Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

I.

Pendahuluan

II.

Tinjauan Pustaka

II.1.

Jenis Jenis Imunisasi PPI

II.1.a

Hepatitis B

II.1.b BCG

II.1.c

DPT

II.1.d Polio

II.1.e

Campak

II.2.

Jenis Jenis Imunisasi Non - PPI

II.2.a

MMR ( Mumps, Measles, Rubella)

II.2.b Tifus abominalis

II.2.c

Varciella

II.2.d Haemophillus influenza tipe B (Act-Hib)

II.2.e

Hepatitis A

II.3.

Imunisasi pada kondisi tertentu

II.3.a

Bayi prematur

II.3.b Imunokompromais

III.

10

Kesimpulan

Daftar Pustaka

11

Lampiran

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatNya atas terselesaikanNya
referat imunisasi dasar ini. Banyak terima kasih juga diucapkan kepada dr. Arya Agustino Purba,
SpA selaku pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis
selama pembuatan referat ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang ikut serta dalam memberikan dukungan kepada penulis selama ini.
Sekiranya, penulis mengetahui bahwa referat ini sangat jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan referat ini.
Akhir kata, sekiranya referat ini dapat membantu pembaca dalam mengetahui segala
sesuatu tentang imunisasi dasar pada anak. Terima kasih.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu
antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel
memori. Cara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup
memberikan kekebalan. Tujuannya adalah memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya
namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang
sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk
antibodi dan mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut.
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
Berdasarkan cara timbulnya terdapat dua jenis kekebalan, yaitu:
Kekebalan Pasif : kekebalan yang di peroleh dari luar tubuh, bukan di buat oleh individu itu
sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang di peroleh dari ibu atau kekebalan yang
diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung
lama karena akan di metabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG adalah 28 hari,
imunoglobulin lainnya lebih pendek.
Kekebalan Aktif : kekebalan kekebalan yang di buat oleh tubuh itu sendiri akibat terpajan
pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Biasanya berlangsung
lebih lama karena adanya memori imunologik.
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan
menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. Keadaan terakhir lebih
mungkin terjadi pada penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

IMUNISASI PADA ANAK


1. Jenis-jenis Imunisasi PPI
a) Hepatitis B
Jenis vaksin: Inactivated viral vaccine (IVV = HBsAg yang telah diinaktivasi)

vaksin rekombinan: HB Vax (MSD), Engerix (smith Kline Becham), Bimugen


(kahatsuka)

Plasma derived: Hepa B: vaksin hepatitis B (biofarma), Hepaccine B (Cheil


Chemical & ford)
Dosis: 0,5 mL/dosis.
Cara pemberian: SC/IM
Jadual imunisasi:

Disarankan untuk diberikan bersama BCG dan Polio I pada kesempatan kontak
pertama dengan bayi.

Bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg negatif mendapat dosis anak vaksin
rekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma derived. Dosis kedua harus diberikan 1
bulan atau lebih setelah dosis pertama.

Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif mendapat 0,5 cc Hepatitis B immune globulin
(HBIG) dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 1 dosis anak vaksin rekombinan atau
1 dosis anak vaksin plasma derived pada tempat suntikan yang berlainan. Dosis
kedua direkomendasikan pada umur 1-2 bulan dan ketiga 6-7 bulan atau bersama
dengan vaksin campak pada umur 9 bulan.

Bayi yang lahir dari ibu yang tidak diketahui status HBsAgnya mendapat 1 dosis
anak plasma rekombinan atau 1 dosis anak vaksin plasma derived dalam waktu 12
jam setelah lahir. Dosis kedua direkomendasikan pada umur 1-2 bulan dan ketiga 67 bulan atau bersama dengan vaksin campak pada umur 9 bulan. Diberikan booster
5 tahun kemudian, dianjurkan pemeriksaan kadar anti HBsAg sebelumnya.
Kontra indikasi: defisiensi imun (mutlak)
Efek samping: reaksi lokal ringan, demam sedang 24-48 jam, lesu, rasa tidak enak
pada saluran pencernaan.
b) BCG
Jenis Vaksin: Calmette & Guerin (Biofarma, Pasteur, Glaxo) suatu live attenuated
vaccine (LAV).
Dosis: 0,05 mL/dosis
Jadual imunisasi: Pada kesempatan kontak pertama dengan bayi
Tidak diperlukan booster
Kontra indikasi: defisiensi imun (mutlak), dermatosis yang progresif (sementara)
Efek samping: reaksi lokal, adenitis
4

c) DPT
Jenis vaksin:

