Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

SATUAN OPERASI INDUSTRI

PENGERINGAN (DRYING)

Oleh:
Uyun Al Afidah
NIM A1H013056

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah

yang relative kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas. Hasil dari

proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan

kadar air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas

air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi.

(Rachmawan, 2001).
Pengeringan dalam proses pascapanen merupakan operasi yang penting,

baik terhadap bahan padat maupun bahan cair. Pengeringan merupakan metode

penanganan pasca panen yang paling tua yang telah dipraktekan sejak dulu. Pada

saat ini pun, pengeringan secara tradisional masih banyak dipraktekan sebagai

metode pengawetan sehingga produk pangan dapat disimpan dalam jangka waktu

yang lama. Pengeringan secara tradisional tentunya kurang efektif dan efisien

karena dipengaruhi sekali oleh cuaca. Untuk itu, manusia menciptakan alat mesin

pengeringan yang meningkatkan produktivitas dari kegiatan pengeringan.

B. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan proses pengeringan kadar air.
2. Praktikan dapat menghitung kadar air dalam proses pengeringan.
3. Mengetahui macam-macam alat pengering.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Proses pengeringan adalah proses yang penting dalam penanganan

pascapanen. Pengeringan dapat mengawetkan suatu bahan sehingga bahan pangan

dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Secara definisi, pengeringan
adalah proses pengurangan air dari bahan pangan menggunakan energi panas

sehingga kadar air dalam bahan pangan menurun. Pengeringan dapat merupakan

proses utama dari pengolahan bahan pangan atau merupakan bagian dari

rangkaian proses. Selain dapat mengawetkan bahan pangan, pengeringan juga

mempermudah dan menghemat ruang penyimpanan saat pengepakkan hal ini

dikarenakan volume bahan mengecil. Lebih ringan karena volume air dalam

bahan makin sedikit, sehingga memudahkan pengangkutan dan biaya produksi

menjadi lebih murah.

Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan

pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Proses perpindahan panas

yang terjadi adalah dengan cara konveksi serta perpindahan panas secara konduksi

dan radiasi tetap terjadi dalam jumlah yang relative kecil. Pertama-tama panas

harus ditransfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi

penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan

ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida dengan cairan

harus ditransfer melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung.

Panas harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui

berbagai macam tahanan agar dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air yang

bebas.

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah

sebagai berikut:

1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.

2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap

bagian bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-

lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.

4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan

uap.

III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Oven listrik
2. Stopwatch
3. Termometer
4. Neraca digital
5. Wadah
6. Potongan buah
B. Prosedur Kerja
1. Siapkan 2 potongan bahan yang digunakan dan 2 buah wadah.
2. Timbang berat masing-masing wadah dengan neraca digital, catat hasilnya.
3. Timbang berat setiap wadah dengan potongan bahan yang berbeda, catat

hasilnya. Berat potongan bahan sama dengan berat total wadah dengan

potongan bahan dikurangi berat wadah.


4. Letakkan potongan bahan dan wadahnya pada oven dengan suhu 105

, beri label pada wadah dengan angka percobaan 1.

5. Letakkan potongan bahan dengan ukuran yang paling kecil beserta

wadahnya dibawah sinar matahari langsung, beri label wadah percobaan 2.


6. Ukur berat potongan bahan pada percobaan 1 setelah dioven selama 60

menit.
7. Ukur berat potongan bahan setiap 10 menit sekali pada percobaan 2, lalu

ukur suhu lingkungan dengan menggunakan termometer setiap kali

potongan bahan diambil untuk ditimbang dan hitung kadar air setiap

menitnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Oven 105 selama 60 menit
M awalM akhir
Ka BB= x 100
M awal
20,2017,03
Ka BB= x 100
20,20
Ka BB=15,69

2. Sinar matahari
a. Tabel pengamatan

Waktu T Lingkungan M Bahan Ka BB (%)


10 31 19,87 12,93

20 30 19,59 11,69

30 30 19,37 10,69

40 32 19,22 9,99

50 29 18,93 8,61

60 30 18,75 7,79

b. Ka BB = pengovenan
Ka BB
Berat air= x berat awal bahan
100
15,69
Berat air= x 20,20
100
Berat air=3,17 gram

c. Padatan = M awal M air


= 20,20 3,17
= 17,3 gram
d. Ka t (per 10 menit)
M air
Kat = x 100
M bahan

M air = M awal M padatan


= 20,07 17,3
= 2,77 gram
19,8717,3
Ka10= x 100 =12,93
19,87
19,5917,3
Ka20= x 100 =11,69
19,59
19,3717,3
Ka30= x 100 =10,69
19,37
19,2217,3
Ka 40= x 100 =9,99
19,22
18,9317,3
Ka50= x 100 =8,61
18,93
18,7517,3
Ka60= x 100 =7,79
18,75

B. Pembahasan

Pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air pada bahan sampai pada

batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, khamir atau

kapang yang dapat menyebabkan pembusukan dapat dihentikan sehingga bahan

dapat disimpan lebih lama. sementara volume bahan menjadi lebih kecil sehingga

mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan


menjadi berkurang sehingga mempermudah transport, dengan demikian

diharapkan biaya produksi lebih murah (Suismono, 2001).

