Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Sejalan dengan program-program yang sedang dikembangkan dilingkungan Dit,


Dikmenjur, maka PPPPTK / VEDC Malang dituntut untuk selalu mengembangkan
program yang inovatif, salah satu programnya adalah pembuatan modul bahan
ajar.

Modul kerja mesin bubut 3 (mahir) ini adalah modul level atas, dengan harapan
dapat memberikan wacana baru untuk guru-guru SMK dalam pembelajaran
dibengkel atau workshop.

Semoga modul ini dapat memberikan nilai tambah dalam penguasaan skill untuk
guru-guru SMK.

Kepala PPPPTK / VEDC Malang

PRAKATA
Modul kerja mesin bubut 3 (mahir) adalah salah satu modul untuk diklat / training
untuk bidang teknik permesinan. Dalam modul ini peserta diklat diarahkan dalam
pembuatan benda jadi yang dapat digunakan dalam workshop.

Semoga peserta diklat teknik permesinan dalam melatih skillnya dapat lebih
terampil, maka penyajian latihan dalam modul ini diberikan bertingkat.

Terima kasih kami sampaikan pada pimpinan dan rekan kerja baik yang terlibat
langsung maupun tidak langsung, sehingga terwujud modul ini.

Penulis

ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................

PRAKATA ......................................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

PETUNJUK ...................................................................................................

A.

Tujuan Pembelajaran Umum ................................................................

B.

Prasyarat Peserta .................................................................................

C.

Tujuan Pembelajaran Khusus ...............................................................

D.

Isi Modul ...............................................................................................

E.

Peralatan Minimal .................................................................................

F.

Materi Pembelajaran .............................................................................

Ulir Ganda .....................................................................................................

Dampak Pitch Dan Kisar Terhadap Diameter Minor ......................................

Efek Kisar Ulir Terhadap Sudut Kisar Ulir ......................................................

Pengasahan Pahat Ulir Ganda ......................................................................

Sudut Kisar ....................................................................................................

Cara Menghitung Sudut Kisar ........................................................................

Lebar Pahat ...................................................................................................

Metode Pengerjaan .......................................................................................

10

Mengindeks Benda Kerja ..............................................................................

10

Hasil Analisa Ulir Ganda ...............................................................................

13

Untuk Rumus Handle AC ...............................................................................

15

Untuk Posisi Handle BD .................................................................................

17

Gambar Job Ulir Ganda luar dan dalam .........................................................

19

Membubut eksentrik ......................................................................................

20

Membubut eksentrik antara 2 center ..............................................................

23

Membubut Eksentrik dengan pencekaman ....................................................

24

Kesalahan Eksentrisitas e dan kesejajaran..................................................

25

Format Job Sheet Bubut Eksentrik .................................................................

26

Gambar Job Poros Eksentrik..........................................................................

27

Lembar Rencana Kerja ..................................................................................

28

Daftar Pustaka ...............................................................................................

29

iii

Petunjuk
Modul kerja mesin ini dibagi dalam 3 level yaitu
Dasar
Lanjut
Mahir
Diagram alur program pelatihan
Kerja mesin

Kerja mesin bubut

Kerja mesin frais

Kerja mesin bubut


1 (dasar)

Kerja mesin frais 1


(dasar)

Kerja mesin bubut


2 (lanjut)

Kerja mesin frais 2


(lanjut)

Kerja mesin bubut


3 (mahir)

Kerja mesin frais 3


(mahir)

Modul ini diharapkan dapat membantu peserta diklat dalam meningkatkan skillnya
dalam kerja mesin bubut.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti/ mempelajari modul ini peserta dapat :
1. Mengetahui berbagai macam bentuk ulir ganda
2. Mengetahui cara mengasah pahat ulir ganda
3. Mengetahui cara menghitung dalam pembuatan ulir ganda
4. Mengetahui cara menggerakkan eretan atas
5. Mengatahui cara mengindeks benda kerja
6. Mengetahui cara membubut eksentrik
7. Mengetahui cara membubut eksentrik antara dua senter

B. Prasyarat Peserta
Untuk dapat mengikuti modul ini peserta harus sudah mengikuti training
bubut dasar & lanjut.

C. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat :
1. Mengoperasikan mesin bubut centre dengan baik
2. Menjepit benda kerja pada chuck mesin bubut dengan benar
3. Mengasah pahat ulir ganda dengan benar
4. Menghitung dalam pembuatan ulir ganda
5. Menggerakkan eretan atas
6. Mengindeks benda kerja
7. Membubut eksentrik
8. Membubut eksentrik antara dua senter

D. Isi Modul
Modul ini menjelaskan tentang :
1. Macam-macam bentuk ulir ganda
2. Pengasahan pahat ulir ganda
3. Metode pengerjaan dan cara perhitungan pada pembuatan ulir ganda
4. Hasil analisa ulir ganda

E. Peralatan Minimal
1. Satu set mesin bubut lengkap dengan alat pendukung
2. Alat-alat keselamatan kerja
3. Alat ukur

F.

