Identifikasi Bakteri Gram Negatif Dari Swap Penderita Ispa Di Rumah Sakit Provinsi Nusa Tenggara Barat
Identifikasi Bakteri Gram Negatif Dari Swap Penderita Ispa Di Rumah Sakit Provinsi Nusa Tenggara Barat
DISUSUN OLEH
MARIANIM
G1A008028
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
JULI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah karena berkat Rahmat dan
KaruniaNYA, penulis dapat menyelesaikan proposal Praktikum Kerja Lapangan
(PKL) yang berjudul Identifikasi Bakteri Gram Negatif Dari Swap
Tenggorok Penderita ISPA di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB ini tepat
pada waktunya. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan
semua pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian proposal ini, baik itu
berupa tenaga, pikiran, maupun materi.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaannya. Akhir kata semoga proposal ini dapat memberikan
sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan secara luas.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di
berkembang, termasuk Indonesia. Jenis
banyak negara
banyak diderita oleh masyarakat adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
baik infeksi saluran pernapasan atas maupun bagian bawah (Gitowato& Ani,
2007), penyakit ini memiliki angka kejadian yang tinggi terutama pada anak
balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak Balita (Depkes RI,
2000). Survey Kesehatan Nasional (SURKESNAS, 2001) menunjukkan bahwa
PMR Bayi akibat ISPA adalah sebesar 23,9 % di Jawa Bali, 15, 8 % di sumatera,
42, 6 % di Kawasan Timur Indonesis. Sementara itu, PMR balita akibat ISPA
adalah sebesar 16, 7 % di Jawa-bali, 29, 4 % di Sumatera dan 30, 3 % di Kawasan
timur Indonesia (Mairusnita, 2007). ISPA juga merupakan salah satu penyebab
utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan
berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan
dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen P2ML, 2000).
Infeksi pernafasan menjadi penyebab kematian umum
terbanyak kedua
dan
menjadi
sulit
disembuhkan
(Suryawati,
2008).
Di antara bakteri - bakteri tersebut merupakan bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif. Untuk mengetahui jenis bakteri gram negatif yang menginfeksi
penderita ISPA maka pada Praktikum Kerja lapang ( PKL) ini akan dilakukan
isolasi dan identifikasi bakteri gram negatif dari usapan tenggorok penderita
ISPA di Rumah Sakit Umum (RSU) Provinsi NTB.
1.2 Tujuan
Untuk isolasi dan identifikasi bakteri gram negatif dari apusan pada penderita
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB.
1.3 Manfaat
Dapat mengidentifikasi bakteri gram negatif
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di rumah sakit Umum provinsi NTB.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Definisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan ke dalam ISPA proses ini
berlangsung lebih dari 14 hari ( Mairusnita, 2007). ISPA terbagi menjadi dua,
yaitu infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi saluran pernafasan bawah.
Infeksi saluran pernafasan atas adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menyatakan suatu penyakit yang sering terjadi di saluran pernafasan atas,
nasal
rhinitis, acute
2)
b)
c)
2)
b)
Pada sinusitis, saat terjadi ISPA melalui virus, hidung akan mengeluarkan
ingus yang dapat menghasilkan superinfeksi bakteri, sehingga dapat
menyebabkan bakteri-bakteri patogen masuk ke dalam rongga-rongga sinus
(Alsagaff, 2000 ; WHO, 2008).
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan tempat
Isolasi dan identifikasi akan dilakukan pada bulan Juli 2011 selama dua
minggu di Laboratorium Mikrobiologi Unit Riset Biomedik, Rumah
Sakit Umum Provinsi NTB di Mataram .
mikropipet, erlenmeyer, hot plate, tabung reaksi, rak tabung, kaca benda,
kaca penutup, gelas ukur, magneticstirrer, laminar air flow, beaker glass,
water bath,
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari media
isolasi serta media uji karakterisasi.
Media Isolasi : Bahan-bahan yang dibutuhkan antara lain media pertumbuhan
bakteri berupa media Nutrient Agar (NA) padat sebagai pelarut dibutuhkan
aquades. Selain itu, dibutuhkan NaCl fisiologis steril 0.9% dan alkohol 70%.
Media Subkultur: menggunakan media diferensial, yaitu Todd-Lewitt Broth,
Blood Agar Plate (BAP), dan McKonkey.
Media Uji Biokimia : Bahan-bahan yang digunakan untuk medium uji urease,
hidrolisis pati dan kasein, uji katalase, uji fermentasi karbohidrat (manitol,
maltosa, glukosa, sukrosa, laktosa, arabinosa, rafinosa, dulsitol, inositol, ramnosa,
adonitol), uji sitrat, uji oksidase, uji Voges-Proskauer, uji Methyl Red, uji Indol,
uji aerobisitas, uji motilitas, uji pertumbuhan pada NaCl 10%, uji pertumbuhan
pada suhu 50 0C dan uji resistensi antibiotic . Selain itu, dibutuhkan pula
wrapping, aluminium foil, tissue, korek api,dan kapas swab.
mencapai
7.
