Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada tahun 1998 dunia diguncang krisis hebat yang menyebabkan kesulitan likuiditas
keuangan, krisis ini juga menimpa negara-negara Asia termasuk Indonesia. Krisis yang
awalnya hanya krisis keuangan itu di Indonesia berubah menjadi krisis multidimensi yang
menyebabkan instabilitas dalam banyak sektor seperti di bidang politik, ekonomi dan sosial
budaya dan terutama dalam hal pertahanan dan keamanan negara.
Mahasiswa pada saat itu merasa jika ada hal yang harus diganti untuk memperbaiki
keadaan Indonesia pada saat itu dan satu-satunya cara ialah dengan melakukan reformasi dan
memaksa mundur pimpinan pada saat itu yakni presiden Soeharto, mereka melakukan
demonstrasi dan akhirnya berhasil menurunkan presiden Soeharto dari jabatannya dan
kekosongan kepemimpinan pada saat itu diserahkan kepada Prof. B.J Habibie.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Habibie untuk menangani krisis yang hampir
membuat sektor keuangan Indonesia lumpuh dan mengatasi tingat harga yang cukup tinggi
hingga jatuhnya nilai mata uang Rupiah atas Dollar membuat pemerintah ekstra ketat
membuat kebijakan keuangan.
Atas dasar inilah kami ingin mengembangkan dan mengulas kembali tentang apa saja
yang dilakukan pemerintahan pada saat itu dalam perbaikan Indonesia, terutama dalam sektor
ekonominya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah awal berdirinyapemerintahan Reformasi?

2. Apakah pengaruh dari lengsernya pemerintahan orde baru terhadap perekonomian


Indonesia pada saat itu?
3. Apakah usaha dan kebijakan pemerintah pada era reformasi terhadap perekonomian
Indonesia yang saat itu tengah dilanda krisis multidimensi dan bagaimana
implikasinya terhadap perekonomian Indonesia hingga saat ini?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kami yaitu
Perekonomian Indonesia, selain itu dengan pembuatan makalah ini kami ingin
menyampaikan kepada para pembaca tentang apa saja yang terjadi pada awal reformasi yang
masih dilanda krisis dengan transisi kekuasaan yang terjadi pada saat itu.Semoga dengan
penulisan makalah ini juga dapat memberikan pengetahuan baru dan pencerahan bagi semua
yang membacanya dan khususnya bagi kami para penulis makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

KONDISI SEBELUM REFORMASI


Terjadinya Krisis Ekonomi Thailand pada 1997 akibat mata uang Thailand, Baht, terpukul
oleh serangan spekulasi besar menyebabkan nilai baht terhadap dolar anjlok, maka nilai dolar
pun menguat. Penguatan nilai tukar dolar berimbas ke rupiah.Nilai rupiah anjlok terhadap
dolar.Kala itu banyak perusahaan di Indonesia meminjam uang dalam bentuk dolar AS dan
ketika krisis melanda Thailand, mereka berebut membeli dolar untuk membayar bunga pinjaman
mereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan dolar. Nilai rupiah pun semakin jatuh
lebih dalam lagi. IMF datang dengan paket bantuan 23 milyar dolar, yang dalam penggunaannya
banyak terjadi penyelewengan, malah semakin menambah beban utang yangharus ditanggung
oleh rakyat Indonesia.Inflasi dalam negeri Indonesia meningkat tajam.Harga sembako, maupun
barang-barang lain melonjak berlipat kali.
Sikap yang otoriter, tertutup, tidak demokratis, serta merebaknya KKN menimbulkan
ketidakpercayaan masyarakat.Sejak 1996, ketidakpuasan masyarakat terhadap orba mulai
terbuka.Masalah dwifungsi ABRI, KKN, praktik monopoli serta 5 paket UU politik juga menjadi
sorotan tajam para mahasiswa pada saat itu.Apalagi setelah Soeharto terpilih lagi sebagai
Presiden RI 1998-2003, suara menentangnya makin meluas dimana-mana.Puncak perjuangan
para mahasiswa terjadi ketika berhasil menduduki gedung MPR/DPR pada bulan Mei
1998.Karena tekanan yang luar biasa dari para mahasiswa, tanggal 21 Mei 1998 Presiden
menyatakan berhenti dan diganti oleh wakilnya BJ Habibie.Krisis yang melanda Indonesia ini
memuncak ketika pada Mei 1998, Presiden Suharto dipaksa mundur, setelah sebelumnya terjadi
berbagai kerusuhan.
SELAYANG PANDANG PEREKONOMIAN ERA REFORMASI
1. Masalah Multi krisis peninggalan Orde baru yang saling berkaitan menyebabkan pemecahan
krisis yang kompleks dan dilematis (banyak kebijakan yang berhasil namun juga
memunculkan masalah baru).
2. Sektor keuangan terjebak pada General and Global liquidity trap yaitu kondisi dimana
kebijakan moneter mematok suku bunga nol persen untuk memperbesar likuiditas (jumlah
uang beredar) tapi tidak mampu menstimulus ekonomi dan menyerap tenaga kerja.

