PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
Viscositas adalah fenomena transpor ketiga yang berlaku untuk gas (dan untuk
fluida secara umum) (Alonso, 1994).
Viscositas dalam istilah orang awam adalah ukuran kekentalan suatu cairan.
Semakin besar nilai viscositas maka semakin besar pula kekentalan cairan tersebut.
Secara umum viscositas terdapat pada fluida seperti zat cair dan gas (Suciati, 2008).
Viscositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesek. Viscositas terjadi terutama
karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan (Erizal, 2010).
2.2 Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang menempati ruang dan zat yang dapat mengalir. Dalam hal ini
fluida adalah zat gas dan zat cair. Viscositas lainnya ada fluida riil atau fluida nyata
(Fluida yang kita temui sehari-hari) (Lohat, 2009).
Fluida adalah suatu zat yang bentuknya dapat berubah secara kontinu akibat gaya
geser pada benda padat. Gaya geser manyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau
deformasi, yang tidak berubah besarnya selama gaya yang bekerja ini besarnya tetap.
Akan tetapi, baik Fluida Viskos maupun encer akan mengalami pergerakan antara satu
bagian terhadap bagian lainnya bila ada gaya geser yang bekerja padanya. Jadi dapat
dikatakan bahwa fluida tidak dapat menahan gaya geser (Hariyono, 1983).
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang sesuai dengan bentuk yang
mengandung pembuluh. Volume cairan menempati dan pasti memiliki permukaan
bebas, sedangkan suatu massa gas berkembang sampai menempati semua bagian
dari setiap kapal (Gilles, 1986).
2.3 Hukum Poiseville
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah N S/m 2 = Pas
(Pascal Sekon), satuan cgs (centimeter gram sekon). Untuk koefisien viscositas adalah
dengan S/cm2 = Poise (P). Satuan Poise digunakan untuk mengenang seorang ilmuwan
peranan yaitu Jean Louis Matle Poiseville (Sutrisno, 1981).
Hukum Poiseville menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui saluran pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan pangkat
empat jari-jari pipa (Reynold, 2000).
2.4 Hukum Stokes dan Kecepatan Terminal
Hukum Stokes adalah tentang gerak bola dalam fluida yang kental yang melalui
viscositas menimbulkan gaya gesek sebesar F = -Gph rV dimana h = viscositas fluida
dan r = radius bola (Administrator, 2008).
Hukum Stokes adalah dasar dari viscometer jatuh bola, dimana fluida stasioner
dalam tabung gelar vertical yang dapat diukur dengan waktu yang dibutuhkan untuk
dua tanda Po tabung (Djojodiharjo, 1983).
Kecepatan terminal adalah sebuah benda yang jatuh bebas dalam fluida kental.
Selama gerakannya, pada benda tersebut bekerja tiga buah gaya. Gaya-gaya yang
bekerja pada benda adalah seimbang (Souja, 1998).
Kecepatan terminal adalah kecepatan konstan yang dialami suatu objek yang jatuh
bebas karena pengaruh gravitasi dan gaya hambatan udara. Dimana disini : gaya tarik
gravitasi (Fg) = gaya lambat udara (Fd) (Tinler, 1998).
http://rowsheet.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-fisika-viscositas-zat.html
Abstraksi
Metode penentuan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan reegresi
linear hukum stokes. Telah dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui nilai
viskositas minyak goreng serta untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai
viskositas. Metode yang digunakan adalah metode bola jatuh. Penelitian dilakukan
ketika bola telah bergerak dengan kecepatan konstan (GLB), maka berlaku W=FS +
FA, dengan W=gaya berat bola, FS = gaya stokes, FA = gaya archimedes. Penelitian
dimulai dengan menjatuhkan bola ke dalam fluida, dilanjutkan mencatat waktu
tempuh bola (t) oleh variasi jarak (d) dari 10 cm sampai 15 cm.
Kata kunci: Koefisien kekentalan zat cair, Hukum Stokes
1. Pendahuluan
Di antara salah satu sifat zat cair adalah kental (viscous) di mana zat cair memiliki
koefisien kekentalan yang berbeda-beda, misalnya kekentalan minyak goreng
berbeda dengan kekentalan olie. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam
dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang
dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda.
Sehingga sebelum menggunakan pelumas merek tertentu harus diperhatikan
terlebih dahulu koefisien kekentalan pelumas sesuai atau tidak dengan tipe mesin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa koefisien kekentalan suatu fluida
yang diukur dengan menggunakan regresi linear hukum Stokes. Sehingga data
hukum stokes
Asumsi Dasar
Seperti halnya model matematika pada umumnya, mekanika fluida membuat
beberapa asumsi dasar berkaitan dengan studi yang dilakukan. Asumsi-asumsi ini
kemudian diterjemahkan ke dalam persamaan-persamaan matematis yang harus
dipenuhi bila asumsi-asumsi yang telah dibuat berlaku.
