Baca foto itu dari luar ke dalam atau dalam keluar (sistematis) diantara itu ada CINTA.
(Congenital, Infection, Neoplasm, Trauma, Another).
Contoh: Pada foto ini bagian kutis, subkutis, dan costa tidak terlihat adanya kelainan
CINTA.
Selain 3 prinsip menilai cinta selalu berdasarkan besar, bentuk dan posisi.
FOTO THORAX
Membaca Xray Thorax Dari Luar Ke Dalam (Setiap Organ Dinilai CINTA)
Cara membaca xray thorax:
a. Administrasi: Nama, marker, nomor
b.
c.
Menilai organ dan bagian tubuh yang terekspos pada foto rontgen (dari
dalam ke luar/luar ke dalam)
foto proyeksi PA jika hasil CTR >50% = kardiomegali ini berlaku untuk usia >4 bulan
Posisi AP >53-54% = kardiomegali
Menilai organ dan bagian tubuh yang terekspos pada foto rontgen (dari
dalam ke luar/luar ke dalam)
Jantung
Ukuran (kardiomegali/tidak) CTR > 50% (pada bayi umumnya ukuran jantung
lebih besar, namun masih dikatakan normal; newborn hingga usia 4 bulan CTR = 60%
masih dikatakan normal)
Pinggang jantung Tarik garis dari tepi aorta ke tepi apex (garis x), ukur tepi
pinggang jantung ke garis x.
1. Jika jarak < 1 cm = pinggang jantung mendatar
Trachea
1. Lihat posisi trachea apakah ada penarikan atau pendorongan trachea ke
salah satu hemithorax.
1. Penarikan : Fibrosis, Atelektasis
2. Pendorongan : Tension pneumothoraks, Efusi pleura massiv
Tulang-tulang
2. Apakah terdapat Fraktur ?
3. Lesi blastik atau klastik tulang ?
Diafragma
4. Normal :
3. Permukaan licin
4. Bentuk seperti kubah dengan hemidiafragma kanan lebih tinggi dari
kiri akibat adanya hepar
5. Kelainan yang perlu dinilai :
5. Adanya udara subdiafragma pneumoperitoneum; perlu dibedakan
dengan udara normal pada gaster.
6. Bentuk diafragma :
7. Tenting adanya penarikan diafragma akibat pengurangan
volume paru.
8. Pendataran diafragma menunjukan adanya gambaran
emphysematous lung
Sinus
6. Sinus kostofrenikus (batas antara tepi dalam iga dengan ujung lateral
diafragma) normalnya tajam tanpa adanya perselubungan opak yang
menyelimutinya.
7. Apabila sinus kostofrenikus tidak lagi tajam, maka perlu dipikirkan :
7. Efusi pleura tumpulnya sinus kostofrenikus dengan meniscus sign
(+)
8. Fibrosis / penebalan pleura.
Hilus
8. Perhatikan posisi hilus.
Lapang paru
9. Kedua lapang paru dibagi menjadi 4 bagian.
9. Apex (dibatasi oleh costae anterior 1)
10. Lapang atas paru (hingga costae anterior 2)
11. Lapang tengah paru (costae anterior2 hingga costae anterior 4)
12. Lapang bawah paru ( costae anterior 4 hingga diafragma)
ABDOMEN
USG ABDOMEN
penting untuk mengetahui marker masing masing organ untuk memudahkan,
prinsipnya pikirkan organ terdekat !!!
sbb:
marker lobus kanan hepar
Marker lobus kiri hepar
Marker limpa
Marker apendiks
Marker Vesica urinaria
Marker Pankreas
K.
L.
M.
N.
O.
Pneumotorax
Pneumoperitoneum
Udra dalam fundus gaster
Giant emphysema
Interposisi colon
Hasil BNO polos : TTUO, TTI utk app, urolitiasis
Hasil BNO 3 posisi : pneumoperitoneum (free air), ileus utk
app perforasi, perforasi gaster
Gambaran radiologi pneumoperitoneum (13 tanda)
Ro abd datar
Ro abd tegak
Ro LLD
Ba enema
Ba meal
Pemeriksaan utk colon : colon in loop (menggunakan Ba enema)
8. Pemeriksaan yg tepat utk pasien dg kluhan sakit dada dan sesak adalah
A.
