OLEH:
Hidayatus Sholeha, S.Kep
NIM 122311101002
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan kasus berikut dibuat oleh :
Nama
: Hidayatus Sholeha
NIM
: 122311101002
Judul
Tanggal
:
Jember, Januari 2017
TIM PEMBIMBING
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
(.)
NIP
()
NIP
(.)
NIP
: Hidayatus Sholeha
: 122311101002
: Ruang Sakura RSD dr. Soebandi Jember
: 16 Januari 2017 jam 21.00 WIB
I. Identitas Klien
Nama
: Ny. T
Umur
: 52 Tahun
No. RM
Pekerjaan
Jenis
Kelamin
Agama
: Laki-laki
: 152962
: Buruh masak dan
cuci pakaian
Status Perkawinan : Menikah
: Islam
Tanggal MRS
Pendidikan
: SD tidak tamat
Alamat
: 10 Januari 2017
jam 9 malam
Tanggal Pengkajian : 16 Januri 2017
jam 21.00 WIB
Sumber Informasi : Klien, keluarga
dan rekam medis
Ny. T
Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal serumah
kkal/hari
Biomedical sign :
Hemoglobin 12-16 gr/dL
9,4
hematoktrit 36-46
%
26,8
Trombosit
150-450 109/L
84
Albumin
3,4-4,8 gr/dL
1,9
Clinical Sign :
Ny. T tampak lemas dan tidak mampu untuk beraktivitas
Interpretasi :
Berat badan dan tinggi badan Ny. T dalam kategori normal yaitu 22,22,
namun Ny. T tampak pucat dan dan lemah
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Sebelum sakit Ny. T biasanya makan 3 kalis ehari yaitu makan pagi
biasnaya jam 07.00, makan siang jam 12.30, dan makan malam jam 18.30.
setelah di rumah sakit nafsu makan Ny. T menurun yaitu Ny. T tidak mau
makan sama sekali karena terasa mual diperutnya, hanya mengonsumsi
susu satu gelas habis
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
BAK
Frekuensi
Jumlah
Warna
Bau
Karakter
BJ
Alat Bantu
Kemandirian
Sebelum Sakit
4-5 kali/hari
2400cc/24 jam
Kuning
khas urin
Jernih
tidak terkaji
Mandiri
Mandiri
Saat Sakit
Pempers
300 cc/7 jam
Kuning berbusa
khas urin
jernih
tidak terkaji
Pempers
dibantu alat
BAB
Frekuensi
Sebelum Sakit
1 kali sehari
Jumlah
Konsistensi
Warna
Bau
Karakter
BJ
Alat Bantu
Kemandirian
Interpretasi :
tidak terkaji
Lunak
kekuningan
khas feses
tidak terkaji
tidak terkaji
Tidak ada
Mandiri
Saat Sakit
Tidak BAB selama 10
hari
-
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
Interpretasi :
Ny. T tidak memiliki gangguan fungsi kognitif dan memori.
Inspeksi : lubang hidung simetris, septumnasi (+), tidak ada lesi, mukosa
hidung lembab, tidak ada pernapasan cuping hidung (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
5. Mulut
Inspeksi : bibir kering, gigi lengkap, mulut bersih, tidak menggunakan gigi
palsu
Palpasi: tidak ada nyeri tekan dan benjolan
6. Leher
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, bersih, tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, pulsasi nadi karotis kuat dan regular, ada peningkatan vena
jugularis
7. Dada
Paru-paru
Inspeksi : Dada mengembang asimetris, tidak terdapat penggunaan otot bantu
nafas (retraksi interkosta), tidak ada pernapasan cuping hidung (-), tidak ada lesi
atau jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, vokal fremitus kanan dan kiri
tidak sama (lapang paru bagian kanan tidak ada suara getaran)
Perkusi : suara redup di ICS 6-7 (lobus inferior kanan), lapang paru kanan
superior dan medium sonor, lapang paru kiri superior dan inferior sonor
Auskultasi : bunyi pernafasan vaskuler, tidak ada suara nafas tambahan ronchi,
wezzing
vaskuler
vakuler
vakuler
redup
vaskuler
Jantung
Inspeksi : Bentuk asimetris, terlihat adanya ictus cordis, tidak ada jejas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba, peningkatan vena
jugularis (6cm)
Perkusi : Batas jantung bagian bawah sebelah kiri ada di ICS VII ke
midklavikula sinistra, batas jantung bagian atas ada di ICS III kiri di linea
parasternalis kiri. Batas jantung bagian bawah sebelah kanan ada di ICS V
di linea parasternum kanan, batas kanan bagian atas ada di ICS III kanan
parasternalis kanan
Auskultasi : S1 S2 tunggal lemah, ada S3 gallop di ICS III kanan
parasternalis
8. Abdomen
Inspeksi : asimetris, ada asites (kulit perut mengkilap), tidak ada lesi,
imbilicus bersih
Auskultasi : bising usus 3x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : Didapatkan bunyi timpani di seluruh lapang abdomen kecuali di
bagian hipokondrium kanan karena terdapat hepar, tidak terdapat
hepatomegali (batas kanan atas hepar di ICS VI suara redup, batas kanan
bawah hepar suara redup, batas kiri atas hepar di tarik garis langsung dari
batas kanan hepar ke medial suara pekak dan redup, bagian bawah kiri
hepar dari umbilicus ke kranial suara timpani, hepatomegaly jika >2cm di
bawah px/4-8cm)
9. Urogenital
Ny. T menggunakan pempers
10. Ekstremitas
Ekstrimitas atas
a) Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak terdapat lesi di
kedua lengan. terpasang infus pada tangan kanan dengan cairan Nacl
500cc/24 jam (7 tpm)
b) Palpasi: akral hangat, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas bawah
a) Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada benjolan, ada udema
b) Palpasi: terdapat edema, akral hangat
Kekuatan otot:Ny.
