Anda di halaman 1dari 30

HUBUNGAN STRESS DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA MAHASISWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA


ANGKATAN 2012 dan 2013

PROPOSAL

TUGAS AKHIR

UntukMemenuhiPersyaratan
MemperolehGelarSarjanaKedokteran

Oleh :

ADINTA AGUSTIA NINGSIH MISDAYANTI

NPM : 11700428

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA
SURABAYA
2013
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai

kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan Proposal Tugas Akhir dengan judul

Hubungan Stress dengan Siklus Menstruasi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran

Unversitas Wijaya Kusuma Surabaya Tahun Angkatan 2012 dan 2013.

Proposal Tugas Akhir ini berhasil penulis selesaikan karena dukungan berbagai

pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih yang tak

terhingga kepada :

1. Prof. Dr. H. Djanggan Sargowo,dr. Sp.PD, Sp.JP (K), FIHA, FACC, FCAPC,

FESC, FASCC, Dekan Fakulatas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

yang telah memberi kesempatan kepada penulis menuntut ilmu di Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.


2. Dr. AylySoekanto, M.Kes. sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini.


3. Dr. TitiekSunaryati, M.Ked. sebagai penguji Proposal Tugas Akhir ini.

Penulis menyedari bahwa penulisan Proposal Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya

tulisan ini.

Surabaya, ............. 2012

Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 RumusanMasalah........................................................................................
1.3 TujuanPenelitian............................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4

2.1 . Definisi Menstruasi........................................................................4

2.2 . Proses terjadinya menstruasi............................................................6

2.3 Penyebab Menstruasi Tidak Teratur.............................................................

2.4 Pengaruh Siklus Menstruasi...............................................................12

2.5 Klasifikasi Gangguan Menstruasi.......................................................15

2.6Kelainan tentang siklus menstruasi......................................................17

2.7 Diagnosis Klinis Dermatitis...........................................................20

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN .........................21

3.1 Kerangka Konsep...........................................................................................21


3.2 Hipotesis ........................................................................................................22

BAB IVMETODE PENELITIAN ......................................................................23

4.1 Jenisdanrencana penelitian ............................................................................23


4.2 Populasipenelitian..........................................................................................23
4.3 Lokasi dan waktu penelitian...........................................................................23
4.4 Sampel,besarsampel, sertacarapenentuandanpenganbilansampel..................24
4.5 VariabelPenelitian...........................................................................................25
4.6 DefinisiOperasional........................................................................................25
4.7 Jenis,teknikdan instrument pengumpulan data...............................................26
4.8 Teknikanalisis data ........................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, sehingga

perlu mendapat perhatian khusus secara global. Hal ini diperjelas dengan diangkatnya

isu tersebut pada Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan

atau Internasional Conference on Population (ICPD), yang dilaksanakan di Kairo pada


tahun 1994. Salah satu isu penting yang diagendakan dalam ICPD tersebut adalah

kesehatan reproduksi remaja, karena pada masa remaja muncul berbagai masalah

reproduksi yang berkaitan dengan proses tumbuh kembangnya (Sherris, 1998).

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia

yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal

(stresor). Stresor dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang,

menyebabkan stres mental, perubahan perilaku, masalah-masalah dalam interaksi

dengan orang lain dan keluhan-keluhan fisik salah satunya gangguan siklus menstruasi.

Dalam pengaruhnya terhadap pola menstruasi, stres melibatkan sistem

neuroendokrinologi sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita

(Sriati;2008).

Stres yang berkelanjutan dapat menyebabkan depresi yaitu apabila sense of

control atau kemampuan untuk mengatasi stres pada seseorang kurang baik

(Durand;2006). Menurut dr. Suryo Dharmono, Sp.KJ(K) dari Departemen Psikiatri

FKUI prevalensi depresi pada wanita 2 kali lebih tinggi dibanding pria (Nita;2008).

Berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stressor telah dihubungkan

dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Beberapa penelitian

menunjukkan stressor seperti meninggalkan keluarga,masuk kuliah, bergabung dengan

militer, atau memulai kerja baru mungkin berhubungan dengan tidak datangnya

menstruasi. Stressor yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu pekerjaan,

meningkatkan panjang siklus menstruasi, jadi menunda periode setiap bulannya.