Materi Pembelajaran
1. Ulir Ganda
2. Dampak pitch dan kisar terhadap diameter minor
3. Efek kisar terhadap sudut kisar ulir (lead angle)
4. Pengasahan pahat ulir ganda
5. Sudut kisar dan perhitungannya
6. Pahat
7. Kartel
8. Bubut eksentrik
9. Perhitungan tirus

ULIR GANDA
Terdapat bermacam-macam bentuk, misal ulir V, persegi atau trapezium.
Penjelasan berikut akan dibatasi bentuk persegi, namun prinsip-prinsipnya akan
berlaku pada beberapa ulir lilitan ganda (multiple start thread).

Karakteristik ulir ganda


Ulir ganda adalah 1 atau 2 ulir atau lebih dengan kisar sayatan yang sama pada
satu batang spindle. Setiap alur disebut start atau lilitan. Lihat gambar ulir ganda
(dua lilitan) berikut :

Gambar berikut memperlihatkan sisi muka bagian akhir ulir tunggal dan ganda
empat.

Pitch

Pitch merupakan jarak antara puncak satu ulir dan puncak ulir berikutnya diukur
parallel sepanjang sumbu batang ulirnya.

Kisar (Lead)
Merupakan jarak dimana mur akan bergerak sepanjang batang ulir dalam satu
putaran. Atau jarak satu lilitan ulir yang diukur pada posisi yang segaris dari
puncak ulir sampai lilitan ulir berikutnya setelah melingkar satu kali.
Kisar =

langkah
jumlah lilitan

Gambar berikut menunjukkan kisar ulir tunggal Pitch sama dengan kisar (lead)

Gambar berikut menunjukkan kisar ulir ganda dua. Pitch sama dengan setengah
dari kisar (lead).

DAMPAK PITCH DAN KISAR TERHADAP DIAMETER MINOR


Semakin besar pitch, akan memperkecil diameter minor. Maka pitch harus
proporsional terhadap diameter minor. Diameter minor ulir majemuk lebih besar
daripada ulir tunggal pada kisar dan diameter luar yang sama. Diameter minor
pada semua jenis ulir berhubungan dengan pitch bila bentuk standar digunakan.
Gambar berikut memperlihatkan lead kedua ulir sama, namun kedalaman ulir
ganda hanya separoh ulir tunggal.

EFEK

KISAR

ULIR

TERHADAP

SUDUT

KISAR

ULIR

(LEAD

ANGLE)
Ulir ganda adalah untuk mempercepat gerakan mur setiap putaran. Namun, ini
mengurangi efek penggenggaman jepitan atau ikatan antar ulir.
Gambar berikut adalah ulir tunggal dan ulir majemuk dengan pitch sama, ukuran
kisar beda. Sudut kisar ulir majemuk semakin besar.

Jika sudut kisar dipertimbangkan sebagai pasak untuk menaikkan beban, maka
ulir tunggal lebih efektif kaitannya dengan daya pengangkatan (keuntungan
mekanis). Sedang ulir ganda efektif kaitannya dengan jarak gerakan (rasio
kecepatan).

PENGASAHAN PAHAT ULIR GANDA


Berikut ini diperlihatkan sudut-sudut asah suatu pahat.

Ada dua jenis pengasahan


1. Sudut kelonggaran sisi gerinda dengan memperhitungkan sudut kisar ulir.

2. Sudut

kelonggaran sisi gerinda

pada bahan

pahatnya,

kemudian

penyetelannya disesuaikan dengan sudut kisarnya.

Pada umumnya nomor dua yang sering dipakai. Namun, perlu gagang
khusus yang memiliki kepala putar atau bahan bulat.

SUDUT KISAR
Sudut kisar dibentuk oleh garis alur helical ulir dan garis tegak lurus pada
sumbunya.

