Anda di halaman 1dari 4

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi IDI 3 SKP

Hormon Tiroid dan Efeknya pada Jantung


Anggoro Budi Hartopo
Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Hormon tiroid merupakan hormon yang berperan penting menjaga struktur dan fungsi jantung. Pada kondisi normal, hormon tiroid
memelihara kekuatan kontraksi jantung (inotropi) untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Pada penyakit tiroid, baik hipertiroidisme
maupun hipotiroidisme, terjadi kelainan patologis pada jantung yang disebut penyakit jantung tiroid. Kelainan patologis pada jantung akibat
gangguan hormon tiroid adalah gangguan irama jantung, hipertrofi ventrikel kiri, dan gagal jantung. Mekanisme kerja hormon tiroid meliputi
efek genomik dan non-genomik pada kardiomiosit yang memberikan efek fenotipik jangka pendek maupun jangka panjang pada jantung. Efek
genomik meliputi modifikasi proses transkripsi gen pada kardiomiosit, sedangkan efek non-genomik meliputi ikatan pada reseptor membran
dan protein sitoplasma kardiomiosit.

Kata kunci: hormon tiroid, kardiomiosit, reseptor tiroid

ABSTRACT
Thyroid hormone is essential for maintaining structure and function of the heart. In normal condition, thyroid hormone preserves the strength
of heart contraction (inotropy) to meet physiological demand. In thyroid diseases, either hyperthyroidism or hypothyroidism, caused pathologic
heart abnormalities called thyroid heart diseases. The patologic heart abnormalities due to thyroid hormone disorders are dysrythmia, left
ventricular hypertrophy and heart failure. The mechanism of action of thyroid hormone includes genomic and non-genomic types on
cardiomyocyte that give short and long term phenotypic effects to the heart. Genomic effect includes modification of gene transcription in
cardiomyocyte, whereas non-genomic effect includes ligation to membrane receptors and cytoplasmic proteins of cardiomyocytes. Anggoro
Budi Hartopo. Thyroid Hormone and Its Effect on the Heart.

Key words: thyroid hormone, cardiomyocyte, thyroid receptor

PENDAHULUAN hormon tiroid pada jantung, para klinisi sitoplasma.


Penyakit tiroid didapatkan pada sekitar diharapkan bisa memahami mekanisme aksi
15% populasi, terutama pada perempuan obat-obat antitiroid pada jantung. Transpor hormon tiroid dalam
dewasa.1 Dalam kondisi normal, hormon sitoplasma
tiroid memberikan efek terhadap kekuatan MEKANISME KERJA HORMON TIROID Masuknya T4 dan T3 ekstraseluler ke dalam
kontraktilitas jantung; sel otot jantung atau Kelenjar tiroid memproduksi dua jenis hormon sitoplasma sel target difasilitasi oleh protein
kardiomiosit mengalami perubahan struktural aktif, yaitu levotiroksin (T4 ) and triiodotironin transporter hormon tiroid yang ditemukan
dan fungsional akibat efek hormon tiroid. Pada (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis di membran plasma. T4 mempunyai dua
penyakit tiroid, baik hipertiroidisme maupun oleh kelenjar tiroid akibat stimulasi hormon transporter, yaitu Lat2 dan Oatp14.2 Setelah
hipotiroidisme, terjadi kelainan patologis penstimulasi tiroid (TSH). Sebagian besar berikatan dengan kedua transporternya, T4
pada jantung yang disebut penyakit jantung (85%) hormon tiroid yang disekresikan dalam masuk ke dalam sitoplasma dan mengalami
tiroid. Gangguan irama jantung, hipertrofi peredaran darah oleh kelenjar tiroid adalah deiodinasi menjadi T3 atau dekarboksilasi
ventrikel kiri, dan gagal jantung merupakan T4, selebihnya (15%) adalah T3. Di dalam menjadi TAM; transporter untuk T3 adalah
efek patologis hormon tiroid pada jantung. hepar, ginjal dan otot skelet, T4 diubah oleh MCT8.2 Dalam sitoplasma, baik T3 yang
5-monodeiodinase menjadi T3.1 Selain T4 dan berasal dari deiodinasi T4 maupun T3 yang
Tinjauan pustaka ini membahas mekanisme T3, baru-baru ini diidentifikasi adanya derivat ditransport oleh MCT8 berikatan dengan
kerja hormon tiroid pada jantung, terutama hormon tiroid yang disebut tironamin (TAM) reseptor hormon tiroid (TR) yang terdapat
ditinjau dari sisi molekuler, dan efek patologis yang juga mempunyai aktivitas fisiologis.2 dalam nukleus dan menjalankan fungsi
gangguan hormon tiroid pada jantung. TAM merupakan hormon tiroid hasil proses fisiologisnya. Berbeda dengan T4 dan T3 yang
Dengan mengetahui mekanisme kerja dekarboksilasi T4 yang berlangsung dalam mempunyai reseptor di nukleus, TAM bukan