Pengeringan merupakan perpindahan massa air dari bahan yang dikeringkan

ke media pengering.Transfer massa ini ditandai dengan pengurangan massa bahan

dan perubahan bentuk fisiknya (tekstur, warna,fasa). Proses perpindahan massa ini

dipengaruhi oleh transfer panas dan transfer momentum. Transfer

panasdipengaruhi oleh perubahan suhu pengering sedangkan transfer momentum

dipengaruhi oleh perubahan lajualir udara pengering. (Dwika, R. 2012).

Pengeringan merupakan cara untuk menghilangkan sebagian besar air dari

suatu bahan dengan bantuan energi panas dari sumber alami (sinar matahari) atau

buatan (alat pengering). Biasanya kandungan air tersebut dikurangi sampai batas

dimana mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya (Winarno,dkk, 1980).

Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,

yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang

dipindahkan dari permukaan bahan, yang dikeringkan oleh media pengering yang

biasanya berupa panas. Tujuan pengeringan itu sendiri adalah untuk mengurangi

kadar air bahan sampai batas dimana perkembangan mikroorganisme dan kegiatan

enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan

demikian bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih

lama (Thaib.,dkk, 1999).

Suismono (2001) yang menyatakan bahwa tujuan pengeringan adalah untuk

mengurangi kadar air pada bahan sampai pada batas tertentu dimana

perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, khamir atau kapang yang dapat

menyebabkan pembusukan dapat dihentikan sehingga bahan dapat disimpan lebih


lama. sementara volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan

menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan menjadi berkurang

sehingga mempermudah transport, dengan demikian diharapkan biaya produksi

lebih murah.

Pada proses pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang

maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mempercepat

pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini adalah perpindahan

air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut). Ada

beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kecepatan

pengeringan maksimum, yaitu :

1. Luas Permukaan

Semakin luas permukaan bahan maka akan semakin cepat bahan menjadi

kering. Biasanya bahan yang akan dikeringkan dipotong-potong untuk

mempercepat pengeringan, karena perlakuan tersebut dapat menyebabkan

permukaan bahan semakin luas, dimana permukaan yang luas dapat

memberikan lebih banyak permukaan yang dapat berhubungan dengan

medium pemanas serta lebih banyak permukaan tempat air keluar.

2. Suhu

Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan

pangan) maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung

sehingga mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Atau

semakin tinggi suhu udara pengering maka akan semakin besar energi

panas yang dibawa ke udara yang akan menyebabkan proses pindah panas
semakin cepat sehingga pindah massa akan berlangsung juga dengan

cepat.

3. Kecepatan udara

Udara yang bergerak adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang

tinggi yang berguna untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air

dari permukaan bahan yang dikeringkan, sehingga dapat mencegah

terjadinya udara jenuh yang dapat memperlambat penghilangan air.

4. Kelembaban udara

Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya maka

akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga

sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air.

5. Tekanan atm & vakum

Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (= 1 atm), air akan mendidih pada

suhu 100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan

mendidih pada suhu lebih rendah dari 100oC.

6. Waktu

Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan maka akan semakin

cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan konsep

HTST (High Temperature Short Time), short time dapat menekan biaya

pengeringan (Voigh, 2008).


Kadar air adalah kandungan air suatu bahan, ditentukan dengan metode

tertentu di bawahkondisi tertentu, dan dinyatakan sebagai persentase terhadap

bobot basah atau bobotkering. Penetapan kadar air menggunakan metode oven.

Metode ini digunakan untukseluruhmakanan, kecuali jika produk tersebut

mengandung komponen-komponen yang mudahmenguap atau jika produk


tersebut mengalami dekomposisi pada pemanasan 100C.Penentuan kadar air

sangat diperlukan karena kadar air mempengaruhidaya simpan bahan.

Makintinggi kadar air suatu bahan maka kemungkinan bahan tersebutakan cepat

mengalami kerusakan (Enik Maturahmah dan Faisal Attamimi).