B.
C.
D.
E.
Ro thorax datar
Ro thorax AP tegak
Ro thorax lordotik
Ro thorax oblik
Ro thorax lateral
Posisi normal : PA tegak
IVP
Retograd sistografi
Uretrografi
USG lower abd
CT scan abd
Ksus2 trauma yang disrankan FAST (Focused assasement with
sonography trauma)
Untuk tindakan awal dipilih yg non invasive dan paling cepat
Gold standard : CT Scan abd dg kontras
11. Seorang laki-laki berusia 30 tahun yang sebelumnya dalam keadaan sehat,
menderita demam dan pruritus, berkeringat malam, serta menemukan benjolan
diatas klavikula sinistra selama tiga minggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan
pembesaran nodus lymphatikus yang tidak nyeri, berdiamater 3 cm,
berkonsistensi kenyal dan berlokasi di region supraclavicular. Pemeriksaan
sinar X thoraks memberi kesan adanya limfadenopati mediastinal. Manakah
jawaban yang paling tepat dibawah ini yang merupakan penyebab penyakit
pasien tersebut?
a. Tuberkulosis
b. Karsinoma metastatic
c. Penyakit Hodgkin
d. Sarcoidosis
e. Mononukleosis infeksiosa
Semua jawaban mungkin, kecuali TB. Karena pembesaran KGB seperti
ini biasanya terjadi pada pasien anak.
Pada Hodgkin benjolan tidak nyeri.
12. Pemeriksaan radiologi rutin untuk anak 2 bulan :
a. Foto thorax PA dan lateral kanan
b. Foto thorax lateral kiri
c. Foto top lordotik
d.Foto thorax AP
e. Foto thorax lateral kanan
Yang sesuai : foto thorax AP dan lateral
Lateral untuk melihat limfadenopati perihiler. Kanan atau kiri harus
disesuaikan dg limfadenopati yang tampak paling jelas.
Anak 2 bulan belum bisa PA
13. Sesak 2 hari, batuk, panas tinggi, flu 3 hari. Respirasi 53x/menit, suhu
39oc, cuping hidung (+). Gambaran ro thoraks opasitas homogen di lobus
medius paru kanan. Diagnosisnya:
a. Efusi pleura
b. Bronkopneumonia
c. Pneumonia lobaris
d. Schwarte
e. Atelektasis
Gambaran pneumonia: opasitas homogen dengan air bronkogram (+)
Gambaran atelectasis:
1.
Tanda mayor/ direk 1) Opasitas homogen (radioopak)
2) Corakan bronkus meningkat
3) Septa displaced (jantung tertarik kearah
atelectasis)
- Tanda minor/ indirek 1) mediastinum& trakeatertarik
2) hemidiafrgma terangkat
3)sela iga menyempit
4) emfisema kontralateral
14. Laki-laki 24 tahun dirujuk UGD setelah tertusuk benda tajam di thoraks
anterior papilla mammae sinistra. Pada saat tiba. TD =70/50 mmhg, vena leher
melebar, suara pernapasan vesikuler kedua lapang paru. Pengelolaan yang
tepat
a. Xray
b. Intubasi ETT
c. EKG
d. Insersi cavum thorax sebelah kiri
e. Perikardiosintesis
Thoraks ant papilla mammae sinistra = jantung
TD menurun syok
BISA
3. KENYAMANAN PASIEN
4. MURAH
Flank pain (batu) USG BNO / CT scan
App kronis appendicogram
App akut USG (target sign, d > 6mm) Ct scan
App kronis appendicogram CT scan
18. Laki 32th kecelakaan motor. PF hematoma scrotal dan darah meatus
uretra. Penanganan selanjutnya..