Difteri (toksoid); Pertusis (Inactivated Bacterial Vaccine-IBV, Bordetella


pertusis tipe I); Tetanus (toksoid)
Dosis: 0,5 mL/dosis
Cara pemberian: IM atau SC dalam
Jadual imunisasi:
Imunisasi dasar: Tiga dosis dengan interval 4-6 minggu.
Dosis I diberikan pada umur 2 bulan.
Booster: Dosis IV diberikan 1 tahun setelah dosis III dan
Dosis V dan VI berupa DT diberikan pada umur 6 dan 12 tahun.
Kontra indikasi: Defisiensi imun (mutlak)
Difteri : tidak ada
Pertusis : riwayat kelainan neurologis skema imunisasi
DPT
pada bayi dengan riwayat kejang. (lihat lampiran 1)
Tetanus : tidak ada
Efek samping: Reaksi lokal, demam
Reaksi akinetik, kejang, gejala ensefalopati akibat komponen vaksin
pertusis. Jika muncul reaksi ini, imunisasi DPT dilanjutkan hanya dengan
DT lihat bagan pedoman vaksinasi DPT pada anak/bayi dengan riwayat
kejang

d) Polio
Jenis vaksin: vaksin polio oral sabin (LAV)
Dosis: 2 tetes/dosis
Cara pemberian: oral
Jadual imunisasi:

Dosis I diberikan pada umur sedini mungkin bila bayi lahir di RS (bersama dengan
BGC) atau pada kontak pertama bila bayi datang ke RS atau posyandu (biasanya
umur 2 bulan). Selanjutnya dosis II,II dan IV diberikan dengan interval 4 minggu,
bersamaan dengan DPT I,II dan II. Jika BCG dan Polio I diberikan bersamaan
dengan DPT I , polio IV diberikan 4-6 minggu setelah DPT/Polio III.

Booster: dosis V diberikan I tahun setelah dosis IV dan dosis VI dan VII diberikan
pada umur 6 dan 12 tahun.
Kontra indikasi: Defisiensi imun (mutlak), diare (sementara)
Efek samping: Tidak ada reaksi klinis. Kemungkinan polio paralitik yang dapat
dievaluasi dari 1 per 8 juta dosis pada anak yang telah diimunisasi dan 1
per 5 juta dosis pada kontak.

e) Campak
Jenis vaksin: Schwarz (LAV)
Dosis: 0,5 mL/dosis
Cara pemberian: SC atau IM
Jadual imunisasi:

Imunisasi dasar : diberikan pada umur 9 bulan

Booster: tidak diperlukan


Kontra indikasi: Defisiensi imun (mutlak)
Alergi terhadap telur (benar-benar terbukti)
Mendapat injeksi gammaglobulin dalam 6 minggu terakhir
Efek samping: demam dengan atau tanpa ruam 6-12 hari setelah diimunisasi pada 1520% anak.
2. Jenis Jenis Imunisasi Non-PPI
a) MMR (Measles-Mumps-Rubela)
Jenis vaksin: Triple vaccine Measles, Mumps dan Rubella (LAV), isinya :
Measles : campak
Mumps : Urabe (trimovax-pasteur), Jeryl Lynn (MMR-MSD)
Rubella : RA 27/73
Dosis: 0,5 cc/dosis
Cara pemberian: SC atau IM
Jadual imunisasi:

Imunisasi dasar:
diberikan pada umur 12 bulan atau 6 bulan setelah imunisasi
campak.

Booster: diberikan pada umur 12 tahun


Kontra indikasi: sama dengan campak
Efek samping: sama dengan campak + parotitis: demam, ruam, ensefalitis parotitis,
meningoensefalitis, tuli neural unilateral (tetapi dilaporkan sembuh
sempurna tanpa gejala sisa).
b) Tifus Abdominalis
Jenis vaksin: Vi CPS (capsular poly sacharide) : Typhim Vi (Pasteur Merieux)
Oral : Vivotif (Ty2/A strain)
Dosis: Polisakarida 0,5 mL/dosis
Oral: 1 kapsul lapis enterik atau 1 sachet.
Cara pemberian: Polisakarida : SC atau IM satu kali
Oral, 3 kali selang sehari.
Jadual imunisasi:

Imunisasi dasar: Polisakasrida direkomendasikan diberikan pada umur >


2 tahun.
Oral direkomendasikan diberikan pada umur > 6 tahun
dalam 3 dosis dengan interval dosis selang sehari.

Booster: Polisakarida diberikan setiap 3 tahun


Oral: setelah 3-7 tahun.

