Anda di halaman 1dari 87

CATATAN RADIOLOGI

Langkah membaca foto :


1. Kualitas foto
a. Administrasi : Nama, dan no RM.
b. Exposure: KV dan MAS (Cth: KV MAS cukup diketahui dari vertebra yang
terlihat hanya sampai T3-4 dan dibawahnya putih, selain itu corakan
bronkovaskularnya terlihat)
2. Menilai Radioanatomi
Maker foto
Area yang diinginkan terfoto lengakap, Simetris atau tidak
Inspirasi cukup (tampak gambaran diagfragma menyilang pada bagian
costae 5/6 anterior) atau tidak (foto yang diambil saat ekspirasi penuh
memberikan gambaran diagfragma letak tinggi biasanya menyilang
di costae 3)
3. Menilai organ dan bagian tubuh yang terekspos organ rontgen. (Pembacaan dari luar
ke dalam atau sebaliknya)
Apakah ada kelainan-kelainan? remember CINTA (Congenital, Infection, Neoplasm,
Trauma, Another) nilai dari besar, bentuk dan posisi.
4. Menentukan diagnosis dan differential diagnosis
5. Saran
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca foto itu dari luar ke dalam atau dalam keluar (sistematis) diantara itu ada CINTA.
(Congenital, Infection, Neoplasm, Trauma, Another).
Contoh: Pada foto ini bagian kutis, subkutis, dan costa tidak terlihat adanya kelainan
CINTA.
Selain 3 prinsip menilai cinta selalu berdasarkan besar, bentuk dan posisi.
FOTO THORAX

Membaca Xray Thorax Dari Luar Ke Dalam (Setiap Organ Dinilai CINTA)
Cara membaca xray thorax:
a. Administrasi: Nama, marker, nomor

b.
c.

Eksposure: kV dan mAs


Kelainan yang perlu diamati :
a. C congenital
b. I infection
c. N neoplasm
d. T traumatic
e. A other
d. Radianatomi:

simetris/ tidak, inspirasi cukup (tampak diafragma menyilang pada


bagian costae 5/6 anterior) atau tidak (pada foto yang diambil saat ekspirasi
penuh akan memberikan gambaran diafragma letak tinggi' biasanya menyilang
pada costae ke 3.

Menilai organ dan bagian tubuh yang terekspos pada foto rontgen (dari
dalam ke luar/luar ke dalam)

1. Jaringan lunak (kutis dan subkutis) ada cinta?


- emfisema subkutis?
- Edema/swelling?
2. Costae ada CINTA?
Ukuran: hiperplasia/hypoplasia/aplasia/sama
Bentuk: ada kelainan kongenital/infeksi/neoplasma.
Nilai apakah ada fraktur, massa, atau normal.
Posisi: Penilaian Sendi (ukuran, bentuk, posisi)
3. Pleura
- Penebalan pleura : tenting? schwarte?
4. Paru
- Corakan bronkovaskular normal (dewasa 1/3
hemithorax, anak hemithorax), atau bertambah
(lebih dari 1/3 biasanya disebut gambaran bronkhitis
jika klinis mendukung)
- Infiltrat? -Bercak lunak kelainan di alveolus
- Bercak
kelainan di bronkus
- Perbercakan gambaran menyerupai bercak
- Konsolidasi (perselubungan)? Kelanjutan dari infiltrat yang meluas /
berselubung
- Kavitas ?
- Kalsifikasi
- Nodul ?
- Pada anak perhatikan : limfadenopati perihiler?

5. Jantung (Ukuran, Bentuk, Posisi).


@Ukuran / besar jantung
dihitung dari (ratio lebar jantung dgn lebar thorax x 100%)
interpretasi : normal / kardiomegali

foto proyeksi PA jika hasil CTR >50% = kardiomegali ini berlaku untuk usia >4 bulan
Posisi AP >53-54% = kardiomegali

@bentuk jantung dinilai dari pinggang jantung


Yaitu garis batas terluar antara aorta dan apeks.
normal jika jaraknya = 1 cm
< 1 cm = mendatar
atau menonjol
@posisi jantung ? apex normal
terangkat (gagal jantung kanan)
tertanam (gagal jantung kiri)
6. Aorta : elongasi, kalsifikasi
7. Kranialisasi (vena pulmonalis)? : bendungan di vena pulmonalis akibat gagal
jantung
8. Trakea
: ditengah/tidak
9. Sinus kostofrenikus
: normal tajam/lancip
10. Diafragma
: normal (kanan lebih tinggi 2,5 cm dibanding kiri.
Mendatar ? (jumlah IC anterior >7)
SELANJUTNYA : diagnosa dan saran
Xray thorax (Catatan Tambahan)
a. Administrasi: Nama, marker, nomor
b. Eksposure: kV dan mAs
c. Kelainan yang perlu diamati :
C congenital
I infection
N neoplasm
T traumatic
A other
d. Radianatomi:

simetris/ tidak, inspirasi cukup (tampak diafragma menyilang pada


bagian costae 5/6 anterior) atau tidak (pada foto yang diambil saat ekspirasi
penuh akan memberikan gambaran diafragma letak tinggi' biasanya menyilang
pada costae ke 3.

Menilai organ dan bagian tubuh yang terekspos pada foto rontgen (dari
dalam ke luar/luar ke dalam)
Jantung
Ukuran (kardiomegali/tidak) CTR > 50% (pada bayi umumnya ukuran jantung
lebih besar, namun masih dikatakan normal; newborn hingga usia 4 bulan CTR = 60%
masih dikatakan normal)
Pinggang jantung Tarik garis dari tepi aorta ke tepi apex (garis x), ukur tepi
pinggang jantung ke garis x.
1. Jika jarak < 1 cm = pinggang jantung mendatar

2. Jika jarak > 1 cm = pinggang jantung menonjol


Apex jantung tertanam/terangkat
Aorta
3. Elongasi Ukur jarak tepi aorta ke ujung medial clavicula
4. Jika jarak > 1 cm = aorta tidak elongasi
5. Jika jarak < 1 cm = aorta elongasi
6. Kalsifikasi terdapat bayangan opak pada aortic arch

Trachea
1. Lihat posisi trachea apakah ada penarikan atau pendorongan trachea ke
salah satu hemithorax.
1. Penarikan : Fibrosis, Atelektasis
2. Pendorongan : Tension pneumothoraks, Efusi pleura massiv

Tulang-tulang
2. Apakah terdapat Fraktur ?
3. Lesi blastik atau klastik tulang ?
Diafragma
4. Normal :
3. Permukaan licin
4. Bentuk seperti kubah dengan hemidiafragma kanan lebih tinggi dari
kiri akibat adanya hepar
5. Kelainan yang perlu dinilai :
5. Adanya udara subdiafragma pneumoperitoneum; perlu dibedakan
dengan udara normal pada gaster.
6. Bentuk diafragma :
7. Tenting adanya penarikan diafragma akibat pengurangan
volume paru.
8. Pendataran diafragma menunjukan adanya gambaran
emphysematous lung
Sinus
6. Sinus kostofrenikus (batas antara tepi dalam iga dengan ujung lateral
diafragma) normalnya tajam tanpa adanya perselubungan opak yang
menyelimutinya.
7. Apabila sinus kostofrenikus tidak lagi tajam, maka perlu dipikirkan :
7. Efusi pleura tumpulnya sinus kostofrenikus dengan meniscus sign
(+)
8. Fibrosis / penebalan pleura.
Hilus
8. Perhatikan posisi hilus.
Lapang paru
9. Kedua lapang paru dibagi menjadi 4 bagian.
9. Apex (dibatasi oleh costae anterior 1)
10. Lapang atas paru (hingga costae anterior 2)
11. Lapang tengah paru (costae anterior2 hingga costae anterior 4)
12. Lapang bawah paru ( costae anterior 4 hingga diafragma)

ABDOMEN

FOTO POLOS ABDOMEN (FPA)


Foto polos abdomen bisa menilai BNO
- Pre peritoneal fat
- Psoas line
- Kontur organ
Hepar
ginjal
Spleen
- Distribusi udara usus
Meningkat? Herring bone? Step ladder?
- Free air sub diafragma
- Free fluid (ascites)

Bedanya ileus paralitik dan ileus obstruktif


Ileus paralitik dan ileus obstruktifsama-sama ditandai dengan distribusi udara berlebih.
Perubahan dinding pada ileus obstruktif disebabkan adanya benda yang menghasilkan
proses peristaltic usus penebalan ototnya disebabkan karena kerja otot usus yang
berlebihan untuk membuang udara dalam usus
-

Ileus obstruktif penebalan dinding usus disebabkan proses inflamasi yang


ditandai dengan kalor, rubor, dolor, edema, functio laesa.
Gambaran radiologik : Dilatasi usus disertai Step ladder dan air fluid level
Ileus paralitik distensi usus general dimana pelebaran usus menyeluruh sehingga
kadang sulit membedakan intestinum tenue dengan intestinum crassum. Ileus
obstruktif dapat menjadi ileus paralitikbila lama kelamaan otot lelah.
Gambaran radiologik : pelebaran usus menyeluruh Herring bone appearance dengan
air fluid level

Peritonitis kekaburan kavum abdomen , prepertoneal fat dan psoas line


menghilang, dapat disertai free air subdiafragma atau intraperitoneal

USG ABDOMEN
penting untuk mengetahui marker masing masing organ untuk memudahkan,
prinsipnya pikirkan organ terdekat !!!
sbb:
marker lobus kanan hepar
Marker lobus kiri hepar
Marker limpa

ginjal kanan (dan sebaliknya)


aorta abdominalis
ginjal kiri (dan sebaliknya)

