1292 x 0.379) = 540 psig
Pvalve = 150 % Pt (min 200 psi)
Pv at 6140 ft = 1.50 x 540 = 810 psig
Pso = 707 psig (dari gambar)
Volume tubing dari Operating Valve ke permukaan :
Volume min : 6140 x 0.00387 barrel/ft = 23.8 bbl
Volume gas yang dibutuhkan = 23.8 5 = 18.8 bbl (= 105.5 cuft)
Tekanan tubing pada saat Slug :
= tekanan akibat panjang slug + Pwh
= 50 +
Pt rata =

3
x0.379 344 psig
0.00387

810 344
577 psig
2

591.7 psia
Ttubing = 127 oF = 587 oR
SG gas injeksi = 0.6
SG gas dibawah slug = 0.8
Pada P = 577 psig, T = 127 oF maka Z = 0.886
U = 105.5 x

591.7 520
1
x
x
4246 scf / cycle
14.7
587
0.886

GLR =

4246
1415scf / stb
3

SURFACE CLOSING PRESSURE UNTUK


MENENTUKAN OPERATING VALVE SPACING
Diketahui data :
Available pressure
Fluid production
Productivity Index
Tubing size
Well unloaded inti pit
Well full of water Gf
Bottom valve set at
Intermitten unloading gradient
Gas gravity
Spring tension
Av / Ab
Tentukan :

600 psig
100 bbl/day
0.3 bbl/day/psi
2 in
0.5 psi/ft
4250 ft
0.04 psi/ft
0.6
100 psi/ft
0.11

Spacing valve in valve opening pressure : 550, 525, 500, 475, 450
Valve
opening
press @
600 psig
(Pvo)

Depth
of
valve,
ft
(D)

Temp
at
valve,
o
F
(Tv)

Bellows
press
@ 60 psig,
psig
(Pb)

Bellows
press
@ Tv,
psig
(Pbt)

Valve closing
press @
depth,
psig
(Pvc)

Surface
closing
press,
psig
(Psvc)

550

1200

89

401

422

511

498

525

2154

104

378

412

501

475

500

2982

118

356

397

486

452

475

3639

129

334

385

474

434

450

4298

139

312

360

449

410

Kolom keterangan :
1) Diketahui

2) Persamaan Dv1 = Pvo1 / Gf


Dv2 = Dv1 + (Pvo2 Pwh (Dv1 Gfin)) / Gf
3) T = 0.016 x D + 70
4) Pb = (Pvo St) x (1 R)
5) Grafis
6) Pvc = (1 R) x (Pbt / (1 R) St)
7) Grafis

Anda mungkin juga menyukai