Kontra indikasi: < 2 tahun (mutlak), tidak dianjurkan sebelum umur 6 tahun.
Proteinuria, penyakit progresif
Efek samping: Reaksi lokal ditempat suntikan : indurasi, nyeri 1-5 hari.
Reaksi sistemik : demam, malaise, sakit kepala, nyeri otot,
komplikasi
neuropatik, kadang-kadang bisa shock, kolaps.
c) Varisela
Jenis vaksin: Strain OKA dari virus Varicella zoster.
Dosis: 0,5 cc/dosis
Cara pemberian: SC
Jadual imunisasi:

Imunisasi dasar : Anak umur 12 bulan sampai dengan 12 tahun diberikan 1 dosis.
Anak 13 tahun keatas diberikan 2 dosis dengan interval 4-8 minggu.

Booster: Jika diberikan pada umur 12 bulan harus diulang pada umur 12 tahun.
Kontra indikasi: Defisiensi imun (mutlak), penyakit demam akut yang berat (sementara),
hipersensitif terhadap neomisin atau komponen vaksin lain, TBC aktif
yang tak diobati, penyakit kelainan darah.
Efek samping: Reaksi lokal di tempat suntikan: ringan
Reaksi sistemik : demam ringan, erupsi papulo vesikular dengan lesi <
10.
Catatan: hindarkan pemberian salisilat selama 6 minggu setelah vaksinasi
karena
dilaporkan terjadi Reyes Syndrome setelah pemberian salisilat pada anak dengan varisela
alamiah.
d) Haemophylus Influenza Tipe B (Act-HiB)
Jenis vaksin: Conjugate H. Influenza Tipe B (Act-HiB) PRP-T (Pasteur Merieux)
Dosis: 0,5 cc/dosis
Cara pemberian: SC atau IM
Jadual imunisasi:

Imunisasi dasar :
Untuk vaksin conjugate H-Influenza Tipe B (Act-HiB)
bila umur 2-6 bulan: direkomendasikan diberikan pada umur 2,4 dan 6
bulan
bila umur 6-12 bulan: direkomendasikan diberikan
pada umur 2 dosis
dengan interval 1-2 bulan.
bila umur >12 bulan: Act HiB hanya diberikan 1 kali
Untuk vaksin Pedvax HIB MSD
Bila diberikan pada umur 2-14 bulan maka diberikan dalam 2 dosis dengan
interval 2 bulan.
Bila di berikan pada umur > 15 bulan maka diberikan 1 kali saja.

Booster :
Untuk Act-HIB: bila imunisasi dasar diberikan pada umur 2-10 bulan, booster
pada umur 12-15 bulan setelah suntikan terakhir.
Untuk Pedvax: bila imunisasi dasar sebelum 1 tahun, booster diberikan 12 bulan
setelah suntikan terakhir.

Kontra indikasi: Hipersensitif terhadap komponen vaksin


Infeksi akut dengan demam
Efek samping: Lokal : eritema, nyeri dan indurasi
Reaksi sistemik : demam, nausea, muntah dan/atau diare, menangis > -1
jam dan rash.
Infeksi akut dengan demam.
e) Hepatitis A
Jenis vaksin: partikel virus aktif yang diinaktivasi 9IVV0
Dosis: 0,5 cc/dosis
Cara pemberian: SC/ IM
Jadual imunisasi: Imunisasi dasar: anak berumur > 2 tahun diberikan 3 dosis dengan
jadual 0,1 dan 6 bulan.
Kontra indikasi : defisiensi imun (mutlak)
3. Imunisasi pada Kondisi Tertentu
a) Bayi Prematur
Vaksinasi harus diberikan dan mulai pada usia kronologis serta sesuai jadwal untu
anak cukup bulan. Imunisasi hepatitis B diberikan bila berat badan mencapai 2000 gram
atau lebih, tetapi bila ibu mempunyai B hepatitis surface antigen positif maka segera
diberikan vaksinasi hepatitis B dan imunoglobulin anti hepatitis B bersamaan dalam
waktu 12 jam tanpa mempertimbangkan berat badan bayi.
b) Imunokompromais (infeksi HIV)
Pasien HIV mempunyai resiko lebih besar untuk mendapatkan infeksi sehingga
diperlukan imunisasi, walaupun respons terhadap imunisasi tidak akan optimal atau
kurang.
i) Vaksin Kuman Mati
Vaksin pneumokok dan vaksin Haemophilus influenza tipe B (Hib)
Penderita HIV mempunyai resiko untuk mendapatkan infeksi dengan kuman pneumokok
dan H.influenza tipe B sehingga dianjurkan untuk diberikan secepatnya. Hanya 37%
mempunyai kekebalan setelah vaksinasi dengan Haemophilus influenza tipe B sehingga
diperlukan vaksinasi ulangan..
Vaksin influenza
Respons imun yang timbul oleh vaksin influenza adalah sel T dependent maka penderita
HIV yang lamjut tidak berguna diimunisasi dengan vaksin ini.