Edema: udem derajat 2 (kedaaman 5 mm,
4444 4444
444 444
Kondisi Ny. T saat ini lemah terpasang selang infus di tangan sebelah
kanan dengan cairan Nacl/24 jam (7 tpm).
V. Pemeriksaan Fisik/ sistem
1. Sistem Respirasi (B1/ Breathing)
Ny. T mengalami sesak dan nderedek jika setelah berakitivitas seperti
berdiri terus duduk, langsung sesak, tidak penggunaan otot bantu nafas,
cuping hidung (-), pernafasan 21x/mnt, dada mengembang asimetris, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, vokal fremitus kanan dan kiri tidak
sama (lapang paru bagian kanan tidak ada suara getaran), suara redup di
ICS 6-7 (lobus inferior kanan), lapang paru kanan superior dan medium
sonor, lapang paru kiri superior dan inferior sonor, bunyi pernafasan
vaskuler, tidak ada suara nafas tambahan ronchi, wezzing.
2. Sistem Cardiovaskuler (B2/ Blood)
Ny. T sering mengalami nderedeg, pusing seperti ngawang, jika
kecapekkan keluar seperti emmar di paha, Tekanan Darah 130/80 mmHg,
denyut jantung reguler, nadi 82x/mnt, bentuk asimetris, terlihat adanya
ictus cordis, tidak ada jejas, peningkatan vena jugularis (6 cm), batas
jantung bagian bawah sebelah kiri ada di ICS VII ke midklavikula sinistra,
batas jantung bagian atas ada di ICS III kiri di linea parasternalis kiri.
Batas jantung bagian bawah sebelah kanan ada di ICS V di linea
parasternum kanan, batas kanan bagian atas ada di ICS III kanan
parasternalis kanan
Auskultasi : S1 S2 tunggal lemah, ada S3 gallop di ICS III kanan
parasternalis
3. Sistem neurologi (B3/ Brain)
a. Tingkat kesadaran/: Ny. T terlihat apatis (EVM: 346)
E: Ny. T membuka mata jika diperintah (3)
V: Ny. T tampak bingung jika diajak berbicara (4)
M: Ny. T mematuhi perintah, seperti mengikuti
perintah
didapatkan
penurunan
kemampuan
koordinasi
gerakan
hepatomegali (batas kanan atas hepar di ICS VI suara redup, batas kanan
bawah hepar suara redup, batas kiri atas hepar di tarik garis langsung dari
batas kanan hepar ke medial suara pekak dan redup, bagian bawah kiri
hepar dari umbilicus ke kranial suara timpani, hepatomegaly jika >2cm di
bawah px/4-8cm)
6. Sistem muskuloskeletal dan integumen (Bone)
Ny. T mengalami udem di ekstrimitas bawah. Dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari seperti makan, toileting, berpakaian, ambulasi masih dibantu
oleh orang lain/keluarga.
Kekuatan otot:Ny.
Edema: udem derajat 2 (kedalaman 5 mm, waktu
4444 4444
444 444
kembali 5 dtk)
- + +
Skala
Tidak
Nilai
0
Ya
25
2.
Tidak
Ya
15
3.
4.
5.
Diagnosa sekunder :
apakah pasien
memiliki lebih dari
satu penyakit?
Alat Bantu jalan:
- Bed rest/ dibantu
perawat
- Kruk/ tongkat/
walker
- Berpegangan pada
benda-benda di sekitar
(kursi, lemari, meja)
Terapi intravena:
apakah pasien saat ini
terpasang infus?
Gaya berjalan/ cara
berpindah:
- Normal/ bed rest/
immobile (tidak dapat
bergerak sendiri)
Ket
0
15
30
Tidak
20
Ya
20
0
6.
- Lemah (tidak
bertenaga)
- Gangguan/ tidak
normal (pincang/
diseret)
10
Status Mental
- Lansia menyadari
kondisi dirinya
- Lansia mengalami
keterbatasan daya ingat
Total nilai
20
15
20
Keterangan :
Tingkatan risiko
Tidak berisiko
Risiko rendah
Nilai MFS
0 24
25 50
Risiko tinggi
51
Tindakan
Perawatan dasar
Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh standar
Pelaksanaan intervensi
pencegahan jatuh risiko
tinggi
V. Terapi
NO
jenis terapi
1.
