8 4 4s
8 4 4s
8, No.Vol.
4 (Suplemen),
Mei 2007:Mei
94 -2007
104
SariVol.
Pediatri,
8, No. 4 (Suplemen),
Ensefalopati Bilirubin
Ali Usman
Sub Bagian Perinatologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjajaran RS. Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Alamat korespondensi:
Dr. Ali Usman, Sp.A(K).
Subbagian Perinatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran RS Dr. Hasan Sadikin, Jl. Pasteur 38, Bandung.
Telp.022 2034426
94
Epidemiologi
Kern ikterus terjadi di semua bagian dunia akan tetapi
yang berhubungan akibat dari defisiensi enzim G6PD
adalah lebih banyak daripada penyebab lain. Jumlah
tersebut menurun pada dekade 1970 dan 1980,
selanjutnya pada dekade 1990 meningkat lagi. Keadaan
tersebut kemungkinan berhubungan dengan BCB
pulangkan lebih dini, sehingga follow up BCB kurang
terutama bayi dengan risiko sangat kecil/rendah.6
Untuk beberapa tahun terakhir dokter anak
mempertimbangkan bahwa mereka meningkatkan
kemampuan life saving terhadap BBL dan kehamilan
lebih dini, yang menghasilkan ketidakmampuan
mengatasi morbiditas dalam kelangsungan hidupnya.
Tampaknya sebagai penyebabnya adalah multifaktorial.7
Di Amerika, ikterus neonatorum cenderung
meningkat. Sebagian besar neonatus pada minggu
pertama terjadi peningkatan bilirubin indirek. Kejadian
ikterus neonatorum meningkat pada BBL di Asia Timur,
Faktor Risiko
Johnson, Brown (1999) mengatakan bahwa faktor-faktor
risiko ensefalopati bilirubin/ kern ikterus diantaranya
adalah prematuritas, penyakit hemolitik terutama Rhesus,
ABO, defisiensi enzim G6PD, galaktosemia, sindroma
Crigler-Najjar, sepsis neonatorum.6 Menurut Hansen
(2002) sebagai faktor risiko ikterus neonatorum baik
fisiologis maupun non fisiologis berhubungan dengan
keadaan tertera berikut ini.8-9
Ras. Kejadian bilirubin ensefalopati tinggi pada
bayi di Asia Timur dan Amerika Indian, daripada
Amerika Afrika.
Geografi. Kejadian lebih tinggi pada bayi dan ibu
yang tinggal di daerah pegunungan tinggi.
Faktor genetik dan famili. Saudara kandung yang
menderita ikterus neonatorum, mutasi gen (gen
UDPGT): Gilbert syndrome, dan homozygot/
heterozygot defisiensi G6PD.
Nutrisi. Kejadian meningkat pada bayi yang
diberikan ASI.
Faktor ibu. Kejadian meningkat pada bayi dari ibu
yang menderita diabetes mellitus(DM), ibu
pengguna obat-obatan.
BKB, BBLR. Bayi kurang bulan dan berat bayi
lahir rendah
American Academic of Pediatric (AAP) 2004
mengelompokkan faktor risiko menjadi 3 kelompok.10
1. Risiko mayor
kadar TSB/TCB pada zona / daerah risiko
tinggi (fig.2)
ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
uji antiglobulin direk positif, penyakit
hemolitik lain (defisiensi G6PD), peningkatan
ETCO.
usia kehamilan 35-36 minggu.
saudara sebelumnya mendapat terapi sama.
sefalhematom atau memar hebat.