Marker apendiks
Marker Vesica urinaria
Marker Pankreas

arteri iliaca communis dextra


Prostat/Uterus (dan sebaliknya) dan
rektum
aorta abdominalis ,
arteri mesenteric superior,
vena lienalis,
bisa juga hepar lobus kiri

PEMBAHASAN SOAL UKDI (KAMIS, 4 AGUSTUS 2016 )

Cara menganalisis soal :


1. perhatikan identitas, karena dapat menggambarkan distribusi penyakit
berdasarkan epidemiologi yang ada; misalnya :
pada anak masih kemungkinan terhadap penyakit kongenital masih
tinggi apabila dibandingkan dengan usia lanjut.
Disisi lain, pada usia lanjut kemungkinan terhadap penyakit
degenerative lebih tinggi dibandingkan dengan usia dini.
Pikirkan distribusi penyakit terhadap jenis kelamin.
Nyeri perut kanan bawah pada wanita dan laki-laki
memiliki cakupan diagnosis yang berbeda.
o Laki-Laki : Appendicitis, diverticulitis
o Wanita : appendicitis, diverticulitis, penyakitpenyakit gynecologic seperti : KET, Kista ovarium,
Adnexitis, dll.
2. Perhatikan anamnesis lain yang tersedia, seperti :
Lokasi dari kelainan
Gejala-gejala klinis yang ada
3. Gejala-gejala tersebut akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan penunjang.
4. Diagnosis penunjang memiliki nilai diagnostic yang lebih tinggi
dibandingkan dengan diagnosis klinis.
5. Cari yang pasti-pasti aja !
Pembahasan soal :
1. Anak dengan tungkai kanan bengkak. Pada foto rontgen didapatkan
codman triangle. Diagnose terkuat pasien tersebut adalah :
A : Osteosarcoma B : Osteoblastoma
C : Chondroblastoma D :
Osteoarthritis
E : Osteomielitis.
Anak kelainan CINTA masih dapat dipikirkan;
kemungkinan osteoarthritis dapat disingkirkan karena OA
umumnya merupakan penyakit degenerative.
Tidak ada riwayat infeksi atau fraktur kecil
kemungkinan terhadap osteomyelitis.
Codman triangle merupakan periosteal reaction yang
spesifik terhadap osteosarcoma; osteosarcoma merupakan
neoplasma tulang yang banyak ditemukan pada anak-anak.
2. Pasien 55 tahundatang ke UGD dengan keluhan nyeri kepala kiri,
disertai dengan kaki dan tangan lemas dan tidak dapat digerakkan,
vertigo dan pelo sejak 5 jam SMRS. TD : 190/100, N = 100x/min, RR =
20x/min. kemungkinan pada CT scan didapatkan kelainan pada pembuluh
darah ..?
A : Cerebralis anterior sinistra B : Cerebralis posterior sinistra
C : Cerebralis media D : Carotid interna E : Basilaris
Usia dan gejala klinis mendukung terhadap kejadian stroke
akut.
Perdarahan otak utamanya melalui 2 sistem, yaitu sistem
carotis interna dan sistem vertebrobasiler.

Gejala-gejala vertigo dapat muncul pada CVD yang berada


pada batang otak atau cerebellum. diperdarahi oleh arteri
Basiler, percabangan dari sistem vertebrobasiler.
Perdarahan pada otak :
o Carotis interna A. cerebral anterior dan media
o Vertebrobasiler A. basilaris dan cerebral
posterior.

3. Wanita 44 tahun, terdapat benjolan payudara kanan. Pada mammografi


tampak mikrokalsifikasi ukuran 0.5 1 cm yang berderet memanjang.
Pada biopsy fine needle aspiration pada payudara kanan dan kiri terdapat
sel- sel maligna. Apa diagnosis pasien tersebut ?
A : Infiltrating ductal Ca B : Maligna Pyloides C : Colloid Ca D :
Medullary Ca
E : Infiltrating Lobular Ca
Gambaran khas pada :
4. Timbul bercak putih di mukosa lidah pipi. Riwayat radioterapi nasofaring,
selesai 1 bulan lalu. Bercak putih seperti beludru, bila diangkat nampak
bercak merah dibawahnya untuk mengatasi hal tsb dg terapi?
A. Roborantia
B. Antibiotic
C. Anti jamur
D. Anti viral
E. Radiasi
Radioterapi imunokompromis pasien risiko infeksi
Bercak putih seperti beludru, bila diangkat nampak bercak
merah dibawahnya karakteristik jamur
5. Anak usia 6 bulan, BB 6,5 kg, datang dengan sesak napas. Sebelumnya
panas tidak tinggi, batuk berdahak dan pilek. PF ekspirasi memanjang dan
ronkhi basah nyaring. Ro thorax : hiperaerasi kedua pulmo dan SIC sedikit
melebar
F. BP
G. Bronkiolitis
H. Asma bronkial
I. Masa paru
J. bronkitis
Ronki basah nyaring sputum
Ronki basah halus : infiltrate
Asma : Emfisema pulmonum, jantung bentuk tear drop,
diafragma mendatar, hiperaresai, penebalan peribronkial
Bronkiolitis : penebalan peribronkial, Tram line (tanda2
bronkitis)
6. Ro abdomen tegak udara bebas dibawah kedua diafragma dengan gambran
semilunar shadow, dilatasi usus kecil dg batas udara cairan multiple,
diameter usus besar mengecil. Gambaran ro paling tepat untuk

K.
L.
M.
N.
O.

Pneumotorax
Pneumoperitoneum
Udra dalam fundus gaster
Giant emphysema
Interposisi colon
Hasil BNO polos : TTUO, TTI utk app, urolitiasis
Hasil BNO 3 posisi : pneumoperitoneum (free air), ileus utk
app perforasi, perforasi gaster
Gambaran radiologi pneumoperitoneum (13 tanda)

7. Laki2 75th mengalami perdarahan dubur dengan perubahan BAB diare


intermitten terus menerus. PP yang tepat
A.
B.
C.
D.
E.

Ro abd datar
Ro abd tegak
Ro LLD
Ba enema
Ba meal
Pemeriksaan utk colon : colon in loop (menggunakan Ba enema)

8. Pemeriksaan yg tepat utk pasien dg kluhan sakit dada dan sesak adalah
A.
B.
C.
D.
E.

Ro thorax datar
Ro thorax AP tegak
Ro thorax lordotik
Ro thorax oblik
Ro thorax lateral
Posisi normal : PA tegak

9. Anak main bola pinggangnya tertendang. 2 jam mengeluh kencing campur


darah. PP yang pertama dianjurkan
A.
B.
C.
D.
E.

IVP
Retograd sistografi
Uretrografi
USG lower abd
CT scan abd
Ksus2 trauma yang disrankan FAST (Focused assasement with
sonography trauma)
Untuk tindakan awal dipilih yg non invasive dan paling cepat
Gold standard : CT Scan abd dg kontras

10. Perdarahan antepartum , Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan..


a. USG
b. Xray
c. colok vagina
d. darah lengkap
e. urin lengkap

USG untuk menilai kesejahteraan ibu dan janin serta paling


tidak invasive dan non radiasi aman untuk ibu hamil

11. Seorang laki-laki berusia 30 tahun yang sebelumnya dalam keadaan sehat,
menderita demam dan pruritus, berkeringat malam, serta menemukan benjolan
diatas klavikula sinistra selama tiga minggu. Pemeriksaan fisik menunjukkan
pembesaran nodus lymphatikus yang tidak nyeri, berdiamater 3 cm,
berkonsistensi kenyal dan berlokasi di region supraclavicular. Pemeriksaan
sinar X thoraks memberi kesan adanya limfadenopati mediastinal. Manakah
jawaban yang paling tepat dibawah ini yang merupakan penyebab penyakit
pasien tersebut?
a. Tuberkulosis
b. Karsinoma metastatic
c. Penyakit Hodgkin
d. Sarcoidosis
e. Mononukleosis infeksiosa
Semua jawaban mungkin, kecuali TB. Karena pembesaran KGB seperti
ini biasanya terjadi pada pasien anak.
Pada Hodgkin benjolan tidak nyeri.
12. Pemeriksaan radiologi rutin untuk anak 2 bulan :
a. Foto thorax PA dan lateral kanan
b. Foto thorax lateral kiri
c. Foto top lordotik
d.Foto thorax AP
e. Foto thorax lateral kanan
Yang sesuai : foto thorax AP dan lateral
Lateral untuk melihat limfadenopati perihiler. Kanan atau kiri harus
disesuaikan dg limfadenopati yang tampak paling jelas.
Anak 2 bulan belum bisa PA

13. Sesak 2 hari, batuk, panas tinggi, flu 3 hari. Respirasi 53x/menit, suhu
39oc, cuping hidung (+). Gambaran ro thoraks opasitas homogen di lobus
medius paru kanan. Diagnosisnya:
a. Efusi pleura
b. Bronkopneumonia
c. Pneumonia lobaris
d. Schwarte
e. Atelektasis
Gambaran pneumonia: opasitas homogen dengan air bronkogram (+)
Gambaran atelectasis:
1.
Tanda mayor/ direk 1) Opasitas homogen (radioopak)
2) Corakan bronkus meningkat
3) Septa displaced (jantung tertarik kearah
atelectasis)
- Tanda minor/ indirek 1) mediastinum& trakeatertarik