Alamat korespondensi email: anggorobudih@yahoo.com

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 647


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

berikatan dengan reseptor di dalam nukleus, Tabel 1 Distribusi isoform TR pada berbagai organ tubuh dan kadar ekspresivitasnya3
melainkan berikatan dengan reseptor di
Organ yang mengekspresi
membran plasma. Reseptor untuk TAM adalah Isoform TR
trace amine associated receptors (TAAR); TAAR Kadar tinggi Kadar rendah
merupakan golongan G-protein-coupled TR1 Otak Ginjal, otot skelet, paru, jantung, testis, hati
receptors (GPCR).2 TR2 Otak Ginjal, otot skelet, paru, jantung, testis, hati
TR1 Ginjal, hati, otak, jantung, tiroid Otot skelet, paru, limpa
TR2 Otak, retina, telinga dalam Paru, jantung
Mekanisme kerja hormon tiroid meliputi aksi TR3 Ginjal, hati, paru Otot skelet, limpa, otak, jantung
genomik dan non-genomik. Aksi genomik
melibatkan transkripsi gen target, sedangkan
aksi non-genomik bukan melalui proses
aktivasi transkripsi gen, melainkan melalui
aktivasi langsung protein-protein dalam sel
target. Gambar 1 menunjukkan mekanisme
kerja hormon tiroid pada sel target.

Aksi genomik hormon tiroid


Aksi genomik hormon tiroid melibatkan
aktivasi transkripsi pada promoter gen target
T3 yang difasilitasi oleh TR dalam nukleus. TR
merupakan faktor transkripsi nukleus yang
mengenali sekuens DNA-spesifik promoter
pada gen target T3. Terdapat dua isoform TR,
yaitu TR dan TR.3 Ekspresi dan distribusi dua
isoform tersebut bervariasi pada berbagai
organ tubuh (tabel 1).