Mekanika fluida mengasumsikan bahwa semua fluida mengikuti:
Kadang, akan lebih bermanfaat (dan realistis) bila diasumsikan suatu fluida bersifat
inkompresibel. Maksudnya adalah densitas dari fluida tidak berubah ketika diberi
tekanan. Cairan kadang-kadang dapat dimodelkan sebagai fluida inkompresibel
sementara semua gas tidak bisa.
Selain itu, kadang-kadang viskositas dari suatu fluida dapat diasumsikan bernilai nol
(fluida tidak viskos). Terkadang gas juga dapat diasumsikan bersifat tidak viskos.
Jika suatu fluida bersifat viskos dan alirannya ditampung dalam suatu cara (seperti
dalam pipa), maka aliran pada batas sistemnya mempunyai kecepatan nol. Untuk
fluida yang viskos, jika batas sistemnya tidak berpori, maka gaya geser antara
fluida dengan batas sistem akan memberikan resultan kecepatan nol pada batas
fluida.
Hipotesis kontinum
Fluida disusun oleh molekul-molekul yang bertabrakan satu sama lain. Namun
demikian, asumsi kontinum menganggap fluida bersifat kontinu. Dengan kata lain,
properti seperti densitas, tekanan, temperatur, dan kecepatan dianggap terdefinisi
pada titik-titik yang sangat kecil yang mendefinisikan REV (Reference Element of
Volume) pada orde geometris jarak antara molekul-molekul yang berlawanan di
fluida. Properti tiap titik diasumsikan berbeda dan dirata-ratakan dalam REV.
Dengan cara ini, kenyataan bahwa fluida terdiri dari molekul diskrit diabaikan.
di mana
adalah tensor yang simetris kecuali bila fluida tersusun dari derajat kebebasan
yang berputar seperti vorteks. Secara umum, (dalam tiga dimensi) memiliki
bentuk persamaan:
di mana
Kadang, akan lebih bermanfaat (dan realistis) bila diasumsikan suatu fluida bersifat
inkompresibel. Maksudnya adalah densitas dari fluida tidak berubah ketika diberi
tekanan. Cairan kadang-kadang dapat dimodelkan sebagai fluida inkompresibel
sementara semua gas tidak bisa.
Selain itu, kadang-kadang viskositas dari suatu fluida dapat diasumsikan bernilai nol
(fluida tidak viskos). Terkadang gas juga dapat diasumsikan bersifat tidak viskos.
Jika suatu fluida bersifat viskos dan alirannya ditampung dalam suatu cara (seperti
dalam pipa), maka aliran pada batas sistemnya mempunyai kecepatan nol. Untuk
fluida yang viskos, jika batas sistemnya tidak berpori, maka gaya geser antara
fluida dengan batas sistem akan memberikan resultan kecepatan nol pada batas
fluida.
Hipotesis kontinum
Fluida disusun oleh molekul-molekul yang bertabrakan satu sama lain. Namun
demikian, asumsi kontinum menganggap fluida bersifat kontinu. Dengan kata lain,
properti seperti densitas, tekanan, temperatur, dan kecepatan dianggap terdefinisi
pada titik-titik yang sangat kecil yang mendefinisikan REV (Reference Element of
Volume) pada orde geometris jarak antara molekul-molekul yang berlawanan di
fluida. Properti tiap titik diasumsikan berbeda dan dirata-ratakan dalam REV.
Dengan cara ini, kenyataan bahwa fluida terdiri dari molekul diskrit diabaikan.
Hipotesis kontinum pada dasarnya hanyalah pendekatan. Sebagai akibatnya,
asumsi hipotesis kontinum dapat memberikan hasil dengan tingkat akurasi yang
tidak diinginkan. Namun demikian, bila kondisi benar, hipotesis kontinum
menghasilkan hasil yang sangat akurat.
Masalah akurasi ini biasa dipecahkan menggunakan mekanika statistik. Untuk
menentukan perlu menggunakan dinamika fluida konvensial atau mekanika
statistik, angka Knudsen permasalahan harus dievaluasi. Angka Knudsen
didefinisikan sebagai rasio dari rata-rata panjang jalur bebas molekular terhadap
suatu skala panjang fisik representatif tertentu. Skala panjang ini dapat berupa
radius suatu benda dalam suatu fluida. Secara sederhana, angka Knudsen adalah
berapa kali panjang diameter suatu partikel akan bergerak sebelum menabrak
partikel lain.
[sunting] Persamaan Navier-Stokes
di mana
adalah tensor yang simetris kecuali bila fluida tersusun dari derajat kebebasan
yang berputar seperti vorteks. Secara umum, (dalam tiga dimensi) memiliki
bentuk persamaan:
di mana
di mana
adalah tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida
http://hidayatirina62.blogspot.com/2012/01/hukum-stokes.html