2) hemidiafrgma terangkat
3)sela iga menyempit
4) emfisema kontralateral
14. Laki-laki 24 tahun dirujuk UGD setelah tertusuk benda tajam di thoraks
anterior papilla mammae sinistra. Pada saat tiba. TD =70/50 mmhg, vena leher
melebar, suara pernapasan vesikuler kedua lapang paru. Pengelolaan yang
tepat
a. Xray
b. Intubasi ETT
c. EKG
d. Insersi cavum thorax sebelah kiri
e. Perikardiosintesis
Thoraks ant papilla mammae sinistra = jantung
TD menurun syok

15. Gadis mengharapkan tinggi badan bertambah karena ingin menjadi


pramugari,dr menyarankan ro lulut, yang dilihat dr hasil ro?
a. Periosteum
b. Ephyfisis
c. Metaphysis
d. Ephyphisial plate
e. Perichondrium
16. Wanita 58th nyeri pinggang progesif 5 bulan lalu. PF anemi , nyeri tekan
VL III-IV. Kreatinin 5,6 mg/dL Bun 127 mg/dL, Ro fr kompresi VL III, lesi
osteolitik coxae femur, susp Multipel myeloma. Tes krining..
a. hapusan darah tepi
b. elektroforesis protein
c. BMA Bone marrow aspiratiom
d. a dan b
e. smua benar
17. Wanita 59th nyeri lutut didapatkan krepitasi. Ro genu : osteofit dan
penyempitan celah sendi, diagnosis
a. RA
b. OA
c. ankylosing spondilitis
d. Reactive arthritis
e. Gout arthritis
OA hypertrofic, subchondral sklerotik, subchondral cyst formation
RA, ankylosing, Gout inflamsi, synovial proliferation (pannus &
tophus), lytic lesion

SYARAT PEMILIHAN MODALITAS RADIOLOGI


1. SENSITIF DAN
SPESIFIK (SPESIFIK
DIKORBANKAN KRN BILA SPESIFIK MAHAL)
2. LESS INVASIF AND LESS RADIATIOM

BISA

3. KENYAMANAN PASIEN
4. MURAH
Flank pain (batu) USG BNO / CT scan
App kronis appendicogram
App akut USG (target sign, d > 6mm) Ct scan
App kronis appendicogram CT scan
18. Laki 32th kecelakaan motor. PF hematoma scrotal dan darah meatus
uretra. Penanganan selanjutnya..
Suspek terjadi rupture uretra dan bladder
e. Pemasangan kateter
f. Cystoscopy untuk melihat letak ruptur
g. CT pelvis tdk bs nampak alur uretra
h. Retrogade uretrogram boleh krn dimasukkan dr bladder dikerjakan
bersama dengan
sistokospi
Anterograde uretrogram tdk boleh invasive utk rupture ureter
a. Pemasangan nefrostomi

19. wanita 35Th guru senam dna perawat. Ro : defek fraktur L5-S1 tanpa
pergeseran. Diagnosa..
a. spondylosis
b. spondilistesis -c. HNP dx MRI
d. Spondiloptosis
e. Dislokasi

Tugas Gabungan FK Atma Jaya, UMJ, dan Unisba


Schedel (Florencia Putri Sjaaf)
Merupakan foto rontgen kepala yang diambil dengan arah sinar tegak lurus dengan kaset.
Sinar dapat diarahkan dari PA, AP, dan juga lateral. Posisi PA lebih baik dilakukan karena
mengurangi radiasi ke mata dibandingkan posisi AP. Selain itu, karena posisi tulang-tulang
wajah lebih dekat dengan kaset, posisi PA mengurangi terjadinya perbesaran ukuran tulangtulang tersebut. Posisi AP digunakan pada pasien yang sulit untuk melakukan posisi PA.

PA

Lat
eral

AP
Yang dinilai: Tabula eksterna, tabula interna, diploe, serta vaskularisasi. Ukuran sela tursica
secara horizontal x vertical juga diukur pada foto posisi lateral, normal 5-11mm x 4-12 mm.
Dilihat juga adanya pelebaran sutura, adanya kalsifikasi dan juga fraktur.

Caldwell
Merupakan foto kepala yang diambil secara PA dengan arah oksipitofrontal. Tujuan dari foto
ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran sinus paranasalis, terutama sinus frontalis, dan
daerah orbita dengan lebih jelas.

Yang dinilai dari foto Caldwell adalah kecerahan sinus frontalis dan ethmoid, rima orbita,
tulang sphenoid, tulang petrosus, septum nasi, dan oblique orbital line (atau linea inominata).
Normal tidak terdapat fraktur pada tulang-tulang yang ada serta septum nasi terletak di
tengah dan tidak terdeviasi. Disebutkan juga jika terdapat adanya garis fraktur yang terlihat.

Waters
Arah sinar untuk pengambilan foto Waters adalah dari oksipitomental. Tujuan pengambilan
foto ini adalah untuk melihat keadaan sinus paranasal yang lebih baik lagi.

Yang dinilai dari foto ini adalah sinus frontalis dan sinus maksilaris. Normalnya, keadaan
kedua sinus tersebut, kiri dan kanan, cerah dan memiliki densitas seperti rongga orbita.
Dilihat juga posisi septum nasi dan adanya penebalan dinding setiap sinusnya maupun adanya

fraktur. Garis fraktur diperhatikan terutama pada arcus zigomaticum, dinding orbita, dan pada
dinding sinus.

Submentoverteks
Merupakan foto kepala yang diambil dari arah mental ke vertex. Tujuan dari pengambilan
foto ini adalah untuk mengamati bagian bawah atau basis dari tulang tengkorak serta sinus
sphenoidalis.

Pada foto submentoverteks, akan dinilai keadaan foramen ovale, spinosum, laceratum, dan
magnum. Keadaan odontoid juga dinilai normal serta kecerahan dari sinus sphenoidalis
cerah. Disebutkan juga jika terdapat bayangan massa yang terproyeksi pada fossa media.

Cervical open mouth (Odontoid Peg View) (Garry Grimaldy)

Tid
ak

tampak garis fraktur pada vertebra C1 (atlas)


dan C2 (axis)
-

Alignment pada sisi lateral kanan dan kiri


vertebra C1 dan C2 dalam batas normal.
Bila terdapat fraktur disebut fraktur Jefferson

Foto Sella Turcica (Lateral Skull View)

- Diameter anteroposterior sella tursica dalam batas normal.


- Tinggi sella tursica dalam batas normal.
- Processus clinoideus anterior dan posterior tampak normal.
- Tidak tampak kalsifikasi.
KESAN : Foto sella dalam batas normal.
Ukuran sella turcica
Anteroposterior 5-11mm
Vertical 4-12mm
Foto Rhese
Posisi rhese atau oblik dapat mengevaluasi bagian posterior sinus etmoid, kanalis
optikius dan lantai dasar orbita sisi lain

Foto Proyeksi Towne


Posisi Towne diambil dengan berbagai variasi sudut angulasi antara 30-60 ke arah
garis orbitomeatal. Sentrasi dari depan kira-kira 8 cm diatas glabella dari foto polos kepala
dalam bidang mid sagittal. Proyeksi

STL

- Kolom udara dalam laring dan faring dalam batas normal.


- Retropharyngeal dan retrolaryngeal space tidak melebar.
- Epiglotis dan valekula dalam batas normal.
- Tidak tampak bayangan opak ataupun kalsifikasi pada soft tissue.
KESAN : Foto STL dalam batas normal.
Jaringan lunak
Retropharyngeal interspace (RPI) C2-3 5-7 mm

Retrolaryngeal interspace (RLI) C4-5 <14mm anak-anak , <22mm dewasa


Retrotracheal interspace (RTI) C5-7
Jaringan lunak di depan corpus vertebrae dan di belakang bayangan udara dari faring, laring,
dan trakea.

Panoramic

Jumlah dan posisi dentis dalam batas normal.


Alveolar bone dalam batas normal.
Sinus maksilaris dan cavum nasi dalam batas normal.
Bayangan lusen
Missing tooth
Sisa radiks
Karies dentis
Impaksi dentis

(Helen Clarissa)
Pemeriksaan konvensional pada tulang temporal dapat menilai pneumatisasi dan
piramid tulang petrosus sehingga mampu menilai lebih jauh besar dan luas nya suatu lesi
dari tulang temporal atau struktur sekitarnya. Ada tiga proyeksi yang lazim digunakan
untuk menilai tulang temporal yaitu:
1.

Posisi Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, proyeksi foto dibuat
dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar x
ditujukan dengan sudut 30o cephalo-cauda.

Gambar . Posisi Schuller

Gambar . Mastoid normal posisi schuller


Pada posisi ini perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak
lebih jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis
auditorius eksterna dan hubungannya dengan sinus lateralis.
2.

3.

Posisi Owne
Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid. Umumnya posisi owne
dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus, epitimpanikum, bagianbagian tulang pendengaran dan sel udara mastoid.
Posisi Chausse III

Merupakan penampakan frontal mastoid dan ruang telinga tengah. Posisi ini
merupakan posisi tambahan setelah pemeriksaan posisi lateral mastoid. Posisi ini
m,erupakan posisi radiologic konvensional yang paling baik untuk pemeriksaan telinga
tengah terutama untuk pemeriksaan otitis kronik dan kolesteatoma.

Mastoiditis akut
Gambaran dini mastoiditis akut pada radiologis adalah adanya perselubungan di ruang telinga
tengah dan sel-sel mastoid, pada masa permulaan infeksi biasanya struktur trabekula dan sel
udara mastoid masih utuh. Bersamaan progresifitas infeksi maka akan terjadi demineralisasi
diikuti destruksi trabekula, Biasanya pada mastoiditis akut tidak terjadi pada mastoid yang
acellulair.

