TP 3
TP 3
TUMOR PAYUDARA
Oleh:
Wulan Dita Pratiwi Sam
1102009304
Pembimbing:
Dr. Dem Hutabarat Sp.B
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
..........................................................................................
KATA PENGANTAR
..........................................................................................
DAFTAR ISI
.......................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
........................................................................
Definisi ........
II.2.a
II.2.b
II.2.c
Fisiologi ...................
II.3
II.4
Diagnosis..............
BAB I
PENDAHULUAN
2
Mayoritas dari lesi yang terjadi pada mammae adalah benigna. Hampir
40% dari pasien yang mengunjungi poliklinik dengan keluhan pada mammae
mempunyai lesi jinak. Perhatian yang lebih sering diberikan pada lesi maligna
karena kanker payudara merupakan lesi maligna yang paling sering terjadi pada
wanita di negara barat walaupun sebenarnya insidens lesi benigna payudara
adalah lebih tinggi berbanding lesi maligna. Penggunaan mammografi, Ultrasound
, Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan juga biopsi payudara dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis lesi benigna pada mayoritas dari pasien. Mayoritas
dari lesi benigna tidak terkait dengan pertambahan risiko untuk menjadi kanker,
maka prosedur bedah yang tidak diperlukan harus dihindari. Pada masa lalu,
kebanyakkan dari lesi benigna ini dieksisi dan hasilnya terdapat peningkatan dari
jumlah pembedahan yang tidak diperlukan. Faktor utama adalah karena
pandangan dari wanita itu sendiri bahwa lesi ini adalah sebuah keganasan. Oleh
karena itu, penting bagi ahli patologi, ahli radiologi dan ahli onkologi untuk
mendeteksi lesi benigna dan membedakannya dengan kanker payudara in situ dan
invasif serta mencari faktor risiko terjadinya kanker supaya penatalaksanaan yang
sesuai dapat diberikan kepada pasien. Menurut kepustakaan dikatakan bahwa
penyebab tersering massa pada mammae adalah kista, Fibroadenoma mammae
dan karsinoma. Kista dan Fibroadenoma mammae terbentuk di dalam lobus
manakala karsinoma pula terbentuk di duktus terminalis. Keluhan lain yang sering
timbul adalah nipple discharge dan menurut kepustakaan dikatakan penyebab
tersering dari gejala ini adalah papilloma dan duct estasia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau
pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel
abnormal yang dapat terjadi pada payudara.
2.2.a. ANATOMI DAN FISIOLOGI
yang
Terdapat
kompleks
disebut
Langer
lines
areola.
pada
nipple(papilla)-areola
ahli
bedah
dalam
menentukan area insisi pada biopsi mammae. Pada bagian lateral atasnya jaringan
kelenjar ini keluar dari lingkarannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence
atau ekor payudara.
Mammae berisi 15-20 lobus glandula mammaria yang tiap lobusnya terdiri
dari bebrapa lobulus. Tiap-tiap lobulus memiliki saluran kearah papilla yang
disebut ductus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga diantara
kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak yang disebut ruang
retromamer. Diantara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum
suspensorium Cooper yang berfungsi sebagai penyangga.
Struktur payudara terdiri atas:
-
Parenkim epithelial
Arteri
Arteri
thoracica
lateralis
(a.
mamania
ekstema)
dan
arteri
disalurkan
ke
nodi
limphoidei
infraclaviculares,
2.2.c. FISIOLOGI
A. Fibroadenoma Mammae
10
11
B. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil
untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada mammae
dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya bila jaringan
tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan terbentuk
makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat
mencapai 1 sampai 2 inchi.
12
INSIDENS : Dikatakan bahwa kista ditemukan pada 1/3 dari wanita berusia
antara 35 sampai 50 tahun. Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal
antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun terdapat juga insidens yang diluar batas
usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan terapi pengganti hormon.
ETIOPATOGENESIS : Kista Mammae seperti fibroadenoma, kista mammae
merupakan suatu kelainan dari fisiologi normal lobular. Penyebab utama
terjadinya kelainan ini masih belum diketahui pasti walaupun terdapat bukti yang
mengaitkan pembentukan kista ini dengan hiperestrogenism akibat penggunaan
terapi pengganti hormon. Patogenesis dari kista mammae ini masih belum jelas.
