Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teknik transfusi darah ditemukan pada tanggal 3 Juni 1667, untuk pertama

kalinya dalam sejarah kedokteran dan operasi, dokter asal Perancis, Jean Baptist

Denis berhasil melakukan transfusi darah. Keberhasilan operasi transfusi darah

pertama ini merupakan lompatan besar dalam ilmu kedokteran karena

sebelumnya, banyak sekali pasien yang harus kehilangan nyawanya akibat

kekurangan darah.(4)

Pengobatan dengan transfusi diakui serta diterima dalam dunia

kedokteran, setelah Dr. Karel Landsteiner menemukan golongan darah A, B, AB

dan O pada tahun 1940 dan patokan inilah yang dipakai sampai sekarang di dunia.
(3)

Teknik pemisahan plasma darah ditemukan 3 Juni 1904, Charles Richard

Drew, seorang dokter penemu teknik pemisahan dan pengawetan plasma darah,

terlahir ke dunia di kota Washington D.C. Ia menuntut ilmu kedokteran di McGill

University di Montreal, Kanada. Pada tahun 1938, Drew mendapat beasiswa

untuk melanjutkan pendidikan di Columbia Univesity, New York dan di sana ia

melakukan penelitian terhadap berbagai problem yang ditemukan dalam transfusi

darah. Selama penelitian itu, dia menemukan bahwa plasma darah atau cairan

darah yang tidak mengandung sel, dapat dikeringkan dan disimpan dalam waktu

lama tanpa mengalami kerusakan. Penemuan besar Charles Drew ini mendapat
sambutan dari dunia inetrnasional dan pada tahun 1939, Drew menerima bantuan

dana dari Asosiasi Transfusi Darah dan ia membuka bank penyimpanan darah di

Columbia Presbyterian Hospital. Pada tahun 1940, Charles Drew menerima gelar

doktor dan menjadi warga AS kulit hitam pertama yang menerima gelar ini.

Charles Drew meninggal dunia tahun 1950 akibat kecelakaan mobil.(4)

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang definisi

transfusi darah, macam bentuk sediaan darah serta komponen darah, indikasi

pemberian transfusi darah, komplikasi dan reaksi transfusi darah.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

darah penerima (resipien).(2) Definisi lain adalah sutu proses pekerjaan

memindahkan darah dari orang yang sehat kepada oarang yang sakit.(3)

Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit dan

plasma yang mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang

diperlukan saja dapat dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap,

prinsip ini lebih ditekankan lagi pentingnya di bidang pediatri dikarenakan bayi

maupun anak yang sedang tumbuh tidak perlu diganggu sistem imunologisnya

oleh antigen yang tidak diperlukan. Pemberian whole blood hanya dilakukan atas

indikasi anemia pasca perdarahan yang akut dan untuk transfusi tukar.(2)

2.2. Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah

a. Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap

juga mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII).

Volume darah sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml,

450 ml. Dapat bertahan dalam suhu 42C. Darah lengkap berguna untuk
meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat

0,90,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah lengkap.(6)

b. Sel darah merah

Packed red cell

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara

tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%.

Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan

42C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka.(3)

Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah

dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells

banyak dipakai dalam pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik,

leukemia dan anemia karena keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan

untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila

kadar Hb sudah di atas 8 g%.

Dosis transfusi darah didasarkan atas makin anemis seseorang resipien,

makin sedikit jumlah darah yang diberikan per et mal di dalam suatu seri transfusi

darah dan makin lambat pula jumlah tetesan yang diberikan. Hal ini dilakukan

untuk menghindari komplikasi gagal jantung. Dosis yang dipergunakan untuk

menaikkan Hb ialah dengan menggunakan rumus empiris:

Kebutuhan darah (ml) = 6 x BB (kg) x kenaikan Hb yang diinginkan.


Penurunan kadar Hb 1-2 hari pasca transfusi, maka harus dipikirkan

adanya auto immune hemolytic anemia. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji

coombs dari serum resipien terhadap eritrosit resipien sendiri atau terhadap

eritrosit donor. Keadaan demikian pemberian washed packed red cell merupakan

komponen pilihan disamping pemberian immuno supressive (prednison, imuran)

terhadap resipien.(2)

Red cell suspension

Dibuat dengan cara mencampur packed red cell dengan cairan pelarut

dalam jumlah yang sama.

Washed red cell

Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan

saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa diberi

human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang

terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell

dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion.(3)

Darah merah pekat miskin leukosit

Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 42C, berguna untuk

meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi.

Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.(6)

c. Suspensi granulosit/leukosit pekat


Kandungan utama berupa granulosit dengan volume 50-80 ml. Suhu

simpan 202C. Lama simpan harus segera ditransfusikan dalam 24 jam.(6)

Transfusi granulosit diberikan bila penderita nutropenia dengan panas

tinggi telah gagal diobati dengan antibiotik yang tepat lebih dari 48 jam. Transfusi

granulosit diberikan kepada para penderita leukemia, penyakit keganasan lainnya

serta anemia aplastik yang jumlah leukositnya 2000/mm3 atau kurang dengan

suhu 39C atau lebih.

Donor dari keluarga terdekat akan memperkecil kemungkinan reaksi

transfusi. Bila tidak diperoleh donor yang cocok golongan ABO-nya maka dapat

dipilih donor golongan O. Komponen suspensi granulosit harus diberikan segera

setelah pembuatan dan diberikan secara intravena langsung atau dengan tetesan

cepat. Efek pemberian transfusi granulosit ini akan tampak dari penurunan suhu,

bukan dari hitung leukosit penderita. Penurunan suhu terjadi sekitar 1-3 hari pasca

transfusi.(2)

d. Suspensi trombosit

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang

disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang

dapat menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. (3)

Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena

trombositopenia. Indikasi pemberian komponen trombosit ialah setiap perdarahan

spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang dari

50.000/mm3. misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia,


anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena

pemberian sitostatika terhadap tumor ganas. Splenektomi pada hipersplenisme

penderita talasemia maupun hipertensi portal juga memerlukan pemberian

suspensi trombosit prabedah. Komponen trombosit mempunyai masa simpan

sampai dengan 3 hari.(2)

Macam sediaan:

Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.

Penyimpanan 34C sebaiknya 24 jam.

Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan

202C. Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post

transfusi pada dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria,

menggigil, demam, alloimunisasi Antigen trombosit donor.(6)

Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada

Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet

concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa

Platelet Poor Plasma. Masa simpan 48-72 jam.(3)

e. Plasma

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah

(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin


pada nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki

jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma seperti globulin.(3)

Plasma diperlukan untuk penderita hiperbilirubinemia. Komponen

albumin di dalam plasma yang diperlukan untuk mengikat bilirubin bebas yang

toksis terhadap jaringan otak bayi. Tindakan ini biasanya mendahului suatu

tindakan transfusi tukar. Dosis yang diperlukan ialah 35 ml/kgbb. Penggunaan

sebagai plasma expander pada renjatan, substitusi protein pada kesulitan masukan

oral jarang dilakukan.(2)

Macam sediaan plasma adalah:

Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan

packed red cell.

Plasma kering (lyoplylized plasma)

Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3

tahun).

Fresh Frozen Plasma

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung

dibekukan pada suhu -60C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan

perdarahan (hemostasis).(3)
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan labil, dengan

volume 150-220 ml. Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1

tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor pembekuan labil bila faktor

pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam waktu 6 jam

setelah dicairkan. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,

hipervolemia.(6)

Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII atau anti

hemophilic globulin (AHG), faktor pembekuan XIII, faktor Von Willbrand,

fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan karena

kurangnya AHG di dalam darah penderita hemofili A. AHG tidak bersifat genetic

marker antigen seperti granulosit, trombosit atau eitrosit, tetapi pemberian yang

berulang-ulang dapat menimbulkan pembentukan antibodi yang bersifat inhibitor

terhadap faktor VIII. Karena itu pemberiannya tidak dianjurkan sampai dosis

maksimal, tetapi sesuai dosis optimal untuk suatu keadaan klinis.(2)

Pembuatannya dengan cara plasma segar dibekukan pada suhu -60C,

kemudian dicairkan pada suhu 4-6C. Akibat proses pencairan terjadi endapan

yang merupakan cryoprecipitate kemudian dipisahkan segera dari supernatant

plasma.(3)

Setiap kantong kriopresipitat mengandung 100-150 U faktor VIII. Cara

pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan


infus, pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak

tahan pada suhu kamar. (2)

Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun,

ditransfusikan dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam,

alergi.

Heated plasma

Plasma dipanaskan pada suhu 60C selama 10 jam. Bahaya hepatitis

berkurang. Heated plasma mengandung albumin 88%, globulin 12%, NaCL

0,06%, coprylic acid Na 0,02%, Na acetyl tuphtophen 0,02%, natrium cone 50

mEq/L

Albumin

Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen

dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan

sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan

osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa

2.3. Manfaat komponen darah

Komponen darah diberikan melalui transfusi dimaksudkan agar transfusi

tepat guna, pasien memperoleh hanya komponen darah yang diperlukan,

mengurangi reaksi transfusi, mengurangi volume transfusi, meningkatkan

efisiensi penggunaan darah, serta memungkinkan penyimpanan komponen darah

pada suhu simpan optimal.(6)


2.4. Indikasi (1,5)

a. Sel darah merah

Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan

untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu yang

singkat.

kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau

pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume

darah dibutuhkan.

Transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.

Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita

penyakit keganasan, artritis reumatoid, atau proses radang menahun yang

tidak berespon terhadap hematinik perlu dilakukan transfusi.

Gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati

dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia

rekombinan.

Gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau

infiltrat keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah dan komponen

lain.

Penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat, anemia

aplastik dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi secara teratur.


Penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan

transfusi secara teratur, terutama setelah stroke.

Indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik neonatus,

malaria berat karena plasmodium falciparum dan septikemia

meningokokus.

b. Indikasi untuk transfusi trombosit adalah :

Gagal sumsum tulang yang disebabkan oleh penyakit atau pengobatan

mielotoksik.

Kelainan fungsi trombosit, yaitu berupa kelainan fungsi trombosit yang

diturunkan seperti pada penyakit Glanzmann, sindrom Bernard-Soulier,

dan defisiensi tempat penyimpanan trombosit. Penderita defek fungsi

trombosit yang didapat, sekunder terhadap mieloma, paraproteinemia dan

uremia.

Trombositopenia akibat pengenceran yang sekunder terhadap transfusi

masif atau transfusi pengganti, dan penderita mengalami perdarahan.

Pintas kardiopulmoner, baik selama atau setelahnya perdarahan dapat

terjadi karena trombositopenia akibat pengenceran, begitu juga karena

gangguan fungsi trombosit.

Purpura trombositopenia autoimun, walaupun kemungkinan tidak efektif

karena trombosit yang ditransfusikan hancur oleh autoantibodi yang

sirkulasi.
c. Indikasi transfusi granulosit terbatas untuk kasus tertentu saja. Transfusi

granulosit harus dipertimbangkan hanya untuk alasan seperti :

Neutropenia persisten dan infeksi berat yang terdapat bukti jelas infeksi

bakteri atau jamur yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan

dengan antibiotik yang tepat selama 48-72 jam.

Fungsi neutrofil abnormal dan infeksi persisten seperti pada penyakit

granulomatosa kronis dan sebagian kasus mielodisplasia.

Sepsis neonatus, terutama pada bayi prematur dengan sepsis dapat

mengalami manfaat transfusi granulosit, walaupun keefektifannya tidak

terbukti.

d. Fresh Frozen Plasma

- Untuk mengoreksi defisiensi faktor pembekuan/pengentalan di (dalam) suatu

pendarahan pasien dengan berbagai defisit faktor pembekuan atau

pengentalan (penyakit hati, DIC, transfusi masive)

- Warfarin yang berlebihan atau kekurangan vitamin K, proses perbaikan

coagulopathy yang diperlukan di dalam 12-24 jam

pasien dengan perdarahan atau pasien dengan resiko pendarahan tinggi

- Penggantian defisiensi dalam Faktor V dan XI

e. Cryoprecipitate

- Hypofibrinogenemia - Fibrinogen <>


Transfusi raksasa(masive)

defisiensi kongenital

defisiensi yang didapat ( misalnya DIC)

- kekurangan Faktor XIII

- Uremia, dengan perdarahan yang tak bereaksi dengan therapy non-

transfusion ( misalnya, dialisis, desmopressin)

- Dysfibrinogenemia ( disfungsi fibrinogen)

2.5. Komplikasi transfusi (6)

Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum.

Komplikasi lokal yaitu :

Kegagalan memilih vena.

Fiksasi vena yang tidak baik.

Problem ditempat tusukan.

Vena pecah selama menusuk.

Komplikasi umum yaitu :

Reaksi-reaksi transfusi.

Penularan atau transmisi penyakit infeksi.

Sensitisasi imunologis
Transfusi haemochromatosis.

II.6. Reaksi transfusi (6)

1. Reaksi pyrogenik dapat timbul selama atau setelah transfusi, reaksi khas

berupa peningkatan temperatur antara 38C-40C. Bisa disertai dengan

menggigil, kemerahan, kegelisahan dan ketegangan, jika transfusi

dihentikan reaksi dan kegelisahan akan hilang.

Pyrogen mungkin terdapat dalam material yang ditransfusikan atau dari

alat yang dipakai untuk transfusi. Pyrogen merupakan produk metabolisme

bakteri.

2. Reaksi alergi terdiri dari 2 mekanisme yaitu antigen dari donor dan

antibodi dalam serum orang sakit bereaksi, antibodi dalam serum donor

yang secara pasif ditransfer pada pasien beredar dengan antigen yang ada

pada pasien. Antigen mungkin terdapat pada sel darah putih atau trombosit

atau pada plasma donor.

3 reaksi alergi :

- Anafilaksis dengan gejala syok disertai atau tanpa pireksia, dapat terjadi

kegagalan sirkulasi primer akut, nadi cepat, tekanan darah turun,

pernapasan berat.

- Urtikaria bersifat umum, reaksi berat dapat timbul asma, peningkatan

temperatur, menggigil, sakit kepala, nausea, muntah dan pernapasan

berat.
- Pireksia sulit dibedakan dengan reaksi pirogen.

3. Sirkulasi yang overload terjadi karena setelah pemberian yang cepat dan

banyak terutama karena tambahan cairan koloid dan seluler, terjadi

terutama pada penderita anemia, kelainan jantung atau degenerasi

pembuluh darah. Reaksi demam dapat mendahului reaksi muatan sirkulasi

berlebih.

4. Reaksi hemolitik terjadi setelah transfusi darah inkompatibel, reaksi yang

diakibatkan oleh transfusi darah yang sudah hemolisis invitro. Mekanisme

kerusakan sel darah merah non imunologis/kerusakan invitro.

5. Reaksi darah yang terkontaminasi bakteri khas dengan tanda kenaikan

temperatur sampai 42C, gangguan sirkulasi perifer, hypotensi dan nadi

cepat.

6. Intoksikasi citrat akibat pengumpulan citrat dalam darah dan pengurangan

ion calcium, citrat diekskresikan oleh ginjal dan dimetabolisme dalam

hepar, dapat terakumulasi dalam darah selama transfusi pasien dengan

penyakit liver dan ginjal yang berat dan dapat terjadi gagal jantung.
BAB III

KESIMPULAN

1. Transfusi darah ialah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

darah penerima.

2. Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah yaitu darah

lengkap (whole blood), sel darah merah, suspensi granulosit/leukosit

pekat, suspensi trombosit dan plasma.

3. Manfaat komponen darah agar pasien memperoleh hanya komponen darah

yang diperlukan.

4. Komplikasi transfusi terbagi menjadi lokal dan umum.

5. Reaksi transfusi terdiri dari reaksi pyrogenik, reaksi alergi, sirkulasi yang

overload, reaksi hemolitik, reaksi darah yang terkontaminasi dan reaksi

intoksikasi citrat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Contreras, M., Penerjemah Oswari, J., Petunjuk Penting Transfusi, Ed. 2,

Jakarta EGC 1995.

2. Hassan, R., dkk. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUI, Jakarta 2002 hal : 483-490.

3. Rustam, M., Almanak Transfusi Darah, Lembaga Pusat Transfusi Darah

Palang Merah Indonesia, Jakarta 1977 Hal : 65- 69.

4. Sejarah Transfusi dalam www.google.com

5. Transfusion Guidelines dalam www.google.com

6. -, Pelatihan Teknologi Transfusi Darah Bagi Dokter Unit Transfusi Darah,

Angkatan XX, Jakarta 2005.

Anda mungkin juga menyukai