Anda di halaman 1dari 3

Belajar Menulis Deskripsi

Posted on 9 March 2009 by Asep Saefullah Standard

Deskripsi adalah satu teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca
seakan-akan berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar
mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter yang
digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca.

Contoh tulisan deskriptif: potongan tulisan berjudul Tolong Kasihani Kami (Kompas, 23
Juli 1991)

Tolong Kasihani Kami

Seandainya penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) bisa
bicara mungkin yang terucap adalah kalimat judul tulisan ini. Sayangnya, bersuara pun
penyu-penyu itu tidak mampu. Kita tidak tahu apa yang dirasakannya saat pisau menyayat
leher dan perutnya.

Di Jalan Sidakarya, kawasan Sesetan Denpasar, lebih dari 20 ekor penyu hijau tergeletak di
halaman, tidak bisa bergerak karena kaki depannya terikat. Hanya kepala bergerak atau
matanya menyipit. Karapas yang tadinya selalu terkena air laut nampak kering. Kadang
penyu-penyu itu berhari-hari kekeringan menanti datangnya ajal di ujung pisau.

Sore itu, salah satu di antaranya sudah diletakkan terbalik di atas alas penjagalan. Ada desih
lirih yang hampir-hampir tidak terdengar. Kaki belakang penyu yang tidak diikat meronta-
ronta dan matanya berkedip-kedip ketika lehernya diiris pisau. Darah segar segera menetes ke
ember penampungan. Semakin lama darah semakin deras mengalir karena luka irisan
semakin besar menganga. Darah mulai berhenti mengalir saat leher hampir putus.

Di Tanjung Benoa, Bali, tempat penjagalan penyu lainnya di Pulau Bali, penyu dijagal lebih
sadis. Penyu dalam keadaan hidup ketika Sanusi, 52, mengiris sambungan lunak karapas
bawah dan karapas atas. Tidak terdengar suara apa pun dari sang penyu. Yang terdengar
hanya bunyi mata pisau menyayat kulit lunak. Penyu sebesar hampir satu meter itu mencoba
meronta walaupun itu tentu sia-sia. Kaki depannya telah diikat jadi satu. Hanya kaki belakang
dan kepalanya yang bisa bergerak-gerak.

Kemudian dengan paksa, karapas bawahnya dibetot sampai lepas dari tubuhnya. Nampak isi
bagian dalam yang tercabik berlumur darah. Siksaan belum berakhir sampai di sini. Saat
daging dan isi perutnya diambil pun nampak kepala, kaki dan ekornya masih bergerak-gerak
kesakitan, sampai akhirnya dia betul-betul mati.

Prinsip.

Ada tiga prinsip dalam menulis deskriptif:

Dalam penulisan deskripsi ada satu clear dominant impression (kesan dominan yang jelas).
Misalnya kalau kita ingin menjelaskan mengenai seekor anjing, penting kita memilih dan
memberi tahu pembaca apakah anjing itu mengancam atau binatang yang jinak
menyenangkan. Kita harus memilih satu kesan dominan itu, tidak bisa dua-duanya. Kesan
dominan ini akan memandu kita memilih detail dan ketika disusun dalam kalimat akan
menjadi jernih bagi pembaca.

Penulisan deskrispi bisa obyektif atau subyektif, memberikan penulis pilihan kata, warna
kata, dan suasana yang cukup luas. Misalnya, deskripsi obyektif seekor penyu akan
menyebutkan fakta tinggi, berat, warna, dan lainnya. Deskripsi subyektif tetap membutuhkan
rincian obyektif itu tetapi juga menekankan perasaan penulis terhadap penyu itu, dan juga
kebiasaan dan personalitinya, seperti penyu tidak bisa bersuara, selalu berada di air (laut),
tidak bisa melawan ketika di daratan, kondisi kesakitan.

Tujuan dari penulisan deskripsi adalah melibatkan pembaca sehingga ia bisa


membayangkan sesuatu yang kita deskripsikan. Karena itu penting menggunakan detail yang
spesifik dan konkret.

Aturan

Penulisan deskripsi bergantung pada detail konkret yang ditangkap oleh panca indra. Ingat
kita memiliki lima panca indra.

Penulis harus hati-hati memilih detail untuk mendukung kesan utama yang dipilih. Atau
dengan kata lain, penulis memiliki wewenang untuk menyingkirkan detail yang tidak sesuai
dengan kesan utama.

Deskripsi sangat sering bergantung pada emosi yang ingin ditunjukkan. Karena itu kata
kerja, kata keterangan kata kerja, dan kata sifat lebih bisa digunakan menunjukkan emosi
dibandingkan kata benda.

