Pembungaan
Spesies borneo mudah terbagi kedalam tiga atau lebih per pembungaan (jarang ada
yang dua) dan bunganya tunggal. Spesies bunga majemuk yang panjang, peduncelus
yang berambutpada bunga diatas ketiga dan
keempat. Braktea besar dan memiliki bentuk
seperti kapal dengan tepi berbulu dan berambut
pada
urat
tengah
pada
bagian
luar.
P.
jarang ditemukan.
Bunga
Bunga anggrek selop memiliki fitur yang khas. Semua anggrek pada bagian ovary
lebih rendah dengan kata lain ditopang oleh bagian bawah sepal atau bagian bunga
yang lain. Kebanyakan spesies Borneo memiliki ovary yang berambut namun P.
kolopakingii, P. stonei, P. platyphyllum tidak berambut. Bunga memiliki 2 sepal,
diatas dinamakan dorsal sepal yang biasanya besar dan bergaris tanda tebal pada
background yang pucat. Ini terletak berhadapan dan berada diatas bibir., yang
menanungi saat hujan turum. Sepal yang rendah dinamakan synsepal karena
berbentuk dari penggabungan 2 lateral sepal. Asalnya terkadang jelas karena pola
venasi maupun perpisahan.
Petal anggrek selop dapat dengan mudah dibedakan. Kedua petal lateral ditemukan
setiap sisi sepal dorsal dan biasanya menyebar sedikit. Dalam spesies yang berbunga
majemuk, petal memanjang dengan ujung yang meruncing dan kurang lebih spiral.
Fitur ini jelas terlihat pada P.sanderianum dimana petal menggantung dan memanjang
hingga satu meter atau lebih.
Petal yang ketiga pada anggrek selop ini bermodifikasi untuk membentuk sebuah
lobus yang berpotensi menjadi perangkap untuk diadakannya polinasi oleh serangga.
Alat perkembangbiakan jantan dan betina pada anggrek bersatu dalam kolom yang
berada di tengah bunga. Yang utama pada bagian ini yaitu stamenoide (benang sari).
Bentuk, warna dan berbulu pada stamenoide merupakan bagian yang penting untuk
diadakannya suatu identifikasi. Dibalik stamenoide terdapat stigma biasanya dengan
permukaan papillose. Dua kepala sari berada di balik stigma dan pada sisi kolom.
Semuanya mengandung pollen dengan massa yang lengket.
Ekologi
Anggrek selop dapat ditemukan pada 3 tempat di Borneo yaitu ditanah, tumbuh
terrestrial di pohon sebagai epifit, dan menempel pada batu sebagai lithophytes. P.
philipphinense, P. platyphyllum, P. sanderianum, dan P. stonei, akar melekat kuat
pada substrat batu yang memungkinkan tanaman untuk tumbuh di tebing yang
hamper vertical dan tepian, sedangkan P. kolopakingii tumbuhdi tepian jurang yang
curam dan tebing. Semua anggrek selop dapat ditemukan tumbuh pada berbagai
substrat yang unsur haranya minim. P. philipphinense, P. platyphyllum, P.
sanderianum, dan P. stonei tumbuh di batu kapur dimana PH yang lebih sering
bersifat alkali bahkan lebih dan kurang netral. P. kolopakingii tumbuh di tebing,
sering dekat dengan sungai diantara ketinggian 600-1000 meter. Substrat ini tidak
diketahui tetapi bukan merupakan batu kapur. Spesies yang hidup di terrestrial
dengan daun yang bermozaik tumbuh di dalam naungan lantai hutan , sedangkan
yang berdaun biasa tumbuh di naungan yang tidak tertutup rapat yang biasanya
terletak di tebing atau tepat dibawah puncak pegunungan. Utara maupun tenggara
lereng, paling disukai oleh spesies P. sanderianum, dan P. stonei. Tingkat kelembaban
disekitar akar, tipe tanah dan PH, ketersediaan mikoriza, penyerbukan yang tepatdan
tingkat pencahayaan adalah faktor kritis dalam pembentukan dan keberhasilan koloni
Paphiopedilum. Paphiopedilum tumbuh pada koloni yang kecil, jarang ada pada area
100 meter dan ketinggian 50 meter. Spesies Borneo memang distribusinya terbatas,
sering menjadi endemic pada suatu gunung atau sekitarnya, bahkan spesies yang kuat
bisa terisolasi.
Konservasi
Semua anggrek selop Borneo jarang ditemukan., koloni mereka kecil dan terpisah
sangat jauh. Hal ini membuat mereka rentan akan perubahan habitat dan kehancuran,
dan juga banyak dikoleksi untuk hortikultura. Saat ini deforestasi besar-besaran
terjadi pada dataran rendah dan hutan pegunungan bawah di Borneo mungkin adalah
ancaman terbesar dalam jangka panjang tanaman ini. Secara khusus, siklus berulang
kekeringan dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh El Nino telah
menghancurkkan trek besar dataran rendah dan hutan bukit, termasuk didalamnya
beberapa daerah dimana anggrek selop berkembang.
Ancaman dari perdagangan juga masih menjadi masalah. Terutama spesies
dengan harga yang tinggi seperi P. sanderianum dan spesies yang baru ditemukan.