Sebagai tambahan mengenai meninggalkan keluarga atau memulai satu pekerjaan baru,

beberapa penelitian menunjukkan satu hubungan baru meningkatkan kemungkinan

untuk mendapatkan siklus yang lebih panjang (Insel & Roth, 1998).

Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi

yang khas ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita

tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar,
siklusnya tidak terlalu sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12

tahun ialah 25,1 hari. Lama menstruasi biasanya antara 3-8 hari, pada setiap wanita

biasanya lama menstruasi itu tetap (Winkjosastro, 2005).

Derasnya darah menstruasi dapat disebabkan tidak seimbangnya hormon atau

kelainan rahim. Pengidap kelainan ini mengalami gejala menstruasi selama tujuh hari

atau lebih dan darah yang keluar tidak tertampung oleh pembalut. Gumpalan darah

dalam jumlah banyak dapat juga menjadi gejala menoragia. Kelainan ini dapat

menyebabkan anemia. Pada oligomenorhea atau siklus menstruasi yang panjang dapat

berdampak pada tingkat kesuburan dan kesempatan wanita untuk memperoleh

keturunan. Dan jika tidak mengalamin menstruasi atau amenorea dapat juga disebabkan

oleh penyakit, stres, latihan terlalu berat atau turunnya berat badan secara dratis, hal ini

dapat menyebabkan sulit hamil (Anne Ahra).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang

diangkat adalah Bagaimana hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi pada

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Angkatan 2012

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada

mahasiswi fakultas kedokteran universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada

mahasiswi fakultas kedokteran universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2012.


b. Mengetahui hubungan stress dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada

mahasiswi fakultas kedokteran universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah

2. Bagi institusi pendidikan dapat dimanfaatkan dan dijadikan sebagai bahan referensi

untuk pustaka.

3. Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melakukan

penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. menstruasi

1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah pendarahan secara periodik dan siklis dari uterus, disertai

perlepasan (deskuamasi) endrometrium (Winkjosastro, 2005). Menstruasi adalah

keluarnya darah dari kemaluan perempuan setiap bulan akibat gugurnya dinding rahim

karena sel telur telah dibuahi. Sebenarnya proses yang terjadi adalah luruhnya lapisan

dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah bersama dengan sel

telur yang tidak dibuahi (BKKBN, 2009).

Siklus menstruasi adalah jarak antara masa haid, yaitu jarak dari pertama haid

terakhir ke hari pertama haid berikutnya. Biasanya berkisar selama 28 hari , atau yang

lebih kita kenal sebagai siklus klasik. Menstruasi terjadi setiap bulan, dengan pola siklus

yang berlainan pada setiap perempuan. Siklus menstruasi penting diketahui untuk

menentukan masa subur (BKKBN, 2009). Panjang siklus menstruasi yang normal atau

dianggap sebagai siklus menstruasi yang khas adalah 28 hari. Karena jam mulainya

menstruasinya tidak diperhitungkan dan tepatnya waktunya ;keluar haid dari ostium

uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan 1

hari (Winkjosastro, 2005).

Siklus menstruasi matang adalah kejadian berulang-ulang yang melibatkan

hipofisi, hipotalamus, ovarium dan uterus. Interaksi hormonal menginduksi siklus

kematang folikel di dalam ovarium. Pada saat yang sama, siklus pelengkap kejadian ini

diinduksi didalam uterus, sebagai persiapan untuk menerima dan memberi nutrisi pada

ovum yang telah dibuahi (Henderson, 2005).

Siklus menstruasi biasanya dimulai pada wanita muda umur 12-15 tahun

(menarche) yang terus berlanjut sampai umur 45-50 tahun (menopause). Masa remaja

biasanya siklus menstruasinya belum teratur (Winkjosastro, 2005).

Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan intelval 22-35 hari (dari hari

pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya). Sedangkan

menurut Rabe (2003) menyatakan bahwa menstruasi dianggap normal jika darah yang

keluar 2-5 tampon atau pembalut perhari. Lama menstruasi dianggap normal menurut
Ganong (2003) biasanya adalah 3-5 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah

dapat sesingkat 1 hari atau selama 8 hari.

Menstruasi disebut normal bila lama siklus menstruasi pada remaja putri

bervariasi. Kadangikadang darah keluar selama dua hari, kadang selama tujuh hari. Hal

itu dikarenakan tingkat produksi hormon pada tubuh berbeda-beda dari satu siklus ke

siklus selanjutnya. Dan hal ini mempengaruhi banyaknya dan lama darah keluar.