Nacl
2.
Levofloxacin
1x750mg (infus)
Efek samping
implikasi keperawatan
1. Atur tetesan
2. Memonitor
kemungkinan efek
samping pemberian
cairan
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Acquired Pneumonia
(CAP), (termasuk
Penicillin resistant
Streptococcus pneumonia
strains), infeksi
terkomplikasi pada kulit,
struktur kulit dan jaringan
lunak yang disebabkan
oleh mikroorganisme
yang
peka terhadap
levofloxacin, infeksi
saluran kemih
terkomplikasi, termasuk
pyelonefritis akut. Infus
Levofloxacin hanya
diberikan kepada pasien
yang tidak
memungkinkan
pengobatan dosis oral.
Kontraindikasi :
Pasien hipersensitif
terhadap Levofloxacin,
antibiotik golongan
quinolon atau komponen
obat ini.
Pasien epilepsi
Pasien dengan riwayat
gangguan tendon yang
berhubungan dengan
pemberian
fluoroquinolon.
Anak-anak atau rremaja
dalam masa pertumbuhan
Wanita hamil
Wanita menyusui
3.
Lasix
1x1 (2ml/IV)
Indikasi : Furosemida
efektif untuk pengobatan
berbagai edema
Kontraindikasi : Pasien
dengan gangguan
defisiensi kalium,
glomerolunefritis akut,
insufisiensi ginjal akut,
wanita hamil dan pasien
yang hipersensitif
terhadap furosemida.
Anuria.
Ibu menyusui.
4.
Antrain
3x1 (100mg/IV)
5.
Omeprazol
2x1 (40mg/IV)
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
6.
Ranitidin
7.
Streptomicin
1x750mg
1x750mg/os
8.
Ethambhutol
(vial/IM)
penderita yang
hipersensitif terhadap obat
ini dan bahan lain yang
terdapat dalam formulasi.
Indikasi:
Penderita maag/asam
lambung dan luka pada
lambung nyeri ulu hati,
rasa terbakan di dada,
perut terasa penuh, mual,
banyak bersendawa
ataupun buang gas.
Kontraindikasi:
Riwayat alergi terhadap
ranitidin;
Ibu yang sedang
menyusui;
Pemberian ranitidin juga
perlu diawasi pada
kondisi gagal ginjal
Indikasi:
Tuberkulosis dan infeksi
lain yang membutuhkan
streptomisin
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap
aminoglikosida lain
Indikais:
mengobati penyakit
tuberculosis (TBC),
terutama TB paru yang
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Ototoksisitas,
nefrotoksisitas, syok,
defisiensi vitamin K
dan vitamin B,
sindrom stevenjohnson
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
gangguan
penglihatan (neuritis
retrobulbar) yang
disertai penurunan
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
mengakibatkan gangguan
metabolisme sel,
menghambat multiplikasi,
hingga kematian sel. Obat ini
aktif terhadap bakteri yang
rentan hanya saat bakteri itu
sedang mengalami
pembelahan sel.
9.
Rimfapicin
1x1 (2,5mg/os)
visus, skotoma
sentral, buta warna
hijau-merah, serta
penyempitan
pandangan. Efek
samping ini lebih
rentan dialami jika
obat digunakan
dengan dosis
berlebihan atau
penderita gangguan
ginjal.
Gangguan saluran
pencernaan seperti
mual dan muntah,
Gangguan fungsi
hati, timbulnya
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
pengobatan lepra,
digunakan dalam
kombinasi dengan
senyawa leprotik
Kontraindkasi:
hipersensitif terhadap obat
ini,
Penderita jaundice,
Penderita porfiria.
10.
Curcuma
3x1 (20mg/os)
11.
UDCA
3x1 (250mg/os)
Indikasi:
Anoreksia (kehilangan
nafsu makan), ikterus
(menjadi kuningnya
warna kulit, selaput
lendir, dan berbagai
jaringan tubuh oleh zat
warna empedu) akibat
obstruksi/penyumbatan
saluran empedu, amenore
(tidak haid).
Kontraindikasi:
Hipersensitif, ganguan
saluran empedu, hamil
dan meyusui
Indikasi:
batu kandung empedu
ikterus, purpura,
reaksi
hipersensitivitas atau
alergi,
trombositopenia,
leukopenia, dapat
terjadi abdominal
distress
(ketidaknyamanan
pada perut) , kolitis
pseudo membrane,
influenza (flu
syndrome), demam,
nyeri otot dan sendi.
Gangguan lambung,
risiko gg. Empedu,
risiko perdarahan
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
12.
