PENDAHULUAN
yang tak berhingga (tiga untuk tiap titik pada benda) untuk menggambarkan
geraknya, jadi derajat kebebasannya harus tak berhingga.
Tetapi, dalam banyak kasus, bagian bagian dari benda semacam itu
boleh dianggap tegar (rigid), dan sistem secara dinamis dapat dianggap
ekivalen dengan sistem yang mempunyai derajat kebebasan berhingga. Dalam
kenyataannya, sejumlah besar persoalan getaran dapat diselesaikan dengan
ketelitian yang cukup memadai, dengan menyederhanakan sistem yang
bersangkutan menjadi sistem yang mempunyai satu derajat kebebasan.
1.2 Tujuan
BAB II
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH
DASAR TEORI
f = 1/
T,
disebut
frekuensi. Jika gerak dinyatakan dalam fungsi waktu x(t), maka setiap gerak
periodik harus memenuhi hubungan (t) = x(t + T).
Bentuk gerak periodik yang paling sederhana adalah gerak harmonik.
Hal ini dapat diperagakan dengan sebuah massa yang digantung pada sebuah
pegas ringan seperti terlihat dalam (gambar 2.1.1-1). Jika massa tersebut
dipindahkan dari posisi diamnya dan dilepaskan, maka massa tersebut akan
berosilasi naik turun. Dengan menempatkan suatu sumber cahaya pada
massa yang berosilasi tersebut, maka geraknya dapat direkam pada suatu
keping film peka cahaya yang bergerak pada kecepatan konstan.
Gerak yang terekam pada film dapat dinyatakan dengan persamaan :
x = A sin
t
T
(2.1.1-1)
(2.1.1-2)
radian, maka
didapat hubungan.
=
dengan
2
T
= 2 f
(2.1.1-3)
= A cos t = A sin ( t +
(2.1.1-4)
(2.1.1-5)
dan
dan
= -2x
(2.1.1-6)
eksponensial,fungsi
trigonometrik
sinus
dan
cosinus
(2.1.1-7)
(2.1.1-8)
= x + iy
Besaran disebut sinusoid kompleks dengan x dan y adalah komponen
riil dan imajiner. Besaran = Ae it juga memenuhi persamaan (2.1.1-6)
untuk gerak harmonik.
y
Gambar 2.1.1-5
z = Aeit
A
t
-t
z*
Gambar 2.1.1-4
z* = Ae -it
yang
berputar kearah negatif dengan kecepatan sudut -. Jelaslah dari digram ini
bahwa komponen riil x dapat dinyatakan dalam
dan
z*
dengan
persamaan :
x=
1
2
( z + z* ) = A cos t = Re Aeit
(2.1.1-9)
dengan Re berarti bagian riil dari besaran z. Akan terlihat kelak bahwa
bentuk eksponensial gerak harmonik sering memberikan keuntungan
matematis.
Beberapa peraturan operasi eksponensial antara z1 = A1ei1 dan z1 = A2ei2
adalah :
Perkalian
Pembagian
Perpangkatan
z1 z2 = A1A2ei (1 + 2)
z1
A1
=
ei (1 + 2)
z2
A2
zn = An ein
z1/n = A1/n ei/n
T
Gambar 2.1.2-1. Gerak Periodik dengan perioda T
T, maka
x(t) =
a0
2
+ a1 cos 1t + a2 cos 2t + ..
