Anda di halaman 1dari 12

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viscositas adalah gesekan interval, gaya viskos melawan gerakan sebagai fluida
relatif terhadap yang lain. Viscositas adalah alasan diperlukannya usaha untuk
mendayung perahu melalui air yang tenang, tetapi juga merupakan suatu alasan
mengapa dayung bisa bekerja. Efek viskos merupakan hasil yang penting dalam pipa
aliran darah. Pelumasan bagian dalam mesin fluida viskos cenderung melekat pada
permukaan zat yang bersentuhan dengannya (Sears, 1982).
Diantara salah satu sifat zat cair adalah kental (viskos) dimana zat cair memiliki
kekentalan yang berbeda-beda materinya, misalnya kekentalan minyak goreng dengan
kekentalan oli. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam dunia otomotif yaitu
sebagai pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang dibutuhkan tiap-tiap
mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda (Budianto, 2008).
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari praktikum Fisika Dasar tentang Viscositas Zat Cair adalah
untuk mengetahui viskositas zat cair berdasarkan hukum stokes.
Tujuan dari praktikum Fisika Dasar tentang Viscositas Zat Cair adalah untuk
menentukan koefisien zat cair madu, glyserin dan minyak goreng
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisika Dasar tentang Viscositas Zat Cair dilaksanakan pada hari Selasa,
15 November 2011 pukul 06.30-09.00 WIB.
Praktikum Fisika Dasar tentang Viscositas Zat Cair dilaksanakan di Laboratorium
Hidrobiologi Gedung C Lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya, Malang.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Viscositas

Viscositas adalah fenomena transpor ketiga yang berlaku untuk gas (dan untuk
fluida secara umum) (Alonso, 1994).
Viscositas dalam istilah orang awam adalah ukuran kekentalan suatu cairan.
Semakin besar nilai viscositas maka semakin besar pula kekentalan cairan tersebut.
Secara umum viscositas terdapat pada fluida seperti zat cair dan gas (Suciati, 2008).
Viscositas atau kekentalan dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesek. Viscositas terjadi terutama
karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan (Erizal, 2010).
2.2 Definisi Fluida
Fluida adalah zat yang menempati ruang dan zat yang dapat mengalir. Dalam hal ini
fluida adalah zat gas dan zat cair. Viscositas lainnya ada fluida riil atau fluida nyata
(Fluida yang kita temui sehari-hari) (Lohat, 2009).
Fluida adalah suatu zat yang bentuknya dapat berubah secara kontinu akibat gaya
geser pada benda padat. Gaya geser manyebabkan terjadinya perubahan bentuk atau
deformasi, yang tidak berubah besarnya selama gaya yang bekerja ini besarnya tetap.
Akan tetapi, baik Fluida Viskos maupun encer akan mengalami pergerakan antara satu
bagian terhadap bagian lainnya bila ada gaya geser yang bekerja padanya. Jadi dapat
dikatakan bahwa fluida tidak dapat menahan gaya geser (Hariyono, 1983).
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang sesuai dengan bentuk yang
mengandung pembuluh. Volume cairan menempati dan pasti memiliki permukaan
bebas, sedangkan suatu massa gas berkembang sampai menempati semua bagian
dari setiap kapal (Gilles, 1986).
2.3 Hukum Poiseville
Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koefisien viskositas adalah N S/m 2 = Pas
(Pascal Sekon), satuan cgs (centimeter gram sekon). Untuk koefisien viscositas adalah
dengan S/cm2 = Poise (P). Satuan Poise digunakan untuk mengenang seorang ilmuwan
peranan yaitu Jean Louis Matle Poiseville (Sutrisno, 1981).
Hukum Poiseville menyatakan bahwa cairan yang mengalir melalui saluran pipa
akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang pipa dan pangkat
empat jari-jari pipa (Reynold, 2000).
2.4 Hukum Stokes dan Kecepatan Terminal

