Anda di halaman 1dari 57

1

Geologi Regional Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat,


Sulawesi Selatan
(Oleh Rab. Sukamto dan Supriatna S. Tahun 1982)

PENDAHULUAN

Pemetaan
geologi
di
Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat.
Sulawesi
Selatan,
di
laksanakan dalam rangka Proyek
Pemetaan Geologi dan interpretasi
Foto
Udara,
Pelita
1,
oleh
Subdirektorat Perpetaan, Direktorat
Geologi (sekarang Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi). Semula
pemetaan dilaksanakan secara tinjau
dengan tujuan untuk melengkapi data
geologi guna kompilasi Peta Geologi
Regional sekala 1:1000.000 yang
sekarang sudah terbit (Sukamto,
1975). Pemetaan tinjau dilakukan
selama Agustus dan September 1971
oleh R. Sakamto. H. Sumadirdja, TS.
Suriatmadja. KA. Astadiredja, dan
dibantu oleh S. Hardoprawiro. D.
Sudana, N. Ratman dan E. Titersole
Data geologi tinjau yang dihasilkan
pada 1971 kemudian dilengkapi
sejumlah lintasan geologi yang lebih
rapat, yang dilakukan dari September
disusun menjadi peta geologi ber
sistem Luar Jawa, sekala 1:250.000.

Pemetaan selama dilakukan oleh R


Sukamto, S. Supriatna. A Yasin,
Sukardi, dan dibantu oleh Y. Noya. I.
Umar. R. L. Situmorang, A. Koswara
dan Sahardjo. Selama 1978 dan 1979
juga diperoleh data geologi setempat
oleh R. Sukamto dan S. Santosa yang
dipakai untuk memperbaiki beberapa
bagian dari peta geologi ini.
Lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat terletak antara kordiniat
119o 05 - 120o 45 BT dan 4o 5o LS;
meliputi Daerah Tk. II Kabupaten
Maros,
Pangkep,
Barru
Watansoppeng, Wajo, Watampone,
Sinjai dan Kotamadya Parepare:
semuanya termasuk Daerah Tk. 1
Propinsi Sulawesi Selatan. Lembar
peta berbatasan dengan Lembar
Majene-Palopo di utara, Lembar
Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai di
selatan, Selat Makasar d barat dan,
Teluk Bone di timur.
Daerah ini mempunyai penduduk
yang relatif lebih padat daripada
bagian
lain
Sulawesi
Selatan
bertempat tinggal di kota kabupaten
dan kecamatan, penduduk terdapat di
desa dan kampung di sepanjang
semua jalan utama yang menuju ke

daerah pedalaman. Sebagian besar


penduduk bertani sawan sehingga
membuat daerah ini penghasil padi
yang utama di Sulawesi. Penduduk di
sepanjang
pantai
kebanyakan
nelayan yang di kota kebanyakan
berniaga
atau
jadi
karyawan.
Kehidupan sosial di daerah ini
mencerminkan
kehidupan
asli
Sulawesi Selatan. Seperti Bugis,
Makassar,
dan
Bajo.
Penduduk
kebanyakan beragama Islam, tetapi
tetapi yang beragama Katoilik dan
Protestan serta yang beragama lain
hanya sedikit.
Fisiografi lengan selatan sulawesi
yang
berarah
utara-selatan
mempengaruhi keadaan iklimnya.
Seperti di daerah lndonesia yang lain,
di sini pun ada dun musim, yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Di
bagian
barat
musim
berbeda
waktunya dengan di bagian timur.
Musim
hujan
di
bagian
barat
berlangsung dari Nopember sampai
April, dan di bagian timur dan Mei
sampai Oktober. Hutan lebat hanya
ditemukan di daerah berdongak
tinggi, yaitu di pegunungan sebelah
barat dan timur. Daerah berdongak
rendah
sebagian
besar
daerah
pertanian. Binatang liar sudah jarang
ditemui di daerah ini; yang terlihat
hanya ular, kijang, anoang dan kera.
Daerah pemetaan sangat mudah
dicapai. Hubungan udara yang pada
1971 antara Jakarta dan Makassar
(sekarang Ujung Pandang) hanya
berlagsung beberapa kali dalam

seminggu. sekarang telah berubah


jadi beberapa kali dalam satu hari
Lapangan udara Ujung Pandang,
Mandai, terletak di bagian baratlaut
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai.
Hampir
seluruh
daerah
pemetaan dapat dengan mudah
dicapai dengan mobil. Semua kota
kabupaten dan sebagian dari kota
kecamatan mempunyai hubungan
jalan yang dapar dilalui kendaraan
mobil, jalan desa dan setapak dapat
ditemukan hampir di seluruh daerah
ini.
Peta dasar yang dipakai dalam
pemetaan ini adalah peta topografi
bersekala 1 :250.000. AMS Seri T503, 1965, No SB 50-4 dan 51-1
yang juga dipakai sebagai peta dasar
Kompilasi. Untuk lapangan dipakai
peta topografi bersekala 1 : 50.000.
Di samping itu dipakai potret udara
yang melingkupi bagian barat lembar,
dan sebagian dari bagian timur.
Potret ini sebagiar besar bersekala 1 :
50.000. selain yang bersekala 1:
10.000.
Penyelidikan geologi sebelumnya di
lembar ini dilakukan oleh Steiger
(1915), tHoen & Ziegler (1917).
Sung (1948). Hooijer (1949) dan
Patty & Wiryosujono (1962); yang
terbaru di lakukan oleh van Leeuwen
(1974).

3
GEOMORFOLOGI
Di daerah Lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat terdapat
dua
baris
pegunungan
yang
memanjang hampir sejajar pada arah
utara-barat laut dan terpisahkan oleh
lembah Sungai Walanae. Pegunungan
yang
barat
menempati
hampir
setengah luas daerah, melebar di
bagian
selatan
(50
km)
dan
menyempit di bagian utara (22 km).
Puncak
tertingginya
1694
m,
sedangkan ketinggian rata-ratanya
1500 m. Pembentuknya sebagian
besar batuan gunungapi. Di lereng
barat dan di beberapa tempat di
lereng timur terdapat topografi kras,
penceminan adanya batugamping. Di
antara topografi kras di lereng barat
terdapat daerah pebukitan yang
dibentuk oleh batuan Pra-Tersier.
Pegunungan ini di baratdaya dibatasi
oleh dataran Pangkaiene-Maros yang
luas sebagai lanjutan dari dataran di
selatannya.
Pegunungan yang di timur relatif
lebih sempit dan lebih rerdah, dengan
puncaknya rata-rata setinggi 700 m,
dan yang tertinggi 787 m. Juga
pegunungan
ini
sebagian
besar
berbatuan
gunungapi.
Bagian
selatannya selebar 20 km dan lebih
tinggi, tetapi ke utara meyempit dan
merendah, dan akhirnya menunjam
ke bawah batas antara Lembah
Walanae dan dataran Bone. Bagian
utara pegunungan ini bertopografi
kras yang permukaannya sebagian
berkerucut. Batasnya di timurlaut

adalah dataran Bone yang sangat


luas,
yang
menempati
hampir
sepertiga bagian timur.
Lembah Walanae yang memisahkan
kedua pegunungan tersebut di bagian
utara selebar 35 Km. tetapi di bagian
selatan hanya 10 km. Di tengah
tendapat
Sungai Walanae
yang
mengalir ke utara Bagian selatan
berupa perbukitan rendah dan di
bagian
utara
terdapat
dataran
aluvium yang sangat luas mengelilingi
D. Tempe.
STRATIGRAFI
Kelompok batuan tua yang umurnya
belum diketahui terdiri dari batuan
ularabasa,
batuan
malihan
dan
batuan
melange.
Batuannya
terbreksikan
dan
tergerus
dan
mendaun, dan sentuhannya dengan
formasi dl sekitarnya berupa sesar
atau
ketidselarasan.
Penarikhan
radiometri
pada
sekis
yang
menghasilkan
111
juta
tanun
Kemungkinan menunjukkan peristiwa
malihan akhir pada tektonik Zaman
Kapur. Batuan tua ini tertindih tak
selaras oleh endapan flysch Formasi
Balangbaru dan Formasi Marada yang
tebalnya lebih dari 2000 m dan
berumur
Kapur
Akhir.
Kegiatan
magma sudah mulai pada waktu itu
dengan bukti adanya sisipan lava
dalam flysch.
Batuan gunungapi berumur Paleosen
(58,5- 63,0 it), dan
diendapkan

dalam lingkungan laut, menindih tak


selaras batuan flysch yang berumur
Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi
Malawa yang sebagian besar dicirikan
oleh endapan darat dengan sisipan
batubara,
menindih
tak
selaras
batuan gunangai Paleosen dan batuan
flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi
Malawa ini secara berangsur beralih
ke endapan karbonat Formasi Tonasa
yang terbentuk secara menerus dari
Eosen Awal sampai bagian bawah
Miosen Tengah. Tebal Formasi Tonasa
lebih kurang 3000 m, dan melampar
cukup luas
mengalasi batuan
gunungapi Miosen Tengah di barat.
Sedimen
klastika
Formasi
Salo
Kalupang
yang
Eosen
sampai
Oligosen bersisipan batugamping dan
mengalasi
batuan
gunungapi
Kalamiseng Miosen Awal di timur.
Sebagian besar pegunungan, baik
yang di barat maupun yang di timur,
berbatuan gunungapi. Di pegunungan
yang timur, batuan itu diduga
berumur Miosen Awal bagian atas
yang membentuk batuan Gunungapi
Kalamiseng Di lereng timur bagian
utara
pegunungan
yang
barat,
terdapat batuan Gunungapi Soppeng
yang diduga juga berumur Miosen
Awal. batuan sedimen berumur
Miosen Tengah sampai Pliosen Awal
berselingan
dengan
batuan
gunungapi yang berumur antara
8,93-9,29
juta
tahun.
Secara
bersama
batuan
itu
menyusun
Formasi Camba yang tebalnya sekitar
5000 m. Sebagian besar pegunungan
yang barat terbentuk dari Formasi

Camba ini yang menindih tak selaras


Formasi Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen,
di daerah yang sekarang jadi Lembah
Walanae
di
endapkan
sedimen
klastika Formasi Walanae. Batuan itu
tebalnya sekitar 4500 m, dengan
bioherm batugamping koral tumbuh
di beberapa tempat (batugamping
Anggota Taccipi). Formasi, Walanae
berhubungan
menjemari
dengan
bagian atas Formasi Camba. Kegiatan
gunungapi selama Miosen Akhir
sampai Pliosen Awal merupakan
sumber bahan bagi Formasi Walanae.
Kegiatan gunungapi yang masih
terjadi di beberapa tempat selama
Pliosen, dan menghasilkan batuan
gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta
tahan) dan Baturape-Cindako, juga
merupakan sumber bagi formasi itu.
Terobosan batuan beku yang terjadi
di daerah itu semuanya berkaitan
erat dengan kegiatan gunungapi
tersebut. Bentuknya berupa stok, sill
dan retas, bersusunan beraneka dari
basal, andesit, trakit, diorit dan
granodiorit. dan berumur berkisar
dari 8.3 sampai 19 2 juta tahun.
Setelah Pliosen Akhir, rupanya tidak
terjadi pengendapan yang berarti di
daerah ini, dan juga tidak ada
kegiatan gunungapi. Endapan undak
di utara Pangkajene dan di beberapa
tempat di tepi Sungai Walanae,
rupanya terjadi selama Pliosen.
Endapan Holosen yang luas berupa
aluvium terdapat di sekitar D. Tempe,

5
di dataran Pangkajene-Maros dan di
bagian utara dataran Bone.

Endapan Permukaan
Qpt
ENDAPAN UNDAK: kerikil,
pasir dan lempung, membentuk
dataran rendah bergelombang di
sebelah utara Pangkajene. Terutama
berasal dari batua pra-tersier di
sebelah timur Pangkajene. Satuan ini
dapat dibedakan secara morfologi
dari endapan aluvium yang lebih
muda. Satuan ini barangkali dapat
dinasabahkan dengan endapan undak
di dekat sungai Walanae yang
mengandung tulang gajah purba yang
berumur Plistosen; tidak terpetakan.
Lempung, pasir dan kerikil yang tidak
terpetakan di daerah tata-sungai
Walanae mungkin termasuk satuan
ini.
Qc
TERUMBU
KORAL
:
batugamping terumbu, dibeberapa
tempat di sepanjang pantai terangkat
membentuk singkapan kecil. Yang
dipetakan hanya ditemukan di selatan
Marek. Di dangkalan Spermonde
terumbuh koral muncul ke atas muka
laut, melampar kira-kira 60 km di
lepas pantai ke arah barat, dan kirakira 50 km di lepas pantai ke arah
timur di bagian selatan Lembar.
Qac ENDAPAN ALUVIUM, DANAU
DAN PANTAI:
lempung, lanau.
lumpur pasir dan kerikil di sepanjang

sungai besar, di sekitar lekuk Danau


Tempe, dan di sepanjang pantai.
Endapan
pantai
setempat
mengandung
sisa
kerang
dan
batugamping koral (Qc). Sisipan
lempung laut yang mengandung
moluska
(Arca,.
Trocbus
dan
Cypraea) dan buncak besi terdapat di
sekitar Danau Tempe (tHoen &
Ziegler, 1915). Undak sungai yang
berumur Plistosen (tak terpetakan) di
Kampung Sompoh, dekat Sungai
Walanae, mengandung tulang gajah
purba
yang
dikenali
sebagai
Archidiscodon celebensis (Hooijer,
1949).

Batuan
Sedimen
dan
Bautan
Gunungapi
Kb
FORMASI BALANGBARU :
sedimen
tipe
flysch;
batupasir
berselingan
dengan
batulanau,
batulempung dan serpih bersispan
konglomerat,
batupasir
konglomeratan.
tufa
dan
Lava;
batupasirnya bersusunan grewake
dan arkosa. sebagian tufaan dan
gampingan:
pada
umumnva
menunjukkan struktur turbidit; di
beberapa
tempat
di
temukan
konglomerat dengan susunan basal,
andesit,
diorit.
serpih,
tufa
terkersikkan, sekis, kuarsa, dan
bersemen batupasir; pada umumnya
padat
dan
sebagian
serpih
terkersikkan. Di bawah mikroskop,
batupasir dan batulanau terlihat
mengandung pecahan batuan beku.

metasedimen dan rijang radiolaria.


Daerah
baratlaut
mengandung
banyak batupasir dan ke arah
tenggara, lebih banyak batulempung
dan serpih.
Baru-baru ini Labaratorium Total CTF
mengenali Globotruncana pada serpih
-lanauan
dari
sebelah
timur
Bantimala, dan pada grewake dari
jalan antara Padaelo Tanetteriaja
yang berumur Kapur Akhir (P.F
Burollet, hubungan tertulis, 1979).
Formasi ini tebalnya sekitar 2000 m;
tertindih tak selaras batuan Formasi
Mallawa dan Batuan Gunungapi
Terpropilitkan, dan menindih tak
selaras Kompleks Tektonik Bantimala.

Km
FORMASI MARADA
(van
Leeuwen. 1974): sedimen bersifat
flysch;
perselingan
batupasir,
batulanau, arkosa, grewake. serpih
dan
konglomerat;
bersisipan
batupasir dan batulanau gampingan,
tufa. lava dan breksi yang tersusun
oleh basal, andesit dan trakit.
Batupasir dan batulanau berwarna
kelabu muda sampai kehitaman;
serpih berwarna kelabu tua sampai
coklat tua: konglomerat tersusun oleh
kerikil andesit dan basal: lava dan
breksi terpropilitkan kuat dengan
mineral sekunder berupa karbonat,
silikat, serisit, klorit dan epidot. Fosil
Globotruncana
dari
batupasir
gampingan yang dikenali oleh PT

Shell menunjukkan umur Kapur Akhir


dan diendapkan di lingkungan neritik
dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan
tertulis. 1978). Formasi ini tebalnya
lebih dari 1000 m.

Teos FORMASI SALO KALUPANG:


batupasir, serpih dan batulempung.
berselingan
dengan
konglomerat
gunungapi, breksi dan tufa bersisipan
lava,
batugamping
dan
napal,
batulempung. serpih dan batupasir di
beberara tempat tercirikan oleh
warna merah, coklat, kelabu dan
hitam; setempat mengandung fosil
moluska dan foraminifera, terutama
di dalam lapisan batugamping dan
napal pada umumnya gampingan.
padat dan sebagian dengan urat
kalsit, sebagian serpihnya sabakan;
kebanyakan lapisan terlipat kuat
dengan kemiringan antara 20 - 57.
penampang
di
Salo
Kalupang
memperlihatkan
lebih
banyak
konglomerat di bagian barat, dengan
komponen andesit dan basal. Di
sebelah timur Palatae tersingkap lebih
banyak tufa dan batupasir daripada di
SaLo Kalupang. Di timur Samaenre
terdapat lebih banyak singkapan
serpih daripada di tempat lain;
batuannya
berwarna
coklat
kemerahan dan kelabu berselingan
dengan batugamping berlapis (Teol)
dan batupasir.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh
D. Kadar (hubungan tertulis, 1971
dan 1974). dan lokasi A.29.b.
Tc.239.b dan Tc.239.d yang, di

7
8
antaranya
Discocyclina
javana
(VERBEEK), Nummulites sp. , N.
gizehensis FORSKAL. V pengaronensis
(VERBEEK),
Heterostegina
sp,
Catapsydrax
unicavus
BOLLILOEBLICH-TAPPAN,
Globorotalia
opima BOLLI. Globigerina binaensis
KOCH, Gn. tripartita BOLLI. Gn.
tapuriensis BLOW & BANNER, Gn.
venezuelana HEDBERG, ganggang
dan lithothamnium. menunjukkan
kisaran umur Eosen Awal - Oligosen
Akhir. Tebal satuan ini diperkirakan
tidak kurang dari 4500 m.

Tem
FORMASI
MALAWA:
batupasir, konglomerat, batulanau.
batulempung. dan napal, dengan
sisipan lapisan atau lensa batubara
dan batulempung;
Batupasirnya
sebagian
besar
batupasir kuarsa, ada pula yang
arkosa,
grewake.
dan
tufaan,
umumnya berwarna kelabu muda dan
coklat muda; pada umumnya bersifat
rapuh, kurang padat; konglomeratnya
sebagian
kompak;
batulempung.
batugamping dan napal umumnya
mengandung moluska yang belum
diperiksa, dan berwarna kelabu muda
sampai kelabu tua; batubara berupa
lensa setebal beberapa sentimeter
dan berupa lapisan sampai 1,5 m.
Penelitian palinologi terhadap sisipan
batubara telah dilakukan oleh Asrar
Khan (M.E - Scrutton, Robertson

Research, hubungan tertulis, 1974)


dan oleh Robert H. Tschudy (Don E.
Wolcort, USGS, hubungan tertulis,
1973). Sepuluh buah contoh dari
singkapan B.32 (a-f) dan B.54 (a-c,
dan RR.10), daerah Tanetteriaja, dan
sebuah dari dekat galian lempung di
Tonasa mengandung fosil mikroflora
sbb.: Acritarchs sp., Anacolosidites
sp., Anno daceae sp. Barringtonia sp,
Betulaceae pollen, Bombacaceae sp.,
Compositae sp. Cyatbidites sp.,
Dicolpopollis cf , D. kalewesis, D.
verrucate, D. smooth, Dinoflagellates
sp., Florscbuetzia trilobata, Gunnera
sp., Intratriporopollenites, Leotriletes
sp., Monosulcate pollen, Monosulites
sp., Myricaceae pollen, Olacacea sp.,
Palmea pollen, Psilamonoletes sp,.
Retitricolpitesantonii. Retikutcbensis
(VENKATCHALA
&
KAR.
1968),
Sapotaceoidacpollenites
sp.,
Sterculiaceae
sp.,
Syncolporate
pollen, Tetraporina sp., Tricolpate
pollen, Tricolpate verrucate pollen,
Triporate pollen. Verrucatosporites
sp.,
Verrustriletesmajor.
dan
Verrutricolporites sp. Berdarsarkan
fosil tersebut A . Khan dan R.H.
Tschudy
memperkirakan
umur
Paleogen dengan lingkungan paralas
sampai dangkal.
Berdasarkan fosil Ostrakoda dari
contoh batuan B.45/e. E. Hazel
memperkirakan, umur Eosen (DL.
Wolcort. USGS, hubungan tertulis.
1973). Fosil Ostracoda yang dikenali
adalah: Bairdiiac sp,. Cytberella sp,.
Cytberelloidea sp,.1 Cytberelloidea
sp.2
Cytboropteron
sp.1

Cytboropteron sp.2, Kritbinids sp,.


Loxoconcba sp,. Paijenborcbella sp,.
Pokornyella sp,. Traciryleberis sp,.
Dan xestoberis sp,.Tebal formasi ini
tidak kurang dari 400 m; tertindih
selaras oleh batugamping Temt. dan
menindih tak Selaras batuan sedimen
Kb dan batuan gunungapi Tpv.

Temt
FORMAST
TONASA
:
batugamping koral pejal sebagian
terhablurkan. Berwarna putih dan
kelabu
muda;
batugamping
bioklastika dan kalkarenit. Berwarna
putih coklat muda dan kelabu muda.
sebagian berlapis baik, berselingan
dengan napal globigerina tufaan;
bagian
bawahnya
mengandung
batugamping berbitumen, setempat
bersisipan breksi batugamping dan
batugamping pasiran; di dekat,
Malawa, daerah Camba terdapat
batugamping
yang
mengandung
glaukonit, dan di beberapa tempat di
daerah Ralla ditemukan batugamping
yang mengandung banyak sepaian
sekis
dan
batuan
ultramafik;
batugamping
berlapis
sebagian
mengandung banyak foraminifera
besar, napalnya banyak mengandung
foraminifera kecil dan beberapa
lapisan napal pasiran mengandung
banyak kerang (pelecypoda) dan
siput (gastropoda) besar.
Batugamping pejal pada umumnya
terkekarkan
kuat;
di
daerah
Tanetteriaja terdapat tiga jalur napal
yang
berselingan
dengan
jalur
barugamping berlapis.

Fosil dari batuan Formasi Tonasa


telah
dikenali
oleh
D.
Kadar
(Hubungan tertulis 1971, 1973), Reed
& Malicoat (M.W. Konts, hubungan
tertulis,
1972),
Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1973, 1974), dan
oleh Sudiyono (hubungan tertulis, :
1973). Contoh batuan yang dianalisa
dari lokasi: A.46, A.112, B.28.b.
B.29. B30. B.33, P.58, B. 129, C.8,
C51, D.30, Ta.72, Ta.79. Ta.81,
Ta.90. Ta.131, Ta.134.d, Ta.186.a.
Ta.452, Ta.506. Tb.2. Tc.65.a. Tc.94,
Tc.100, Tc.134, Td.6, Td.20. Td.63,
Td.70. Td.101, Td.112, Td.116,
Te.121, Te.216.a, Ti.1, Ti.3, dan Ti.9.
Fosil
yang
dikenali
termasuk:
Dictyoconus sp., Asterocydina sp.,
An. matanzensis COLE, Biplanispira
sp., Discocyclina sp., Nummulites sp.,
N.
atacicus
LEYMERIE.
N.
pangaronensis (VERBEEK), Fasciolites
sp.,
F.
oblonga
DORBIGNY,
Alveolinella
sp.,
Orbitolites
sp.,
Pellatispira
sp.,
P.
madaraszi
HANTKEN, P. orbitoidae PROVALE. P.
provaleae YABE, Spiroclypeus sp., S.
tidoenganensis VAN DER VLERK. S.
verinicularis TAN, Globorotalia sp., Gl.
centralis CUSHMAN & BERMUDEZ, Gl,
mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl.
obesa
BOLLI,
Gl
preamenardii
CUSHMAN
&
STAINFORTH.
Gl.
siakensis (LE ROY), Globoquadrina
altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn.
dehiscens (CHAPMAN-PARR COLLINS)
Hantkenina alabamensis CUSHMAN,
Heterostegina sp., H. bornensis VAN
DER VLERK, Austrotrillina bowcbini
(SCHLUMBERGER), Lepidocyclina sp.,

9
L. cf. Omphalus TAN, L. Ephippioides
JONES, L, sumatrensis (BRADY), L.
parva OPPENOORTH, Iniogypsina sp.,
Globigerina sp., G. venezuelana
HEDBERG, Globigerinoides sp., Gd.
altiaperturus BOLLI, Gd. immaturus
LE ROY, Gd. Subquadratus BRONNIMANN, Gd. trilobus (REUSS), Orbulina
bilobata (DORBIGNY). O. suturalis
BRONNIMANN,
O.
universa
DORBIGNY,
Opercuna
sp.,
Amphistegina sp. dan Cycloclypeus
sp. Gabungan fosil ini menunjukkan
kisaran umur dari Eosen Awal (Ta.2)
sampai Miosen Tengah (Tf), dan
lingkungan neritik dangkal hingga
dalam dan laguna. Tambahan pulah
ditemukan
fosil-fosil
foraminifera
yang lain. ganggang, koral dan
moluska dalam formasi ini.
Tebal formasi ini diperkirakan tidak
kurang dari 3000 m; menindih
selaras batuan Formasi Malawa, dan
tertindih tak selaras batuan Formasi
Camba; diterobos oleh sill, retas, ban
stok batuan beku yang bensusunan
basal, trakit, dan diorit.

Tmc
FORMASI CAMBA : batuan
sedimen laut berselingan dengan
batuan gunungapi; batupasir tufaan
berselingan dengan tufa, batupasir,
batulanau
dan
batulempung;
bersisipan
dengan
napal,
batugamping konglomerat dan breksi
gunungapi, dan setempat dengan
batubara, berwarna beraneka, putih ,
coklat, merah, kuning, kelabu muda
sampai
kehitaman:
umumnya

mengeras kuat dan sebagian kurang


padat; berlapisan dengan
tebal
antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya
berbutir halus hingga lapili; tufa
lempungan
berwarna,
merah
mengandung banyak mineral biotit;
konglomerat dan breksinya terutama
berkomponen andesit dan basal
dengan ukuran antan 2 cm dan 40
cm;
batugamping
pasiran
dan
batupasir gampingan mengandung
pecahan
koral
dan
moluska:
batulempung gampingan kelabu tua
dan napal mengandung foram kecil
dan
moluska;
sisipan
batubara
setebal 40 cm ditemukan
di S.
Maros. Pada umumnya berlapis baik,
terlipat lemah dengan kemiringan
sampai 30.
Fosil dari Formasi Camba telah
dikenali oleh D. Kadar (hubungan
tertulis. 1971, 1973, 1974). A.F
Malicoat (M.W. Kontz, hubungan
tertulis,
1972),
dan
oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis,
1974), dari contoh batuan: B.27,
B.73, B.134. C.43, C.44. Ta.57.
Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276,
Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182. Td.332,
dan Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali
termasuk:
Lepidocyclina
cf.
borneensis PROVALE. Lephippioides
JONES & CHAPMAN. L. sumatrensis
(BRADY) Iniogypsina sp., Globigerina
venezuelana HEDBERG , Globorotalia
baroemoenensis LEROY. Gl. mayeri
CUSHMAN & ELISOR, Gl menardii
(DORBIGNY. Gl lenguaensis BOLLI.
Gl. lobata BERMUDEZ. G.l obesa
BOLLI, Gl. peripheroacuta BLOW &

10
BANNER.
Gl.
praemenardii
CUSHMANN & STAINFORTH. Gl.
siakensis
(LEROY)
Globoqudrina
altispira (CUSHMAN JARVIS,, Gn
dehiscens (CHAPMAN PARR-COLLINS)
Globerinaoides immaturus LEROY.
Gd. obliquas BOLLI, Gd. Sacculifer
(BRADY,
Gd.
Subquadratus
BRONNIMANN. Gd. Trilobus (REUSS),
Orbulina
universa
DORBIGNY,
Biorbulina
bilobata
(DORBIGNY),
Operculina sp., Cycloclypeus sp.,
Hastigerina Praesiphonifera BLOW,
Sphaeroidinellopsis
seminulina
(SCEWAGER), Sp. kochi (CAUDRIE),
dan
Sp.
subdehiscens
BLOW.
Gabungan fosil ini menunjukkan umur
berkisar dari Miosen Tengah sampai
Miosen
Akhir
(N.9N.15),
dan
lingkungan neritik.
Lagi
pula
ditemukan
fosil-fosil
foraminifera yang lain, ganggang dan
koral dalam formasi ini. Kemungkinan
sebagian
dari
Formasi
Camba
diendapkan dekat daerah pantai.
Secara setempat ditemukan pula fosil
berumur Pliosen Awal, seperti yang di
sebelah utara Ujung Pandang.
Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m,
menindih tak selaras batugamping
dari Formasi Tonasa (Temt) dan
batuan dari Formasi Malawa (Tem),
mendatar berangsur berubah jadi
bagian bawah dari pada Formasi
Walanae (Tmpw); diterobos oleh
retas, Sil dan stok bersusunan basal
piroksen, andesit dan diorit.

Tmcv, Anggota Batuan Gunungapi;


batuan gunungapi bersisipan batuan
sedimen laut; breksi gunungapi, lava,
konglomerat gunungapi, dan tufa
berbutir
halus
hingga
lapili;
bersisipan batupasir tufaan, batupasir
gampingan,
batulempung
mengandung
sisa
tumbuhan,
batugamping dan napal. Batuannya
bersusunan
andesit
dan
basal;
umumnya
sedikit
terpropilitkan,
sebagian terkersikkan, amigdaloidal
dan berlubang-lubang diterobos oleh
retas, sill dan stok bersusunan basal
dan diorit; berwarna kelabu muda,
kelabu tua dan coklat.
Pemeriksaan petrografi menunjukkan
fonolit nefelin, porfiri sienit nefelin,
diabas hipersten, tufa batuan basa
andesit, andesit, andesit trakit dan
basal leusit (Subroto dan Saefuddin,
hubungan tertulis, 1972): dan tefrit
leusit basanit leusit, leusitit dan dasit
(von Steiger, 1913).
Penarikan Kalium Argon pada batuan
basal dari lokasi 7 menghasilkan 17,7
juta tahun (Indonesia Gulf Oil,
hubungan tertulis, 1972), dasit dan
andesit dari lokasi 1 dan 2 masingmasing menghasilkan umur 8,93 dan
9,29 juta tahun (ET.D. Obradovich,
hubungan tertulis, 1974), dan basal
dari Birru menghasilkan 6,2 juta
tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan
tertulis,
1978).
Beberapa lapisan batupasir dan
batugamping pasiran mengandung
moluska dan sepaian koral. Sisipan
tufa gampingan, batupasir
tufa

11
gampingan, batupasir gampingan,
batupasir lempungan, napal dan
batugamping
mengandung
fosil
foraminifera.

Tmca : Basal di sekatar G. Gatarang


yang dikelilingi tebing melingkar
menyerupai kaldera, dan juga di
beberapa tempat yang lain, tercirikan
oleh limpahan kandungan leusit.

Fosil yang dikenali oleh Sudiyono dan


Purnamaningsih (hubungan tertulis,
1973, 1974) dari lokasi Td.7 dan
Td.338
adalah
Globigerina
venezuelana (HEDBERG), Globorotalia
mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Gl.
menardii (DORBIGNY), Gl. siakensis
(LEROY). Gl. acostaensis BLOW, Gl.
Cf. dutertrei, Globoquadrin.a altispira
(CUSHMAN
&
JARVIS),
Globigerinoides extremus BOLLI. Gd
immaturus LEROY, Gd. obliqus BOLLI.
Gd. ruber (DORBIGNY) Gd. sacculifer
(BRADY), Gd. trilobus (REUSS),
Hastigerina aequilateralis (BRADY),
dan Sphaerodinellopsis subdehiscens
(BLOW). Baik gabungan fosil maupun
data radiometri menunjukkan jangka
umur Miosen Tengah - Miosen Akhir.

Tmcl,
Anggota
Batugamping,
batugamping, batugamping tufaan,
batugamping
pasiran,
setempat
dengan
sisipan
tufa;
sebagian
kalkarenit, pejal dan sarang, berbutir
halus sampat kasar; putih, kelabu,
kelabu kecoklatan, coklat muda dan
coklat;
sebagian
mengandung
glaukonit: fosil terutama foraminifera,
dan sedikit moluska dan koral.

Batuannya
sebagian
besar
diendapkan dalam lingkungan laut
neritik sebagai fasies gunungapi
Formasi Camba, menindih tak selaras
batugamping Formasi Tonasa dan
batuan Formasi Malawa; sebagian
terbentuk dalam lingkungan darat,
setempat
breksi
gunungapi
mengandung sepaian batugamping
seperti
yang
ditemukan
di S.
Paremba; tebal diperkirakan tidak
kurang dari 4000 m.

Fosil yang dikenali oleh D. Radar


(hubungan tertulis, 1973) dan contoh
batuan Ta.37, Ta.52, Ta.58.a, Td.104
dan Td.105, adalah: Lepidocyclina
sp., L. cf) omphalus TAN, L.
sumtrensis (BRADY), B. Verbeeki
(NEWTON & HOLLAND), Mogypsina
sp., M. thecidaeforinis (RUTTEN), M.
cf.
cupulaeforinis
(ZUFFARDICOMERCY), Globorotalia sp., Gl.
Mayeri CUSHMANN & ELLISOR, Gl.
lobata BERMUDEZ, Gl. praemenardii
CUSHMANN
&
STAINFORTH.
Gl
praescitula BLOW,
Gl. siakensis
(LEROY), Globorotaloides variabilis
BOLLI,
Globoquadrina
altispira
(CUSHMAN & JARVIS), Gn. globosa
BOLLI,
Globigerinoides
sp.,
Gd.
immaturus LEROY. Gd. sacculifer
(BRADY)
Gd.
subquadratus
BRONNIMANN, Biorbulina bilobata
(DORBIGNY),
Orbulina
suturalis
BRONNIHANN,
O.
universa
DORBIGNY, Hastigerina siphonifera

12
(DORBIGNY),
Sphaeroidinellopsis
kochi (GAUDRIE), Sp. Seminulina
(SGHWAGER),
Operculina
sp.,
Amphistegina sp., Cyclocypeus sp.,
dan
ganggang.
Gabungan
fosil
tersebut menunjukkan umur Miosen
Tengah (Tf; N.9 - N. 13).

Tmpw
FORMAS1 WALANAE :
batupasir
berselingan
dengan
batulanau, tufa, napal, batulempung.
konglomerat dan batugamping:
Sebagian memakas dan sebagian
repih; umumnya berwarna muda,
putih keabuan, kecoklatan dan kelabu
muda.
Batupasir
berbutir
halus
sampai kasar, umumnya tufaan dan
gampingan, terdiri terutama dari
sepaian batuan beku dan sebagian
mengandung
banyak
kuarsa.
Komponen
batuan
gunungapi
jumlahnya
bertambah
secara
berangsur ke arah barat dan selatan,
terdiri dari butiran abu hingga lapili,
tufa kristal, setempat mengandung
banyak
batuapung
dan
biotit.
Konglomerat ditemukan lebih banyak
di bagian selatan dan barat, tersusun
terutama dari kerikil dan kerakal
andesit, trakit dan basal. Ke arah
utara dan timur jumlah karbonat dan
klastika bertambah; di sekitar Tacipi
batugamping
berkembang
jadi
anggota Tacipi; di daerah sekitar
Watampone ditemukan lebih banyak
batugamping pasiran berlapis yang
berselingan
dengan
napal.
batulempung, batupasir dan tufa.