Suspek terjadi rupture uretra dan bladder
e. Pemasangan kateter
f. Cystoscopy untuk melihat letak ruptur
g. CT pelvis tdk bs nampak alur uretra
h. Retrogade uretrogram boleh krn dimasukkan dr bladder dikerjakan
bersama dengan
sistokospi
Anterograde uretrogram tdk boleh invasive utk rupture ureter
a. Pemasangan nefrostomi
19. wanita 35Th guru senam dna perawat. Ro : defek fraktur L5-S1 tanpa
pergeseran. Diagnosa..
a. spondylosis
b. spondilistesis -c. HNP dx MRI
d. Spondiloptosis
e. Dislokasi
PA
Lat
eral
AP
Yang dinilai: Tabula eksterna, tabula interna, diploe, serta vaskularisasi. Ukuran sela tursica
secara horizontal x vertical juga diukur pada foto posisi lateral, normal 5-11mm x 4-12 mm.
Dilihat juga adanya pelebaran sutura, adanya kalsifikasi dan juga fraktur.
Caldwell
Merupakan foto kepala yang diambil secara PA dengan arah oksipitofrontal. Tujuan dari foto
ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran sinus paranasalis, terutama sinus frontalis, dan
daerah orbita dengan lebih jelas.
Yang dinilai dari foto Caldwell adalah kecerahan sinus frontalis dan ethmoid, rima orbita,
tulang sphenoid, tulang petrosus, septum nasi, dan oblique orbital line (atau linea inominata).
Normal tidak terdapat fraktur pada tulang-tulang yang ada serta septum nasi terletak di
tengah dan tidak terdeviasi. Disebutkan juga jika terdapat adanya garis fraktur yang terlihat.
Waters
Arah sinar untuk pengambilan foto Waters adalah dari oksipitomental. Tujuan pengambilan
foto ini adalah untuk melihat keadaan sinus paranasal yang lebih baik lagi.
Yang dinilai dari foto ini adalah sinus frontalis dan sinus maksilaris. Normalnya, keadaan
kedua sinus tersebut, kiri dan kanan, cerah dan memiliki densitas seperti rongga orbita.
Dilihat juga posisi septum nasi dan adanya penebalan dinding setiap sinusnya maupun adanya
fraktur. Garis fraktur diperhatikan terutama pada arcus zigomaticum, dinding orbita, dan pada
dinding sinus.
Submentoverteks
Merupakan foto kepala yang diambil dari arah mental ke vertex. Tujuan dari pengambilan
foto ini adalah untuk mengamati bagian bawah atau basis dari tulang tengkorak serta sinus
sphenoidalis.
Pada foto submentoverteks, akan dinilai keadaan foramen ovale, spinosum, laceratum, dan
magnum. Keadaan odontoid juga dinilai normal serta kecerahan dari sinus sphenoidalis
cerah. Disebutkan juga jika terdapat bayangan massa yang terproyeksi pada fossa media.
Tid
ak
STL
Panoramic
(Helen Clarissa)
Pemeriksaan konvensional pada tulang temporal dapat menilai pneumatisasi dan
piramid tulang petrosus sehingga mampu menilai lebih jauh besar dan luas nya suatu lesi
dari tulang temporal atau struktur sekitarnya. Ada tiga proyeksi yang lazim digunakan
untuk menilai tulang temporal yaitu:
1.
Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, proyeksi foto dibuat
dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar x
ditujukan dengan sudut 30o cephalo-cauda.
3.
Posisi Owne
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid. Umumnya posisi owne
dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus, epitimpanikum, bagianbagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid.
Posisi Chausse III
Merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah. Posisi ini
merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral mastoid. Posisi ini
m,erupakan posisi radiologic konvensional yang paling baik untuk pemeriksaan telinga
tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik dan kolesteatoma.
Mastoiditis akut
Gambaran dini mastoiditis akut pada radiologis adalah adanya perselubungan di ruang telinga
tengah dan sel-sel mastoid, pada masa permulaan infeksi biasanya struktur trabekula dan sel
udara mastoid masih utuh. Bersamaan progresifitas infeksi maka akan terjadi demineralisasi
diikuti destruksi trabekula, Biasanya pada mastoiditis akut tidak terjadi pada mastoid yang
acellulair.
Schuller position
4.