Gambar . Mastoiditis akut posisi schuller


Mastoiditis kronik
Gambaran radiologik pada mastoiditis kronik terdiri atas perselubungan yang tidak homogen
didaerah antrum mastoid dan sel-sel mastoid dan berkurangnya jumlah sel udara, struktur
trabekula yang tersisa tampak menebal. Pada keadaan lanjut tampak obliterasi sel udara
mastoid dan mastoid tampak sklerotik, lumen antrum mastoid dan sisa sel udara mastoid
terisi jaringan granulasi sehingga pada foto akan terlihat berbagai perselubungan.

Gambar . Mastoiditis kronik posisi schuller

Schuller position

4.

Posisi Stenvers

Posisi Pasien :
- Pasien prone di atas meja pemeriksaan
- Beri tanda letak petrosum yang akan diperiksa pada 2.5 cm anterior dari MAE
sebagai Central Point (CP)
- Kepala diposisikan 45 derajat ke arah objek yang diperiksa dengan menempatkan
Dahi, hidung, dan pipi menempel pada area bidang film, IOML tegak lurus dengan
bidang film
- Lakukan fiksasi dengan menggunakan spon dan sandbag untuk mencegah
pergerakan dari objek kepala pasien
- Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai objek yang akan di foto,
tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil
- Jangan lupa gunakan marker R atau L sebagai penanda objek kiri atau kanan
- Jangan lupa gunakan grid untuk menyerap radiasi hambur supaya gambaran yang
dihasilkan baik
- Lindungi gonad pasien dengan menggunakan apron atau karet timbal

- Jika posisi pasien sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi
yang sudah ditentukan untuk pemotretan Os Petrosum dengan proyeksi Schuller's
Kriteria Gambar :
- Petrous ridge dan mastoid air cells tervisualisasi pada pertengahan film
- Processus mastoideus tampak di bagian bawah batas cranium
- Condilus mandibula terproyeksi superposisi dengan tulang cervical
- Canalis auditoris internal, Cochle, dan tulang tulang labyrinth terproyeksi dibawah
petrous ridge
- Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan objek yang diperiksa
- Tampak marker R atau L sebagai penanda objek kanan atau kiri.

Posisi Stenvers
Yang dinilai dari posisi schuller dan stenvers :
Cellulae mastoidea tampak normal.
Angulus Citelli tampak normal.
Tegmen timpani tampak normal.
Canalis acusticus eksternus dan canalis acusticus internus tampak normal.
Tidak tampak lesi lusen dan destruksi.
KESAN : Foto Schuller & Stenvers dalam batas normal.

Spot Nasal

Kesan : Tidak tampak / tampak fraktur os nasal

Temporomandibular Joint (TMJ)

Mulut terbuka

Mulut tertutup

Tutup mulut:
Caput mandibula berada pada fossa temporomandibula.
Sela sendi dan permukaan sendi tampak normal.
Buka mulut:
Caput mandibula terletak pada batas anterior fossa temporomandibula.
KESAN : Foto temporomandibular joint dalam batas normal.

Cervical Lateral

Curve dan alignment dalam batas normal.


Besar, bentuk, dan struktur trabekula vertebra
cervicalis dalam batas normal.
Discus intervertebralis tidak menyempit.
Pedikel dalam batas normal.
Tidak tampak osteofit dan garis fraktur.
Atlantodental interspace dalam batas normal.
Interspinous distance dalam batas normal.
Retropharyngeal, retrolaryngeal, dan
retrotracheal space dalam batas normal.
KESAN : Foto cervical dalam batas normal.

Pada foto cervical lateral, foramen intervertebralis tidak tampak. Foramen intervertebralis
terlihat dengan foto cervical obliq.
RAO dan LPO untuk melihat foramen intervertebralis kanan.
LAO dan RPO untuk melihat foramen intervertebralis kiri.
Atlantodental interspace (ADI)<3mm pada dewasa, <5mm pada anak.
ADI > 10mm dapat menyebabkan cord compression.
Interspinous distance tidak lebih dari 1,5 interspinous distance sebelahnya.

Anterior Atlanto-Occipital Dislocation Measurement (Power's Index)


Foto cervical lateral atau schedel lateral
Jarak BP / Jarak OA < 1 : Normal
1 : probably atlanto-occipital dislocation

Thorax (Muhammad Imam)


Posisi Anterior Posterior (AP)
Posisi AP biasa dilakukan pada pasien yang tidak dapat dilakukan pengambilan foto
PA, misal pada pasien yang imobilisasi atau pada anak-anak. Film diletakkan dibawah
punggung, biasanya scapula menutupi parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari
posisi PA.

Posisi AP

Gambaran Radiografi Posisi AP


Posisi Posterior Anterior (PA)
Proyeksi PA dilakukan dengan memposisikan pasien berdiri dalam posisi menghadap
film dengan siku ditarik ke depan dengan tujuan untuk menyingkirkan skapula dari lapang
pandang paru sehingga menghasilkan gambaran anatomi yang baik.

Posisi PA

Gambaran Radiografi Posisi PA


Posisi Lateral Dekubitus
Posisi lateral dekubitus biasa digunakan untuk menilai volume pads effusi pleuar dan
menentukan apakah effusi pleura mobile atau loculated. Selain itu, posisi ini juga bisa dipakai
untuk konfirmasi pneumothoraks. Pasien akan diminta berbaring pada satu sisi (kiri atau
kanan). Film diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang arah
horizontal.

Posisi Lateral Dekubitus

Gambaran Radiografi Posisi Lateral Dekubitus


Posisi Lateral Dekstra dan Sinistra
Radiografi lateral pada toraks dilakukan dengan memposisikan hemithoraks kiri
melawan film. Lengan diangkat sampai diatas kepala. Posisi lateral kiri biasa dilakukan
karena jantung tampak lebih dekat pada film. Proyeksi lateral kanan dibuat apabila gejala dan
tanda klinis terdpaat di sebelah kanan, berarti sebelah kanan terletak pada film. Foto juga
dibuat dalam posisi berdiri.

Posisi Lateral Sinistra

Gambaran Radiografi Posisi Lateral Sinistra


Posisi Top Lordotic
Posisi ini dilakukan dengan pasien berada pada posisi seperti pengambilan
radiografi posisi AP dengan sudut sinar terarah miring ke kepala. Bahu berhimpit ke depan.
Pengambilan foto pada posisi ini dilakukan apabila dicurigai adanya kelainan pada apeks
paru.

Posisi Top Lordotic

Gambaran Radiografi Posisi Top Lordotic


Posisi Ekspirasi
Foto ini biasa dibuat sebagai konfirmasi pneumothoraks. Pengambilan foto dilakukan
dalam posisi PA atau AP saat keadaan ekspirasi penuh.

\
Mammografi ( bunga )
Mammografi merupakan tipe spesifik pencitraan payudara
dengan menguunakan sinar X-Ray dosis rendah untuk mendeteksi
kanker stadium awal, sebelum muncul gejala-gejala. Mammografi
memiliki 3 kecanggihan, diantara nya adalah mammografi digital,
Computer-Aided Detection (CAD), dan breast tomosynthesis.
Pada mammografi digital, terkadang disebut juga Full-Field
Digital Mammography (FFDM) merupakan sistem mammografi
dimana film X-Ray digantikan oleh listrik yang akan mengkonversi XRay menjadi gambaran mammografik payudara. Sistem ini mirip
dengan kamera digital dan efisiensinya memiliki gambaran lebih baik
dibandungkan dengan radiasi dosis yang lebih rendah. Gambaran
payudara kemudian akan dikirim ke kompoter untuk diinterpretasi oleh
radiologis.

Posisi FFDM

Gambaran FFDM
Sedangkan

Computer-Aided

Detection

(CAD)

mencari

gambaran mammografi abnormal berdasarkan densitas, massa, atau


kalsifikasinya yang mengindikasi adanya suatu kanker. Sistem CAD ini
sangat peka terhadap keabnormalitasan tersebut.

Gambaran CAD
Breast tomosynthesis yang juga dikenal dengan mammografi
tiga dimensi dan Digital Breast Tomosynthesis (DBT), merupakan
pencitraan canggih dimana akan muncul banyak gambaran payudara
dari berbagai sudut yang akan ditangkap dan direkonstruksi menjadi
gambaran tiga dimensi. Gambaran tiga dimensi ini serupa dengan
gambaran CT Scan dimana akan muncul dalam beberapa slice.

Posisi Breast Tomosynthesis

Gambaran Breast Tomosynthesis

1.1.1.

Gambaran Normal Foto Polos Thoraks

Gambaran Foto Thoraks Normal


1.1.1.1. Tulang dan Jaringan Lunak ( analisa )
Tulang pada torak terdiri dari sternum dan 12 iga uang
melindungi paru. Setiap pasang iga bagian posterior berhubungan
dengan vertebra. Secara anterior, bagian iga berhubungan dengan
kartilago yang menghubungkannya ke sternum. Kartilago ini tidak

nampak pada gambaran radiografi kecuali mengalami kalsifikasi.