Fosil foram kecil banyak ditemukan di


dalam
napal
dan
sebagian
batugamping;
setempat
moluska
ditemukan melimpah di
dalam
batupasir, napal dan batugamping; di
daerah selatan setempat ditemukan
ada tumbuhan di dalam batupasir
silangsiur
dan
beberapa
lensa
batubara di dalam batulempung;
batutahu
ditemukan
di
dalam
batupasir
dekat
Pampanua
dan
Sengkang, daerah utara.
Fosil foraminifera yang dikenali oleh
D. Kadar (hubungan tertulis, 1973.
1974), oleh Pumarnaningsih dan M.
Karmini (hubungan tertulis, 1974)
dan contoh batuan Ta.150. Ta.157,
Ta.168.
Ta.192.
Ta.219.
Ta.
24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43, dan
Te.75, adalah: Lepidocyclina sp.,
Katacyclocypeus sp., Miogypsina sp..
Globigerina bulloides DORBIGNY, G.
nephentes DODD, Globorotalia obesa
BOLLI. Gl. dutertrei (DORBIGNY), Gl.
lobata
BERMUDEZ,
Gl.
Scitula
(BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl.
crassula CUSHMAN & STEWART, Gl.
merotumida BLOW & BANNER Gl.
Tumida
(BRADY;,
Globoquadrina
altispira
(CUSHMAN &
JARVIS),
Globigerinoides conglobatus, BRADY.
Gd. Extremus BOLLI, Gd. immaturus
LEROY. Gd. ruber (DORBINY) Gd.
sacculifer (BRADY). Gd. obliquus
BOLLI, Gd. trilobus (REUSS). Orbulina
universa
DORBIGNY,
Hastigerina
aequilateralis
(BRADY),
Sphaeroidinellopsizs
seminulina
(SCHWACER),
Ep.
subdehiscens
BLOW, Pulleniatina
obiquiloculata

14

13
(PARKER & JONES), Amphistegina
sp., dan Operculina sp. Gabungan
fosil tersebut menunjukkan umur
Miosen Tengah - Pliosen (N.9-N.20).
Lagi
pula
ditemukan
fosil-fosil
foraminifera yang lain, moluska,
ganggang dan koral dalam formasi
ini.
Satuan batuan ini tersebar luas di
sepanjang lembah S. Walanae, di
timur
D.
Tempe
dan
sekitar
Watampone; pada umumnya terlipat
lemah, dengan kemiringan lapisan
kurang dan 15, pelipatan kuat
terjadi di sepanjang lajur sesar,
dengan kemiringan sampai 60.
Bagian bawah formasi ini diperkirakan
menjemari dengan Formasi Camba,
dan
bagian
atasnya
menjemari
dengan Batuan Gunungapi Parepare;
telal diperkirakan tidak kurang dari
4.500 m.
Tmpt, Anggota Tacipi: batugamping
koral dengan sisipan batugamping
berlapis,
napal,
batulempung,
batupasir, dan tufa: putih, kelabu
muda,
dan
kelabu
kecoklatan;
sebagian sarang dan sebagian pejal.
setempat berstruktur breksi dan
konglomerat; setempat mengandung
banyak moluska.
Fosil foram yang dikenali oleh D.
Kadar (hubungan tertulis, 1974), dan
lokasi E.755 dan Ta. 157 adalah :
Amphistegina sp., Operculina sp.,
Orbulina sp., Rotalia sp., dan
Gastropoda. Satuan ini di banyak

tempat
membentuk
pebukitan
kerucut, dan beberapa membentuk
punggungan yang sejajar dengan
pantai
timur,
yaitu
di
barat
Watampone; di lembah S. Walanae,
dan di utara Tacipi, batugamping
Anggota Tacipi tarsingkap di sana-sini
di dalam batuan Formasi Walanae;
tebal satuan ini dperkirakan tidak
kurang dan 1700 m.

Batuan Gunungapi
Tpv
BATUAN GUNUNGAPI
TERPROPILITKAN :
breksi, lava
dan tufa. di bagian atas lebih banyak
tufa, sedangkan di bagian bawah
lebih banyak lava: umumnya bersifat
andesit, sebagian trakit dan basal;
bagian atas bersisipan serpih merah
dan batugamping; komponen breksi
beraneka, dari beberapa cm sampai
melebihi 50 cm, terekat tufa yang
jumlahnya kurang dari 50%; lava dan
breksi berwarna kelabu tua sampai
kelabu kehijauan, sangat terbreksikan
dan
terpropilitkan,
mengandung
banyak karbonat dan silikat.
Penarikhan Kalium/Argon pada basal
dan timur Bantimala (lokasi 5)menghasilkan umur 58,5 juta tahun
(J.D. Obradovich, hubungan tertulis.
1974), dan penarikhan jejak belah
pada tufa dari bagian bawah Batuan
Gunungapi Langi menghasilkan umur
63 + 2 juta tahun (T.M. van Leeuwen.
hubungan tertulis 1978).

Satuan ini tebalnya sekitar 400 m;


sebagai lanjutan dan yang tersingkap
di Birru, di lembar Ujung Pandang,
Benteng & Sinjai, yang oleh van
Leeuwen (1974) disebut batuan
Gunungapi Langi; ditindih takselaras
oleh batuan Eosen Formasi Tonasa
dan Formasi Malawa; diterobos oleh
batuan granodiorit dan basal.

Tmkv
BATUAN GUNUNGAPI
KALAMISENG :
lava dan breksi,
dengan
sisipan
tufa,
batupasir,
batulempung dan napal; kebanyakan
bersusunan basal dan sebagian
andesit; kelabu tua hingga kelabu
kehitaman, umumnya tansatmata,
kebanyakan
terubah,
amidaloid
dengan mineral sekunder karbonat
dan
silikat;
sebagian
lavanya
menunjukkan struktur bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di
sepanjang daerah pegunungan di
timur lembah Walanae, terpisahkan
oleh lajur sesar dari batuan sedimen
dan karbonat yang berumur Eosen di
bagian baratnya diterobos oleh retas
dan stok basal, ansdesit dan diorit.
Satuan batuan ini berumur lebih
muda dari batugamping Eosen dan
lebih tua dari Formasi Camba Miosen
Tengah, mungkin Miosen Bawah; dan
tebalnya tidak kurang dari 4.250 m.

Tmsv
BATUAN
GUNUNGAPI
SOPPENG : breksi gunungapi dan

lava, dengan sisipan tufa berbutir


pasir sampai lapili, dan batulempung;
di bagian utara lebih banyak tufa dan
breksi, sedangkan di bagian selatan
lebih banyak lavanya; sebagian
bersusunan
basal
piroksen
dan
sebagian basal leusit, kandungan
leusitnya makin banyak ke arah
selatan: sebagian lavanya berstuktur
bantal dan sebagian terbreksikan;
breksinya berkomponen antara 5 cm
- 50 cm; warnanya kebanyakan
kelabu tua sampai kelabu kehijauan.
Batuan gunungapi ini pada umumnya
terubah sangat kuat, amigdaloid
dengan mineral sekunder berupa urat
karbonat dan silikat; diterobos oleh
retas (0,5 m - 1 m) dan sil trakit dan
andesit, dengan arah umum retas
timurlaut-baratdaya.
Satuan
ini
ditaksir setebal 4.000 m, menindih
takselaras
batugamping
Formasi
Tonasa dan ditindih; selaras batuan
Formasi
Camba;
diperkirakan
berumur Miosen Bawah.
Tpbv
BATUAN
GUNUNGAPI
BATURAPE CINDAKO :
lava dan
breksi, dengan sisipan sedikit tufa
dan konglomerat; bersusunan basal,
sebagian
besar
ponfiri
dengan
fenokris piroksen sampai 1 cm
panjangnya,
dan
sebagian
tansatmata; kelabu tua kehijauan
hingga hitam; lava sebagian berkekar
meniang dan sebagian berkekar lapis;
pada umumnva breksi berkomponen
kasar, 15 cm - 60 cm, terutama basal
dan sedikit andesit, terekat oleh tufa,
Dasit pasir sampai lapili, mengandung

15
banyak sepaian piroksen. Satuan
batuan ini tebalnya tidak kurang dari
1250 m di lembar Ujungpandang,
Benteng & Sinjai setelah selatan
daerah
lembar
ini
menindih
takselaras batuan gunungapi Formasi
Camba (Tmcv); mungkin berumur
Pliosen Akhir

Tppv
SATUAN
GUNUNGAPI
PAREPARE : tufa, berbutir halus
sampai lapili, breksi dan konglomerat
gunungapi , setempat dengan sisipan
lava dan batupasir tufaan: terutama
bersusunan
trakit
dan
andesit,
pemeriksaan petrografi menunjukan
andesit trakit, beberapa lapisan tufa
mengandung
banyak
biotit;
umumnya memakas lemah dan
sebagian repih; berwarna
putih
keabuan hingga kelabu; setempat
terlihat lapisan silang-siur dan sisa
tumbuhan. Sebagian dari batuan,
gunungapi ini di daerah timur terdiri
terutama dari lava (Tppl), bersusunan
trakit, mengandung banyak biotit.
Satuan ini ditaksir setebal 500 m,
menindih batuan Formasi Camba dan
kemungkinan
menjemari
dengan
bagian
atas
Formasi
Walanae.
Umurnya
Pliosen,
berdasarkan
penarikhan radiometri pada trakit dan
tufa dari timurlaut Parepare (Lembar
Majene-Palopo), yang masing-masing
menghasilkan 4,25 dan 4,95 juta
tahun (J.D. Obradovich, hubungan
tertulis, 1974)

Batuan Terobosan
gd
GRANODIORIT : terobosan
granodiorit, berwarna kelabu muda,
dengan miksoskop batuannya terlihat
mengandung felspar. kuarsa, biotit,
sedikit piroksen dan horenblenda,
dengan mineral ikutan zirkon, apatit
dan magnetit; mengandung senolit
bersusunan diorit dan diterobos oleh
aplit;
beberapa
bagian
yang
bersusunan diorit terkaolinkan.
Batuan
terobosan
ini
terdapat
dibagian tenggara Lembar, tersingkap
luas di sekitar Birru, di lembar
Ujungpandang, Benteng & Sinjai.
menerobros batuan Formasi Marada
(Km)
dan
Batuan
Gunungapi
Terpropilitkan (Tpv), tetapi tidak ada
santuhan
dengan
batugamping
Formasi Tonasa Temt).
Penarikhan jejak belah percontoh
granodiorit menghasilkan umur 19 +
2 juta tahun, dan memberikan
dugaan
batuan
terobosan
ini
ditempatkan selama Miosen (T.M. van
Leeuwen, hubungan tertulis. 1978).

d
DIORIT GRANODIORIT :
terobosan diorit dan granodiorit,
terutama berupa stok dan sebagian
berupa retas, kebanyakan bertekstur
porfir, berwarna kelabu muda sampai
kelabu. Diorit yang tersingkap di
sebelah utara Bantimala dan di
sebelah timur Birru menerobos batu
pasir Formasi Balangbaru dan batuan

16
ultramafik; terobosan yang terjadi di
sekitar Camba sebagian terdiri dari
granodiorit porfir, dengan banyak
fenokris berupa biotit dan amfibol,
dan menerobos batugamping Formasi
Tonasa dan batuan Formasi Camba.
Penarikhan Kalium/Argon granodiorit
dari timur Camba (lokasi 8) pada
biotit menghasiikan 9.03 juta tahun
(J.D. Obradovich, hubungan tertulis
1974).

t
TRAKIT: terobosan trakit berupa
stok, sil dan retas; bertekstur porfir
kasar dengan fenokris sanidin sampai
3 cm panjangnya; berwarna putih
keabuan sampai kelabu muda. Di
sekitar Bantimala dan Tanetteriaja
trakit
menerobos
batugamping
Formasi Tonasa, dan di utara
Soppeng
menerobos
batuan
gunungapi Soppeng (Tmsv).
Penarikhan Kalium/Argon trakit; dari
barat Bantimala (lokasi 3 dan 4
menghasilkan : pada felspar 8,3 juta
tahun, dan pada biotit 10.9 juta
tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan
tertulis. 1972).

b BASAL : terobosan basal berupa


sil, stok dan retas, kebanyakan
bertekstur porfir dengan fenokris
piroksen kasar
mencapai ukuran
lebih dari 1 cm, dan sebagian putih
tansatmata; berwarna kelabu tua
kehitaman
sampai
kehijauan,

sabagian dicirikan oleh srtuktur kekar


meniang bersegi enam, beberapa di
antaranya bertekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Tonasa
membentuk sil di dalam batugamping
Formasi Tonasa dan terobosan yang
terjadi di sekitar Malawa kebanyakan
membentuk retas dalam batuan
Formasi Malawa.
Penarikhan
Kalium/Argon
pada
batuan basal dari lokasi 7, di timur
Tonasa 1, menunjukkan umur 17,7
juta tahun (Indonesia Gulf Oil,
hubungan tertulis. 1972).

Kompleks Tektonika Bantimala

Ub
BATUAN ULTRABASA
:
peridotit,
sebagian
besar
terserpentinkan, berwarna hijau tua
sampai hijau kehitaman; kebanyakan
terbreksikan dan tergerus melalui
sesai naik ke arah baratdaya; pada
bagian yang pejal terlihat struktur
berlapis, dan di beberapa tempat
mengandung
buncak
dan
lensa
kromit; satuan ini tebalnya tidak
kurang dan 2500 m, dan mempunyai
sentuhan sesar dengan satuan batuan
di sekitarnya.

s
BATUAN MALIHAN : sebagian
besar sekis dan sedikit genes; secara
megaskopik
terlihat
mineral
di
antaranya glaukofan, garnet, epidot,

18
17
mika dan klorit; di bawah mikroskop
tHoent & Ziegler (1915) dan Subroto
& Saefudin (hubungan tertuis. 1972)
mengenali sekis glaukofan, eklogit,
sekis garnet, sekis amfibol, sekis
kiorit,
sekis
muskovit,
sekis
muskovit-tremoilit-aktinolit,
sekis
muskovit-aktinolit,
genes
albitortoklas, dan genes kuarsa-felspar;
eklogit
tidak
ditemukan
berupa
singkanan,
melainkan
berupa
sejumlah bongkah besar di daerah
batuan malihan; di lokasi Te. 149.a
sekisnya
mengandung
grafit;,
berwarna kelabu, hijau, coklat dan
biru.
Baruan
malihan
ini
umumnya
berpendaunan
miring
ke
arah
timurlaut, sebagian terbreksikan, dan
tersesarkan naik ke arah baratdaya.
Satuan ini tebalnya tidak kurang dari
2000 m dan bersentuhan sesar
dengan satuan batuan di sekitarnya.
Penarikhan Kalium/Argon pada sekis
di
timur
Bantimala
(lokasi
5)
menghasilkan umur 111 juta tahun
(J.D. Obradovich. hubungan tertulis,
1974).

m KOMPLEK MELANGE : batuan


campur aduk secara tektonik terdiri
dari grewake, breksi, kongomerat,
batupasir;
terkersikkan,
serpih
kelabu,
serpih
merah,
rijang
radiolaria merah, batusabak, sekis,
ultramafik, basal, diorit dan lempung;
himpunan batuan
ini mendaun,
kebanyakan miring ke arah timurlaut
dan tersesarkan naik ke arah

baratdaya; satuan ini tebalnya tidak


kurang dari 1750 m, dan mempunyai
sentuhan sesar dengan satuan batuan
di sekitarnya.

TEKTONIKA
Batuan tua yang masih dapat
diketahui kedudukan stratigrafi dan
tektonikanya adalah sedimen flych
Formasi Balangbaru dan Formasi
Marada; bagian bawah takselaras
menindih satuan yang lebih tua, dan
bagian atasnya ditindih takselaras
oleh batuan yang lebih muda. Batuan
yang lebih tua merupakan masa yang
terimbrikasi melalui sejumlah sesar
sungkup,
terbreksikan,
tergerus,
terdaunkan dan sebagian tercampur
menjadi melange. Oleh karena itu
komplek
batuan
ini
dinamakan
Komplek
Tektonik
Bantimala.
Berdasarkan himpunan batuannya
diduga Formasi Balangbaru dan
Formasi
Marada
itu
merupakan
endapan lereng di dalam sistem
busur-palung pada zaman Kapur
Akhir. Gejala ini menunjukkan, bahwa
melange di Daerah Bantimala terjadi
sebelum Kapur Akhir.
Kegiatan gunungapi bawah laut
dimulai pada Kala Paleosen, yang
hasil erupsinya terlihat di timur
Bantimala dan di daerah Birru
(lembar Ujungpandang, Benteng &
Sinjai). Pada Kala Eosen Awal,
rupanya daerah di barat berupa tepi

daratan yang dicirikan oleh endapan


darat serta batubara di dalam
Formasi
Malawa;
sedangkan
di
daerah timur, berupa cekungan laut
dangkal tempat pengendapan batuan
klastika bersisipan karbonat Formasi
Salo Kalupang. Pengendapan Formasi
Malawa
kemungkinan
hanya
berlangsung selama awal Eosen,
sedangkan Formasi Salo Kalupang
berlangsung sampai Oligosen Akhir.
Di barat diendapkan batuan karbonat
yang sangat tebal dan luas sejak
Eosen Akhir sampai Miosen Awal.
Gejala ini menandakan bahwa selama
waktu itu terjadi paparan laut dangkal
yang luas, yang berangsur-angsur
menurun sejalan dengan adanya
pengendapan. Proses tektonik di
bagian barat ini berlangsung sampai
Miosen Awal, sedangkan di bagian
timur kegiatan gunungapi sudah
mulai lagi selama Miosen Awal, yang
diwakili oleh Batuan Gunungapi
Kalamiseng dan Soppeng (Tmkv dan
Tmsv).
Akhir kegiatan ganungapi Miosen
Awal itu diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya permulaan
terban Walanae yang kemudian
menjadi
cekungan
tempat
pembentukan
Formasi
Walanae.
Peristiwa ini kemungkinan besar
berlangsung
sejak
awal
Miosen
Tengah, dan menurun perlahan
selama sedimentasi sampai Kala
Pliosen. Menurunnya Terban Walanae
dibatasi oleh dua sistem sesar
normal, yaitu sesar Walanae yang

seluruhnya nampak hingga sekarang


di sebelah timur, dan sesar Soppeng
yang hanya tersingkap tidak menerus
di sebelah barat.
Selama
terbentuknya
terban
Walanae, di timur kegiatan gunungapi
terjadi hanya di bagian selatan
sedangkan di barat terjadi kegiatan
gunungapi yang hampir merata dari
selatan ke utara, berlangsung dari
Miosen
Tengah
sampai
Pliosen.
Bentuk kerucut gunungapi masih
dapat diamati di daerah sebelah barat
ini, di antaranya Puncak Maros dan G.
Tondongkarambu.
Suatu
tebing
melingkar mengelilingi G. Benrong, di
utara G. Tondongkarambu, mungkn.
merupakan sisa suatu kaldera.
Sesar utama yang berarah utarabaratlaut
terjadi
sejak
Miosen
Tengah, dan tumbuh sampai setelah
Pliosen. Pelipatan besar yang berarah
hampir sejajar dengan sesar utama
diperkirakan terbentuk sehubungan
dengan adanya, tekanan mendatar
berarah kira-kira timut-barat pada
waktu
sebelum
akhir
Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula
adanya sesar sungkup lokal yang
menyesarkan batuan pra-kapur Akhir
di Daerah Bantimala yang kemudian
tertekan melawati batua tersier.
Penyesaran yang relarif lebih kecil di
bagian timur Lembar Walanae dan di
bagian barat pegunungan barat yang
berarah
baratlaut - tenggara dan

19
merencong,
kemungkinan
besar
terjadi oleh gerakan mendatar ke
kanan sepanjang sesar besar.

SUMBERDAYA
ENERGI

MINERAL

DAN

Gejala mineralisasi yang didapatkan


di daerah Lembar Pangkajene dan
Watampone
Bagian
Barat
ialah
sebagai berikut:
Sebuah
urat
kuarsa
yang
mengandung sulfida tembaga dan
malakit tersingkap pada sentuhan
retas diorit di dalam batuan klastika
Teos kira-kira
30 km sebelah
timurlaut Camba. Hasil analisis oleh
Direktorat
Geologi
(197)
memperlihatkan
kandungan
Cu,
11,19% dan Zn 1,58%. Ketul mangan
dengan kandungan MnO2, 20,39%
yang berserakan di dekat sentuhan
antara batugamping Temt dan batuan
gunungapi Tpv di daerah Birru,
menurut hasil penelitian PT Riotinto
Bethlehen Indonesia (1974) ternyata
tudung besi petunjuk mineral logam
dasar.
Kromit ditemukan dalam batuan
ultrabasa di timur Barru dan di
timurlaut Pangkajene, terutama pada
bagian yang berlapis berupa lensa
atau buncak. Tanah palapukannya
mengandung
apungan
kromit.
Analisis kimia apungan kromit dari
baratlaut
Tanetteriaja
memperlihatkan kadar Cr2O3, 24.70%

dan Fe, 13.47%. Di beberapa tempat


kromit ditambang oleh perusahaan
daerah.
Batugamping Formasi Tonasa dan
lempung. Formasi Malawa digali di
tenggara
dan
di
timur
laut
Pangkajene, sebagian bahan dasar
bagi pabrik semen Tonasa I dan
Tonasa II. Batuan terobosan basal,
trakit, diorit dan granodiorit yang
ditemukan di beberapa tempat baik
sebagai bahan bangunan fondasi.
Lapisan
batubara
ditemukan
di
beberapa tempat di dalam Formasi
Malawa. Beberapa di antaranya telah
ditambang selama dan sebelum
perang
dunia
kedua.
Eksplorasi
minyak dan gas telah dilakukan oleh
Gulf Oil Indonesian sejak tahun 1967
baik di daerah pantai maupun di lepas
pantai. Tes pemboran di Singkang
telah membuktikan adanya gasbumi
di daerah itu.
Mataair panas dan mineral ditemukan
di
beberapa
tempat,
yang
di
antaranya mencapai temperatur 40o
C.
Analisis
kimia
air
mineral
percontoh dari utara Tanettariaja
menunjukkan susunan utama dalam
mg/liter: Ca2+, 206,5; CO2 bebas,
238,1; HCO3, 697,8; dan Cl, 116,0.

20
DAFTAR REFERENSI/REFERENCES
Hooijer,
DA.
1949.
Plistocene
vertebrates from Celebes. IV
Archideskodon celebensit nov.
Spec.; Zool. Meded. , DeelXX,
No. 14, Leiden 1949.
Patty, E.J. and S. Wiryosujono, 1962.
The raw materials for cement
plant in the Tonasa - Baloci
area
on
South
Sulawesi;
unpubl. rept GSI, No. 20/do.
Steiger, von H., 1915. Petrografische
beschrijying
van
eenege
gesteenten
uit
de
onderafdeeling Pangkadjene en
het landscap Tanette v/h Govt.
Celebes dan Onderhorighede;
jaarb. Mijnw. Verh., pp. 171227.
Sukamto. R, 1975. Geologic map of
Indonesia,
Sheet
VIII
Ujungpandang,
scale
1
:
1,000.000; Geological Survey
of Indonesia.
Sung, G.L., 1948. Samenvatting van
belangrijkere
geologische
gegevens over Celebes; GL. A.
Raport No. 22575; unpubl. rent.
PERTAMINA.
tHoent, C. and K. Ziegler, 1917.
Verslag ovede resultaten van
geologisch - Mijnbouwkundige
verkenningen in Z.W. Celebes;

jaarb. Mijnw. Verb. II, pp. 235363.


van

Leeuwen, T.M., 1974 . The


geology of Birru area, South
Sulawesi;
PT
Riotinto
Bethlehem Indonesia, unpubl.
rept.

21

Keterangan dan Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai,
Sulawesi
(Oleh Rab. Sukamto dan Supriatna S. Tahun 1982)

PENDAHULUAN

Pemetaan geologi daerah Lembar


Ujung Pandang. Benteng dan Sinjai,
Sulawesi Selatan, dilaksanakan dalam
rangka Proyek Pemetaan Geologi dan
interpretasi Foto Udara. Pelita I, oleh
Subdirektorat Perpetaan, Direktorat
Geologi (skarang Pusat Penelitian dan
Pengembangan
Geologi).
Semula
pemetaan dilaksanakan secara tinjau
dengan tujuan untuk melengkapi data
geologi di daerah selatan garis 5 LS
(termasuk Lembar Pangkajene dan
Watampone
Bagian Barat) guna
kompilasi Peta Geologi Regional
sekala 1 :1.000.000, yang sekarang
sudah
terbit
(Sukamto
1975)
Pemetaan tinjau dilakukan selama
Agustus dan September 1971 oleh R.
Sukamto H. Sumadirdja. T.S Suria
Admadja.
K.A
Astadiredja,
dan
dibantu oleh S. Hardjprawiro. D.
Sudana N. Ratman dan E. Titersole.
Data geologi tinjau yang dihasilkan
pada 1971 Kemudian dilengkapi
dengan berbagai lintasan geologi
yang lebih rapat yang dilakukan
selama April sampai dengan Juli

1974, dan Agustus sampai dengan


Nopember 1974. Hasilnya disusun
menjadi peta geologi bersistem luar
Jawa sekala 1 : 250.000. Pemetaan
selama 1974 dilakukan oleh R.
Sukamto,. S. Supriatna. I. Umar, A.
Koswara dan dibantu oleh Sanardjo.
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai dibatasi oleh kordinat: 119o 120 30 BT dan 5o 6o LS. Untuk
mudahnya seluruh Pulau Salayar
yang memanjang sampai 6 30 LS
dimasukkan ke dalam lembar ini.
Oleh karena itu lembar ini sebenarnya
di selatan dibatasi oleh lintang 6 35.
Daerah ini meliputi Daerah Tk II
Kabupaten Maros, Sungguminasa,
Takalar.
Jeneponto,
Benteng,
Bulukumba, Sinjai dan Salayar;
termasuk Daerah Tk. I Propinsi
Sulawesi
Selatan.
Lembar
peta
berbatasan
dengan
Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat di utara Selat Makassar di
barat, Teluk Bone di timur dan Laut
Flores di selatan.
Penduduk di daerah lembar ini relatif.
padat daripada daerah lain di

22
Sulawesi.
Kebanyakan
penduduk
betempat
tinggal
di
kota-kota
Kabupaten dan Kecamatan. Yang
tersebar di sepanjang pesisir, dan
juga di desa-desa yang besar di
pedalaman.
Sebagian
besar
penduduknya bertani sawah dan
ladang, dan ada pula yang bekerja
sebagai nelayan. Penduduk di kotakota. sebagian berniaga dan sebagian
karyawan. Kehidupan sosiai di daerah
ini mencerminkan kebudayaan asli
Sulawesi Selatan yang diantaranya
Bugis,
Makassar,
Bajo,
dll.
Kebanyakan
masyarakatnya
beragama islam ada pula beragama;
Katolik dan protestan sedikit yang
beragama lain.
Fisiografi lengan selatan Sulawesi
yang membentang dengan arah
utara-selatan mempengaruhi keadaan
iklim di daerah ini. Seperti di daerah
Indonesia yang lain di daerah ini pun
ada dua musim, yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Musim di
daerah di bagian barat berbeda
waktunya dengan daerah bagian
timur. Musim hujan di bagian barat
biasanya berlangsung dan Nopember
s/d April, dan di bagian timur
biasanya berlangsung dari Mei s/d
Oktober.
Hutan lebat hanya ditemukan di
daerah dongak yang tinggi, yaitu di
sekitar G. Lompobatang dan G.
Cindako. Daerah berdongak rendah
sebagian
besar
berupa
daeah
pertanian. Binatang hutan sudah
jarang ditemui di daerah ini, yang

terlihat hanya ular, kijang, anoang


dan kera.
Daerah pemetaan umumnya mudah
dicapai. Perhubungan udara yang
pada
tahun
1971
hanya
ada
penenbangan
dan
Jakarta
ke
Makassar (sekarang Ujung Pandang)
beberapa
kali dalam seminggu,
sekarang telah berubah menjadi
beberapa kali dalam satu hari.
Lapangan Udara Mandai terletak di
bagian baratlaut lembar peta. di
antara Ujung Pandang dan Maros.
Dari Mandai atau dan Ujung Pandang
hampir seluruh daerah pemetaan
dapat dicapai dengan kendaraan
mobil. Semua kota Kabupaten dan
sebagian dari kota-kota Kecamatan
mempunyai hubungan jalan yang
dapat dilalui oleh kendaraan mobil.
Jalan-jalan desa dan setapak dapat
datemukan hampir di seluruh daerah
ini.
Pulau
Salayar
sekarang
mempunyai hubungan laut teratur
dengan
Bulukumba
di
daratan
Sulawesi, dan baru-baru ini juga
hubungan
udara
yang
disebut
perintis.
Peta dasar yang dipakai dalam
pemetaan ini adalah peta topografi
bersekala 1 : 250.000, AMS seri T503, 1962, SB 50-5 dan SB 51-5 9.
Peta sekala ini dipakai sebagai peta
dasar kompilasi. Di lapangan dipakai
pula peta topografi bersekala 1 :
100.000. Di samping itu dipakai pula
potret
udara
yang
melengkapi
sebagian besar daerah, dengan
sekala sebagian besar 1:50.000, dan

24

23
beberapa bersekala 1:10:000. Hanya
2 daerah sempit yang memanjang
utara-selatan. satu melewati bagian
timur Puncak G. Lompobatang dan
yang lain melewati Sinjai yang tidak
terlingkupi potret udara.
Laporan
penyelidikan
geologi
sebelumnya yang dipakai sebagai
referensi dalam penusunan peta
Lembar Ujung Pandang. Benteng dan
Sinjai ini adalah yang disusun tHoen
dan Ziegler (1915), Korte (1924),
Sung
(1942),
Purbo-Hadiwidjoyo
(1970) dan van Leeuwen (1974).

GEOMORFOLOGI
Bentuk morfologi yang menonjol di
daerah lembar ini adalah kerucut
gunungapi
Lompobatang.
yang
menjulang mencapai ketinggian 2876
m di atas muka laut. Kerucut
gunungapi dari kejauhan masih
memperlihatkan bentuk aslinya. dan
menempati lebih kurang 1/3 daerah
lembar. Pada potret udara terlihat
dengan
jelas
adanya
beberapa
kerucut parasit, yang kelihatannya
lebih muda dan kerucut induknya
bersebaran di sepanjang jalur utaraselatan
melewati
puncak
G.
Lompobatang. Kerucut gunungapi
Lompobatang
ini
tersusun
oleh
batuan gunungapi berumur Plistosen.
Dua buah bentuk kerucut tererosi
yang
lebih
sempit
sebarannya

terdapat di sebelah barat dan sebelah


utara G. Lompobatang. Di sebelah
barat terdapat G. Baturape, mencapai
ketinggian 1124 m dan di sebelah
utara terdapat G. Cindako, mencapai
ketinggian 1500 m. Kedua bentuk
kerucut tererosi ini disusun oleh
bawan gunungapi berumur Pliosen.
Di bagian utara lembar tendapat 2
daerah yang tercirikan oleh topografi
kras
yang
di
bentuk
oleh
batugamping Formasi Tonasa. Kedua
daerah
bertopografi
kras
ini
dipisahkan oleh pegunungan yang
tersusun oleh batuan gunungapi
berumur Miosen sampai Pliosen.
Daerah sebelah barat G. Cindako dan
sebelah utara G. Baturape merupakan
daerah berbukit. kasar di bagian
timur dan halus di bagian barat.
Bagian timur mencapai ketinggian.
kina-kira 500 m, sedangkan bagian
barat kurang, dan 50 m di atas muka
laut dan hampir merupakan suatu
datanan. Bentuk morfologi ini disusun
oleh batuan klastika
gunungapi
berumur
Miosen.
Bukit-bukit
memanjang yang tersebar di daerah
ini mengarah ke G. Cindako dan G.
Baturape berupa retas-retas basal.
Pesisir barat merupakan daratan
rendah yang sebagian besar terdiri
dari daerah rawa dan daerah pasangsurut.
Beberapa
sungai
besar
membentuk daerah banjir di dataran
ini. Bagian timurnya terdapat buki

bukit terisolir yang tersusun oleh


batuan klastika gunungapi berumur
Miosen dan Pliosen. Pesisir baratdaya
ditempati oleh morfologi berbukit
memanjang rendah dengan arah
umum kirar-kira baratlaut-tenggara.
Pantainya berliku - liku membentuk
beberapa
teluk,
yang
mudah
dibedakan dari pantai di daerah lain
pada lembar ini. Daerah ini disusun
oleh batuan karbonat dari Formasi
Tonasa.
Secara
fisiografi
pesisir
timur
merupakan
penghubung
antara
Lembah Walanae di utara, dan Pulau
Salayar di selatan. Di bagian utara,
daerah berbukit rendah dari Lembah
Walanae
menjadi
lebih
sempit
dibanding
yang
di
(Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat) dan menerus di sepanjang
pesisir timur Lembar Ujung Pandang,
Benteng dan Sinjai ini. Pegunungan
sebelah
timur
dan
Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat berakhir di bagian utara pesisir
timur lembar ini.
Bagian
selatan
pesisir
timur
membentuk suatu tanjung yang
ditempati sebagian besar oleh daerah
berbukit kerucut dan sedikit topografi
kras. Bentuk morfologi semacam ini
ditemukan pula di bagian baratlaut P.
Salayar. Teras pantai dapat diamati di
daerah ini sejumlah antara 3 dan 5
buah. Bentuk morfologi ini disusun
oleh batugamping berumur Miosen
Akhir-Pliosen.

Pulau Salayar mempunyai bentuk


memanjang
utara-selatan,
yang
secara fisiografi merupakan lanjutan
dari pegunungan sebelah timur di
Lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat. Bagian timur rata-rata
berdongak lebih tinggi dengan puncak
tertinggi 608 m, dan bagian barat
lebih rendah. Pantai timur rata-rata
terjal dan pantai barat landai secara
garis besar membentuk morfologi
lereng-miring ke anah barat.

STRATIGRAFI
Tatanan Stratigrafi
Satuan batuan tertua yang telah
diketahui umurnya adalah batuan
sedimen flysch Kapur Atas yang
dipetakan sebagai Formasi Marada
(Km) Batuan malihan (s) belum
diketahui umurnya, apakah lebih tua
atau lebih muda dari pada Formasi
Marada; yang jelas diterobos oleh
granodiorit yang diduga berumur
Miosen (19 2 juta tahun).
Hubungan Formasi Marada dengan
satuan batuan yang lebih muda, yaitu
Formasi Salo Kalupang dan Batuan
Gunungapi Terpropilitkan tidak begitu
jelas, kemungkinan tak selaras.
Formasi Salo Kalupang (Teos) yang
diperkirakan berumur Eosen Awal Oligosen Akhir berfasies sedimen
laut, dan diperkirakan setara dalam
umur dengan bagian bawah Formasi

25
Tonasa
(Temt).
Formasi
Salo
Kalupang terjadi di sebelah timur
Lembah Walanae dan Formasi Tonasa
terjadi di sebelah baratnya.
Satuan batuan berumun Eosen Akhir
sampai Miosen Tengah menindih
takselaras batuan yang lebih tua.
Berdasarkan
sebaran
daerah
singkapannya, diperkirakan batuan
karbonat yang dipetakan sebagai
Formasi Tonasa (Temt) tenjadi pada
daerah yang luas di lembah ini.
Formasi Tonasa ini diendapkan sejak
Eosen Akhir berlangsung hingga
Miosen
Tengah,
menghasilkan
endapan karbonat yang tebalnya
tidak kurang dan 1750 m. Pada kala
Miosen Awal rupanya terjadi endapan
batuan gunungapi di daerah timur
yang menyusun Batuan Gunungapi
Kalamiseng (Tmkv).
Satuan batuan berumur Miosen
Tengah sampai Pliosen menyusun
Formasi Camba (Tmc) yang tebalnya
mencapai 4.250 m dan menindih tak
selaras batuan-batuan yang lebih tua.
Formasi ini disusun oleh batuan
sedimen laut berselingan dengan
klastika
gunungapi,
yang
menyamping
beralih
menjadi
dominan batuan gunungapi (Tmcv).
Batuan sedimen laut berasosiasi
dengan karbonat mulai diendapkan
sejak Miosen Akhir sampai Pliosen di
cekungan Walanae, daerah timur, dan
menyusun Formasi Walanae (Tmpw)
dan Anggota Salayar (Tmps).

Batuan gunungapi berumur Pliosen


terjadi
secara
setempat,
dan
menyusun
Batuan
Gunungapi
Baturape - Cindako (Tpbv). Satuan
batuan gunungapi yang termuda
adalah
yang
menyusun
Batuan
Gunungapi
Lompobatang
(Qlv),
berumur Plistosen. Sedimen termuda
lainnya adalah endapan aluvium dan
pantai (Qac).

26
berisipan batupasir dan batulanau
gampingan. tufa, lava dan breksi
yang bersusunan basal. andesit dan
trakit.
Batupasir dan batulanau berwarna
kelabu muda sampai kehitaman;
serpih berwarna kelabu tua sampa
coklat tua; konglomerat tersusun oleh
andesit dan basal; lava dan breksi
terpropilitkan kuat dengan mineral
sekunder berupa karbonat, silikat,
serisit. klorit dan epidot.

Perian Satuan Peta

Endapan Permukaan
Qac
ENDAPAN ALUVIUM, RAWA
DAN
PANTAI:
kerikil.
pasir,
lempung, lumpur dan batugamping
koral.
Terbentuk dalam lingkungan sungai,
rawa, pantai dan delta. Di sekitar
Bantaeng, Bulukumba dan S. Berang
endapan aluviumnya terutama terdiri
dari rombakan batuan gunungapi G.
Lompobatang: di dataran pantai barat
terdapat endapan rawa yang sangat
luas.

Batuan Sedimen dan Batuan Gunungapi


Km FORMASI MARADA (TM. VAN
LEEUWEN, 1974): batuan sedimen
bersifat
flysch:
perselingan.
batupasir,
batulanau,
arkose.
Grewake, serpih dan konglomerat;

Fosil globotruncana, dari batupasir


gampingan yang dikenal oleh PT Shell
menunjukKan umur Kapur Akhir, dan
diendapkan di lingkungan neritik
dalam (T.M. van Leeuwen, hubungan
tertulis, 1975 . Formasi ini diduga
tebalnya tidak kurang dari 1000 m.

