Modul kerja mesin bubut 3 (mahir) ini adalah modul level atas, dengan harapan
dapat memberikan wacana baru untuk guru-guru SMK dalam pembelajaran
dibengkel atau workshop.
Semoga modul ini dapat memberikan nilai tambah dalam penguasaan skill untuk
guru-guru SMK.
PRAKATA
Modul kerja mesin bubut 3 (mahir) adalah salah satu modul untuk diklat / training
untuk bidang teknik permesinan. Dalam modul ini peserta diklat diarahkan dalam
pembuatan benda jadi yang dapat digunakan dalam workshop.
Semoga peserta diklat teknik permesinan dalam melatih skillnya dapat lebih
terampil, maka penyajian latihan dalam modul ini diberikan bertingkat.
Terima kasih kami sampaikan pada pimpinan dan rekan kerja baik yang terlibat
langsung maupun tidak langsung, sehingga terwujud modul ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................
PRAKATA ......................................................................................................
ii
iii
PETUNJUK ...................................................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
10
10
13
15
17
19
20
23
24
25
26
27
28
29
iii
Petunjuk
Modul kerja mesin ini dibagi dalam 3 level yaitu
Dasar
Lanjut
Mahir
Diagram alur program pelatihan
Kerja mesin
Modul ini diharapkan dapat membantu peserta diklat dalam meningkatkan skillnya
dalam kerja mesin bubut.
B. Prasyarat Peserta
Untuk dapat mengikuti modul ini peserta harus sudah mengikuti training
bubut dasar & lanjut.
D. Isi Modul
Modul ini menjelaskan tentang :
1. Macam-macam bentuk ulir ganda
2. Pengasahan pahat ulir ganda
3. Metode pengerjaan dan cara perhitungan pada pembuatan ulir ganda
4. Hasil analisa ulir ganda
E. Peralatan Minimal
1. Satu set mesin bubut lengkap dengan alat pendukung
2. Alat-alat keselamatan kerja
3. Alat ukur
F.
Materi Pembelajaran
1. Ulir Ganda
2. Dampak pitch dan kisar terhadap diameter minor
3. Efek kisar terhadap sudut kisar ulir (lead angle)
4. Pengasahan pahat ulir ganda
5. Sudut kisar dan perhitungannya
6. Pahat
7. Kartel
8. Bubut eksentrik
9. Perhitungan tirus
ULIR GANDA
Terdapat bermacam-macam bentuk, misal ulir V, persegi atau trapezium.
Penjelasan berikut akan dibatasi bentuk persegi, namun prinsip-prinsipnya akan
berlaku pada beberapa ulir lilitan ganda (multiple start thread).
Gambar berikut memperlihatkan sisi muka bagian akhir ulir tunggal dan ganda
empat.
Pitch
Pitch merupakan jarak antara puncak satu ulir dan puncak ulir berikutnya diukur
parallel sepanjang sumbu batang ulirnya.
Kisar (Lead)
Merupakan jarak dimana mur akan bergerak sepanjang batang ulir dalam satu
putaran. Atau jarak satu lilitan ulir yang diukur pada posisi yang segaris dari
puncak ulir sampai lilitan ulir berikutnya setelah melingkar satu kali.
Kisar =
langkah
jumlah lilitan
Gambar berikut menunjukkan kisar ulir tunggal Pitch sama dengan kisar (lead)
Gambar berikut menunjukkan kisar ulir ganda dua. Pitch sama dengan setengah
dari kisar (lead).
EFEK
KISAR
ULIR
TERHADAP
SUDUT
KISAR
ULIR
(LEAD
ANGLE)
Ulir ganda adalah untuk mempercepat gerakan mur setiap putaran. Namun, ini
mengurangi efek penggenggaman jepitan atau ikatan antar ulir.
Gambar berikut adalah ulir tunggal dan ulir majemuk dengan pitch sama, ukuran
kisar beda. Sudut kisar ulir majemuk semakin besar.
Jika sudut kisar dipertimbangkan sebagai pasak untuk menaikkan beban, maka
ulir tunggal lebih efektif kaitannya dengan daya pengangkatan (keuntungan
mekanis). Sedang ulir ganda efektif kaitannya dengan jarak gerakan (rasio
kecepatan).
2. Sudut
pada bahan
pahatnya,
kemudian
Pada umumnya nomor dua yang sering dipakai. Namun, perlu gagang
khusus yang memiliki kepala putar atau bahan bulat.
SUDUT KISAR
Sudut kisar dibentuk oleh garis alur helical ulir dan garis tegak lurus pada
sumbunya.
kisar
keliling lingkar ulir
Sudut kelonggaran sisi belakang (trailing edge) = sudut kisar + kira-kira 3o.
LEBAR PAHAT
Karena pitch diukur sejajar sumbu ulir, lebar pahat juga harus diukur sejajar
sumbu. Demikianlah pahat disetel. Namun jika sudut kisar besar, hasilnya jelek
dan sisi pahat sebelah kiri runcing, sering patah (lihat gambar berikut).