+ b1 sin 1t + b2 sin 2t +
dengan
1 =
(2.1.2-1)
2
T
n = nt
Untuk menentukan koefisien an dan bn, kedua ruas persamaan (2.1.2-1)
dikalikan dengan cos n t atau sin nt kemudian tiap suku diintegrasi untuk
perioda
T /2
T. Dengan
Jika m
n
Jika m
=n
T/2
T /2
(2.1.2-2)
cos nt sin mt dt = 0
0
T / 2
Semua suku kecuali satu pada ruas kanan persamaan adalah nol, dan
diperoleh hasil :
T /2
2
T
an =
bn =
x (t)cos n t dt
(2.1.2-
T / 2
3)
T /2
2
T
x ( t ) sin n t dt
T / 2
1
2
(eint + e-int )
sin n t
=-
1
2
(eint + e-int )
x(t) =
1
2
a0
+
2
n=1
(an ibn) e
int
int
-int
a0
+ cn e + cn*e }
2 n=1
eint
n=
Dimana :
1 an + ibn) e-int
2
(2.1.2-4)
c0 =
cn =
1
a
2 0
(2.1.2-
1 an ibn)
5)
1
T
cn =
T / 2
1
T
t
x ()
T /2
6)
e-int
T / 2
(2.1.2-7)
Suatu fungsi genap E(t) adalah setangkup (simetri) terhadap titik asal
cos t
t
). Suatu fungsi ganjil
cos
t
= -sin(- t . Integral
T /2
E ( t ) sin n t dt=0
T / 2
T /2
O (t ) cos n t dt
T / 2
, maka
a n2 +bn2
[ 2c
] =
x=lim
T
1
x (t) dt
T 0
(2.1.31)
Sebagai contoh nilai rata rata gelombang sinus untuk siklus yang
lengkap, A sin t adalah nol, sedangkan nilai rata ratanya untuk setengah
siklus adalah
T
x=
x (t)
dt =
2A
= 0.637A
Jelaskan bahwa ini juga merupakan nilai rata rata untuk setengah siklus.
x(t)
A
T
Gambar 2.1.3-1. Nilai rata rata gelombang sinus yang direktifikasi
lim
T
1
x
T 0
(2.1.3-
(t) dt
2)
/ T
12
(1 - cos 2 t ) dt =
1
2
A2
Nilai akar purata kuadrat (apk) (root mean square = rms) adalah akar
nilai purata kuadrat. Dari contoh terdahulu, apk gelombang sinus dengan
amplitudo A adalah A/
2=0,707 A .
meter apk.
Decibel : Decibel adalah satuan ukuran yang biasanya digunakan dalam
pengukuran getaran. Decibel didefinisikan lewat rasio daya.
Db = 10 log10 (p1/p2)
= 10 log10 (x1/x2)
(2.1.33)
(2.1.34)
2
3
4
20 40
40 80
200 400
20
40
200
adalah
dipilih positif dalam arah kebawah , semua besaran gaya , kecepatan dan
percepatan juga positif dalam arah ke bawah.
(2.2.1-1)
m =
dan karena k
= w k(
+ x)
= w, diperoleh :
m = kx
(2.2.1-2)
2n =
(2.2.1-3)
+ 2nx = 0
A sin
t + B cos
(2.2.1-5)
(0)
n
sin
t + x(0) cos
(2.2.1-6)
nT
T=2
=2
atau
m
k
(2.2.1-7)
fn =
1
T
1
2
k
m
(2.2.1-8)
sebagai :
fn =
1
2
1
2
1
2
9,81
mm x 0,001
15,76
m
2.2.2.Metoda Energi
Dalam suatu sistem konservatif energi totalnya adalah konstan , dan
persamaan diferensial gerak juga dapat dibentuk dari prinsip kekekalan
energi. Untuk getran bebas suatu sistem yang tak teredam, energinya
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH
(2.2.2-
d
(T +U) = 0
dt
1)
(2.2.2-
2)
Bila perhatian hanya tertuju pada frekuensi natural sistem , maka
frekuensi itu dapat ditentukan dari pertimbangan berikut. Dari prinsip
kekekalan energi dapat ditulis
T1 +U1 = T2 +U2
(2.2.2-
3) 1 saat
dengan indeks 1 dan 2 menyatakan saat yang berbeda. Ambil indeks
ketika massa sedang melewati posisi kesetimbangan statik dan pilih U1 =0
sebagai acuan untuk energi potensial. Ambil indeks 2 saat yang sesuai
dengan simpangan maksimum dari massa. Pada posisi ini kecepatan massa
adalah Nol, hingga T2 =0 jadi diperoleh :
T1 + 0 = 0 + U2
(2.2.2-
Tmaks = Umaks
5)
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH
(2.2.3-
(2.2.3-
(2.2.3-3)
Solusi persamaan diatas ada dua macam. Jika F(t) = 0 maka diperoleh
persamaan differensial homogen yang solusinya secara fisis sesuai dengan
getaran teredam bebas. Dengan F(t) 0, diperoleh solusi khusus yang
disebabkan karena rangsangan tanpa tergantung pada solusi homogen. Mula
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH
(2.2.3-
x = est
c
x
w
F(t)
Dengan s adalah konstanta. Dengan mensubstitusi kedalam persamaan
Gambar 2.2.3-1
differensial, diperoleh
(ms2 +cs + k) est = 0
yang harus dipenuhi untuk semua nilai t bila :
s2 +
c
m
s+
k
m
(2.2.3-
=0
6)
Persamaan 2.5-6 yang dikenal sebagai persamaan karakteristik, mempunyai
dua akar :
s1,2 = -
c
2m
c
(
)
2m
k
m
(2.2.37)
(2.2.38)
dengan A dan B adalah konstanta yang harus dihitung dari kondisi awal
x (0) dan
menghasilkan :
x = e - (c/2m)t (Ae
suku pertama e
- (c/2m)t
(c/2m)^2 k/m t
+ Be
(c/2m2 k/m t)
(2.2.3-
9) secara
(decaying)
eksponen sial. Tetapi sifat sukusuku didalam karung tergantung pada nilai
numeric dibawah akar yaitu apakah positif, Nola tau negatif.