Teos FORMASI SALO KALUPANG:


batupasir, serpih dan batulempung
berselingan.
dengan
konglomerat
gunungapi,
breksi
dan
tufa.
bersisipan lava. batugamping dan
napal: batulempung. serpih dan
batupasirnya di beberapa tempat
dicirikan oleh warna merah, coklat,
kelabu
dan
hitam;
setempat
mengandung
fosil
moluska
dan
foraminifera
di
dalam
sisipan
batugamping
dan
napal;
pada
umumnya gampingan, padat, dan
sebagian dengan urat kalsit, sebagian
dari serpihnya sabakan; kebanyakan

lapisannya terlipat kuat


kemiringan antara 20o - 75o.

dengan

Fosil dari Formasi Salo Kalupang yang


dikenali oleh D. Kadar (hubungan
tertulis, 1974) pada contoh batuan
Td. 140, terdiri dari: Asterocyclina
matanzensis
COLE,
Discocyclina
dispansa (SOWERBY), D. javana
(VERBEEK),
Nummulites
sp.,
Pellatispira madaraszi (HANTKEN),
Heterostegina saipanensis COLE, .
dan Globigerina sp. Gabungan fosil ini
menunjukkan umur Eosen Akhir (Tb).
Formasi
Salo
Kalupang
yang
tersingkap
di
daerah
Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat
mengandung
fosil
yang
berumur Eosen Awal sampai Oligosen
Akhir. Formasi ini tebalnya tidak
kurang dari 1500 m, sebagai lanjutan
dari daerah lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat sebelah
utaranya ; ditindih tak selaras oleh
batuan dari Formasi Walanae dan
dibatasi oleh sesar dan batuan
gunungapi Tmkv.

Temt
FORMASl
TONASA:
batugamping, sebagian berlapis dan
sebagian Pejal; koral, bioklastika, dan
kalkarenit. dengan sisipan napal
globigerina.
Batugamping kaya foram besar,
batugamping
pasiran,
setempat
dengan moluska: kebanyakan putih
dan kelabu muda. sebagian kelabu

28

27
tua dan coklat. Perlapisan baik
setebal antara 10 cm dan 30 cm,
terlipat lemah dengan kemiringan
lapisan rata-rata kurang dari 25o; di
daerah
Jeneponto
banugamping
berlapis berselingan dengan napal
globigerina.
Fosil dari Formasi Tonasa dikenal:
oleh D. Kadar (hubungan tertulis.
1973,
1974,
1975;.
dan
oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis,
1974). Contoh-contoh yang dianalisa
fosilnya adalah: La.8, La.35, Lb.1,
Lb.49, Lb83, Lc.44, Lc.97, Lc. 114,
Td.37, Td.161, dan Td.167. Fosil fosil
yang dikenali termasuk: Discocyclina
sp., Nummuliites sp. . Heterostegina
sp.. Flosculineilla sp., Spirochypues
sp.,
S.
Orbitoides
DOUVILLE,
Lepidocyclina sp., L. ephippiodes
JONES & CHAPMAN. L. verbeeki
NEWTON
&
HOLLAND,
L.
cf.
Sumatrensis JONES & CHAPMAN,
Miogypsina sp., Globigerina sp, Gn.
triprtita
COCH,
Globoquadrina
altispira
(CUSHMAN &
JARVIS),
Amphistegina sp.,Cycloclypeus sp..
dan Operculina sp. Gabungan fosil
tersebut menunjukkan umur berkisar
dari Eosen sampai Miosen Tengah (Ta
- Tf). dan lingkungan pengendapan
neritik dangkal sampai dalam dan
sebagian laguna.
Formasi ini tebalnya tidak kurang dari
1750 m, tak selaras menindih batuan
Gunungapi Terpropilitkan (Tpv) dan
ditindih oleh Formasi Camba (Tmc);
di beberapa tempat diterobos oleh
retas, sil dan stok bersusunan basal

dan diorit; berkembang baik di


sekitar Tonasa di daerah Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat, sebelah utaranya.
Tmc
FORMASI CAMBA : batuan
sedimen laut berselingan dengan
batuan gunungapi, batupasir tufaan
benselingan dengan tufa batupasir
dan batulempung ; bersisipan napal,
batugamping , konglomerat dan
breksi gunungapi. dan batubara.
Warna beraneka dari putih, coklat,
merah.
kelabu
muda
sampai
kehitaman umumnya mengeras kuat;
berlapis-lapis dengan tebal antara 4
cm dan 100 cm. Tufa berbutir halus
hingga
lapili;
tufa
lempungan
berwarna merah mengandung banyak
mineral biotit; konglomenat dan
breksinya terutama berkomponen
andesit dan basal dengan ukuran
antara 2 cm dan 30 cm; batugamping
pasiran
mengandung
koral
dan
moluska; batulempung kelabu tua
dan napal mengandung fosil foram
kecil; sisipan batubara setebal 40 cm
ditemukan di S. Maros.
Fosil dari Formasi Camba yang
dikenal oleh D. Kadar (hubungan
tertulis
1974,
1975)
dan
Purnamaningsih (hubungan tertulis,
1975). pada contoh batuan La.3.
L.a.24, La.125, dan La.448/4, terdiri
dari: Globorotalia mayeri CUSHMAN &
ELLISOR,. Gl. praefoksi BLOW &
MANNER, Gl. siakensis (LEROY),
Flosculinella bontangensis (RUTTEN).

Globigerina venezuelana HEDBERG,.


Globoquadrina altispira (CUSHMAN &
JARWS).
Orbulina
universa
DORBIGNY,
O.
suturalis
BROWNIMANN
Cellantbus
cratuculatus FICHTEL & MOLL, dan
Elphidium
advenum
(CUSHMAN)
Gabungan fosil tersebut menunjukkan
umur Miosen Tengah (Tf). Lagi pula
ditemukan fosil foraminifera jenis
yang lain, ostrakoda dan moluska
dalam Formasi ini. Kemungkinan
Formasi Camba di daerah ini berumur
sama dengan yang di Lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat, yaitu Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir.
Formasi ini adalah lanjutan dari
Formasi Camba yang terletak di
Lembar Pangkajene dan Bagian Barat
Watampone sebelah utaranya kirakira 4.250 m tebalnya, diterobos oleh
retas basal piroksen setebal antara
- 30 m, dan membentuk bukit-bukit
memanjang
Lapisan
batupasir
kompak (10 - 75 cm) dengan sisipan
batupasir tufa (1 - 2 cm) dan
konglomerat berkomponen basal dan
andesit, yang tersingkap di P. Salayar
diperkirakan termasuk satuan Tmc.
Tmcv Batuan Gunungapi Formasi
Camba: breksi gunungapi, lava
konglomerat dan tufa berbutir halus
hingga
lapili
bersisipan
batuan
sedimen
laut
berupa
barupasir
tufaan, batupasir gampingan dan
batulempung yang mengandung sisa
tumbuhan. Bagian bawahnya lebih
banyak
mengandung
breksi

gunungapi
dari
lava
yang
berkomposisi andesit ban basal;
konglomerat
juga
berkomponen
andesit dan basal dengan ukuran 3 50 cm; tufa berlapis baik, terdiri dari
tufa litik, tufa kristal dan tufa vitrik.
Bagian
atasnya
mengandung
ignimbrit bersifat trakit dan tefrit
leusit; ignimbrit berstruktur kekar
meniang, berwarna kelabu kecoklatan
dan
coklat
tua,
tefrit
leusit
berstruktur aliran dengan permukaan
berkerak
roti,
berwarna
hitam.
Satuan Tmcv ini termasuk yang
dipetakan oleh T.M. van Leeuwen
(hubungan tertulis, 1978) sebagai
Batuan Gunungapi Sopo, Batuan
Gunungapi Pamusureng dan Baruan
Gunungapi Lemo. Breksi gunungapi
yang tersingkap di P. Salayar
mungkin
termasuk
formasi
ini;
breksinya sangat kompak, sebagian
gampingan;
berkomponen
basal
amfibol, basal piroksen dan andesit
(0,5 30 cm), bermassa dasar tufa
yang
mengandung
biotit
dan
piroksen.
Fosil yang dikenali oleh D. Kadar
(hubungan rertulis, 1971) dari lokasi
A.75
dan
A.76.b
termasuk:
Amphistegina
sp.,
Globigerinides,
Operculina sp., Orbulina universa
DORBIGNY,
Rotaila
sp.,
dan
Gastropoda. Penarikhan jejak belah
dan contoh ignimbrit menghasilkan
umur 13 2 juta tahun dan K-Ar dan
contoh lava menghasilkan umur 6,2
juta tahun (TM. van Leeuwen,
hubungan
tertulis,
1978).
Data
paleontologi dan radiometri tersebut

30
29
menunjukkan umur Miosen Tengah
sampai Miosen Akhir.
Satuan ini mempunyai tebal sekitar
2.500 m dan merupakan fasies
gunungapi dari pada Formasi Camba
yang berkembang baik di daerah
sebelah utaranva Lembar Pangkajene
dan Watampone Bagian Barat);
lapisannya
kebanyakan
terlipat
lemah, dengan kemiringan kurang
dari 20o; menindih tak selaras
batugamping Formasi Tonasa (Temt)
dan batuan yang lebih tua.
Tmpw
FORMASI WALANAE :
penselingan batupasir, konglomerat,
dan tufa. dngan sisipan batulanau,
batulempung, batugamping, napal
dan lignit;
Batupasir berbutir sedang sampai
kasar, umumnya gampingan dan
agak kompak, berkomposisi sebagian
andesit dan sebagian lainnya banyak
mengandung
kuarsa;
tufanya
benkisar dari tufa breksi, tufa lapili
dan
tufa
kristal
yang
banyak
mengandung
biotit;
konglomerat
berkomponen andesit, trakit dan
basal, dengan ukuran - 70 cm.
rata-rata 10 cm.
Formasi ini terdapat di bagian timur,
sebagai lanjutan dari lembah S.
Walanae di lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat sebelah
utaranya. Di daerah urara banyak
mengandung tufa, di bagian tengah
banyak mengandung batupasir, dan

di bagian selatan sampai di P. Salayar


batuannya
merjemari
dengan
batugamping
Anggota
Salayar
(Tmps);
kebanyakan
batuannya
berlapis baik, terlipat lemah dengan
kemiringan antara 10o 20o, dan
membentuk
perbukitan
dengan
ketinggian rata-rata 250 m di atas
muka laut; tebal Formasi ini sekitar
2500 m. Di P. Salayar Formasi ini
terutama terdiri dari lapisan-lapisan
batupasir tufaan (10 - 65 cm) dengan
sisipan.
napal;
batupasirnya
mengandung kuarsa, biotit, amfibol
dan piroksen.
Fosil dari Formasi Walanae yang
dikenali
oleh
Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1975) pada
contoh batuan La.457 dan La,468,
terdiri
dari:
Globigerina
sp.,
Globorotalia menardi (DORBIGNY),
Gl. tumida (BRADY). Globoquadrina
altispira (CUTSHMAN & JARVIS),
Globigerinoides immaturus LEROY, Gl.
obliquus BOLLI dan Orbulina universa
DORBIGNY. Gabungan fosil tersebut
menunjukkan umur berkisar dari
Miosen Akhir sampai Pliosen, (N18
N20). Lagi pula ditemukan jenis
foraminifera yang lain, ganggang, dan
koral dalam Formasi ini.

Tmps Anggota Salayar Formasi


Walanae:
batugamping
pejal,
batugamping koral dan kalkarenit,
dengan sisipan napal dan batupasir
gampingan; umumnya putih,

bagian coklat dan merah; setempat


mengandung moluska.
Di sebelah timur Bulukumba dan di P.
Salayar terlihat batugampmg ini
relatif lebih muda dan pada batupasir
Formasi Walanae, tetapi di beberapa
tempat terlihat adanya hubungan
menjemari. Fosil dari Anggota Salayar
yang di kenali oleh Purnamaningsih
(hubungan tertulis, 1975) pada
contoh batuan La.437, La.438 dan
La.479,
terdiri
dari:
Globigerinanaphentes
TODD,
Globorotalia acostaensis BLOW, Gl.
dutertrei (DORBIGNY),Gl. margaritae
BOLLI & BERMUDEZ, Gl. menardii
(DORBIGNY), GL scitaes (BRADY),
Gl. tumiida (BRADY), Globoquadrina
altispira (CUSHMAN & JARVIS), Gn.
Dehiscens
(CHAPMANNPARRCOLLINS),
Globigerinoides
extremus BOLLI & BERMUDEZ, Gd.
immaturus LEROY, Gd. obliquus
BOLLI, Gd. ruber: (DORBIGNY), Gd.
sacculifer (BRADY), Gd. trilobus
(REUSS),
Biorbulina
bilobata
(DORBIGNY),
Orbulina
universa
(DORBIGNY),
Hasdgerina
aequiiateralis (BRADY), Pulleniatina
primalis
BANNER
&
BLOW,
Sphaeroidinellopsis
seminulina
SCHWAGER dan Sp. subdehiscens
BLOW.
Gabungan fosil tersebut
menunjukkan umur berkisar dan
Miosen Akhir sampai
Pliosen Awal
(N16-N19).
Tebal satuan diperkirakan sekitar
2000 m. Di Kp. Ara dan di ujung
utara P. Salayar ditemukan undak-

undak pantai pada batugamping;


paling sedikit ada 3 atau 4 undak
pantai. Daerah batugamping ini
membentuk pebukitan rendah dengan
ketinggian rata-rata 150 m, dan yang
paling tinggi 400 m di P. Salayar.

Batuan Gunungapi
Tpv
BATUAN GUNUNGAPI
TERPRO PILITKAN : breksi, lava
dan tufa.
Mengandung lebih banyak tufa di
bagian atasnya dan lebih banyak lava
di bagian bawahnya, kebanyakan
bersifat andesit dan sebagian trakit;
bersisipan serpih dan batugamping di
bagian atasnya; koponen breksi
beraneka ukuran dari beberapa cm
sampai lebih dan 50 cm, tersemen
oleh tufa yang kurang dan 50%; lava
dan breksi berwarna kelabu tua
sampai kelabu kehijauan, sangat
terbreksikan
dan
terpropilitkan,
mengandung bank-bank karbonat dan
silikat.
Satuan ini tebalnya sekitar 400 m,
ditindih tak selaras oleh batugamping
Eosen Formasi Tonasa, dan diterobos
oleh batuan granodiorit (gd); disebut
Batuan Gunungapi Langi oleh van
Leeuwen (1974). Penarikhan jejak
belah sebuah contoh tufa dari bagian
bawah satuan menghasilkan umur 63 juta tahun atau Paleosen (T.M.

31
32
van Leeuwen,
1978).

hubungan

tertulis,

Tmkv
BATUAN GUNUNGAPI
KALIMISENG : lava dan breksi,
dengan
sisipan
tufa;
batupasir,
batulempung dan napal.
Kebanyakan bensusunan basal dan
sebagian andesit, kelabu tua hingga
kelabu
kehijauan,
umumnya
tansatmata, kebanyakan terubah.
amigdaloidal
dengan
mineral
sekunder
karbonat
dan
silikat;
sebagian
lavanya
menunjukkan
struktur bantal.
Satuan batuan ini tersingkap di
sapanjang
daerah
pegunungan
sebelah timur Lembah Walanae.
sebagai lanjutan dan Tmkv yang
tersingkap bagus di daerah sebelah
utaranya (Lembar Pangkajene dan
Watampone
Bagian
Barat);
terpisahkan oleh jalur sesar dari
batuan
sedimen
dan
karbonat
Formasi Salo Kalupang (Eosen
Oligosen)
di
bagian
baratnya;
diterobos oleh retas dan stok
bensusunan basal, andesit dan diorit.
Satuan
batuan
ini
diperkirakan
beramur Miosen Awal; tebal satuan di
lembar Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat tidak kurang dari 4250
m.
Tpbv
BATUAN
GUNUNGAPI
BATURAPE CINDAKO : lava dan
breksi, dengan sisipan sedikit tufa
dan konglomerat.

Bersusunan basal, sebagian besar


porfiri dengan fenokris piroksen
besar-besar sampai 1 cm dan
sebagian kecil tansatmata, kelabu tua
kehijauan hingga hitam warnanya;
lava sebagian berkekar maniang dan
sebagian
berkekar
lapis,
pada
umumnya breksi berkomponen kasar,
dari 15 cm sampai 60 cm, terutama
basal dan sedikit andesit, dengan
semen tufa berbutir kasar sampai
lapili, banyak mengandung pecahan
piroksen.
Komplek terobosan diorit berupa stok
dan retas di Baturape dan Cindako
diperkirakan merupakan bekas pusat
erupsi (Tpbc); batuan di sekitarnya
terubah kuat, amigdaloidal dengan
mineral sekunder zeolit dan kalsit:
mineral
galena
di
Baturape
kemungkinan berhubungan dengan
terobosan diorit ini; daerah sekitar
Baturape dan Cindako batuannya
didominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini
tidak kurang dari 1250 m tebalnya
dan berdasarkan posisi stratigrafinya
kira-kira berumur Pliosen Akhir.
Qlv
BATUAN GUNUNGAPI
LOMPOBATANG : aglomerat, lava.
breksi, endapan lahar dan tufa.
Membentuk kerucut gunungapi strato
dengan puncak tertinggi 2950 m di
atas muka laut; batuannya sebagian
besar berkomposisi andesit dan
sebagian basal, lavanya ada yang
berlubang - lubang seperti yang di

sebelah barat Sinjai dan ada yang


berlapis; lava yang terdapat kira-kira
2 km sebelah utara Bantaeng
berstruktur bantal; setempat breksi
dan tufanya mengandung banyak
biotit.
Bentuk morfologi tubuh gunungapi
masih jelas dapat dilihat pada potret
udara: (Qlvc) adalah pusat erupsi
yang memperlihatkan bentuk kubah
lava;
bentuk
kerucut
parasit
memperlihatkan paling sedikit ada 2
perioda kegiatan erupsi, yaitu Qlvpl
dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat
erupsi batuannya terutama terdiri
dari lava dan aglomerat (Qlv), dan di
daerah yang agak jauh terdiri
terutama dan breksi, endapan lahar
dan tufa (Qlvb). Berdasarkan posisi
stratigrafinya diperkirakan batuan
gunungapi ini berumur Plistosen.

Batuan Terobosan
gd
GRANODIORIT : terobosan
granodiorit,
batuannya
berwarna
kelabu muda, di bawah mikroskop
terlihat adanya felspar, kuarsa, biotit,
sedikit piroksen dan hornblende,
dengan mineral pengiring zirkon,
apatit dan magnetit; mengandung
senolit bersifat diorit, diterobos retas
aplit, sebagian yang lebih bersifat
diorit mengalami kaolinisasi.
Batuan terobosan ini tersingkap di
sekitar Birru, menerobos batuan dari

Formasi Marada (Km) dan Batuan


Gunungapi
Terpropilitkan
(Tpv),
tetapi tidak ada kontak dengan
batugamping Formasi Tonasa (Temt).
Penarikan jelak belah dari contoh
granodiorit yang menghasilkan umur
19 2 juta tahun memberikan
dugaan bahwa penerobosan batuan
ini berlagsung di Kala Miosen Awal
(T.M.
van
Leeuwen,
hubungan
tertulis, 1978).

d
DIORIT: terobosan diorit,
kebanyakan
berupa
stok
dan
sebagian
retas
atau
sill;
Singkapannya ditemukan di sebelah
timur
Maros,
menenobos
batugamping Formasi Tonasa (Temt);
umumnya
berwarna
kelabu,
bertekstur porfiri, dengan fenokris
amfibol dan biotit, sebagian berkekar
meniang.
Penarikhan Kalium Argon pada biotit
dan aplit (lokasi 2) dan diorit (lokasi
3)
menunjukkan umur
masingmasing 9.21 dan 7,74 juta tahun atau
Miosen. Akhir. (J.D. Obradovich
hubungan tertulis. 1974).
t/a
TRAKIT DAN ANDESIT :
terobosan trakit dan andesit berupa
retas dan stok.
Trakit berwarna putih, bertekstur
porfiri dengan fenokris sanidin sampai
sepanjang 1 cm; andesit berwarna
kelabu tua, bertekstur porfiri dengan
fenokris amfibol dan biotit. Batuan ini

34

33
tersingkap
di
daerah
sebelah
baratdaya Sinjai, dan menerobos
batuan gunungapi Formasi Camba
(Tmcv).
BASAL : terobosan basal berupa
retas, sill dan stok, bertekstur porfir
dengan fenokris
piroksen kasar
mencapai ukuran lebih dan 1 cm,
berwarna kelabu tua kehitaman dan
kehijauan; sebagian dicirikan oleh
struktur kekar meniang, beberapa di
antaranya mempunyai tekstur gabro.
Terobosan basal di sekitar Jene
Berang berupa kelompok retas yang
mempunyai arah kira- kira radier
memusat ke Baturape dan Cindako ;
sedangkan yang di sebelah utara
Jeneponto berupa stok.
Semua terobosan basal menerobos
batuan dan Formasi Camba (Tmc).
Penarikan Kalium/Argon pada batuan
basal dari lokasi 1 dan 4, dan gabro
dari lokasi 5 menunjukkan umur
masing-masing 7,5. 6,99 dan 7,36
juta tahun, atau Miosen Akhir
(Indonesia Gulf Oil Co., hubungan
tertulis, 1972; J.D. Obradovich,
hubungan
tertulis,
1974).
lni
menandakan
bahwa
kemungkinan
besar
penerobosan
basal berlangsung sejak Miosen Akhir
sampai Pliosen Akhir.

Batuan Malihan

s BATUAN MALIHAN KONTAK :


batutanduk
yang
berkomposisi
mineral-mineral antofilit. kordiorit,
epidot,
garnet,
kuarsa,
felspar,
muskovit dan karbonat.
Berwarna kelabu kehiauan sampai
hijau tua, tersingkap daerah yang
sempit (2 km2), pada kontak
dengan granodiorit (gd) dan dibatasi
oleh sesar dari batuan gunungapi
Tmcv. Batutanduk ini mengandung
banyak lensa magnetit.

TEKTONIKA
Batuan tertua yang tersingkap di
daerah ini adalah sedimen flysch
Formasi Marada, berumur Kapur Atas.
Asosiasi
batuannya
memberikan
petunjuk suatu endapan
lereng
bawah laut, ketika Kegiatan magma
berkembang
menjadi
suatu
gunungapi pada waktu kira-kira 63
juta tahun, dan menghasilkan Batuan
Gunungapi Terpropilitkan.
Lembah
Walanae
di
lembar
Pangkajene dan Watampone Bagian
Barat sebelah utaranya menerus ke
Lembar Ujung Pandang, Benteng dan
Sinjai, melalui Sinjai di pesisir timur
Lembah ini memisahkan batuan
berumur
Eosen.
yaitu
sedimen
klastika Formasi Salo Kalupang di
sebelah timur dan sedimen karbonat
Formasi Tonasa di sebelah baratnya.

Rupanya pada Kala Eosen daerah


sebelah barat Lembah Walanae
menapakan
suatu
paparan
laut
dangkal,
dan
daerah
sebelah
timurnya merupaKan suatu cekungan
sedimentasi dekat daratan.

kemungkinan sebagian muncul di


permukaan
pada
kala
Pliosen.
Kegiatan gunungapi selama Miosen
meghasilkan Formasi Camba, dan
selama Pliosen menghasilkan Batuan
Gunungapi Baturape-Cindako.

Paparan laut dangkal Eosen meluas


hampir ke seluruh daerah lembar
peta, yang buktinya ditunjukkan oleh
sebaran Formasi Tonasa di sebelah
barat Birru, sebelah timur Maros dan
di sekitar Takalar. Endapan paparan
berkembang selama Eosen sampai
Miosen Tengah. Sedimentasi klastika
di sebelah timur Lembah Walanae
rupanya
berhenti
pada
Akhir
Oligosen, dan diikuti oleh kegiatan
gunungapi
yang
menghasilkan
Formasi Kalamiseng.

Kelompok retas basal berbentuk


radier memusat ke G. Cindako dan G.
Baturape,
terjadinya
mungkin
berhubungan
dengan
gerakan
mengkubah pada kala Pliosen.

Akhir dari pada kegiatan gunungapi


Eosen Awal diikuti oleh tektonik yang
menyebabkan terjadinya pemulaan
terban Walanae. yang kemudian
menjadi cekungan di mana Formasi
Walanae terbentuk. Peristiwa ini
kemungkinan
besar
berlangsung
sejak awal Miosen Tengah dan
menurun
perlahan
selama
sedimentasi sampai kala Pliosen.
Menurunnya
cekungan
Walanae
dibarengi oleh kegiatan gunungapi
yang terjadi secara luas di sebelah
baratnya dan mungkin secara lokal di
sebelah timurnya. Peristiwa ini terjadi
selama
Miosen
Tengah
sampai
Pliosen. Semula gunungapinya terjadi
di
bawah
muka
laut,
dan

Kegiatan gunungapi di daerah ini


masih berlangsung sampai dengan
kala Plistosen, meghasilkan Batuan
Gunungapi
Lompobatang.
Berhentinya kegiatan magma pada
akhir Plistosen, diikuti oleh suatu
tektonik yang menghasilkan sesarsesar en echelon (merencong) yang
melalui G. Lompobatang berarah
utara-selatan. Sesar-sesar en echelon
mungkin sebagai akibat dari suatu
gerakan mendatar dekstral dari pada
batuan alas di bawah Lembah
Walanae. Sejak kala Pliosen pesisirbarat ujung lengan Sulawesi Selatan
ini merupakan dataran stabil, yang
pada kala Holosen hanya terjadi
endapan aluvium dari rawa-rawa.

SUMBER
ENERGI

DAYA

MINERAL

DAN

Gejala mineralisasi didapatkan di


daerah Lembar Ujung Pandang,
Benteng dan Sinjai. Gosan mangan
ditemukan berserakan di atas tanah

35
lapukan dari Batuan Gunungapi
Terpropilitkan (Tpv), dekat sentuhan
dengan terobosan granodiorit (gd).
Hasil penyelidikan yang diiakukan
oleh PT Riotinto Bethlehen Indonesia
menunjukkan bahwa gosan mangan
itu berasal dari prospek endapan bijih
logam dasar (van Leeuwen, 1974).
Endapan timbal terjadi di daerah
pinggiran komplek terobosan diorit
(Tpbc) pada
Batuan Gunungapi
Baturape-Cindako (Tpbv), yang oleh
perusahaan
setempat
telah
ditambang sejak sebelum Perang
Dunia ke-II.
Batugamping dari Formasi Tonasa
yang
berlimpah
memberikan
cadangan bahan galian industri yang
cukup
besar.
Batugamping
ini
telah digunakan sebagai bahan baku
untuk Pabrik Semen Tonasa yang
terletak di Pangkajene di sudut
baratdaya lembar Pangkajene dan
Watampone Bagian Barat. Batuan
beku berupa terobosan dan lava
(basal,
trakit,
andesit,
diorit,
granodorit)
yang
ditemukan
di
berbagai tempat baik sebagai bahan
bangunan fondasi.
Mataair panas dan mineral ditemukan
di
beberapa
tempat.
Beberapa
airpanas di sebelah baratdaya dan
selatan Sinjai, di antaranya ada yang
bersuhu
sampai
40oC
(PurboHadiwidjoyo,
1970).
Eksplorasi
minyak dan gasbumi dilakukan oleh
Gulf Oil Indonesia sejak 1967 di
beberapa tempat di darat dan di lepas
pantai. Pemboran uji telah dilakukan

baik di
pantai.

pantai

maupun

di

lepas

ACUAN
Korte,
P..
2924.
Geologische
verkenning in Saleier; unpubl.
rept. GSI
Purbo-Hadiwidioyo 1970, Tentang
pemeriksaan gerakan tanah di
Kp. Salohe, Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan unpubl. rept
GSI, IS/Gth/165,
Sukamto, K., 1975, Geologic Map of
Indonesia, sheet VIII Ujung
Pandang,
scale
1,000,000;
Geological Survey of Indonesia.
tHoen, C. & K. Ziegler, 1917, Verslag
over
he
resultaten
van
geologisch-mijnhouv-kundige
verkenninger in Z.W. Celebesc
jaarb. Mijnw. Verb. II, pp.
235361,
van Leeuwen. TM., 1974, The geology
of Birru area, South Sulawesi
PT
Riotinto
Eethlehem
Indonesia, unpubl. rept.

36

37

Geologi Lembar Majene dan Bagian Barat Lembar Palopo, Sulawesi


(Oleh : Djuri, Sudjatmiko, S. Bachri dan Sukido, 1998)
Edisi Kedua

PENDAHULUAN

Tatanan Stratigrafi

Peta
dasar
dibuat
oleh
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Geologi, berdasarkan peta dari U.S.
Army Map Service, seri T-503,
Lembar SA 50-16 dan SA 51-13,
1965.

Daerah Lembar Majene dan Bagian


Barat Lembar Palopo terbentuk oleh
beraneka macam batuan seperti,
batuan sedimen, malihan, gunungapi
dan terobosan. Umurnya berkisar dari
Mesozoikum sampai Kuarter.

Peta geologi dibuat berdasarkan


pemetaan pada tahun 1912 oleh
Sudjatmiko, Djuri, Budi Santoso,
Memed
dan
Yop
Yusuf,
serta
kompilasi oleh S. Bachri pada tahun
1997.

Satuan tertua di Lembar ini adalah


Batuan Malihan (TR w) yang terdiri
dari sekis, genes, filit dan batusabak.
Satuan ini mungkin dapat disamakan
dengan Kompleks Wana di Lembar
Pasangkayu yang diduga berumur
lebih tua dan Kapur dan tertindih
takselaras oleh Formasi Latimojong
(Kls). Formasi tersusun oleh filit,
kuarsit, batulempung malih dan
pualam, berumur Kapur.

Edisi pertama (1974), oleh Djuri dan


Sudjatmiko

Edisi kedua (1997), digambar dan


dicetak ulang
dengan beberapa
perbaikan oleh :
S. Bachri dan Sukido
Disunting oleh D. Sukarna, N Ratman
dan (and) T.C. Amil

Satuan berikutnya adalah Formasi


Toraja (Tet) terdiri dari batupasir
kuarsa, konglomerat kuarsa, kuarsit,
serpih
dan
batulempung
yang
umumnya berwarna merah alau
ungu.
Formasi
ini
mempunyai
Anggota Rantepao (Tetr) yang terdiri
dari batugamping numulit berumur

38
Eosen Tengah Eosen Akhir. Formasi
Toraja menindih takselaras Formasi
Latimojong, dan tertindih takselaras
oleh
Batuan
Gunungapi
Lamasi
(Toml) yang terdiri dari batuan
gunungapi, sedimen gunungapi dan
batugamping yang berumur OligoMiosen atau Oligosen Akhir - Miosen
Awal.
Batuan
gunungapi
ini
mempunyai Anggota Batugamping
(Tomc), tertindih selaras oleh Formasi
Riu
(Tmr)
yang
terdiri
dari
batugamping dan napal. Formasi Riu
berumur Miosen Awal - Miosen
Tengah, tertindih takselaras oleh
Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan
Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi
Sekala terdiri dari grewake, batupasir
hijau,
napal
dan
batugamping
bersisipan tuf dan lava bersusunan
andesit-basal;
berumur
Miosen
Tengah - Pliosen; berhubungan menjemari dengan Batuan Gunungapi
Talaya. Batuan Gunungapi Talaya
terdiri dari breksi, lava dan tuf yang
bersusunan
andesit-basal
dan
mempunyai Anggota Tuf Beropa
(Tmb). Batuan
Gununapi Talaya
menjemari dengan Batuan Gunungapi
Adang
(Tma)
yang
terutama
bersusunan leusit basal.

Pemerian Satuan
Qa
ALUVIUM : Lempung lanau,
pasir, dan kerikil
Qpbt
TUF BARUPU : Tuf, putih
hingga kelabu muda, mengandung
biotit dan batuapung, bersusunan

dasit; setempat dijumpai breksi,


batuapung Umurnya diduga Plistosen
dan tebalnya sekitar 300 m. Nama
satuan ini pertamakali digunakan oleh
Abendanon (1915).
Qphs ENDAPAN ANTAR GUNUNG :
Konglomerat mengandung komponen
granit, batupasir tufaan, batulanau
dan serpih, setempat mengandung
fosil moluaka; termampatkan lemah.

Qpps NAPAL PAMBAUANG : Napal


tufa, serpih napalan meagandung
nodul, batupasir tufaan, dan lensalensa konglomerat; mengandung fosil
foraminifera yang menunjukkan umur
Plistosen. Tebal satuan sekitar 300 m,
dan kemungkinan terendapkan di
lingkungan laut dangkal.
Tmpi
BATUAN TEROBOSAN :
Umumnya batuan beku bersusunan
asam sampai menengah seperti
granit, granodiorit, diorit, senit,
monzonit kuarsa den riolit; setempat
dijumpai
gabro
di
G.
Pangi.
Singkapan terbeser di daerah G.
Paroreang yang menerus sampai
daerah G. Gandadiwata di Lembar
Mamuju (Ratman dan Atmawinata,
1993). Umumya diduga
Pliosen
karena menerobos Batuan Gunungapi
Walimbong
yang
berumur
MioPliosen,
serta
berdasarkan
kesebandingan dengan granit di
Lembar Pasangkayu yang berumur
3,35 juta tahun (Sukamto, I975a)

39
Tppv
BATUAN
GUMINGAPI
PAREPARE
: Breksi gunungapi
berkomponen trakit dan andesit;
batuapung,
batupasir
tufaan,
konglomerat dan breksi tufaan;
diterobos oleh, retas-retas trakitandesit. Umur satuan adalah Pliosen
berdasarkan penarikhan radiometri
pada trakit dan tufa di Parepare yang
menghasilkan umur 4,25 dan 4,95
juta tahun (S.D. Obradovich, dalam
Sukamto, 1982).

Tppl
ANGGOTA LAVA BATUAN
GUNUNGAPI PAREPARE : Lava
trakit, kelabu muda hingga putih,
berkekar-tiang.

Tmpm FORMASI MAPI : Batupasir


tufan,
batulanau,
batulempung,
batugamping
pasiran
dan
kanglomerat. Berdasarkan kandungan
fosil foraminiferanya umur formasi ini
Miosen Tengah - Pliosen. Formasi ini
tersingkap di daerah S. Mapi,
tebalnya sekitar 100 m.

Tpw
FORMASI WALANAE :
Konglametat,
sedikit
batupasir
glaokonit dan serpih; mengandung
kokuina, moluska dan foraminifera
yang menunjukkan umur Pliosen,
sedang lingkungan pengendapannya
darat hingga laut dangkal. Ke arah
Selatan, di Lembar Pangkajene dan
Watampone bagian barat (Sukamto.
1982), batupasir semakin menguasai
dan berselingan dengan batulanau,

tuf,
napal,
konglomerat
dan
batugamping. Batugamping di Tacipi
disebut Anggota Tacipi. Tebal formasi
tidak kurang dari 1700 m.
Tpl
ANGGOTA BATUGAMPING
FORMASI WALANAE : Batugamping
terumbu, tebalnya kurang dari 100
m, dijumpai menumpangi
atau
sebagai lensa pada bagian atas
Batuan
Gunungapi
Walimbong
(Tmpv). umurya sekitar Mio-Pliosen.
dengan lingkungan pengendapan laut
dangkal. Batuan serupa dan seumur
di Lembar Pangkajene dan bagian
barat Watampone (Sukamto, 1982)
disebut
Anggota
Tacipi Formasi
Walanae,
di
Lembar
Enrekang
(Sukido. 1997) disebut Formasi
Tacipi.
Tmpv
BATUAN
GUNUNGAPI
WALIMBONG : Lava berausunsn
basal sampai andesit, sebagian lava
bantal; breksi andesit piroksin, breksi
andsit trakit; mengandung feldspatoid
di beberspa tempat; diendapkan di
lingkungan laut. diduga berumur MioPliosen karena menjemari dengan
Formasi Sekala yang berumur Miosen
Tengah - Pliosen; tebalnya ratusan
meter.
Tmm
FORMASI
MANDAR
:
Batupasair, batulanau dan serpih,
berlapis baik, mengandung lensa
lignit,
mengandung
foraminifera
berumur
Miosen
Akhir,

40
tebal mencapai 400 m, mungkin
diendapkan
di
lingkungan
laut
dangkal sampai deltaik; di Lembar
Mamuju formasi ini dikuasai oleh
napal dan batugamping dengan
sisipan
tuf,
batupasir
dan
konglomerat, serta disebut Formasi
Mamuju (Ratman dan Atmawinata,
1993).
Tmps
FORMASI SEKALA :
Batupasir, konglomerat, serpih, tuf,
sisipan lava andesit basalan,;
mengandung foraminifera berumur
Miosen Tengah Pliosen dengan
lingkungan
pengendapan
laut
dangkal; tebalnya sekitar 500 m. Di
Lembar
Mamuju
(Ratman
dan
Atmawinata, 1993) formasi ini juga
disusun oleh batupasir hijau, napal
dan lava bantal, dan sebagian batuan
bercirikan endapan turbidit.
Tomd
FORMASI DATE : Napal
diselingi batulanau gampingan dan
batupasir gampingan; tebal endapan
mencapai 500 - 1000 m; kandungan
foraminifera
menunjukkan
umur
Oligosen Tengah - Miosen Tengah
dengan lingkungan pengendapan laut
dangkal. Di Lembar Mamuju (Ratman
dan Atmawinata. 1993) formasi ini
disebut Formasi Rio.
Tomm
FORMASI MAKALE :
Batugamping terumbu, terbentuk di
laut dangkal. Umurnya diduga Miosen
Awal - Miosen Tengah.