Lamifudin
100mg 1x1/os
Indikasi:
Infeksi HBV
Infeksi HCV
HIV
Kontraindikasi:
wanita menyusui;
hipersensitif terhadap
lamivudin
biasanya sembuh
spontan. Efek
samping lainnya
yang jarang terjadi
adalah ruam kulit,
pruritus, rambut
rontok, mual,
muntah, gangguan
pencernaan, rasa
logam, nyeri
abdominal, nyeri
empedu, kolesistitis,
konstipasi,
stomatitis, kembung,
kepala terasa berat,
fatigue, ansietas,
depresi, gangguan
tidur, arthralgia,
myalgia, nyeri otot
pinggang, batuk dan
rhinitis.
fatigue, sakit kepala
dan mual. Pada dosis
yang lebih besar
(300 mg, untuk HIV)
kecuali terapi HBV,
timbul asidosis laktat
dan hepatomegali
interaksi obat.
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
13.
Fargoxin
14.
Spironolacton
lamivudin dimetabolisme
menjadi bentuk tidak aktif. Pada
insufisiensi ginjal sedang, dosis
perlu diturunkan. Trimetoprim
menurunkan klirens renal
lamivudine
Menghambat pompa Na-K
ATPase yang menghasilkan
peningkatan natrium
intracellular yang menyebabkan
lemahnya pertukaran
natrium/kalium dan
meningkatkan kalsium
intracellular. Hal tersebut dapat
meningkatkan penyimpanan
kalsium intrasellular di
sarcoplasmic reticulum pada
otot jantung, dan dapat
meningkatkan cadangan kalsium
untuk memperkuat
/meningkatkan kontraksi otot.
diuretik penghemat Kalium.
Menghambat aldosteron, yang
menstimulasi penyerapan
kembali Na dan pengeluaran K.
25 mg 1x1/os
Indikasi:
Gagal jantung kongestif.
Takikardia
supraventrikuler
paroksismal. Injeksieksi:
Gagal jantung dengan
fibrilasi atrium.
Kontraindikasi:
Takikardia ventrikular &
fibrilasi ventrikular. Blok
AV komplit & derajat 2.
Henti sinus, sinus
bradikardia berlebihan.
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Hipertensi esensial,
keadaan edematosa
termasuk gagal jantung
kongestif (CHF), sirosis
hati (dengan atau tanpa
asites/penggumpulan
cairan dalan rongga perut)
& sindroma nefrotik,
diagnosis & pengobatan
aldosteronisme primer,
Insufisiensi ginjal
akut, kerusakan
ginjal, anuria (tidak
dibentuknya kemih
oleh ginjal),
hiperkalemia (kadar
Kalium dalam darah
di atas normal).
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
15.
Simvastatin
20 mg 1x1/os
16.
Albumin
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
17.
Dulcolax
2X1
(5ml/suposutoria)
Kontraindikasi:
Riwayat alergi terhadap
Albumin.
Keadaan hipoproteinemia
yang berhubungan dengan
sirosis kronis,
malabsorbsi, enteropati
yang kehilangan protein,
insufisiensi pankreas, atau
kekurangan gizi.
Nefrosis kronis.
Indiaksi:
meredakan sulit buang air
besar/sembelit/konstipasi,
gangguan pergerakan
usus, dan dapat juga
digunakan dalam
persiapan sebelum
pemeriksaan usus besar
Kontraindikasi:
reaksi alergi terhadap
salah satu atau beberapa
bahan yang terkandung di
dalam mircolax
alergi terhadap
Microlax dapat
timbul gejala seperti
kemerahan pada kulit
setelah menggunakan
Microlax, jika
digunakan berlebihan
menyebaban diare
Memonitor kemungkinan
efek samping dan
interaksi obat.
Terapi
Tanggal 16 Januari 2017
1. Infus Nacl 500 cc/24 jam (7 tpm)
2. Lasix 1x1 (2ml/IV)
3. Antrain 3x1 (100mg/IV)
4. Omeprazole 2x1 (40mg/IV)
5. Ranitidin 2x1 (2mg/IV)
6. Streptomicin 1x750mg (IM)
7. Lamifidin 2x1 100mg/os
8. Curcuma 3x1 500mg/os
9. UDCA 3x1 250mg/os
10. Fargoxin 1x1 0,25mg/os
11. Rimpaficin 1x1 2,5mg/os
12. Simvastatin 1x2 20mg/os
13. Etambhutol 1x750mg/os
14. Albumin 2x1 500mg/os
15. Dulcolax 2x1 5ml/suposutor
Tanggal 17 Januari 2017
1. Infus Nacl 500 cc/24 jam (7 tpm)
2. Lasix 1x1 (2ml/IV)
3. Antrain 3x1 (100mg/IV)
4. Omeprazole 2x1 (40mg/IV)
5. Ranitidin 2x1 (2mg/IV)
6. Streptomicin 1x750mg (IM)
7. Lamifidin 2x1 100mg/os
8. Curcuma 3x1 500mg/os
9. UDCA 3x1 250mg/os
10. Fargoxin 1x1 0,25mg/os
11. Rimpaficin 1x1 2,5mg/os
12. Simvastatin 1x2 20mg/os
13. Etambhutol 1x750mg/os
2.