Dengan membuat kadar air suatu bahan di bawah nilai minimal yang

dibutuhkanolehmikroba untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya, sehingga

mikroba tersebuttidakmempunyai kesempatan untuk tumbuh, walaupun tumbuh,

tidak berkembangsebagaimanamestinya (Imam, 1999).

Metode Pengeringan dibagi menjadi beberapa macam,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pengeringan alami

a. Sun Drying

Pengeringan dengan menggunakan sinar matahari sebaiknya dilakukan di

tempat yang udaranya kering dan suhunya lebih dari 100o Fahrenheit.

Pengeringan dengan metode ini memerlukan waktu 3-4 hari. Untuk

kualitas yang lebih baik, setelah pengeringan, panaskan bahan di oven

dengan suhu 175 o Fahrenheit selama 10-15 menit untuk menghilangkan

telur serangga dan kotoran lainnya

b. Air Drying

Pengeringan dengan udara berbeda dengan pengeringan dengan

menggunakan sinar matahari. Pengeringan ini dilakukan dengan cara

menggantung bahan di tempat udara kering berhembus. Misalnya di


beranda atau di daun jendela. Bahan yang biasa dikeringkan dengan

metode ini adalah kacang-kacangan.

Kelebihan Pengeringan Alami adalah tidak memerlukan keahlian dan

peralatan khusus, serta biayanya lebih murah. Kelemahan Pengeringan Alami

adalah membutuhkan lahan yang luas, sangat tergantung pada cuaca, dan

sanitasi hygiene sulit dikendalikan.

2. Pengeringan Buatan

Pengeringan buatan terdiri dari:

a. Menggunakan alat Dehidrator

Pengeringan makanan memerlukan waktu yang lama. Dengan

menggunakan alat dehydrator, makanan akan kering dalam jangka

waktu 6-10 jam. Waktu pengeringan tergantung dengan jenis bahan

yang kita gunakan.

b. Menggunakan oven

Dengan mengatur panas, kelembaban, dan kadar air, oven dapat

digunakan sebagai dehydrator. Waktu yang diperlukan adalah sekitar

5-12 jam. Lebih lama dari dehydrator biasa. Agar bahan menjadi

kering, temperature oven harus di atas 140o derajat Fahrenheit.

Kelebihan Pengeringan Buatan adalah suhu dan kecepatan proses

pengeringan dapat diatur seuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitisi


dan higiene dapat dikendalikan. Kelemahan Pengeringan Buatan adalah

memerlukan keterampilan dan peralatan khusus, serta biaya lebih tinggi

dibanding pengeringan alami.

Berikut ini adalah contoh alat pengering:

1. Pengeringan Tray Tetap

Pengeringan Tray Tetap umumnya digunakan untuk mengeringkan produk

padat berbentuk. Karena sudah berbentuk sebelum dikeringkan, maka produk

tersebut bisa diletakkan pada suatu permukaan atau tray untuk diekspose pada

udara yang telah dipanaskan.

2. Pengering Lemari

Produk pangan yang dikeringkan dengan pengering tipe lemari diletakkan

pada tray-tray yang selanjutnya dipindahkan kedalam suatu ruang pengering

tempat dimana produk tersebut diekspose pada udara pengering. Seperti

terlihat pada gambar, udara yang telah dipanaskan melewati tumpukan tray

dan melalui produk yang diekspose di masing-masing tray sebelum berbalik

kembali kebagian pemanasan.Salah satu kelemahan terbesar tipe pengering

ini adalah tidak mudah mendapatkan produk yang kering seragam pada tray

yang berbeda lokasi. Hal ini disebabkan karena tidak seragamnya aliran udara

yang melalui produk serta suhu dan kelembaban absolut udara yang masuk ke

alat pengering. Masalah berikutnya adalah produk yang terletak dekat dengan

titik masuknya udara ruang pengering lebih cepat kering dibandingkan

dengan posisi lainnya yang memiliki kelembaban udara lebih tinggi.


3. Pengering Lorong

Pada pengering tipe lorong ini, produk yang akan dikeringkan diletakkan

pada tray-tray, tray tersebut kemudian disusun per unit tumpukan seperti pada

pengering tipe lemari, selanjutnya unit-unit tumpukan ditempatkan teratur

pada suatu lorong pengering. Ada beberapa sistem pendekatan untuk

mengekspose produk yang akan dikeringkan dengan udara panas

pengeringan. Variasinya antara lain aliran searah produk dan udara pengering

yang masuk dan keluar lorong, aliran berlawanan arah antara produk dan

udara yang masuk lorong, aliran berlawanan arah dengan sebagian udara

panas pengerig di resirkulasikan. Kelemahan Pengering tipe Lorong ini sama

dengan kelemahan Pengering tipe Lemari.