Tms PORMASI SALOWAJO : Napal


dan batugamping yang tersisip,
setempat
mengandung
batupasir
gampingan berwarna abu-abu biru
sampai hitam, konglomerat dan
breksi,
Foraminifera
umurnya
berjangka dari Miosen Awal hingga
Miosen Tengah termuda.
Tml
FORMASI LOKA : Batuan
epiklastik gunungapi terdiri dari
batupasir
andesitan
batulanau,
konglomeerat dan breksi. Berlapis
hingga
masif
terutama
sebagai
endapan darat hingga delta dan laut
dangkal.
Fosil
foraminifera
menunjukkan umur Miosen Tengah Miosen Akhir. Tebalnya mencapai
ratusan meter.
Tolv
BATUAN
GUNUNGAPI
LAMASI : Lava andesit, basal, breksi
gunungapi, batupasir dan batulanau;
setempat mengandung feldspatoid;
umumnya
terkloritkan
dan
terkersikan;
umurnya
diduga
Oligosen karena menindih Formasi
Toraja (Tets) yang berumur Eosen,
sedang Formasi Toraja menurut
Simandjuntak, drr. (1991) berumur
Paleosen. Tebal satuan tidak kurang
dari 500 m.
Tets
FORMAS1 TORAJA : Serpih
coklat kemerahan, serpih napalan
kelabu,
batugamping,
batupasir
kuarsa, konglomerat, batugamping,
dan setempat batubara. Tebal formasi
diduga tidak kurang dan 1000 m.

42

41
Fosil
foraminifera
besar
pada
batugamping
menunjukkan
umur
Eosen - Miosen (Budiman, 1981.
dalam Simandjuntak, drr., 1993).
Sedang lingkungan pengendapannya
laut dangkal. Formasi ini menindih
tidak selaras Formasi Latimojong dan
ditindih tidak selaras oleh Batuan
Gunungapi Lamasi.
Tetl
ANGGOTA BATUGAMPING
FORMASI TORAJA : Batugamping
kelabu hingga putih, bebeepa lensalensa besar, mengandung numulites
berumur Eosen dengan lingkungan
pengendapan laut dangkal, tebalnya
sekitar 500 m; di Lembar Mamuju
disebut Anggota Rantepao Formasi
Toraja (Ratman dan Atmawinata,
1993).
Kls
FORMASI LATIMOJONG :
Secara umum formasi ini mengalami
pemalihan lemah - sedang; terdiri
atas serpih, filit, rijang, marmer,
kuarsit dan breksi terkersikkan;
diterobos
oleh
batuan
beku
menengah sampai basa; di Lembar
Mamuju (Ratman dan Atmawinata,
1993) juga dijumpai batulempung
mengandung
fosil
Globotruncana
berumur
Kapur
Akhir,
dengan
lingkungan pengendapan laut dalam.
Tabal formasi lebih dari 1000 m.

TEKTONIKA DAN STRUKTUR


Lembar Majene dan bagian barat
Palopo terletak di Mendala Geologi
Sulawesi Barat (Sukamto, 1975 b,
lihat gambar). Mendala ini dicirikan
oleh batuan sedimen laut dalam
berumur Kapur - Paleogen yang
kemudian
berkembang
menjadi
batuan gunungapi bawah laut dan
akhirnya gunungapi darat di akhir
Tersier. Batuan terobosan granitan
berumur
Miosen-Pliosen
juga
mencirikan mendale ini. Sejarah
tektoniknya dapat diuraikan mulai
dari jaman Kapur, yaitu, saat
Mendala Geologi Sulawesi Timur
bergerak ke barat mengikuti gerakan
tunjaman landai ke barat di bagian
timur Mendala Gaologi Sulawesi
Barat. Penunjaman ini berlangsug
hingga Miosen Tengah, saat kedua
mendala tersebut bersatu. Pada akhir
Miosen - Tengah sampai Pliosen
terjadi pengendapan sedimen molasa
secara tak selaras di atas seluruh
mendala geologi di Sulawesi, serta
terjadi terobosan batuan granitan di
Mendala Geologi Sulawesi Barat, Pada
Plio-Pliosen seluruh daerah Sulawesi
tercenangga. Didaerah pemetaan,
percenanggaan ini diduga telah
mengakibatkan terbentuknya lipatan
dengan sumbu berarah baratlaut tenggara, serta sesar naik dengan
bidang sesar miring ke timur. Setelah
itu seluruh daerah Sulawesi terangkat
dan membentuk bentangalam seperti
sekarang ini.

SUMBERDAYA
ENERGI

MINERAL

DAN

Secara setempat, yaitu di daerah


utara
G.
Gandang
dijumpai
mineralisasi tembaga, timbal, seng
dan
besi,
yaitu
pada
batuan
gunungapi
dan
pada
batuan
terobosan. Karena sebaran batuan
gununapi
cukup
luas,
disertai
penerobosan batuan granitoid yang
cukap luas pula, maka kemungkinan
di daerah ini mempunyai potensi
mineral logam yang tinggi. Adanya
alterasi
seperti
kloritisasi
dan
silisifikasi pada Batuan Gunungapi
Lamasi juga merupakan petunjuk
adanya mineralisasi. Berbagai macam
batuan beku terobosan yang ada
menpunyai potensi sangat besar
untuk keperluan bahan bangunan.
Adapun sumber energi yang ada
adalah batubara yang tersingkap
dibeberapa tempat pada Formasi
Toraja.

DAFTAR ACUAN

Abendanon, E.C., 1915. Geologische


en
geographische
doorkruisingen van MiddenCelebes (1909-1910): Leiden,
E.J. Brill, v.I, 451 p
Ratman, N. Dan S. Atmawinata,
1993. Geologi Lembar Mamuju,
Sulawesi, Sekala 1 : 250.000.

Pusat
Penelitian
Pengembangan Geologi.

dan

Reyzer. E.C., 1915. Geologische


aanteekeningen betreffende de
Zuidelijke
Toraja
Landen,
verzameld uit de Verslagen der
mijnbouwkundige
onderzoekingen In Midden Celebes:
Jaarboek v.h Mijnwezen in
Nederlandsch Oost-Indie, 1918,
Weltevreden (now Jatinegara),
Govt. Printing Office p, 154
209. pl.14
Simandjuntak, TO, E. Rusmana,
Surono
dan
Supandjono,
250.000.
Penelitian
dan
Pengembangan, Geologi.
Sukamto, R., 1915 a. Geologic Map of
Sulawesi Sheet VIII Ujung
Pandang
Scale
1:1000.000
Geological Survey of Indonesia.
------1975 b. The Structure of
Sulawesi in the light of plate
tectonics, Proc. Reg, on the
Geol, and Min Resources of
Southeast
Asia.
Jakarta:
Indonesian
Association
of
Geologist.
------R., 1982. Geologi Lembar
Pangkajene dan Watampone
Bagian Barat, Sulawesi. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi.

43
Sukido,

D.
Satria
dan
S
Koesoemadinata, 1997, Peta
geologi
Lembar
Enrekang
Sulawesi, skala 1 : 100.000,
Puslitbang Geologi.

46

Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi

PENDAHULUAN

Geology of the Mamuju Quadrangle, Sulawesi

Oleh (By):
N. Ratman dan (and) S. Atmawinata

Geologi dipetakan pada 1985 oleh:


Geology mapped in 1985 by:
N. Ratman dan (and) S. Atmawinata

Ditelaah dan disunting oleh:


Reviewed and edited by:
T.O. Simandjuntak, S. Gafoer & K. Sukamto

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI


DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI

DEPARTMENT OF MINES AND ENERGY


DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY AND MINERAL RESOURCES
GEOLOGICAL RESEARCH AND DEVELOPMENT CENTRE

1993

Pemetaan geologi bersistim Lembar


Mamuju, sekala I : 250.000 dilakukan
dalam rangka pelaksanaan Pelita IV
tahun kedua,
Proyek Pemetaan
Geologi dan Interpretasi foto citra di
lingkungan Puslitbang Geologi.
Pekerjaan
lapangan
berlangsung
selama 4 bulan yang dibagi dalam
dua tahap. Yang pertama dari Juni
sampai Juli 1985 dan kedua dan
Oktober sampai November 1985.
Proyek yang sama pada 1972 telah
dilakukan pemctaan geologi tinjau di
Lembar ini dan hasilnya berupa
laporan terbuka (Apandi drr., 1982).
Lembar
Mamuju
dibatasi
oleh
kordinat 11830 - 1200 BT dan 2 3 LS, yang luas daratannya 11.305
km2. Di utara batasnya adalah
Lembar Pasangkayu; di umur Lembar
Malili; di selatan Lembar Majene dan
di barat Selat Makassar. Secara
kepamongprajaan,
Lembar
ini
termasuk dalam Kabupaten Mamuju,
Kabupaten
Majene,
Kabupaten
Polmas
(Polewali-Mamasa),
Kabupaten Tator (Tana Toraja) dan
Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi
Selatan (Gb. 2). Sebagaimana daerah
lainnya di Indonesia.

GEOMORFOLOGI

Lembar Mamuju sebagian besar


berupa pegunungan, hanya sebagian
kecil
berupa
pebukitan
menggelombang dan dataran rendah.
Topografi kras terdapat sempit di
sekitar Rantepao, di bagian tenggara
Lembar (Gb. 4). Daerah pegunungan
Morfologi ini menempati hampir dua
pertiga luas daerah yang dipetakan
yaitu di bagian tengah, utara,
timurlaut dan selatan. Daerah ini
umumnya berlereng terjal dan curam,
puncak bukitnya berkisar dari 800
sampai 3.000 m. Puncak tertinggi
adalah Bulu Gandadiwata ( 3.074 m)
dan Bulu Potali ( 3.008 m). Halaan
tertentu tidak terdapat pada sebaran
gunung tersebut, akibatnya pola
aliran berkembang tidak mengikuti
aliran
tertentu,
melainkan
menyesuaikan dengan keadaan tanah
bawahnya.
Di
banyak
tempat
terdapat
air
terjun,
yang
menunjukkan ciri kemudaan daerah.
Ciri lain berupa lembah yang sempit
dan curam. Di sekitar Barupu dan
Panggala, terdapat suatu morfologi ,
yang berpola saliran memancar.
Lereng bukit umumnya terjal dan
membentuk ngarai, dindingnya digali
untuk
pemakaman.
Di
daerah
pegunungan
terdapat
sedikit
topografi krast dan dataran aluvium
sempit, yaitu di sekitar Rantepao.
Gua alamiah pada batugamping di
daerah ini digunakan penduduk
setempat sebagai lokasi pemakaman.

47
Daerah
pebukitan
gelombang

meng-

Morfologi ini terdapat di bagian


baratdaya Lembar, yaitu daerah
antara Teluk Lebani dan Teluk
Mamuju. Tinggi pebukitan berkisar
dan 500 sampai 600 mdpl atas muka
laut. Daerah ini berpola aliran
meranting.
Daerah dataran rendah
Dataran
rendah
menempati
bagianbarat Lembar, yaitu sepanjang
pantai mulai dan Kaluku sampai
Babana (daerah S. Budong-budong).
Umumnya berpolah aliran meranting
(dendritik) dan beberapa sungal
bermeander.
Tataan Stratigrafi
Daerah Lembar Mamuju terbentuk
oleh beraneka macam batuan seperti,
batuan sedimen, malihan, gunungapi
dan terobosan. Umurnya berkisar dan
Mesozoikum sampai Kuarter.
Satuan tertua di Lembar ini adalah
Batuan Malihan (TR w) yang terdiri
dari sekis, genes, filit dan batusabak.
Satuan ini mungkin dapat disamakan
dengan Kompleks Wana di Lembar
Pasangkayu yang diduga berumur
lebih tua dan Kapur dan tertindih
takselaras oleh Formasi Latimojong
(Kls). Formasi tersusun oleh filit,
kuarsit, batulempung malih dan
pualam, berumur Kapur.

Satuan berikutnya adalah Formasi


Toraja (Tet) terdiri dari batupasir
kuarsa, konglomerat kuarsa, kuarsit,
serpih
dan
batulempung
yang
umumnya berwarna merah atau
ungu.
Formasi
ini
mempunyai
Anggota Rantepao (Tetr) yang terdiri
dari batugamping numulit berumur
Eosen Tengah Eosen Akhir. Formasi
Toraja menindih takselaras Formasi
Latimojong, dan tertindih takselaras
oleh
Batuan
Gunungapi
Lamasi
(Toml) yang terdiri dari batuan
gunungapi, sedimen gunungapi dan
batugamping yang berumur OligoMiosen atau Oligosen Akhir - Miosen
Awal.
Batuan
gunungapi
ini
mempunyai Anggota Batugamping
(Tomc), tertindi selaras oleh Formasi
Riu
(Tmr)
yang
terdiri
dari
batugamping dan napal. Formasi Riu
berumur Miosen Awal - Miosen
Tengah, tertindih takselaras oleh
Formasi Sekala (Tmps) dan Batuan
Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi
Sekala terdiri dari grewake, batupasir
hijau,
napal
dan
batugamping
bersisipan tuf dan lava bersusunan
andesit-basal;
berumur
Miosen
Tengah - Pliosen; berhubungan
menjemari dengan Batuan Gunungapi
Talaya. Batuan Gunungapi Talaya
terdiri dari breksi, lava dan tuf yang
bersusunan
andesit-basal
dan
mempunyai Anggota Tuf Beropa
(Tmb). Batuan
Gununapi Talaya
menjemari dengan Batuan Gunungapi
Adang
(Tma)
yang
terutama
bersusunan leusit basal.

48
Batuan
Gunungapi
Adang
berhubungan
menjemari
dengan
Formasi
Mamuju
(Tmm)
yang
berumur Miosen Akhir. Formasi
Mamuju terdiri atas napal, batupasir
gampingan,
napal
tufan
dan
batugamping pasiran bersisipan tuf
Formasi ini mempunyai Anggota
Tapalang (Tmmt) yang terdiri dari
batugamping
koral,
batugamping
biokiastika dan napal yang banyak
mengandung
moluska.
Formasi
Lariang
terdiri
dari
batupasir
gampingan
dan
mikaan,
batulempung, bersisipan kalkarenit,
konglomerat dan tuf; umumya Miosen
Akhir-Pliosen Awal.
Di
bagian
tenggara
Lembar,
tersingkap Tuf Barupu (Qbt) yang
terdiri dari tuf, tuf lapili dan lava,
yang umumnya bersusunan dasit,
dan
diduga
berumur
Plistosen.
Sedangkan
di
bagian
baratlaut
tersingkap Formasi Budong-budong
(Qb) yang terdiri dari konglomerat,
batupasir,
batulempung;
dan
batugamping koral (Ql).
Endapan termuda di Lembar ini
adalah endapan kipas aluvium (Qt)
dan aluvium (Qa) yang terdiri dari
endapan-endapan sungai, pantai dan
antar gunung.

Perian satuan peta

ENDAPAN PERMUKAAN
Qf
ENDAPAN KIPAS ALUVIUM ;
Breksi,
batupasir
sedang-kasar,
lempung danpasir.
Satuan ini umumnya terdapat pada
lereng
bukit
yang
berbatuan
gunungapi dan batuan beku (andesit,
basal dan granit) Singkapannya
terdapat di bagian tenggara Lembar
di daerah Tandung dan Litke.
Komponen batuan umumnya ber
bentuk
menyudut
tanggungmenyudut, berukuran pasir-bongkah,
terpilah
buruk.
Breksi
dan
batupasirnya berlapis buruk, dengan
massadasar pasir lempungan; kurang
mampat sampai lepas. Satuan ini
diduga berumur Plistosen sampai
Holosen
Qa
ALUVIUM ; Bongkah, kerakal,
kerikil, pasir, lanau, lempung dan
lumpur; setempat mengandung sisasisa tumbuhan.
Satuan ini terhampar luas di daerah
muara sungai besar, yaitu S. Budong
budong S. Lumu, S. Karama, dan S.
Kaluku serta terdapat di sepanjang
pantai. Tebalnya berkisar antara I
dan 5 m. Satuan ini menindih
takselaras satuan yang ada di
bawahnya. Umumya adalah Holosen
Setempat berupa endapan antar
gunung yang terdiri dari breksi,

49
konglomerat batupasir, batulempung
yang
belum
padat,
dan
sisa
tumbuhan.

BATUAN SEDIMEN
Kls
FORMASI LATIMOJONG
:
batusabak, kuarsit, filit, batupasir
kuarsa malih, batulanau malih dan
pualam;
setempat
batulempung
gampingan.
Batusabak,
berwarna
kelabu
kehitaman sampai hitam, berlapis
baik dengan tebal dan 2 cm sampai
10
cm;
mampat;
setempat
mengandung urat kuarsa. Kuarsit,
berwarna putih kehijauan; berlapis
baik dengan tebal 1 sampai 3 cm;
mampat.
Filit,
berwarna
merah
kecoklatan perdaunan searah dengan
bidang perlapisan. Batupasir kuarsa
malih
dan
batulempung
malih,
umumnya berwarna putih kelabu
sampai kecoklatan; berlapis baik
dengan tebal dan beberapa cm
sampai 25 cm; terutama tersusun
dan kuarsa dan lempung; perdaunan
searah dengan bidang perlapisan.
Pualam, berwarna putih kelabu,
berbutir halus dan mampat. Batuan
ini hanya tersingkap di daerah hulu S.
Mariri sebelah timur Galumpang.
Batulempung gampingan, berwarna
kelabu muda, cukup keras; berlapis
dengan tebal dan beberapa cm
sampai
20
cm.
Batuan
ini
mengandung
fosil
Globotruncana

formicata
formicata
PLUMMER,
Gbobotruncana
stuartiformis
DOLBIER,
Globotruncana
sp.
Kumpulan fosil ini menunjukkan umur
Kapur Akhir dengan lingkungan
pengendapan
laut
dalam
(Purnamaningsih, hubungan tertulis,
1985). Satuan ini diterobos oleh
Granit Mamasa dan Granit Kambuno,
tertindih takselaras oleh Formasi
Toraja dan batuan yang lebih muda
lainnya.
Sebarannya
terdapat
di
bagian
tengah,
selatan
dan
timurlaut
Lembar, serta sedikit di bagian timur.
Di bagian timurlaut, menerus ke
Lembar Pasangkayu di utara, dan ke
Lembar Malili di timur. Tebalnya lebih
dan 1.000 m. Singkapan batusabak di
S. Karataun daerah Galumpang
banyak mengandung urat kuarsa
yang disertai cebakan bijih sulfida
tembaga, besi, seng dan sedikit
emas. Tebal unit kuarsa beraneka
dan beberapa cm sampai 50 cm.
Nama Formasi Latimojong pertama
kali digunakan oleh Brouwer (1934)
dengan lokasi tipenya di Pegunungan
Latimojong, Lembar Majene. (Djuri
dan Sudjatmiko, 1979).

Tet FORMASI TORAJA perselingan


batupasir
kuarsa,
serpih
dan
batulanau, ber sisipa konglomerat
kuarsa,
batulempung
karbonat,
batugamping,
napal,
batupasir hijau, batupasir gampingan
dan batubara, setempat dengan

50
lapisan
tipis
batulempung.

resin

dalam

Umumnya berlapis baik, dengan tebal


lapisan berkisar dan beberapa cm
sampai lebih dari 1 m. Setempat
berstruktur perarian sejajar, lapisan
bersusun dan silang-siur.
Satuan
ini
umumnya
terlipat,
setempat
mempunyai
kemiringan
hampir tegak. Secara keseluruhan,
satuan ini mempunyai warna yang
khas yaitu merah kecoklatan sampai
ungu, dan beberapa berwarna kelabu
kehitaman.
Batupasir
kuarsa,
berwarna putih-kelabu muda, coklat
kemerahan sampai ungu; berukuran
sedang sampai kasar; terpilah baik,
butiran membundar tanggung sampai
membundar benar; terdiri dari 90% 95% kuarsa dan sisanya adalah
kepingan mineral rutil dan zirkon;
berperekat kuarsa halus.
Konglomerat kuarsa, berwarna putih
kelabu; sangat pejal; ukuran butir
dari 5 mm sampai 3 cm, membundar
tanggung sampai membundar baik,
terpilah
baik,
beberapa
lapisan
membentuk lapisan bersusun dengan
tebal berkisar dan 2 cm sampai 15
cm. Komponen utamanya terdiri dari
kuarsa dan sedikit batuan sedimen
malih, dengan perekat atau massa
dasar pasir kuarsa.
Serpih, berwarna kelabu kecoklatan;
pasiran; mudah hancur; berlapis baik
dengan tebal dan 2 cm sampai 1 m,

setempat bersisipan batugamping


kelabu yang keras setebal 1 sampai 5
cm dan tak berfosil.
Batubara umumnya terdapat sebagai
sisipan dalam batupasir kuarsa,
tebalnya 40 - 75 cm, tersingkap di
utara Tamalea dan sebelah barat
Galumpang.
Batulanau,
berwarna
kelabu muda sampai kelabu tua;
mudah hancur; agak gampingan;
berlapis baik dengan tebal dari 2 cm
sampai 15 cm; yang lapuk berwarna
merah kecoklatan. Batuan ini disisipi
oleh lapisan tipis napal, berwarna
putih; cukup keras; tak berfosil.
Umumnya terdapat pada bagian
bawah formasi.
Batulempung karbonan, berwarna
kelabu tua sampai coklat kemerahan;
agak lunak dan mengandung sedikit
kerikil batuan sedimen malih yang
membundar tanggung. Batuan ini
setempat disisipi lapisan tipis (2 cm)
resin. Di daerah sentuhan dengan
tubuh granit, batuan ini menjadi
sangat keras.
Batugamping bioklastika, berwarna
putih kehijauan sampai kelabu; pejal;
berlapis baik dengan tebal 2 sampai
10 cm; terdapat sebagai sisipan;
lapukannya berwarna merah. Fosil
yang ditemukan dalam batugamping
bioklastika
adalah
Pelatispira
orbitoides PROVALE, Amphistegina
sp., Fabiania sp., Discocyclina sp.,
Asterocyclina sp., Nummulites sp.,
Globorotalia gulbrooki BOLLI dan

51
Operculina sp. Kumpulan fosil ini
menunjukkan umur Eosen TengahEosen Akhir (Sudiyono, hubungan
tertulis,
1985).
Lingkungan
pengendapannya adalah laut dangkal
sampai darat.
Formasi ini tersebar di sudut tenggara
Lembar, yaitu di daerah Rantepao
dan di bagian tengah Lembar, yaitu di
daerah S. Hau dan S. Karataun.
Tebalnya diperkirakan lebih dari
1.000 m. Formasi ini mempunyai
Anggota Rantepao yang berhubungan
menjemari. Formasi Toraja diduga
menindih
takselaras
Formasi
Latimojong dan tertindih takselaras
oleh
satuan
batuan
gunungapi
Oligosen - Miosen.
Satuan ini pertama kali dikenal
sebagai Formasi Serpih Tembaga (de
Koning Knif, 1914). Nama Formasi
Tonja dimunculkan oleh Djuri dan
Sudjatmiko (1974) yang dibagi atas
dua bagian yaitu batuan sedimen
(serpih,
batugamping,
batupasir
kuarsa, dan konglomerat kuarsa) dan
batugamping. Dalam laporan ini
batugampingnya
disebut Anggota
Rantepao. Nama Formasi ini berasal
dari daerah Toraja yang merupakan
lokasi tipenya.
Tetr
ANGGOTA
RANTEPAO,
FORMASI TORAJA : batugamping
numulit dan batugamping terhablur
ulang, sebagian tergerus.

Batugamping numulit, berwarna putih


sampai coklat muda berlapis baik,
setempat tergeruskan sehingga fosil
numulit
tampak
mengkilat
dan
menjadi terpipihkan searah bidang
lapisan.
Batugamping
terhablur
ulang, berwarna putih kelabu sampai
coklat terang; sebagian berlapis;
setempat berkepingan.
Selain Nummulit sp., batuan ini
mengandung pula fosil Discocyclina
sp., Pelatispira sp., Ascocyclina sp.,
Quinqueloculina sp., Asterocyclina
sp., ekinoid, koral dan ganggang
yang menunjukkan umur Eosen
dengan lingkungan pengendapannya
laut
dangkal
(Purnamaningsih,
hubungan tertulis, 1985).
Batugamping numulit ini sebagian
berupa lensa di dalam Formasi
Toraja.
Anggota
Rantepao
dan
Formasi Toraja tertindih takselaras
oleh
satuan
batuan
gunungapi
Oligosen-Miosen dan diduga menindih
takselaras
Formasi
Latimojong.
Satuan ini tersingkap di bagian
Tenggara Lembar, yaitu di daerah
Rantepao, dan sedikit di bagian
tengah Lembar, yaitu di dekat
Galumpang. Tebalnya 500 m.
Satuan ini pertama kali dikenal
sebagai satuan Batugamping Formasi
Toraja (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).
Nama Anggota Rantepao adalah
nama baru yang diusulkan, lokasi
tipenya terdapat di sekitar Rantepao

52
Tomc ANGGOTA BATUGAMPING,
BATUAN GUNUNGAPI LAMASI;
batugamping dan napal.

cm sampai 1 m; berlapis baik dengan


lapisan hampir mendatar agak keras;
dan banyak mengandung fosil.

Batugamping, berwarna putih; pejal;


terhablur
ulang;
miskin
fosil;
sebagian berupa terumbu. Napal,
berwarna kelabu kecoklatan; berlapis
baik dengan tebal dari beberapa cm
sampai 25 cm. Satuan ini di banyak
tempat merupakan lensa di dalam
Batuan Gunungapi Lamasi (Toml).
Napal
ini
mengandung
fosil
Globigerina
angulisuturalis
BOLLI
Catapsydrax dissimilis CUSHMAN dan
BERMUDEZ,
Globorotalia
cf
G.
seakensis LEROY, Globorotaloides
suteri BOLLI, dan Globigerina cf, G.
selli BORzETU. Kumpulan fosil ini
menunjukkan umur Oligosen AkhirMiosen Awal (P-2 1) atau bagian
bawah
N4,
diendapkan
dalam
lingkungan litoral sampai neritik
(Purnamaningsih, hubungan tertulis,
1985).

Batugamping pasiran, berwarna putih


sampai
coklat
muda;
sebagian
berlapis;
setempat
terhablurkan;
beberapa berupa terumbu. Serpih,
berwarna
kelabu;
tebal
lapisan
mencapai 1 m lebih; bersisipan
batugamping pasiran setebal 5 cm
sampai 20 cm.

Satuan ini tersingkap baik, terutama


di daerah aliran S. Lamasi sebelah
utara
Rantepao,
berhubungan
menjemari
dengan
seri
batuan
gunungapi Oligosen Miosen (Tomc).
Tebalnya diduga 100 m.
Tmr
FORMASI
RIU;
napal,
batugamping,
serpih,
batupasir
gampingan bersisipan batulempung
dan tuf.
Napal, berwarna putih sampai coklat
muda dan kelabu; tebal dan beberapa

Batupasir
gampingan,
berwarna
kelabu kecoklatan agak keras sampai
lunak; berlapis baik dengan tebal dari
beberapa cm sampai 15 cm; biasanya
berselingan dengan batulempung,
bersisipan batugamping pasiran dan
tuf.
Batulempung dan tuf, berwarna putih
coklat
agak
lunak;
umumnya
merupakan sisipan tipis di dalam
batugamping pasiran dan sedikit
dalam
serpih.
Formasi
ini
mengandung fosil, di antaranya
adalah:
Lepidocyclina
martini
SCHLUMBERGER,
Lepidocyclina
omphalus TAN SIN HOK, Mioqypsina
sp., dan Heterostegina sp., yang
menunjukkan umur Miosen AwalMiosen Tengah dan berlingkungan
pengendapan
laut
dangkal
(Purnamaningsih, hubungan tertulis,
1985). Sebarannya terutama di
sekitar Rantepao dan menerus ke
Lembar Majene dan Palopo di bagian
selatan dan timur.

53
Formasi ini tertindih takselaras oleh
Formasi Sekala. Satuan ini diduga
menindih selaras Batuan Gunungapi
Lamasi dan menindih takselaras
Formasi
Toraja.
Tebalnya
diperkirakan 500 m - 700 m.
Nama Formasi ini adalah nama baru
yang diusulkan dan singkapan terbaik
terdapat di S. Riu. Satuan ini di
Lembar Majene dan bagian barat
Palopo disebut satuan napal (Djuri
dan Sudjatmiko, 1974).

Tmps FORMASI SEKALA : batupasir


hijau, grewake, napal, batulempung.
batupasir mikaan, tuf, serpih dan
batupasir gampingan. dengan sisipan
breksi, lava dan konglomerat.
Umumya berlapis baik, setempat
berstruktur
perlapisan
bersusun.
Batupasir hijau, tufan; keras; berlapis
dengan tebal dan 10 cm sampai 1 m,
berselingan dengan batulempung,
berwarna coklat kehitaman; keras,
dan tuf berwarna coklat muda.
Grewake, berwarna kelabu kehijauan
berlapis baik dengan tebal dan 25 cm
sampai lebih dan 1 m; berbutir
sedang sampai kasar; setempat
konglomeratan
dan
membentuk
perlapisan bersusun dan slump.
Komponennya terdiri dari mika,
felspar,
hornblenda
dan
sedikit
kuarsa.

Batulempung,
berwarna
coklat
merah; keras; tufaan; belapis baik
dengan tebal dari beberapa cm
sampai 20 cm. batuan ini berselangseling dengan graiwake berbutir halus
sampai sedang, batulempung lunak
dan
serpih.
Batupasir
mikaan,
berwarna kelabu; keras; tufaan;
berlapis dengan tebal 10 cm- 15 cm.
Napal, berwarna putih; agak keras;
berlapis dengan tebal mencapai 25
cm. Batuan ini setempat berselingan
dengan
tuf
halus
dan
lunak.
Serpihnya, berwarna hitam sampai
ungu dan agak lunak.
Batupasir
gampingan,
berwarna
kelabu;
mengandung
fosil
foraminifera; berstruktur perarian
sejajar;
bersisipan
tuf,
breksi
gunungapi,
tuf
pasiran
dan
konglomerat. Di dalam konglomerat
tendapat komponen batugamping
foram yang berumur Eosen.
Breksi
gunungapi,
berkomponen
andesit-basal; berukuran dari kerikil
sampai bongkah menyudut sampai
menyudut tanggung; bermassa dasar
tuf pasiran.
Lava,
bersusunan
andesit-basal;
berstruktur
bantal;
berongga
(amigdaloid)
dan
terisi
kalsit,
beberapa termineralkan dengan pirit.
Lava dan breksi tersebut berupa
trakit-andesit; porfirit; hypokristalin,
tersusun oleh plagioklas, piroksen,
felspar, gelas dan bijih. Beberapa

54
berupa
trakit-basal;
bertekstur
porfirit; trakit; kristalnya berbentuk
euhedral-anhedral; berukuran sedang
sampai
halus;
tersusun
oleh
plagioklas,
klinopiroksen,
biotit,
felspar dan gelas. Felspar piroksen
sebagian besar terubah menjadi
serisit dan kiorit.
Napal dan batugamping pasirannya
mengandung fosil Orbulina universa
DORBIGNY, Globigerina venezuelana
HEDBERG, Globigerinoides immaturus
LEROY,
Globoguadrina
altispira
CUSHMAN & JARVIS, Globorotalia
menardii DORBIGY, Globigerinoides
trilobus REUSS, Sphaeroidinellopsis
subdehiscens BLOW, Globoguadrina
sp., Bulimina sp., dan Nodosaria sp.
Kumpulan fosil ini menunjukkan umur
Miosen
Tengah
Pliosen
dan
berlingkungan pengendapan innerouter sublitoral (Purnamaningsih,
hubungan tertulis, 1985). Dengan
adanya struktur perlapisan bersusun
dan slump, mungkin sebagian dan
formasi
ini
diendapkan
dalam
keadaan arus pekat (turbidit).
Formasi ini tersebar di bagian
tenggara Lembar, yaitu di sebelah
barat Rantepao, dan di bagian tengah
Lembar. Menindih takselaras Formasi
Riu, berhubungan menjemari dengan
Batuan Gunungapi Talaya. Tebal
satuan diperkirakan 1.000 m. Nama
formasi ini adalah nama baru yang
diusulkan, diambil dari nama S.
Sekala yang merupakan tempat
singkapan terbaik. Ke arah timur di

Lembar Malili, formasi ini disebut Tuf


Rampi (Simandjuntak drr., 1991).

Tmm FORMASI MAMUJU : napal,


kalkarenit dan batugamping koral
bersisipan
tuf
dan
batupasir,
setempat dijumpai konglomerat di
bagian bawah.
Napal, berwarna putih sampai kelabu;
berlapis baik dengan tebal dan
beberapa cm sampai 20 cm; agak
keras;
setempat
tufan
banyak
mengandung globigerina dan sedikit
cangkang moluska.
Kalkarenit, berwarna putih sampai
kelabu; berlapis baik dengan tebal 10
cm sampai 50 cm; agak keras;
banyak
mengandung
globigerina.
Batugamping koral, tak berlapis;
berongga; biasanya membentuk bukit
kecil-kecil yang menonjol dan lebih
terjal dibandingkan dengan daerah
sekitarnya.
Tuf berwarna putih kecoktatan lunak;
terlapis tipis (1 - 5 cm); merupakan
sisipan di dalam kalkarenit dan napal;
setempat berselang-seling. Batupasir
halus dan batulempung, mikaan;
tufan; agak keras sampai lunak;
umumnya terdapat sebagai sisipan di
dalam kalkarenit, sedikit dalam napal.
Konglomerat, lapuk, berwarna hitam;
komponen berukuran kerikil sampai
kerakal dengan bentuk membundar
tanggung sampai membundar baik.

56

55
Batuan ini hanya tersingkap di satu
tempat, yaitu di tepi jalan Mamuju Tapalang dan terletak di bawah
kalkarenit, diperkirakan menjemari
dengan tuf leusit (Tma).
Fosil yang dapat dikenali, baik dari
napal
maupun
batugamping
pasirannya adalah Orbulina universa
DORBIGNY, Globorotalia menardii D
ORBIGNY, Globigerinoides immaturus
LEROY,
Globigerinoides
lobulus
REUSS,
Globigerina
venezuelana
HEDBERG, Globigerinoides sicanus DE
STEPHANI,
Orbulina
suturalis
BRONIMAN,
Sphaeroidinellopsis
seminulina SCHWAGNER dan fosil
bentosnya adalah Dentalina sp., dan
Planulina sp. Kumpulan fosil plangton
tersebut menunjukkan umur Miosen
Akhir
dan
diendapkan
pada
lingkungan inner - outer sublitoral
(Sudiyono, hubungan tertulis, 1985).
Formasi ini tersebar di sekitar
Mamuju dan Tapalang di bagian
baratdaya
Lembar,
berhubungan
menjemari dengan Batuan Gunungapi
Adang Tebalnya 500 m. Formasi ini
mempunyai
Anggota
Tapalang
(Tmmt). Nama formasi ini adalah
nama baru yang diusulkan, singkapan
terbaiknya
terletak
di
sebelah
baratdaya Mamuju.
Tmmt
ANGGOTA
TAPALANG,
FORMASI MAMUJU ; batugamping
terumbu
mengandung
moluska
melimpah, batugamping kepingan
dan napal; sebagian berlapis.

Batugamping
terumbu,
berwarna
kelabu sampai coklat; mengandung
moluska dan koral. Batugamping
kepingan,
berwarna
kelabu
kecoklatan; berlapis baik dengan
tebal 30- 100 cm; terdiri dari koral
dan cangkang moluska. Sedangkan
napal, berwarna coklat; berlapis baik;
mengandung foraminifera kecil dan
cangkang moluska.
Anggota ini tersingkap di sekitar
Tapalang
dan
berhubungan
menjemari dengan batuan leusitbasal dari Batuan Gunungapi Adang.
Tebalnya 50 m. Berdasarkan
kedudukannya
yang
menjemari
dengan Formasi Mamuju, maka
anggota ini diduga berumur Miosen
Atas.
Satuan ini merupakan nama anggota
baru yang diusulkan, diambil dari
nama
daerah
Tapalang
yang
merupakan tempat singkapan terbaik.
Tmpl FORMASI LARIANG batupasir
gampingan, mikaan, batulempung
bersisipan kalkarenit, konglomerat
dan tuf.
Batupasir
gampingan,
mikaan,
berwarna kelabu; berbutir sedang kasar,
mampat;
setempat
konglomeratan. Batuan ini berlapis
baik, dengan tebal dan beberapa cm
sampai 10 cm.
Batulempung,
berwarna
berlapis
tipis
sampai

kelabu;
masif;

menunjukkan struktur silang-siur.