Jadi, untuk mengetahui bahwa siklus menstruasi tidak teratur ada beberapa

tanda-tanda :

- Kejang pada punggung dan otot tearasa kencang


- Payudara lebih berat
- Sakit kepala
- Munculnya jerawat
- Waktu tidur yang tidak normal
- Gangguan mood

2. Proses terjadinya menstruasi

Pada tiap siklus haid FSH(Follicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh lobus

anterior hipofisis yang menimbulkan beberapa folikel primer yang dapat berkembang

dalam ovarium. Umumnya satu folikel, kadang kadang juga lebih dari satu,

berkembang menjadi folikel de Graff yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan

produksi FSH, sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormone

gonadotropin yang kedua, yakni LH(Luteinizing Hormone).Produksi kedua hormon

gonadotropin (FSH dan LH) adalah dibawah pengaruh releasing hormones (RH) yang

disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh

mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Pula oleh pengaruh dari luar,

seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfaktorius, dan hal- hal psikologik

(Wiknjosastro, 2007).

Bila penyaluran releasing hormones normal berjalan baik, maka produksi lama

makin menjadi matang dan makinbanyak berisi liquor folikuli yang mengandung
estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh terhadap endometrium menyebabkan

endometrium tumbuh atau proliferasi. Waktu ketika proses berproliferasi terjadi disebut

masa proliferasi (Wiknjosastro, 2007).

Dibawah pengaruh LH, folikel de Graff menjadi lebih matang, mendekati

permukaan ovarium, dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium).

Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akanmerangsang

peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain

(Mittelschmerz). Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus luteum (wamanya menjadi

kuning) dibawah pengaruh hormon-hormon LH dan LTH(luteotrophic hormones), suatu

hormon gonadotropin juga. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.

Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi

dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya bersekresi (fase sekresi). (Wiknjosastro, 2007).

Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan

bahwa kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan

progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk- keluk di endometrium.

Tampak dilatasi dan statis dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia.

Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium

yangnekrotik. Proses ini disebut haid atau mensis (Wiknjosastro,2007).

3. Perubahan pada Endometrium

Winkjosastro (2007) mengatakan, pada masa reproduksi dan dalam keadaan

tidak hamil selaput lendir uterus mengalami perubahan-perubahan siklis yang berkaitan

erat dengan aktifitas ovarium. Dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam siklus haid

yaitu:
a. Fase Menstruasi

endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai pendarahan. Hanya stratum

basale yang tingggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan

sel-sel darah merah dalam hemolisis yang berlangsung 3-4 hari.

b. Fase Regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-

angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lender baru yang tumbuh dari sel-sel

epitel endometium. Pada waktu ini tebal endometrium 0,5 mm. Fase ini telah mulai

sejak fase menstruasi dan berlangsung 4 hari.

c. Fase Proliferasi

Dalam fase ini endometrium tumbuh mennjadi setebal 3,5 mm. Fase ini

berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi. Fase proliferasi

dapat dibagi atas 3 subfase yaitu :

1) Fase proliferasi dini (berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7)

2) Fase proliferasi madya (berlangsung dari hari ke-8 sampai ke-10)

3) Fase proliferasi akhir (berlangsung dari hari ke-11 sampai ke 14).

d. Fase sekresi

Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28.

Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah

menjadi panjang berlekuk-lekuk dan mengeluarkan getah yang banyak dalam

endrometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan untuk telur

yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium
menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas dua yaitu yang pertama fase

sekresi dini (endometrium terlihat lebih tipis dari fase sebelumnya karena kehilangan

cairan). Fase ini terbagi 3 lapisan yaitu stratu basale, stratum spongiosum dan stratum

kompaktum. Yang kedua fase sekresi lanjutan (endometrium tebalnya 5-6 mm, sangat

banyak mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk dan kaya glikogen).