Iga sejati, yaitu iga 1-7 secara anterior berhubungan dengan sternum
melalui kartilago. Iga palsu adalah iga no 8-12. Iga 8-10
berhubungan dengan sternum dengan menempel pada iga 7. Iga 1112 merupakan iga yang pendek dan tidak melingkari tubuh sehingga
disebut floating ribs. Tulang-tulang iga ini berfungsi untuk
melidungi paru.
Gambaran mammae dapat mengisi sebagian dasar paru.
Bayangan nipple bisa dalam beberapa posisi, sering terlihat
asimetrik dan terkadang hanya satu bayangan saja yang dapat
terlihat. Bayangan nipple sering berada lateral dan kadang memiliki
halo yang lusen.
1.1.1.2. Jantung
Walaupun bervariasi, pada orang normal, 2/3 bayangan jantung
akan jatuh pada sisi kiri midline, dan 1/3 nya akan berada di sisi kanan.
Cardio Thorakal Index (CTR) yang normal untuk foto PA adalah < 50
%. Bayangan jantung akan membesar pada saat ekspirasi, posisi supine
& AP, dan saat diafragma terangkat. CTR normal untuk foto AP adalah
< 60 %. Bayangan pada sisi kanan mediastinal superior dibentuk oleh
SCV dan pembuluh inominata, dan aorta ascenden.
1.1.1.3. Sistem Respirasi
Sistem respirasi terdiri dari laring, trakea, bronkus, dan paru.
Laring merupakan strutur teratas pada sistem respirasi. Pada laring
terdapat kartilago tiroid, larungeal prominence, dan kartilago
cricoid.

Epiglotis juga terletak dekat laring dan berfungsi

melindungi trakea ketika menelan makanan. Trakea terletak setinggi


C5 sampai kurang lebih T5 atau T6, dimana bbifucartio berada pada
carina dan akan bercabang dua menjadi bronkus kanan dan kiri.
Bronkus kemudian akan terbagi lagi menjadi beberapa cabang.
Bronkus-bronkus ini akan bercabang lagi menjadi bronkiolus
dimana pada ujungnya akan terdapat alveolus dan akan terjadi
pertukana oksigen dan karbondioksida.

a.

Paru
Secara struktural, paru kanan terdiri dari 3 lobus.
Lobus-lobus ini dinamai berdasarkan lokasi nya yaitu lobus atas,
lobus tengah, dan lobus bawah. Antara lobus atas dan lobus
bawah terdapat fissura yang membatasinya yang disebut dengan
fissura horizontal. Biasanya, fissura ini tampak dalam gambaran
garis lusen pada radiografi. Kemudian ada pula fissura oblik
yang memisahkan lobus tengah dan lobus bawah.
Pada paru kiri tediri dari 2 lobus yaitu lobus superior
dan lobus inferior yang dipisahkan oleh fissura oblik. Bagian
superior dsari parenkim paru yang berbatasan dengan clavicula
merupakan bagian apikal paru. Pada area ini, sering terdapat
nodul paru yang sulit nampak karena adanya clavicula. Sehingga
radiografer menyarankan untuk dilakukannya pengambilan foto
pada posisi lordotik agar gambaran tervisualisasi dengan baik.
Secara inferior, sudut lateral paru berbatasan dengan
iga. Sudut ini disebut dengan sinus kostofrenikus. Sinus
kostofrenikus kanan dan kiri sangat penting untuk mendeteksi
ada tidaknya effusi pada paru yang menunjukkan abnormalitas.
Ketika terjadi effusi, gambaran sinus kostofrenikus akan menjadi
datar atau tumpul sebagai hasil adanya cairan didalamnya atau

adanya retensi.
b. Diafragma
Diafragma merupakan struktur otot yang berlokasi pada
bagian bawah paru. Diafragma merupakan organ yang terbagi
menjadi bagian hemidiafragma kanan dan kiri. Hemidiafragma
kanan terletak lebih tinggi pada gambaran radiografi toraks
c.

karena terdapat hati di bawahnya.


Pleura
Setiap paru dilindungi oleh dinding tipis yang disebut
pleura. Pleura melindungi paru dengan lapisan dalamnya yang
disebut pleura viseralis dan lapisan luar yang disebut pleura
parietalis. Diantaranya terdapat pleural space. Secara radiografi,
space

ini

sangat

penting

karena

dapat

terisi

udara

(pneumothoraks) atau darah (hemaothotraks). Chest tube juga

dapat berrada pada pleural space sebagai drainase akumulasi


cairan atau udara.
d. Mediastinum
Mediastinum merupakan ruang antara paru dan
pembuluh darah besar, termasuk arteri pulmonalis proksimal dan
cabang aorta. Sebagai tambahan, terdapat pula cabang bronkus
proksimal, vena pulmonalis, bagian esofagus, dan pembuluh
limfatik yang merupakan struktur penting dalam mediastinum.
Hilus pada bagian sentral setiap paru dimana bronkus, pembuluh
darah besar, dan pembuluh limfatik serta saraf masuk ke dalam
paru. Lebih lanjut lagi, terdapat kelenjar timus yang berada di
atas jantung pada bagian superior mediastinum.
1.1.2.

Gambaran Patologis Foto Polos Thoraks


1.1.2.1. Kelainan Organ di Sekitar Paru
a.
Diafragma
1. Pneumoperitoneum
Setiap menilai radiografi thorkas, hendaknya selalu
memperhatikan ada tidaknya udara bebas intra abdomen di
bawah diafragma (pneumoperitoneum). Hal ini merupakan
pertanda perforasi usus.

Gambaran Pneumoperitoneum
2. Abnormalitas Bentuk Diafragma
Hemidiafragma normal

berbentuk

seperti

kubah

menahan bagian paru. Jika bentuk ini berubah, kemungkinan


adanya penyakit paru yang menyertai. Seperti contohnya adalah
konsolidasi pada lobus bawah paru.

Gambaran Konsolidasi Lobus Kiri Bawah


Abnormalitas posisi pada diafragma bisa elevasi
maupun penurunan posisi. Elevasi bilateral diafragma bisa
ditemukan

pada

keadaan

ascites,

kehamilan,

obesitas.

Sedangkan elevasi unilateral bisa disebabkan oleh distensi


gaster atau kolon, pengurangan ukuran hemitoraks, dan
pembesaran liver atau limpa. Selain elevasi, diafragma juga bisa
mengalami perubahan posisi menjadi lebih rendah yang bisa
disebabkan karena PPOK maupun pneumotoraks bilateral.
Abnormalitas

bentuk

pada

diafragma

bisa

tenting/scalopping, variasi normal, dan juga tumor.

berupa

Gambaran Scalloping Diafragma

Gambaran Tenting Diafragma

Gambaran Massa di Diafragma


3. Menaiknya Hemidiafragma
Hemidiafragma kanan biasa terletak lebih tinggi
daripada hemidiafragma kiri. Terdapat beberaoa oenyebab
terjadinya hemidiafragma yang lebih naik seperti rusaknya
nervus frenikus, penyakit paru yang menyebabkan
berkurangnya volume, penyebab kongenital seperti hernia
diafragmatika, atau trauma pada diafragma.

Gambaran Ruptur Diafragma

Gambaran Palsy pada Nevus Frenikus


b.

Pleura
Pleura akan nampak ketika ada abnormalitas. Abnormalitas
pleura sangat penting untuk dilakukan pengecekan pada tepi setiap
paru dimana abnormalitas biasa akan tampak. Beberapa penyakit
pleura menyebabkan penebalan pada pleura, dan beberapa
penyakit lain dapat menyebabkan terisinya pleural spaces dengan
cairan atau udara.
1. Pneumothoraks
Gambaran pneumothoraks muncul ketika adanya udara
yang terperangkap dalam pleural spaces. Hal ini dapat terjadi
secara spontan, atau sebagai hasil dari penyakit paru penyerta.
Penyebab tersering adalah trauma, dengan laserasi pada pleura
viseral karena fraktur pada iga. Jika trakea atau mediastinum
bergeser, pneumothoraks yang muncul merupakan tension
penumothorax. Pneumothoraks jenis ini merupakan keadaan
gawat darurat.
Pada pneumothoraks yang merupakan udara di dalam
cavum pleura, terdapat gambaran gambaran radiolusen karena
udara yang terletak antara pleura parietal dan visceralis tanpa
corakan paru (lusen avascular) dan apabila disertai cairan
menjadi hidropneumothoraks.

Gambaran Pneumothoraks
2. Penebalan Pleura
Penebalan pleura akan tampak pada ujung paru dimana
pleura akan secara tangensial megarah ke sinar x-ray.

Gambaran Penebalan Pleura


3. Effusi Pleura
Effusi pleura merupakan kumpulan cairan berada pada
pleural space. Cairan ini berkumpul pada bagian bawah dada
berdasarkan posisi pasien. Jika pasien dalam posisi berdiri,
maka, cairan akan terkumpul pada sinus kostofrenikus dan
diafragma. Jika pasen dalam posisi supine, maka effusi pleura

berada pada aspek posterior kavitas dada dan akan sulit untuk
dilihat pada foto x-ray.

Gambaran Effusi Pleura Posisi PA


c.

Mediastinum
Jenis tumor di rongga mediastinum dapat berupa tumor
jinak atau tumor ganas dengan penatalaksanaan dan prognosis yang
berbeda. Limfoma, timoma dan teratoma adalah jenis yang paling
sering ditemukan. Etilogi dari tumor mediastinum belum diketahui
namun pada teratoma sekitar 20% dari tumor sel germinal
nonseminomatous memiliki sindrom Klinefelter, dan tumor
berkembang 10 tahun lebih awal daripada mereka yang tidak.

Kelainan Parenkim Paru ( lailihasanah & IZAH )


a.