Untuk mengatasinya, pahat diasah dan disetel tegak lurus/normal terhadap kisar,
seperti di bawah ini.
Namun, lebar pahat harus dikoreksi (lebar alur ulir terukur membentuk hipotenusa,
lebih besar dari lebar pahat sesungguhnya).
Untuk menghitung lebar pahat (koreksi) adalah mengalikan pitch dengan cosinus
sudut kisarnya.
Lebar pahat (koreksi) =
=
Pitch
cos.sudut kisar
2
P
cos
2
10
Penyetelan Pahat
Pahat diatur tegak lurus terhadap sumbu benda kerja
Sisi sayat depan yang memandu pahat sudut kisar ditambah kelonggaran.
11
METODA PENGERJAAN
1. Menggerakkan eretan atas
2. Mengindeks benda kerja
12
Gambar di atas adalah piring pembawa berskala yang bisa diputar sampai
360o untuk membagi jarak sesuai dengan jumlah lilitan ulir benda kerja.
13
RG : 2
RG : 3
Posisi handle BD
1 putaran
1 putaran
Roda gigi 1
putaran = 18 gigi
Dengan Z = 36 gigi
(36 = 18)
(36 4 = 144)
14
kisar
Jumlah ulir ganda
Ket : Jumlah ulir ganda adalah benyaknya pitch dalam satu kisar
Lebar pahat =
Pitch
2
Contoh :
Buat ulir ganda dengan pitch 0,5 maka, pitchnya = kisar maka langkah kerja
sbb:
Buat ulir dengan kisar 1 (satu) posisi handle seperti pada tabel.
Bebaskan ujung pahat dari BD dengan arah balik, kemudian kembalikan arah
maju dengan pahat bebas dari BK.
Tandai ujung roda gigi yang bersentuhan masing-masing 1 dengan 2, 2
dengan 3.
Z = 36
1
2
3
Lepas roda gigi no. 2 sampai posisi 2 & 1 bebas tetapi masih bersentuhan
dengan roda gigi no. 3.
Putar roda gigi no. 1 melalui cekam searah jarum jam sesuai perhitungan
sebagai berikut :
15
Tanda letak
tp
seperti awal.
Kemudian buat ganda seperti pembuatan ulir tunggal dengan tidak mengubah
posisi handle sama sekali meskipun pada waktu penyetingan roda gigi.
16
Contoh :
Buat ulir ganda 3 dengan kisar 2?
Langkah kerja :
Buat ulir di kisar 6 (enam) posisi handle seperti pada tabel (6 = 3 kisar 2)
Setelah selesai posisikan pahat bebas dari BK kemudian kembalikan arah
maju penguliran untuk menghilangkan spelling pada roda gigi yang akan
disetting.
Tandai ujung roda gigi yang bersentuhan masing-masing 1 dengan 2, 2
dengan 3 seperti pada gambar ini.
RG 1
RG 3
RG 2
144
= 48 gigi
3
17
Tandai RG 1 sesuai dengan hitungan mulai dari tanda awal dan berubah 12
gigi
Tanda setelah
Tanda awal
perhitungan
tp
tanda
tetap
berhubungan
RG 2
seperti awal.
RG 3
Proses pembuatan ulir untuk pitch no. 2 siap dilakukan tanpa mengubah posisi
handle walaupun pada penyetingan RG posisi handle tetap.
Untuk proses pembuatan pitch no. 3 caranya sama seperti pada langkah kerja
di atas.
Catatan :
Pada waktu penyetingan RG matikan saklar pada mesin bubut.
Tidak mengubah handle (tetap 0 pada penyetingan RG).
18
19
MEMBUBUT EKSENTRIK
Bila garis-garis hati dua atau lebih silinder sebuah benda kerja sejajar, disebut
eksentrik. Jarak antara garis-garis hati disebut eksentrisitas. Benda kerja pendek
dengan satu lubang senter yang eksentris.
Dapat dicekam dan diatur kedudukannya pada cakar empat yang independen.
Tapi jika kedua ujungnya harus dibubut lubang senter, maka akan lebih mudah
bila pengerjaannya dengan pembubutan antara dua senter. Untuk itu porosnya
harus dilengkapi lubang-lubang eksentris ( yang dibuat dengan teliti).
Kedua ujungnya mula-mula digambar titik pusat dan sebuah lingkaran yang
jari-jarinya sama dengan jarak eksentrisitas e.
Ditarik garis horizontal melalui titik pusat kedua ujungnya, tanpa memutar
bahan dalam blok V.
20
Bila eksentrisnya begitu kecil, maka diameter besar dibubut dulu sampai ukuran,
setelah itu lubang-lubang senternya dihilangkan. Dan akhirnya dibuat lubanglubang eksentris berikutnya.
Selain dengan penggoresan yang biasa, benda kerja eksentris dapat juga
langsung dicekam dalam cakar tiga yang memusat. Antara benda kerja dan salah
satu cakarnya dipasang ganjal.