Hematologi
Lengkap
Hemoglobin
Laju endap darah
Leokosit
hematoktrit
Trombosit
Faal Hati
SGOT
12-16
0-25
4,5-11,00
36-46
150-450
gr/dL
109/L
%
%
109/L
9,4
17/40
8,5
26,8
84
10-35
106
SGPT
9-43
Albumin
3,4-4,8
U/L
(37C)
U/L
(37C)
gr/dL
62
1,9
Faal Hati
Albumin
3,4-4,8
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax
Tanggal 12 Januari 2017
Interpretasi:
1) Tampak echo cairan sangat minimdi cavum pleura kanan
2) Tidak tampak echo cairan di pleura kiri
3) Tampak asiter massif, mendesak diafragma ke kranial
USG
Tanggal 13 Januari 2017
2,6
Interpretasi:
1) Hepar, pankreas, lien normal
2) Cairan bebas intraabdomen, tampak penebalan mesanterium dekat pelvix
dengan perlekatan
3) Btva gb (+)
4) Sesuai gambaran peritonitis TB dengan Cholilitiasis
Jember, 16 Januari 2017
Pengambil Data,
ANALISA DATA
NO
DATA PENUNJANG
ETIOLOGI
1. DS=
Hipoalbumin
Anak Ny. T mengatakan
Tekanan onkotik
Ny. T tidak mau makan
plasma turun
sama sekali dari tadi
pagi, hanya minum susu
Cairan masuk ke
satu gelas itu habis
intercicial abdomen
Anak Ny. T mengatakan
Ny. T tidak mau makan
Transudasi cairan ke
karena jika dimasukkan
rongga peritoneal
makanan terasa mual
Ny. T mengatakan
Asites
mulutnya terasa pahit
DO:
Cairan mendesak
Mukosa bibir tampak
lambung
pucat
Ny. T tidak minat untuk
Peningkatan HCL di
makan
lambung
Hasil pemeriksaan lab
tanggal 16 Januari
Sensasi untuk muntah
albumin 1,9
(hipoalbumin)
Nafsu makan menurun
Ny. T mengalami
kekuarangan kalori
Kebutuhan protein
sebanyak 1.170,904
tubuh inadekuat
kkal/hari
Mengalami gangguan
sensasi rasa (mulut
terasa pahit)
2. DS=
Hipoalbumin
Anak Ny. T mengatakan
Tekanan onkotik
kedua kaki Ny. T masih
plasma turun
bengkak
DO=
Cairan masuk ke
pitting udema derajat 2
intercicial abdomen
(Kedalaman 5 mm, waktu
kembali 5dtk),
Transudasi cairan ke
- rongga peritoneal
+ +
Hasil pemeriksaan lab
tanggal 16 Januari
albumin 1,9
(hipoalbumin),
Diafragma terdapat
lubang kecil yang
menyebabkan aliran
peritoneal ke pleura
MASALAH
Ketidakseimbanagn
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
(00002)
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer (00204)
Efusi pleura
ekspansi paru terbatas
PO2 turun, PCO2 naik
Hipoksia
Oksihemoglobin
inadekuat
Suplai O2 ke jaringan
turun
Sianosis, anemis
3.
DS=
Ny. T mengatakan pusing
dan terasa ngawang
DO=
Penurunan kesadaran
apatis (EVM: 346)
Bibir pucat
Hasil pemeriksaan lab
tanggal 16 Januari
albumin 1,9
(hipoalbumin),
Hemoglobin 9,4 mg/dL
Memiliki riwayat
Hipertensi
TD: 130/80 mmHg
Pada pemeriksaan fisik
auskultasi didapatkan
batas jantung bagian
bawah sebelah kiri ada di
ICS VII ke midklavikula
sinistra, batas jantung
bagian atas ada di ICS III
kiri di linea parasternalis
kiri. Batas jantung bagian
bawah sebelah kanan ada
di ICS V di linea
parasternum kanan, batas
kanan bagian atas ada di
ICS III kanan
Hipoalbumin
Tekanan onkotik
plasma turun
Cairan masuk ke
intercicial abdomen
Transudasi cairan ke
rongga peritoneal
Diafragma terdapat
lubang kecil yang
menyebabkan aliran
peritoneal ke pleura
Efusi pleura
ekspansi paru terbatas
PO2 turun, PCO2 naik
Hipoksia
Oksihemoglobin
inadekuat
Suplai O2 ke otak
inadekuat
Pusing, penurunan
kesadaran
Risiko
ketidakefektifan
perfusi otak
(00201)
4.