Kalkarenit, berwarna kelabu; tak
berlapis;
sebagian
terhablurkan;
banyak
mengandung
fosil
foraminifera,
gastropoda
dan
braciopoda,
setempat
berupa
terumbu koral.
Konglomerat,
berwarna
coklat
kemerahan; aneka bahan; berlapis
baik dan berselang-seling dengan
batupasir setebal 2 cm sampai 6 cm;
komponen berukuran 2 cm sampai 4
cm, terdiri dari batuan sedimen,
basal, andesit, granit, genes dan
sekis,
berbentuk
membundar
tanggung sampai membundar yang
direkat oleh batupasir kuarsa yang
juga sebagai massadasar.
Tuf,
berwarna
putih
kelabu;
mengandung biotit dan kuarsa;
mudah hancur; merupakan sisipan
dalam batupasir gampingan dan
batulempung. Batupasir gampingan
dan kalkarenit, mengandung fosil,
antara lain Globigerinoides ruber
DORBIGNY, Globigeinoides triloba
REUSS,
Globorotalia
menardii
DORBIGNY,
Globigerinoides
elongatus D ORBIGNY, Pulleniatina
primalis
BLOW
dan
BANNER,
Gloguadrina altispira CUSHMAN dan
JARVIS,
Sphaeroidinellopsis
seminulina
SCHWAGER,
Globigerinoides
obliguus
BOLLI,
Globigerinoides immaturus LEROY,
Globigerina venezuelana HEDBERG,
Globorotalia
acostaensis
BLOW,
Globorotalia
cf.
Globorotalia
margaritae BOLLI dan BERMUDEZ,

Frazilus
sp.,
Neoeponides
sp.,
Siphogenerina
sp.
(terdapat
melimpah, Cancris sp., Ammonia sp.,
Hastigerina siphonfera DORBIGNY,
Orbulina universa DORBIGNY dan
Bullimina sp. Kumpulan fosil plangton
ini menunjukkan umur Miosen AkhirPliosen Awal dan terendapkan dalam
lingkungan laut dangkal (Sudiyono,
hubungan tertulis, 1985). Formasi ini
tersebar di bagian baratlaut Lembar
yaitu di bagian tengah aliran S. Lumu
dan S. Budong-budong, menerus ke
utara ke Lembar Pasangkayu. Satuan
ini
menindih
takselaras
Batuan
Gunungapi Adang. Batuan Gunungapi
Talaya, dan Batuan Malihan; tertindih
takselaras oleh Formasi Budong Budong dan endapan Kuarter. Tebal
satuan ini 500 m.
Nama formasi ini adalah nama baru
yang diusulkan, berasal dan nama S.
Lariang di Lembar Pasangkayu yang
merupakan daerah lokasi tipenya
(Sukido, drr., dalam persiapan,
1987).

Qb FORMASI BUDONG - BUDONG:


konglomerat
dan
batupasir,
bersisipan tipis batugamping koral
dan batulempung.
Konglomerat,
berwarna
coklat
kelabu; aneka bahan; mampat;
sebagian mudah lepas; berlapis baik,
dengan tebal lapisan dan beberapa
cm sampai 35 cm.

57
Komponen utamanya adalah leusit,
dasit, granit, dan diorit; berbentuk
membundar
tanggung
sampai
membundar,
tertanam
dalam
massadasar batupasir berbutir halus
sampai sedang.
Batupasir,
berwarna
kelabu
kecoklatan agak lunak; berlapis
dengan tebal dan beberapa cm
sampai 20 cm; butiran berukuran
halus sampai sedang, terdiri dari
kuarsa dan batuan beku, dengan
massa dasar lempung. Setempat
ditemukan
struktur
perlapisan
bersusun, dan berselingan dengan
grewake.
Batugamping
koral,
berwarna
kecoklatan; tersusun dan pecahan
koral; berlapis tipis (2 - 5 cm);
terdapat
sebagai
sisipan
dalam
konglomerat
dan
batupasir.
Batulempung, berwarna coklat; agak
lunak; berlapis tipis; mengandung
sisa tumbuhan. Batuan ini terdapat
sebagai sisipan dalam batupasir dan
konglomerat.
Berdasarkan
kedudukan
stratigrafinya, dan masih belum
kompak, maka formasi ini diduga
berumur
Plistosen-Holosen,
dan
berlingkungan
pengendapan
laut
dangkal sampai darat. Satuan ini
tersebar di bagian baratlaut Lembar,
terutama di bagian hilir S. Budongbudong.

Formasi Budong-budong menindih


takselaras Formasi Lariang, Batuan
Gunungapi
Lamasi,
Batuan
Gunungapi
Talaya
dan
Batuan
malihan, dan diduga berhubungan
menjemari
dengan
batugamping
koral. Tebal satuan seluruhnya 200
m. Formasi Budong-budong adalah
nama baru yang diusulkan, berasal
dari nama S. Budong-budong, yang
merupakan tempat singkapan yang
terbaik.

Ql
BATUGAMPING KORAL :
batugamping
terumbu
dan
batugamping bioklastika, setempat
dengan
cangkang
moluska;
berongga.
Batuan ini terutama tersusun dari
koral, ganggang dan sedikit pecahan
cangkang
moluska.
Sebarannya
terutama terdapat di pantai baratlaut
Lembar
dan
diduga
menjemari
dengan Formasi Budong-budong yang
berumur Plistosen Holosen, Tebal
satuan 25 m.

BATUAN GUNUNGAPI
Toml
BATUAN
GUNUNGAPI
LAMASI: aneka tuf, lava dan breksi
gunungapi bensusunan andesit dasit,
setempat
sisipan
batupasir
gampingan dan serpih
Batuan ini umumnya mengandung
urat kuarsa
bermineral sulfida,

58
terutama pirit, setempat tembaga;
terubah
dan
terkersikkan;
bersusunan andesit, dasit dan trakit
serta sedikit basal.
Aneka tuf terdiri dari tuf hijau, tuf
sela dan tuf lapili. Tuf hijau, berbutir
sangat halus; berhablur renik; terdiri
dari klorit (60%), felspar (10%),
serisit (5%), lempung (15%), kuarsa
(5%) dan bijih (1%). Batuan ini agak
keras sampai lunak; berlapis buruk
antara 0,5 - 2 cm sampai tak
berlapis. Setempat berwarna putih
kehijauan;
keras;
terkersikkan
termineralkan,
terutama
pirit;
berkepingan tuf putih bersifat dasit
atau trakit, terdiri dari mineral kuarsa
dan felspar.

dan gelas
(35%), sedikit dan
piroksen. Andesitnya berukuran halus
sampai
sedang;
pejal;
porfirit;
hipokristalin; tersusun oleh fenokris
plagioklas (35%), piroksen (25%),
bijih (20%), sedikit kuarsa dan gelas
dengan massa dasar felspar (35%).
Breksi,
berwarna
putih
kelabu;
bersusunan sama
dengan lava;
komponennya
berukuran
dari
beberapa cm sampai 5 cm dengan
bentuk menyudut tanggung sampai
menyudut dengan massa dasar tuf.
Di beberapa tempat, batuan ini
termineralkan yang tersebar di dalam
komponen maupun massa dasarnya;
setempat
mengandung
sulfida
tembaga.

Tuf sela, berwarna kuning-kehijauan,


berkepingan dasit dan andesit yang
tertanam dalam massa dasar mineral
kuarsa dan felspar, mengandung
sedikit tembaga dan pirit.

Batulempung
hitam,
menyerpih;
terdapat secara setempat, berupa
selingan dalam tuf breksi. Batuan ini
biasanya mengandung sisipan tipis
tuf lapili bersusunan andesit.

Tuf lapili, berupa tuf dengan pecahan


dasit berukuran 1 - 3 cm, berbentuk
menyudut
sampai
menyudut
tanggung; keras; berlapis baik.

Satuan batuan ini diterobos oleh retas


diorit, andesit dan Granit Kambuno,
yang
menyebabkan
terjadinya
pemineralan
dari
pengubahan
(pengersikan,
pengepidotan,
dan
pengkloritan), terutama pada bidang
kontaknya. Pemineralan yang terjadi
berupa bijih massive, fragmental
stockwark dan network dan sisin
urat. Bijih sulfidanya adalah sfalerit,
pirit,
galena
dan
kalkopirit;
ditemukan di daerah Sangkaropi,
Pompangeo dan Rumanga (semuanya
telah diselidiki oleh
PT Aneka

Lava, berwarna kelabu muda; pejal;


bersusunan dasit-trakit; umumnya
terubah dan termineralkan berupa
pirit.
Lava
bersusunan
dasit,
kristalnya berbentuk anhedral sampai
euhedral; porfirit; berbutir kasar
sampai
halus;
tersusun
oleh
plagioklas (An20, 20%), kuarsa
(15%), biotit (15%), mikrolit felspar

59
Tambang dan tim dari Direktorat
Sumberdaya
Mineral.
Di
Bilolo
ditemukan cebakan barit di atas bijih
sulfida massive. Cebakan ini telah
diselidiki dan ditambang oleh PT
Aneka Tambang, Pemineralan sulfida
dan barit akan dibahas lebih lanjut
dalam bab Sumberdaya Mineral dan
Energi.
Batuan
gunungapi
ini
mempunyai Anggota Batugamping,
sehingga umurnya diperkirakan sama
dengan
anggota
tersebut
yaitu
Oligosen - Miosen.
Satuan ini tersebar di bagian tengah,
utara dan timur Lembar, menindih
takselaras
Formasi
Toraja
dan
tertindih selaras oleh Formasi Sekala.
Lokasi tipenya terdapat di S. Lamasi
antara Palopo dan Sabang, Lembar
Malili (Simandjuntak drr., 1982)
dibagian tenggara Lembar.

Tmrt TUF RAMPI : batupasir tufan


dan tuf kristal.
Batupasir
tufan,
putih
hingga
kekuningan, berbutir halus hingga
sedang, terpilah buruk, mengandung
kaca gunungapi, felspar dan kuarsa.
Memperlihatkan perlapisan sejajar
yang disebabkan oleh perubahan
warna atas susunan butiran batuan,
dan
berlapis
dengan
ketebalan
berkisar antara 10-30 cm. Umumnya
pejal dan telah mengalami ubahan.

Tuf kristal, putih, pejal dan padat,


berbutir halus terdiri dari kristal
kuarsa dan feldspar yang berbentuk
anhedral dan lempung terdapat
sebagai hasil dari mineral ubahan.
Tuf kristal ini umumnya terdapat
berelingan dengan batupasir tufan
dengan tebal lapisannya mencapai 5
m
Batuan ini terdapat di bagian
timurlaut Lembar, menyebar ke arah
timur
di
Lembar
Malili
yang
diperkirakan
berumur
OligosenMiosen Awal, dan takselaras menindih
Formasi Latimojong (Simandjuntak
drr., 1991).
Tmt
BATUAN
GUNUNGAPI
TALAYA : breksi, lava, breksi tuf, tuf
lapili, bersisipan tuff dan batupasir
(grewake), rijang, serpih, napal,
setempat batupasir karbonan dan
batubara.
Breksi, lava dan breksi tuf, umumnya
bersusunan andesit sampai basal;
setempat mengandung leusit Batuan
ini sebagian besar telah terpropilitkan
dan
termineralkan,
sehingga
warnanya kelabu kehijauan sampai
hijau; banyak mengandung urat kalsit
dan setempat urat kuarsa
Breksi, berwarna kelabu; komponen
berukuran kerikil sampai bongkah,
dengan bentuk menyudut tanggung
sampai menyudut, tertanam dalam

60
massadasar tuf
tidak berlapis.

pasiran;

mampat;

Lava, berwarna kelabu; terkekarkan


dengan sturktur kekar meniang;
beberapa berstuktur bantal; pejal.
Berdasarkan
penelitian
petrologi,
batuan ini umumnya bersusunan
andesit, andesit piroksen, diabas dan
basal; beberapa contoh bersusunan
trakit
basal,
dasit,
andesit
horenblenda, andesit biotit dan basal
leusit. Umumnya terhablur penuh,
porfirit, berbutir halus sampai sedang
dengan bentuk anhedral sampai
euhedrali; beberapa bertekstur afanit.
Andesit
piroksen
tersusun
dari
plagioklas An 40-50 (40% - 60%),
piroksen (10% - 20%), sedikit
lempung, kuarsa, horenblenda, biotit,
bijih
dan
gelas.
Piroksen
dan
plagioklas, sebagian telah terubah
menjadi kalsit, serisit dan beberapa
epidot. Massadasarnya terdiri dari
mikrolit atau kristal renik felspar dan
sedikit piroksen atau horenblenda,
yang umumnya telah tembah menjadi
kalsit
dan
beberapa
karbonat.
Beberapa
mineral
menunjukkan
retak-retak, yang diisi oleh kuarsa
sekunder. Bijih berwarna hitam,
berbutir halus (0,4 mm), kedap,
anhedral, terdapat menyebar pada
massadasar.
Basal dan breksi basal, umumnya
terdiri dari plagioklas (An3o - Ab70),
klinopiroksen, olivin, gelas, mineral
gelap
dan
bijih.
Batuan
ini

menunjukkan tekstur porfirit, dengan


penokris terdiri dari felspar dan
piroksen; umumnya telah terubah
menjadi serisit, klorit dan epidot.
Tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan
berkepingan
andesit.
Andesit,
berbutir halus (0,3 mm - 1 mm),
anhedral euhedral, tersusun dan
plagioklas (40%), piroksen (15%),
kripto kristalin (20%), kuarsa (2%),
ortoklas (1%), karbonat (5%), klorit
(8%), dan bijih (1%).
Batupasir karbonan, berwarna kelabu
tua; berbutir halus-sedang; sebagian
konglomeratan
yang
banyak
mengandung
kepingan
batulanau
sangat
keras;
berlapis
dan
menunjukkan
stuktur
silang-siur.
Batubara dengan tebal lebih dari 2 m
ditemukan
berselingan
dengan
batupasir karbonan.
Batupasir wake sebagai sisipan,
berwarna kelabu kehijauan; berlapis
baik dengan tebal 0,5 - 1 m;
berstuktur
perlapisan
bersusun;
setempat slump dan konglomeratan.
Batuan
ini
biasanya
tendapat
berselingan dengan lava atau breksi.
Rijang, merupakan sisipan tipis dalam
saluan ini, berwarna putih kelabu
sampai kelabu kemerahan. Serpih.
berwarna kelabu kecoklatan; getas;
berlapis tipis. Napal, berwarna putih;
berlapis tipis (1 - 5 cm); keras dan
mampat. Napal ini mengandung fosil
ganggang,

61
pecahan ekinoid, Lepidocyclina sp.,
Miogypsina sp. dan Gypsina sp., yang
mungkin menunjukkan umur Miosen
Awal - Miosen Tengah.
Berdasarkan umur itu dan kedudukan
stratigrafinya
yang
menjemari
dengan Formasi Sekala, maka dapat
disimpulkan bahwa umur satuan ini
berkisar dan Miosen Tengah sampai
Pliosen. Lingkungan pengendapan
satuan ini adalah laut dalam sampai
dangkal dan sebagian darat.
Satuan ini tersebar luas di Lembar
Mamuju dan hampir tersingkap di
semua tempat. Di bagain selatan
Lembar, menerus ke Lembar Majene;
ke utara ke Lembar Pasangkayu dan
ke timur ke Lembar Malili dan sebelah
barat Poso. Nama satuan diambil dari
nama Gunung (Bulu) Talaya, di
bagian
barat
Lembar,
tempat
ditemukan singkapan yang baik.
Tebal satuan ini 750 m,
Tmb TUF BEROPA : perselingan tuf
dan batupasir tufan, bersisipan breksi
gunungapi dan batupasir wake.
Tuf, berwarna putih kemerahan
sampai kehijauan; berbutir halussedang; mengandung biotit, felspar
dan
kuarsa.
Batupasir
tufan,
berwarna kelabu kecoklatan; berlapis
baik dan pejal.
Batupasir wake, berwarna kelabu
kehijauan; berlapis baik tersusun dari
plagioklas, mineral mafik, kuarsa dan

oksida besi, berbutir sedang sampai


kasar.
Breksi gunungapi, berwarna kelabu
kekuningan; pejal; sebagian berlapis;
komponen berukuran dan 5 sampa 30
cm
dengan
bentuk
menyudut
tanggung
sampai
menyudut.
Tersusun oleh kepingan andesit
sampai basal, porfirit, tersusun dari
plagioklas, horenblenda, piroksen dan
gelas
yang
tertanam
dalam
massadasar mikrolit felspar.
Batupasir
wake
sebagai
sisipan
berwarna kelabu muda, berlapis
cukup baik dengan tebal dan 0,5
sampai 0,75 m.
Satuan ini diduga merupakan anggota
di bagian bawah dani Batuan
Gunungapi Talaya sehingga umurnya
diduga Miosen Tengah. Tebalnya
500 m. Satuan ini tersingkap di
tengah
bagian
timur
Lembar,
terutama di sekitar desa Belopa;
menjemari dengan Batuan Gunungapi
Talaya dan menindih takselaras
Formasi Latimojong.

Tma BATUAN GUNUNGAPI ADANG


: tuf lapili, breksi bersisipan lava,
batupasir dan batulempung tufan.
Tuf lapili, berwarna putih kehijauan;
berbutir kasar; mengandung mineral
leusit, berukuran dan beberapa cm
sampai 3 cm, terhablur sempurna,

62
dengan
massadasar
tuf
halus
bersusunan leusit. Batuan ini berlapis
kurang baik sampai tak berlapis.
Breksi, berwarna kelabu; komponen
berukuran kerikil sampai bongkah,
terutama tersusun oleh basal leusit
dan
massadasarnya
tuf
yang
bersusunan
leusit.
Basal
leusit,
berbutir kasar; terhablur sempurna;
porfirit, tersusun dan mineral leusit
(50%), piroksen (5%), gelas dan
felspar (40%), mineral kedap cahaya
(5%) dan biotit (1%).
Lava basal lausit, porfirit dengan
bentuk mineral subhederal sampai
anhedral, terdiri dari leusit (45%),
kalium felspar (20%), piroksen (10%)
dan biotit (8%). Beberapa contoh
batuan menunjukkan struktur trakit.
Batupasir dan batulempung tufaan,
berwarna kelabu muda; terdapat
sebagai sisipan dalam tufa berlapis
cukup baik dengan tebal 1 - 5 cm
agak keras; mengandung mineral
leusit berbutir halus sedang dan
batuapung. Setempat dalam satuan
ini ditemukan batuan biotit andesit
dengan kristal biotit berukuran 2 cm.
Satuan ini tersebar luas di bagian
baratdaya Lembar, yaitu daerah di
antara
Tapalang
dan
Mamuju;
menjemari dengan Formasi Mamuju
dan Anggota Tapalang; dan diduga
menjemari pula dengan Batuan
(gunungapi
Talaya.
Berdasarkan
kedudukan stratigrafi tersebut, maka

umumya
diduga
sama
dengan
Formasi
Mamuju,
yaitu
Miosen
Tengah - Miosen Akhir. Umur ini
sama dengan umur leusit yang ada di
Lembar Pangkajene (Silitonga, 1982).
Tebal satuan 400 m.
Qbt
TUF BARUPU : tuf, tuf lapili,
tuf hablur, bersusunan dasit dan
sedikit breksi lava bersusunan andesit
dan dasit.
Tuf, berwarna putih sampai kelabu;
agak mampat, sebagian mudah
hancur; setempat berlapis (10 - 25
cm). Sedangkan tuf hablur, berwarna
patih kelabu; berbutir sedang sampai
kasar; terdapat sebagai sisipan tipis
dalam tuf. Batuan ini umumnya
bersusunan dasit; biotit, sanidin, dan
banyak dijumpai oksida besi.
Breksi
lava,
berwarna
kelabu;
mampat keras; komponen berukuran
kerikil
sampai
bongkah dengan
bentuk menyudut tanggung sampai
menyudut; bersusunan andesit.
Tuf Barupu diduga berumur Plistosen
dan tebalnya 300 m. Sebarannya
terdapat di bagian tenggara Lembar
yaitu di daerah Kawalean, sebelah
selatan Bulu Malimongan dan di
sebelah barat Rantepao. Satuan ini
menindih
takselaras
batuan
gunungapi Oligosen - Miosen.
Penamaan Tuf Barupu pertama kali
diberikan oleh Abendanon (1915),

63
kemudian digunakan pula oleh Reyzer
(1920).
Namanya
berasal
dan
Barupu, nama kampung di setelah
barat Rantepao yang merupakan
tempat singkapan terbaik.

BATUAN TEROBOSAN
Tmpi
BATUAN TEROBOSAN
granit, granodiorit, riolit.

Granit,
berwarna
kelabu,
putih
kemerahan
sampai
kehitaman,
berbutir sedang sampai sangat kasar,
terhablur sempurna dengan bentuk
sub-euhedral,
beberapa
panidiomorfik.
Mineral
utamanya
terdiri dari kuarsa, kalium felspar,
plagioklas, horenblenda, biotit dan
setempat klorit, apatit dan bijih.
Kuarsa dan felspar umumnya tumbuh
bersama (intergrowth), dan setempat
serisitisasi dan karbonatisasi. Pada
beberapa mineral terlihat retak-retak
sebagai
akibat
pengaruh
dari
tekanan.
Di
beberapa
tempat
mengandun emas.
Granodiorit, berwarna putih kotor
berbintik
hitam
hingga
kelabu
kehitaman, berbutir sedang-kasar,
porfiritik dengan fenokris terdiri dari
plagioklas, horenblenda, kuarsa dan
biotit;
sedikit
piroksen,
bijih;
setempat terlihat klorit, apatit, sirkon
dan epidot; serisit, magnetit dan
lempung
terdapat sebagai hasil
ubahan.

Riolit, putih kelabu, butir halussedang dan berbentuk sub-anhedral.


Mineral penyusun utarnanya terdiri
dari piroksen, biotit dan plagioklas
dengan sedikit kuarsa dan felspar.
Diorit, berwarna kelabu kehitaman
sampai kehijauan, umumnya berbutir
sedang-halus, terhablur sempurna
setempat mengandung butiran kuarsa
hingga terbentuk batuan diorit kuarsa
dan terdapat sebagal retas-retas di
beberapa tempat.
Apatit, umumnya berbentuk retaretas berwarna kelabu kemerahan,
berbutir sangat kasar dengan mineral
felspar dan kuarsa mencapai ukuran
3 cm. Granit mempunyai penyebaran
yang luas terutama di bagian selatan
Lembar, beberapa tempat di baglan
timur.
Batuan
ini
ada
yang
menamakan Granit Mamasa atau
Granit Kambuno di Lembar Malili dan
Lembar Poso; Umurnya diperkirakan
pada Miosen Akhir - Pliosen Awal.
Di beberapa tempat, terutama yang
terdapat di bagian selatan Lembar
telah mengalami pelapukan yang
cukup kuat, hingga lepas - lepas
seperti
pasir
kuarsa.
Penerobosan
terhadap
Batuan
Gunungapi
Lamasi
menunjukkan
adanya pemineralan bijih sulfida dan
membentuk
cebakan
tembaga,
seperti yang terdapat di Sangkaropi,
Penasuang dan Bilolo di bagian utara
Tana Toraja.

64
BATUAN MALIHAN

TR w BATUAN MALIHAN : sekis


mika, genes mika, dan sedikit filit
serla batusabak.
Sekis mika dan genes mika, berwarna
kelabu; umumnya tersusun oleh
biotit, muskovit, dan kuarsa; berbutir
sedang sampai kasar. Batuan telah
mengalami deformasi dan pada
singkapannya terlihat paling sedikit
ada tiga arah pendaunan.
Filit, berwarna kelabu; tersusun dari
lempung, karbonat dan kuarsa,
beberapa
granit
dan
sedikit
hornblende.
Batusabak,
berwarna
kelabu
kehitaman dengan susunan hampir
sama dengan filit. Satuan ini diduga
berumur lebih tua dari pada umur
Formasi
Latimojong,
berdasarkan
kenyataan bahwa batuannya telah
mengalami
beberapa
kali
pencenanggaan
(deformasi) yang
dicirikan oleh adanya lebih dari dua
arah pendaunan, sedangkan Formasi
Latimojong kurang menunjukkan arah
pendaunan.
Kenyataan
ini
membuktikan bahwa Komplek Wana
terbentuk sebelum Kapur dan diduga
Trias,
tetapi
sebelum
Formasi
Latimojong terbentuk. Tebal satuan
ini tidak diketahui dengan pasti,
diduga lebih dari 1.000 m.

Satuan ini dapat disebandingkan


dengan sekis glaukofan atau Komplek
Pompangeo
(Simandjuntak,
drr.,
1991) atau Komplek Wana (Sukido,
drr., 1987, dalam persiapan). Satuan
ini tersingkap di daerah Budongbudong, sudut baratlaut Lembar.
Singkapan yang cukup luas terdapat
di sebelah utara Lembar yaitu di
Lembar Pasangkayu. Satuan ini
tertindih takselaras oleh Formasi
Lariang,
Formasi
Budong-budong
aluvium.

STRUKTUR DAN TEKTONIKA


Struktur utama di Lembar Mamuju
adalah sesar normal dan sesar naik
yang mempunyai arah umum utara
timurlaut-selatan
baratdaya.
Beberapa sesar berarah hampir barat
- timur dan utara baratlaut - selatan
tenggara. Struktur lipatan di Lembar
ini berkembang cukup baik.
Daerah Lembar termasuk dalam
Mandala Geologi Sulawesi Barat
(Sukamto,
1973a), terutama
terdiri dari batuan malihan, batuan
sedimen, batuan gunungapi dan
batuan terobosan bersifat granit.
Di daerah ini paling sedikit telah
terjadi empat kali gejala tektonik.
Tektonik awal yang dapat diamati
mungkin terjadi pada Kala Kapur
Tengah yang bersamaan dengan
gejala tektonik di Daerah Sulawesi

65
baratdaya (Leeuwen, 1981). Gejala
ini
mengakibatkan
perlipatan,
persesaran dan pemalihan regional
derajat rendah pada Satuan Batuan
Malihan.
Pada Kapur Akhir terbentuk Formasi
Latimojong dalam lingkungan laut
dalam, terutama terbentuk di bagian
timur dan tengah Lembar. Tektonika
selanjutnya terjadi pada Paleosen,
yang mengakibatkan satuan Batuan
Malihan terlipat dan termalih lagi
serta Formasi Latimojong termailih
regional derajat rendah.
Pada Kala Eosen sampai Oligosen
terjadi genang laut yang membentuk
sedimen laut Formasi Toraja dan
Anggota
Rantepao.
Pada
Kala
Oligosen sampai Miosen Awal terjadi
lagi kegiatan tektonik yang disertai
dengan kegiatan gunungapi dalam
bentuk busur kepulauan gunungapi,
dan membentuk Batuan Gunungapi
Lamasi, yang di beberapa tempat
terbentuk pula batugamping. Setelah
kegiatan
gunungapinya
terhenti,
pengendapan batuan karbonat terus
berlangsung sampai awal Miosen
Tengah sehingga terbentuk Formasi
Riu.
Pada Kala Miosen Tengah bagian
tengah sampai Awal Miosen Akhir
terjadi lagi kegiatan tektonik yang
disertai dengan kegiatan gunungapi
yang
menghasilkan
Batuan
Gunungapi Talaya, Tuf Beropa dan
batuan sedimen gunungapi Formasi

Sekala. Batuan Gunungapi Talaya


bersusunan andesit-basal yang makin
ke arah atas susunannya berubah
menjadi
leusit-basal,
sehingga
terbentuk Batuan Gunungapi Adang.
Di bagian barat, pada waktu yang
bersamaan
terendapkan
batuan
karbonat
Formasi
Mamuju
dan
batugamping
terumbu
Anggota
Tapalang.
Pada Kala akhir Miosen Tengah,
kegiatan gunungapi tersebut disertai
dengan terobosan batun granit yang
menerobos semua satuan yang lebih
tua. Terobosan ini membawa larutan
hidrotermal yang kaya akan bijih
sulfida dan membentuk endapan bijih
sulfida terutama suffida tembaga,
seperti
di
daerah
Sangkaropi,
Penasuang dan Bilolo.
Terobosan
ini
disertai
dengan
pengangkatan
dan
penyesaran,
sehingga terbentuk sesar turun dan
sesar naik yang berarah utara
timurlaut
selatan
baratdaya.
Pengangkatan yang terjadi di bagian
barat Lembar mungkin berlangsung
sampai Miosen Akhir yang dilanjutkan
dengan
penurunan
sehingga
terbentuk Formasi Lariang.
Kegiatan tektonik terakhir mungkin
terjadi pada Kala Pliosen, sehingga
bagian timur Lembar terangkat,
sedangkan pengangkatan di bagian
barat Lembar disusul oleh penurunan
yang menghasilkan Formasi Budongbudong dan Batugamping Koral.

66
Sejak Pliosen Akhir daerah ini diduga
sudah berupa daratan, dan pada Kala
Plistosen
(?)
terjadi
kegiatan
gunungapi yang menghasilkan Tuf
Barupu,
Pengangkatan daerah ini masih
berlangsung terus sampai sekarang.
dicirikan dengan tumbuhnya terumbu
koral di sepanjang pantai barat.

SUMBERDAYA
ENERGI

MINERAL

DAN

Daerah Lembar Mamuju mengandung


bahan galian logam dan non logam
serta
sumberdaya
energi
yang
diperkirakan
mempunyai
prospek
cukup baik.
Bahan galian logam
Bahan galian logam yang ditemukan
di daerah pemetaan adalah emas,
perak, tembaga, besi dan seng; di
antaranya berupa kalkopirit, kalkosit,
kovelit, sfalerit, malakit, bornit,
magnetit,
galena
dan
pirit.
Cebakannya
antara
lain berupa
letakan, urat, porfiri, impregnasi dan
kantong-kantong.
Sebarannya
terdapat
di
bagian
tengah dan tenggara Lembar, dekat
dengan batuan terobosan Granit.
Batuan terobosan itu sangat erat
hubungannya dengan pemineralan di

daerah ini. Pemineralan terjadi pada


batuan malihan, sedimen, gunungapi
dan pluton.
Penelitian mineral logam di daerah ini
telah dilakukan oleh Djumhani dan
Pudjowalujo (1976), Seksi Mineral
Vulkanogenik Direktorat Sumberdaya
Mineral (1980) dan Deddi, drr.
(1984).
Djumhani dan Pudjowalujo (1976),
mendapatkan beberapa daerah yang
mengandung mineral logam, yaitu
Batuisi - Salole, Huna - Lelupa,
Paniwangan
Salipaku
dan
Talimbangan - Sangkaropi.
Daerah Batuisi Salole
Mineral logam yang ditemukan di
daerah ini adalah pirit, kalkopirit, dan
kovelit; terdapat dalam urat kuarsa
yang menerobos batusabak, berupa
urat-urat berisi pirit dan malakit.
Ditemukan juga bongkah diorit yang
mengandung
pirit,
sfalerit
dan
kalkopirit. Genesa pemineralannya
diduga metasomatisma kontak dan
mungkin pula impregnasi. Analisa
geokimia
contoh
tanah
di
S.
Belimbing
menghasilkan
kadar
tembaga dari 50 sampai 193 ppm dan
di S. Belopa dan 60 sampai 426 ppm.
Di daerah ini, Deddi, drr. (1984)
menemukan tembaga dengan kadar 2
sampai 130 ppm, timbal dengan
kadar 11 sampai 46 ppm dan seng
dengan kadar 7 sampai 84 ppm.

67
Mineralisasi emas terdapat dalam
urat-urat kuarsa halus di S. Taroto
anak sungai Lebutang.
Daerah Hune-Lelupa
Pemineralan di daerah ini terjadi pada
rekahan halus batuan pluton dan
pada retas andesit. Mineral yang
ditemukan adalah pirit, kalkopirit dan
galena yang terdapat secara tersebar
(porfiri). Analisa geokimia dari contoh
sedimen
dari
S.
Kasomang
menunjukkan kadar tembaga 24 - 28
ppm, timbal 6 - 59 ppm, dan seng 30
- 90 ppm. Analisa contoh tanahnya
menunjukkan kadar tembaga 41 477 ppm.
Daerah Paniwangan-Salupaku
Mineral
yang
ditemukan
di
Paniwangan
adalah
bongkah
magnetit; sedangkan di Salapaku
adalah butir-butir halus kalkopirit di
dalam batuan malihan.

Daerah Talimbangan-SangkaropiBilolo
Mineral yang ditemukan di daerah
Talimbangan
adalah
pirit
dan
kalkopirit yang terkurung dalam
massa dasar magnetit pejal di dalam
batusabak. Selain itu ditemukan juga
urat berisi pirit, kalkopirit, galena dan
sfalerit
yang
menerobos
breksi
andesit dan granodiorit. Analisa
geokimia contoh sedimen sungai dan

S. Talimbangan menunjukkan kadar


tembaga dari 1,4 sampai 836 ppm,
timbal dari 31 sampai 295 ppm dan
seng dan 31 sampai 125 ppm.
Di daerah Sangkaropi, mineral yang
ditemukan
adalah pirit,
galena,
sfalerit, kalkopirit, bornit dan kovelit.
Endapan berupa kantong-kantong
terdapat di dalam breksi gunungapi.
Di daerah ini ditemukan pula uraturat yang mengandung gabungan
galena-pirit-kuarsa di dalam batuan
granit. Analisa geokimia contoh
tanah, menghasilkan kadar tembaga
124 - 150 ppm.
Di daerah Bilolo, cebakan tembaga
diikuti oleh barit. Barit ini diusahakan
secara kecil-kecilan oleh PT. Aneka
Tambang. Cebakan tembaga dengan
barit sebagai penutupnya diduga
merupakan cebakan bijih tipe Kuroko
(Seksi Mineral Vulkanogenik, 1980,
1981).
Eksplorasi tembaga oleh PT. Aneka
Tambang bekerjasama dengan Seksi
Mineral Vulkanogenik, SDM, di daerah
Sangkaropi-Bilolo berlangsung dan
1976 - 1981. Selama kegiatan
pemetaan geologi Lembar Mamuju
ini, kegiatan yang dilakukan PT.
Aneka
Tambang,
adalah
mengusahakan barit secara kecilkecilan,
sedangkan
tembaganya
tidak,
mungkin
kurang
menguntungkan.

68
Bahan galian non logam

Sumberdaya alam lainnya

Bahan galian non logam yang


terdapat di daerah ini antara lain
adalah batugamping, granit, andesit,
basal, dasit, pasir dan kerikil yang
cukup melimpah. Sebagian bahan
galian ini telah dimanfaatkan untuk
bahan bangunan dan pengeras jalan.

Di Lembar Mamuju, selain bahan


galian logam dan non logam yang
ditemukan, Juga hasil hutannya
cukup melimpah untuk dimanfaatkan,
terutama rotan dan kayu hitam.

Sumber energi
Sumber energi yang terdapat di
daerah mi adalah batubara dan
mataair panas. Batubara terdapat
sebagai sisipan dalam batuan Formasi
Toraja dengan tebal berkisar dan 40
sampai
75
cm.
Singkapannya
terdapat
di
5
km
baratdaya
Penasuang,
4
km
baratlaut
Galumpang dan di daerah Galumpang
sendiri, serta 1,5 km utara Tamalea.
Mataair panas di daerah ini terdapat
cukup banyak tersebar di bagian
tengah dan timur Lembar; suhunya
berkisar dari 60 sampai 90 C,
mungkin dapat digunakan sebagai
pembangkit
tenaga
listrik
berkekuatan sekitar 40 mega Watt
(Apandi drr., 1982).
Sumber energi lainnya adalah air
terjun
yang
mungkin
bisa
dimanfaatkan sebagal pembangkit
tenaga listrik dengan sistem mikrohidro. Air terjun ini terdapat di daerah
aliran cabang S. Mamasa di bagian
tenggara Lembar.

Tana
Toraja
sebagai
obyek
pariwisata,
sebarusnya
bisa
dikembangkan lagi, dengan dan
menjaga kelestarian lingkungan, adat
istiadat dan kebudayaannya yang
khas, serta menyediakan sarana dan
prasarana angkutan dan fasilitas
lainnya yang lebih baik.
Daerah lainnya dapat pula dijadikan
obyek pariwisata, mengingat daerah
inii mempunyai keadaan alam dan
panorama
yang
indah
dengan
binatang langka yang hanya ada di
Sulawesi, yaita anoa, babirusa, tapir
dan burung maleo. Untuk perlu
diadakan suatu hutan suaka nasional
yang
dapat
dijadikan
obyek
pariwisata
sambil
melindungi
binatang tersebut dan kepunahan
yang disebabkan oleh peburuan liar.
Daerah pantai barat, mulai dan
Mamuju selatan sampai Belangbelang di utara cukup baik untuk
tempat hiburan dan pariwisata. Di
daerah lautnya kaya akan berbagai
jenis karang, tumbuhan, dan ikan
karang dengan lingkungan yang
masih bersih dan indah.
ACUAN

69
70
Abendanon, E.C., 1915, Geologische
en
geographische
door
kruisingen
van
Midden
Celebes (1905-1910). Leiden,
E.J. Brill, v.1,451 p.
Apandi, T., N. Ratman dan Yusup,
1982,
Laporan
Geologi
Lembar Mamuju, Sulawesi,
sekala 1: 250.000. Pro.
P.G.I.F.,
Bid.
Geo.
Reg.
Puslitbang Geologi.
Brouwer, HA., 1934, Geologische
onderzoekingen op het eiland
Celebes, Verh. Geol. Mynb.
Gen. Ned. en Kol., Geola
Serie Vol. x.
Deddi,

De

T. Sutisna, Sukmana dan


Zulkifli,
1984,
Peyelidikan
Pendahuluan
Geologi,
Pendulangan dan Geokimia
Daerah Kecamatan Budongbudong, Kabupaten Mamuju,
Sulawesi
Selatan.
Seksi
Mineral Vulkanogenik, Sub.
Dit.Mift Log. SDM.

Koning
Knijff.
J.,
1914,
Geologische
gegevens
omtrent
gedeelten
der
afdelingen Loewoe, Parepait
en Boni van het Government
Celebes
en
Onder
hoorigheden.
Jaarb.
v.h.
Mijnwezen in Nederlandsek
Oost
indie
1912, Batavia Staatsdrukkerij
Deel I, p.227 -295.