TR berikatan dengan dengan thyroid hormone


response elements (TRE) dalam gen target T3.
TRE merupakan sekuens heksanukleotid yang
terintegrasi dalam promoter gen target T3.
Ikatan TR dengan TRE bisa berupa homodimer
(TR-TRE) atau membentuk heterodimer Gambar 1 Mekanisme aksi hormon tiroid (T3, T4 dan TAM) di dalam sel target, baik secara genomik dan non-genomik2,3
dengan retinoid X receptor / RXR (TR-RXR-TRE).3
Terdapat tiga isoform RXR, yaitu RXR, RXR, melalui aktivasi sinyal yang dimulai dari EFEK MOLEKULER HORMON TIROID
dan RXR, yang salah satunya membentuk ikatan T4 atau T3 pada reseptor di membran PADA JANTUNG
heterodimer dengan TR. Heterodimer dengan plasma dan ikatan langsung T4 atau T3 pada Pengaruh hormon tiroid pada fungsi fisiologis
RXR memperkuat daya ikatan TR pada TRE protein-protein spesifik dalam sitoplasma. jantung sangat dipengaruhi oleh kadar serum
sekaligus meningkatkan respons kompleks ini Reseptor pada membran plasma sebagai T3. Hal ini karena jantung tidak mempunyai
terhadap T3.3 ligan T3 atau T4 adalah integrin V3. Ikatan aktivitas 5-monodeiodinase, sehingga ambilan
T3 atau T4 pada integrin V3 mengaktifkan T3 dari peredaran darah merupakan sumber
T3 dalam sitoplasma mengalami translokasi ke jalur kaskade MAPK dan ERK1/2, yang hormon tiroid utama pada kardiomiosit1; T3
dalam nukleus dan berikatan dengan TR. Ikatan menyebabkan berbagai tingkatan aktivasi bekerja pada kardiomiosit secara genomik
T3 pada kompleks TR-RXR-TRE menyebabkan seluler.3 Protein spesifik dalam sitoplasma dan non-genomik.
rekrutmen ko-aktivator yang mengubah yang berikatan dengan T3 atau T4 adalah
konformasi kompleks ini. Konformasi baru ERK1/2 dan PI3-K, yang menimbulkan T3 bekerja secara genomik melalui ikatan
ini mengaktifkan kompleks TR-RXR-TRE beberapa respons fisiologis.2,3 Efek-efek yang dengan TR yang terletak dalam nukleus
untuk memulai aktivitas transkripsi.3 Selain terjadi akibat aksi non-genomik hormon tiroid kardiomiosit. Aktivasi kompleks TR-RXR-TRE
dalam nukleus, TR juga ditemukan dalam meliputi pengaktifan Ca2+-ATPase dan Na-K- oleh T3 meningkatkan proses transkripsi dan
mitokondria, yang merupakan varian dari ATPase pada membran plasma, peningkatan ekspresi gen-gen yang menyandi protein-
TR. Varian reseptor ini juga berikatan dengan ambilan (uptake) 2-deoksiglukosa, pengatur protein struktural dan pengatur beserta