Perlindungan dari beberapa populasi yang terbaik pada Taman Nasional dan Hutan
lindung tidak sepenuhnya menghapus ancaman yang ditimbulkan oleh kolektor
tanaman. Dari 16 spesies di Borneo , 5 spesies masuk ke dalam perlindungan Taman
Kinabalu di Sabah, dua di Taman Nasional Gunung Mulu, dan satu spesies di Taman
Nasional Bako di Sarawak. Perdagangan internasional spesies anggrek selop
(Paphiopedilum) menjadikannya berada pada status Appendiks I pada CITES
(Convention inTrade on Endangered Species of Flora and Fauna) pada tahun 1998.
Namun demikian, masih terjadi ekspor dan perdagangan internal di Malaysia dan
tempat lainnya terutama di Asia.
Menurut Phillip Crib (2014),
anggrek selop yang ada di Borneo
diantaranya P. ooii sudah punah dialam
liar. P. dayanum, P. inamorii, P.
kolopakingii, P. lawrenceanum, P.
platyphyllum,
P.sanderianum.
P.
rothschilidianum,
P.
stonei,
P.
terjadi
kepunahan.
Semua
gunung
memiliki
maupun
populasi
pegunungan
yang
kecil
dan
Gambar Paphiopedilum
rothschildianum yang dijual ilegal
lokasi, salah satunya hancur karena api dan lainnya terkoleksi hingga terjadi
kepunahan. P. dayanum diketahui memiliki dua lokasi dan salah satunya mereduksi
menjadi 30 tanaman saja pada tahun 1983. Kolektor dapat dengan mudah mengambil
tanaman dan apabila ini terus terjadi tanpa adanya upaya konservasi, maka kita
sendiri akan kehilangan bibit dari spesies. Tanpa bibit, maka akan binasalah spesies
itu. Hal ini terjadi pada P. javanicum pada tahun 1990 yang ditemukan di dekat
Taman Kinabalu. Spesies yang tersisa P. bullenianum dan P. hookerae dan P.lowii
yang semua tersebar secara luas namun tetap rentan terhadap perusakan habitat. Hal
yang dapat diatasi apabila ingin memiliki maka belilah bibit pada tempat penjualan,
bukan memetik dari alam liar secara langsung.
Paphiopedilum sanderianum
Deskripsi :
Gambar Struktur
Paphiopedilum sanderianum
cm
dan
lebar
5,3
sampai
cm
apical
steril di
dasar
batang.
Pembungaan
bunga;
batang bunga berwarna ungu atau coklat kemerahan dengan rambut pendek berwarna
ungu, panjangnya 8-14 cm, diameter 3-4 cm. Panjang bunga 7 cm hingga 95 cm;
sepal bergaris kuning dengan kelopak merah marun; tepal berwarna putih pucat
hingga kuning krem, titik-titik berwarna merah marun terletak pada bagian basal, dan
berwarna ungu diatas; bibir berwarna kuning memerah dan berurat coklat. Sepal
dorsal berbentuk lanset, acuminatus, sedikit cekung, panjang 4.2 hingga 6.5 cm, lebar
1.2 hingga 2.5 cm, berwarna ungu diluar permukaannya. Synsepal lanset, acuminatus,
panjang 3.4-6 cm, lebar 1-1.5 cm, Petal seperti pita, independen, ujungnya
meruncing, berombak dan membentuk spiral, panjang 23-90 cm, lebar 0.5-0.9 cm,
dengan titik berwarna merah marun pada garis dasar,bulu getar pada pertengahan
dasar, terdapat kelenjar pada bagian apex. Bibir , ujungnya datar, panjangnya 4-5 cm,
lebar 1.3-2.5 cm; sisi lobus bengkok kedalam, sangat pendek dan subakut. Staminoide
cembung, rata pada bagian ujungnya, panjang 10-13 mm, dan lebar 6-9 mm.
Distribusi : Borneo (Hanya pada wilayah Sarawak); ketinggian 50-300 meter.
Paphiopedilum philippinense
Deskripsi :
Habitus herba lithophytic dan atau
teresetrial. Daun berbentuk ligulatus
Gambar sketsa
Gambar Angreek
Paphiopedilum sanderianum
membulat, panjang dapat mencapai 20-50 cm, lebar 2-5.5 cm. berbentuk V pada
potongan melintang dan sangat tebal. Pembungaan tegak dengan jumlah 2-4 bunga
dengan panjang hingga mencapai 50 cm; braktea berbentuk oval, acutus, dengan
panjang 5cm dan lebar 2 cm. ukuran bunga bervariasi; sepal berwarna putih, bergaris
merah marun; petal berwarna kuning atau putih pada bagian dasar, garis berwarna
merah marun pada bagian atas yang bermula pada bagian basalnya; bibir dan
staminode berwarna kuning; pedicel dan ovarium panjangnya 4-5 cm dan berwarna
ungu. Dorsal sepal dengan bangun ovatus, ujung runcing, panjang 4-5 cm dan lebar 2
-2.5 cm. Synsepal mirip dengan bagian dorsal sepal, panjang 4.5-5.3 cm, lebar 2 cm.
Petal pada bagian ujungnya meruncing dengan panjang 6-13 cm dan lebar 5-6 mm,
terdapat bulu getar. Bibir berukuran kecil, memiliki bangun yang agak bulat telur,
Gambar Struktur
Paphiopedilum philippinense
cembung,
berwarna
kuning,
berurat hijau.
Distribusi : Filiphina, Sabah, dan pulau lepas
pantai pada bagian utara sabah di atas batu
kapur, ketinggian 500 meter diatas permukaan
Gambar Bunga
laut
Paphiopedilum philippinense
Gambar Anggrek
Paphiopedilum philippinense di habitat aslinya