Hukum Stokes adalah tentang gerak bola dalam fluida yang kental yang melalui
viscositas menimbulkan gaya gesek sebesar F = -Gph rV dimana h = viscositas fluida
dan r = radius bola (Administrator, 2008).
Hukum Stokes adalah dasar dari viscometer jatuh bola, dimana fluida stasioner
dalam tabung gelar vertical yang dapat diukur dengan waktu yang dibutuhkan untuk
dua tanda Po tabung (Djojodiharjo, 1983).
Kecepatan terminal adalah sebuah benda yang jatuh bebas dalam fluida kental.
Selama gerakannya, pada benda tersebut bekerja tiga buah gaya. Gaya-gaya yang
bekerja pada benda adalah seimbang (Souja, 1998).
Kecepatan terminal adalah kecepatan konstan yang dialami suatu objek yang jatuh
bebas karena pengaruh gravitasi dan gaya hambatan udara. Dimana disini : gaya tarik
gravitasi (Fg) = gaya lambat udara (Fd) (Tinler, 1998).
http://rowsheet.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-fisika-viscositas-zat.html

Abstraksi
Metode penentuan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan reegresi
linear hukum stokes. Telah dilakukan uji yang bertujuan untuk mengetahui nilai
viskositas minyak goreng serta untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai
viskositas. Metode yang digunakan adalah metode bola jatuh. Penelitian dilakukan
ketika bola telah bergerak dengan kecepatan konstan (GLB), maka berlaku W=FS +
FA, dengan W=gaya berat bola, FS = gaya stokes, FA = gaya archimedes. Penelitian
dimulai dengan menjatuhkan bola ke dalam fluida, dilanjutkan mencatat waktu
tempuh bola (t) oleh variasi jarak (d) dari 10 cm sampai 15 cm.
Kata kunci: Koefisien kekentalan zat cair, Hukum Stokes
1. Pendahuluan
Di antara salah satu sifat zat cair adalah kental (viscous) di mana zat cair memiliki
koefisien kekentalan yang berbeda-beda, misalnya kekentalan minyak goreng
berbeda dengan kekentalan olie. Dengan sifat ini zat cair banyak digunakan dalam
dunia otomotif yaitu sebagai pelumas mesin. Telah diketahui bahwa pelumas yang
dibutuhkan tiap-tiap tipe mesin membutuhkan kekentalan yang berbeda-beda.
Sehingga sebelum menggunakan pelumas merek tertentu harus diperhatikan
terlebih dahulu koefisien kekentalan pelumas sesuai atau tidak dengan tipe mesin.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa koefisien kekentalan suatu fluida
yang diukur dengan menggunakan regresi linear hukum Stokes. Sehingga data

tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk menentukan koefisien


kekentalan zat cair yang dibutuhkan oleh tiap-tiap tipe mesin. Fluida yang
digunakan adalah air, minyak goreng dan olie, masing-masing pada suhu yang
berbeda 270C dan 900C. Nilai viskositas masing-masing akan berkurang jika suhu
cairan dinaikkan.
3. Dasar Teori
Suatu benda jika dilepaskan dalam fluida dengan kekentalan tertentu, maka benda
tersebut akan mengalami perlambatan. Hal ini disebabkan derajat kekentalan dari
cairan/liquid tersebut. Derajat kekentalan suatu cairan/liquid dikenal dengan
sebutan viskositas (). Besar gaya gesekan pada benda yang bergerak dalam fluida
disamping bergantung pada koefisien kekentalan juga bergantung pada bentuk
bendanya. Khusus untuk benda berbentuk bola, gaya gesekannya oleh fluida dapat
dirumuskan sebagai berikut :
F = - 6 r v.(1)
Dengan :
: Koefisien kekentalan
r : jari-jari bola
v : kecepatan relative bola terhadap fluida
Persamaan (1) ini dikenal sebagai hukum Stokes dan dalam penerapannya
memerlukan beberapa syarat sebagai berikut :
1.Ruang tempat fluida tidak terbatas ( ukurannya jauh lebih besar dari pada ukuran
bola)
2.Tidak terjadi aliran turbulensi di dalam fluida
3.Kecepatan v tidak besar, sehingga aliran fluida masih bersifat laminar.
Jika sebuah bola padat yang rapat massanya dan berjari-jari r dilepaskan tanpa
kecepatan awal di dalam zat cair kental yang rapat massanya o (> o), bola
mula-mula akan mendapat percapatan karena gaya berat dari bola, dan percepatan
ini akan memperbesar kecepatan bola. Bertambah besar kecepatan bola,
menyebabkan gaya stokes bertambah besar juga. Sehingga pada suatu saat akan
terjadi keseimbangan diantara gaya-gaya yang bekerja pada bola. Kesetimbangan
daya-daya ini menyebabkan bola bergerak lurus beraturan, yaitu bergerak dengan
kecepatan yang tetap. Kecepatan yang tetap ini disebut kecepatan akhir atau
kecepatan terminal dari bola.
Setelah gaya-gaya pada bola setimbang, kecepatan akhir v dari bola dapat
diturunkan sebagai berikut :
v = .(2)
Dengan :
T : waktu jatuh bola dalam menempuh jarak d (detik)
d : jarak jatuh yang ditempuh bola
: massa jenis bola (gr/cm3)
o : massa jenis cairan uji (gr/cm3)