4. Pengeringan Bed Bergerak

Perbedaan utama sistem pengeringan tipe ini dengan sistem pengeringan tipe

tray tetap adalah adanya pergerakan produk yang menciptakan efek

pengadukan sehingga membantu proses pengeringan yang terjadi.

5. Conveyor Drying

Pada pengeringan tipe ini produk yang akan dikeringkan diletakkan sebagai

suatu lapisan pada suatu konveyor bergerak yang berlubang pada bagian

dasarnya. Udara panas pengeringan melewati lubang-lubang tersebut bisa

dengan arah dari bawah keatas atau sebaliknya. Biasanya pengering ini hanya

dipakai untuk mengeringkan produk hingga kadar air sekitar 27%,

selanjutnya diteruskan dengan alat pengering lain.


6. Belt Drying

Pengadukan pada sistem pengering tipe ini tercipta karena gerakan belt

selama pengeringan, sehingga partikel produk pangan yang dikeringkan lebih

seragam keringnya.

7. Pengeringan Udara Bergerak

a. Pengeringan Semprot

Sistem Pengeringan ini biasa dipakai untuk mengeringkan bahan

bentuk cair yang bisa disemprotkan. Bahan cair tersebut dilalukan

melalui atomizer sehingga menjad i droplet halus yang kemudian kontak

langsung dengan aliran udara panas. Permukaan droplet-droplet tersebut

merupakan area intensif pindah panas dan pindah massa yang

berlangsung selama pengeringan. Karenanya evaporative cooling dan

short residence time mempertahankan suhu produk tetap rendah. Hal

inilah yang membuat pengering semprot cocok untuk mengeringkan

produk yang labil terhadap panas seperti ensim dan susu.

Pengeringan Semprot memiliki 2 tahapan penting, yaitu proses

atomisasi atau pembentukan droplet cair dan proses evaporasi kandungan

air pada droplet sehingga didapatkan partikel produk padat yang kering.

Fungsi utama proses atomisasi adalah membentuk droplet berukuran

kecil agar tercipta luas permukaan yang besar untuk berlangsungnya

penguapan air.
b. Fluidized Bed Drying

Pada proses pengeringan fluidized bed, udara panas dipaksa melalui

partikel-partikel produk dengan kecepatan yang cukup tinggi agar melebihi

gaya gravitasi, sehingga partikel-partikel produk yang dikeringkan tersebut

selalu dalam posisi melayang-layang dalam udara panas pengering. Selain

itu didesain agar sambil melayang partikel produk tersebut juga bergerak

maju selama berlangsungnya pengeringan. Produk kering yang dihasilkan

dengan sistem pengeringan ini seragam karena masing-masing partikel

yang dikeringkan kontak langsung dengan udara panas pengering.

c. Pengeringan Drum

Sistem Pengeringan Drum dipakai untuk mengeringkan bahan pangan

berbentuk bubur. Drum berbentuk silinder dipanaskan dan berputar pada

suatu poros. Bahan berbentuk bubur akan mengering bila dijatuhkan

melekat pada permukaan drum tersebut, yang selanjutnya setelah kering di

kerat dengan aksi sebuah pisau untuk mendapatkan produk keringnya. Ada

dua tipe, single atau double drum dryer . Drum pada double drum

dryer akan bergerak berlawanan arah, jarak antara kedua drum dipakai

untuk mengontrol ketebalan lapisan yang dikeringkan.

Praktikum kali ini praktikan melakukan pengeringan dengan menggunakan

sinar matahari dan dengan menggunakan oven. Mulanya bahan yang akan

dikeringkan diperlakukan dengan perlakuan yang sama. Dengan berat yang sama

dan dengan wadah yang sama. Kemudian yang 1 diletakkan di dalam oven,
sedangkan yang lainnya diletakkan diluar ruangan dibawah sinar matahari. Bahan

yang diletakkan didalam oven diamati setelah 1 jam, sedangkan dengan perlakuan

sinar matahari diamati setiap 10 menit selama 1 jam.

Dari praktikum yang telah dilakukan kemudian dapat dijelaskan berdasarkan

data yang telah terhimpun bahwa semakin lama waktu pengeringan maka kadar

air semakin rendah dan massa bahan semakin menurun. Hal ini dikarenakan

perpindahan panas kepada bahan yang menimbulkan evaporasi sehingga kadar air

menurun seiring dengan menurunnya massa.