TRE dan T3 untuk memulai proses transkripsi pertukaran Na+/H+, peningkatan influks Na+ enzim-enzim penting dalam kardiomiosit.5
dalam gen mitokondria.4 ke dalam sel, peningkatan proliferasi seluler Gen-gen pada kardiomiosit yang ekspresinya
pada sel tumor, pacuan angiogenesis, pacuan dipengaruhi oleh kompleks T3-TR-RXR-TRE
Aksi non-genomik hormon tiroid polimerisasi aktin, dan fasilitasi pergerakan TR dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis. Jenis
Hormon tiroid bekerja secara non-genomik dari sitoplasma ke nukleus.3 pertama adalah gen yang diatur secara positif,

648 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 2 Gen yang dipengaruhi oleh hormon tiroid dan respons yang dihasilkan

Gen yang diatur positif Efek genomik Efek fenotipik Aktivitas (pato)fisiologis
Rantai berat alfa-miosin Peningkatan transkripsi Peningkatan protein rantai berat alfa-miosin pada Hipertrofi dan peningkatan kontraksi kardiomiosit
filamen tebal
Ca2+-ATPase retikulum sarkoplasma Peningkatan transkripsi Peningkatan protein SERCa2 pada retikulum Penurunan kadar kalsium sitoplasma
sarkoplasma
Na+-K+-ATPase Peningkatan transkripsi Peningkatan protein membran transporter Peningkatan efluks natrium
Reseptor adrenergik beta-1 Peningkatan transkripsi Peningkatan protein reseptor adrenergik beta-1 Peningkatan respons adrenergik kardiomiosit
Atrial natriuretic hormone Peningkatan transkripsi Peningkatan pro-ANP dan ANP Gangguan pengaturan garam dan keseimbangan cairan
Voltage-gated potassium channels Peningkatan transkripsi Peningkatan ekspresi Kv1.5, Kv4.2, dan Kv4.3 Peningkatan efluks kalium
Guanine-nucleotide-regulatory proteins Peningkatan transkripsi Peningkatan guanine-nucleotide binding proteins Peningkatan aktivitas adenilat siklase dan menaikkan
cAMP kardiomiosit
Gen yang diatur negatif Efek genomik Efek fenotipik Aktivitas (pato)fisiologis
Rantai berat beta-miosin Penurunan transkripsi Penurunan protein rantai berat beta-miosin pada Hipertrofi dan peningkatan kontraksi kardiomiosit
filamen tebal
Fosfolamban Penurunan transkripsi Peningkatan aktivitas fosfolamban Penghambatan aktivitas SERCa2
Adenilil siklase tipe V dan VI Penurunan transkripsi Penurunan adenilat siklase Penurunan konsentrasi cAMP intraseluler
T3 nuclear receptor- 1 Penurunan transkripsi Penurunan TR1 Penghambatan aktivitas transkripsi oleh TR1
Na+/Ca2+ exchanger Penurunan transkripsi Penurunan Na+/Ca2+ exchanger membran plasma Penghambatan influks natrium dan efluks kalsium