http://sandyanakkampit.blogspotBatasan berlaku hukum stokes :

1. Luas zat alur tah terhingga


2. Bola rata dan kaku
3. Tidak ada penggelinciran dalam zat alir
4. Ukuran bola relatif kecil dibandingkan luas penampang bejana
5. Kecepatan relatif bola yang sedang bergerak adalah sebanding terhadap penahanan ditentukan
oleh kekentalan zat alir.Dan tidak semua tetap pada keadaannya,berhenti atau terus bergerak
pada arah zat alir sebagai desakan maju oleh bola yang dilaluinya.
.com/2009/12/paper-hukum-stokes.html

Holiday,David.1985. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.


________________ .2008. Buku Panduan Praktikum Fisika Dasar 1.Bandung : Departemen Fisika
UIN SGD.
Gaya gesek antara permukaan benda padat yang bergerak dengan fluida akan sebanding dengan
kecepatan relatif gerak benda ini terhadap fluida. Hambatan gerak benda di dalam fluida
disebabkan oleh gaya gesek antara bagian fluida yang melekat ke permukaan benda dengan
bagian fluida di sebelahnya. Gaya gesek itu sebanding dengan koefisien viskositas () fluida.
Menurut
Stokes,
gaya
gesek
adalah:
Fs = 6 r v
Keterangan:
Fs : gaya gesek (N)
r : jari-jari benda (m)
v : kecepatan jatuh dalam fluida (m/s)
Persamaan di atas dikenal sebagai hukum Stokes. Penentuan dengan mengunakan hukum
Stokes dapat dilakukan dengan percobaan kelereng jatuh. Sewaktu kelereng dijatuhkan ke dalam
bejana kaca yang berisi cairan yang hendak ditentukan koefisien viskositasnya, kecepatan
kelereng semakin lama semakin cepat. Sesuai dengan hukum Stokes, makin cepat gerakannya,
makin besar gaya geseknya. Hal ini menyebabkan gaya berat kelereng tepat setimbang dengan
gaya gesek dan kelereng jatuh dengan kecepatan tetap sebesar v sehingga berlaku persamaan:
w = Fs
m.g=6rv
dimana:

Ft: gaya gesek N


Fa= gaya keatas N
W=berat benda terhadap gravitasi bumi

hukum stokes
Asumsi Dasar
Seperti halnya model matematika pada umumnya, mekanika fluida membuat
beberapa asumsi dasar berkaitan dengan studi yang dilakukan. Asumsi-asumsi ini
kemudian diterjemahkan ke dalam persamaan-persamaan matematis yang harus
dipenuhi bila asumsi-asumsi yang telah dibuat berlaku.
Mekanika fluida mengasumsikan bahwa semua fluida mengikuti:

Hukum kekekalan massa

Hukum kekekalan momentum

Hipotesis kontinum, yang dijelaskan di bagian selanjutnya.