4. Penyebab Menstruasi Tidak Teratur

Menstruasi atau Haid tidak teratur adalah Ketidakseimbangannya hormon pada

reproduksi wanita (Hormon Estrrogen dan Progesteron ), yang mana diketahui kedua

hormon tersebut harus dalam komposisi yang tepat untuk mengetahui kapan

pembentukan sel telur pada indung telur (ovarium), kapan pelepasan sel telur (ovulasi),

dan kapan menstruasi (luruhnya dinding rahimr akibat tidak adanya pembuahan sel

telur). Penyebab menstruasi tidak teratur yang sering ditemui dan dialami banyak

wanita, yaitu:

1. Ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron

2. Jarak siklus haid cukup jauh dengan haid pertama

3. Aktivitas seksual yang berlebihan

4. Melakukan diet yang ketat

5. Berat badan yang tidak seimbang

6. Tingkat masa subur yang terganggu akibat adanya kelenjar dan hormon berlebih

7. Keletihan, karena sering melakukan aktivitas yang padat dan berat

8. Stres

5. Pengaruh Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen dan

progesteron. Hormon hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh

perempuan. Perubahan tersebut dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti:
1. Perubahan suhu basal tubuh.

2. Perubahan sekresi lendir leher rahim (servik).

3. Perubahan pada servik.

4. Panjangnya siklus menstruasi (metode kalender).

5. Indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara (Lusa, 2011).

6. Klasifikasi Gangguan Menstruasi

Menurut Winkjosastro (2005), gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya

dalam masa reproduksi dapat digolongkan kedalam:

a. Kelainan tentang banyak darah yang keluar

1) Hipermenorea (pendarahan banyak)/ menoragia

Pendarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari

normal (lebih dari 8 hari). Sedangkan menurut Kalkubach dalam Rabe (2003)

hipermenorea dapat ditentukan jika pendarahan lebih dari 5 tampon perhari.

Etiologinya kelainan kondisi uterus, misalnya pada mioma uteri dengan

permukaan endrometrium lebih luas dan dengan kontraktilitas terganggu, polio

endrometrium, gangguan pelepasan endrometrium pada waktu menstruasi.

2) Hipomenorea (perdarahan sedikit )

Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih kurang dari biasa.

Sedangkan menurut Kulkubach dalam Rabe (2003),hipomenorea dapat ditentukan jika

perdarahan kurang dari 2 tampon perhari. Etiologinya bias terletak pada konstitusi

penderita, pada uterus, gangguan endokrin, dan lain-lain.


b. Kelainan tentang siklus menstruasi

1. Polimenorea

Siklus menstruasi lebih pendek dari bari biasa, perdarahan kurang lebih sama

atau lebih banyak dari menstruasi biasa. Sedangkan menurut Kalkubach dalam

Rabe (2003), polimenorea adalah siklus menstruasi yang kurang dari 22 hari.

Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan

gangguan ovulasi atau menjadi endeknya masa luteal. Etiologinya oleh karena

gangguan hormonal, kongesti ovarium, dan sebagainya.

2. Oligomenorea

Siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah darah yang

keluar biasanya berkurang. Bila oligomenorea berkelanjutan tiga bulan berturut-

turut dinamakan amenorea. Siklus menstruasinya anovulator dengan masa

proliferasi lebih panjang dari biasanya.

3. Amenore

Menurut Corwin (2001), amenore adalah tidak adanya daur haid. Amenore

terjadi secara alamiah sebelum pubertas dan setelah menopause. Amenorejuga

terjadi selama hamil, setelah melahirkan, dapat terjadi selama menyusui.

Gangguanemosi dan stress fisik juga dapat menyebabkan amenore. Gangguan-

gangguan endrokrin, terutama yang mengenai ovarium, hipofisis, tiroid, atau

kelenjar adrenal, dapat menyebabkan amenore pada wanita usia subur.

B. Stress

1.Definisi stress

Stres adalah suatu keadaan dimana beban yang dirasakan seseorang tidak

sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu (Slamet , 2003). Stres adalah

respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu

fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari
setiap orang mengalaminya, stres memberi dampak secara total pada individu yaitu

terhadap fisik, psikologis, intelektual, social dan spiritual, stress dapat mengancam

keseimbangan fisiologis. Stres emosi dapat menimbulkan perasaan negative atau

destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Hawari 2001 dalam Sriati mengatakan bahwa stres menurut Hans Selye

merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban

atasnya. Stresor psikososial adalah setiap keadaan/peristiwa yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga seseorang itu terpaksa mengadakan

adaptasi/penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun, tidak semua orang mampu

melakukan adaptasi dan mengatasi stresor tersebut, sehingga timbulah keluhan-keluhan

antara lain stres (Sriati;2008).