-Kecuali deskripsi yang obyektif, kita harus yakin kesan utama yang dipilih itu membuat
pembaca percaya (suatu kondisi mental yang komplek menyangkut keyakinan, rasa, nilai, dan
emosi)

Strategi

Pertama coba sampaikan semua detail; kemudian kesan utama dibangun dengan detail ini.

Pastikan detail Anda konsisten dengan kesan utama. Untuk memudahkan catat lima panca
indra dalam selembar kertas, apa yang tersensor.

Coba membawa pembaca berdasarkan urutan kronologis ruang dan waktu. Misalnya,
menjelaskan urut-urutan perjalanan kereta dari satu tempat ke tempat lain atau menjelaskan
aliran sungai dari mata air sampai ke rumah tangga.

Gunakan pendekatan dulu-sekarang-nanti untuk menunjukkan proses perubahan atau


perbaikan. Misalnya keadaan hutan sebelum ditebang, keadaan sekarang.

Pilih emosi dan coba deskripsikan. Mungkin lebih sulit untuk memulainya tetapi akan
berarti ketika sudah jadi. Meningkatkan kemampuan menulis deskripsi, menajamkan indera
Banyak penulis frustasi karena cerita yang mereka tulis datar-datar saja dan tidak ada elemen
kehidupan. Mengapa? Cerita tidak dalam dan tidak menarik karena pembaca tidak
mendapatkan gambaran situasi yang jernih. Hanya melalui penulisan deskripsi penulis bisa
mentransfer gambaran situasi yang hidup (antara lain karena menimbulkan emosi) dan jernih.

Untuk bisa menulis deskripsi dengan baik, panca indera (penglihatan, pendengaran,
penciuman, pengecapan, perabaan) penulis menjadi penting. Bagaimana penulis bisa
menajamkan panca inderanya?

Latihan

Penglihatan: Lihat satu obyek/benda di depan Anda sekarang ini. Lupakan kata sifat dan
coba mendeskripsikan obyek/benda itu. Kalau benda itu sepotong kue, misalnya, jangan
menulis sepotong kue yang enak (enak adalah kata sifat), tetapi deskripsikan bentuk
kuenya, warna kuenya, ukuran kuenya, di mana kue diletakkan. Coba buang sebanyak
mungkin kata sifat dalam uraian Anda, dan gunakan kata benda untuk menggambarkan obyek
itu. Contoh lain: jangan menuliskan bunga indah tetapi tunjukkan apa yang membuat bunga
itu indah.

Pendengaran: Ketika Anda ingin mendeskripsikan satu adegan, misalnya ruangan kelas
yang berisik, pilihlah kata-kata yang sunguh bisa menangkap situasi itu dengan memunculkan
suara-suara yang terdengar.

Penciuman: Kesan dari indera penciuman sangat lama tersimpan di dalam benak daripada
penglihatan atau suara. Kesan bau-bauan disimpan di otak terasosiasi dengan orang, benda,
dan suasana ketika bau-bauan itu tercium. Di otak semua orang tersimpan berbagai
pengalaman melalui indera penciuman yang diasosiasikan dengan tempat atau peristiwa
dengan seseorang yang berbeda-beda.

Pengalaman ini sangat khas. Coba buat list bau-bauan dan asosiasinya. Misalnya, ketika
mencium bau soto betawi mengingatkan Anda pada suasana rumah orangtua Anda. Seperti
juga ketika mencoba mendeskripsikan berkait dengan apa yang Anda lihat, mendeskripsikan
yang terkait dengan indera penciuman sulit karena sebenarnya Anda (di otak) tahu seperti apa
bau-bauan yang ingin Anda deskripsikan tetapi sulit menjelaskannya.

Beberapa orang memiliki pengalaman yang sama menyangkut bau-bauan tertentu, misalnya
kebanyakan orang tahu bau bunga melati. Ketika Anda bercerita mengenai perceraian, Nina
melangkahkan kakinya ke kebun penuh bunga. Harum melati membuatnya menjadi sedih.
Harum bunga melati mengingatkannya pada suaminya yang masih dicintainya.
Mengingatkannya pada hari bahagia ketika ia dan suami bersanding di pelaminan.

Pengecap: Cara paling mudah mendeskripsikan rasa ecap adalah dengan mengecap obyek
yang akan dideskripsikan. Latihan: coba rasakan kue, kemudian deskripsikan.

Perabaan: Tangan memilki indera peraba yang memberikan kesan tekstur di otak. Latihan:
coba deskripsikan bola tenis.

Anda mungkin juga menyukai