Kemudian
media
di
sterilisasi
menggunakan
swab
dari
pasien
positif
ISPA
dan
Pneumonia
pada cawan lain. Setelah itu dilakukan pengamatan bentuk koloni dan
morfologi sel. Pengamatan morfologi sel dilakukan dengan pengecatan Gram.
Koloni dengan bentuk sel yang sama diberi kode yang berbeda.
3.4.5 Pemurnian Isolat
Masing-masing koloni berbeda yang tumbuh setelah inkubasi disubkultur
dengan metode goresan pada media diferensial yaitu BAP, Todd-Lewitt Agar,
dan McKonkey di cawan petri kemudian diamati bentuk selnya di bawah
mikroskop. Dari koloni murni kemudian dibuat preparat pengecatan gram dan
endospora untuk sel.
3.4.5 Karakterisasi Isolat
Karakterisasi yang dilakukan terdiri dari pengamatan morfologi koloni,
pengamatan morfologi sel, uji biokimia, uji fisiologi dan uji resistensi
terhadap antibiotik.
3.4.5.1 Pengamatan Morfologi Koloni
Pengamatan morfologi koloni (bentuk, warna, tepi dan elevasi)
dilakukkan dengan terlebih dahulu menumbuhkan isolat bakteri
yang diperoleh dari media miring ke media di cawan petri
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24-48 jam.
pada
media
NA
pada
cawan
petri
kemudian
dibuat
preparat
hapusan
secara
merata
dan
gula, uji sitrat, uji oksidase, uji Voges-Proskauer, dan uji Methyl
Red.
diinokulasikan
ke
media
urea
agar
dan
diinkubasi
pada
adanya
penguraian
asam
amino
yang
(H O )
2
ditunjukkan
dilakukan
3%
diteteskan
dengan
untuk
di
terbentuknya
mengetahui
atasnya.
Reaksi
gelembung
gas.
adanya
enzim
positif
Uji
katalase
ini
yang
ditemukan.
HO
2
bersifat
toksik
terhadap
sel
karena
isolat
bakteri
yang
ditemukan
dalam
tumbuh
menyebar
dalam
tabung
(Lay,
1994).
dengan
cepat
sedangkan
jika
tidak
sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H. ,Mukti, A., 2002. Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga
University Press. Surabaya.
Anonim, 2008. Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia
pada Balita. [online]. http://putraprabu.wordpress.com. [ 8 Juli 2011].
Faculty
Of
Biological
Sciences
Quaid-I-Azam
University,Islamabad. Pakistan
Departemen Kesehatan RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia.
Depkes RI. 2000. Informasi tentang ISPA pada Anak Balita. Jakarta: Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Dirjen P2ML. 2000. Modul Pelatihan ISPA Untuk Petugas . Jakarta.
Gitawati, R., Ani, I. 2007. Pola Sensitivitas Kuman dari Isolat Hasil Usap
Tenggorok Penderita Tonsilo-Faringitis Akut di Puskesmas Jakarta Pusat
terhadap Beberapa Antimikroba Betalaktam. Cermin Dunia Kedokteran
No. 155 : 73-74
2008.
Pengertian
ISPA
dan
Pneumonia.
[online].
LAMPIRAN
1. Pembuatan Nutrient Agar padat
Bahan :
Bahan :
Peptone 1 gram
Dextrose 1 gram
Bahan :
Peptone 7 gram
Dextrose 5 gram
Dipotassium phosphate 5 gram
Aquades steril 1 liter
pH akhir 6, 9
Cara pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 1
liter aquades lalu dituangkan ke dalam tabung. Kemudian disterilkan dalam
autoclave selama 30 menit pada temperatur 121 0C tekanan 1 atm.
10. Pembuatan Simons Citrate Agar
Bahan :
Magnesium sulfate 0, 2 gram
Ammonium dihydrogen phosphate 1 gram
Dipotassium phosphate 1 gram
Sodium citrate 2 gram
Sodium chloride 5 gram
Agar 15 gram
Bromthymol blue 0, 08 gram
Aquades steril 1 liter
pH akhir 6, 8
Cara pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 1
liter aquades lalu dituangkan ke dalam tabung. Setelah larut ditetesi dengan
Bromthymol blue. Kemudian disterilkan dalam autoclave selama 30 menit
pada temperatur 121 0C tekanan 1 atm. Kemudian tabung yang berisi media
diletakkan miring dan dibiarkan membeku.
11. Pembuatan Media Tryptone Water
Bahan :
Tryptone 10 gram
Sodium chloride 5 gram
Aquades steril 1 liter
pH akhir 7,5
Cara pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambahkan 1
liter aquades lalu dituangkan ke dalam tabung. Kemudian disterilkan dalam
autoclave selama 30 menit pada temperatur 121 0C tekanan 1 atm.