Djumhani dan H. Pudjowalujo, 1976,


Laporan 5 tahun Peta tahap I,
Bagian
Pemetaan
dan
Penyelidikan Mineral daerah
Sulawesi Selatan Blok 5,
1969-1979,
Direktorat
Geologi.
Djuri dan Sudjatmiko, 1979, Peta
Geologi Bersistem, Lembar
Majene-Palopo,
Sulawesi
Selatan, sekala 1 250.000.
Direktorat Geologi.
Leeuwen Th.M. van, 1981, The
Geology
of
Southwest
Sulawesi
with
Special
Reference to the Biru Area.
In: Bather Al. & Wiryosujono,
S. The Geology and Tectonics
of Eastern Indonesia, GRDC,
Spec. Publ. No. 2, 1981,
pp.177-304.
Reyzer, J., 1920, Geologische ann
tekeningen betreffende de
zuidelijke
Toraja-Landen,
vetzaineld uit de vuslagen der
mijnbouwkundige
onderzoekingen in Midden
Celebes Jaarb. V.h. Mijw. in
Ned. Qast Indie, 1918, p.
154-209, p1. 14.
Sarasin

F. & P. Sarasin, 1901,


Entwurf einer geografische,
geologisehe Beschreibung der

insel

Celebes, Weisbaden. Arsip


Perpustakaan
Puslitbang
Geologi.

Seksi Mineral Vulkanogenik, 1980,


Laporan penyelidikan geologi
dan geokimia tinjau regional
daerah basin S. Lamasi dan
S. Sadari, Kecamatan Sesean
dan Kecamatan Walenrang,
Kabupaten Tana Toraja dan
Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan, Sub. Dit. Eksp. Min.
Log. DSM,
Simandjuntak, TO., B. Rusmana,
Surono dan LB. Supandjono,
1991, Peta Geologi Bersistem
Lembar
Malili,
Puslitbang
Geologi.
Sukamto, R., 1978, The structure of
Sulawesi in the light of plate
tectonics. Proc. Rag. Conf.
Geol. Min. Res. S.E. Asia,
1975, Jakarta.
Sukido, D. Sukarna dan K. Sutisna,
1987, Peta Geologi Lembar
Pasangkayu, Sulawesi, sekala
1:
250.000,
Puslitbang
Geologi.

71

Geologi Lembar Malili, Sulawesi

72
PENDAHULUAN

Geology of the Malili Quadrangle, Sulawesi


0leh (By):
TO. Simandjuntak, E. Rusmana, Surono dan (and) J. B Supandjono

Geologi dipetakan pada 1979/1980 oleh:


Geology mapped in 1979/1980 by:

TO. Simandjuntak, E. Rusmana, Surono, J. R Supandjono, A. Koswar, R.L.


Situmorang, T. Turkandi, K. Sutisna, A. Azis dan (and) M. Endharto

Ditelaah dan disunting oleh


Reviewed and edited by:

Pemetaan gcologi bersistem Lembar


Malili (2113) dilakukan oleh Bidang
Geologi Regional (sekarang Bidang
Pemetaan Geologi), Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, dalam
rangka kegiatan Proyek Pemetaan
Geologi dan Interpretasi Foto udara,
tahun anggaran 1979/1980, PELITA
III tahun ke 1. Tujuannya ialah
penyelidikan
geologi
serta
sumberdaya mineral dan energi yang
akan rnenghasilkan data dasar untuk
menunjang inventarisasi sumberdaya
mineral dan energi wilayah tersebut.
Pekerjaan
lapangan
berlangsung
dalam
dua
tahap:
tahap pertama dan Juni sampai
Agustus 1979, dan tahap kedua dan
Nopember 1979 sampai Januari 1980.

Rab. Sukamto dan (and) T. Soeradi


DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI
DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI

DEPARTMENT OF MINES AND ENERGY


DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY AND MINERAL RESOURCES
GEOLOGICAL RESEARCH AND DEVELOPMENT CENTRE

1991

Lembar
Malili
terletak
diantara
kordinat 120 - 12130 BT dan 200
- 300 LS, dan meliputi daerah
seluas 21.000 Km2. Lembar ini di
utara dibatasi oleh Lembar Poso, di
timur oleh Lembar Bungku, di selatan
oleh Lembar Kendari, Teluk Bone dan
Lembar Majene, dan di barat oleh
Lembar Mamuju. Bagian selatan
lembar termasuk Kabupaten Luwu,
Propinsi Sulawesi Selatan, sedangkan
bagian utara termasuk Kabupaten
Poso, Propinsi Sulawesi Tengah.
Musim kemarau di daerah ini
berlangsung dan Mei sampai Oktober,

dan musim hujan dan Nopember


sampai April. Curah hujan di bagian
selatan antara 2500 - 3000 mm, dan
di bagian utara antara 3500 - 4000
mm per tahun.
Penduduknya terdiri dari beberapa
suku. Suku Bugis dan Bajoe yang
menempati daerah pantai bermata
pencarian menangkap
ikan dan
berdagang. Suku Mori, Tolaki, Toraja
dan Pamona yang hidup di pedalaman
umumnya bertani dan mencari hasil
hutan. Sejak adanya tambang nikel di
Soroako banyak diantara penduduk
asli
yang
menjadi
karyawan
perusahaan. Orang Bugis dan Bajoe
pada umumnya beragama Islam;
orang Mori dan Toraja beragama
Kristen, sedangkan orang Tolaki ada
yang Islam dan ada yang Kristen.
Daerah yang dipetakan dapat dicapai
dan Ujung Pandang melalui udara,
darat dan laut. Penerbangan perintis
Ujung
Pandang
Soroako
berlangsung dua kali seminggu, dan
Ujung Pandang - Masamba sekali
seminggu, menggunakan pesawat
kecil Twin otter, Cessna atau Cassa.
Jalan darat dan Ujung Pandang ke
Palopo sudah beraspal dan dapat
dilalui
segala
jenis
kendaraan
bermotor pada setiap musim. Jalan
ini merupakan ruas jalan Trans
Sulawesi. Antara kota Malili dan
Soroako terentang jalan raya yang
dibangun dan dikelola oleh PT Inco.
Palopo dan Malili selain jalan darat
juga dihubungkan dengan perahu
atau kapal laut.

74

73
Peta dasar yang dipakai bersekala
1:250.000, seri Sc yang berasal dan
US Army Service. Potret Udara yang
terscdia hanya meliputi bagian timur
dan tengah daerah pemetaan, dibuat
otch Angkatan Udara Australia. Citra
Landsat meliputi seluruh daerah.
Laporan terdahulu mengenai daerah
ini ditulis oleh Koolhoven (1930),
Brouwer (1934), Loczy (1934), Rulten
(1927), Umbgrove (1935), Hetzel
(1936),
Bothc
(1927),
Hopper
(1941), Soeria - Atmadja dkk.(1972),
Sukamto (1975), Achmad (1975) dan
Sophaheluwakan & Suparka (1978).
Laporan - laporan tersebut terutama
menyangkut daerah yang berbatuan
ultrabasa. Bagian barat Lembar telah
ada peta geologi yang bersifat
kompilasi.

FISIOGRAFI
Secara morfologi daerah ini dapat
dibagi atas 4 satuan : Daerah
Pegunungan,
Daerah
Pebukitan,
Daerah Kras dan Daerah Pedataran.
Daerah
Pegunungan
menempati
bagian barat dan tenggara lembar
peta. Di bagian barat terdapat 2
rangkaian pegunungan: Pegunungan
Tineba dan Pegunungan Koro-Ue
yang memanjang dan baratlaut tenggara, dengan ketinggian antara
700-3016 m di atas permukaan laut
dan dibentuk oleh batuan granit dan
malihan.
Sedangkan
di
bagian
tenggara lembar peta terda pat

Pegunungan
Verbeek
dengan
ketinggian antara 800 - 1346 m di
atas permukaan laut, dibentuk oleh
batuan ultramafik dan batugamping.
Puncak-puncaknya antara lain G.
Baliase (3016 m), G. Tambake (1838
m), Bulu Nowinokel (1700 m), G.
Kaungabu (1760 m), Buhi Taipa
(1346 m), Bulu Ladu (1274 m), BuLu
Burangga (1032 m) dan Bulu Lingke
(1209
m).
Sungai-sungai
yang
mengalir di daerah ini yaitu S.
Kataena, S. Pincara, S. Rongkong. S.
Larona dan S. Malili merupakan
sungai utama. Pola aliran sungai
umumnya dendrit.
Daerah Pebukitan menempati bagian
tengah dan timurtaut lembar peta
dengan ketinggian antara 200 - 700
m di atas permukaan laut dan
merupakan pebukitan yang agak
landai yang terletak di antara daerah
pegunungan dan daerah pedataran.
Pebukitan ini dibentuk oleh batuan
vulkanik, ultramafik dan batupasir.
Puncak-puncak bukit yang terdapat di
daerah ini di antaranya Bulu Tiruan
((630 m), Bulu Tambunana (477 m)
dan Bulu Bukila (645 m).
Sungai-sungai yang bersumber di
daerah
pegunungan
mengalir
melewati daerah ini terus ke daerah
pedataran dan bermuara di Teluk
Bone. Pola alirannya dendrit.
Daerah Kras menempati bagian
timurlaut
lembar
peta
dengan
ketinggian antara 800 - 1700 m dari

permukaan laut dan dibentuk oleh


batugamping. Daerah ini dicirikan
oleh adanya dolina, Sinkhole dan
sungai bawah permukaan. Puncak
yang tinggi di daerah m di antaranya
Butu Wasopute (1768 m) dan
Pegunungan Toruke Empenai (1185
m).
Daerah Pedataran menempati daerah
selatan lembar peta, melampar mulai
dan utara Palopo, Sabbang, Masamba
sampai
Bone-Bone.
Daerah
ini
mempunyai
ketinggian
hanya
beberapa meter di atas permukaan
laut dan dibentuk oleh endapan
aluvium. Pada umumnya merupakan
daerah pemukiman dan pertanian
yang baik. Sungai yang mengaliri di
daerah
ini
diantaranya
S.
Pampengan, S. Rongkong dan S.
Kebu, menunjukkan proses berkelok.
Terdapatnya pola aliran subdendrit
dengan air terjun di beberapa
tempat,
terutama
di
daerah
pegunungan, aliran sungai yang
deras, serta dengan memperhatikan
dataran yang agak luas di bagian
selatan peta dan adanya perkelokan
sungai
utama,
semuanya
menunjukkan morfologi dewasa.

STRATIGRAFI
Tatanan Stratigrafi

Berdasarkan
himpunan
batuan,
struktur dan biostratigrafi, secara
regional Lembar Malili termasuk
Mendala Geologi Sulawesi Timur dan
Mendala Geologi Sulawesi Barat,
dengan batas Sesar Palu Koro yang
membujur
hampir
utara-selatan.
Mendala Geologi Sulawesi Timur
dapat dibagi menjadi dua lajur (Telt):
lajur batuah malihan dan lajur ofiolit
Sulawesi Timur yang terdiri dari
batuan
ultramafik
dan
batuan
sedimen petagos Mesozoikum.
Mendala Geologi Sulawesi Barat
dicirikan
oleh
lajur
gunungapi
Paleogen dan Neogen, intrusi Neogen
dan sedimen flysch Mesozoikum yang
diendapkan
di
pinggiran
benua
(Paparan Sunda).
Di Mendala Geologi Sulawesi Timur,
batuan tertua adalah batuan ofiolit
yang terdiri dari ultramafik termasuk
harzburgit, dunit, piroksenit, wehrlit
dan serpentinit, setempat batuan
mafik termasuk gabro dan basal.
Umurnya belum dapat dipastikan,
tetapi diperkirakan sama dengan
ofiolit di lengan timur Sulawesi yang
berumur Kapur Awal Tersier
(Simandjuntak, 1986).
Di bagian barat mendala ini terdapat
lajur
metamorfik,
komplek
Pompangeo yang terdiri dari berbagai
jenis sekis hijau di antaranya sekis
mika,
sekis
hornblenda,
sekis
glaukofan,
filit,
batusabak,
batugamping
terdaunkan
atau

75
pualam
dan
setempat
breksi.
Umurnya diduga tidak lebih tua dari
Kapur. Di atas ofiolit diendapkan tak
selaras Formasi Matano: bagian atas
berupa batugamping kalsilutit, rijang
radiolaria, argilit dan batulempung
napalan, sedangkan bagian bawah
terdiri dari rijang radiolaria dengan
sisipan
kalsilutit
yang
semakin
banyak ke bagian atas. Berdasarkan
kandungan
fosilnya
Formasi
ini
menunjukkan umur Kapur.
Pada mendala ini dijumpai pula
komplek bawah bancuh (Melange
Wasuponda), terdiri dari bongkahan
asing batuan mafik, serpentinit,
pikrik,
rijang,
batugamping
terdaunkan, sekis, amfibolt dan
eklogit (?) berbagai ukuran yang
tertanam di dalam masa dasar
lempung merah bersisik.
Batuan tekonika ini tersingkap baik di
daerah Wasuponda serta di daerah
Ensa, Koro Mudi dan Petumbea,
diduga terbentuk sebelum Tersier
(Simandjuntak, 1980). Pada Kala
Miosen Akhir batuan sedimen pasca
orogenesa Neogen (Kelompok Molasa
Sulawesi) diendapkan tak selaras di
atas batuan yang lebih tua. Kelompok
ini termasuk Formasi Tomata yang
terdiri dari klastika halus sampai
kasar, dan Formasi Larona yang
umumnya terdiri dari klastika kasar
yang diendapkan dalam lingkungan
laut
dangkal
sampai
darat.
Pengendapan ini terus berlangsung
sampai Kala Pliosen.

Di Mendala Geologi Sulawesi Barat


batuan
tentua
adalah
Formasi
Latimojong yang diduga berumur
Kapur Akhir. Batuan ini terdiri dari
deret flysch, perselingan antara
argilit, filit, batusabak dan wake
dengan sisipan rijang radiolaria dan
konglomerat. Batuan ini diduga telah
diendapkan
di
pinggiran
benua
Sunda. Tak selaras di atasnya diendapkan Formasi Toraja yang terdiri
dari serpih, batugamping, batupasir
dan konglomerat. Umurnya berjangka
dari Eosen - Miosen Tengah (Djuri
dan Sudjatmiko, 1974).
Pada Kala Oligosen terjadi kegiatan
gunungapi
bawah
laut
yang
menghasilkan lava bantal dan breksi
yang
bersusunan
basa
sampai
menengah. Batuan itu membentuk
Batuan Gunungapi Lamasi. Kegiatan
ini berlangsung terus sampai Kala
Miosen Tengah (Batuan Gunungapi
Tineba dan Tufa Rampi), yang
sebagian sudah muncul ke atas
permukaan laut.
Di atasnya secara tak selaras
diendapkan Formasi Bone-bone yang
terdiri dari endapan turbidit dan
perselingan antara konglomerat dan
klastika halus. Formasi ini banyak
mengandung fosil foram kecil yang
menunjukkan umur Miosen Akhir Pliosen. Kegiatan gunungapi terjadi
lagi
pada
Plio-Plistosen
bahkan
sampai Holosen yang menghasilkan
lava dan bahan piroklastika yang
bersusunan
andesit
(Batuan
Gunungapi Masamba).

76
Terdapat dua bauan terobosan granit
yang
berbeda
umurnya;
yang
pertama berumur Miosen Akhir dan
yang kedua Pliosen. Yang terakhir
lamparannya cukup luas di bagian
baratlaut lembar peta. Di daerah
Palopo granit berumur Miosen Akhir
menerobos Formasi Latimojong dan
Formasi Toraja dan menghasilkan
mineralisasi
hidrotermal.
Batuan
termuda di daerah ini adalah aluvium
yang terdiri dari endapan sungai,
danau dan pantai. Sebarannya luas di
utara Teluk Bone dan di selatan
Danau Poso.

Satuan ini merupakan endapan


sungai, rawa dan pantai. Sebarannya
meliputi dataran di utara Teluk Bone,
Rampi dan Leboni yang terletak di
bagian baratlaut lembar, daerah
Somba Limu di timur Danau Poso,
sepanjang lembah S. Laa di bagian
timurlaut
lembar,
serta
daerah
Bungku yang terletak di sebelah barat
Danau Matano.

Mendala Geologi Sulawesi Barat


BATUAN SEDIMEN

Perian Satuan Peta


ENDAPAN PERMUKAAN
Ql
ENDAPAN DANAU : Lempung,
pasir dan kerikil.
Lempung menunjukkan penlapisan
karena perbedaan warna dan agak
mengeras,
tebal
lapisan
antara
beberapa sampai 100 mm. Pasir dan
kerikil, kelabu hingga hitam, kurang
padat, mengandung banyak sisa
tumbuhan. Perlapisan cukup baik,
dengan tebal lapisan antara beberapa
hingga 20 cm. Sebaran satuan
meliputi daerah di selatan Danau
Poso, sekitar Danau Matano, Danau
Mahalona dan Danau Towuti. Tebal
satuan diperkirakan puluhan meter.
Oal ALUVIUM : lumpur, lempung,
pasir, kerikil dan kerakal.

Kls
FORMASI
LATIMOJONG
:
perselingan batusabak, filit, wake,
kuarsit, batugamping dan batulanau
dengan sisipan konglomerat dan
rijang, umumnya termalih sangat
lemah.
Batusabak, hitam sampai kelabu
kehitaman padat dan keras, tebal
lapisan an tar 10-20 m. Filit, merah
kecoklatan; belahan berkembang baik
dan persekisan sudah tampak agak
keras dan kompak.
Wake, kelabu kehijauan sampai
kelabu; padat, keras; berukuran
sedang;
kepingan
(fragmen)
membulat
sampai
membulat
tanggung, terdiri atas rombakan
batuan gunungapi, hornblenda dan
felspar; berlapis baik dengan tebal
lapisan sekitar 60 cm. Perarian

77
sejajar berkembang baik; kontak atas
dan bawah lapisan sangat jelas.
Kuarsit, hijau cerah sampai merah
keputihan; padat, sangat keras;
berlapis baik; tebal lapisan sampai 1
m.
Batugamping,
hitam;
padat,
menghablur
dan
sangat
keras;
berlapis baik dengan tebal lapisan 30
- 50 cm.
Batulanau, kelabu sampai kelabu
kemerahan; perarian; berbutir halus
padat
dan
keras.
Konglomerat,
kelabu;
bersifat
padat,
dengan
komponen andesit dan batupasir,
berukuran 2- 5 cm, kemas terbuka,
perekat batupasir.
Rijang, putih sampai merah; padat,
pejal, sangat keras; berfosi radiolaria.
Fosil untuk penentuan umur batuan
tidak ditemukan, tetapi Brouwer
(1934) di Pegunungan Latimojong
dan Reyzer (1920) di Babakan di
bagian tenggara lembar, menemukan
fosil yang berumur Kapur. Himpunan
batuan
dan
struktur
sedimen
memperlihatkan
bahwa
Formasi
Latimojong adalah endapan flysch
yang diendapkan di pinggiran benua
yang aktif Tanah Sunda (Sundaland).
Formasi Latimojong melampar di
pojok baratdaya daerah penyelidikan,
mulai dan Palopo sampai anak sungai
Rongkong.
Tebal
satuan
ini
diperkirakan melebihi 1000 m, di
atasnya tertindih secara tidak selaras

oleh Formasi Toraja dan batuan


gunungapi
Lamasi.
Satuan
ini
merupakan kelanjutan dan Formasi
Latimojong di Lembar Majene Palopo
(Djuri & Sudjatmiko, 1974) di
tenggara lembar peta.
Tets FORMASI TORAJA : serpih,
batugamping dan batupasir dengan
sisipan konglomerat.
Serpih, merah tua sampai merah
hati; padat dan keras; perlapisan
cukup baik dengan tebal lapisan
antara 5-30 cm; memperlihatkan
reticulate cleavage.
Batugamping,
putih
kekuningan
sampai kelabu kehitaman; berupa
batugamping koral, padat dan sangat
keras, tidak berlapis; tebal mencapai
50 m.
Batupasir, kelabu kehijauan sampai
coklat; padat, keras, berkomponen
kepingan batuan, kuarsa dan felspar
berbutir sedang, membulat sampai
membulat tanggung; berlapis baik,
tebal tiap lapisan antara 3 - 15 cm.
Konglomerat,
kelabu
kehitaman;
padat dan keras,
berkomponen
kuarsit,
kuarsaan
baturijang;
berukuran 0,5-3 cm, membulat
tanggung sampai membulat, terekat
oleh batupasir kasar dan berkemas
terbuka
Formasi
Toraja
didominasi
oleh
serpih, batugamping dan batupasir

78
berselingan dengan serpih, dengan
sisipan
konglomerat.
Fosil
foraminifera besar yang ditemukan
dalam batugamping: Muniditcs sp,
Discocyclina
Sp,
Bordis
S
Lepidocyclina sp. Operculina sp,
Cydoclypcus sp dan Miogypsina sp
menunjukkan umur Eosen-Miosen
(Budiman,
1981).
Satuan
ini
diendapkan pada lingkungan dangkal
sampai air payau.
Sebarannya dari sekitar desa Maro,
memanjang ke barat dan selatan
melewati desa Tondon hingga di
Lembar Majene yang berdampingan
(Djuri
&
Sudjatmiko,
1975).
Ketebalan seluruhnya melebihi 1000
m. Satuan ini menindih secara tidak
selaras Formasi Latimojong dan
ditindih secara tidak selaras oleh
satuan batuan gunungapi Lamasi.

BATUAN GUNUNGAPI
Tplv
BATUAN
GUJNUNGAPI
LAMASI: lava, breksi dan tufa.
Lava, bersusunan andesit sampai
basal; memperlihatkan struktur aliran
dan amigdaloid, padu dan pejal; tebal
1 - 10 m. Lava andesit berwarna
kelabu;.bentekstur porfirit dengan
fenokris plagioklas dan piroksen serta
masa dasar, berbutir halus, Lava
basal berwarna kelabu kehitaman,
bertekstur porfirit dangan fenokris
plagioklas, piroksen dan horenblenda,

serta masa dasar berbutir halus yang


terdiri dari mineral plagioklas dan
piroksin.
Kedua
jenis
lava
itu
terpropilitkan dan terubah dengan
mineral ubahnya berupa lempung dan
kiorit.
Breksi,
kelabu
sampai
kelabu
kehitman;
berkomponen
batuan
andesit,
basal
dan
batuapung;
menyudut
sampai
menyudut
tanggung berukuran antra 10- 40 cm;
perekatnya tufa halus sampai kasar,
Padat dan keras. Di beberapa tempat
mengalami
proses
hidrotermal,
hingga
termineralisasikan
membentuk endapan pirit dan perak.
Tufa,
putih
sampai
kelabu;
mengandung mineral hornblenda dan
kaca volkanik, berukuran sampai 0,1
cm.
Perlapisan
cukup
baik;
merupakan perselingan antara tufa
halus dan tufa kasar; tebal tiap
lapisan antara 5-45 cm. Tebal seluruh
lapisan tufa mencapai 10 m.
Batuan gunungapi Lamasi berupa
perselingan lava, breksi dan tufa,
dengan lava dan breksi merupakan
batuan
penyusun
utamanya.
Berdasarkan penarikhan pada batuan
basal di daerah Palopo (Sukamto,
1975) dan korelasi dengan batuan
gunungapi di daerah Biru (van
Leeuwen,
1979)
dan
daerah
Bantimala (Sukamto, 1982), satuan
ini diperkirakan berumur Paleogen.
Batuan gunungapi ini merupakan

79
hasil kegiatan gunungapi bawah laut.
Sebarannya
mulai
dari
Palopo,
melampar ke utara sampai Sabbang.
Tebal satuan diperkirakan mencapai
500 m. Satuan ini menindih secara
tak selaras Formasi Toraja dan
Formasi Latimojong.
Batuan gunungapi Lamasi dapat
dikorelasikan
dengan
batuan
gunungapi Miosen di Lembar Majene
(Djuri & Sudjatmiko, 1975; Sunarya
& Surawinata, 1980).

Tmrt
TUFA RAMPI: Batupasir
Tufaan, tufa ubu dan tufa kristal.
Batupasir tufaan, putih kekuningan;
berbutir halus sampai sedang agak
padat, mengandung kaca vulkanik,
felspar dan kuarsa. Perlapisan sejajar
disebabkan oleh perubahan warna
susunan batuan. Secara keseluruhan
batuan
ini
berselingan
dengan
batupasir tufaan; tebal tiap lapisan
antara 10 - 30 cm. Batuan ini
umumnya telah mengalami ubahan.
Tufa kristal, putih; pejal, padat;
terdiri
dari
kristal
anhedron
bersusunan felspar, kuarsa dan
lempung. Felspar dan kuarsa berbutir
halus; lempung hasil ubahan felspar.
Batuan telah mengalami
ubahan
kuat.
Tufa Rampi tersusun terutama oleh
perselingan batupasir tufaan dengan
tufa yang mengandung lapisan tufa

kristal, tebal sampai 5 m. Batuan ini


diterobos oleh batuan granit berumur
Miosen Akhir-Plistosen, dan karena
itu diperkirakan berumur OligosenMiosen
Awal;
berupa
endapan
gunungapi bawah laut. Sebarannya
dari barat desa Rampi di bagian barat
laut Lembar Malili meluas ke arah
barat Lembar Mamuju. Tebal satuan
diperkirakan sekitar 600 m. Satuan
ini menindih tidak selaras Formasi
Latimojong dan menjemari dengan
Batuan Gunungapi Tineba.

Tmtv
BATUAN
GUNUNGAPI
TINEBA: lava andesit horenblenda,
basal, Latit kuarsa dan breksi.
Lava andesit horenblenda, kelabu
berbintik putih; porfiritik dengan
fenokris
mineral
plagioklas
dan
hornblenda; berbutir sedang masa
dasar sangat halus, terdiri dari
mineral felspar, horenblenda, kaca
dan lempung. Horenblenda sebagian
terubah menjadi biotit, sedangkan
lempung
berupa
hasil
ubahan
plagioklas; pejal dan padat.
Lava basal, umumnya mengalami
ubahan; kelabu sampai kehitaman
berbintik putih berbutir halus yang
terdiri dari mineral plagioklas, serisit,
stibik, kaca dan lempung.
Lava latit kuarsa, kelabu berbintik
putih; pejal; porfiritik dengan fenokris
berbutir sedang; terdiri atas mineral
kuarsa, felspar kalium, plagioklas dan

80
biotit; masa dasar berbutir halus,
terdiri atas mineral felspar, biotit,
kiorit, lempung dan serisit; felspar
kalium
dan
plagioklas
terubah
menjadi lempung dan serisit; klorit
berupa ubahan dan mineral mafik.
Sebaran ke atas berupa lava andesit
horenblenda; basal terubah dan latit
kuarsa
sulit
diperikan.
Batuan
gunungapi
Tineba
berupa
hasil
peleleran batuan gunungapi bawah
laut yang diduga berumur OligosenMiosen Awal, karena satuan ini
diterobos oleh batuan bersifat granit
yang berumur Miosen Akhir-Plistosen.
Satuan
ini
menempati
tinggian
Tineba, terus melampar ke arah utara
daerah Rampi di bagian baratlaut
Lembar Malili. Ketebalan satuan
diperhitungkan
dan
penampang
geologi, diperkirakan tidak kurang
dan 500 m.

QTpmv
BATUAN GUNUNGAPI
MASAMBA: batuan piroklastika dan
lava.

ortoklas, dengan masa dasar mikrolit


plagioklas, kaca dan lempung.
Lava
basal,
hitam;
amigdaloid,
afanitik;
berstruktur
aliran,
mengandung mikrolit felspar; massa
dasar sangat halus dari kaca dan
klorit. Sebagian terubah menjadi
mineral
lempung.
Batuan
ini
berongga yang diisi oleh kalsit
Batuan
gunungapi
Masamba
diperkirakan hasil kegiatan gunungapi
Plio-Plistosen
dalam
lingkungan
daratan. Penarikhan Kalium/Argon
atas batuan trakit yang terdapat di
beberapa tempat di sepanjang jalur
sesar Palu-Koro menunjukkan umur
4,25 juta tahun (Sukamto, 1975a).
Sebaran satuan batuan ini meliputi
daerah di bagian utara Masamba.
Batuan ini menindih tak selaras granit
Kambuno dan Formasi Bone-Bone.
Berdasarkan
kesamaan
litologi
dinasabahkan
dengan
batuan
Gunungapi (Qtv) yang terdapat di
daerah
Lembar
Ujung
Pandang
(Sukamto, 1975).

Batuan
piroklastika,
merupakan
rempah
gunungapi
bersusunan
andesit dan dasit; menunjukkan
kemas terbuka.

BATUAN BEKU/TEROBOSAN

Lava, bersusunan andesit dan basal.


Lava andesit, kclabu; bertekstur
porfiritik; berbutir halus sampai
menengah; mengandung fenokris
plagioklas, piroksen dan sedikit

Granit, putih koton benbintik hitam;


berhablur penuh; berbudaran sama
besar; berbutir menengah; fanerik
dengan
mineral
utama
kuarsa,
ortoklas,
plagioklas
dan
sedikit
horenblenda. Umumnya mengalami

Tmpg GRANIT PALOPO : granit dan


granodiorit.

82

81
pelapukan,
terkekarkan.

terbreksikan

dan

Granodiorit, putih kehitaman; pejal;


fanerik
dan
porfiritik;
berbutir
menengah sampai kasar fenokris
plagioklas dengan masadasar kuarsa,
hornblenda,
biotit
dan
mineral
ubahan
kloril.
Mineral
mafik
umumnya
telah
terkloritisasikan.
Batuan yang bertekstur porfiritik
tersebut
telah
terkekarkan
dan
terbreksikan.
Di
dalam
satuan
batuan
ini
kedudukan
granit
terhadap
granodiorit sulit ditentukan, baik ke
arah
atas
maupun
mendatar.
Berdasarkan hasil penarikhan pada
retas granit di daerah Palopo, batuan
itu
berumur
8,10
juta
tahun
(Sukamto, 1975) atau Akhir Miosen.
Satuan
ini
menempati
daerah
pegunungan antara desa Tojambu
dan Tondon, yang terletak di bagian
baratdaya Lembar Malili. Satuan
batuan ini menerobos Formasi Toraja
dan Formasi Latimojong.

Tpkg GRANIT KAMBUNO : granit


dan granodiorit.
Granit,
putih
berbintik
hitam
kebiruan; berbutir sedang sampai
kasar;
berhablur
penuh
(holokristalin); umumnya bertekstur
porfiritik.
Fenokris
terdiri
atas
ortoklas,
plagioklas,
kuarsa,
horenblenda dan biotit, yang tersebar

di
atas
masa
dasar
kuarsa,
hornblenda,
biotit
dan
mineral
lempung. Umumnya batuan ini masih
segar. Ditemukan berbagai jenis
granit,
di
antaranya
mikrolit
horenblenda-biotit, mikrogranit biotit,
genes-mikrogranit biotit, dan mikroleukogranit (Hartono S, 1980).
Granodiorit, putih berbintik hitam;
pejal dan bertekstur porfiritik dan
sedikit fanerik; berhablur penuh;
hipidiomorf;
butiran
berukuran
sedang. Susunan mineral berupa
fenokris
plagioklas
dan
jenis
oligoklas,
ortoklas,
kuarsa
dan
horenblenda,
serta
masa
dasar
epidot, serisit, magnetit, kuarsa dan
mineral
ternpung.
Bauan
ini
umumnya terdapat dalam keadaan
segar. Setempat telah terkekarkan
dan menunjukkan kekar tiang.
Berdasarkan
kesamaan
litologi
dengan granit di Lembar Pasangkayu
yang
hasil
penarikhan
granit
menunjukkun umur 3,35 juta tahun
(Sukamto, 1975), granit Kambuno
diduga berumur Pliosen. Sebaran
sauan ini meliputi pegunungan di
sekitar Bulu Kambuno di bagian barat
Lembar Malili. Di baratlaut desa
Sabbang tampak gejala peruntuhan
tektonik dengan batuan dan Formasi
Latimojong di daerah Rampi satuan
ini menerobos satuan gunungapi
Tinemba yang menunjukkan gejala
alterasi dan pemineralan.

Mendala Geologi Sulawesi Timur

BATUAN SEDIMEN

Kml
FORMASI
MATANO:
batugamping hablur dan kalsilutit,
napal, serpih, dengan sisipan rijang
dan batusabak.
Formasi
Matano
bagian
bawah
ditempati oleh batugamping kalsilutit
berlapis dengan lensa rijang, sedang
bagian atas merupakan perselingan
antara
batugamping
pejal
dan
terhablur ulang, napal dan srrpih
dengan lensa batusabak dan rijang.
Batugamping, putih kotor sampaii
kelabu; berupa endapan kalsilutit
yang telah menghablur ulang dan
berbutir halus (lutit); perlapisn
sangat baik dengan ketebalan lapisan
antara 10 - 15 cm; di beberapa
tempat dolomitan; di tempat lain
mengandung lensa rijang setempat
perdaunan.
Napal, kelabu sampai kecoklatan;
padat dan pejal; terlipat kuat;
berlapis baik dengan tebal lapisan
sampai 15 cm. Di beberapa tempat
terdapat lensa rijang dan sisipan
batusabak.
Serpih, kelabu; pejal dan padat
berlapis baik dengan ketebaan lapisan
sampai 5 cm; terkadang gampingan
atau napalan.

Rijang. kelabu sampai kebiruan dan


coklat kemerahan; pejal dan padat.
berupa lensa atau sisipan dalam
batugamping dan napal; ketebatan
sampai 10 cm.
Batusabak, coklat kemerahan; padat
dan setempat gampingan; berupa
sisipan dalam serpih dan napal,
ketebalan
sampai
10
cm.
Berdasarkan
kandungan
fosil
batugamping, yaitu Globotruncana sp
dan Heterohelix sp, serta Radiolaria
dalam
rijang
(Budiman,
1980),
Formasi Matano diduga berumur
Kapur Atas.
Satuan
ini
diendapkan
dalam
lingkungan laut dalam. Sebaran
formasi antara daerah Ulu Uwoi dan
Balu Wasopute, memanjang pada
arah baratdaya-timurlaut dan S.
Bantai Hulu sampai Pegunungan
Tometindo. Ketebalan seluruh lapisan
mencapai 550 m. Hubungan dengan
Komplek Ultramafik berupa sesar
naik; biasanya berupa suatu lajur
termilonitkan atau terserpentinkan
yang bisa mencapai puluhan meter
tebalnya. Satuan ini menindih secara
selaras
Formasi
Lamusa,
serta
tertindih secara tidak selaras oleh
Formasi Tomata dan Formasi Larona.
Koolhoven
(1930)
menamakan
satuan ini Lapisan Matano Atas.

84

83
LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR

BATUAN BEKU
MTosu
BATUAN ULTRAMAFIK:
harzburgit,
lherzolit,
wehrlit,
websterit, serpentinit dan dunit.
Harzburgit, hijau sampai kehitaman;
holokristalin,
padu
dan
pejal.
Mineralnya halus sampai kasar, terdiri
atas olivin (60%) dan piroksen
(40%).
Di
beberapa
tempat
menunjukkan struktur perdaunan.
Hasil
penghabluran
ulang
pada
mineral
piroksen
dan
olivin
mencirikan
batas
masing-masing
kristal bergerigi.
Lherzolit,
hijau
kehitaman;
hotokristalin, padu dan pejal. Mineral
penyusunnya ialah olivin (45%),
piroksen (25%), dan sisanya epidot,
yakut, klorit dan bijih dengan mineral
berukuran halus sampai kasar.
Wehrlit, bersifat padu dan pejal;
kehitaman;
bertekstur
afanitik.
Batuan ini tersusun oleh mineral
olivin,
serpentin,
piroksen
dan
iddingsit. Serpentin dan iddingsit
berupa mineral hasil ubahan olivin.
Websterit,
hijau
kehitaman;
holokristalin, padu dan pejal. Batuan
ini terutama tersusun oleh mineral
olivin dan piroksenkilno berukuran
halus sampai sedang. Juga ditemukan
mineral serpentin, klorit, serisit dan

mineral kedap cahaya. Batuan ini


telah
mengalami
penggerusan,
hingga di beberapa tempat terdapat
pemilonitan dalam ukuran sangat
halus yang memperlihalkan struktur
kataklas.
Serpentinit,
kelabu
tua
sampai
kehitaman;
padu
dan
pejal.
Batuannya bentekstur afanitik dengan
susunan mineral antigorit, lempung
dan
magnetit.
Umumnya
memperlihatkan struktur kekar dan
cermin
sesar
yang
berukuran
megaskopis. Dunit, kehitaman; padu
dan pejal, berteksur afanitik. Mineral
penyusunnya ialah olivin, piroksen.
plagioklas, sedikit serpentin dan
magnetit; berbutir halus sampai
sedang.
Mineral
utama
Olivin
berjumlah sekitar 90%: Tampak
adanya
penyimpangan
dan
pelengkugan
kembaran
yang
dijumpai pada piroksen. mencirikan
adanya gejala deformasi yang dialami
oleh batuan ini. Di beberapa tempat
dunit terserpentinkan kuat yang
ditunjukkan dari struktur sisa seperti
jaring dan barik-barik mineral olivin
dan piroksen; serpentin dan talkum
sebagai mineral pengganti.