Kadang, akan lebih bermanfaat (dan realistis) bila diasumsikan suatu fluida bersifat
inkompresibel. Maksudnya adalah densitas dari fluida tidak berubah ketika diberi
tekanan. Cairan kadang-kadang dapat dimodelkan sebagai fluida inkompresibel
sementara semua gas tidak bisa.
Selain itu, kadang-kadang viskositas dari suatu fluida dapat diasumsikan bernilai nol
(fluida tidak viskos). Terkadang gas juga dapat diasumsikan bersifat tidak viskos.
Jika suatu fluida bersifat viskos dan alirannya ditampung dalam suatu cara (seperti
dalam pipa), maka aliran pada batas sistemnya mempunyai kecepatan nol. Untuk
fluida yang viskos, jika batas sistemnya tidak berpori, maka gaya geser antara
fluida dengan batas sistem akan memberikan resultan kecepatan nol pada batas
fluida.
Hipotesis kontinum
Fluida disusun oleh molekul-molekul yang bertabrakan satu sama lain. Namun
demikian, asumsi kontinum menganggap fluida bersifat kontinu. Dengan kata lain,
properti seperti densitas, tekanan, temperatur, dan kecepatan dianggap terdefinisi
pada titik-titik yang sangat kecil yang mendefinisikan REV (Reference Element of
Volume) pada orde geometris jarak antara molekul-molekul yang berlawanan di
fluida. Properti tiap titik diasumsikan berbeda dan dirata-ratakan dalam REV.
Dengan cara ini, kenyataan bahwa fluida terdiri dari molekul diskrit diabaikan.

Hipotesis kontinum pada dasarnya hanyalah pendekatan. Sebagai akibatnya,


asumsi hipotesis kontinum dapat memberikan hasil dengan tingkat akurasi yang
tidak diinginkan. Namun demikian, bila kondisi benar, hipotesis kontinum
menghasilkan hasil yang sangat akurat.
Masalah akurasi ini biasa dipecahkan menggunakan mekanika statistik. Untuk
menentukan perlu menggunakan dinamika fluida konvensial atau mekanika
statistik, angka Knudsen permasalahan harus dievaluasi. Angka Knudsen
didefinisikan sebagai rasio dari rata-rata panjang jalur bebas molekular terhadap
suatu skala panjang fisik representatif tertentu. Skala panjang ini dapat berupa
radius suatu benda dalam suatu fluida. Secara sederhana, angka Knudsen adalah
berapa kali panjang diameter suatu partikel akan bergerak sebelum menabrak
partikel lain.
[sunting] Persamaan Navier-Stokes
Persamaan Navier-Stokes (dinamakan dari Claude-Louis Navier dan George
Gabriel Stokes) adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari
suatu fluida seperti cairan dan gas. Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa
perubahan dalam momentum (percepatan) partikel-partikel fluida bergantung
hanya kepada gaya viskos internal (mirip dengan gaya friksi) dan gaya viskos
tekanan eksternal yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu, persamaan NavierStokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada fluida.
Persamaan Navier-Stokes memiliki bentuk persamaan diferensial yang
menerangkan pergerakan dari suatu fluida. Persaman seperti ini menggambarkan
hubungan laju perubahan suatu variabel terhadap variabel lain. Sebagai contoh,
persamaan Navier-Stokes untuk suatu fluida ideal dengan viskositas bernilai nol
akan menghasilkan hubungan yang proposional antara percepatan (laju perubahan
kecepatan) dan derivatif tekanan internal.
Untuk mendapatkan hasil dari suatu permasalahan fisika menggunakan persamaan
Navier-Stokes, perlu digunakan ilmu kalkulus. Secara praktis, hanya kasus-kasus
aliran sederhana yang dapat dipecahkan dengan cara ini. Kasus-kasus ini biasanya
melibatkan aliran non-turbulen dan tunak (aliran yang tidak berubah terhadap
waktu) yang memiliki nilai bilangan Reynold kecil.
Untuk kasus-kasus yang kompleks, seperti sistem udara global seperti El Nio atau
daya angkat udara pada sayap, penyelesaian persamaan Navier-Stokes hingga saat
ini hanya mampu diperoleh dengan bantuan komputer. Kasus-kasus mekanika fluida
yang membutuhkan penyelesaian berbantuan komputer dipelajari dalam bidang
ilmu tersendiri yaitu mekanika fluida komputasional
Bentuk umum persamaan
Bentuk umum persamaan Navier-Stokes untuk kekekalan momentum adalah :

di mana

adalah densitas fluida,

adalah derivatif substantif (dikenal juga dengan istilah derivatif dari


material)

adalah vektor kecepatan,

f adalah vektor gaya benda, dan

adalah tensor yang menyatakan gaya-gaya permukaan yang bekerja pada


partikel fluida.

adalah tensor yang simetris kecuali bila fluida tersusun dari derajat kebebasan
yang berputar seperti vorteks. Secara umum, (dalam tiga dimensi) memiliki
bentuk persamaan:

di mana

adalah tegangan normal, dan

adalah tegangan tangensial (tegangan geser).