Posisi Stenvers
Posisi Pasien :
- Pasien prone di atas meja pemeriksaan
- Beri tanda letak petrosum yang akan diperiksa pada 2.5 cm anterior dari MAE
sebagai Central Point (CP)
- Kepala diposisikan 45 derajat ke arah objek yang diperiksa dengan menempatkan
Dahi, hidung, dan pipi menempel pada area bidang film, IOML tegak lurus dengan
bidang film
- Lakukan fiksasi dengan menggunakan spon dan sandbag untuk mencegah
pergerakan dari objek kepala pasien
- Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto,
tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil
- Jangan lupa gunakan marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
- Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang
dihasilkan baik
- Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal
- Jika posisi pasien sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi
yang sudah ditentukan untuk pemotretan Os Petrosum dengan proyeksi Schuller's
Kriteria Gambar :
- Petrous ridge dan mastoid air cells tervisualisasi pada pertengahan film
- Processus mastoideus tampak di bagian bawah batas cranium
- Condilus mandibula terproyeksi superposisi dengan tulang cervical
- Canalis auditoris internal, Cochle, dan tulang tulang labyrinth terproyeksi dibawah
petrous ridge
- Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang diperiksa
- Tampak marker R atau L sebagai penanda objek kanan atau kiri.
Posisi Stenvers
Yang dinilai dari posisi schuller dan stenvers :
Cellulae mastoidea tampak normal.
Angulus Citelli tampak normal.
Tegmen timpani tampak normal.
Canalis acusticus eksternus dan canalis acusticus internus tampak normal.
Tidak tampak lesi lusen dan destruksi.
KESAN : Foto Schuller & Stenvers dalam batas normal.
Spot Nasal
Mulut terbuka
Mulut tertutup
Tutup mulut:
Caput mandibula berada pada fossa temporomandibula.
Sela sendi dan permukaan sendi tampak normal.
Buka mulut:
Caput mandibula terletak pada batas anterior fossa temporomandibula.
KESAN : Foto temporomandibular joint dalam batas normal.
Cervical Lateral
Pada foto cervical lateral, foramen intervertebralis tidak tampak. Foramen intervertebralis
terlihat dengan foto cervical obliq.
RAO dan LPO untuk melihat foramen intervertebralis kanan.
LAO dan RPO untuk melihat foramen intervertebralis kiri.
Atlantodental interspace (ADI)<3mm pada dewasa, <5mm pada anak.
ADI > 10mm dapat menyebabkan cord compression.
Interspinous distance tidak lebih dari 1,5 interspinous distance sebelahnya.
Posisi AP
Posisi PA
\
Mammografi ( bunga )
Mammografi merupakan tipe spesifik pencitraan payudara
dengan menguunakan sinar X-Ray dosis rendah untuk mendeteksi
kanker stadium awal, sebelum muncul gejala-gejala. Mammografi
memiliki 3 kecanggihan, diantara nya adalah mammografi digital,
Computer-Aided Detection (CAD), dan breast tomosynthesis.
Pada mammografi digital, terkadang disebut juga Full-Field
Digital Mammography (FFDM) merupakan sistem mammografi
dimana film X-Ray digantikan oleh listrik yang akan mengkonversi XRay menjadi gambaran mammografik payudara. Sistem ini mirip
dengan kamera digital dan efisiensinya memiliki gambaran lebih baik
dibandungkan dengan radiasi dosis yang lebih rendah. Gambaran
payudara kemudian akan dikirim ke kompoter untuk diinterpretasi oleh
radiologis.
Posisi FFDM
Gambaran FFDM
Sedangkan
Computer-Aided
Detection
(CAD)
mencari
Gambaran CAD
Breast tomosynthesis yang juga dikenal dengan mammografi
tiga dimensi dan Digital Breast Tomosynthesis (DBT), merupakan
pencitraan canggih dimana akan muncul banyak gambaran payudara
dari berbagai sudut yang akan ditangkap dan direkonstruksi menjadi
gambaran tiga dimensi. Gambaran tiga dimensi ini serupa dengan
gambaran CT Scan dimana akan muncul dalam beberapa slice.
1.1.1.
a.
Paru
Secara struktural, paru kanan terdiri dari 3 lobus.