MTosm
diabas.

BATUAN MAFIK : gabro,

Gabro, sebagai retas di dalam batuan


ultramafik; kelabu berbintik hitam;
bersifat padu dan pejat. Batuan ini

bertekstur faneritik dengan susunan


mineral plagioklas, olivin, antigorit,
serta sedikit magnetit dan serisit.
Tebal retas gabro sampai 2 m.
Diabas, kelabu sampai hitam; pejal
dan
bertekstur
afanitik
atau
membutir;
hipidiomorf
dengan
butiran halus sampai sedang. Mineral
penyusunnya ortoklas atau piroksen,
klorit, lempung, oksida besi, dan
sedikit kuarsa. Plagioklas dan ortoklas
urnumnya terubah menjadi lempung
kelabu. Piroksen sebagian terubah
menjadi kiorit dan oksida besi. Klorit
berwarna hijau muda; umumnya
bercampur dengan oksida besi,
sehingga
warnanya
menjadi
kekuningan serta sering terdapat
mengisi rongga di antara mineral.
Batuan ini terdapat di dalam Komplek
Ultramafik sebagal bagian daripada
ofiolit.
Batuan Ultramafik dan Mafik ini
diperkirakan
merupakan
batuan
tertua di Lembar Malili dan diduga
berumur Kapur. Sebarannya meluas
di sekitar Danau Matano dan Danau
Towuti di timur dan tenggara Lembar
peta, meliputi pegunungan Verbeek,
Bulu Salura, Pegunungan Tometindo,
Bulu Bukia, Bulu Tambuhuna, Bulu
Tampara Masapi dan Butu Lingke.
Satuan
ini
secara
tektonik
bersentuhan
dengan
batuan
Mesozoikum dan Paleogen, dan
secara tak selaras tertindih batuan
sedimen Neogen dan Kuarter.

BATUAN TEKTONIK
MTwm
BANCUH
(MELANGE)
WASUPONDA: Terdiri dari bongkahan
asing, sekis, genes, batuan mafik,
amfiboilt,
diabas
malih,
batuan
ultramafik
(pikrit),
batugamping
terdaunkan dan eklogit; berukuran
dari beberpa sentimeter sampai
puluhan meter, bahkan ratusan
meter; terutama dalam masa dasar
lempung merah bersisik yang sering
menunjuktan perdaunan, s tempat
juga
masa
dasar
serpentinit
terdaunkan (pikrit). Satuan ini diduga
merupakan
bancuh
tektonik
(Simandjuntak, 1980), berdasarkan
bentuk bodin yang menunjukkan
kesan
penekukan dan
lempung
bersisik
yang
terdaunkan.
Berdasarkan ketiadaan bongkah asing
yang berumur Tersier, diperkirakan
satuan ini terbentuk datam lajur
penunjaman Zaman Kapur. Ketebalan
sulit
ditentukan;
hubungannya
dengan
batuan
ultramafik
dan
Formasi Matano berupa persentuhan
tektonik. Singkapan baik terdapat di
daerah Wasuponda di baratdaya
Danau Matano.
MTs
BATUAN
SERPENTIN:
serpentin
(pikrit,
dikuasai
oleh
mineral antigorit, sedikit talkurn,
lempung
dan
magnetit;
hitam
kehijauan; permukaan mengkilap;
tergeruskan, dengan cermin sesar
dan kekar yang tak beraturan;
umumnya memperlihatkan persekisan
yang setempat terlipat, dan dapat

86
85
dilihat dengan mata bugil. Talkum
menyerabut, menempati retakan di
antara serpentin; lempung, kelabu,
sangat
halus,
terdapat
secara
berkelompok di beberapa tempat
dalam
batuan.
Magnetit,
hitam
kedap; biasanya mengisi retakan
dalam batuan.
Batuan serpentin merupakan hasil
ubahan batuan ultramafik yang
terbentuk dalam kerak samudera
pada Paleozoikum Akhir diperkirakan
dialih mampatkan pada Mesozoikum.
Singkapan di daerah selatan D. Poso,
dan
sebagai
bongkahan
dalam
Bancuh
(Melange)
Wasuponda.
Ketebalan
sulit
diperkirakan,
berdasarkan penampang melebihi
1000 m. Hubungan dengan batuan
sekitarnya
berupa
persentuhan
tektonik.
BATUAN MALIHAN
LAJUR METAMORFIC
TENGAH

SULAWESI

MTpm
KOMPLEK POMPANGEO :
sekis, genes, pualam, serpentinit dan
meta kuarsit, batusabak, filit dan
setempat breksi.
Sekis, putih, kuning kecoklatan,
kehijauan kelabu; kurang padat
sampai
sangat
padat
serta
memperlihatkan
perdaunan.
Setempat
menunjukkan
struktur
chevron, lajur tekuk (kink banding)

dan augen, dan di beberapa tempat


perdaunan terlipat.
Batuan terdiri atas sekis mika, sekis
mika yakut (garnet, sekis kloritamfibolit
dan sekis
klorit-zoisit.
amfibolit dan fasies sekis hijauglaukofan-lawsonit. Tekstur batuan
heteroblas;
terdiri
dari
mineral
lepidoblas dan granoblas berbutir
halus
sampai
sedang;
kuarsa,
muskovit horenblende, klinozoisit,
felspar, yakut (garnet), klorit, serisit;
apatit dan titanit sebagai mineral
tambahan.
Genes,
kelabu
sampai
kelabu
kehijauan;
bertekstur
heteroblas,
xenomorf sama butiran, terdiri dari
mineral granoblas berbutir halus
sampai sedang. Jenis batuan ini
terdiri atas genes kuarsa biotit dan
genes
pumpelit-muskovit-yakut.
Bersifat kurang padat sampai padat.
Genes kuarsa-biotit tersusun oleh
mineral kuarsa, plagioklas dan biotit.
Genes
pumpelit-muskovit-yakut,
berbutir
halus
sampai
sedang
setempat ditemukan blastomilonit
yang
berupa
hancuran
felspar,
muskovit
dan
kuarsa.
Batuan
terutama terdiri atas plagioklas,
kuarsa, muskovit dan pumpelit; yakut
terdapat dalam bentuk granoblas.
Pualam (MTmm), kehijauan, kelabu
sampai kelabu gelap, coklat sampai
merah coklat, dan hitam bergaris
putih;
sangat
padat
dengan

persekisan,
tekstur
umumnya
nematoblas yang memperlihatkan
pengarahan. Persekisan dalam batuan
ini didukung oleh adanya pengarahan
kalsit hablur yaag tergabung dengan
mineral lempung dan mineral kedap
(opak). Batuan terutama tersusun
oleh kalsit, dolomit dan piroksen;
mineral lempung dan mineral bijih
dalam bentuk garis. Wolastonit dan
apatit terdapat dalam jumlah sangat
kecil. Plagioklas jenis albit mengalami
penghabluran ulang dengan piroksen.
Serpentinit (MTsp), kehijauan sampai
kehitaman;
terdaunkan,
menunjukkan kesan cermin sesar
yang mengkilap pada permukaannya.
Setempat mengandung asbes dan
rodingit. Batuan ini ditemukan dalam
lajur sesar dengan ketebalan kurang
dari satu meter sampai beberapa
meter, dan dalam lajur sesar besar
melebihi ratusan meter. Di beberapa
tempat perdaunan yang telah terlipat
(kink banding). Serpentin terdapat di
sebelah utara Masamba, diantara
sesar Palu-Koro dan sesar naik
Masamba.
Kuarsit, putih sampai coklat muda;
pejal dan keras; berbutir (granular),
terdiri
atas
mineral
granoblas,
senoblas, dengan butiran dan halus
sampai sedang. Batuan sebagian
besar terdini dari kuarsa, jumlahnya
sekitar 97%. Oksida besi bercelah
diantara kuarsa, jumlahnya sekitar
3%. Batuan ditemukan sebagai lensa
di dalam batuan malihan; tebal
mencapai 10 cm.

Batusabak, kelabu sampai coklat;


agak padat sampai padat, setempat
tampak struktur perlapisan halus
(perarian).
Filit, coklat muda sampai coklat tua;
padat, belahan berkembang baik,
setempat terdaunkan; lensa atau
pisahan kuarsa (quartz segregation)
berwarna putih sampai coklat setebal
beberapa mm sampai 1 cm.
Breksi
aneka
bahan,
coklat
kemerahan; padat, terkrsikkan dan
termalihkan lemah. Komponen terdiri
dari batugamping, rijang dan argilit;
sebagian
terdaunkan;
berukuran
sampai 15 cm; bentuk menyudut;
masa dasar kalsit. Urat kuarsa dan
kalsit memotong breksi ini secara
tidak beraturan.
Secara umum, Komplek Pompangeo
didominasi oleh sekis dan genes.
Serpentinit
umumnya
ditemukan
dalam lajur sesar. Pualam, kuarsit,
batusabak dan filit terdapat berupa
lensa
atau
perselingan
dengan
srkis.Umur satuan ini belum dapat
dipastikan, tetapi diduga tidak lebih
tua dari Kapur.
Sebaran satuan batuan ini meliputi
daerah
Pegunungan
Pompangeo,
Koro-Ue dan Bakase yang terletak di
sebelah utara pebukitan Bone-Bone,
serta di utara, barat dan selatan

87
Danau
Poso,
di
barat
desa
Mangkutana, dan di utara Masamba.
Pualam terdapat cukup luas di barat
Mangkutana yang merupakan lereng
timur Pegunungan Bakase, serta
dalam lensa-lensa
kecil dengan
ketebalan kurang dari satu meter
sampai
beberapa
meter
sering
dijumpai dalam sekis dan genes.
Setempat
ditemukan
perselingan
dengan sekis seperti tersingkap di
Kodina, selatan D. Poso.
Satuan ini tertindih tak selaras oleh
Formasi Tomata dan Formasi BoneBone; persentuhan tektonik berupa
sesar-naik dengan batuan granit di
barat dan batuan ofiolit di sebelah
Timurnya.
Mendala Geologi Lajur Banggai-Sula

BATUAN SEDIMEN

KJml
FORMASI
batusabak, serpih, filit,
batugamping
dengan
gamping rijangan.

MASIKU:
batupasir,
buncah

Batusabak, kelabu hingga kelabu tua;


berlapis baik, tebal lapisan sampai 5
cm; padat; belahan berkembang
baik.

Serpih, kelabu kehitaman; padat;


berlapis baik dengan tebal lapisan
mencapai
5
cm.
Setempat
mengandung lensa tipis batupasir
kelabu, berbutir sedang - kasar;
padat. Tebal lensa mencapai 0,5 cm.
Filit, kelabu gelap; berbutir halus,
padat berlapis baik dengan tebal
lapisan mencapai 5 cm; belahan
berkembang
baik
setempat
mengandung urat kuarsa sampai
setebal 1 cm.
Batupasir,
kelabu
kecoklatan;
berbutir
halus
sampai
kasar
komponen terdiri dari kuarsa, mika,
felspar dan kepingan batuan; padat;
lapisan cukup baik dengan tebal
sampai 10 cm.
Batugamping, putih kotor, kelabu
muda sampai coklat; berbutir halus;
berlapis baik dengan tebal lapisan
mencapai 15 cm; di beberapa tempat
mengandung
urat-urat
kalsit;
setempat mengandung buncah rijang.
Rijang, coklat kemerahan; berupa
lensa dan buncah berbentuk lonjong
dan memanjang. Tebal mencapai 5
cm;
mengandung
fosil
mikro.
Batuan
ini
terlipat
kuat
dan
tersesarkan; rekahan dan kekar
sangat umum dijumpai.
Fosil penunjuk umur tidak ditemukan.
Diduga Formasi Masiku berumur Jura
Akhir-Kapur Awal dan diendapkan
dalam llngkungan laut dalam.

88
Satuan ini tersingkap di selatan
Kolonodale, dan meluas ke utara di
Lembar Poso. Tebal satuan sekitar
500 m. Diduga satuan ini menindih
selaras Formasi Tetambahu dan
bersentuhan secara tektonik dengan
batuan ofiolit dan Formasi Matano.

Sedimen Klastika Pasca Orogenesa


Neogen
KELOMPOK MOLASA SULAWESI :
Kelompok ini terdiri dari batuan
klastika kasar, termasuk Formasi
Tomata, Formasi Bone-bone dan
Formasi Larona.
Tmpt
FORMASI
TOMATA
:
perselingan
serpih,
batupasir,
batupasir dan konglomerat dengan
sisipan napal dan lignit.
Serpih, kelabu sampai kecoklatan;
berlapis baik dan padat; tebal lapisan
sampai 40 cm; di beberapa tempat
gampingan dan mengandung konkresi
oksida besi berukuran sampai 10 cm
atau berupa lensa setebal 5 cm.
Batupasir, kelabu sampai kuning
kecoklatan; berbutir halus sampai
kasar; setempat kerikilan; terdiri dari
rombakan kuarsa, kuarsit, mika dan
rijang perlapisan cukup baik; tebat
tiap lapisan 30 cm; tidak padat
kecuali setempat.

Konglomerat, berkomponen kuarsit,


kuarsa, batugamping terdaunkan;
terekat
pasir
berlumpur
secara
kurang
padat
sampai
padat;
membulat
tanggung
sampai
membulat, dengan ukuran sampai 10
cm; tebal lapisan sampai 40 cm.
Napat, kelabu; agak padat; berupa
sisipan dalam serpih dan batupasir
dengan ketebalan sampai 10 cm.
Lignit, kehitaman; kurang padat,
sebagai sisipan dalam serpih di
bagian atas satuan; tebal sampai 200
m.
Ke arah atas serpih dan batupasir
lebih dominan dibandingkan dengan
konglomerat.
Kandungan fosil dalam batupasir
halus: Globigerinoides
immaturus
LEROY,
Globigerinoides
trilobus
REUSS, G. ruber DORBIGNY, G.
obliquus
BOLLI,
Globorotalia
acostacusis BRADY, Globoquadrina
altispira USHMAN & JARVIS, G.
dehiscens CHAPMAN, PARR, COLLINS
dan
Sphacroidinella
seminulia
SCHWAGER, yang menunjukkan umur
Miosen
Akhir
Pliosen
serta
lingkungan pengendapan laut dangkal
dan setempat payau.
Sebaran satuan batuan ini meliputi
daerah lembah S. Kadata di antara
desa Sombu Limu dan Koro Lemo,
daerah antara desa Tomata dan
Gontara, serta pebukitan antara Bulu

89
Ponteoa dan Bulu Paangkombe, di
bagian timurlaut daerah Malili.
Tebal satuan ini sekitar 1000 m.
Hubungan antara Formasi Tomata
dan
Formasi
Larona
mungkin
menjemari. Berdasarkan kesamaan
litologi,
Formasi
Tomata
dapat
dikorelasikan
dengan
molasa
Sulawesi Sarasin dan Sarasin (1901).

Tmpb
FORMASI BONE-BONE:
Perselingan
antara
konglomerat,
batupasir, napal dan lempung tufaan.

Konglomerat,
kelabu
kecoklatan;
kurang padat hingga padat; pilahan
dan
kemas
buruk,
komponen
terutama didominasi oleh batuan
malihan,
juga
terdapat
batuan
gunungapi
andesit,
batugamping
terdaunkan, kuarsit dan kuarsa.
Bentuk
komponen
membundar
sampai
membundar
tanggung,
umumnya berukuran sampai 10 cm,
tetapi ada juga yang sampai 30 cm.
Perekatnya batupasir berbutir sedang
sampai kasar, di beberapa tempat
gampingan;
setempat
perlapisan
bersusun dengan bidang lapisan sulit
dikenali. Tebal lapisan berkisar 1 - 6
m.
Lapisan
bergabung
umum
terdapat, sehingga lapisan menjadi
sangat tebal, mencapai belasan
meter.

Batupasir, kelabu sampai kecoklatan;


padat dan keras, kadang - kadang
gampingan; berbutir halus sampai
kasar, setempat kerikilan; menyudut
tanggung
sampai
membulat
tanggung, terpilah baik; kompone
berupa kepingan batuan malihan,
gunungapi, mika, imineral mafik, dan
kuarsa
membentuk
perselingan
dengan napal dan lempung tufaan;
tebal lapisan antara 25 cm - 1 m.
Struktur permukaan erosi, kesan
beban. dan perlapisan bersusun
dalam beberapa lapisan batupasir
secara
berangsur
beralih
ke
konglomerat di bawahnya.
Napal, kelabu tua sampai kelabu
muda; kurang padat, berlapis baik
dengan ketebalan tiap lapisan antara
1 - 15 cm.
Lempung tufaan, kelabu kecoklatan
sampai coklat; kurang padat, berlapis
baik; setempat struktur perarian.
Tebal tiap lapisan 1 - 20 cm, tidak
jarang sampai 200 mm.
Bagian bawah formasi terutama
terdiri
dari
perselingan
napal,
batupasir
dan
lempung
tufaan,
sedangkan bagian atas didominasi
oleh konglomerat dan batupasir sela
(litos).
Napal mengandung
fosil
foraminifera
kecil
diantaranya:
Globoquadiin dehiscens CHAPMAN,
PARR,
COLLINS,
Globorotalia
acostacizsis
BLOW
dan
G.
plesiotumida BLOW & BANNER, yang
menunjukkan
umur
Miosen

90
Akhir-Pliosen (N16-N19). Satuan ini
diendapkan pada lingkungan laut
dangkal
dan
terbuka
(neritik).
Tersebar di utara Masamba, BoneBone
sampai
Mangkutana.
Ketebalannya diduga melebihi 750 m;
terletak tak selaras di atas Komplek
Malihan Pompangeo.

lapisan antara 3-10 cm; padat dan


berlapis baik.

Tpls
FORMASI
LARONA
:
Konglomerat, batupasir, batulempung
dengari sisipan tufa.

Tufa, kelabu; berbutir halus dan


kompak;
berupa
sisipan
dalam
batupasir, ketebalan mencapai 10
cm.

Konglomerat, kelabu sampai kelabu


hitam; komponen berupa batuan
ultramafik, batugamping terdaunkan,
kuarsit, rijang berukuran 10-30 cm,
membulat
tanggung
sampai
membulat;
terekat
padat
oleh
batupasir kasar kecoklatan, setempat
gampingan; pilahan dan kemas
kurang baik, tebal tiap lapisan
minimum 25 cm; memperlihatkan
perlapisan bersusun.
Batupasir, kelabu sampai coklat;
berbutir kasar, komponen berupa
kepingan batuan, juga kuarsa dan
piroksen; cukup padat; perlapisan
baik,
di
beberapa
tempat
menunjukkan perlapisan bersusun;
tebal tiap lapisan sampai 20 cm.

Lempung, kelabu; berlapis baik,


berupa sisipan dalam konglomerat
atau
dalarn
batupasir;
padat,
setempat
gampingan
dan
mengandung
fosil
Gastropoda,
setempat jejak daun; tebal tiap
lapisan sampai 10 cm.

Berdasarkan
kesamaan
litologi
dengan Formasi Bone-Bone (Tmpb),
Formasi Larona berumur Miosen
Akhir-Pliosen. Satuan batuan ini.
diendapkan dalarn lingkungan laut
dangkal sampai darat. Sebarannya
meliputi pebukitan di utara S. Waki
sampai desa Lerea, di bagian selatan
Lembar Bungku; tebal sekitar 1000
m;
perlipatan
lemah
yang
menyebabkan
sudut
kemiringan
sampai 350. Formasi Laorana dan
Formasi Tomata tertindih secara tidak
selaras oleh endapan danau dan
aluvium.

STRUKTUR DAN TEKTONIKA


Juga
terdapat.
batupasir
hijau,
berbutir kasar dengan komponen
hampir
seluruhnya
terdiri
dari
rombakan batuan ultramafik, tebal

Struktur dan geologi Lembar Malili


memperlihatkan
ciri
Komplek
tubrukan dan pinggiran benua yang
aktif.
Berdasarkan
struktur,

91
himpunan batuan, biostratigrafi dan
umur, daerah ini dapat dibagi
menjadi 2 domain yang sangat
berbeda, yakni :

bersamaan atau setelah sesar utama


tersebut. Dengan demikian sesarsesar ini dapat dinamakan Sistem
Sesar Matano-Palu-Koro.

1) alohton: ofiolit dan malihan, dan


2) autohton: batuan gunungapi dan
pluton Tersier dan pinggiran benua
Sundaland, serta kelompok molasa
Sulawesi. Lembar Malili, sebagaimana
halnya daerah Sulawesi bagian timur,
memperlihatkan struktur yang sangat
rumit. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh pergerakan tektonik yang
telah berulangkali terjadi di daerah
ini.

Lipatan yang terdapat di daerah ini


dapat digolongkan dalam lipatan
lemah, lipatan tertutup dan lipatan
tumpang tindih. Pada yang pertama
kemiringan
lapisannya
landai
biasanya tidak melebihi 3O yang
dapat digolongkan dalam jenis lipatan
terbuka. Lipatan ini berkembang
dalam batuan yang berumur Miosen
hingga Plistosen; biasanya sumbu
lipatannya bergelombang dan berarah
baratdaya-timurlaut.
Pada
yang
kedua, baik yang simetris maupun
yang tidak, kemiringan lapisannya
antara 500 dan tegak, ada juga yang
terbalik. Lipatan ini biasanya terdapat
dalam batuan sedimen Mesozoikum.
Sumbu
lipatan
pada
umumnya
berarah
utara-selatan,
mungkin
golongan ini terbentuk pada Kala
Oligosen atau lebih tua.

Struktur penting di daerah ini adalah


sesar lipatan, selain itu terdapat
kekar dan perdaunan. Secara umum
kelurusan sesar berarah baratlauttenggara. Yang terdapat di daerah ini
berupa sesar naik, sesar sungkup,
sesar geser dan sesar turun, yang
diperkirakan sudah mulai terbentuk
sejak Mesozoikum. Beberapa sesar
utama tampaknya aktif kembali.
Sesar Matano dan sesar Palu-Koro
merupakan sesar utama berarah
baratlaut-tenggara, dan menunjukkan
gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu
masih aktif sampai sekarang (Tjia
1973; Ahmad, 1975), keduanya
bersatu di bagian baratlaut Lembar.
Diduga pula kedua sesar terscbut
terbentuk
sejak
Oligosen,
dan
bersambungan dengan sesar Sorong
sehingga merupakan satu sistem
sesar transform. Sesar lain yang
lebih kecil berupa tingkat pertama
dan/atau kedua yang terbentuk

Adapun yang ketiga berkembang


dalam batuan sedimen Mesozoikum,
batuan malihan dan di beberapa
tempat
dalam
serpentin
yang
terdaunkan. Lipatan dalam batuan
sedimen
Mesozoikum
berimpit
dan/atau
memotong
lipatan
terdahulu, sehingga ada sumbu
lipatan pertama (f1) yang berimpit
dengan yang kemudian (f2), di
samping f1 terpotong oleh f2. Lipatan
kedua (f2) ini diperkirakan terbentuk
pada Miosen Tengah. Kedua lipatan
ini tampaknya mengalami deformasi

92
lagi
pada
Plio-Plistosen,
dan
membentuk lipatan fasa ketiga (f3)
dengan sumbu lipatan yang berarah
baratlaut-tenggara, sama dengan
lipatan pada batuan sedimen muda.
Jenis lipatan ini dalam ukuran
megaskopis
berkembang
dataran
batuan malihan dan serpentin yang
terdaunkan.
Kekar terdapat dalam hampir scmua
jenis batuan dan tampaknya terjadi
dalam beberapa perioda. Pola dan
arah
kekar
ini
sesuai dengan
jenisnya, ac; b atau diagonal.
Perkembangan tektonik dan sejarah
pengendapan batuan sedimcn di
daerah ini tampaknya sangat erat
hubungannya dengan perkembangan
Mendala Banggai-Sula yang sudah
terkeratonkan
pada
akhir
Paleozoikum.
Pada Zaman Trias Formasi Tokala
diendapkan di datam paparan tepi
lereng benua. Pada akhir Trias terjadi
pemekaran pinggiran benua yang
kemudian
disusul
pengendapan
Formasi Batebeta secara selaras di
atasnya pada awal Jura.
Pada Zaman Jura Formasi Nanaka
diendapkan secara tidak selaras di
atas batuan yang lebih tua, dalam
lingkungan darat hingga laut dangkal.
Di bagian neritik luar diendapkan
Formasi Tetambahu dan Formasi
Masiku pada akhir Jura hingga
permulaan Kapur. Ketiga satuan ini

terbentuk di pinggiran benua yang


saat ini menjadi Mendala BanggaiSula. Semuanya tersingkap di Lembar
Bungku (Simandjuntak drr., 1981) di
sebelah timur lembar ini.
Pada Zaman Kapur, dibagian lain
dalam cekungan laut dalam di
sebelah barat terjadi pemekaran
dasar samudera, dan membentuk
kerak samudera
yang
sebagian
menjadi Lajur Ofiolit Sulawesi Timur.
Pengendapan bahan-bahan pelagos di
atas kerak samudera ini berlangsung
hingga Zaman Kapur Akhir (Formasi
Matano).
Pada Zaman Kapur Akhir, lempeng
samudera yang bergerak ke arah
barat menunjam di bawab pinggiran
benua dan/atau di daerah busur
gunungapi. Jalur penunjaman ini
sekarang ditandai oleh batuan bancuh
di Wasuponda (Simandjuntak, 1980).
Di cekungan rumpang parit busur di
pinggiran yang aktif di sebelah barat,
diendapkan batuan sedimen jenis
flysch, Formasi Latimojong pada
Kapur Atas. Pengendapan batuan ini
disusul oleh Formasi Toraja pada Kala
Eosen dan kegiatan gunungapi bawah
laut pada Kala Oligosen (Vulkanik
Lamasi) yang berlangsung terus
hingga Mioscn (Volkanik Rampi dan
Tineba). Satuan batuan ini sekarang
merupakan bagian dan Mendala
Sulawesi Barat.

93
Pada Zaman Paleogen pengendapan
batuan karbonat (Formasi Larca)
berlangsung dalam busur laut yang
semakin mendangkal, yang disusul
pengendapan Formasi Takaluku pada
Kala Miosca Tengah.
Pada Kala Oligoson, sesar Sorong
yang menerus ke sesar Matano dan
Palu-Koro mulai aktif dalam bentuk
sesar
transcurrent.
Akibatnya
minikontinen Banggai-Sula bergerak
ke arah barat dan memisahkan diri
dari benua Australia.
Pada Kala Miosen Tengah bagian
timur kerak samudera di Mendala
Sulawesi Timur menumpang tindih
(obducted) platform Banggai-Sula
yang bergerak ke arah barat. Dalam
pada itu, di bagian barat lajur
penunjaman
dan
busur
luar
tersesarsungkupkan di atas rumpang
parit
busur
dan
busur
gunungapi,
dan
mengakibatkan
ketiga mendala geologi tersebut
saling berhimpitan.
Pada Akhir Miosen hingga Pliosen,
batuan kiastika halus sampai kasar
Kelompok Molasa Sulawesi (Formasi
Tomata,
Bone-Bone)
diendapkan
dalam lingkungan taut dangkal dan
terbuka
dan
sebagian
berupa
endapan darat yang bersamaan
dengan intrusi yang bersifat granit di
bagian barat.
Pada Kala Plio-Plistosen keseluruhan
daerah mengalami deformasi. Intrusi

94

yang bersifat granit menerus di


Mendala
Sulawesi
Barat,
yang
dibarengi
oleh
perlipatan
dan
penyesaran
bongkah
yang
mengakibatkan
terbentuknya
berbagai cekungan kecil, dangkal dan
sebagian tertutup. Di dalamnya
diendapkan batuan kiastika kasar dan
keseluruhan daerah terangkat. Pada
bagian tertentu, endapan aluvium,
danau,
sungai
dan
pantai
berlangsung terus hingga sekarang.

terserpentinkan
(Sophaheluwakan
dan Suparka, 1978). Kromit sekunder
tipe sedimenter terdapat sebagai
komponen
dalam
konglomerat.
Endapan tersebut terdapat di sekitar
Karebe dan S. Larona, sebelah
baratdaya Malili.

SUMBERDAYA
ENERGI

Batubara dan lignit tidak banyak


terdapa, berupa lensa-lensa dalam
Formasi Toraja dan Formasi Tomata.

MINERAL

DAN

Bahan galian yang terdapat di daerah


yang dipetakan di antaranya nikel,
bijih
besi,
kromit,
emas,
batugamping, granit, basal, andesit,
batubara, pasir dan kerikil Bijih nikel
pada saat ini sedang ditambang oleh
PT. Inco di daerah Soroako. Bijih
tersebut biasanya terdapat dalam
endapan laterit berasal dari batuan
ultramalik yang melapuk. Di samping
itu bijih besi yang potensial terdapat
pada
bagian
atasnya
(sebagai
penudung) yang biasanya berupa
daerah-daerah datar (PT Inco, 1972,
Sukamto, 1975).
Kromit dijumpai sebagai endapan
primer dan sekunder yang pertama
berupa lensa, lapisan tipis, bentuk
pod atau sebagai butiran yang
menyebar dalam batuan ultramafik
dan
erat
hubungannya
dongan
harzburgit dan dunit yang telah

Emas tipe sedimenter (placer deposit)


terdapat di S. Lamasi, daerah Palopo,
diusahakan oleh penduduk dengan
cara mendulang.

Batugamping pejal terdapat di bagian


selatan D. Matano, sebagian sudah
dimanfaatkan oleh PT. Inco untuk
bahan bangunan. Pualam terdapat di
daerah pegunungan Balcase.
Granit, basal dan andesit terdapat
mulai dan Palopo hingga Sabbang
dan Masamba, bisa dimanfaatkan
untuk bahan bangunan dan pengeras
jalan. Pasir dan kerikil terdapat di
daerah aluvium, sangat halus, di
utara Teluk Bone.

PROSPEK
WILAYAH

PENGEMBANGAN

Untuk pengembangan wilayah yang


menunjukkan prospek baik ialah
daerah
dataran
rendah
yang

membentang
mulai
dan
Palopo
sampai daerah Wotu. Di daerah ini
selain sarana angkutan sudah ada,
juga tanahnya cukup subur dan baik
sekali untuk pesawahan, sehingga
sangat tepat untuk pemukiman
transmigrasi. Pada saat ini proyek
transmigrasi sudah dilaksanakan di
daerah Bone-bone dan Wotu yang
terakhir sudah dimulai sejek zaman
Belanda (1930). Daerah lain yang
sedang dikembangkan ialah daerah
Wowondula dan Wasuponda, yang
sepenuhnya dibiayai dan dikelola oleh
PT Inco.
Di S. Larona pembangkit listrik
tenaga air telah dibangun oleh PT.
Inco yang menghasilkan tenaga listrik
paling besar di Sulawesi.
D. Poso, D. Towuti dan D. Matano
sangat untuk dikembangkan menjadi
industri pariwisata disamping untuk
perikanan.

DAFFAR PUSTAKA/REFERENCES

Ahmad, W., 1975, Geology along the


Matano Fault Zone, East
Sulawesi, Indonesia, Proc.
Regional conference on the
Geology
and
Mineral
Resources of Southeast Asia,
pp. 143- 150.

95
Bemmelen, R.W.van, 1949, The
Geology
of
Indonesia,
Maninus Nijh off The Hague.
Brouwer, H.A., 1974, Geological
Exploration in the Island of
Celebes: Amsterdam, Nort,
Holland Pith. Co
Djuri and Sudjatmiko, 1974, Geologic
Map of the Majene and
Western
part
of
Palopo
Quadrangles, South Sulawesi
: Geol. Survey of Indonesian.
Francken, C. & Jones, D., 1971,
Report on a Photo Geological
Study
of
South
Eastern
Sulawesi,
Prepared
by
KLM.:Acrocanofor PT. INCO,
Unpub.
Hamilton, Warren, 19Th Preliminary
Tectonic
Map
of
the
Indonesian Region: US Geol.
Open file report.
--, 1973, Tectonic of the Indonesian
Region : Proc.
Regional
Conference on the Geology of
Southeast Asia: Geol. Soc.
Malaysia. Bull. No.6.
Hopper, R.H., 1941. A Geology
Reconnaissance in the East
Arm of Celebes and Island
Peleng: Unpub. rep. May 23,
1947,: Nederlandsche Pacific
Petroleum Maatschappij.

Koothoven,
W.C.B.,1932,
The
Geology of the Malili Field,
Central Celebes (Dutch): JB
Mijnw.Ned.Indic. Verh.III.
, 1923, Report on the Investigation
of Nickel Ore and Chromite in
the Lasolo Area (Subscct.:
Kendari) : Arsip Pus. Jaw.
Geologi No. 20/br.
PT International Nickel Indonesia,
1972, Laterite Deposits in the
Southeast Arm of Sulawesi:
Unpub. Rep. Presented at
Regional Conference on the
Geology of Southeast Asia,
Kualalumpur, March 1972.
Sarasin, F, 1901, Entwurf drier
Geografische,
Geologischen
Beschrcibung
der
Inset
Celebes: Wiesbaden.
Simandjuntak,
T.O.,
1980,
Wasuponda Melange PIT lAGI
VIII, Jakarta.
-------,1981, Some Sedimentological
Aspects of Mesozoic rocks in
Eastern Sulawesi : PIT IAGI
IX, Yogyakarta.
Simandjuntak,
T.O.,
1986,
Sedimentology and Teetontcs
of the Collision Complex in
the East Arm of Sulawesi,
Unpub. PhD thesis RHBNC
University of London, 374 pp.
Sukamto,
Rab.,
1973,
Reconnaissance Geologic Map

96
of Palu Area, Central Sulawesi : Gcot.
Survey of Indonesia.
-------1975a,
Geologic
Map
of
Indonesia,
Sheet
VIII,
UjungPandang,
Scale
1:1.000.000 Geol. Survey of
Indonesia.
-------,1975b,
The
Structure
of
Sulawesi in the light of Plate
Tectonics: Proc. Reg. Conf. on
the Geol. and Min. Resources
of South cast Asia, Jakarta:
Indonesian
Association
of
Geologists.
Sophaheluwakan, Jan & Suparka,
1978, Geologi dan Asosiasi
Cebakan Kromit daerah Malili
dan
sekitarnya,
Sulawesi
Selatan : Laporan Penelitian,
LGPN LIPI.
Sunarya,Y.,
Yudawinata,
K.
&
Herman,D,Z.,1980, Penelitian
Stratigrafi dan Studi Geokimia
Endapan Bijih Tipe Kuroko di
daerah
Sangkaropi,
Kecamatan Sesean, Tanah
Toraja, Sulawesi Selatan : PIT
(AGI IX, Yogyakarta.
Socria Atmadja, R., Golightly, J.P. &
Wahju, BK, 1972, Mafic and
Ultramafic Rock Association in
the East Arm of Sulawesi:
Unpub. Rep. Presented at
Reg. Conf on the Geol, of SE

Asia,
1972.

Kualalumpur,

March

Tjetje Apandi, 1980, Geologic Map of


Mamuju
Quadrangle,
Sulawesi, Scale 1:250.000:
Geol. Survey of Indonesia.
Tjia, M.D. & Zakaria, T., 1974, PaluKoro Strike Slip Fault Zone,
Central Sulawesi, Indonesia:
Sains Malaysiana.
Umbgrove,
J.H.F.,
1935,
Dc
Pretertiare Historic van de
Indischen Archipel : Leidsche
GeoL Medal. 7.
Leeuwen, Th.M. van, 1979, The
Geology
of
Southeast
Sulawesi
with
Special
Reference to the Biru Area:
CCOP-IOC/SEATAR, Bandung,
July 1979.

98
97
PENDAHULUAN

citraan
satelit
daerah ini.

Pemetaan geologi dan penyelidikan


mineral Lembar Bungku merupakan
tindak
lanjut
Proyek
Pemetaan
Geologi dan Interpretasi Foto Udara
(sekarang Proyek Pemetaan Geologi
dan
Geofisika),
Bidang
Geologi
Regional (sekarang Bidang Pemetaan
Geologi), Puslitbang Geologi. Hasilnya
diperlukan
untuk
menunjang
penginventarisan
sumberdaya
mineral dan program pengembangan
wilayah dacrah tersebut.

Laporan yang ada mengenai daerah


ini berasal dan Dieckmann, (1918),
yang meneliti pemineralan nikel di
sekitar Teluk Tomoni sampai Kolaka
dan Kendari. PT. Inco Indonesia,
sejak 1968 Selama beberapa tahun
menyelidiki keadaan geologi daerah
ini dalam rangka pencarian bijih nikel.
Sukamto (1975a), menyusun peta
geologi Lembar Ujungpandang, 1:
1.000.000, yang juga meliputi daerah
Bungku.

Pekerjaan
lapangan
dilaksanakan
dalam dua tahap, yang pertama pada
Juni-Juli
1979,
tahun
anggaran
1979/1980, dan yang kedua pada
Juni-Juli
1980,
tahun
anggaran
1980/1981.
Tahap
pertama
menyangkut bagian barat dan tahap
kedua bagian timur Lembar, masingmasing dibatasi pemisah air Bulu
Karoni (Gb. 1).