Persamaan di atas sebenarnya merupakan sekumpulan tiga persamaan, satu


persamaan untuk tiap dimensi. Dengan persamaan ini saja, masih belum memadai
untuk menghasilkan hasil penyelesaian masalah. Persamaan yang dapat
diselesaikan diperoleh dengan menambahkan persamaan kekekalan massa dan
batas-batas kondisi ke dalam persamaan di atas
hukum stokes
Asumsi Dasar
Seperti halnya model matematika pada umumnya, mekanika fluida membuat
beberapa asumsi dasar berkaitan dengan studi yang dilakukan. Asumsi-asumsi ini
kemudian diterjemahkan ke dalam persamaan-persamaan matematis yang harus

dipenuhi bila asumsi-asumsi yang telah dibuat berlaku.


Mekanika fluida mengasumsikan bahwa semua fluida mengikuti:

Hukum kekekalan massa

Hukum kekekalan momentum

Hipotesis kontinum, yang dijelaskan di bagian selanjutnya.

Kadang, akan lebih bermanfaat (dan realistis) bila diasumsikan suatu fluida bersifat
inkompresibel. Maksudnya adalah densitas dari fluida tidak berubah ketika diberi
tekanan. Cairan kadang-kadang dapat dimodelkan sebagai fluida inkompresibel
sementara semua gas tidak bisa.
Selain itu, kadang-kadang viskositas dari suatu fluida dapat diasumsikan bernilai nol
(fluida tidak viskos). Terkadang gas juga dapat diasumsikan bersifat tidak viskos.
Jika suatu fluida bersifat viskos dan alirannya ditampung dalam suatu cara (seperti
dalam pipa), maka aliran pada batas sistemnya mempunyai kecepatan nol. Untuk
fluida yang viskos, jika batas sistemnya tidak berpori, maka gaya geser antara
fluida dengan batas sistem akan memberikan resultan kecepatan nol pada batas
fluida.
Hipotesis kontinum
Fluida disusun oleh molekul-molekul yang bertabrakan satu sama lain. Namun
demikian, asumsi kontinum menganggap fluida bersifat kontinu. Dengan kata lain,
properti seperti densitas, tekanan, temperatur, dan kecepatan dianggap terdefinisi
pada titik-titik yang sangat kecil yang mendefinisikan REV (Reference Element of
Volume) pada orde geometris jarak antara molekul-molekul yang berlawanan di
fluida. Properti tiap titik diasumsikan berbeda dan dirata-ratakan dalam REV.
Dengan cara ini, kenyataan bahwa fluida terdiri dari molekul diskrit diabaikan.
Hipotesis kontinum pada dasarnya hanyalah pendekatan. Sebagai akibatnya,
asumsi hipotesis kontinum dapat memberikan hasil dengan tingkat akurasi yang
tidak diinginkan. Namun demikian, bila kondisi benar, hipotesis kontinum
menghasilkan hasil yang sangat akurat.
Masalah akurasi ini biasa dipecahkan menggunakan mekanika statistik. Untuk
menentukan perlu menggunakan dinamika fluida konvensial atau mekanika
statistik, angka Knudsen permasalahan harus dievaluasi. Angka Knudsen
didefinisikan sebagai rasio dari rata-rata panjang jalur bebas molekular terhadap
suatu skala panjang fisik representatif tertentu. Skala panjang ini dapat berupa
radius suatu benda dalam suatu fluida. Secara sederhana, angka Knudsen adalah
berapa kali panjang diameter suatu partikel akan bergerak sebelum menabrak
partikel lain.
[sunting] Persamaan Navier-Stokes