parasternalis kanan
Peningkatan vena
jugularis (6cm)
DS =
Anak Ny. T mengatakan
kedua kaki Ny. T bengkak
Ny. T mengatakan pusing
seperti ngawang
Ny. T mengatakan
badannya terasa lemas,
dibuat untuk
berjalan/berdiri sebentar
terasa berat dan sesak
DO=
TD: 130/80 mmHg
pitting udema derajat 2
(Kedalaman 5 mm, waktu
kembali 5dtk),
- + +
hasil lab menunjukkan
Ht:26,8, Hb:9,4,
mukosa bibir kering,
Ny. T tampak gelisah,
ada peningkatan vena
jugularis (6cm)
tingkat kesadaran apatis
(EVM: 346),
hasil foto thorax
menunjukkan Ny. T
mengalami efusi pleura
dekstra,
kelebihan cairan sebanyak
(179,021cc/7 jam)
Ny. T mengalami
kardiomegali yaitu batas
jantung bagian bawah
sebelah kiri ada di ICS VII
ke midklavikula sinistra,
batas jantung bagian atas
ada di ICS III kiri di linea
parasternalis kiri. Batas
jantung bagian bawah
sebelah kanan ada di ICS
5.
V di linea parasternum
kanan, batas kanan bagian
atas ada di ICS III kanan
parasternalis kanan
Pemeriksaan asukultasi
jantung didapatkan S1 S2
tunggal lemah, ada S3
gallop di ICS III kanan
parasternalis
DS=
Anak Ny. T mengatakan
Ny. T tidak bisa BAB
selama 10 hari
Ny. T mengatakan
perutnya terasa kembung
dan full
DO=
Ny. T tampak gelisah
Bising usus 3x/mnt
Perut membuncit
cairan masuk ke
rongga-rongga tubuh
udem perifer
Cairan masuk ke
intercicial abdomen
Konstipasi (00011)
Transudasi cairan ke
rongga peritoneal, tidak
mobilisasi
Penekanan dan
kekakuan otot abdomen
Sulit untuk BAB
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Daftar Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas):
No
1.
Diagnosa
Tanggal
perumusan
Ketidakseimbangan nutrisi 16 Januari 2017
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan
dengan kurang asupan
makanan yang ditandai
dengan anak Ny. T
mengatakan Ny. T tidak
mau makan sama sekali
dari tadi pagi, hanya
minum susu satu gelas itu
habis, anak Ny. T
mengatakan Ny. T tidak
mau makan karena jika
dimasukkan makanan
terasa mual, Ny. T
mengatakan mulutnya
terasa pahit, mukosa bibir
tampak pucat, Ny. T tidak
minat untuk makan, hasil
Tanggal
pencapaian
18 Januari
2017
Keterangan
2.
3.
18 Januari
2017
18 Januari
2017
4.
18 Januari
2017
5.
18 Januari
2017
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO.
1.
2.
DIAGNOSA
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang
asupan makanan yang ditandai
dengan anak Ny. T mengatakan
Ny. T tidak mau makan sama
sekali dari tadi pagi, hanya
minum susu satu gelas itu habis,
anak Ny. T mengatakan Ny. T
tidak mau makan karena jika
dimasukkan makanan terasa
mual, Ny. T mengatakan
mulutnya terasa pahit, mukosa
bibir tampak pucat, Ny. T tidak
minat untuk makan, hasil
pemeriksaan lab tanggal 16
Januari albumin 1,9
(hipoalbumin), Ny. T mengalami
kekuarangan kalori sebanyak
1.170,904 kkal/hari, Mengalami
gangguan sensasi rasa (mulut
terasa pahit) (00002)
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan
proses penyakit (hipoalbumin)
INTERVENSI
Manajemen Nutrisi (1100)
1.
output kalori
2.
laboratorium
3.
3.
Indikator:
1. Tidak ada udem perifer
2. Tidak ada peningkatan vena jugularis
3. Konjungtiva berwarna merah mudah
4. Albumin normal (3,4-4,8 gr/dL)
5. Hb normal (12-16gr/dL)
6. TD normal (120/80 mmHg)
1.
Tidak pusing
2.
Bibir lembab
4.
4.
6.
Hb normal (12-16gr/dL)
7. TD normal (120/80 mmHg)
mandi
7.
K
olaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
fargoxin 0,25 mg 1x1/os, albumin 2x1 500mg/os,
kolaborasi dengan ahli gizi diit nutrisi TKTP
5.
CATATAN PERKEMBANGAN
Diganosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan yang ditandai
dengan anak Ny. T mengatakan Ny. T tidak mau makan sama sekali dari tadi pagi, hanya minum susu satu gelas itu habis, anak Ny. T
mengatakan Ny. T tidak mau makan karena jika dimasukkan makanan terasa mual, Ny. T mengatakan mulutnya terasa pahit, mukosa
bibir tampak pucat, Ny. T tidak minat untuk makan, hasil pemeriksaan lab tanggal 16 Januari albumin 1,9 (hipoalbumin), Ny. T
mengalami kekuarangan kalori sebanyak 1.170,904 kkal/hari, Mengalami gangguan sensasi rasa (mulut terasa pahit) (00002)
WAKTU
16
Jaanuari
2017
05.00
IMPLEMENTASI
1.