Pengeringan menggunakan alat pengering memang relatif lebih efisien

dibandingkan dengan menggunakan cahaya matahari. Karena pengeringan

menggunakan sinar matahari langsung sangat mengandalkan cuaca dan juga

intensitas cahaya yang ada. Berbeda dengan menggunakan oven, suhu

pengeringan dapat dikontrol secara berkala tanpa bergantung pada cuaca. Namun

pengeringan dengan perantara alat bergantung kepada listrik, apabila listrik padam

maka pengeringan akan terhambat. Namun dalam praktikum kali didapati bahwa

kadar air menurun lebih banyak pada proses pengeringan dengan menggunakan

sinar matahari. Untuk lebih efektif atau tidaknya metode yang digunakan

sebenarnya keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Kali ini bisa dibilang

lebih efektif dengan menggunakan sinar matahari mungkin karena penentuan suhu

yang tidak terlalu tinggi pada oven dan cuaca yang sedang bagus untuk

pengeringan.

Untuk lebih menjelaskan bagaimana hubungan antara waktu, suhu, massa

bahan, dan kadar air bahan, berikut ini grafik hubungannya:


1. Grafik hubungan waktu dengan suhu

Grafik hubungan waktu dengan suhu


33
32
31
1. Grafik hubungan
Suhu 30 waktu dengan suhu
29
28
27
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu

Gambar 1. Grafik hubungan waktu dengan suhu

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa suhu lingkungan pada saat

pengeringan waktu itu tidak linear atau berubah-ubah.

2. Grafik Hubungan Waktu dengan Massa Bahan


Grafik Hubungan Waktu dengan Massa Bahan
20

19.5
2. Grafik Hubungan
19 Waktu dengan Massa
Massa Bahan
Bahan
18.5

18
0 10203040506070

Waktu

Gambar 2. Grafik Hubungan Waktu dengan Massa Bahan

Dari grafik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa semakin lama waktu

pengeringan, maka massa bahan semakin menurun.

3. Grafik Hubungan Waktu dengan Kadar Air


Grafik Hubungan Waktu dengan Kadar Air
14

12

10

8 Grafik Hubungan
Waktu dengan Kadar
Kadar Air
6 Air

0
0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu

Gambar 3. Grafik Hubungan Waktu dengan Kadar Air

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengeringan

maka kadar air semakin menurun.

Untuk itu dari ketiga grafik dapat diambil kesimpulan bahwa suhu

lingkungan pada saat praktikum tidaklah konstan atau berubah-ubah. Namun

perubahan ini tidaklah signifikan, sehingga jalannya praktikum tetap sesuai

literatur bahwa semakin lama waktu pengeringan, maka massa bahan semakin

berkurang dan kadar air semakin menurun.

Kendala yang dialami pada saat praktikum kali ini tidak ada yang cukup

mengganggu jalannya praktikum. Karena walaupun alatnya terbatas, praktikan

tetap dapat tertib dan melaksanakan praktikum dengan baik.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air pada bahan sampai pada

batas tertentu dimana perkembangan mikroorganisme seperti bakteri, khamir atau

kapang yang dapat menyebabkan pembusukan dapat dihentikan sehingga bahan

dapat disimpan lebih lama. sementara volume bahan menjadi lebih kecil sehingga

mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan

menjadi berkurang sehingga mempermudah transport, dengan demikian

diharapkan biaya produksi lebih murah (Suismono, 2001).


Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa suhu

lingkungan pada saat praktikum tidaklah konstan atau berubah-ubah. Namun

perubahan ini tidaklah signifikan, sehingga jalannya praktikum tetap sesuai

literatur bahwa semakin lama waktu pengeringan, maka massa bahan semakin

berkurang dan kadar air semakin menurun.

B. Saran

Pada praktikum kali ini asisten sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Namun sebaiknya sebelum praktikum asisten menyamakan persepsi sehingga

ketika ditanya tidak berbeda-beda untuk masing-masing asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Dwika, R. 2012. Pengaruh suhu dan laju air udara pengering pada pengeringan
karaginan menggunakan teknologi spray dryer. Semarang. Jurnal Teknologi
Kimia & Industri, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012, Halaman 298-304.

Suismono. 2001. Teknologi Pembuatan Tepung dan Pati Umbi-Umbian Untuk


Menunjang Ketahanan Pangan. Majalah Pangan Media Komunikasi dan
Informasi 37 (10); 37-94.

Thaib, Dahlan., dkk, 1999. Teori dan Hukum Konstitusi. Penerbit Grafindo,
Jakarta.
Voigh,Rudolf.2008. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press: Yogyakarta.

Winarno, F.G., 1980. Enzim Pangan. Pusbangtepa, Bogor.

http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pengolahan
%20Pangan/bab8.php

Anda mungkin juga menyukai