95
Patogenesis
Sawar darah otak (blood brain barrier) adalah suatu
lapisan yang terdiri dari pembuluh darah kapiler yang
mempunyai sel endotel dengan tight junction khas yang
berfungsi membatasi serta mengatur pergerakan
molekul antara darah dan SSP. Pada kondisi sawar
darah otak normal yang dapat menembus barier ini
adalah bilirubin indirek bebas (yang tidak terikat
albumin). Pada kondisi abnormal adanya brain injury
96
12,13
Gambar 2. Mekanisme deposisi asam bilirubin pada lapisan lipid membran sel dan
mekanisme masuknya bilirubin menembus sawar darah otak ke dalam sel syaraf.12,13
97
Manifestasi Klinis
Ensefalopati bilirubin adalah manifestasi klinis yang
disebabkan oleh kelainan/kerusakan susunan syaraf pusat
akibat toksisitas bilirubin.8 Ensefalopati bilirubin terjadi
Dampak (durasi)
Reversibel (sementara)
98
Algoritme Manajemen
Semua bayi baru lahir di klinik maupun di rumah sakit
harus mengikuti alur manajemen/tata laksana ikterus
neonatorum untuk bayi baru lahir di ruang perawatan
bayi (Gambar 4).10
1. Setiap neonatus dinilai adakah ikterus pada usia
8-12 jam setelah lahir.
2. Jika ada ikterus cukup berat secara visual sebelum
usia 24 jam periksa serum bilirubin total (TSB)
atau bilirubin kutaneus total (TCB).
3. Ukur TSB/TCB dan evaluasi setiap jam.
4. Jika TSB/TCB di atas 90 persentil, penyebab
ikterus; terapi, bila memenuhi kriteria; ulang TSB
setiap 24 jam
99
serum albumin
hitung eritrosit lengkap dengan differential
count, morfologi eritrosit, retikulosit.
enzim G6PD
bila mungkin ETCO, urin
Jika diduga sepsis, periksa laboratorium sesuai
dengan indikasi sepsis. (Gambar 5)
Gambar 4. Algoritme Manajemen/Tatalaksana Ikterus Neonatorum (Di Ruang Perawatan) (Aap, 2004)
100
Gambar 5. Normogram untuk penentuan risiko berdasarkan kadar bilirubin serum saat
bayi pulang.
Tata laksana2,3,10,15
Tata laksana umum meliputi, hidrasi pemberian cairan
sesuai dengan berat badan dan usia postnatal, obatobatan (fenobarbital, tin-protoporphyrin), dan
pemberian albumin sebelum dilakukan transfusi tukar.
Prevensi terhadap ensefalopati bilirubin.
Terapi terhadap ancaman ensefalopati bilirubin adalah
fototerapi (intensif ), apabila tidak memenuhi kriteria/
indikasi fototerapi (Gambar 6, Tabel 2 dan 3).
Mekanisme kerja fototerapi
Baik sinar biru ( 400-550 nm), sinar hijau (550-800
nm) maupun sinar putih (300-800 nm) akan mengubah
bilirubin indirek menjadi bentuk yang larut dalam air
untuk diekskresikan melalui empedu atau urine dan
tinja. Sewaktu bilirubin mengabsorpsi cahaya, terjadi
reaksi kimia yaitu isomerisasi, selain itu terdapat juga
konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya yang
disebut lumirubin yang secara cepat dibersihkan dari
plasma saluran empedu. Lumirubin merupakan produk
terbanyak dari degradasi bilirubin akibat terapi sinar
(fototerapi). Sejumlah kecil bilirubin plasma tak
terkonjugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang
diekskresikan lewat urin. Fotoisomer bilirubin lebih
15
18
20
BCB sehat
mol/dL
* faktor risiko meliputi bayi kecil (<2500 gram), prematur (<37 minggu), hemolisis dan sepsis
< 1000
1000 1500
1500 2000
2000 - 2500
Transfusi Tukar
Transfusi tukar adalah suatu tindakan pengambilan
sejumlah darah pasien yang dilanjutkan dengan
pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang
sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian
besar darah pasien tertukar (Fried, 1982). Pada pasien
hiperbilirubinemia, tindakan tersebut bertujuan
102
mencegah ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan bilirubin indirek dari sirkulasi. Pada bayi
hiperbilirubinemia karena isoimunisasi, transfusi tukar
mempunyai manfaat lebih karena akan membantu
mengeluarkan antibodi maternal dari sirkulasi darah
neonatus. Hal tersebut akan mencegah terjadinya
hemolisis lebih lanjut dan memperbaiki kondisi
anemianya.
15
25
30
30
< 1000
1000 1500
1500 - 2000
2000 - 2500
10 12
12 15
15 18
18 - 20
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
104
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.