Stres intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam

menyelesaikan masalah , stres sosial akan mengganggu hubungan individu terhadap

kehidupan ( Rasmun , 2004 ). terhadap kehidupan ( Rasmun , 2004 ). Pada tubuh

gejala-gejala stress yang timbul dapat berupa:

a) Kelelahan

b) Sakit kepala

c) Ketegangan otot

d) Berdebar-debar atau denyut jantung tidak teratur

e) Perasaan tidak dapat bernapas/sesak

f) Mual-mual (merasa sakit) atau nyeri di perut

g) Nafsu makan kurang

h) Nyeri yang tidak jelas, misalnya pada lengan, tungkai, atau dada

i) Gangguan siklus menstruasi

Lama siklus menstruasi setiap wanita berbeda-beda tiap bulannya. Umumnya,

siklus berlangsung sekitar 28 hari, tetapi ada yang hanya 21 hari atau sampai 40 hari.

Jika perbedaan lamanya siklus yang terjadi setiap bulannya lebih dari seminggu,
menstruasi dikatakan tidak teratur. Ketidakteraturan ini disebabkan adanya gangguan

hormon atau pun faktor psikis, seperti stres dan depresi yang dapat mempengaruhi kerja

hormon. (Wijayakusuma, 2005).

2. Stressor (sumber stress)

Stressor merupakan stimuli yang mengawali atau memicu perubahan yang

menimbulkan stres. Stressor mewakili kebutuhan yang tidak terpenuhi, bisa berupa

kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan,spiritual dan sebagainya (Hidayat,

2009).Stress reaction acute (reaksi stres akut) adalah gangguan sementara yang muncul

pada seorang individu tanpa adanya gangguan mental lain yang jelas, terjadi akibat stres

fisik dan atau mental yang sangat berat, biasanya mereda dalam beberapa jam atau hari.

Kerentanan dan kemampuan koping (coping capacity) seseorang memainkan peranan

dalam terjadinya reaksi stres akut dan keparahannya.

Jenis stresor meliputi fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar

diri individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan

latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu

biasanya yang bersifat negatif yang menimbulkan frustasi, kecemasan, rasa bersalah,

khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta

rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh

interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat traumatik

yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,

pensiun, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan lain-lain.

Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan diluar tubuh, sumber stress

dapat berupa biologik (fisiologik), kimia, psikologik, social dan spiritual, terjadinya

stress karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu

ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal

dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis (Rasmun, 2004).


Papero 1997 dalam Sriati menyatakan ada empat variabel psikologik yang

dianggap mempengaruhi mekanisme respons stres:

1)Kontrol: keyakinan bahwa seseorang memiliki kontrol terhadap stresor yang

mengurangi intensitas respons stres.

2) Prediktabilitas: stresor yang dapat diprediksi menimbulkan respons stres yang

tidak begitu berat dibandingkan stresor yang tidak dapat diprediksi.

3) Persepsi: pandangan individu tentang dunia dan persepsi stresor saat ini dapat

meningkatkan atau menurunkan intensitas respons

4) Respons koping: ketersediaan dan efektivitas mekanisme mengikat ansietas

dapat menambah atau mengurangi respons stres (Sriati;2008).

3. Gejala stres

Menurut Amelia (2011), ada beberapa gejala stres, antara lain sebagai berikut :

a) Hilang minat terhadap kegiatan yang disenangi.

b) Hilang selera makan, yang berujung pada penurunan berat badan.

c) Terlihat lelah, atau kekurangan energi.

d) Memiliki perasaan tidak berharga dan tidak memiliki harapan.

e) Rasa bersalah yang tidak pada tempatnya.

f) Tidak mampu berkonsentrasi dan berpikir jernih.

g) Melankolik (rasa sedih berlebihan), rasa tidak berdaya di pagi hari dan bergerak lebih

lamban.

h) Pusing atau sakit perut.

i) Mempunyai keinginan atau harapan untuk mati, bahkan bunuh diri.