Penelitian awal menyatakan bahwa kista mammae terjadi karena distensi duktus
atau involusi lobus. Sewaktu proses ini terjadi, lobus membentuk mikrokista yang
akan bergabung menjadi kista yang lebih besar; perubahan ini terjadi karena
adanya obstruksi dari aliran lobus dan jaringan fibrous yang menggantikan
stroma.
GAMBARAN KLINIS : Karekteristik kista mammae adalah licin dan teraba
kenyal pada palpasi. Kista ini dapat juga mobile namun tidak seperti
fibroadenoma. Gambaran klasik dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak
pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari nodular mammae yang
meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin semasa
13
ultrasonografi
juga
membantu
dalam
penegakkan
diagnosis
tetapi pemeriksaan ini tidak begitu penting bagi pasien yang simptomatik.
C. Papilloma Intraduktus
14
D. Kelainan Fibrokistik
Penyakit fibrokistik atau dikenal juga sebagai mammary displasia adalah
benjolan payudara yang sering dialami oleh sebagian besar wanita. Benjolan ini
harus dibedakan dengan keganasan. Kelainan fibrokistik pada payudara adalah
kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan glandular.
INSIDENS : Penyakit fibrokistik pada umumnya terjadi pada wanita berusia 2550 tahun (>50%).
GAMBARAN KLINIS : Kelainan ini terdapat benjolan fibrokistik biasanya
multipel, keras, adanya kista, fibrosis, benjolan konsistensi lunak, terdapat
penebalan, dan rasa nyeri. Kista dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama
periode menstruasi karena hubungannya dengan perubahan hormonal tiap
bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri payudara siklik
berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron. Biasanya
payudara teraba lebih keras dan benjolan pada payudara membesar sesaat sebelum
menstruasi. Gejala tersebut menghilang seminggu setelah menstruasi selesai.
Benjolan biasanya menghilang setelah wanita memasuki fase menopause.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti.
DIAGNOSIS : Kelainan fibrokistik dapat diketahui dari pemeriksaan fisik,
mammogram, atau biopsi. Biopsi dilakukan terutama untuk menyingkirkan
kemungkinan diagnosis kanker. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada
kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.
Evaluasi pada wanita dengan penyakit fibrokistik harus dilakukan dengan
seksama untuk membedakannya dengan keganasan. Apabila melalui pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan difus (tidak memiliki batas jelas), terutama berada di
bagian atas-luar payudara tanpa ada benjolan yang dominan, maka diperlukan
pemeriksaan mammogram dan pemeriksaan ulangan setelah periode menstruasi
16
berikutnya. Apabila keluar cairan dari puting, baik bening, cair, atau kehijauan,
sebaiknya diperiksakan tes hemoccult untuk pemeriksaan sel keganasan. Apabila
cairan yang keluar dari puting bukanlah darah dan berasal dari beberapa kelenjar,
maka kemungkinan benjolan tersebut jinak.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
simptomatis,
operasi
apabila
bersifat
menyusup
secara
lokal
dan
mungkin
ganas
(10-15%).
membutuhkan
mastektomi
(pengambilan
jaringan
payudara).
F. Adenosis Sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan
fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup
kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus
saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lobulus dengan adenosis ini
kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis
agregasi, atau tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun
merupakan tumor, namun kondisi ini termasuk jinak dan bukanlah kanker.
GAMBARAN KLINIS : Apabila adenosis dan adenosis sklerotik cukup luas
sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini dengan kanker
melalui pemeriksaan fisik payudara. Perubahan histologis berupa proliferasi
(proliferasi duktus) dan involusi (stromal fibrosis, regresi epitel). Adenosis
sklerosis dengan karakteristik lobus payudara yang terdistorsi dan biasanya
muncul pada mikrokista multipel, tetapi biasanya muncul berupa massa yang
dapat terpalpasi. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis, adenosis sklerotik, dan
kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis.
18
G. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu duktus
yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel merupakan lesi
benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan timbunan air susu yang
dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya, galaktokel tidak bersifat seperti
kanker.
GAMBARAN KLINIS : Biasanya galaktokel tampak rata, Kista menimbulkan
benjolan yang nyeri dan mungkin pecah sehingga memicu reaksi peradangan lokal
serta dapat menyebabkan terbentuknya fokus indurasi persisten. Benjolan dapat
digerakkan, walaupun dapat juga keras dan susah digerakkan
DIAGNOSIS : Untuk menegakkan diagnosa dilakukan skrining sonografi,
dimana akan terlihat penyebaran dan kepadatan tumor tersebut.