21
r 2 0.75 e 2 mm.
r 2 0.75 e 2 mm.
h=
tinggi ganjal.
e=
Membubut eksentrik :
Jika garis-garis hati atau lebih silinder dari sebuah benda kerja sejajar, disebut
eksentrik. Jarak antara garis-garis itu disebut eksentrisitas, sering disimbolkan
dengan huruf e.
Ada beberapa cara untuk membubut eksentrik : bubut antara dua senter dan
pencekaman (pencekam 3 rahang, pencekam 4 rahang yang berdiri sendirisendiri).
22
23
Bila tidak tersedia jenis pencekam seperti di atas, maka dapat juga menggunakan
cekam 3 rahang biasa dan diberi pelat tambahan pada salah satu rahangnya.
Dengan ketebalan e, dan harus lebih tebal dari penyimpangan/eksentrisitasnya
(e1>e).
24
Kesejajaran :
Pasang benda kerja pada sumbu konsentris dan periksa sepanjang diameter
bagian eksentrik, baik pada kedudukan terendah atau tertinggi pada satu posisi.
Atau dapat juga dengan dial indicator. Putar 90 o dan periksa dengan cara yang
sama.
Eksentrisitas :
Putar benda kerja diantara dua senter dan periksa dua ukuran pada posisi
tertinggi dan terendah, dengan dial indicator. Setengah dari selisih kedua ukuran
yang terbaca adalah eksentrisitasannya e.
A = L1 L2
E = A:2
e = (L1 L2) : A
25
KERJA BUBUT
BUBUT EKSENTRIK
Tujuan Pelajaran :
Setelah mengikuti latihan ini petatar dapat :
Benda Kerja :
Bahan
Gambar
: Poros eksentrik.
Waktu
: 10 jam
Alat-alat
Dial indicator.
Langkah kerja
Lepas dan pindahkan pada rahang 4. Cek dengan dial indicator apakah
pergeserannya sudah pas sesuai gambar. Kalau belum geser lagi dua rahang
yang berhadapan, sampai tepat.
Cara Kerja :
Keselamatan Kerja
26
27
Uraian Pekerjaan
Gambar No :
Kecepatan Spindle
rpm
Material :
Feed Rate
Mm/rev
Pahat Bubut
Keterangan
28
Pelatihan
Periode
Bidang tataran
Penyaji
Ruang
Hari/tgl
waktu
Instruktur/WI,
Topik materi
Pantauan
Sesuai
Tidak
Paraf
Ket
Peserta,
29
DAFTAR NILAI
No.
A
Materi
Toleransi
Nilai
Go
Not Go
ULIR GANDA
BAUT
1.
0,05 mm
2.
0,05 mm
3.
ALUR 18
0,05 mm
4.
LEBAR ALUR 5
0,05 mm
5.
PANJANG 5
0,05 mm
6.
23
0,05 mm
7.
PANJANG 20
0,05 mm
8.
BOR 12,5
0,05 mm
9.
JARAK BOR 12
0,05 mm
0,05 mm
45O
MUR
B.
1.
0,05 mm
2.
PANJANG ULIR 30
0,05 mm
3.
0,05 mm
PANJANG 100
0,05 mm
2.
PANJANG 25 (A)
0,05 mm
3.
PANJANG 25 B (A)
0,05 mm
4.
PANJANG 40 (A)
0,05 mm
5.
PANJANG 40 (B)
0,05 mm
6.
20 (POROS PANJANG)
0,05 mm
7.
20 (POROS EKSENTRIK)
0,05 mm
8.
30 NOHEN AS
0,05 mm
9.
CHAMFER 1 45O
0,05 mm
10. EKSENTIK 4 MM
0,05 mm
11. VISUAL
0,05 mm
JUMLAH
PROSENTASE
NILAI
30
DAFTAR NILAI
No.
C.
1
10
11
Materi
BLOWER SHAFT
M 16
Kanan
Kiri
PANJANG ULIR 25
Kanan
Kiri
18o 0,02
Kanan
Kiri
PANJANG 17o - 0,1
Kanan
Kiri
15 (alur)
Kanan
Kiri
Lebar alur 2
Kanan
Kiri
200,02
Kanan
Kiri
Panjang 14,2
Kanan
Kiri
240,05
Kanan
Kiri
PANJANG 487,6
Kanan
Kiri
Jarak alur Spie 5
Kanan
Kir
Toleransi
Nilai
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
11
Go
Not Go
31
DAFTAR NILAI
No.
12
13
14
15
16
Materi
Panjang alur Spie 15
Kanan
Kiri
Lebar alur Spie 6
Kanan
Kiri
Jarak alur Radius 25
Kanan
Kiri
Lebar alur 4
Kanan
Kiri
alur 20
Kanan
Kiri
Toleransi
Nilai
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
0,05 mm
0,05 mm
1
1
Go
Not Go
32