4. Respon Terhadap Stresor

A. Respon Fisiologis :

Situasi stres mengaktivasi hipotalamus yang selanjutnya mengendalikan dua

sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf
simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu mengaktivasi berbagai

organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya. Sebagai contohnya, ia

meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis

juga memberi sinyal ke medulla adrenal. Untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin

ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF

(corticotropin releasing factor), suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis

yang terletak tepat dibawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan

hormon ACTH (adrenocorticotropic hormone), yang dibawa melalui aliran darah ke

korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk

kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar

endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon

stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari

sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight (Sriati;2008).

Secara umum orang yang mengalami stres mengalami sejumlah gangguan fisik

seperti :

a) Gangguan pada organ tubuh menjadi hiperaktif dalam salah satu sistem tertentu.

Contohnya: muscle myopathy pada otot tertentu mengencang/melemah, tekanan darah

naik terjadi kerusakan jantung dan arteri, sistem pencernaan terjadi maag, diare.

b) Gangguan pada sistem reproduksi. Seperti: amenorhea/ tertahannya menstruasi,

kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria,

kehilangan gairah seks.

c) Gangguan pada sistem pernafasan: asma, bronbronchitis.

d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, jerawat, dst.

B. Respon Psikologik:
a) Keletihan emosi, jenuh, mudah menangis, frustasi, kecemasan,rasa bersalah, khawatir

berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta rasa

rendah diri.

b) Terjadi depersonalisasi ; dalam keadaan stres berkepanjangan,seiring dengan

keletihan emosi, ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain

sebagai sesuatu ketimbang seseorang

c) Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun,sehingga berakibat pula menurunnya

rasa kompeten & rasa sukses

C. Respon Perilaku

a) Manakala stres menjadi distres, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah

laku yang tidak diterima oleh masyarakat

b) Level stres yang cukup tinggi berdampak negatif pada kemampuan mengingat

informasi, mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.

c) Mahasiswa yang over-stressed (stres berat) seringkali banyak membolos atau tidak

aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. (Yulianti; 2004, Pusat Bimbingan dan Konseling

UNHAS; 2008, Chomaria;2009)

5. Tahapan stres

Menurut Robert J. Van Amberg, 1979 (dalam Hawari, 2001), stres dapat dibagi

kedalam enem tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap I

Tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan dan biasnaya ditandai

dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih tajam dari biasanya,
dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang lebih dari biasanya, namun tanpa

disadari cadangan energi semakin menipis.

b. Tahap II

Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan

timbul keluhan-keluhan baru karena habisnya cadangan energi. Keluhan-keluhan yang

sering muncul antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi, mudah lelah sesudah

makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh perut tidak nyaman, jantung

berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk merasa tegang, dan tidak bisa santai.

c. Tahap III

Jika tahap stres sebelumnya tidak ditanggapi dengan memadai, maka keluhan

akan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus (gastritis atau maag, diare),

ketegangan otot semakin terasa, perasan tidak tenang, gangguan pola tidur, tubuh terasa

lemah tidak bertenaga.

d. Tahap IV

Pada tahap ini akan muncul gejala-gejala seperti ketidakmampuan melakukan

aktivitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah karena

gangguan pola tidur,kemampuan mengingat dan konsentarsi menurun, serta muncul rasa

takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.

e. Tahap V

Tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat berat, tidak mapu

menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan

semakin berat, serta semakin meningkatnya perasaan takut dan cemas.

f. Tahap VI

Tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengantimbulnya rasa

panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan
untuk bernafas, tubuh gemetar danberkeringat, dan adanya kemungkinan terjadi kolaps

atau pingsan.

6. Pengukuran tingkat stres

Menurut Suparyanto, 2004. Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan

menggunakan kriteria HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Unsur yang dinilai

antara lain: perasaan ansietas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan

kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatik, gejala respirasi, gejala gejala

kardiovaskuler, gejala respirasi, gejala gastrointestinal, gejala urinaria, gejala otonom,

gejala tingkah laku. Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring, dengan ketentuan

penilaian sebagai berikut:

0: Tidak ada gejala dari pilihan yang ada

1: Satu gejala dari pilihan yang ada

2: Kurang dari separuh dari pilihan yang ada

3: Separuh atau lebih dari pilihan yang ada

4: Semua gejala ada

Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur atau item

dijumlahkan sebagai indikasi penilaian tingkat stres, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jumlah skor < 14 tidak ada stres

b. Jumlah skor 14-20 stres ringan

c. Jumlah skor 21-27 stres sedang

d. Jumlah skor 28-41 stres berat

e. Jumlah skor 42-56 stres sangat berat

Karena keterbatasan waktu dan tenaga, peneliti tidak melihat dari tingkat

stresnya tetapi hanya melihat dari ada tidaknya stres, dengan ketentuan apabila jumlah
skornya <14 maka tidak ada stres, dan apabila jumlah skornya antara > 14 maka

dikatakan stress

7. Penatalaksanaan Stres

Strategi menghadapi stres antara lain dengan mempersiapkan diri menghadapi

stresor dengan cara melakukan perbaikan diri secara psikis/mental, fisik dan sosial.

Perbaikan diri secara psikis/mental yaitu dengan pengenalan diri lebih lanjut, penetapan

tujuan hidup yang lebih jelas, pengaturan waktu yang baik. Perbaikan diri secara fisik

dengan menjaga tubuh tetap sehat yaitu dengan memenuhi asupan gizi yang baik,

olahraga teratur, istirahat yang cukup. Perbaikan diri secara sosial dengan melibatkan

diri dalam suatu kegiatan, acara, organisasi dan kelompok sosial. Mengelola stres

merupakan usaha untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stresor.

Dalam mengelola stres dapat dilakukan beberapa pendekatan antara lain:

1). Pendekatan farmakologi; menggunakan obat-obatan yang berkhasiat memulihkan

fungsi gangguan neurotransmiter disusunan syaraf pusat otak (sistem limbik).

Sebagaimana diketahui sistem limbik merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur

alam pikiran, alam perasaan dan perilaku seseorang. Obat yang sering dipakai adalah

obat anti cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant).

2). Pendekatan perilaku; mengubah perilaku yang menimbulkan stres, toleransi

/adaptabilitas terhadap stres, menyeimbangkan antara aktivitas fisik dan nutrisi,serta

manajemen perencanaan, organisasi dan waktu.

3). Pendekatan kognitif; mengubah pola pikir individu, berpikir positif dan sikap yang

positif, membekali diri dengan pengetahuan tentang stres, menyeimbangkan antara

aktivitas otak kiri dan kanan, serta hipnoterapi.

4). Relaksasi; upaya untuk melepas ketegangan. Ada 3 macam relaksasi yaitu relaksasi

otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui yoga, meditasi maupun

transendensi / keagamaan (Yulianti;2004, Chomaria;2009)


8. Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi

Stresor diketahui merupakan faktor etiologi dari banyak penyakit. Salah satunya

menyebabkan stres fisiologis yaitu gangguan pada menstruasi. Kebanyakan wanita

mengalami sejumlah perubahan dalam pola menstruasi selama masa reproduksi. Dalam

pengaruhnya terhadap siklus menstruasi, stres melibatkan sistem neuroendokrinologi

sebagai sistem yang besar peranannya dalam reproduksi wanita (Sriati;2008).

Insel & Roth 1998 dalam http://digilib.unsri.ac.id mengungkapkan bahwa

berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stresor telah dihubungkan dengan

adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Beberapa penelitian menunjukkan

stresor seperti meninggalkan keluarga, masuk kuliah, bergabung dengan militer, atau

memulai kerja baru mungkin berhubungan dengan tidak datangnya menstruasi. Stresor

yang membuat satu tuntutan baru bagi suatu pekerjaan, meningkatkan panjang siklus

menstruasi, jadi menunda periode setiap bulannya. Sebagai tambahan mengenai

meninggalkan keluarga atau memulai satu pekerjaan baru, beberapa penelitian

menunjukkan satu hubungan baru meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan

siklus yang lebih panjang.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Stresor
Stresor Stresor Fisik: Stresor Sosial:
Psikologis: suara, polusi, radiasi, kehilangan orang yang
tekanan dari suhu udara makanan, dicintai, kehilangan
dalam diri trauma, latihan fisik pekerjaan, pensiun,
individu biasanya yang terpaksa perceraian, masalah
yang keuangan, pindah rumah
bersifat negatif

Stress

Siklus
menstruasi

Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

B. Hipotesis
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah hubungan stress terhadap siklus

menstruasi pada mahasisi fakultas kedokteran Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya angkatan 2012.