Tiga macam sudut kisar


1. Pada diameter mayor.
2. Pada diameter minor.
3. Pada diameter pitch/rata-rata.

CARA MENGHITUNG SUDUT KISAR


Tangen sudut kisar =

kisar
keliling lingkar ulir

Sudut kelonggaran sisi


Sudut kelonggaran sisi depan (leading edge)

= sudut kisar + kira-kira 3o.

Sudut kelonggaran sisi belakang (trailing edge) = sudut kisar + kira-kira 3o.

LEBAR PAHAT
Karena pitch diukur sejajar sumbu ulir, lebar pahat juga harus diukur sejajar
sumbu. Demikianlah pahat disetel. Namun jika sudut kisar besar, hasilnya jelek
dan sisi pahat sebelah kiri runcing, sering patah (lihat gambar berikut).

Untuk mengatasinya, pahat diasah dan disetel tegak lurus/normal terhadap kisar,
seperti di bawah ini.

Namun, lebar pahat harus dikoreksi (lebar alur ulir terukur membentuk hipotenusa,
lebih besar dari lebar pahat sesungguhnya).

Untuk menghitung lebar pahat (koreksi) adalah mengalikan pitch dengan cosinus
sudut kisarnya.
Lebar pahat (koreksi) =
=

Pitch
cos.sudut kisar
2
P
cos
2

10

Penyetelan Pahat
Pahat diatur tegak lurus terhadap sumbu benda kerja

Sisi sayat depan yang memandu pahat sudut kisar ditambah kelonggaran.

Tengah mata sayat diset setinggi senter.

11

METODA PENGERJAAN
1. Menggerakkan eretan atas
2. Mengindeks benda kerja

Menggerakkan eretan atas :


Metoda ini melibatkan gerakan pahat sejarak sama dengan pitch ulir.
1. Periksa apakah eretan atas diatur parallel terhadap benda kerja.
2. Potonglah alur pertama.
3. Gerakkan eretan atas sejarak sama dengan pitch ulirnya.

MENGINDEKS BENDA KERJA :


Ada dua cara, yaitu :
1. Penggunaan roda gigi yang pertama digerakkan.
Metoda ini digunakan untuk memberi jarak antara beberapa jumlah lilitan ulir.
Syarat untuk metoda ini adalah jumlah gigi penggerak dapat dibagi dengan
jumlah lilitan ulirnya.

12

2. Penggunaan Piring Pembawa Pembagi dan berskala


Metoda ini hanya dapat digunakan untuk ulir yang disayat pada benda kerja
yang berada diantara dua senter. Lihat gambar berikut :

Piring pembawa pembagi di atas digunakan dengan menggerakkan pin


penggerak.

Piring Pembawa Pembagi

Piring pembawa pembagi di atas memiliki alur berlubang untuk menempatkan


ekor pembawa bengkok.

Gambar di atas adalah piring pembawa berskala yang bisa diputar sampai
360o untuk membagi jarak sesuai dengan jumlah lilitan ulir benda kerja.

13

HASIL ANALISA ULIR GANDA


Tanda dengan spidol

Poros penghubung cekam

Tanda dengan spidol


RG : 1
Z = 36

RG : 2

RG : 3

Kegunaan tanda : Untuk mengetahui perbandingan perputaran antara poros


penghubung cekam dengan perputaran RG : 1.
Posisi handle AC

Posisi handle BD

Poros penghubung cekam

1 putaran

1 putaran

Roda gigi 1

putaran = 18 gigi

4 putaran = 144 gigi

Dengan Z = 36 gigi

(36 = 18)

(36 4 = 144)

Rumus menghitung perpindahan gigi :

Jumlah gigi (RG : 1) dalam satu kali putaran cekam


Jumlah pitch dalam kisar
Maka akan menghasilkan jumlah gigi yang dihitung mulai dari tanda awal yang
berhubungan antara RG : 1 dengan RG : 2.

Catatan : Pada waktu analisa handle AC digunakan kasar 1, dan handle BD


menggunakan ..

14

Cara mengerjakan Lebar pahat untuk ulir segiempat :


=

kisar
Jumlah ulir ganda

Ket : Jumlah ulir ganda adalah benyaknya pitch dalam satu kisar
Lebar pahat =

Pitch
2

UNTUK RUMUS HANDLE AC


Mencari perbandingan terlebih dahulu
Bagian atas berputar 1, maka kisar = 1.
Bagian bawah berputar , maka gang = 0,5.

