Anda di halaman 1dari 9

Anggrek Selop dari borneo

Anggrek selop memiliki karakteristik yang


ditandai dari bunganya dan nama umumnya
berasal dari kelopak yang rendah yang mirip
dengan selop. Nama lain yang diberikan pada
kelompok ini adalah selop putri, putri Venus.
Nama umum mereka juga berasal dari adanya
organ aneh yang dinamakan Paphos yang
mengacu pada tempat di pulau Cyprus yang
menurut mitologi Yunani merupakan tempat
kelahiran Aphrodite (atau Venus), sedangkan
pedilon menurut mitologi Yunani artinya sepatu
atau selop. Anggrek selop berbeda dengan yang
lainnya dimana struktur bunganya yaitu terutama
kehadiran bibir yang berjumlah dua dan kepala

Gambar Peta Borneo


(Kalimantan)

sari yang fertil.


Tumbuhan Paphiopedilum
Tumbuhan Paphiopedilum memiliki batang yang sangat pendek dengan sejumlah
buku-buku yang tegas yang mengatur kedudukan daun (alternate maupun opposite).
Pada pangkal batang muncul beberapa mirip akar yang biasanya berbulu. Akar
berasal dari pangkal batang, sering berasal dari selubung daun. Daun biasanya seperti
bangun tali atau obovatus dan menyebar. Daun saling bertumpang tindih dan
imbricatus pada batang. Daun berwarna hijau mengkilap (Ciri khas dari Borneo yang
berbunga majemuk), tetapi pada spesies dengan berbunga tunggal, memiliki daun
yang berkotak-kotak dengan hijau terang mauoun gelap dan memiliki tingkat
kemerah unguan. Tumbuhan biasanya memiki satu atau dua puluh atau lebih yang
bergerombol

Pembungaan
Spesies borneo mudah terbagi kedalam tiga atau lebih per pembungaan (jarang ada
yang dua) dan bunganya tunggal. Spesies bunga majemuk yang panjang, peduncelus
yang berambutpada bunga diatas ketiga dan
keempat. Braktea besar dan memiliki bentuk
seperti kapal dengan tepi berbulu dan berambut
pada

urat

tengah

pada

bagian

luar.

P.

platyphyllum dan P. stonei memiliki garis yang


membujur berwarna kuning pucat dan ungu tebal.
Bunga majemuk biasanya membuka selama
beberapa hari selama beberapa minggu. Bunga
tunggal memiliki peduncelus yang tegak dan
berambut. Bunga berlangsung selama beberapa
minggu. Tunas dari bunga kedua biasanya dapat
ditemukan dalam braktea tetapi juga bisa
gugur. Sesekali bunga kedua tumbuh di
spesies yang berbunga tunggal namun sangat

Gambar potongan bunga anggrek


selop (Paphiopedilum
lawrenceanum)

jarang ditemukan.
Bunga
Bunga anggrek selop memiliki fitur yang khas. Semua anggrek pada bagian ovary
lebih rendah dengan kata lain ditopang oleh bagian bawah sepal atau bagian bunga
yang lain. Kebanyakan spesies Borneo memiliki ovary yang berambut namun P.
kolopakingii, P. stonei, P. platyphyllum tidak berambut. Bunga memiliki 2 sepal,
diatas dinamakan dorsal sepal yang biasanya besar dan bergaris tanda tebal pada
background yang pucat. Ini terletak berhadapan dan berada diatas bibir., yang
menanungi saat hujan turum. Sepal yang rendah dinamakan synsepal karena
berbentuk dari penggabungan 2 lateral sepal. Asalnya terkadang jelas karena pola
venasi maupun perpisahan.