Radioopak
Perubahan secara radiologis dari radiografi thoraks merupakan
indikasi terjadinya penyakit pada paru atau adanya perubahan
struktur mediastinum.
1. Konsolidasi
Konsolidasi atau

bayangan

air-space

disebabkan

oleh

opasifikasi space yang berisi udara pada paru. Bayangan ini


merupakan gambaran penyakit,yang memberikan batasan lobar
dan mengandung air-bronchogram. Konsolidasi dapat berupa
patchy, lobar, multilobar, atau bulat dan nekrosis sebagai akibat
infeksi atau infark.

Penyebab Terjadinya Konsolidasi

Gambaran Konsolidasi Pneumonia

Gambaran Air-bronchogram pada Kanan Bawah


2. Kolaps
Kolaps

atau

atelektasis

terjadi

jika

terjadinya

pengurangan volume paru sebagian atau seluruh lobus.


Gambaran kolaps bergantung pada beberapa faktor seperti ada
atau tidaknya konsolidasi yang mempengaruhi paru, kelainan
pleura yang menyertai seperti penebalan pkleura, fibrosis, dan
adhesi pleura.

Gambaran Kolaps Pada Lobus Atas Paru


3. Lesi Massa Paru
Berdasarkan pemeriksaan fisik, massa pada paru dapat
dideteksi apabila massa tersebut intrpulmoner atau kutaneus.

Lesi intrapulmoner mudah diketahui dan terproyeksi pada


frontal dan lateral. Lesi massa ekstrapulmoner berlekatan
dengan jaringan lunak sehingga cukup sulit untuk didetekksi.
Tumor primer tumbuh secara sentral dari proksimal atau
bronkus segmentalis sebagai massa hilus. Mereka tumbuh ke
dalam lumen bronkus dan berada di sekitar bronkus,
menyebabkan obstruksi lumen sehingga terjadi konsolidasi atau
kolaps post obstruksi. Pada tumor perifer biasa muncul dalam
nodul

soliter

atau

berlobus.munculnya

massa
lesi

dalam

satelit

ukuran

menunjukkan

besar,

dan

gambaran

penyakir granulomatosa atau merupakan suatu metastasis.


Tumor perifer dapat menyerang iga atau spine secara langsung..
pada nodul paru yang multipel biasa dideskripsikan dalam
jumlah,

ukuran,

distribusi,

kavitas,

definisi,

kecepatan

pertumbuhan, dan munculnya abnormalitas pada organ sekitar.

Gambaran Lesi Nodul Multipel Paru


4. Bayangan Diffuse
Pola dalam bayangan diffuse ini dapat beragam seperti
nodular atau retukuler.
Retikuler : pola ini merupaka suatu lengkungan garis
kompleks yang berada pada paru secara diffuse. Pola ini
dibagi berdasarkan ukuran nya, yaitu fine (groundglass) dengan panjang sekitar 1-2mm terjadi pada proses
penebalan interstitium paru contohnya pada edema paru
interstitial. Medium (honeycombing) berukuran

3-

10mm biasa muncul pada fibrosis paru, coarse dengan


ukuran >10mm biasa terjadi pada pneumonia interstitial.

Gambaran Ground-Glass

Gambaran Honeycombing

Gambaran Coarse

Linear : terbentuk dari penebalan bronkovaskular


interstitium atau interstitium paru perifer. Dapat muncul
gambaran peri bronchial cuffing atau Kerley's B lines.

Gambaran Peribronchial Cuffing

Gambaran Kerley's B Line

Bayangan noduler dapat dikenali dengan baik bisa juga


tidak bergantung dari densitas dan kalsifikasinya.
Nodule dapat menyebar dapat juga berkumpul dengan
arean konfluens menghasilkan gambran konsolidasi.
Nodul paru biasa muncul pada interstitium paru dalam
rupa kecil, dengan densitas jaringan lunak berbentuk
bulat atau oval dan memiliki batas halus. Biasanya
merupakan bayangan homogen dan tidak mengandung

air bronchogram. Gamabaran ini paling sering muncul


pada abses paru, metastasis tumor, dan edema paru.

Gambaran Abses Paru

Gambaran Metastasis Paru

Bayangan retikulo-noduler merupakan bentuk bayangan


yang terjadi antara overlap bayangan retikuler, atau

adanya bayangan retikuler dan nodule paru. Bayangan


ini biasa nampak pada penyakit silikosis.

Gambaran Silikosis
b.

Radiolusen
Kelainan radiolusen yang bisa terjadi antara lain overekspose,
asimetrical thorax, emphysematous lung, pneumothorax, hipoplasia
arteri pulmonal untuk yang bersifat difus. Sedangkan untuk yang
bersifat focal antara lain pneumatocele, bleb, cyst, kavitas.

Gambaran Pneumatocele

1.2.

Foto Polos Abdomen (BNO)


(BUDI &FIKA)
1.2.1.
Definisi Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen adalah suatu pemeriksaan abdomen tanpa
menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur dan organ di
dalam abdomen, yaitu : lambung, hati, limpa, usus besar, usus kecil, dan
diafragma yang merupakan otot yang memisahkan dada dan daerah abdomen.
1.2.2.

Indikasi Foto Polos Abdomen


Pada kondisi akut abdomen, foto polos abdomen biasanya merupakan

pemeriksaan pertama yang dilakukan. Pemeriksaan lainnya seperti USG, CT Scan


dan IVP digunakan untuk mencari kelainan yang lebih spesifik. Indikasi dari
dilakukannya foto polos abdomen antara lain :
Evalussi dan follow-up distensi abdomen, obstruksi usus, dan ileus

1.2.3.

non obstruksi
Konstipasi
Evaluasi Necrotizing Entero Colitis (NEC), biasa terjadi pada

sebagian bayi baru lahir preterm


Follow up post operasi
Evaluasi dan follow up batu ginjal
Mencari adanya benda asing
Evaluasi perforasi usus
Teknik Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen dilakukan dalam beberapa posisi yaitu supine

anteroposterior (AP) dan/atau horizontal beam (upright, decubitus, atau cross-

table lateral). Beberapa institusi menggunakan foto posteroanterior (PA) atau AP


radiografi thoraks untuk mengevaluasi pneumoperitoneum atau penyebab lain
yang menyebabkan nyeri abdomen.
a. Radiografi supine dalam proyekssim AP dapat dilakukan pada daerah
symphisis pubis secara inferior sampai ke abdomen atas, minimal margin
superior dari ginjal dan secara ideal sampai atas diafragma. Kedua pinggang
harus tampak pada gambaran abdomen. Fim terpusat pada daerah iliaka.

Posisi AP Supine Abdomen


a.

Upright, decubitus, atau cross-table lateral projection dapat dilakukan

dengan eksposure sinar ke lantai dan perpendikular ke film, untuk


mengoptimlalkan visualisasi ukursan kecil pneumoperitoneum, dan untuk
menilai distribusi dan konfigurasi air fluid levels. Posisi lateral dekubitus
biasa digunakan apabila pasien tidak dapat berdiri, posisi ini terutama
dipakai untuk neonatus, infant, dan anak kecil yang tidak kooperatif. Posisi
ini biasa dipakai untuk menilai kuadran kanan bawah, pemeriksaan ini
sudah terbukti efektif untuk menilai intususepsi pada pediatri.
(i)
Radiografi upright dapat dilakukan dalam proyeksi AP atau PA.
Film berada di tengah 5 cm diatas iliac crest pada pasien dewaa.
Proyeksi AP akan menghasilkan gambaran yang lebih baik untuk
ginjal. Bagian superior dari diafragma harus nampak dalam posisi ini.

(i)

Gambaran Posisi Upright


Untuk gambaran lateral dekubitus, bagian superior dari sisi

kanan abdomen harus masuk dalam gambaran radiografi, hal ini


termasuk hemidiafragma kanan sampai pelvis, dengan pusat film
berada atau di atas iliac crest.

(i)

Gambaran Posisi Lateral Dekubitus


Cross-table lateral projection jarang digunakan pada dewasa

kecuali pada pasien sakit parah dimana pengambilan foto upright atau
lateral dekubitus tidak dapat dilakukan. Untuk neonatus, pengambilan
ini lebih sering dilakukan daripada dekubitus karena lebih sensitif
untuk menangkap udara bebas dan tidak perlu memposisikan pasien.

Gambaran Cross-table Lateral Projection

1.2.4.

Gambaran Normal Foto Polos Abdomen

Gambaran Foto Polos Abdomen Normal (A.Gaster, B. Colon descenden, C.


Fleksura hepatica, D. Psoas line kiri, E. Fleksura lienalis, F. Hepar, G.
Caecum, H. Sacrum, I. Os. Iliaca, J. Caput femoralis)
a.