Contoh :
Buat ulir ganda dengan pitch 0,5 maka, pitchnya = kisar maka langkah kerja
sbb:
Buat ulir dengan kisar 1 (satu) posisi handle seperti pada tabel.
Bebaskan ujung pahat dari BD dengan arah balik, kemudian kembalikan arah
maju dengan pahat bebas dari BK.
Tandai ujung roda gigi yang bersentuhan masing-masing 1 dengan 2, 2
dengan 3.
Z = 36
1

2
3

Lepas roda gigi no. 2 sampai posisi 2 & 1 bebas tetapi masih bersentuhan
dengan roda gigi no. 3.
Putar roda gigi no. 1 melalui cekam searah jarum jam sesuai perhitungan
sebagai berikut :

15

jumlah gigi 1 cekam putar


Jumlah pitch dalam kisar
18,2 = 9 gigi dari ujung roda gigiZyang
= 36 ditandai.

Tanda letak

Tanda pertama yang bersangkutan

Posisi gigi berikut yang bersentuhan dengan roda gigi no. 2


Kembalikan posisi roda gigi no. 2 seperti semula dengan ujung tanda pada
roda gigi masing-masing tetap berhubungan seperti pada gambar.

Tanda tetap berhubungan


Tanda tetap berhubungan
tp : tanda tetap berhubungan
tp

tp

seperti awal.

Kemudian buat ganda seperti pembuatan ulir tunggal dengan tidak mengubah
posisi handle sama sekali meskipun pada waktu penyetingan roda gigi.

16

UNTUK POSISI HANDLE BD


Mencari perbandingan terlebih dahulu dengan cara memutar optibell pada motor
atau puly (jika memutar lewat cekam terasa berat).
Bagian atas berputar 1 (poros pada cekam).
Roda gigi no. 1 dengan Z = 36 gigi berputar 4 putaran.
Perbandingan = 1 putaran : 4 putaran
Berarti RG berputar 4 36 (jumlah gigi) = 144 gigi.

Contoh :
Buat ulir ganda 3 dengan kisar 2?
Langkah kerja :
Buat ulir di kisar 6 (enam) posisi handle seperti pada tabel (6 = 3 kisar 2)
Setelah selesai posisikan pahat bebas dari BK kemudian kembalikan arah
maju penguliran untuk menghilangkan spelling pada roda gigi yang akan
disetting.
Tandai ujung roda gigi yang bersentuhan masing-masing 1 dengan 2, 2
dengan 3 seperti pada gambar ini.
RG 1

RG 3

RG 2

Hitung perpindahan gigi dengan perhitungan sebagai berikut :

jumlah gigi 1 cekam putar


Jumlah pitch dalam kisar
Jadi :

144
= 48 gigi
3

Maka putaran adalah 1 putaran (RG 1 = 36) derajat = 12 gigi.

17

Tandai RG 1 sesuai dengan hitungan mulai dari tanda awal dan berubah 12
gigi

Tanda setelah
Tanda awal

perhitungan

Pada dari meter sampai RG 1 berputar 1 (tanda awal) kemudian


ditambah 12 gigi (tanda setelah perhitungan).
Pasang kembali RG no 2 dengan ujung tenda pada masing-masing RG
berhubungan.
Tanda awal
Tanda setelah perhitungan
RG 1
Ket

tp

tanda

tetap

berhubungan
RG 2

seperti awal.

RG 3
Proses pembuatan ulir untuk pitch no. 2 siap dilakukan tanpa mengubah posisi
handle walaupun pada penyetingan RG posisi handle tetap.
Untuk proses pembuatan pitch no. 3 caranya sama seperti pada langkah kerja
di atas.

Catatan :
Pada waktu penyetingan RG matikan saklar pada mesin bubut.
Tidak mengubah handle (tetap 0 pada penyetingan RG).

18

19

MEMBUBUT EKSENTRIK

Bila garis-garis hati dua atau lebih silinder sebuah benda kerja sejajar, disebut
eksentrik. Jarak antara garis-garis hati disebut eksentrisitas. Benda kerja pendek
dengan satu lubang senter yang eksentris.

Dapat dicekam dan diatur kedudukannya pada cakar empat yang independen.

Tapi jika kedua ujungnya harus dibubut lubang senter, maka akan lebih mudah
bila pengerjaannya dengan pembubutan antara dua senter. Untuk itu porosnya
harus dilengkapi lubang-lubang eksentris ( yang dibuat dengan teliti).