Vaksin toksoid tetanus, difteri dan polio virus mati (IPV)


Respons imun yang dihasilkan akan sama dengan anak normal apabila diberikan pada
stadium dini walaupun terdapat vaksin difteri kurang sehingga diperlukan pemberian
ulangan terutama di daerah endemik atau bila penderita HIV berkunjung ke daerah yang
endemis difteri.
Vaksin Hepatitis B
Anak yang mendapat infeksi HIV dari ibu penderita HIV tidak akan mendapatkan
respons imun yang baik bila diberikan imunisasi hepatitis B tetapi bila belum terinfeksi
HIV, dan mempunyai antibodi HIV akan berespons lebih baik terhadap vaksinasi hepatitis
B.
ii) Vaksin Kuman Hidup
Vaksin campak
Penderita HIV yang mendapat infeksi campak mempunyai prognosis buruk dan fatal.
Respons imunisasi campakadalah baik bila diberikan di bawah umur 1 tahun, walaupun
antibodi yang timbul cepat menghilang dan hanya 52% yang masih mempunyai efek
antibodi setelah 1 tahun imunisasi sedangkan bila diberikan imunisasi efek samping tidak
ada.
Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG)
Penderita HIV mempunyai resiko untuk mendapat infeksi tuberkulosis. Vaksinasi BCG
dapat menimbulkan infeksi tuberkulosis di kemudian hari, sedangkan efek perlindungan
vaksinasinya masih diragukan sehingga tidak dianjurkan untuk vaksinasi BCG terutama
di negara yang maju, sedangkan di negara yang masih tinggi insiden tuberkulosisnya,
WHO menganjurkan untuk tetap diberikan vaksinasi BCG.
Vaksin polio oral (OPV), vaksin varciella-zooster, yellow fever
Tidak diperbolehkan untuk memberikan OPV, vaksin varciella dan yellow fever pada
penderita HIV karena OPV dapat melumpuhkan.

BAB III
KESIMPULAN

Anamnesis yang baik harus selalu dilakukan sebelum pemberian imunisasi, apakah
imunisasi yang diberikan kontraindikasi atau memerlukan perhatian khusus.

Pada penderita imunokompromais vaksinasi dengan kuman mati dapat diberikan


walaupun responsnya kurang, sedangkan vaksinasi denan kuman hidup tidak diberikan.
Keluarga penderita imunokompromais harus mempunyai status imunisasi yang lengkap.

Waktu pemberian imunisasi harus diperhatikan untuk mendapatkan respons yang baik
pada penderita imunokompromais dan bayi prematur.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar SP. Imunisasi pada keadaan tertentu. Hot topics in pediatrics II. Jakarta: Balai
penerbit FKUI; 2002.
2. Australian Department of Health and Ageing. Understand childhood immunusation
[pamphlet]. Sydney: Australian Department of Health and Ageing; 2005.
3. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Informasi dasar imunisasi rutin serta
kesehatan ibu dan anak bagi kader, petugas lapangan dan organisasi kemasyarakatan.
Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009.
4. Jadwal imunisasi anak umur 0 18 tahun. Sari pediatri. 2011;13(1).

11

Lampiran 2. Jadwal Imunisasi Anak (2004)


JADWAL IMUNISASI DEPKES RI
IMUNISASI
0
1
PPI (BAYI LAHIR DI RS)
Hepatitis B
I
II
BCG
X
DPT
Polio
I
Campak
PPI (Posyandu/RS)
Hepatitis B
BCG
DPT
Polio
Campak
NON PPI
HIB - Act Hib
- Pedvax Hib
MMR
Tifoid - Typhim Vi
- Vivotif/Oral
Varisela
Hepatitis A

Waktu pemberian
Bulan
5
6
7
9
12 15 18

(II)

III

I
II

II
III

(III)

Tahun
6

12

IV

III
IV

IV
V

V (DT) VI (DT)
VI
VII

IV
V

V (DT) VI (DT)
VI
VII

X
I

II

I
I

II
II

III
III

I
I

II
II

(II) III
(II)

III
X
IV
X
(III)

IV
III
I

II
X
XXX
XX
XXX

JADWAL IMUNISASI YANG DIANJURKAN IDAI 2004


(Pada penderita yang mampu dianjurkan mengikuti program ini)
Vaksin
Lhr

Umur pemberian Imunisasi


Bulan
4
5
6
9 12 15 18 2

Tahun
6 10

12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)


BCG
Hepatitis B
Polio
DTP
Campak
Hib
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela

1
0

2
1
1

2
2

3
3
3

4
4

5
5

6
dTatau TT

1
2
Program Pengembangan Imunisasi Non PPI (Non PPI, dianjurkan)
1
2
3
4
1
2
Ulangan, tiap 3 tahun
Diberikan 2x, interval 612 bulan

12

Anda mungkin juga menyukai