Petal anggrek selop dapat dengan mudah dibedakan. Kedua petal lateral ditemukan
setiap sisi sepal dorsal dan biasanya menyebar sedikit. Dalam spesies yang berbunga
majemuk, petal memanjang dengan ujung yang meruncing dan kurang lebih spiral.
Fitur ini jelas terlihat pada P.sanderianum dimana petal menggantung dan memanjang
hingga satu meter atau lebih.
Petal yang ketiga pada anggrek selop ini bermodifikasi untuk membentuk sebuah
lobus yang berpotensi menjadi perangkap untuk diadakannya polinasi oleh serangga.
Alat perkembangbiakan jantan dan betina pada anggrek bersatu dalam kolom yang
berada di tengah bunga. Yang utama pada bagian ini yaitu stamenoide (benang sari).
Bentuk, warna dan berbulu pada stamenoide merupakan bagian yang penting untuk
diadakannya suatu identifikasi. Dibalik stamenoide terdapat stigma biasanya dengan
permukaan papillose. Dua kepala sari berada di balik stigma dan pada sisi kolom.
Semuanya mengandung pollen dengan massa yang lengket.
Ekologi
Anggrek selop dapat ditemukan pada 3 tempat di Borneo yaitu ditanah, tumbuh
terrestrial di pohon sebagai epifit, dan menempel pada batu sebagai lithophytes. P.
philipphinense, P. platyphyllum, P. sanderianum, dan P. stonei, akar melekat kuat
pada substrat batu yang memungkinkan tanaman untuk tumbuh di tebing yang
hamper vertical dan tepian, sedangkan P. kolopakingii tumbuhdi tepian jurang yang
curam dan tebing. Semua anggrek selop dapat ditemukan tumbuh pada berbagai
substrat yang unsur haranya minim. P. philipphinense, P. platyphyllum, P.
sanderianum, dan P. stonei tumbuh di batu kapur dimana PH yang lebih sering
bersifat alkali bahkan lebih dan kurang netral. P. kolopakingii tumbuh di tebing,
sering dekat dengan sungai diantara ketinggian 600-1000 meter. Substrat ini tidak
diketahui tetapi bukan merupakan batu kapur. Spesies yang hidup di terrestrial
dengan daun yang bermozaik tumbuh di dalam naungan lantai hutan , sedangkan
yang berdaun biasa tumbuh di naungan yang tidak tertutup rapat yang biasanya
terletak di tebing atau tepat dibawah puncak pegunungan. Utara maupun tenggara

lereng, paling disukai oleh spesies P. sanderianum, dan P. stonei. Tingkat kelembaban
disekitar akar, tipe tanah dan PH, ketersediaan mikoriza, penyerbukan yang tepatdan
tingkat pencahayaan adalah faktor kritis dalam pembentukan dan keberhasilan koloni
Paphiopedilum. Paphiopedilum tumbuh pada koloni yang kecil, jarang ada pada area
100 meter dan ketinggian 50 meter. Spesies Borneo memang distribusinya terbatas,
sering menjadi endemic pada suatu gunung atau sekitarnya, bahkan spesies yang kuat
bisa terisolasi.

Gambar Habitat bunga anggrek


selop. Hutan gunung di Sarawak
(kanan) dan bukit hutan (kiri)

Konservasi
Semua anggrek selop Borneo jarang ditemukan., koloni mereka kecil dan terpisah
sangat jauh. Hal ini membuat mereka rentan akan perubahan habitat dan kehancuran,
dan juga banyak dikoleksi untuk hortikultura. Saat ini deforestasi besar-besaran
terjadi pada dataran rendah dan hutan pegunungan bawah di Borneo mungkin adalah
ancaman terbesar dalam jangka panjang tanaman ini. Secara khusus, siklus berulang
kekeringan dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh El Nino telah
menghancurkkan trek besar dataran rendah dan hutan bukit, termasuk didalamnya
beberapa daerah dimana anggrek selop berkembang.
Ancaman dari perdagangan juga masih menjadi masalah. Terutama spesies
dengan harga yang tinggi seperi P. sanderianum dan spesies yang baru ditemukan.
Perlindungan dari beberapa populasi yang terbaik pada Taman Nasional dan Hutan
lindung tidak sepenuhnya menghapus ancaman yang ditimbulkan oleh kolektor
tanaman. Dari 16 spesies di Borneo , 5 spesies masuk ke dalam perlindungan Taman

Kinabalu di Sabah, dua di Taman Nasional Gunung Mulu, dan satu spesies di Taman
Nasional Bako di Sarawak. Perdagangan internasional spesies anggrek selop
(Paphiopedilum) menjadikannya berada pada status Appendiks I pada CITES
(Convention inTrade on Endangered Species of Flora and Fauna) pada tahun 1998.
Namun demikian, masih terjadi ekspor dan perdagangan internal di Malaysia dan
tempat lainnya terutama di Asia.
Menurut Phillip Crib (2014),
anggrek selop yang ada di Borneo
diantaranya P. ooii sudah punah dialam
liar. P. dayanum, P. inamorii, P.
kolopakingii, P. lawrenceanum, P.
platyphyllum,
P.sanderianum.

P.

rothschilidianum,
P.

stonei,

P.

sugiyamum, P. supardii, sudah sangat


rentan

terjadi

kepunahan.