3. Saving investment gap semakin besar karena dana menganggur semakin besar dan adanya
paradox penghematan yang salah (komposisi Investment lebih besar dari saving) sehingga
perbankan mengalami negative spread (suku bunga kredit lebih tinggi dari suku bunga
simpanan nasabah). Akibatnya dunia usaha sulit mendapatkan dana dari bank.

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP KONDISI


PEREKONOMIAN INDONESIA
Kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah dalam mengatasi masalah ekonomi di Indonesia
tidak dapat terlepas dari kebijakan dalam bidang lain seperti kebijakan politik, social masyarakat,
hukum, pertahanan dan keamanan, karena memang masalah yang ada di Negara kita begitu
kompleks sehingga untuk dapat menyelesaikannya diperlukan adanya penyelesaian secara
menyeluruh dan bersamaan. Kebijakan pemerintah yang dibuat pun disesuaikan dengan kondisi
Negara pada saat itu, sehingga berbeda-beda disetiap waktunya.
Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada
masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada
level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi
keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin
hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah.Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas
kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya.
Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi
perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan
persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada
pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.
Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah
kondusif.Kebijakan pemerintah saat ini di dalam pemberantasan terorisme, serta pemberantasan
korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang
merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu
negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas
ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya
Masa Pemerintahan B.J Habibie
Habibie yang manjabat sebagai presiden menghadapi keberadaan Indonesia yang serba
parah, baik dari segi ekonomi, politik, sosial, dan budaya.Langkah-langkah yang dilakukan oleh
Habibie adalah berusaha untuk dapat mengatasi krisis ekonomi dan politik.Dalam bidang
ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan perbaikan. Ada beberapa hal
yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk meperbaiki perekonomian Indonesia
antaranya:
Merekapitulasi perbankan
Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
Manaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah Rp.10.000,-
Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang diisyaratkan oleh IMF.
Habibie juga melonggarkan pengawasan terhadap media massa dan kebebasan berekspresi
dengan mencabut SIUP.Pada awal pemerintahan Habibie, kebijakan-kebijakann pemerintah
diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik seperti Reformasi dibidang politik dan hukum
(sistem multi partai, jajak pendapat rakyat Timor-Timur, pembubaran Dwi fungsi ABRI,dan
mengadakan PEMILU 1999 untuk pertama kalinya dalam pemilihan partai). Sedangkan untuk
memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan, pemerintah
membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya pemerintah
mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Tidak
Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Di akhir pemerintahannya, legitimasi pemerintahan B.J. Habibie dianggap sangat lemah,
karena keberadaan Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan pemerintahan Soeharto.
Bahkan beberapa kolompok menuntut pembentukan pemerintahan transisi. Hal lain yang
melemahkan legitimasi Habibie dalam memimpin pemerintahan ialah ia tidak dipilih secara
luber dan jurdil sebagai presiden dan merupakan satu paket pemilihan pola musyawarah mufakat
dengan Soeharto. Akhirnya pada tanggal 1-21 Oktober 1999, MPR mengadakan Sidang Umum,
Presiden Habibie menyampaikan pidato pertanggungjawabannya di depan sidang dan terjadi
penolakan terhadap pertanggungjawaban presiden sebagai Mandataris MPR. Kemudian pada
tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat Paripurna sambil mengatakan,
dengan demikian pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie ditolak. Pada hari yang sama
Presiden habibie mengatakan bahwa dirinya mengundurkan diri dari pencalonan presiden.
Masa Pemerintahan Abdurrahman Wahid
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999, partai PDI-P pimpinan Megawati
Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%).Tetapi karena jabatan presiden
masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak secara langsung menjadi presiden.
Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan suara terbanyak kedua saat itu, terpilih
kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur sebagai wakil
presiden.
Dalam hal ekonomi, dibandingkan tahun sebelumnya (1999), kondisi perekonomian di
Indonesia mulai menunjukkan adanya perbaikan. Laju pertumbuhan PDB mulai positif dan pada
tahun 2000 proses pemulihan perekonomian Indonesia jauh lebih baik lagi. Inflasi dan tingkat
suku bunga juga mulai rendah.Selama pemerintahannya, Gus Dur menjalankan Politik Luar
Negeri yang Bebas Aktif.Dengan seringnya kunjungan Gus Dur ke berbagai negara dengan
tujuan untuk memperbaiki citra Indonesia, ternyata mendapat respon positif dari dunia. Bahkan
kunjungannya juga membuka peluang kerjasama (terutama dalam perdagangan). Pada Masa
pemerintahan Gus Dur, suasana demokratis juga mulai tampak terwujudnya. Mulai dari
penghapusan berbagai peraturan yang merugikan kaum minoritas, pembubaran instansi negara
yang tak lagi efektif, hingga niat Gus Dur untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara
Israel. Semua tindakannya menunjukkan bagaimana kecenderungan Gus Dur menghargai
kebebasan individu dan keberagaman.
Tetapi, selama pemerintahan Gus Dur, praktis tidak ada satu pun masalah di dalam negeri
yang dapat terselesaikan dengan baik sehingga ketidakstabilan dalam poltik dan sosial yang tidak
semakin surut selama pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menaikkan tingkat
country risk.Hal ini ditambah lagi dengan buruknya hubungan antara pemerintah dengan IMF,
membuat pelaku-pelaku bisnis, termasuk investor asing, menjadi enggan melakukan kegiatan
bisnisnya di Indonesia. ImplikasinyaIndonesia terancam dinyatakan bangkrut oleh Paris Club
karena sudah kelihatan jelas Indonesia dengan kondisi perekonomiannya yang semakin buruk
dan deficit keuangan pemerintah yang terus membengkak, tidak mungkin mampu membayar
utangnya yang akan jatuh tempo tahun 2002. Bahkan Bank Dunia juga sempat mengancam akan
menghentikan pinjaman baru, jika kesepakatan IMF dengan pemerintah Indonesia macet. Makin
rumitnya persoalan ekonomi ditujukan oleh beberapa indicator ekonomi.Misalnya pergerakan
IHSG menunjukan tren pertumbuhan ekonomi yang negative.Selama periode tersebut IHSG
merosot hingga lebih dari 300 point yang disebabkan oleh lebih besarnya kegiatan penjualan
daripada kegiatan pembelian dalam perdagangan saham didalam negeri.
Kebijakan ekonomiyang terkenal pada masa Gus Dur antara lain:
1. Restrukturisasi lembaga pemerintahan seperti menghapus departemen yang dianggapnya
tidak efesien (menghilangkan departemen penerangan dan sosial untuk mengurangi
pengeluaran anggaran, membentuk Dewan Keamanan Ekonomi Nasional)
2. Mendirikan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Nusumma, bekerja sama dengan Bank
Summa milik pengusaha Edward Soeryadjaya. Visi di balik pemikiran Gus Dur adalah
ekonomi kerakyatan, yaitu orientasi ekonomi yang memihak pengusaha gurem dan rakyat
lemah,
3. Membentuk Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia).
Lembaga ini dirancang untuk merintis berbagai percontohan pengembangan ekonomi dan
merangsang iklim kewirausahaan di kalangan warga NU
Lengsernya Gus Dur diawali dengan adanyaDekrit Gus Dur tanggal 22 Juli 2001 yang
berisikan pembaharuan DPR dan MPR serta pembubaran Golkar. Hal tersebut tidak mendapat
dukungan dari TNI, Polri dan partai politik serta masyarakat sehingga dekrit tersebut malah
mempercepat kejatuhannya.Pada tanggal 23 Juli 2001, MPR secara resmi mengumumkan
pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati Soekarnoputri.Akan tetapi,
Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap tinggal di Istana Negara
selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli 2001 ia pergi ke Amerika Serikat
karena masalah kesehatan
Masa Megawati Soekarno Putri
Setelah Presiden Abdurrahman Wahid turun, Megawati menjadi presiden Indonesia yang
kelima.Inflasi yang dihadapi pemerintahan Megawati juga sangat berat. Tingkat inflasi pada Juli
2001 sudah mencapai 7,7% padahal di era Gus Dur masih berkisar 2%. Bahkan laju inflasi
tahunan selama periode Juli 2000-Juli 2001 sudah mencapai 13,5%. Perkembangan ini sangat
mengkhawatirkan karena selama asumsi APBN 2001 yang sudah direvisi, pemerintah
menargetkan inflasi dalam tahun 2001 hanya 9,4%. Pada tahun 2002 kondisi perekonomian