Cara pembuatannya sebagai berikut :

Bahan kita taruh pada blok V di atas meja rata.

Kedua ujungnya mula-mula digambar titik pusat dan sebuah lingkaran yang
jari-jarinya sama dengan jarak eksentrisitas e.

Ditarik garis horizontal melalui titik pusat kedua ujungnya, tanpa memutar
bahan dalam blok V.

20

Bila eksentrisnya begitu kecil, maka diameter besar dibubut dulu sampai ukuran,
setelah itu lubang-lubang senternya dihilangkan. Dan akhirnya dibuat lubanglubang eksentris berikutnya.

Benda kerja eksentris berongga dapat dibubut dengan baik menggunakan


mandrel yang telah dibuat lubang-lubang senter eksentris.

Poros engkol dengan eksentris besar akan melengkung karena tekanan


senternya, perlu diberi ganjal.

Selain dengan penggoresan yang biasa, benda kerja eksentris dapat juga
langsung dicekam dalam cakar tiga yang memusat. Antara benda kerja dan salah
satu cakarnya dipasang ganjal.

21

Pada pencekaman luar, tinggi ganjal h dihitung sebagai berikut :


H = 1.5 e r +

r 2 0.75 e 2 mm.

Pada pencekaman dalam, tinggi ganjal h dihitung sebagai berikut :


H = 1.5 e r +

r 2 0.75 e 2 mm.

h=

tinggi ganjal.

e=

eksentrisitas, dalam mm.

r = jari-jari pencekaman benda


kerja, dalam mm.

Membubut eksentrik :
Jika garis-garis hati atau lebih silinder dari sebuah benda kerja sejajar, disebut
eksentrik. Jarak antara garis-garis itu disebut eksentrisitas, sering disimbolkan
dengan huruf e.
Ada beberapa cara untuk membubut eksentrik : bubut antara dua senter dan
pencekaman (pencekam 3 rahang, pencekam 4 rahang yang berdiri sendirisendiri).

22

MEMBUBUT EKSENTRIK ANTARA DUA SENTER


Langkah pembubutannya, sebagai berikut :
1. Bubut bahan agar menjadi poros bulat.
2. Letakkan poros (poin 1) pada blok V. Buat pada kedua permukaannya garisgaris yang berpotongan, buat tanda lubang-lubang senter (Gunakan height
gauge/balok gores).

3. Bor tanda-tanda tadi dengan menggunakan single lip kemudian dalamkan


dengan bor senter biasa.
4. Bubut poros yang telah ada lubang-lubang senternya, menggunakan dua
senter pendukung.

23

PEMBUBUTAN EKSENTRIK DENGAN PENCEKAMAN


Eksentrik dengan mudah dapat dibubut bila menggunakan cekam rahang tiga
yang berdiri sendiri-sendiri, yaitu dengan menyimpangkan kedudukan rahangnya
keluar senter.

Bila tidak tersedia jenis pencekam seperti di atas, maka dapat juga menggunakan
cekam 3 rahang biasa dan diberi pelat tambahan pada salah satu rahangnya.
Dengan ketebalan e, dan harus lebih tebal dari penyimpangan/eksentrisitasnya
(e1>e).

Pencekaman rahang 4 berdiri sendiri-sendiri adalah mudah dilakukan pada benda


kerja kubus, segiempat yang dibubut eksentrik.

24

KESALAHAN EKSENTRISITAS E DAN KESEJAJARAN


Kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperiksa pada pemeriksa antara senter
atau pada mesin bubut itu sendiri, dengan menggunakan pengores atau dial
indicator.

Kesejajaran :
Pasang benda kerja pada sumbu konsentris dan periksa sepanjang diameter
bagian eksentrik, baik pada kedudukan terendah atau tertinggi pada satu posisi.
Atau dapat juga dengan dial indicator. Putar 90 o dan periksa dengan cara yang
sama.

Eksentrisitas :
Putar benda kerja diantara dua senter dan periksa dua ukuran pada posisi
tertinggi dan terendah, dengan dial indicator. Setengah dari selisih kedua ukuran
yang terbaca adalah eksentrisitasannya e.
A = L1 L2
E = A:2
e = (L1 L2) : A

Cara untuk mengoreksi adalah masing-masing lubang senter harus disekrap


dengan pisau lamak segitiga atau konsentrik.

25

KERJA BUBUT
BUBUT EKSENTRIK
Tujuan Pelajaran :
Setelah mengikuti latihan ini petatar dapat :

Mengatur chuck rahang 4 independent.