Semua

endemic dengan wilayah yang sempit


satu

gunung

memiliki

maupun

populasi

pegunungan

yang

kecil

dan

sekarang banyak yang terpisah. Contoh,

Gambar Paphiopedilum
rothschildianum yang dijual ilegal

P. rothschildianum hanya ditemukan pada

lokasi, salah satunya hancur karena api dan lainnya terkoleksi hingga terjadi
kepunahan. P. dayanum diketahui memiliki dua lokasi dan salah satunya mereduksi
menjadi 30 tanaman saja pada tahun 1983. Kolektor dapat dengan mudah mengambil
tanaman dan apabila ini terus terjadi tanpa adanya upaya konservasi, maka kita
sendiri akan kehilangan bibit dari spesies. Tanpa bibit, maka akan binasalah spesies
itu. Hal ini terjadi pada P. javanicum pada tahun 1990 yang ditemukan di dekat
Taman Kinabalu. Spesies yang tersisa P. bullenianum dan P. hookerae dan P.lowii
yang semua tersebar secara luas namun tetap rentan terhadap perusakan habitat. Hal
yang dapat diatasi apabila ingin memiliki maka belilah bibit pada tempat penjualan,
bukan memetik dari alam liar secara langsung.

Paphiopedilum sanderianum
Deskripsi :

Gambar Struktur

Habitus herba lithophytic, Daun

Paphiopedilum sanderianum

berjumlah 4-5 buah, panjangnya


45

cm

dan

lebar

5,3

sampai

cm

mengkilap, berwarna hijau, daun

apical

mereduksi menjadi braktea yang

steril di

dasar

batang.

Pembungaan

horizontal atau serong ke atas, 2-5

bunga;

batang bunga berwarna ungu atau coklat kemerahan dengan rambut pendek berwarna
ungu, panjangnya 8-14 cm, diameter 3-4 cm. Panjang bunga 7 cm hingga 95 cm;
sepal bergaris kuning dengan kelopak merah marun; tepal berwarna putih pucat
hingga kuning krem, titik-titik berwarna merah marun terletak pada bagian basal, dan
berwarna ungu diatas; bibir berwarna kuning memerah dan berurat coklat. Sepal
dorsal berbentuk lanset, acuminatus, sedikit cekung, panjang 4.2 hingga 6.5 cm, lebar
1.2 hingga 2.5 cm, berwarna ungu diluar permukaannya. Synsepal lanset, acuminatus,
panjang 3.4-6 cm, lebar 1-1.5 cm, Petal seperti pita, independen, ujungnya
meruncing, berombak dan membentuk spiral, panjang 23-90 cm, lebar 0.5-0.9 cm,
dengan titik berwarna merah marun pada garis dasar,bulu getar pada pertengahan
dasar, terdapat kelenjar pada bagian apex. Bibir , ujungnya datar, panjangnya 4-5 cm,
lebar 1.3-2.5 cm; sisi lobus bengkok kedalam, sangat pendek dan subakut. Staminoide
cembung, rata pada bagian ujungnya, panjang 10-13 mm, dan lebar 6-9 mm.
Distribusi : Borneo (Hanya pada wilayah Sarawak); ketinggian 50-300 meter.

Paphiopedilum philippinense
Deskripsi :
Habitus herba lithophytic dan atau
teresetrial. Daun berbentuk ligulatus
Gambar sketsa

Gambar Angreek

Paphiopedilum sanderianum

Paphiopedilum sanderianum di habitat aslinya


dengan jumlah 9 daun yang ujungnya

membulat, panjang dapat mencapai 20-50 cm, lebar 2-5.5 cm. berbentuk V pada
potongan melintang dan sangat tebal. Pembungaan tegak dengan jumlah 2-4 bunga
dengan panjang hingga mencapai 50 cm; braktea berbentuk oval, acutus, dengan
panjang 5cm dan lebar 2 cm. ukuran bunga bervariasi; sepal berwarna putih, bergaris
merah marun; petal berwarna kuning atau putih pada bagian dasar, garis berwarna
merah marun pada bagian atas yang bermula pada bagian basalnya; bibir dan
staminode berwarna kuning; pedicel dan ovarium panjangnya 4-5 cm dan berwarna
ungu. Dorsal sepal dengan bangun ovatus, ujung runcing, panjang 4-5 cm dan lebar 2
-2.5 cm. Synsepal mirip dengan bagian dorsal sepal, panjang 4.5-5.3 cm, lebar 2 cm.
Petal pada bagian ujungnya meruncing dengan panjang 6-13 cm dan lebar 5-6 mm,
terdapat bulu getar. Bibir berukuran kecil, memiliki bangun yang agak bulat telur,

Gambar Struktur
Paphiopedilum philippinense

dengan panjang 3.8 cm dan lebar 1.4 cm.


Staminoide

cembung,

berwarna

kuning,

berurat hijau.
Distribusi : Filiphina, Sabah, dan pulau lepas
pantai pada bagian utara sabah di atas batu
kapur, ketinggian 500 meter diatas permukaan
Gambar Bunga

laut

Paphiopedilum philippinense

Gambar Anggrek
Paphiopedilum philippinense di habitat aslinya

Anda mungkin juga menyukai