Lobus-lobus ini dinamai berdasarkan lokasi nya yaitu lobus atas,
lobus tengah, dan lobus bawah. Antara lobus atas dan lobus
bawah terdapat fissura yang membatasinya yang disebut dengan
fissura horizontal. Biasanya, fissura ini tampak dalam gambaran
garis lusen pada radiografi. Kemudian ada pula fissura oblik
yang memisahkan lobus tengah dan lobus bawah.
Pada paru kiri tediri dari 2 lobus yaitu lobus superior
dan lobus inferior yang dipisahkan oleh fissura oblik. Bagian
superior dsari parenkim paru yang berbatasan dengan clavicula
merupakan bagian apikal paru. Pada area ini, sering terdapat
nodul paru yang sulit nampak karena adanya clavicula. Sehingga
radiografer menyarankan untuk dilakukannya pengambilan foto
pada posisi lordotik agar gambaran tervisualisasi dengan baik.
Secara inferior, sudut lateral paru berbatasan dengan
iga. Sudut ini disebut dengan sinus kostofrenikus. Sinus
kostofrenikus kanan dan kiri sangat penting untuk mendeteksi
ada tidaknya effusi pada paru yang menunjukkan abnormalitas.
Ketika terjadi effusi, gambaran sinus kostofrenikus akan menjadi
datar atau tumpul sebagai hasil adanya cairan didalamnya atau
adanya retensi.
b. Diafragma
Diafragma merupakan struktur otot yang berlokasi pada
bagian bawah paru. Diafragma merupakan organ yang terbagi
menjadi bagian hemidiafragma kanan dan kiri. Hemidiafragma
kanan terletak lebih tinggi pada gambaran radiografi toraks
c.
ini
sangat
penting
karena
dapat
terisi
udara
Gambaran Pneumoperitoneum
2. Abnormalitas Bentuk Diafragma
Hemidiafragma normal
berbentuk
seperti
kubah
pada
keadaan
ascites,
kehamilan,
obesitas.
bentuk
pada
diafragma
bisa
berupa
Pleura
Pleura akan nampak ketika ada abnormalitas. Abnormalitas
pleura sangat penting untuk dilakukan pengecekan pada tepi setiap
paru dimana abnormalitas biasa akan tampak. Beberapa penyakit
pleura menyebabkan penebalan pada pleura, dan beberapa
penyakit lain dapat menyebabkan terisinya pleural spaces dengan
cairan atau udara.
1. Pneumothoraks
Gambaran pneumothoraks muncul ketika adanya udara
yang terperangkap dalam pleural spaces. Hal ini dapat terjadi
secara spontan, atau sebagai hasil dari penyakit paru penyerta.
Penyebab tersering adalah trauma, dengan laserasi pada pleura
viseral karena fraktur pada iga. Jika trakea atau mediastinum
bergeser, pneumothoraks yang muncul merupakan tension
penumothorax. Pneumothoraks jenis ini merupakan keadaan
gawat darurat.
Pada pneumothoraks yang merupakan udara di dalam
cavum pleura, terdapat gambaran gambaran radiolusen karena
udara yang terletak antara pleura parietal dan visceralis tanpa
corakan paru (lusen avascular) dan apabila disertai cairan
menjadi hidropneumothoraks.
Gambaran Pneumothoraks
2. Penebalan Pleura
Penebalan pleura akan tampak pada ujung paru dimana
pleura akan secara tangensial megarah ke sinar x-ray.
berada pada aspek posterior kavitas dada dan akan sulit untuk
dilihat pada foto x-ray.
Mediastinum
Jenis tumor di rongga mediastinum dapat berupa tumor
jinak atau tumor ganas dengan penatalaksanaan dan prognosis yang
berbeda. Limfoma, timoma dan teratoma adalah jenis yang paling
sering ditemukan. Etilogi dari tumor mediastinum belum diketahui
namun pada teratoma sekitar 20% dari tumor sel germinal
nonseminomatous memiliki sindrom Klinefelter, dan tumor
berkembang 10 tahun lebih awal daripada mereka yang tidak.
Radioopak
Perubahan secara radiologis dari radiografi thoraks merupakan
indikasi terjadinya penyakit pada paru atau adanya perubahan
struktur mediastinum.