Indonesia sedikit lebih baik daripada tahun 2001, walaupun sempat digoncang dengan adanya
bom Bali. Menurut perkiraan IMF pertumbuhan PDB riil Indonesia pada tahun 2003 cukup
optimis, yakni 4,5% yang dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5%.
Dalam hal perbankan, sector perbankan merupakan factor penghambat terbesar terhadap
proses pemulihan ekonomi Indonesia sejak krisis tahun 1997, perbankan Indonesia berada di
urutan terendah dalam hal standar dan kualitas,pada tahun yang sama, perbankan Indonesia
masih buruk, tetapi tidak paling rawan jika dibandingkan perbankan di India dan Korea Selatan.
Tingkat kerawanan dilihat dari peningkatan modal yang terjadi dibandingkan peningkatan asset
tertimbang menurut jenis resiko, terutama dengan mulai pulihnya aktivitas penyaluran kredit
perbankan di kawasan yang di survey.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa pemerintahan Megawati disebabkan
oleh masih kurang berkembangnya investasi swasta, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.Lemahnya investasi disebabkan masih tidak stabilnya kondisi politik dan social dan belum
adanya kepastian hokum didalam negeri.Kondisi ini membuat para investor dalam negeri
menunda keinginannya menanam modal didalam negeri.
Kebijakan-kebijakan ekonomi masa pemerintahan Megawati antara lain :
1. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris
Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.
2. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-
kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil menaikkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini memicu banyak
kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
3. Di masa ini juga direalisasikan berdirinya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), tetapi
belum ada gebrakan konkrit dalam pemberantasan korupsi. Padahal keberadaan korupsi
membuat banyak investor berpikir dua kali untuk menanamkan modal di Indonesia, dan
mengganggu jalannya pembangunan nasional.
Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono I ( SBY-JK)
Pemerintahan era presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dimulai sejak tahun 2004
dan berakhir di tahun 2009, dalam sejarah politik Indonesia ini adalah presiden pertama yang
melalui sistem pemilihan umum secara langsung.Pada awal pemerintahannya, kebijakan yang
ditawarkan oleh Pemerintahan ini juga fokus terhadap pengembangan ekonomi. Program yang
paling terkenal dari kebijakan perekonomian pemerintahan ini dan sekaligus yang palingmenjadi
sorotan yaitu program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diberikan kepadakeluarga yang
kurang mampu, dalam hal ini tujuan dari program BLT itu adalah untuk mengatasi angka
kemiskinan dan hal itu terjadi disebabkan oleh kebijakan ekonomi pemerintah yang lain yaitu
karena pada saat itu terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak secara drastis. Jadi uang BLT
itu juga dianggap sebagai uang kompensasi terhadap kenaikan harga BBM tersebut.
Banyak sekali hal yang terjadi pada era pemerintahan SBY jilid pertama ini, dimulai dengan
masalah Hankam yakni dengan dilakukannya penandatangan Memorandum of Understanding
(MOU) perdamaian antara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang dilakukan di
Helsinki, penandatanganan MOU tersebut berdampak baik bagi stabilitas keamanan nasional dan
hal ini juga memberikan dampak secara ekonomis, para Investor kembali pada tingkat
kepercayaannya bahwa keamanan Indonesia dalam keadaan baik sehingga mereka kembali
menanamkan sahamnya.
Kebijakan yang lain juga ialah dengan dilunasinya utang luar negeri Indonesia kepada
lembaga keuangan Internasional atau yang lebih kita kenal dengan IMF, hal itu menjadi salahsatu
prestasi yang cukup membuat citra pemerintahan ini semakin kuat dan positif dimata rakyat dan
juga dunia Internasional.
Menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS) terjadi penurunan angka kemiskinan secara
grafik menunjukan angka kemskinan menurun namun angka pengangguran memang belum dapat
teratasi dengan baik dana tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada saat itu juga ada pada
tren yang positif walaupun sempat kembali terjadi krisis keuangan yang disebabkan karena
kegagalan sistem ekonomi Amerika Serikat pada sekitar akhir tahun 2008, hal ini menyebabkan
menurunnya tingkat konsumsi Amerika Serikat dan melakukan proteksi impor sehingga barang-
barang yang biasanya Indonesia ekspor ke Amerika Serikat menjadi kehilangan pasarnya.

Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono II


2010 menjadi tahun yang penting bagi Indonesia.Terpilihnya presiden baru, menandakan
era baru dalam pemerintahan Indonesia.Keberhasilan Indonesia lepas dari jeratan krisis financial
global, hingga mampu menjadi satu dari dua negara Asia yang mencatatkan pertumbuhan
ekonomi positif di tahun 2009, membangkitkan optimisme di awal tahun 2010.Optimisme
perekonomian ini yang sepatutnya dipertahankan oleh pemerintahan SBY dan menjadi landasan
pembangunan di tahun 2010.
Secara umum, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan prestasi yang
cukup baik.Sebagai negara yang mampu mencapai pertumbuhan positif selama masa krisis
finansial global, Indonesia semakin mendapat kepercayaan di mata dunia Internasional.Hal ini
terbukti dari meningkatnya peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Index 2010-2011
yang dikeluarkan oleh World Economic Forum.Indonesia berhasil meraih peringkat 44, naik 10
peringkat dibandingkan pada tahun 2009.Peringkat layak investasi Indonesia menurut S&P juga
mengalami peningkatan dari BB menjadi BBB.Kenaikan peringkat layak investasi ini
menunjukkan semakin dipercayanya pasar modal Indonesia di mata global.

Indikator makroekonomi Indonesia selama tahun 2010 menunjukkan adanya perbaikan


perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil melaju pada tingkat 6,1%,
sedangkan tingkat inflasi hingga November berhasil ditahan pada level 6,33% (yoy). Hal ini
didukung oleh rendahnya tingkat suku bunga BI yang dipertahankan pada level 6,5%.
Rendahnya tingkat suku bunga acuan ini menyebabkan sektor kredit mengalami peningkatan
tajam sehingga sukses memompa pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari meningkatnya
pertumbuhan kredit yang hingga bulan oktober mencapai 19,3%.

Indonesia juga mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang dialami oleh negara-
negara uni eropa. Krisis tersebut menyebabkan adanya perpindahan aliran dana ke emerging
market seperti Indonesia. Menurut data World Bank, total dana global yang hijrah ke emerging
market hingga bulan oktober mencapai US$ 403 Miliar. Wajar apabila, ada sebagian dari dana
global tersebut (US$ 15,7 miliar pada tiga triwulan pertama) yang mampir membanjiri pasar
modal Indonesia. Banjir bandang dana global ini sukses mendongkrang IHSG mencapai di atas
3700. Diperkirakan akan terus meningkat pada tahun depan. Melonjaknya IHSG ini
dikhawatirkan akan menyebabkan kerentanan apabila terjadi capital flight dari dana-dana asing