H0 : tidak ada pengaruh hubungan stress terhadap siklus menstruasi pada

mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan

2012.
H1 : ada pengaruh hubungan stress terhadap siklus menstruasi pada mahasiswi

fakultas kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2012.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik menggunakan metode survey dengan pendekatan

cross sectional untuk melihat hubungan stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi

Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2012.


B. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswi Fakultas Kedokteran

Wijaya Kusuma Surabaya.Yaitu populasi total ...orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu mahasiswi fakultas kedokteran universitas

wijaya kusuma 2012-2013.Menurut Arikunto Suharsimi ( 2005 ) jika penelitian

memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mereka dapat menentukan

20-30% dari jumlah tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi< 100

orang, maka sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya.

Besarsampel yang diambil dalam penelitianini 65 responden dengan cara

simple random sampling.

n=%xN n=25%x261 n=65 responden

Keterangan:

N = Populasi

n = besarsampel yang dibutuhkan

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. tempat peenelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya

2. Waktu penelitian

Waktu Keterangan
Persiapan Proposal
PersiapanAlatdanBahan
Penelitian

Pengolahan Data
PengumpulandanPresentasiTugasAkhi

r
D. Variabel Penelitian

1. Variabel Terikat

Yang merupakan variabel terikat (dependet) penelitian ini adalah perubahan

siklus menstruasi akibat stress

2. variabel bebas

Variabel bebas (independent) penelitian ini adalah pengaruh stress terhadap

siklus menstruasi

E. Definisi operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Skala

Penelitian Operasional Ukur Ukur


Variabel dependent
Siklus Jarak antara Penyebaran Kuesioner Pendek Ordinal

Menstruasi masa haid, kuesioner Normal

yaitu jarak dengan Panjang

dari hari kriteria:

pertama Pendek : bila

haid siklus

terakhir ke menstruasi <

hari pertama 28 hari

haid Normal : bila

berikutnya siklus

menstruasi

28

hari

Panjang :

bila

siklus

menstruasi >
35 hari
Variabel Independent
Stsres Suatu Dengan Kuesioner Stres Ordinal

keadaan menyebarka Tidak

dimana n stres

beban kuesioner

yang dengan

dirasakan kriteria :

seseorang stres apabila

tidak jumlah

sepadan skornya > 14

dengan Tidak stres

kemampuan apabila

untuk jumlah

mengatasi skornya < 14

beban itu

F. Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dilapangan dengan cara

menyebarkan kuesioner yang berisi 19 pertanyaan untuk mengetahui siklus menstruasi

responden dan tingkat stres responden . Kemudian peneliti menjelaskan tentang

petunjuk pengisian kuesioner. Setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut

maka kuesioner diberikan untuk diisi dan kemudian data tersebut dikumpulkan untuk

pengelohan dan analisa data.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari jumlah mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya angkatan 2012.


DAFTAR PUSTAKA

Sherris, M, Kesehatan Remaja. Jakarta, ECG, 1998.

Wijayakusuma, Hembing, Menumpas Penyakit Kewanitaan dengan Tanaman Obat.

Jakarta, Puspa Swara, 2005.

Sriati Aat. 2008. Tinjauan tentang stress. http://www.akademik.unsri.ac.id

/.../TINJAUAN%20TENTANG%20STRES.pdf ... Di unduh pada tanggal 7 Desember

2009.

.Durand V Mark, Barlow David H. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Nita. 2008. Pentingnya Mengelola Siklus Reproduksi. http://www. medicastore.com

Diunduh pada tanggal 26 November 2009.

Winkjosastro, H, Ilmu Kandungan. Jakarta, YBP-SP, 2005.


Henderson, C, Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta, EGC, 2005.

Rabe, T, Ilmu Kandungan. Jakarta, Hipokrates, 2003.

Ganong, W.F, Fisiologi Kedokteran. EGC, 2003.

Rasmun, Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta Sagung Seto, 2004.

Wijayakusuma, Hembing, Menumpas Penyakit Kewanitaan dengan Tanaman Obat.


Jakarta, Puspa Swara, 2005.

Yulianti Devi. 2004. Manajemen Stres. Jakarta: ECG.

Suparyanto, Stres Dan Cara Pengukuran Pengertian Stres. http:// Zeeerawk. Tumblr.
Com, 2012 ( Diakses tanggal 28 Juni 2012 ).

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai