BAHAN AJAR
DIKTAT 3
GENETIKA
3. 3 GENETIKA MENDEL
3.3.1. Prinsip Pewarisan Sifat (Hukum Mendel I dan II)
3.3.2. Penyimpangan Semu Hukum Mendel
3.3.3. Gagal Berpisah dan Pautan Seks (Sex Linkage)
3.3.4. Penentuan Jenis Kelamin dan Golongan Darah
2
3. 1 PERAN KROMOSOM DALAM PEWARISAN
3
Kromatin merupakan bentukan seperti benang-benang halus yang
terdapat di dalam nukleus. Jika sel tidak dalam fase pembelahan, maka kromatin
membaur dengan nukleoplasma. Kromatin akan memendek, tersusun padat,
dan menebal, membentuk suatu struktur yang disebut sebagai kromosom, ketika
sel akan mengalami pembelahan. Kromosom (Chroma = warna + soma =
tubuh/body), tersusun atas DNA dengan protein (histon). Perhatikan Gambar
3.2. yang menjelaskan struktur dan komposisi kromosom.
Jika dilihat dengan
perbesaran yang lebih
tinggi, maka kromosom
tampak seperti benang-
benang spiral yang Gambar 3.3 Central dogma.
[Sumber: http://library.thinkquest.org.]
tersusun atas benang-
benang kromatin. Demikian seterusnya, benang-benang kromatin tersusun atas
untai DNA yang melilit protein histon, dan DNA itu berupa untai ganda.
Untai DNA terbagi menjadi ribuan bagian yang lebih pendek, disebut
gen. Gen tersebut membawa informasi diperlukan untuk membuat protein dan
senyawa lain di dalam sel. Informasi
itulah disebut kode genetik. Gen
merupakan bagian dari untai DNA
ditranslasikan. DNA mula-mula akan
ditranskripsi menjadi RNA kemudian
ditranslasi menjadi protein. Konsep
tersebut dikenal dengan Central
Dogma (Gambar 3.3).
4
yang disebut nukleotida. Sebuah nukleotida mengandung gugus gula
(deoksiribosa), basa-basa nitrogen purin (Adenin dan Guanin) dan pirimidin
(Timin dan Sitosin), serta gugus fosfat. Basa-basa nitrogen dihubungkan oleh
ikatan hidrogen. DNA terletak di dalam sel, yaitu terdapat di nukleus,
mitokondria, dan kloroplas, atau di dalam sitoplasma, untuk organisme prokariot.
Fungsi DNA berkaitan erat dengan
penurunan sifat dan sintesis protein.
5
yang dibawa oleh mRNA menjadi asam-asam amino yang tepat. ribosomal RNA
berperan penting dalam proses sintesis protein.
3. 1. 3 Replikasi DNA
6
terdiri atas fragmen-fragmen Okazaki. Fragmen-fragmen Okazaki kemudian
akan disambung oleh DNA ligase.
3. 1. 4 Sintesis Protein
3. 1. 5 Kariotipe Kromosom
7
Tahukah kalian, kariotipe laki-laki atau perempuankah pada penderita Sindrom
Down yang ditampilkan dalam Gambar 3.11?
8
nukleotida. Insersi adalah mutasi berupa penambahan basa nukleotida. Delesi
dan insersi basa nukleotida dengan jumlah bukan kelipatan 3, akan
menyebabkan pergeseran rangka pembacaan kodon saat translasi, yang
menyebabkan frameshift mutation (mutasi pergeseran rangka). Duplikasi adalah
mutasi akibat penggandaan basa nukleotida pada suatu lengan kromosom.
Inversi adalah mutasi akibat pembalikan urutan letak basa nukleotida pada
lengan kromosom. Translokasi adalah mutasi akibat pelekatan patahan suatu
kromosom ke kromosom lain yang bukan pasangan homolognya.
Pembelahan Amitosis
9
Pembelahan Mitosis
Mitosis merupakan
pembelahan sel yang menghasilkan
jumlah anakan yang identik dengan
sel induk. Proses pembelahan
secara mitosis berlangsung secara
berkala, tetapi para ahli membagi
menjadi empat tahapan, yaitu:
1. Profase, pada tahap tersebut
DNA mulai dikemas atau dipaket
menjadi kromosom. Pada tahap
awal, kromosom mulai tampak lebih
pendek dan menebal. Pada sel
hewan, sentriol membelah dan
Gambar 3.13 Pembelahan amitosis
masing-masing bergerak ke kutub [Sumber: http://atlas.arabslab.com.]
yang berlawanan. Selanjutnya mulai
terbentuk benang-benang spindel yang terhubung dari kutub ke kutub. Pada sel
tumbuhan, tidak terdapat sentriol dan benang spindel terbentuk tanpa terikat
pada sentriol. Pada profase akhir, masing-masing kromosom terdiri atas dua
kromatid (sister chromatids) yang terikat pada sentromer, selanjutnya nukleolus
dan membran nukleus menghilang.
2. Metafase, benang spindel terbentuk sempurna berada pada kutub yang
berlawanan pada sel. Kromosom berkumpul pada garis tengah pembelahan
antara dua kutub benang spindel. Sentromer seluruh kromosom berada pada
garis pembelahan (ekuator). Kromosom
terletak di bidang ekuator dengan tujuan
agar pembagian jumlah informasi DNA
yang akan diberikan kepada sel anakan
yang baru benar-benar rata dan sama
jumlahnya.
3. Anafase, dimulai ketika masing-masing
sentromer yang mengikat kromatid
membelah bersamaan. Protein penggerak
kinetokor menarik sentromer kromatid
10
Gambar 3. 14 Skema pembelahan mitosis
[Sumber: Pearson Prentice Hall, Inc.]
sepanjang mikrotubul ke arah berlawanan dengan kutub sel. Ketika peristiwa ini
terjadi, benang spindel menempel pada kinetokor yang memendek. Kedua kutub
bergerak menjauh dan sel memanjang. Anafase berakhir ketika jumlah
kromosom telah di kutub pembelahan masing-masing.
4. Telofase, pemanjangan sel yang terjadi pada anafase masih berlangsung.
Membran inti mulai terbentuk dan nukleolus kembali muncul. Benang spindel
menghilang pada akhir telofase. Kromosom membentuk benang-benang
kromatin. Selanjutnya, pada tahap telofase akhir terjadi pembelahan sitoplasma
dengan proses yang disebut sitokinesis.
Pembelahan Meiosis
11
tetapi ada beberapa perbedaan yang mendasar. Meiosis terdiri atas meiosis I
dan meiosis II menghasilkan empat sel anakan yang mempunyai jumlah
kromosom setengah dari sel induk. Tahapan-tahapan meiosis adalah sebagai
berikut:
1. Profase I, merupakan fase yang paling kompleks dari meiosis dan
memerlukan lebih dari 90% waktu yang dibutuhkan untuk membelah. Kromatin
melingkar pada awal fase tersebut sehingga dapat dilihat dengan mikroskop.
Peristiwa sinapsis terjadi pada tahap tersebut, kromosom homolog, yang terdiri
atas dua chomosom sister. Kromosom memadat ketika nukleus menghilang.
Membran inti menghilang dan kromosom menjadi tetrad, diikat oleh mikrotubul
benang spindel, bergerak ke tengah sel.
2. Metafase I, kromosom tetrad berjajar pada garis pembelahan, di tengah kutub
spindel. Setiap kromosom memadat dan menebal, dengan sister chromatids
masih menempel di sentromer. Benang spindel menempel di kinetokor pada
sentromer. Kromosom homolog bergabung menjadi satu pada situs crossing
over pada setiap tetrad. Posisi tersebut menyebabkan kromosom homolog pada
setiap tetrad bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan.
3. Anafase I, mirip dengan anafase pada mitosis. Anafase I pada meiosis
ditandai dengan pergerakan kromosom ke arah kedua kutub sel. Perbedaan
dengan mitosis, kromatid saudara mempunyai kromosom ganda yang menempel
di sentromer dan hanya tetrad yang memisah.
4. Telofase I, kromosom terletak pada kutub-kutub sel. Setiap kutub sel
mempunyai set kromosom yang haploid, meskipun tiap kromosom masih dalam
bentuk duplikat atau dapat dikatakan bahwa tiap kromosom masih mempunyai
sister chromatids.
5. Meiosis II, setelah meiosis I kromosom memadat lagi dan membran inti
menghilang selama profase II. Selebihnya proses meiosis II mirip dengan
mitosis.
12
seksual. Pembelahan mitosis menghasilkan sel baru yang sama persis dengan
sel induk, sedangkan pembelahan meiosis menghasilkan sel yang tidak identik
dan terjadi reduksi jumlah kromosom menjadi setengah dari jumlah kromosom
sel induk. Perbedaan-perbedaan lain antara pembelahan mitosis dan meiosis
dapat dilihat pada Gambar 3.16.
14
metabolisme yang aktif. Sel-sel dalam fase G0 dapat kembali memasuki siklus
sel dengan cara kembali ke G1.
Gangguan pada kontrol mekanisme siklus sel dapat memicu terjadinya
pembentukan tumor atau kanker. Kanker merupakan penyakit yang ditandai
dengan pembelahan sel yang tidak terkendali. Sel-sel kanker memiliki
kemampuan menyerang jaringan biologis lainnya, baik pertumbuhan langsung
dengan menerobos ke jaringan sekitarnya (invasi) atau dengan migrasi sel ke
tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan sel yang tidak terkendali tersebut
disebabkan kerusakan DNA, yang menyebabkan mutasi pada gen-gen yang
berperan dalam mengontrol pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin
dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi
tersebut dapat disebabkan oleh agen kimia, fisik, maupun biologis yang disebut
karsinogen. Mutasi dapat terjadi secara spontan ataupun diwariskan (mutasi
germline).
3. 2. 5 Gametogenesis
3. 3 GENETIKA MENDEL
16
A = warna kuning
a = warna hijau
B = biji bulat
b = biji keriput
100% biji bulat
kuning
9:3:3:1
9 kuning-bulat : 3 hijau-bulat :
3 kuning-keriput : 1 hijau-keriput
18
penyimpangan terhadap rasio klasik tersebut. Hal tersebut terjadi karena
terdapat interaksi gen-gen dalam menentukan satu sifat yang sama.
Epistasis Dominan (12 : 3 : 1)
Epistasis Resesif (9 : 3 : 4)
19
Jika kedua gen bersifat dominan atau resesif, maka sifat yang terekspresi
akan berbeda dengan sifat yang akan terekspresi apabila hanya ada salah satu
gen yang bersifat dominan. Misalnya, pada gandum, warna merah dihasilkan
dari genotip R.B., warna putih dihasilkan dari genotip rrbb, sedangkan genotip
R.bb atau rrB. akan menghasilkan warna coklat. Jika seorang petani ingin
menyilangkan gandum merah (RRBB) dan putih (rrbb), maka bagaimana rasio
fenotip F2 yang akan ia dapatkan ?
Gen dominan duplikat terjadi ketika satu gen dominan pada alel pertama
ataupun alel kedua menghasilkan fenotip yang sama. Misalnya, pada
penyilangan gandum merah dan gandum putih, genotip A.B., A.bb, dan aaB.
akan menghasilkan gandum berwarna merah. Gandum berwarna putih hanya
akan dihasilkan oleh genotip aabb. Jika Anda menyilangkan gandum merah
dengan genotip AABB dan gandum putih dengan genotip aabb, maka bagaimana
rasio fenotip F2 yang Anda dapatkan?
Interaksi dominan dan resesif terjadi apabila salah satu gen dominan A
epistasis terhadap alel lain B atau b. Alel resesif bb bersifat epistasis terhadap
alel A atau a. Oleh karena itu, dalam kasus ini hanya terdapat dua fenotip.
Misalnya pada warna bulu ayam, gen C menghasilkan warna, gen c tidak
20
menghasilkan warna (putih), gen I menghalangi munculnya warna, dan gen i
tidak menghalangi munculnya warna. Berdasarkan contoh tersebut, I epistasis
terhadap C dan c, sedangkan cc epistasis terhadap I dan i. Jika seorang
peternak ayam ingin mengawinkan ayam coklat (IICC) dengan ayam putih (iicc),
maka bagaimana rasio fenotip F2 yang akan didapatkan?
Gagal berpisah
(nondisjunction) adalah
peristiwa pasangan
kromosom yang gagal
berpisah ketika
pembelahan. Gagal
berpisah dapat terjadi
Gambar 3.24 Gagal berpisah.
karena gagal [Sumber: Pearson Prentice Hall, Inc.]
21
Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner, Sindrom Triple X, dan lain-lain. Tahukah
kalian formula jumlah kromosom
untuk masing-masing sindrom
tersebut ?
Pautan seks adalah
peristiwa ketergantungan gen atau
suatu sifat pada kromosom seks.
Gen apapun yang berlokasi di
kromosom X (pada Mamalia, lalat
buah, dan lain-lain) atau pada
kromosom Z (pada burung dan
spesies-spesies lainnya) yang
analog dengan X, disebut sebagai
gen terpaut seks. Gen terpaut seks
yang ditemukan pertama kali adalah
gen mutasi mata putih pada
Drosophila melanogaster. Sifat-sifat
tertaut seks tidak menunjukkan
hasil-hasil yang sama dalam
Gambar 3. 25 Pautan seks
persilangan yang resiprokal. [Sumber: Pearson Prentice Hall, Inc.]
Misalnya, betina bermata putih bila disilangkan dengan jantan normal bermata
merah, akan menghasilkan semua keturunan jantan bermata putih seperti induk
betinanya, dan semua keturunan betina bermata merah seperti induk jantannya.
Akan tetapi, bila dilakukan persilangan resiprokal (betina bermata normal
disilangkan dengan jantan bermata putih), hasil keturunannya tidak akan sama,
tetapi akan dihasilkan 25% betina bermata merah, 25% betina bermata putih,
25% jantan bermata merah, dan 50% jantan bermata putih.
Terdapat beberapa tipe determinasi seks, yaitu tipe XY, tipe ZW, dan tipe
XO. Tipe XY digunakan pada manusia, jenis-jenis mamalia, lalat buah, dan lain-
lain. Kromosom Y pada manusia menjadi penentu utama jenis kelamin. Jika
seseorang memiliki kromosom Y, maka dia adalah laki-laki (44A + XY),
sedangkan jika tidak, maka dia adalah perempuan (44A + XX). Lalat buah jantan
22
memiliki formula kromosom 6A + XY,
sedangkan betina memiliki formula
kromosom 6A + XX. Tipe ZW diterapkan
pada burung, kupu-kupu, dan beberapa jenis
ikan, misalnya jantan dengan formula
kromosom 16A + ZZ dan betina dengan
formula kromosom 16A + ZW. Tipe XO
terdapat pada belalang. Betina memiliki
jumlah kromosom sebanyak 22 (20A + XX),
dan jantan memiliki 21 kromosom (20A +
XO).
Golongan darah pada manusia
ditentukan secara kodominan, yaitu semua
gen akan diekspresikan. Individu yang
bersifat heterozigot akan mengekspresikan
kedua fenotip. Misalnya pada sistem Gambar 3.26 Determinasi seks
penggolongan darah ABO, terdapat tiga [Sumber: Addison Wesley Longman, Inc.]
gen, yaitu gen IA, IB, dan IO. Gen IO bersifat resesif terhadap IA dan IB sehingga
hanya mengekspresikan golongan darah O bila tidak ada gen IA atau IB. Alel IA
dan IB bersifat kodominan satu sama lain. Jika seseorang memiliki kedua alel
tersebut, maka ia akan bergolongan darah AB.
3. 4 GENETIKA MANUSIA
23
normal, sedangkan orang yang memiliki gen S memiliki sel darah abnormal yang
berbentuk bulan sabit. Individu dengan genotip heterozigot merupakan
pembawa sifat (carrier) yang terdapat campuran sel darah normal dan sel darah
berbentuk bulan sabit dalam aliran darahnya. Orang dengan gen S homozigot
memiliki sel darah merah yang semuanya berbentuk bulan sabit. Peta silsilah
keluarga dapat digunakan untuk merunut kelainan genetis tersebut.
Pewarisan sifat
manusia kadang
ditentukan oleh gen
tunggal, begitu juga
pewarisan penyakit dari
generasi ke generasi.
Para ahli genetika
menganalisis
kemungkinan kelainan
pada penyakit tersebut
dengan menganalisis
sejarah keluarga
Gambar 3. 28 Perbandingan sel saraf normal dengan yang
penderita. Beberapa terkena penyakit Tay Sachs
penyakit dapat [Sumber: Society of Neurosciene, 2008.]
24
sehingga akan mengakibatkan akumulasi pada jaringan saraf yang dapat
menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan saraf.
Salah satu penyakit lain yang diturunkan secara genetis adalah
thalasemia. Orang yang menderita thalasemia mempunyai ciri-ciri sel darah
merah berukuran kecil, lonjong, jumlahnya lebih banyak dari sel darah merah
orang normal, dan afinitas terhadap oksigen rendah. Berdasarkan
keparahannya, terdapat dua jenis thalasemia, yaitu thalasemia mayor dan
thalasemia minor. Thalasemia mayor disebabkan oleh genotip ThTh, merupakan
penderita anemia yang sangat parah dan penderitanya dapat mengalami
kematian sewaktu bayi. Thalasemia minor adalah penderita anemia yang tidak
parah, umumnya penderitanya memiliki genotip heterozigot Thth.
Buta warna juga merupakan penyakit yang diturunkan secara genetis.
Buta warna ditentukan oleh suatu gen resesif terpaut kromosom seks, yaitu
kromosom X. Seorang ibu yang membawa sifat buta warna (carrier) dan normal
secara fenotipik, dapat mewariskan kelainan tersebut pada anak laki-lakinya.
Kelainan lain yang juga diturunkan secara genetis adalah albino. Albino
merupakan kondisi seseorang yang tidak memiliki pigmen. Albino disebabkan
oleh gen yang terdapat pada autosom (kromosom tubuh). Albino merupakan
karakter yang bersifat resesif.
25
peluang 2/3 untuk menjadi carrier (Aa). Kita dapat menentukan kemungkinan
keseluruhan anak pertama mereka dengan aturan perbandingan tersebut, yaitu
2/3 (peluang Budi menjadi carrier penyakit) dikalikan dengan 2/3 (peluang Santi
menjadi carrier penyakit) dikalikan dengan 1/4 (peluang Budi dan Santi memiliki
anak yang mengidap penyakit tersebut) sehingga diperoleh 1/9. Hasil
perbandingan tersebut menunjukan bahwa masih terdapat kemungkinan sebesar
8/9 anak mereka tidak mengidap penyakit tersebut. Budi dan Santi juga
mengetahui bahwa ada kemungkinan 1/4 dari anak kedua mereka dapat
mengidap penyakit tersebut. Hukum Mendel digunakan untuk memprediksi hasil
perkawinan yang mungkin muncul didasarkan pada setiap anak mewakili suatu
kejadian yang independen.
Genetika populasi merupakan salah satu cabang dari ilmu genetika yang
mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikan secara matematik
mengenai kemungkinan penyebaran gen dalam suatu populasi.
26
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa dalam suatu populasi yang
seimbang, baik frekuensi gen maupun frekuensi genotip dari satu generasi ke
generasi berikutnya akan tetap, dengan syarat tidak terjadi mutasi, tidak terjadi
seleksi alam, populasi cukup besar, terjadi perkawinan secara acak (random),
dan tidak terjadi aliran gen atau tidak terjadi migrasi. Bila p adalah frekuensi alel
A dan q adalah frekuensi alel a, maka akan berlaku p2 + 2pq + q2 = 1.
Beberapa contoh karakter atau fenotip yang dapat dengan mudah
dihitung dalam suatu populasi adalah
karakter widows peak (sejenis kontur
yang menjorok keluar dari batas tumbuh
rambut di dahi). Sifat tersebut disebabkan
oleh alel dominan W. Semua individu
yang tidak mempunyai widows peak
adalah homozigot resesif (ww). Jika
Gambar 3. 30 Widows peak (kiri)
dalam suatu keluarga memiliki orang [Sumber: Stanford School of Medicine, 2004.]
tua yang keduanya widows peak
heterozigot (Ww) dan memiliki anak yang homozigot dominan (WW), maka
semua keturunannya akan memiliki widows peak.
Karakter lain yang dapat diamati adalah kemampuan memutar lidah
(tongue rolling). Karakter tersebut merupakan tingkah laku yang dipengaruhi
oleh kebudayaan, proses belajar, dan faktor lingkungan lainnya. Fenotip roller
(mampu memutar lidah) merupakan sifat dominan, sedangkan fenotip nonroller
(tidak mampu memutar lidah) merupakan sifat resesif.
Sifat lain yang dapat dengan mudah diamati adalah arah putaran rambut.
Sifat tersebut tidak dipengaruhi lingkungan. Rambut dapat berputar searah atau
berlawanan dengan jarum jam. Alel untuk putaran rambut searah bersifat
dominan terhadap arah putaran rambut berlawanan dengan jarum jam.
27
tersebut terkena angin dan sinar matahari. Pada manusia, nutrisi memengaruhi
tinggi, latihan fisik mengubah bentuk badan, berjemur akan mengelapkan kulit,
dan pengalaman akan meningkatkan kecerdasan. Kembar identik pun akan
menampakkan perbedaan fenotip sebagai akibat dari pengalaman mereka.
Suatu genotip menghasilkan fenotip yang sangat spesifik. Contohnya
adalah lokus gen yang menentukan golongan ABO seseorang, akan tetapi
jumlah sel darah merah dan putih seseorang bervariasi, tergantung pada faktor-
faktor seperti letak ketinggian, tingkat kebiasaan aktivitas fisik, dan ada tidaknya
infeksi. Lingkungan berkontribusi terhadap sifat kuantitatif karakter tersebut. Ahli
genetika menyebut hal tersebut dengan multifaktorial, yang berarti banyak faktor,
baik faktor genetik maupun lingkungan, secara kolektif memengaruhi fenotip.
28
3. 5. 3 Pewarisan Multifaktorial: Pola Sidik Jari, Tinggi,
dan Warna Kulit
Secara umum rata-rata total garis pada laki-laki adalah 145 dan wanita 126.
Pengaruh lingkungan lebih jelas terlihat pada tinggi tubuh seseorang.
Orang yang tidak cukup makan tidak akan cukup mencapai potensi tinggi tubuh
yang dimiliki secara genetik. Berdasarkan suatu penelitian dengan
membandingkan tinggi rata-rata seluruh siswa yang ada di suatu sekolah pada
29
tahun 1920 dan 1997, terlihat bahwa pada tahun 1997 siswa tertinggi adalah 6,5
kaki dibandingkan dengan tahun 1920 yang hanya 5,9 kaki (satu kaki=33,33 cm)
Perbedaan tinggi tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 1997 mempunyai
kondisi lingkungan yang mendukung pola makan dan kesehatan lebih baik dari
pada tahun 1920.
Warna kulit juga termasuk salah satu karakter multifaktorial. Warna kulit
ditentukan oleh gen dan faktor lingkungan. Gen penentu produksi melanin yang
tampak pada kulit. Selain
gen, faktor geografis juga
menentukan warna kulit.
Orang yang tinggal di
daerah tropis dan terpapar
sinar matahari dalam
intensitas yang lebih tinggi
memiliki kulit yang lebih
gelap dibanding orang-
orang yang tinggal di
Gambar 3. 34 Berbagai warna kulit manusia.
daerah subtropis.
[Sumber: http://info.cancerresearchuk.org.]
3. 5 DAFTAR ACUAN
Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G., & Taylor, M.R. 2002. Biology:
Concepts & connections. 4th Ed. Benjamin Cummings, San Francisco:
xxxvii + 781 hlm.
Griffiths, A.J.F., Miller, J.H., Suzuki, D.T., Lewontin, R.C., & Gelbart, W.M. 1999.
An introduction to genetics analysis. 7th Ed. W.H. Freeman, New York:
xvii + 860 hlm.
Hartwell, L.H., Hood, L., Goldberg, M.L., Reynolds, A.E., Silver, L.M., & Veres,
R.C. 2004. Genetics: From Genes to genomes. 2nd Ed. McGraw-Hill
Higher Education, Boston: xxvii + 865 +I-18 hlm.
Lewis, R. 2003. Human genetics: Concepts and applications. 5th Ed. The
McGraw-Hill Companies, Inc., Boston: xviii + 454 hlm.
Glick, B.R., & Pasternak, J.J. 2003. Molecular Biotechnology: Principles and
Applications of recombinant DNA. 3rd Ed. ASM Press, Washington: xxiii +
760 hlm.
30
Russel, P.J. 1998. Genetics. 5th Ed. The Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc., California: xxi + 805 hlm.
Snustad, D.P., & Simmons, M.J. 1999. Principles of genetics. 2nd Ed. John Wiley
& Sons, Inc., New York: xviii + 876 hlm.
Tamarin, S.H. 1999. Principles genetics. 5th Ed. WCB/McGraw-Hill, Boston: xvi +
686 hlm.
Wolfe, W.L. 1995. An introduction to cell an molecular biology. Wadworth
Publishing Company, Belmont: xvii + 772 hlm.
31