Otot Psoas
Terdiri dari gambaran dua garis lurus. Garis ini berada dari lumbalis
sampai ke trokanter femur, dan sangat penting sebagai landmark

retroperitoneal.
b. Gaster
Secara simultan, cairan lambung akan terlokalisasi pada fundus di
bawah diafragma. Selain itu akan muncul gambaran udara pada badan
lambung kecuali pada proyeksi supine.
c. Hepar
Hepar merupakan organ solid yang terletak pada kuadran kanan atas,
dengan area luas densitas jaringan lunak.

d. Colon
Mulai dari caecum pada fossa iliaka kanan. Ceacum menerima cairan
langsung dari ileum melalui ileocaecal valve. Cecaum terdiri dari semifluid
material yang mengandung kantong udara. Pada colon juga akan nampak
faecal content yang kepadtannya meningkat dan

tampak

seperti

massa

menyebar. Terkadang juga akan nampak haustral folds pada colon. Bila kolon
tampak dilatasi, haustra harus ditemukan untuk memastikan bahwa kolon
tersebut mengalami dilatasi. Haustra tampak saling mengunci (interdigitasi)
dan tidak menyilang diameter kolon, berbeda dengan plika sirkulasi (valvulae
coniventes) di jejunum. Kolon mengalami dilatasi bil;a diameter kolon
transversum >3,5 cm atau diameter sekum pada dasarnya >8 cm.
e. Usus Halus
Karena adanya peristalsis usus, udara sering terpecah menjadi
beberapa kantong polygonal, dan mengisi bagian tengah abdomen. Ketika
terjadi distensi, akan muncul gambaran valvulae conniventes atau coiled
spring-shaped folds, melewati seluruh lumen yang akan nampak pada jejunum.
Bila terdapat gas di dalam usus halus atau dicurigai terdapat dilatasi usus halus,
dianjurkan

melakukan

foto

tegak

atau

dekubitus

abdomen

untuk

memperlihatkan batas cairan. Jejenum mengalami dilatasi bila diameternya


>3,5 cm, usus halus pertengahan mengalami dilatasi bila diameternya >3 cm
dan ileum dilatasi bila diameter yang terdilatasi terdapat plika sirkularis
(valvulae coniventes) atau lipatan yang menyilang diameter jejunum secara
transversal.
f. Ginjal
Ginjal tampak dalam gambatan bean-shaped dengan densitas jaringan
lunak pada bagian atas abdomen. Muncul dalam gambaran outline tipis dari
batas atas T12 sisi kiri sampai batas bawah L3 sisi kanan., dengan keberadaan
ginjal kiri lebih tinggi 1,5 cm dari ginjal kanan.
a. Bladder
Adanya gambaran massa degan densitas jaringan lunak menandakan
bladder yang penuh.

1.2.5.

Gambaran Patologis Foto Polos Abdomen


1.2.5.1. Gambaran Udara Bebas Intraperitoneum

Pneumoperitoneum merupakan gambaran adanya udara dalam


rongga peritoneal tetapi diluar lumen usu. Pneumoperitoneum dpat
terjadi karena perforasi usus, atau karena insuflasi udara akibat
laparkoskopi. Pneumoperitoneum memiliki beberapa gambaran dalam
foto polos abdomen, antara lain :
Rigler's / double wall sign : munculnya kedua sisi
dinding usus

Footbal sign : munculnya udara bebas dalam jumlah


banyak pada bagian depan ronggga peritoneal yang
tampak sebagai gambaran daerah hitam bulat yang
besar-football sign

Lucent liver sign : udara tampak membatasi struktur


jaringan lunak, seperti ligamen falciform, atau tepi

hepar.

1.2.5.2. Gambaran Gas di Luar Usus


Gas dapat dideteksi di dinding kandung empedu pada
kolesistitis emfisematosa dan di dalam lumen kandung empedu bila
terdapat fistula dengan usus atau bila terdapat anastomosis dengan
percabangan bilier.

2.2.5.3. Gambaran Gas Intramural


Dikenal juga dengan istilah pneumatosis intestinalis yang
mengarah ke udara pada dinging usus. Udara pada dinding usus ini,

jika terdapat pada neonatus maka disebut dengan Nedreotizing Enterr


Colitis (NEC). Gambaran radiografi muncul berupa udara sepnajang
dinding berlokasi submukosa atau sibserosa sebagai suatu garis linear
(submukosa) atau kumpulan kistik bulat (biasa subserosa)

Gambaran NEC
2.2.5.4. Obstruksi Usus
a.
Small Bowel Obstruction (SBO)
Terjadi sekitar 80% dari total keseluruhan obstruksi usus.
Muncul dengan gejala meningktanya distensi abdomen
dengan mual dan muntah, serta konstipasi. Pada radiografi
akan tampak gambaran dilatasi loops pada usus halus
proksimal karena obstruksi, dilatasi loops pada bagian
sentral, dilatasi lebih dari 3 cm, valvulae convinentes
tampak, ada gambaran fluid level jika foto diambil dalam
posisi erect. Terkadang obstruksi yang sudah parah akan
muncul gambaran abdomen bebas udara, dan tampak
gambaran string of bead sign (ada kantong kecil berisi
udara deng usus halus berisi cairan)

Gambaran Small Bowel Obstruction

Gambaran String -of-Bead Sign


b.

Large Bowel Obstruction (LBO)

LBO muncul dengan klinis nyeri abdomen, distensi, dan


kesulitan untuk flatus dan buang air besar. Radiografi
untuk LBO memiliki karakteristik distensi colon proksimal
sampai obstruksi dengan bagian distal yang kolaps, dilatasi
usus halus yang bergantung pada durasi obstruksi dan
inkompetensi ileocaecal valve.

Gambaran Large Bowel Obstruction


2.2.5.5. Batu Radioopak
Gambaran batu

ini

biasa

terjadi

pada

nefrolithiasis,

ureterolithiasis, vesicolithiasis, kolelithiasis, dan kolelistitis. Foto polos


abdomen dapat menentukan besar, macam dan lokasi batu radioopak.
Yang perlu diperhatikan dalam penilaian batu antara lain adalah :
jumlah, densitas, bayangan batu, lokasi, dan komplikasi. Berdasarkan
opasitasnya batu pada traktus urinarius dibagi menjadi tiga : batu opak
(batu kalsium), batu semiopak (batu magnesium-amonium-fosfat atau
MAP), dan batu radiolusen (batu asam urat dan batu sistin). Batu pada
traktus urinarius biasanya bersifat multilayer dan permukaannya dapat
kasar atau halus. Batu pada vesica urinaria lebih bulat dengan
permukaan regular sedangkan batu pada ureter atau uretra biasanya
berbentuk irregular. Kadang-kadang dijumpai batu yang mengisi dan
menyerupai pelviocalices ginjal yang disebut staghorn stone.

Gambar Bayangan Radioopak pada Vesicolithiasis


2.2.5.6. Cairan Bebas Intraperitoneal
Akumulasi dari cairan bebas intraperitoneal di abdomen
merupakan tanda adanya suatu ascites. Penyebab ascites antara lain:
hipoproteinemia, sirosis hepatik, CHF, pankreatitis, keganasan dengan
metastase peritoneal, limfoma, dan sumbatan vena cava inferior.

Gambaran Foto polos abdomen dengan ascites tanpa


adanya massa atau kalsifikasi
2.2.5.7. Massa Jaringan Lunak
Abses tampak sebagai massa jaringan lunak yang dapat
mengandung gas. Abses dapat dikelirukan dengan gambaran kolon
pada foto polos. Cairan intraperitoneum dan abses berkumpul di bagian
yang paling rendah di rongga peritoneum: ruang subfrenik, ruang

subhepatik (antara lobus kanan hati dan ginjal), dan di dalam pelvis di
ekskavasio retrovesikalis atau cavum douglas (ekskavasio retrouterina).

Gambaran Bayangan limpa membesar (Splenomegaly)


2.2.5.8. Trauma
Foto radiografi polos abdomen dapat membantu untuk
kelainan lain seperti trauma tumpul abdomen yang dapat mengevaluasi
awal kemungkinan kontusio ginjal atau perdarahan retroperitoneal
dengan menilai kontur ginjal atau kontur psoas yang terlihat suram atau
terselubung, fluid collection pada

cavum peritoneum, free air,

perubahan controur organ abdomen, fraktur iga, spine, pelvis.


2.2.

Foto Polos Ekstremitas (ARIF&FELIN)


2.3.1
Definisi Foto Polos Ekstremitas
Foto polos ekstremitas atas adalah suatu pemeriksaan ekstremitas tanpa
menggunakan kontras dengan sinar X yang menggambaran struktur pada
ekstremitas atas, yaitu : bahu, lengan, pergelangan tangan, panggul, upper leg,
lutut, lower leg, pergelangan kaki, kaki, dan jari kari.
2.3.2. Indikasi Foto Polos Ekstremitas
Indikasi untuk dilakukannya pengambilan foto polos ekstremitas
tersering adalah karena adanya trauma akut pada daerah ekstremitas . Tetapi

beberapa indikasi berikut juga dipertimbangkan untuk dilakukannya foto


polos ekstremitas, antara lain :
Fraktur
Dislokasi
Arthritis
Bengkak tanpa sebab atau nyeri
Deformitas tulang
Tumor
Infeksi
2.3.3.

2.3.3.1

Macam-Macam Pemeriksaan Foto Polos Ekstremitas


Ekstremitas Atas
1. shoulder girdle radiography
a.scapula series
i. scapula AP view

ii. scapula lateral view

b.shoulder series
i. shoulder AP view

ii. shoulder internal rotation view

iii. shoulder external rotation view

iv. shoulder axial view (West Point view)

v. shoulder Y lateral view

c.acromioclavicular joint series


acromioclavicular joint AP view

d.clavicle series
i. clavicle AP view

ii. clavicle oblique view

e.sternoclavicular joint series

i. sternoclavicular joint AP view

ii. sternoclavicular joint oblique view

iii. lateral sternal view

2.arm and forearm radiography

a.humerus series
i. humerus AP view

ii. humerus lateral view

b.elbow series

i. elbow AP view

ii. elbow lateral view

iii. humerus (supracondylar) AP view

c.forearm series

i. forearm AP view

ii. forearm lateral view

3.wrist and hand radiography

a.wrist series
i. wrist PA view

ii. wrist lateral view

Ekstremitas Bawah
Proyeksi AP pada Panggul

2.3.3.1.1.

a.

b.