Memonitor
intake dan output kalori
Hasil: Ny. T hanya mengonsumsi susu
hepatosol 60gr (230kkal) dan air
PARAF
EVALUASI
JAM: 07.30
S : Keluarga Ny. T mengatakan Ny. T hanya mmengonsumsi
susu habis satu gelas dan air putih 1 gelas, masih tidak mau
untuk makan
O: Ny. T hanya mengonsumsi susu hepatosol 60gr (230kkal)
dan air sebanyak 240 ml) Balance kalori (Ny. T kekurangan
kalori sebanyak 1.170,904 kkal/hari), hasil laboratorium
22.00
05.00
05.20
21.20
05.10
20.30
21.20
17 Januari
2017
18.00
18.10
16.30
18.10
JAM: 19.30
S : Keluarga Ny. T mengatakan Ny. T hanya mmengonsumsi
1.
Memonitor
gr/dL
3.
14.30
4.
5.
6.
7.
Tetap
memotivasi klien dan keluarga untuk
meningkakan nafsu makan klien dan
18 Januari
2017
13.00
14.00
12.30
JAM: 14.30
S: Ny. T mengatakan perutnya sudah enakkan untuk
digunakan makan, Keluarga y. T menagatakan susunya habis
satu gelas dan minum setengah gelas
O: Ny. T hanya mengonsumsi susu hepatosol 60gr (230kkal) dan
air sebanyak 170 ml dan mengonsumsi pisang rebus ( 1 pisang
100grm) dengan kandungan 1 pisang 89kkal/hari habis
setengahnya Balance kalori (Ny. T kekurangan kalori sebanyak
(274,5kkal/hari-1.400,904 kkal/hari=-1.12,404 kkal/hari), hasil
laboratorium Albumin 2,6gr/Dl, Ny. T mengatakan perutnya
sudah enakkan untuk digunakan makan, memberikan obat
curcuma peroral dengan makan pisang dua gigitan, Ny. T mampu
untuk melakukan nafas dalam pemberian diit susu hepatosol 60gr
(230kkal) 2x dan pisang rebus 2x, dan pemberian Albumin 2x1
500mg/os, curcuma 3x500mg
A: Masalah ketidakseimbanagn nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2,4,5,6
12.30
makan
4.
12.30
12.40
08.30
Membant
Diagnosa 2: Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi jantung yang ditandai dengan Ny. T mengatakan
kepalanya terasa pusing seperti ngawang, Ny. T mengatakan dadanya sering ndereg, apalagi setelah dibuat berdiri dan berjalan
sebentar, Ny. T mengatakan badannya terasa lemas, Ny. T tampak gelisah dan letih, ada peningkatan vena jugularis (6cm), TD:
130/80 mmHg, Tampak ictus cordis di apeks jantung, Ny. T mengalami kardiomegali yaitu batas jantung bagian bawah sebelah kiri
ada di ICS VII ke midklavikula sinistra, batas jantung bagian atas ada di ICS III kiri di linea parasternalis kiri. Batas jantung bagian
bawah sebelah kanan ada di ICS V di linea parasternum kanan, batas kanan bagian atas ada di ICS III kanan parasternalis kanan,
Pemeriksaan asukultasi jantung didapatkan S1 S2 tunggal lemah, ada S3 gallop di ICS III kanan parasternalis (00029)
WAKTU
IMPLEMENTASI
PARAF
EVALUASI
JAM: 07.30
16 Januari
S: Ny. T mengataakn amsih terasa pusing dan ngawang jika
2017
05.00
06.10
1.
M
emonitor tanda-tanda vital
Hasil: TD: 130/70, N: 87x/m, RR:
21x/m, S: 36,6C
2.
M
emonitor ektrimitas bawah
Hasil: pitting udema derajat 2
(Kedalaman 5 mm, waktu kembali
5dtk),
05.10
- ++
3.
21.10
M
emonitor toleransi aktivitas pasien
Hasil: Ny. T masih merasa pusing
21.20
20.30
17 Januari
2017
18.00
16.30
18.20
14.30
1.
JAM: 13.30
S: Ny. T mengatakan sudah tidak pusing,
18 Januari
2017
12.00
1.