Bila suku redaman (c/2m)2 lebih besar dari (k/m) maka eksponen pada
persamaan diatas merupakan bilangan riil dan getaran tidak mungkin.
Keadaan ini disebut banyak teredam (overdamped).
Bila suku redaman (c/2m)2 kurang dari (k/m) maka eksponen menjadi
bilangan khayal i (k/m - (c/2m)2t. Karena :
e +-
k/ m (c/2m)^2 t
dari teredam kritis. Redaman kritis Cc, radikal dalam persamaan (2.2.3-9)
adalah Nol.
(Cc/2m)2 = k/m = n2
Atau,
Cc = 2
k /m = 2m n
(2.2.3-10)
c
Cs
(2.2.3-11)
c
2m
(2.2.3s1,2 = (
-1) n
12)
lebih
besar dari, kurang dari atau sama dengan 1. (Gambar 2.2.3-2) menunjukan
persamaan (2.2.3-12) yang digambar pada bidang kompleks dengan
sepanjang sumbu horizontal. Bila
s1,2 / n =
kembali menjadi:
s1,2 / n = -
Gambar 2.2.3-2
Jadi akar-akar s1 dan s2 adalah titik titik kompleks konjugasi pada busur
lingkaran yang konvergen dititik s 1,2 / n = -1,0 (gambar 2.2.3-2). Bila
Gerak Berosilasi [
(2.2.3-17)
lebih besar dari satu, maka kedua akar tetap berada pada sumbu riil.
(Gambar 2.2.3-2) dan berpisah satu membesar dan satu mengecil. Solusi
umum menjadi :
(2.2.3-18)
1,0] untuk
suku tunggal :
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI FATAHILLAH
x = (A + B) e nt
= C e n t
dengan persamaan :
x = e nt
{[
(0) +
x(0)t + x(0)}
(2.2.3-19)
Gambar dibawah ini menunjukan tiga respons dengan simpangan awal x(0).
Bagian bagian yang bergerak pada banyak meter listrik dan istrumen
adalah teredam kritis untuk mencegah penyimpangan yang melampaui batas
osilasi.
=1,0
Suatu cara untuk menentukan jumlah redaman yang ada dalam suatu
sistem adalah dengan mengukur laju perubahan osilasi bebas. Makin besar
redamannya makin besar pula laju peluruhannya (kemundurannya).
Perhatikan suatu getaran teredam yang dinyatakan oleh persamaan umum :
Td
= 2/n 1 -
maka
kecil, 1 -
yang eksak
gerakan telah dimulai. Karena tanda gaya redaman selalu berlawanan dengan
tanda kecepatan, maka persamaan differensial gerak untuk tiap tanda hanya
benar untuk selang setengah siklus.
Untuk menentukan peluruhan amplitudo, diperhatikan prinsip kerja
energi yang menyampaikan kerja yang dilakukan dengan perubahan energi
kinetic. Dengan memilih sebuah setengah siklus yang dimulai dari posisi
ekstrim dengan kecepatan yang sama dengan Nol dan amplitudo
samadengan x1 maka perubahan energi kinetik adalah Nol dan kerja yang
dilakukan pada m adalah juga Nol.
1
2
Atau
,
k (x1 x-1) = Fd
4FI
X
X1
X-1
X2
Bila prosedur
4 Fd
k
Pada posisi itu gaya pegas tidak cukup untuk mengatasi gaya gesekan statik,
yang biasanya lebih besar dari gaya gesekan kinetik. Dapat ditunjukkan juga
bahwa frekuensi osilasi adalah
k /m