PENATALAKSANAAN : Penatalaksanaan galaktokel dilakukan dengan aspirasi
jarum halus untuk mengeluarkan sekret susu. Pembedahan dilakukan jika kista
terlalu kental dan sulit di aspirasi
H. Mastitis
19
I. Ductus Ectasia
20
J. Nekrosis Lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika tubuh
berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang mengalami
kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut.
GAMBARAN KLINIS : Nekrosis lemak berupa massa keras yang sering agak
nyeri tetapi tidak membesar. Kadang terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak
rata.
DIAGNOSIS : Karena kebanyakan kanker payudara berkonsistensi keras, daerah
yang mengalami nekrosis lemak dengan jaringan parut sulit untuk dibedakan
dengan kanker jika hanya dari pemeriksaan fisik ataupun mammogram sekalipun.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS : Terdapat nekrosis jaringan lemak yang
kemudian menjadi fibrosis.
21
2.4 DIAGNOSIS
2.4.a Pemeriksaan Fisik
1. SADARI (Pemeriksaan payudara sendiri)
Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah mendeteksi dini apabila
terdapat benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Meskipun angka kejadian kanker payudara rendah
pada wanita muda, namun sangat penting untuk diajarkan SADARI semasa muda
agar terbiasa melakukannya di kala tua. Wanita premenopause (belum memasuki
masa menopause) sebaiknya melakukan SADARI setiap bulan, 1 minggu setelah
siklus menstruasinya selesai.
Cara melakukan SADARI adalah :
1. Wanita sebaiknya melakukan SADARI pada posisi duduk atau berdiri
menghadap cermin.
2. Pertama kali dicari asimetris dari kedua payudara, kerutan pada kulit
payudara, dan puting yang masuk.
3. Angkat lengannya lurus melewati kepala atau lakukan gerakan bertolak
pinggang untuk mengkontraksikan otot pektoralis (otot dada) untuk
memperjelas kerutan pada kulit payudara.
4. Sembari duduk / berdiri, rabalah payudara dengan tangan sebelahnya.
5. Selanjutnya sembari tidur, dan kembali meraba payudara dan ketiak.
6. Terakhir tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
22
Mammografi adalah metode terbaik untuk mendeteksi benjolan yang tidak teraba
namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang teraba atau kanker
23
payudara yang dapat dideteksi oleh USG. Mammografi digunakan untuk skrining
rutin pada wanita di usia awal 40 tahun untuk mendeteksi dini kanker payudara.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat dibedakan lesi solid dan kistik.
3. Scintimammografi
Adalah teknik pemeriksaan radionuklir dengan menggunakan radiosotop
Tc 99 sestamibi. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas tinggi untuk menilai
aktivitas sel kanker pada payudara. Selain itu dapat pula mendeteksi lesi multipel
dan keterlibatan KGB regional.
4. Diagnosis Pasti (3)
Diagnosa
pasti
hanya
dapat
ditegakan
dengan
pemeriksaan
Excisional biopsy dan pemeriksaan frozen section (potong beku) waktu operasi
Pemeriksaan potong beku (frozen section) waktu operasi banyak dilakukan
di senter-senter pendidikan. Ketepatan cukup tinggi 97,65 % dengan tidak ada
false positif dan hanya 0,6 % false negatif.
BAB III
KESIMPULAN
1. Tumor jinak mamma ialah lesi jinak yang berasal dari dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mammae.
24
2. Hampir semua etiologi tumor jinak payudara belum secara pasti. Namun,
berbagai penelitian beranggapan pengaruh hormonal merupakan pemicu
terjadinya tumor jinak payudara yang ada.
3. Jenis-jenis tumor jinak payudara antara lain :
a. Fibroadenoma mammae
b. Kista mammae
c. Papilloma intraduktus
d. Kelainan fibrokistik
e. Tumor filoides
f. Adenosis sklerosis
g. Galaktokel
h. Mastitis
i. Ductus ektasia
j. Nekrosis lemak
DAFTAR PUSTAKA
25
3. Staf pengajar bagian ilmu bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,
Jakarta, Penerbit FKUI, 2010, hal : 324-326; 333-334.
4. http:// emedicine.medscape.com/article/435779-overview
5. http://www.holoogic.com/benign-breast-tumors/
26