tersebut. Kekhwatiran ini coba di atasi oleh pemerintah dengan terus mengkokohkan cadangan
devisa. Hingga akhir November, cadangan devisa Indonesia sukses menembus angka US$
92,759 Miliar atau sebesar 6,96 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah (BI, 2010).
Dengan besarnya cadangan devisa yang dipunya oleh Indonesia, nampaknya perekonomian
Indonesia masih akan stabil hingga tahun depan.

Seperti pendapat Seers (1973) bahwa permasalahan utama negara berkembang adalah
kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan, Indonesia pun masih menghadapi
permasalahan yang sama. Walaupun angka kemiskinan yang dikeluarkan BPS menunjukkan
trend penurunan, angka kemiskinan dan pengangguran Indonesia tetaplah tinggi. Pada tahun
2010, angka kemiskinan mencapai 34 juta, sedangkan angka pengangguran menjadi 9,5 juta.
Lebih menyedihkannya lagi, sebagian besar dari penganggur adalah sarjana D3 dan S1.Jadi dapat
disimpulkan, sebagian besar tenaga kerja yang terserap adalah tenaga kerja berpendidikan SMA
kebawah.Sementara masalah pemerataan pendapatan juga masih jadi momok selama satu dekade
terakhir.Pemerataan pendapatan mengalami stagnansi selama bertahun-tahun. Hal ini terlihat dari
stagnannya angka koefisien gini Indonesia selama satu dekade pada kisaran 3,6-3,8. Masalah ini
menjadi serius karena pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menerus positif selama beberapa
tahun terakhir tapi tingkat kemiskinan, pengangguran dan pemerataan pendapatan masih tetap
bermasalah.Alhasil dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut hanya dinikmati
sedikit pihak.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1997, maka laju pertumbuhan ekonomi Indonesia turun (-
13,16%) pada 1998, bertumbuh sedikit (0,62%) pada tahun 1999 dan setelah itu makin membaik.
Laju pertumbuhan tahunan 1999 2005 berturut-turut sbb.: 0,62%, 4,6%, 3,83%, 4,38%, 4,88%,
5,13% dan 5,69%. Ekonomi kita bertumbuh dari hanya 0,62% berangsur membaik pada kisaran
4% antara tahun 2000 s.d. 2003 dan mulai tahun 2004 sudah masuk pada kisaran 5%.

Pemerintah pada mulanya menargetkan pertumbuhan ekonomi 2006 adalah 6,2% tetapi
kemudian dalam APBN-P 2006 merubah targetnya menjadi 5,8%; namun BI memperkirakan laju
pertumbuhan 2006 adalah 5,5% lebih rendah dari laju pertumbuhan 2005. Patut diduga bahwa
laju pertumbuhan tahun 2007 akan lebih rendah lagi karena investasi riil tahun 2006 lebih rendah
dari tahun 2005. Laju pertumbuhan ekonomi kita dari tahun 1999 s.d. 2005 mencapai rata-rata
4,15%.