13.00
13.10
08.30
Diganosa 3:
WAKTU
16
IMPLEMENTASI
- ++
pemberian fargoxin 0,25 mg 1x1/os, nutrisi susu hepatose
100cc, pisang rebus 2x, dan bubur halus
A: Masalah penurunan curah jantung tertasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,6
PARAF
EVALUASI
JAM: 07.30
Jaanuari
2017
05.00
06.00
06.10
06.10
06.30
21.10
1. Memonitor TTV
Hasil: TD: 130/70, N: 87x/m, RR:
21x/m, S: 36,6C
2. Memonitor intake dan output
cairan
Hasil: 179,021 cc
3. Memonitor derajat udema
Hasil: pitting udema derajat 2
(Kedalaman 5 mm, waktu kembali
5dtk),
- + +
4. Monitor BB setiap hari
Hasil: 50kg
5. Monitor hasil lab
Ht: 26,5, Hb: 94
6. Mengajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
Hasil: keluarga meemahami seperti
adanya bengkak di kaki, cepat lelah
setelah beraktivitas
7. Mengedukasi pasien dan keluarga
21.20
20.00
17 Januari
2017
18.00
18.10
16.30
1. Memonitor TTV
Hasil: TD: 120/70, N: 78x/m, RR:
21x/m, S: 36,9C
2. Memonitor intake dan output
cairan
Hasil: 169,210 cc
3. Memonitor derajat udema
JAM: 19.30
S: Ny. T mengatakan kedua kakinya masih bengkak dan
pusing seperti ngawang, masih ndredeg
O: TD: 120/70, N: 78x/m, RR: 21x/m, S: 6,9C, intake dan
output 169,210 cc, Infus PZ 500cc/24 jam dan Lasix 1x1,
pemberian susu hepatose 100cc, pisang rebus 2x, : pitting
udema derajat 2 (Kedalaman 5 mm, waktu kembali 5dtk),
- + +
A: Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
P: lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,4, dan 8
18.10
14.30
18 Januari
2017
12.00
13.50
13.00
1. Memonitor TTV
Hasil: TD: 110/60, N: 78x/m, RR:
22x/m, S: 36,4C
2. Memonitor intake dan output
cairan
Hasil: 1455,022 cc
3. Memonitor derajat udema
Hasil: pitting udema derajat 2
JAM: 13.30
S: Ny. T mengatakan kedua kakinya masih bengkak, masih
ndredeg, sudah tidak pusing, badan terasa berat
O: TD: TD: 110/60, N: 78x/m, RR: 22x/m, S: 36,4C , intake
dan output, 1455,022cc, Infus PZ 500cc/24 jam dan Lasix
1x1, pemberian susu hepatose 100cc, pisang rebus 2x dan
bubur halus, pitting udema derajat 2 (Kedalaman 5 mm,
waktu kembali 5dtk),
- + +
A: Masalah kelebihan volume cairan belum teratasi
09.10
08.30
Diagnosa 3: Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen yang ditandai dengan Anak Ny. T mengatakan Ny. T tidak
bisa BAB selama 10 hari, Ny. T mengatakan perutnya terasa kembung dan full, Ny. T tampak gelisah, Bising usus 3x/mnt, Perut
membuncit (00011)
WAKTU
10 Januari
2017
05.00
IMPLEMENTASI
1.
05.10
2.
21.20
3.
4.
21.30
5.
20.30
17 Januari
2017
16.20
PARAF
Memonitor tanda-tanda
vital
Hasil: TD: 130/70, N: 87x/m, RR: 21x/m, S:
36,6C
Memonitor bissing usus
Bissing usus: 3x/m
Mengajarkan pasien dan
keluaraga dalam pemberian posisi miring
kanan dan kiri yang benar
Hasil: Ny. T dan keluarga sangat bersemangat
dna memahami manfaat posisi miring kanan
dan kiri
Mengedukasi pasien dan
keluarga untuk berlatih ambulasi seperti
latihan duduk, pergerakan pinggul
Hasil:
keluarga
memahami
langkahlangkahnya seperti berlatih duduk
Berkolaborasi
dengan
dokter pemerian obat dulcolax dan kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian diit nutrisi
Hasil: pemberian mixrolax 2x1 suposutoria,
nutrisi susu hepatose 100cc, pisang rebus 2x
1.
Memonitor
tanda vital
tanda-
EVALUASI
Jam 07.30
S: Ny. T mengatakan masih belum BAB, tidak ada rasa untuk
BAB
O: TD: 130/70, N: 87x/m, RR: 21x/m, S: 36,6C, keluarga
memahami langkah-langkahnya seperti berlatih duduk,
pemberian mixrolax 2x1 suposutoria, nutrisi susu hepatose 100cc,
pisang rebus 2x, bising usus 3x/m
A: Masalah konstipasi nelum teratasi
P: Lanjutkan intervensi nomor 1,2,3,5
19.30
S: Ny. T mengatakan masih belum BAB, tidak ada rasa untuk
BAB
16.40
18 Januari
2017
1.
13.30
S: Ny. T mengatakan masih belum BAB, masih tidak ada rasa
untuk BAB
O: TD: 110/60, N: 78x/m, RR: 22x/m, S: 36,4C, Ny. T dan
keluarga mampu untuk mempraktikkan posisi miring kanan dan
kiri dengan benar dan belajar duduk
Memonitor
tandatanda vital
Hasil: TD: 110/60, N: 78x/m, RR: 22x/m,
S: 36,4C
2.
Memonitor
bissing
usus
Bissing usus: 3x/m
3.
Mengevaluasi pasien
dan keluarga dalam pemberian posisi
miring kanan dan kiri yang benar dan
melatih duduk