Secara
kepamongprajaan
bagian
barat
Lembar
ini
termasuk
Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu,
Propinsi Sulawesi Selatan; sedangkan
bagian timurnya termasuk Kecamatan
Bungku Tengah, Kabupaten Poso,
Propinsi Sulawesi Tengah.

Geologi Lembar Bungku, Sulawesi


Geology of the Bungku Quadrangle,Sulawesi

Oleh (By):
T.O. Simandjuntak, E. Rusmana & J.B. Supandjono

Geologi dipetakan pada 1980 oleh:


Geology mapped in 1980 by:
T.O. Simandjuntak, E. Rusmana & J.B. Supandjono

Ditelaah dan disunting oleh:


Reviewed and edited by:
M.M. Purbo-Hadiwidjojo dan (and) R. Sukamto

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI


DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN GEOLOGI

DEPARTMENT OF MINES AND ENERGY


DIRECTORATE GENERAL OF GEOLOGY AND MINERAL RESOURCES
GEOLOGICAL RESEARCH AND DEVELOPMENT CENTRE

1994

Lembar Bungku secara geografi


dibatasi oleh 12130 - 12300 BT,
dan 200 - 300 LS, yang meliputi
daerah seluas 4.500 km2. Bagian
selatan berbatasan dengan Lembar
Kendari; barat, Lembar Malili; utara,
Lembar Poso dan Lembar Batui; dan
timur, Lembar Kep. Sula. Peta dasar
yang digunakan adalah peta topografi
Lembar Bungku SA 51-10, seri T 503,
buatan U.S. Army Map Service,
dengan sekala 1 : 250.000. Selain itu
digunakan pula potret udara dan

yang

melingkupi

Penduduk di daerah pemetaan terdiri


dari suku Pamona, Mori, Bugis dan
Bajoe. Suku Pamona umumnya
menempati
daerah
pebukitan.
Tempat
tinggal
dan
tanah
pertaniannya selalu berpindah-pindah
tempat. Suku ini terkenal pula senang
berburu.
Suku
Mori
umumnya
menempati
daerah
pedalaman.
Mereka bertani, mendamar, merotan
serta beternak ayam, kambing dan
kerbau. Suku Pamona dan suku Mori
umumnya beragama Kristen. Suku
Bugis umumnya bertempat tinggal di
daerah pantai; mereka berdagang
dan mencari ikan. Suku Bajoe tinggal

100

99
di pantai sebagai nelayan. Suku Bugis
dan Bajoe umumnya beragama
Islam, Penduduk di daerah pemetaan
sangat jarang, dengan kepadatan
kurang dan 5 jiwa setiap km2.
Musim
hujan
di
daerah
ini
berlangsung antara Mei - Oktober,
dan
musim
kemarau
antara
Nopember - April. Curah hujan ratarata sekitar 3000 mm/tahun.
Daerah pegunungan umumnya masih
tertutup
hutan
tropika.
Daerah
pebukitan menggelombang banyak
yang tertutup oleh alang-alang dan
semak belukar, akibat perladangan
yang berpindah-pindah. Sedangkan
daerah pantai umumnya ditumbuhi
oleh bakau. Ular besar dan kecil, babi
hutan, babi rusa, rusa serta anoa
masih terdapat di daerah ini. Anoa
yang. hanya terdapat di Sulawesi
termasuk fauna yang dilindungi.
Lalulintas
udara
secara
teratur
terdapat antara Ujungpandang dan
Soroako serta Ujungpandang dan
Kendari.
Selanjutnya
dapat
diteruskan dengan kendaraan darat
dan perahu bermotor langsung ke
daerah pemetaan.

FISIOGRAFI
Morfologi di daerah Lembar Bungku
dapat dibagi menjadi lima satuan,
yakni
dataran
rendah,
dataran
menengah,
pebukitan

menggelombang,
pegunungan.

kras

dan

Morfologi dataran randah umumnya


mempunyai ketinggian antara 0 dan
50 m di atas muka laut. Dataran ini
menempati daerah sepanjang pantai
timur Lembar, kecuali pantai dekat
desa Todua, Tabo dan Lalompe.
Batuan penyusunnya terdiri atas
endapan sungai, pantai dan rawa.
Morfologi
dataran
menengah
menempati daerah sekitar Desa
Tokolimbu dan Tosea yang terletak di
pantai timur Danau Towuti, serta
daerah yang terletak antara Danau
Mahalona dan Bulu Biniu. Dataran ini
tersusun oleh endapan danau, dan
memiliki ketinggian sekitar 300 mdpl
atas muka laut.
Morfologi pebukitan menggelombang,
berketinggian antara 100 dan 400 m
di atas muka laut. Pebukitan ini
menempati daerah antara S. Ongkaya
dan S. Bulu Mbelu, sebelah utara Peg.
Verbeek, sekitar daerah Lamona,
sekitar daerah Bahu Mahoni, sekitar
Kampung Tabo serta di sekitar Bulu
Talowa. Batuan penyusun pebukitan
ini ialah batuan sedimen dan Formasi
Tomata.
Morfologi kras, memiliki ketinggian
antara 400 dan 800 m di atas muka
laut, dicirikan oleh adanya pebukitan
kasar, sungai bawah tanah dan
dolina.
Pebukitan
kras
meliputi
daerah S. Ongkaya, S. Tetambahu,

antara S. Bahu Mbelu dan S, Wata,


antara S. Ambuno ke arah tenggara
sampai sekitar G. Wahombaja, serta
daerah
pebukitan
selatan
membentang dan Peg. Wawoombu di
barat sampai Peg. Lalompa di timur.
Daerah pebukitan kras ditempati oleh
batuan karbonat dan Formasi-formasi
Tokala, Matano dan Salodik.

Teluk Tolo dekat Kendari di luar


Lembar Bungku.

Morfologi Pegunungan,
umumnya
ditempati oleh batuan ultramafik,
berketinggian lebih dan 700 m di atas
muka laut. Daerah pegunungan ini
menempati lebih dan separoh daerah
Lembar, yakni pegunungan sekitar
punggungan pemisah air Bulu Karoni
yang ke arah baratlaut-tenggara,
serta
punggungan
pemisah
air
Wawoombu yang arahnya baratdayatimurlaut. Puncak-puncaknya antara
lain Bulu Lampesu (1068) dan Bulu
Karoni (1422).

Satuan batuan di Lembar Bungku


dapat
dikelompokkan
dan
ditempatkan dalam dua mendala,
yaitu Mendala Banggai-Sula dan
Mendala Sulawesi Timur (Sukamto,
1975a).
Mendala
Banggai-Sula
meliputi Formasi Tokala (TR Jt) terdiri
atas batugamping klastika dengan
sisipan
batupasir
sela,
diduga
berumur Trias - Jura Awal. Formasi
Tokala ditindih secara selaras oleh
Formasi Nanaka (Jn) yang terdiri atas
konglomerat,
batupasir
kuarsa
mikaan, serpih dan lensa batubara
yang diperkirakan berumur Jura
Akhir. Formasi Masiku (KJn) terdiri
dari
batusabak,
filit,
batupasir,
batugamping, berumur Jura Akhir Kapur Awal. Formasi Salodik (Tems)
diendapkan pada Eosen Akhir Miosen Awal terdiri atas kalsilutit,
batugamping pasiran dan batupasir.

Pola
aliran
sungai
umumnya
meranting. Beberapa sungai memiliki
pola
hampir
sejajar,
yaitu
S.
Bahudopi, S. Bahumahoni dan S.
Wosu. Sungai sungai yang terletak di
sebelah timur punggungan pemisah
air Bum Karoni, mengalir ke amh
timur dan bermuara di Teluk Tolo;
yang terletak di sebelah barat
punggungan pemisah air Bulu Karoni
dan Wawoombu mengalir ke arah
barat dan bermuara di Danau Towuti.
Sedangkan sungai yang terletak
antara punggungan pemisah air
Wawoombu dan Bulu Karoni mengalir
ke arah selatan dan bermuara di

STRATIGRAFI
Tatanan Stratigrafi

Mendala Sulawesi Timur meliputi


Kompleks Ultramafik (Ku) yang
sampai saat ini umumya masih
dianggap yang paling tua. Batuannya
terdiri dari harzburgit, lherzolit,
wehrlit, websterlit, serpentinit, dunit
dan gabro. Secara tektonik Kompleks
Ultramafik menindih satuan batuan

101
yang berumur Mesozoikum, baik dari
Mendala
Banggai-Sula
ataupun
Mendala Sulawesi Timur. Formasi
Matano (Km) terdiri atas kalsilutit
hablur bersisipan napal, serpih dan
rijang diduga berumur Kapur Akhir.
Formasi Matano secara tak selaras
tertindih oleh Formasi Tomata (Tmpt)
yang terdiri dari atas batupasir,
lempung,
tuf,
dan
konglomerat
dengan
sisipan
lignit,
yang
diperkirakan berumur Miosen Akhir Pliosen. Di beberapa tempat terdapat
aluvium (Qa) yang menindih secara
tak selaras Formasi Tomata. Aluvium
berupa endapan sungai, pantai rawa
dan danau, terdiri dari atas kerikil,
kerakal, pasir lempung dan sisa
tumbuhan. Endapan muda tersebut
diduga berumur Plistosen - Holosen.

membentuk
bersusun,
tumbuhan.

struktur
perlapisan
mengandung
sisa

Kerikil dan kerakal, bersifat lepas dan


kemas
terbuka;
komponennya
berukuran sampai 5 cm, membulattanggung sampai membulat, terdiri
atas kepingan batuan ultramafik,
sedimen malih, kuarsit, batugamping
terdaunkan dan rijang.
Aluvium berupa endapan sungai,
rawa, danau dan pantai; diperkirakan
berumur
Plistosen
Holosen.
Sebarannya terdapat di sepanjang
tepi danau dan pantai timur Lembar
Bungku.

BATUAN SEDIMEN
Perian Satuan Peta
ENDAPAN PERMUKAAN
Qa ALUVIUM : lumpur, lempung,
pasir, kerikil, dan kerakal.
Lempung, berwarna coklat muda
sampai coklat tua; kelabu tua sampai
kehitaman berselingan dengan pasir,
kerikil dan kerakal. Sebagian endapan
danau agak padat. Tebal lapisannya
beberapa cm sampai puluhan cm.
Pasir, berwarna coklat, berbutir halus
sampai kasar, perlapisan buruk dan
tidak padat. Tebalnya dari beberapa
cm sampai puluhan cm. Setempat

Mendala Banggai- Sula


TRJt
FORMASI
TOKALA
:
perselingan batugamping klastika,
batupasir sela, wake, serpih, napal
dan lempung pasiran dengan sisipan
argilit.
Batugamping
klastika,
berwarna
kelabu muda, kelabu sampai merah
jambu, berbutir halus, sangat padu,
serta memiliki perlapisan yang baik,
dengan kekar yang diisi urat kalsit
putih
kotor.
Umumnya
telah
mengalami pelipatan kuat; tidak
jarang ditemukan sinklin dan antiklin,

102
serta lapisan yang hampir tegak
(melebihi 80o). Setempat terdaunkan.

Tokala, Lembar Batui (Surono, drr.,


1984).

Batupasir sela, berukuran halus


sampai kasar,
berwarna
kelabu
kehijauan sampai merah kecoklatan
terakat lempung dan oksida besi
lunak, setempat padat, mengandung
sedikit kuarsa, berlapis baik.

Satuan batuan ini berketebalan


melebihi 1000 m, secara selaras
tertindih Formasi Nanaka dan secara
tektonik bersentuhan dengan batuan
ultramafik.

Wake, berwarna kelabu kehijauan


sampai kecoklatan, berbutir sedang
sampai kasar, terekat lempung.
Perlapisan berkisar dari tidak jelas
sampai baik. Di beberapa tempat
tampak perlapisan bensusun; tebal
lapisan mencapai 50 cm.

Jn
FORMASI
NANAKA
:
konglomerat,
batupasir
mikaan,
serpih dan lensa batubam.

Serpih dan napal, berwarna kelabu


sampai
kekbu
tua,
memiliki
perlapisan baik, tebal lapisan antara
10 - 20 cm. Lempung pasiran,
berwarna kelabu sampai kecoklatan,
perlapisan baik, tebal lapisan antara 1
- 10 cm berselingan dengan batuan
yang disebutkan terdahulu.
Argilit, menunjukkan kesan rijang,
berwarna kelabu, bebepa sisipan.
Batugamping,
mengandung
fosil
Halobia, Amonit dan belemnit yang
diperkirakan berumur Trias - Jura
Awal dan lingkungan laut dangkal
(neritik).
Formasi Tokala tersingkap di bagian
selatan dan tenggara Lembar. Sedang
nama formasi berdasarkan pada
tempat singkapan yang baik di G.

Konglomerat, berkomponen batuan


gunungapi, granit merah, batuan
malihan, kuarsa, serta sedikit rijang.
Komponennya membulat tanggung
sampai
membulat
berdiameter
sampai 10 cm terekat padu oleh
batupasir kecoklatan; berselingan
dengan batupasir dan serpih tebal
lapisan dapat melebihi satu meter.
Batupasir mikaan, berwarna merah
kecoklatan, berbutir halus sampai
kasar, setempat kerikilan, berlapis
baik terekat lempung dan oksida besi,
padat, tebal lapisan berkisar antara 3
- 30 cm.

Serpih, berbutir halus, berwarna


kelabu sampai kecoklatan, berlapis
baik, padat, tebal lapisan mencapai 5
cm.
Batubara, berwarna kelabu tua sampai kehitaman, berupa sisipan atau

104

103
lensa dalam serpih ketebalan sampai
30 cm.
Umur satuan batuan ini diperkirakan
Jura, berdasarkan korelasi dengan
batuan yang sama di Lembar Poso.
Keterdapatan batubara menunjukkan
bahwa lingkungan pengendapannya
darat hingga laut dangkal.
Formasi Nanaka menyebar di daerah
selatan Desa Sawaitole; dibatasi
Sesar
Matano
dan
bersentuhan
tektonik dengan batuan ultramafik.
Tebal seluruh lapisan sulit ditentukan;
tetapi di P. Banggai dan Sula dapat
mencapai 2000 m (Sukamto, 1975b).

JKm
FORMASI
MASIKU
:
batusabak, serpih, flit, batupasir,
batugamping dengan buncak rijang.
Batusabak, berwarna kelabu sampai
coklat kehitaman, berlapis baik,
padat. Tebal tiap lapisannya sampai 5
cm.
Serpih, berwarna kelabu kehitaman,
berlapis baik, padat. Tebal tiap
lapisannya mencapai 5 cm. Setempat
ditemukan lensa tipis dan sisipan
batupasir, berwarna kelabu, berbutir
kasar, padat. Tebal lensa sampai 0,5
cm.
Filit, berwarna kelabu tua, berbutir
halus,
padat,
berlapis
baik,

perdaunan Sebagai ciri khusus,


setempat berurat kuarsa sampai 1
cm, yang sejajar arah perdaunan;
tebal filit mencapai 5 cm.
Batupasir,
berwarna
kelabu
kecoklatan, berbutir halus sampai
kasar, padat, lapisan cukup baik,
ketebalan sampai 10 cm.
Batugamping, berwarna putih kotor,
kelabu
muda
sampai
coklat
kemerahan, berbutir halus, berlapis
baik. Di beberapa tempat rekahan
terisi kalsit, tebal lapisan sampai 1
cm.
Tebal
lapisan
batugamping
sekitar 15 cm. Setempat ditemukan
buncak rijang.
Rijang, berwarna coklat kemerahan,
mengandung radiolaria, berupa lensa
setebal 5 cm, dan berupa buncak
dalam
batugamping,
membulattanggung sampai membulat; ukurun
mencapai 5 cm, perlapisan cukup
baik.
Berdasarkan
kandungan
fosil
Globotruncana
sp
di
dalam
batugamping dan Radiolaria di dalam
rijang,
Formasi
Masiku
diduga
berumur Jura Akhir Kapur Awal, dan
lingkungan
pengendapannya
laut
dalam. Hubungannya dengan Formasi
Nanaka tidak diketahui.
Sebaran satuan ini meliputi daerah
hulu S. Ongkaya dan Peg. Wawoombu
di bagian utara dan baratdaya
Lembar.
Singkapan
yang
baik

terdapat dekat Kampung Masiku di


Peg. Wawoombo.
Tebal satuan sekitar 500 m. Formasi
Masiku tertindih secara selaras oleh
Formasi Matano.
Tems
FORMASI SALODIK :
kalsilutit,
batugamping
pasiran,
napal, batupasir dan rijang.
Kalsilutit, berwarna putih kelabu
sampai kelabu, berbutir halus, padat,
perlapisan baik, dengan tebal tiap
lapisan antara 10 dan 30 cm.
Batugamping
pasiran,
berwarna
kelabu kecoklatan, berbutir halus
sampai sedang; padat; berlapis baik,
dengan tebal tiap lapisan sampai 20
cm.
Napal, berwarna kuning kecoklatan;
berlapis baik, dengan tebal tiap
lapisan sampai 15 cm.
Batupasir,
berwarna
kekuningan
sampai kelabu, berbutir halus, padat,
di beberapa tempat karbonatan;
ditemukan bempa sisipan di dalam
batugamping kalsilutit; tebal tiap
lapisan sampai 10 cm.

Berdasarkan
kandungan
fosil
Globorotalia spp., Globigerina sp.,
Chilogueinbelina
sp.,
Discocyclina
spp., Nummulites sp., Operculina sp.,
Globigerinoides altiapertura BOLLI,
Globigerinoides
trilobus
(REUSS),
Globigerinoides immaturus LE ROY,
Gbobigerinoides
sacculiferus
(BRADY),
Globigerina
Spp.,
Globorotalia sp., Praeorbulina sp.,
Lepidocyclina sp., dan Spiroclypeus
sp.;
dan
napal
Gboboquadrina
altispira
(CUSHMAN &
JARVIS),
Sphaeroidinellopsis
seminulina
(SCHWAGER),
Gbobigerinoides
immaturus LE ROY, Globigerinoides
altiaperturus BOLLI, Globigerinoides
trilobus
REUSS),
Globigerina
binaensis KOCH, Gbobigerina sp. dan
Globigerinita sp. (Budiman, 1980;
hubungan
tertulis),
di
dalam
batugamping
kalsilutit,
Formasi
Salodik diduga berumur Eosen Akhir Miosen
Awal;
lingkungan
pengendapannya diperkirakan laut
dangkal dan terbuka.
Sebaran satuanbatuan ini terdapat di
sebelah timur Peg. Wawoombu, di
bagian selatan Lembar. Tebalnya
sekitar 250 m.

Mendala Sulawesi Timur


Rijang, berwarna kecoklatan sampai
kemerahan;
berupa
lensa
atau
sisipan dalam batugamping kalsilutit;
tebal tiap lapisan sampai 7 cm.

Km FORMASI MATANO : kalsilutit,


napal, serpih dan rijang.
Kalsilutit, berbutir halus, berwarna
kelabu, padat dan keras, lapisannya

105
baik, tebal lapisan berkisar antara 10
- 15 cm.
Napal, berwarna, kelabu, berlapis
baik, padat dan keras. Tebal masingmasing lapisan mencapai 15 cm.
Setempat sisipan rijang setebal 10
cm.
Serpih, benvama kelabu, berlapis
baik, padat. Tebal tiap lapisannya
sampai
5 cm.
Rijang,
berupa
sisipan
dalam
batugamping dan napal. Tebal sisipan
sampai 10 cm, berwarna merah
sampai coklat kemerahan.
Berdasarkan
kandungan
fosil
Heterohelix sp., dalam batugamping,
dan Radiolaria dalam rijang, Formasi
Matano diduga berumur Kapur Akhir
(Budiman, 1980, hubungan tertulis);
berlingkungan
pengendapan
laut
dalam.
Sebaran satuan meliputi daerah
antara hulu S. Ongkaya dan Peg.
Verbeek, Peg. Wawoombu dan Bulu
Warungkelewatu, di bagian utara dan
selatan Lembar. Tebalnya sekitar 550
m. Formasi Matano tertindih secara
selaras oleh Formasi Salodik. Di
beberapa
tempat
persentuhan
tektonik dengan batuan ultramafik;
hubungan dengan batuan sedimen
yang lebih tua tidak jelas. Koolhoven
(1932) menyebutnya lapisan Matano
Atas.

Tmpt
FORMASI TOMATA :
perselingan batupasir konglomerat,
batulempung dan tuf dengan sisipan
lignit.
Batupasir, berwarna kelabu kuning
kecoklatan, kelabu sampai coklat,
berbutir halus sampai kasar kerikilan,
berlapis baik, di beberapa tempat
terdapat lapisan bersusun tebal
lapisan mencapai 30 cm, kurang
padat sampai padat, komponen
kepingan batuan, kuarsa dan mineral
hitam; setempat gampingan. Juga
ditemukan batupasir hijau berbutir
kasar, hampir seluruhnya terdiri dari
batuan ultramafik.
Konglomerat, berkomponen sampai
10 cm, sesekali 30 cm; membulattanggung sampai membulat; terekat
padu oleh batupasir kasar berwarna
kecoklatan; setempat gampingan;
komponen berupa batuan ultramafik,
batugamping terdaunkan, kuarsit,
dan rijang. Pilahan dan kemas
umumnya kurang baik. Tebal lapisan
minimum
40
cm;
ditemukan
perlapisan bersusun.
Batulempung,
bewarna
kelabu,
kecoklatan sampai coklat kemerahan;
setempat
bersifat
gampingan;
mengandung fosil moluska. Setempat
ada jejak daun, sering ada kongkresi
oksida besi, berukuran mencapai 10
cm, atau berupa sisipan setebal 3 cm.
Perlapisan kurang baik sampai cukup
baik, umumnya kurang padu, kecual

106
di beberapa tempat.
lapisan sampai 400 cm.

Tebal

tiap

Tuf, berbutir halus sampai sedang,


berwarna kelabu muda sampai kelabu
tua, kurang padu sampai padu,
perlapisan cukup baik, dengan tebal
masing-masing lapisan sampai 15
cm.
Lignit, berwarna kelabu kehitaman;
kurang padat; berupa sisipan dalam
batulempung dengan tebal sampai
200 cm.
Batupasir halus mengandung fosil:
Bolivia sp., Pullenia sp., Robulus sp.,
Globigerinoides
trilobus
(REUSS),
Globigerinoides immaturus LB ROY,
Globigerinoides ruber (D ORB IGNY),
Globigerinoides
obliquus
BOLLI,
Globorotalia menardil (DORBIGNY),
Globorotalia
acostaensis
BLOW,
Globoquadrina altispira (CUSHMAN &
JARVI S), Sphaeroidinella seminulina
SCHWAGER,
Globorotalia
plesiotumida BLOW & BANNER, dan
Hastigerma aequilaterabis (BRADY);
menunjukkan umur Miosen Awal
hingga
Pliosen;
lingkungan
pengendapannya
laut
dangkal,
setempat payau.
Satuan ini di bagian atas lebih
dikuasai oleh batuan klastika kasar,
di bagian bawah dikuasai oleh
klastika halus. Sebarannya meliputi
daerah selatan Desa Tanoa, Bahu
Mbelu dan dekat Desa Sawogi,
Lamona, Bahu Mahoni, sepanjang S.

Bahodopi, dan daerah sebelah barat


Bulu Warungkelewatu. Tebal satuan
sekitar 1000 m. Ciri litologi satuan
sama
dengan
Molasa
Sulawesi
Sarasin dan Sarasin (1901). Nama
Formasi Tomata berasal dari Desa
Tomata
(Lembar
Malili)
tempat
diketemukannya
singkapan
yang
baik.

BATUAN BEKU

Ku
KOMPLEKS ULTRAMAFIK :
harzburgit,
lherzolit,
wehrlit,
websterit, serpentinit, dunit, diabas
dan gabro.
Harzburgit, berwana hijau sampai
kehitaman, padat dan pejal setempat
ada perhaluan mineral; tersusun dan
mineral halus sampai kasar, terdiri
atas olivin (sekitar 55%), dan
piroksen (sekitar 35%), serta mineral
serpentin
sebagai
hasil
ubahan
piroksen dan olivin (sekitar 10%).
Setempat dijumpai blastomilonit dan
porfiroblas dengan megakris piroksen
yang tumbuh dengan massadasar
minolit.
Lherzolit, berwarna hijau kehitaman,
pejal dan padat, berbutir sedang
sampai
kasar
hipidiomorf.
Di
beberapa tempat terdapat tekstur ofit
dan poikilitik. Batuan terutama terdiri
dari mosaik olivin dan piroksen-klino
atau piroksenorto; yakut dan epidot
merupakan mineral ikutan.

108

107
Nampaknya
batuan
ini
mengalami gejala penggerusan
dicirikan oleh pelengkungan
kembaran polisintesis dan
mineral piroksen.

telah
yang
pada
pada

Werhlit berwarna kehitaman, pejal


dan padat, berbutir halus sampai
kasar, alotriomoif. Batuan terutama
terdiri atas olivin, dan kadang-kadang
piroksen klino. Mineral olivin, dan
piroksen
hampir
seluruhnya
memperlihatkan retakan dalam jalur
memanjang yang umumnya terisi
serpentin dan talkum, strukturnya
menyerupai jala. Gejala deformasi
telah terjadi dalam batuan ini dengan
diperlihatkannya penyimpangan dan
pelengkungan
kembaran
yang
dijumpai pada mineral piroksen klino.
Setempat
mineral
olivin
selain
terubah
jadi
serpentin
dan
talkum, juga jadi
igningsit coklat
kemerahan.
Websterit, berwarna hijau kehitaman,
padat dan pejal. Terutama tersusun
oleh mineral olivin dan piroksen klino,
berukuran halus sampai sedang,
serta
hampir
seluruh
kristalnya
berbentuk anhedron. Serpentin hasil
ubahan olivin dan piroksen terutama
mengisi rekahan kristal tembah, dan
membentuk struktur jala. Batuan
mengalami
penggerusan,
hingga
setempat terdapat pemilonitan dalam
ukuran
sangat
halus
dan
memperlihatkan struktur kataklastik.
Klorit, zoisit dan mineral gelap,
terdapat terutama pada lajur milonit,

kecuali itu mineral ini terdapat pula di


seluruh bagian batuan.

serpentin dan talkum sebagai mineral


pengganti.

Serpentinit, berwarna kelabu tua


sampai hijau kehitaman, pejal dan
padat. Mineral penyusunnya terdiri
dari antigont, lempung dan magnetit,
berbutir halus, dengan retakan tidak
teratur,
yang
umumnya
terisi
magnetit
hitam
kedap.
Mineral
lempung berwarna kelabu, sangat
halus, berkelompok pada beberapa
tempat.
Batuan
ini
umumnya
memperlihatkan struktur kekar dan
cermin sesar (slickenside) yang dapat
dilihat dengan mata telanjang.

Gabro, berbintik hitam, berbutir


Sedang sampai kasar, padat dan
pejal. Mineral penyusunnya terdiri
atas plagioklas, dan olivin jenis
plagioklas yakni labradorit-bitaonit.
Sebagian olivin terubah jadi antigorit,
dan bijih, plagioklas jadi serisit.
Batuan ini ditemukan berupa retas
menerobos batuan ulatramafik.

Diabas, berwarna kelabu, kelabu


kehijauan sampai hitam kehijauan,
padat dan pejal, berbutir halus
sampai sedang, setempat hablur
penuh. Mineral penyusunnya terdiri
atas plagioklas, ortoklas, piroksen
dan
bijih,
jenis
plagioklasnya
labradorit.
Di
beberapa
tempat
batuan terubah kuat.
Dunit, berbutir halus sampai kasar,
berwarna kehijauan, kelabu kehijauan
sampai kehitaman, pejal dan padat.
Setempat
tampak
porfiroblastik.
Susunan mineral terdiri atas olivin
(sekitar 90%), piroksen, plagiokias,
dan bijih; mineral ubahan terdiri dari
serpentin, talkum, dan klorit, masingmasing hasil ubahan olivin dan
piroksen. Di beberapa tempat batuan
terubah
kuat;
memperlihatkan
struktur sarang, bank-bank, bentuk
sisa, dan bentuk semu dengan

STRUKTUR DAN TEKTONIKA


Struktur utama di daerah ini berupa
sesar dan lipatan. Sesar meliputi
sesar turun, sesar geser, sesar naik
dan sesar sungkup. Penyesaran
diduga
berlangsung
sejak
Mesozoikum.
Sesar
Matano
merupakan sesar utama dengan arah
baratlaut-tenggara.
Sesar
ini
menunjukkan
gerakan
mengiri,
diduga bersambung dengan Sesar
Sorong. Keduanya merupakan satu
sistem sesar jurus yang mungkin
telah terbentuk sejak Oligosen.
Kelanjutannya
diperkirakan
pada
Sesar
Palu-Koro
yang
juga
menunjukkan gerakan mengiri (di
luar Lembar Bungku; diperkirakan
masih aktif).
Sesar yang lain di daerah ini lebih
kecil dan merupakan sesar tingkat
kedua atau mungkin tingkat ketiga.

Lipatan yang terdapat di Lembar ini


tergolong lipatan terbuka, tertutup,
dan pergentengan.
1. Lipatan terbuka berupa lipatan
lemah
yang
mengakibatkan
kemiringan lapisan tidak melebihi
35. Lipatan ini terdapat dalam
batuan yang berumur Miosen
hingga Plistosen. Biasanya sumbu
lipatannya menggelombang dan
berarah
barat-timur
sampai
baratlaut-tenggara.
2. Lipatan tertutup berupa lipatan
sedang
sampai
kuat
yang
mengakibatkan
kemiringan
lapisan dan 50 sampai tegak.
Setempat, lapisan itu hingga
terbalik. Lipatan ini terdapat
dalam
batuan
sedimen
Mesozoikum,
dengan
sumbu
lipatan yang umunmya berarah
baratlaut-tenggara.
Diduga,
lipatan
ini
terbentuk
pada
Oligosen atau lebih tua.
3.

Lipatan
pergentengan
(superimposed
fold)
terdapat
dalam
satuan
batuan
Mesozoikum,
pada
Mendala
Sulawesi Timur dan Mendala
Banggai-Sula. Sumbu lipatannya
berarah baratlaut-tenggara.

Kekar terdapat dalam hampir semua


satuan batuan, tetapi terutama dalam
batuan beku dan batuan sedimen
Mesozoikum.
Terjadinya
mungkin
dalam beberapa perioda, sejalan

109
dengan perkembangan tektonik
daerah ini.

di

Sejarah
pengendapan
batuan
sedimen dan perkembangan tektonik
di Lembar Bungku diduga sangat erat
hubungannya dengan perkembangan
Mendala Banggai-Sula yang sudah
terkratonkan pada akhir Paleozoikum.
Pada
Zaman
Trias,
terjadi
pengendapan Formasi Tokala yang
berlangsung sampai Jura Awal.
Kemudian pada Jura Akhir menyusul
pengendapan Formasi Nanaka secara
selaras di atasnya. Pada Eosen AkhirMiosen
Awal,
Formasi
Salodik
diendapkan secara tidak selaras di
atasnya; lingkungannya laut dangkal
sampai darat. Ketiga satuan ini
terbentuk di tepian benua yang saat
ini berupa Mendala Banggai - Sula.
Di bagian lain, dalam cekungan lautdalam di barat Banggai-Sula, pada
Zaman Jura terendapkan bahan
pelagos
Formasi
Masiku.
Pengendapan ini terus berlangsung
hingga awal Zaman Kapur. Formasi
Matano secara selaras terendapkan di
atas Formasi Masiku. Kedua satuan
ini terendapkan di laut dalam.
Pada
Zaman
Paleogen
Akhir
pengendapan
batuan
karbonat
Formasi Salodik berlangsung dalam
busur
luar
yang
semakin
mendangkal. Proses ini berlangsung
sampai awal Kala Miosen.

110

Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong


yang menerus ke Sesar Matano dan
Palu-Koro mulai aktif dalam bentuk
sesarjurus mendatar, sehingga benua
mini Banggai-Sula bergerak ke arah
barat dan memisahkan diri dan Benua
Australia.

SUMBERDAYA MINERAL

Pada Kala Miosen Tengah, bagian


timur kerak samudra di Mendala
Sulawesi Timur menumpang tindih
(obducted) benua mini Banggai - Sula
yang bergerak ke arah barat lajur
penunjaman
dan
busur
luar
tersungkupkan (overthrusted) di atas
rumpang parit busur gunungapi, yang
mengakibatkan
ketiga
mendala
geologi tersebut saling berdempetan.

Bijih nikel sudah dieksplorasi oleh PT.


Inco tetapi tidak dilanjutkan karena
secara
ekonomi
tidak
menguntungkan.
Bijih
tersebut
biasanya terdapat dalam endapan
laterit berasal dan batuan ultramafik
yang melapuk. Bijih nikel ini biasanya
berasosiasi dengan bijih besi, yang
merupakan lapisan penutup endapan
laterit yang biasanya berupa daerah
datar (PT. Inco, 1972; Sukamto, 1
975b).

Pada akhir Miosen hingga Pliosen


batuan klastika halus sampai kasar
dan bagian bawah Formasi Tomata
mulai terendapkan dalam lingkungan
laut-dangkal dan terbuka.
Pada Kala Pliosen keseluruhan daerah
mengalami orogenesa yang dibarengi
oleh lipatan dan sesar bongkah,
mengakibatkan
terbentuknya
cekungan kecil dan dangkal. Batuan
klastika kasar dan bagian atas
Formasi Tomata terendapkan di
dalamnya, kemudian seluruh daerah
terangkat.
Pada
bagian
tertentu,
endapan
aluvium, danau, sungai dan pantai
berlangsung terus hingga sekarang.

Bahan galian yang ditemukan di


daerah Bungku di antaranya nikel,
bijih besi, pasir besi, minyak bumi,
batugamping, batuan beku, pasir dan
kerikil.

Pasir besi berupa endapan pantai


setebal 1 - 2 m, ditemukan
disepanjang pantai mulai dan Wata
sampai Wosu, di bagian timurlaut
Lembar. Endapan tersebut pernah
diteliti oleh PT. Indochrom pada
tahun
1978/1979,
tetapi
tidak
dilanjutkan, mungkin secara ekonomi
kurang menguntungkan.
Rembesan minyak bumi merupakan
petunjuk adanya sumber minyak
bumi,
yang
banyak
dijumpai
terutama di sepanjang S. Wosu, di
bagian timurlaut Lembar; diduga
berasal dari satuan batuan sedimen
Mendala
Banggai-Sula.
Dengan
diketemukannya rembesan minyak
bumi tersebut, diperkirakan daerah

Bungku memiliki potensi penting di


masa mendatang.
Batugamping bersifat pejal, terdapat
di beberapa tempat seperti di Peg.
Wawoombu, dan sekitar Kampung
Kuluri di bagian selatan dan tenggara
Lembar. Penduduk setempat telah
memanfaatkan
sebagai
bahan
pengeras jalan dan secara kecilkecilan sebagai bahan bangunan,
Singkapan batuan cukup luas dan
tebal, diduga memiliki mutu yang
baik,
sehingga
sebagai
bahan
bangunan batugamping ini memiliki
prospek cukup baik.
Batuan beku terdiri atas batuan
ultramafik, gabro dan diorit; terdapat
di sekitar D. Towuti dan bagian
tengah Lembar. Batuan ini bersifat
pejal dan padat, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pengeras
jalan dan balian bangunan.
Pasir dan kerikil merupakan bahan
baku untuk pembuatan jalan dan
bahan bangunan. Di daerah ini
ditemukan sebagai endapan pantai
yang
terletak
antara
Tanjung
Lingkobu dan Tanjung Lalompa; dan
dalam satuan batuan dan Formasi
Tomata, di sekitar Bulu Talowa, hulu
S. Ongkaya dan S. Bahu Mbelu, di
bagian tenggara dan utara Lembar.

111
ACUAN

Dieckmann,

W., 1918, Over het


verbeekgebergte
in
Celebes
en
deszelps
Ertsafzettingen.

Koolhoven, W.B.C., 1923, Report on


the investigation of nickel
ore and chromite in the
Lasolo area (subsection :
Kendari),
Arsip
Pusat
Jawatan
Geologi,
No.
20/br.
--------, 1932, The geology of the
Malili
field,
Centrul
Celebes
(Dutch),
Jb.
Mijnw. Ned. Indie. Verh.
III.
PT. International Nickel Indonesia,
1972, Laterite deposits in
the
Southeast
arm,
Sulawesi unpubl. report
presented at Regional
Conference
on
the
Geology
of
Southeast
Asia,
Kuala
Lumpur,
March, 1972.
Sarasin,

F. & P. Sarasin, 1901,


Enwurfeinergeografische,
geologischen
beschreib
ung der Insel Celebes:
Wiesbaden.

Sukamto, R., 1975a, Geologic Map of


Indonesia, sheet VIII,
Ujungpandang, scale 1
1.000.000, Geol. Survey
of Indonesia.
--------1975b,
The
structure
of
Sulawesi in light of plate
tectonics, Proc. Reg. conf
on the Geol. and Min. Res.
of Southeast Asia, Jakarta 4
7
August,
1975
:
Indonesian Association of
Geologists.
Surono,

R.L. Situmorang
Simandjuntak,
Laporun Geologi
Batui, Sulawesi,
terbuka, Puslitbang

&

T.O.
1984,
Lembar
Laporan
Geologi.

112
2

Anda mungkin juga menyukai