1. Konsolidasi
Konsolidasi atau
bayangan
air-space
disebabkan
oleh
atau
atelektasis
terjadi
jika
terjadinya
soliter
atau
berlobus.munculnya
massa
lesi
dalam
satelit
ukuran
menunjukkan
besar,
dan
gambaran
ukuran,
distribusi,
kavitas,
definisi,
kecepatan
3-
Gambaran Ground-Glass
Gambaran Honeycombing
Gambaran Coarse
Gambaran Silikosis
b.
Radiolusen
Kelainan radiolusen yang bisa terjadi antara lain overekspose,
asimetrical thorax, emphysematous lung, pneumothorax, hipoplasia
arteri pulmonal untuk yang bersifat difus. Sedangkan untuk yang
bersifat focal antara lain pneumatocele, bleb, cyst, kavitas.
Gambaran Pneumatocele
1.2.
1.2.3.
non obstruksi
Konstipasi
Evaluasi Necrotizing Entero Colitis (NEC), biasa terjadi pada
(i)
(i)
kecuali pada pasien sakit parah dimana pengambilan foto upright atau
lateral dekubitus tidak dapat dilakukan. Untuk neonatus, pengambilan
ini lebih sering dilakukan daripada dekubitus karena lebih sensitif
untuk menangkap udara bebas dan tidak perlu memposisikan pasien.
1.2.4.
Otot Psoas
Terdiri dari gambaran dua garis lurus. Garis ini berada dari lumbalis
sampai ke trokanter femur, dan sangat penting sebagai landmark
retroperitoneal.
b. Gaster
Secara simultan, cairan lambung akan terlokalisasi pada fundus di
bawah diafragma. Selain itu akan muncul gambaran udara pada badan
lambung kecuali pada proyeksi supine.
c. Hepar
Hepar merupakan organ solid yang terletak pada kuadran kanan atas,
dengan area luas densitas jaringan lunak.
d. Colon
Mulai dari caecum pada fossa iliaka kanan. Ceacum menerima cairan
langsung dari ileum melalui ileocaecal valve. Cecaum terdiri dari semifluid
material yang mengandung kantong udara. Pada colon juga akan nampak
faecal content yang kepadtannya meningkat dan
tampak
seperti
massa
menyebar. Terkadang juga akan nampak haustral folds pada colon. Bila kolon
tampak dilatasi, haustra harus ditemukan untuk memastikan bahwa kolon
tersebut mengalami dilatasi. Haustra tampak saling mengunci (interdigitasi)
dan tidak menyilang diameter kolon, berbeda dengan plika sirkulasi (valvulae
coniventes) di jejunum. Kolon mengalami dilatasi bil;a diameter kolon
transversum >3,5 cm atau diameter sekum pada dasarnya >8 cm.
e. Usus Halus
Karena adanya peristalsis usus, udara sering terpecah menjadi
beberapa kantong polygonal, dan mengisi bagian tengah abdomen. Ketika
terjadi distensi, akan muncul gambaran valvulae conniventes atau coiled
spring-shaped folds, melewati seluruh lumen yang akan nampak pada jejunum.
Bila terdapat gas di dalam usus halus atau dicurigai terdapat dilatasi usus halus,
dianjurkan
melakukan
foto
tegak
atau
dekubitus
abdomen
untuk
1.2.5.
hepar.
Gambaran NEC
2.2.5.4. Obstruksi Usus
a.
Small Bowel Obstruction (SBO)
Terjadi sekitar 80% dari total keseluruhan obstruksi usus.
Muncul dengan gejala meningktanya distensi abdomen
dengan mual dan muntah, serta konstipasi. Pada radiografi
akan tampak gambaran dilatasi loops pada usus halus
proksimal karena obstruksi, dilatasi loops pada bagian
sentral, dilatasi lebih dari 3 cm, valvulae convinentes
tampak, ada gambaran fluid level jika foto diambil dalam
posisi erect. Terkadang obstruksi yang sudah parah akan
muncul gambaran abdomen bebas udara, dan tampak
gambaran string of bead sign (ada kantong kecil berisi
udara deng usus halus berisi cairan)
ini
biasa
terjadi
pada
nefrolithiasis,
subhepatik (antara lobus kanan hati dan ginjal), dan di dalam pelvis di
ekskavasio retrovesikalis atau cavum douglas (ekskavasio retrouterina).