Membuat poros eksentrik.

Menggunakan dial indicator.

Benda Kerja :
Bahan

: ST 37 1 panjang 102 mm.

Gambar

: Poros eksentrik.

Waktu

: 10 jam

Alat-alat

Mesin Bubut dan perlengkapannya.

Rahang chuck 4 independent.

Dial indicator.

Langkah kerja

Cekam benda kerja dengan rahang 3, selesaikan ukurannya sesuai pada


gambar, kecuali bagian eksentrik.

Lepas dan pindahkan pada rahang 4. Cek dengan dial indicator apakah
pergeserannya sudah pas sesuai gambar. Kalau belum geser lagi dua rahang
yang berhadapan, sampai tepat.

Bubut bidang eksentris sampai ukurannya.

Beri champer pada sisi yang tajam.

Cara Kerja :

Pergeseran rahang harus dicek dengan dial indicator.

Setelah benda kerja dipasang, cek lagi dengan dial indicator.

Keselamatan Kerja

Perhatikan penjepitan dengan rahang empat, karena mudah lepas.

Putaran jangan terlalu tinggi, karena eksentrik akan merusak bearing.

26

27

LEMBAR RENCANA PEKERJAAN


Pekerjaan :
No.

Uraian Pekerjaan

Gambar No :
Kecepatan Spindle
rpm

Material :
Feed Rate
Mm/rev

Pahat Bubut

Keterangan

28

JADWAL DAN PANTAUAN PROSES PELATIHAN

Pelatihan

Periode

Bidang tataran

Penyaji

Ruang

Hari/tgl

waktu

Instruktur/WI,

Topik materi

Pantauan
Sesuai

Tidak

Paraf

Ket

Peserta,

29

DAFTAR NILAI
No.
A

Materi

Toleransi

Nilai

Go

Not Go

ULIR GANDA
BAUT
1.

ULIR SEGIEMPAT 24 10 (GANDA DUA)

0,05 mm

2.

PANJANG ULIR 100

0,05 mm

3.

ALUR 18

0,05 mm

4.

LEBAR ALUR 5

0,05 mm

5.

PANJANG 5

0,05 mm

6.

23

0,05 mm

7.

PANJANG 20

0,05 mm

8.

BOR 12,5

0,05 mm

9.

JARAK BOR 12

0,05 mm

0,05 mm

10. CHAMFER 0,5

45O

MUR

B.

1.

ULIR SEGIEMPAT 24 10 (GANDA DUA)

0,05 mm

2.

PANJANG ULIR 30

0,05 mm

3.

CHAMFER 0,5 45O

0,05 mm

BUBUT POROS EKSENTRIS


1.

PANJANG 100

0,05 mm

2.

PANJANG 25 (A)

0,05 mm

3.

PANJANG 25 B (A)

0,05 mm

4.

PANJANG 40 (A)

0,05 mm

5.

PANJANG 40 (B)

0,05 mm

6.

20 (POROS PANJANG)

0,05 mm

7.

20 (POROS EKSENTRIK)

0,05 mm

8.

30 NOHEN AS

0,05 mm

9.

CHAMFER 1 45O

0,05 mm

10. EKSENTIK 4 MM

0,05 mm

11. VISUAL

0,05 mm

JUMLAH
PROSENTASE
NILAI

30

DAFTAR NILAI
No.

C.
1

10

11

Materi

BLOWER SHAFT
M 16
Kanan
Kiri
PANJANG ULIR 25
Kanan
Kiri
18o 0,02
Kanan
Kiri
PANJANG 17o - 0,1
Kanan
Kiri
15 (alur)
Kanan
Kiri
Lebar alur 2
Kanan
Kiri
200,02
Kanan
Kiri
Panjang 14,2
Kanan
Kiri
240,05
Kanan
Kiri
PANJANG 487,6
Kanan
Kiri
Jarak alur Spie 5
Kanan
Kir

Toleransi

Nilai

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
11

Go

Not Go

31

DAFTAR NILAI
No.
12

13

14

15

16

Materi
Panjang alur Spie 15
Kanan
Kiri
Lebar alur Spie 6
Kanan
Kiri
Jarak alur Radius 25
Kanan
Kiri
Lebar alur 4
Kanan
Kiri
alur 20
Kanan
Kiri

Toleransi

Nilai

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

0,05 mm
0,05 mm

1
1

Go

Not Go

32

Anda mungkin juga menyukai