Proyeksi AP pada Lutut

c.

Proyeksi Lateral pada Lutut

d.

Proyeksi Skyline pada Lutut

e.

Proyeksi AP pada Leg dan Ankle

f. Proyeksi Mortice pada Leg dan Ankle (rotasi internal pergelangan


kaki 10 derajat)

a.

Proyeksi Lateral Leg dan Ankle

2.3.3.1.2.

b.

Proyeksi Lateral Kaki

c.

i. Proyeksi Dorsoplantar Kaki

Gambaran Normal Foto Polos Ekstremitas (TIZA & SYAFRI )


Ekstremitas Atas

2.3.3.1.3.

Gambaran Shoulder Gridle

Gambaran Forearm

Gambaran Wrist

2.3.3.1.4. Ekstremitas Bawah

Gambaran Patologis Foto Polos Ekstremitas


Dalam pembacaan radiografi ekstremitas, perlu diperhatikan

2.3.3.2.

beberapa aspek seperti data klinis, jumlah lesi, kesimetrisan lesi, dan sistem
lain yang berpengaruh. Dalam menganalisa suatu lesi, perlunya diketahui
lokasi lesi tersebut, posisi nya terhadap tulang, bentuk lesi, ukuran lesi,
batas lesi, dan integritas kortikal. Lesi dalam ekstremitas dapat dibagi
menjadi lesi osteolitik, lesi osteoblastik, dan lesi campuran., selain itu
perubahan jaringan lunak juga perlu diperhatikan.
a. Trauma
Kasus trauma yang sering terjadi adalah fraktur dan
dislokasi. Dalam radiografi ekstremitas diperlukan foto dengan
minimal dua posisi dan termasuk di dalamnya minimal satu
sendi dan lebih baik terdapat dua sendi. Pengambilan foto biasa
dilakukan saat akan menentukan diagnosa, setelah reduksi atau
imobilisasi,

satu

sampai

dua

minggu

kemudia

jika

memungkinkan adanya perubahan, dan sebelum pasien

dipulangkan dari rumah sakit. Fraktur memiliki beberapa tipe,


yaitu :
Fraktur tertutup : fraktur tidak sampai terlihat keluar
kulit atu tidak berhubungan dengan lingkungan luar.

Gambaran Fraktur Tertutup


Fraktur terbuka : fraktur yang dapat berpenetrasi sampai
keluar kulit.

Gambaran Fraktur Terbuka


Fraktur comminuted : terdiri dari dua atau lebih fragmen
tulang yang terpisah.

Gambaran Fraktur Comminuted

Fraktur avulsi : merupakan fraktur tulang yang


menyebabkan sobekan pada fragmen tulang.

Gambaran Fraktur Avulsi

Fraktur inkomplit : fraktur yang hanya terjadi pada satu


sisi tulang (Greenstick fracture, Buckling fracture)

Greenstick Fracture

Buckling Fracture
Sendi

glenohumeral

merupakan

sendi

tersering

terjadinya dislokasi. 90% dislokasi terjadi secara anterior. Pada


pasien usia muda, dislokasi bahu biasa terjadi karena trauma
langsung dan trauma olahraga. Pada pasien usia lebih tua,
penyebab tersering adalah jatuh dan dislokasi disertai dengan

adanya fraktur. Rotasi eksternal berlebihan atau tekanan abduksi


biasa menyebabkan dislokasi secara anterior, sednagkan
dislokasi posterior terjadi ketika humeral head tergeser secara
posterior karena tekanan besar. Pasien dengan dislokasi sulit
untuk menggerakan tangannya. Diagnosis untuk menegakkan
dislokasi anterior dapat dilakukan dengan inspeksi.

Gambaran Dislokasi Sendi Glenohumeral


b. Infeksi
Infeksi tersering pada ekstermitas adalah osteomyelitis. Penyebab dari
infeksi ini adalah Staphylococcus aureus yang masuk melalui jalur hematogen
atau bisa juga dari implantasi langsung. Secara radiologi, osteomyelitis dapat
nampak dalam gambaran moth-eaten bone destruction yang biasa terjadi pada
daerah metaphysis, terbentuknya formasi periosteal baru, sekuestrrum,
involucrum, dan destruksi sela sendi.

Gambaran Osteomyelitis dengan Destruksi Osteolitik

Gambaran Osteomyelitis dengan Destruksi Sekuestrasi Pada Tulang


Jenis infeksi lain yang sering terjadi yaitu septic arthritis, yang
disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Septic arthritis biasa menyerang satu
sendi dan penyebaran biasa terjadi secara hematogen atau implntasi traumatik
langsung. Tulang lutut dan panggul merupakan tempat tersering terjadinya
infeksi ini. Akan muncul effusi sendi yang memicu terjadinya distorsi pada
lipatan lemak, sela sendi akan semakin menyempit, dan akan timbul ankylosis
tulang.
c. Tumor
Primary Benign Tumors
Pada osteochondroma memiliki gejala teraba massa keras dekat
persendian dan biasanya tidak nyeri. Menyerang os humerus, os tibia, dan
os femur. Memiliki dua tipe yaitu sessile dan pedunculated. Tumor ini
memiliki gambarancoat hanger exostose dan massa cauliflower.

Gambaran Osteochondroma
Primary Malignant Bone Tumors
Pada multiple myeloma akan muncul gambararan radiografi
seperti osteoporosis disertai dengan punched out lesion.

Gambaran destruksi litik


Pada osteosarcoma, biasa terjadi pada usia 10 sampai 25 tahun
dan menyerang bagian metaphysis dari distal os femur dan proksimal os
humerus. Gambaran radiografi yang nampak berupa lesi medular pada
metaphysis tulang tubular panjang, sunburst atau sunraya periosteal
response,cortical disruption dengan formasi massa jaringan lunak. Lesi
dapat berupa lesi sklerotik, litik, dan juga campuran.

Gambaran Osteosacrcoma
Pada Ewing's sarcoma, biasa terjadi pada usia 10-25 tahun dan
memiliki gejala mirip dengan infeksi. Akan muncul lesi diaphysis
permeative dan biasa menyerang os femur, tibia, dan fibula. Pada
radiografi akan muncul gambaran onion skin periosteal response.

Gambaran Ewing's Sarcoma

Gambaran Onion Skin Appearance


Primary Quasimalignant Bone Tumor
Pada giant cell tumor (osteoclastoma) biasa terjadi pada usia
20-4- tahun dan menyerang distal os femur, proksimal os tibia, distal os
radius, dan proksimal os humerus. Memberikan gambaran radiografi
berupa gambaran radiolusen dan soap bubble appearance.

Gambaran Giant Cell Tumor


d. Arthritic Disorders
Osteoarthritis-osteoarthrosis merupakan penyakit sendi degeneratif.
Gambaran dari kelainan ini adalah adanya distribusi asimetris pada tulang,
penyempitan sendi, muncul osteofit, sklerosis subkondral.

Gambaran Osteoarthrosis
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi pada sendi yang
biasa terjadi pada usia 40-50 tahun. Akan muncul nyeri perifer yang simetris
disertai pembengkakan. Pada awalnya ditandai dengan pembengkakan
jaringan lunak, erosi marginalis, osteoporosis-periostitis, dan menyempitnya
sendi. Sedangkan pada tahap lanjut akan muncul ankylosis dan deformitas
pada tulang.

Gambaran Rheumatoid Arthritis


Gout merupakan penyakit sendi karena gangguan metabolisme purin
disertai dengan deposit kristal sodium monourate dalam kartilago, synovium,
periartikular, dan jaringan subkutan. Akan muncul gambaran berupa densitas
jaringan lunak tophi, erosi tulang dengan overhanging marginal sign. Gout
biasa menyerang sendi metatarsophalangeal.

Gambaran Gout

Periode juli 2016

DAFTAR PUSTAKA
1. Herring W. Learning radiology: recognizing the basics. 3rd ed. 2015. Elsevier Saunders
2. Sudarmo, Pulunggano dan Irdam, Ade Indrawan. 2008. Pemeriksaan Radiografi Polos Abdomen
pada Kasus Gawat Darurat. Majalah Kedokteran Indonesia Vol 58 (12) : 537-541
1. Reed JC. Chest radiology plain film patterns and differential diagnoses [Internet]. Philadelphia:
Elsevier/Mosby;

2011

[cited

2016

Feb

4].

Available

from:

http://www.clinicalkey.com/dura/browse/bookChapter/3-s2.0-C20090503984
1. Bell, G.A 1986. Basic Radiographic Positioning and Anatomy, Bailliere Tindall, England
2. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 31]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/multilatyered-periosteal-reaction
1. Sjamsuhidajat, R dan De Jong, Wim. 2003. Buku Ajar-Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
2. Armstrong Peter, L.Wastie Martin. Pembuatan Gambar Diagnostik. Jakarta : EGC,2005
3. Palmer P.E.S, Cockshott W.P, Hegedus V, Samuel E. Manual of Radiographic Interpretation for
General Practitioners (Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum). Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta : EGC,2010.
1. Rasad, Sjahriar. 2010. Radiologi Diagnostik Edisi kedua. Jakarta : FKUI
2. Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Malang : Sagung Seto
3. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 31]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/honey-comb-appearance
1. Price, S. A. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
2. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 30]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/small-bowel-osbstruction
1. Knipe H, Weerakkody Y. Endometrial carcinoma. Radiopaedia [homepage on the Internet]. 2015
[cited 2016 Jan 31]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/single-bubble-appearance

87

Anda mungkin juga menyukai