Dari data di atas kelihatannya ekonomi kita memiliki prospek membaik yaitu terus
meningkatnya laju pertumbuhan di masa depan. Namun apabila diteliti lebih mendalam akan
terlihat adanya permasalahan dalam pertumbuhan ekonomi tersebut. Sektor ekonomi dapat
dikelompokkan atas dua kategori yaitu sektor riil dan sektor non-riil.Sektor riil adalah sektor
penghasil barang seperti: pertanian, pertambangan, dan industri ditambah kegiatan yang terkait
dengan pelayanan wisatawan internasional. Sektor non-riil adalah sektor lainnya seperti: listrik,
bangunan, perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa-jasa (pemerintahan, sosial,
perorangan). Kegiatan yang melayani wisatawan internasional masuk pada beberapa sektor non-
riil sehingga tidak dapat dipisahkan.

Antara tahun 1999 s.d. 2005 sektor riil bertumbuh 3,33% sedangkan sektor non-riil
bertumbuh 5,1%. Pertumbuhan ini adalah pincangkarena semestinya sektor non-riil bertumbuh
untuk melayani sektor riil yang bertumbuh. Antara tahun 1999 s.d. 2005 sektor pertanian
bertumbuh 3,11%, pertambangan -0,8%, dan sektor industri bertumbuh 5,12%. Hal yang lebih
mengkhawatirkan adalah dari tahun 2002 s.d. 2005 laju pertumbuhan sektor riil cenderung
melambat.Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi keseluruhan sejak 2002 adalah karena
pertumbuhan sektor non-riil yang melaju 2 kali lipat dari sektor riil. Pada 2 tahun terakhir sektor
yang tinggi pertumbuhannya adalah: pengangkutan, keuangan, bangunan, dan perdagangan. Pada
saat yang sama tingkat pengangguran terbuka pada mulanya turun tetapi sejak tahun 2002
cenderung naik. Menurut perhitungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi tingkat
pengangguran pada tahun 2004 sebesar 10,3 juta meningkat menjadi 11,2 juta pada tahun 2005
dan diperkirakan sebesar 12,2 juta pada tahun 2006 (Harian Kompas, tgl. 7 Agustus 2006, hal.
15). Hal ini sangat ironis karena pertumbuhan ekonomi pada kurun waktu yang sama berada di
atas 5%. Persentase orang miskin pada mulanya juga terus menurun, tetapi sejak tahun 2005
sudah mulai bertambah.Hal ini disebabkan oleh sektor yang bertumbuh itu adalah sektor non-
riil.Ini adalah kondisi serius dan perlu dikaji lebih mendalam.

Sedangkan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2010-2011 dapat dikatakan


masih rendah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang cukup tinggi, akan tetapi efek
masyarakatnya terlalu rendah. Setap satu persen pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
menyerap 250 ribu tenaga kerja baru.Hal ini yang menyebabkan masih tingginya tingkat
pengangguran.Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bergantung pada sektor non-
tradable, yang notabane nya penyerapan tenaga kerjanya kecil. Pada kwartal IV 2010,
pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai 13,6%. Bandingkan dengan
pertumbuhan sektor pertanian yang merangkak pada angka 1,6%, padahal mayoritas masyarakat
Indonesia bekerja pada sektor pertanian. Pertumbuhan sektor tradable, seperti industri dan
pertambangan justru stagnan pada level dibawah 5%.Hal ini berbanding terbalik dengan
pertumbuhan sektor non-tradable yang mencapai di atas 6%.Jika melihat data-data tersebut,
wajar apabila tingkat pengangguran dan kemiskinan Indonesia masih sangatlah tinggi.Sektor
perekonomian Indonesia yang tumbuh hanyalah sektor yang cenderung padat modal bukan padat
karya.

Anda mungkin juga menyukai