2.3.3.1
b.shoulder series
i. shoulder AP view
d.clavicle series
i. clavicle AP view
a.humerus series
i. humerus AP view
b.elbow series
i. elbow AP view
c.forearm series
i. forearm AP view
a.wrist series
i. wrist PA view
Ekstremitas Bawah
Proyeksi AP pada Panggul
2.3.3.1.1.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
2.3.3.1.2.
b.
c.
2.3.3.1.3.
Gambaran Forearm
Gambaran Wrist
2.3.3.2.
beberapa aspek seperti data klinis, jumlah lesi, kesimetrisan lesi, dan sistem
lain yang berpengaruh. Dalam menganalisa suatu lesi, perlunya diketahui
lokasi lesi tersebut, posisi nya terhadap tulang, bentuk lesi, ukuran lesi,
batas lesi, dan integritas kortikal. Lesi dalam ekstremitas dapat dibagi
menjadi lesi osteolitik, lesi osteoblastik, dan lesi campuran., selain itu
perubahan jaringan lunak juga perlu diperhatikan.
a. Trauma
Kasus trauma yang sering terjadi adalah fraktur dan
dislokasi. Dalam radiografi ekstremitas diperlukan foto dengan
minimal dua posisi dan termasuk di dalamnya minimal satu
sendi dan lebih baik terdapat dua sendi. Pengambilan foto biasa
dilakukan saat akan menentukan diagnosa, setelah reduksi atau
imobilisasi,
satu
sampai
dua
minggu
kemudia
jika
Greenstick Fracture
Buckling Fracture
Sendi
glenohumeral
merupakan
sendi
tersering
Gambaran Osteochondroma
Primary Malignant Bone Tumors
Pada multiple myeloma akan muncul gambararan radiografi
seperti osteoporosis disertai dengan punched out lesion.
Gambaran Osteosacrcoma
Pada Ewing's sarcoma, biasa terjadi pada usia 10-25 tahun dan
memiliki gejala mirip dengan infeksi. Akan muncul lesi diaphysis
permeative dan biasa menyerang os femur, tibia, dan fibula. Pada
radiografi akan muncul gambaran onion skin periosteal response.
Gambaran Osteoarthrosis
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi pada sendi yang
biasa terjadi pada usia 40-50 tahun. Akan muncul nyeri perifer yang simetris
disertai pembengkakan. Pada awalnya ditandai dengan pembengkakan
jaringan lunak, erosi marginalis, osteoporosis-periostitis, dan menyempitnya
sendi. Sedangkan pada tahap lanjut akan muncul ankylosis dan deformitas
pada tulang.
Gambaran Gout
DAFTAR PUSTAKA
1. Herring W. Learning radiology: recognizing the basics. 3rd ed. 2015. Elsevier Saunders
2. Sudarmo, Pulunggano dan Irdam, Ade Indrawan. 2008. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen
pada Kasus Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia Vol 58 (12) : 537-541
1. Reed JC. Chest radiology plain film patterns and differential diagnoses [Internet]. Philadelphia:
Elsevier/Mosby;
2011
[cited
2016
Feb
4].
Available
from:
http://www.clinicalkey.com/dura/browse/bookChapter/3-s2.0-C20090503984
1. Bell, G.A 1986. Basic Radiographic Positioning and Anatomy, Bailliere Tindall, England
2. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 31]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/multilatyered-periosteal-reaction
1. Sjamsuhidajat, R dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar-Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
2. Armstrong Peter, L.Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta : EGC,2005
3. Palmer P.E.S, Cockshott W.P, Hegedus V, Samuel E. Manual of Radiographic Interpretation for
General Practitioners (Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : EGC,2010.
1. Rasad, Sjahriar. 2010. Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta : FKUI
2. Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Malang : Sagung Seto
3. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 31]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/honey-comb-appearance
1. Price, S. A. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
2. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 30]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/small-bowel-osbstruction
1. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 31]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/single-bubble-appearance
87