Persamaan Navier-Stokes (dinamakan dari Claude-Louis Navier dan George


Gabriel Stokes) adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari
suatu fluida seperti cairan dan gas. Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa
perubahan dalam momentum (percepatan) partikel-partikel fluida bergantung
hanya kepada gaya viskos internal (mirip dengan gaya friksi) dan gaya viskos
tekanan eksternal yang bekerja pada fluida. Oleh karena itu, persamaan NavierStokes menjelaskan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pada fluida.
Persamaan Navier-Stokes memiliki bentuk persamaan diferensial yang
menerangkan pergerakan dari suatu fluida. Persaman seperti ini menggambarkan
hubungan laju perubahan suatu variabel terhadap variabel lain. Sebagai contoh,
persamaan Navier-Stokes untuk suatu fluida ideal dengan viskositas bernilai nol
akan menghasilkan hubungan yang proposional antara percepatan (laju perubahan
kecepatan) dan derivatif tekanan internal.
Untuk mendapatkan hasil dari suatu permasalahan fisika menggunakan persamaan
Navier-Stokes, perlu digunakan ilmu kalkulus. Secara praktis, hanya kasus-kasus
aliran sederhana yang dapat dipecahkan dengan cara ini. Kasus-kasus ini biasanya
melibatkan aliran non-turbulen dan tunak (aliran yang tidak berubah terhadap
waktu) yang memiliki nilai bilangan Reynold kecil.
Untuk kasus-kasus yang kompleks, seperti sistem udara global seperti El Nio atau
daya angkat udara pada sayap, penyelesaian persamaan Navier-Stokes hingga saat
ini hanya mampu diperoleh dengan bantuan komputer. Kasus-kasus mekanika fluida
yang membutuhkan penyelesaian berbantuan komputer dipelajari dalam bidang
ilmu tersendiri yaitu mekanika fluida komputasional
Bentuk umum persamaan
Bentuk umum persamaan Navier-Stokes untuk kekekalan momentum adalah :

di mana

adalah densitas fluida,

adalah derivatif substantif (dikenal juga dengan istilah derivatif dari


material)

adalah vektor kecepatan,

f adalah vektor gaya benda, dan

adalah tensor yang menyatakan gaya-gaya permukaan yang bekerja pada


partikel fluida.

adalah tensor yang simetris kecuali bila fluida tersusun dari derajat kebebasan
yang berputar seperti vorteks. Secara umum, (dalam tiga dimensi) memiliki
bentuk persamaan:

di mana

adalah tegangan normal, dan

adalah tegangan tangensial (tegangan geser).

Persamaan di atas sebenarnya merupakan sekumpulan tiga persamaan, satu


persamaan untuk tiap dimensi. Dengan persamaan ini saja, masih belum memadai
untuk menghasilkan hasil penyelesaian masalah. Persamaan yang dapat
diselesaikan diperoleh dengan menambahkan persamaan kekekalan massa dan
batas-batas kondisi ke dalam persamaan di atas.
Fluida Newtonian vs. non-Newtonian
Sebuah Fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan sebagai
fluida yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien
kecepatan pada arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti
bahwa fluida newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang
bekerja pada fluida. Sebagai contoh, air adalah fluida Newtonian karena air memiliki
properti fluida sekalipun pada keadaan diaduk.
Sebaliknya, bila fluida non-Newtonian diaduk, akan tersisa suatu "lubang". Lubang
ini akan terisi seiring dengan berjalannya waktu. Sifat seperti ini dapat teramati
pada material-material seperti puding. Peristiwa lain yang terjadi saat fluida nonNewtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang menyebabkan fluida tampak
"lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe fluida non-Newtonian yang
kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah pada keadaan tertentu
Persamaan pada fluida Newtonian
Konstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara
linier dikenal dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan perlakuan
fluida Newtonian adalah:

di mana
adalah tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida

adalah viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas

adalah gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran


Viskositas pada fluida Newtonian secara definisi hanya bergantung pada temperatur
dan tekanan dan tidak bergantung pada gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Jika
fluida bersifat inkompresibel dan viskositas bernilai tetap di seluruh bagian fluida,
persamaan yang menggambarkan tegangan geser (dalam koordinat kartesian)
adalah

http://hidayatirina62.blogspot.com/2012/01/hukum-stokes.html

Anda mungkin juga menyukai