yaitu gen-gen yang mengalami peningkatan berat, fosfolamban, adenilil siklase tipe V dan pada mekanisme non-genomik ini adalah
aktivitas transkripsi akibat T3. Gen ini antara VI, thyroid hormone receptor-1, dan Na+/Ca2+ perubahan polarisasi dan permeabilitas saluran
lain gen alfa-miosin rantai berat, Ca2+-ATPase exchanger.1,5 Gen beta-miosin rantai berat ion untuk Na+, K+, dan Ca2+ pada membran
retikulum sarkoplasma, Na+-K+-ATPase, menyandi protein miosin rantai berat tipe plasma, pacuan aktivitas Ca2+-ATPase pada
reseptor adrenergik beta-1, atrial natriuretic beta pada filamen tebal yang merupakan sarkolema dan retikulum sarkoplasma,
hormone (ANP), dan voltage-gated potassium ATPase miosin tipe lambat. T3 menurunkan aktivasi reseptor beta adrenergik, polimerisasi
channels.1 Gen alfa-miosin rantai berat ekspresi gen beta-miosin rantai berat sekaligus aktin, dan modulasi fungsi adenine nucleotide
menyandi protein kontraktil rantai berat alfa- menaikkan ekspresi alfa-miosin rantai berat, translocator-1 pada membran mitokondria.1,7
miosin yang merupakan serabut otot tipe menghasilkan efek hipertrofi dan peningkatan Pada peningkatan T3 sirkulasi dalam jangka
cepat dalam filamen tebal pada kardiomiosit.1,5 kontraktilitas kardiomiosit.6 Fosfolamban waktu pendek, efek non-genomik lebih
Gen Ca2+-ATPase retikulum sarkoplasma merupakan penghambat Ca2+-ATPase berperan dibanding efek genomik. Namun,
menyandi protein SERCa2 dalam membran retikulum endoplasma dalam memompa pada hipotiroidisme atau hipertiroidisme
retikulum sarkoplasma, yang mengatur kalsium ke dalam retikulum sarkoplasma.5 T3 jangka lama, efek genomik lebih menonjol.
ambilan kalsium dari sitoplasma ke dalam menurunkan ekspresi gen fosfolamban dan
retikulum sarkoplasma selama fase diastolik sekaligus meningkatkan aktivitas SERCa2. HORMON TIROID DAN ARITMIA
jantung.5 Ambilan kalsium ini menurunkan Pada hipotiroidisme, ekspresi fosfolamban Hormon tiroid memengaruhi irama
kadar kalsium dalam sitoplasma yang penting pada kardiomiosit meningkat, menyebabkan jantung melalui efeknya pada saluran-
dalam memperlama fase diastolik. Kedua gen hambatan ambilan kalsium ke dalam retikulum saluran ion kardiomiosit. Gambaran
tersebut berperan dalam pengaturan fungsi sarkoplasma sehingga kalsium sitoplasma elektrokardiografi yang paling sering pada
sistolik dan diastolik jantung. Gen Na+/K+- meningkat dan mengganggu fase diastolik.5 pasien hipertiroidisme adalah sinus takikardia,
ATPase dan voltage-gated potassium channels Tabel 2 menunjukkan gen yang dipengaruhi flutter atrium, dan fibrilasi atrium. Gambaran
mengatur respons elektrik dan kimiawi oleh hormon tiroid beserta efek-efek yang elektrokardiografi yang lain adalah blok A-V
kardiomiosit.1 T3 meningkatkan ekspresi ditimbulkan. derajat I, pemendekan interval Q-T, takikardia
protein pengatur transportasi ion tersebut supraventrikular, dan abnormalitas gelombang
yang berperan dalam menghantarkan Hormon tiroid juga bekerja secara non- T.7 Pasien hipotiroidisme menunjukkan
aktivitas elektrik kardiomiosit. Gen reseptor genomik, yaitu melalui efek ekstranuklear gambaran elektrokardiografi berupa sinus
adrenergik beta-1 menyandi protein reseptor pada kardiomiosit. Aksi ini tidak melibatkan bradikardia, amplitudo kompleks QRS yang
beta-1 pada membran plasma kardiomiosit, TRE maupun transkripsi gen. Mekanisme rendah (low voltage complex), pemanjangan
yang berfungsi sebagai penghantar respons- efek non-genomik ini terjadi melalui interval P-R, pemanjangan interval Q-T, dan
respons jantung terhadap pacuan simpatis ikatan T3 atau T4 pada reseptor dalam inversi gelombang T.7
dan adrenergik.1,5 Ekspresi reseptor beta-1 membran plasma, retikulum sarkoplasma,
mengalami peningkatan akibat pengaruh T3. sitoskeleton, mitokondria atau elemen- Mekanisme aritmogenesis akibat hormon
elemen kontraktil kardiomiosit, dan ikatan tiroid belum sepenuhnya dimengerti karena
Jenis kedua adalah gen yang diatur secara T3 langsung pada protein spesifik dalam melibatkan proses yang kompleks. Proses
negatif, yaitu gen-gen yang mengalami sitoplasma kardiomiosit.5,6 Efek non-genomik genomik maupun non-genomik berperan
penurunan aktivitas transkripsi akibat T3. ini muncul lebih cepat dibandingkan efek serta dalam patogenesis aritmia akibat
Gen ini antara lain gen beta-miosin rantai genomik hormon tiroid. Efek-efek yang terjadi hormon tiroid. Hormon tiroid mengatur
transkripsi hyperpolarization-activated cyclic

CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013 649


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

nucleotide-gated channels 2/4 yang berperan struktural pada kardiomiosit sehingga gen SERCa2. Efek fenotipik yang ditemukan
dalam memulai impuls jantung pada terjadi hipertrofi fisiologis.8 T3 meningkatkan adalah penurunan kontraktilitas ventrikel kiri
pacemaker.7 Efek hormon tiroid terhadap polimerisasi aktin menjadi protein-protein dan peningkatan waktu relaksasi ventrikel
overekspresi beta-1-adrenergic receptor pada kontraktil fungsional yang memperkuat kiri, yang menyebabkan perburukan fungsi
kardiomiosit menyebabkan hipersensitivitas kontraktilitas kardiomiosit.3 sistolik dan diastolik jantung.9 Penurunan
kardiomiosit terhadap respons adrenergik kadar T3 juga menurunkan polimerisasi aktin
yang mengakibatkan kenaikan kadar cAMP Aktivitas T3 memengaruhi fungsi diastolik pada sarkomer, menyebabkan gangguan
intraseluler. Kenaikan cAMP ini mempercepat dan sistolik jantung. Aktivasi SERCa2 struktural dan susunan geometri kardiomiosit,
fase depolarisasi diastolik yang meningkatkan dalam retikulum sarkoplasma oleh T3 yang memengaruhi kontraktilitas jantung.9
laju jantung.1 Hormon tiroid menyebabkan menyebabkan penurunan kalsium sitoplasma Selain hipertrofi fisiologis, stimulasi hormon
perubahan ekspresivitas dan aktivitas yang meningkatkan relaksasi ventrikel kiri. tiroid jangka lama dapat memacu sinyal-sinyal
protein-protein saluran ion pada membran Dalam waktu bersamaan, T3 menghambat intraseluler yang menyebabkan hipertrofi
plasma, protein-protein saluran ion yang fosfolamban sehingga fungsi fosfolamban patologis. Hipertrofi patologis akibat T3
menghubungkan antar-kardiomiosit, sistem dalam menghambat kerja SERCa2 terblokir. difasilitasi oleh protein sitoplasma, yaitu
konduksi jantung, dan protein-protein sistem Hasil akhirnya adalah perbaikan fungsi transforming growth factor -activated kinase
transpor kalsium.7 Protein-protein pengatur diastolik ventrikel kiri. T3 berefek langsung 1 (TAK-1).12
ion dan sistem konduksi ini dipacu oleh dalam fungsi kontraktil kardiomiosit melalui
T3 atau T4 dan mengaktifkan jalur aktivasi peningkatan kadar protein alfa-miosin rantai Baik hipotiroidisme maupun hipertiroidisme
intraseluler yang meningkatkan eksitabilitas berat (yang mempunyai fungsi kontraktilitas dalam jangka lama dapat menyebabkan
dan menyebabkan hiperresponsivitas tinggi) dan penurunan kadar protein beta- gagal jantung. Hipotiroidisme menyebabkan
kardiomiosit, sehingga muncul berbagai miosin rantai berat (yang mempunyai gangguan pertukaran kalsium kardiomiosit
bentuk aritmia jantung. fungsi kontraktilitas rendah).5,9 Aktivasi T3 dan perubahan susunan protein kontraktil
terus-menerus pada kardiomiosit, seperti kardiomiosit.10,13 Efeknya adalah penurunan
HORMON TIROID DAN HIPERTROFI pada kondisi hipertiroidisme, menyebabkan relaksasi kardiomiosit dan gangguan
JANTUNG kenaikan massa ventrikel kiri yang berpotensi pengisian diastolik ventrikel kiri sehingga,
Hipertrofi jantung akibat hormon tiroid mengganggu fungsi pengisian akhir diastolik.10 secara klinis, terjadi pengurangan kontraktilitas
menyerupai hipertrofi fisiologis akibat T3 juga memacu neovaskularisasi sekaligus jantung dan curah jantung.13 Hipertiroidisme
pembebanan atau olah fisik (exercise) menghambat apoptosis kardiomiosit yang menyebabkan kenaikan massa ventrikel
yang berkelanjutan. Hipertrofi fisiologis ini mengalami hipertrofi sehingga memperberat kiri yang dapat menimbulkan efek berupa
ditandai dengan peningkatan kadar SERCa2, hipertrofi yang terjadi.8 gangguan pengisian diastolik ventrikel kiri.10,13
peningkatan kadar protein alfa-miosin rantai
berat pada filamen tebal dan penurunan HORMON TIROID DAN GAGAL SIMPULAN
kadar protein beta-miosin rantai berat pada JANTUNG Hormon tiroid memengaruhi kerja jantung,
filamen tebal.5 T3, melalui mekanisme kerja Pada gagal jantung, gangguan tiroid yang baik sistolik maupun diastolik. Mekanisme
genomik, memacu transkripsi protein-protein paling sering ditemukan adalah penurunan kerja hormon tiroid pada kardiomiosit meliputi
struktural yang menyebabkan proliferasi dan kadar T3 dalam sirkulasi. Sekitar 10-30% pasien aksi genomik dan non-genomik. Gangguan
hipertrofi kardiomiosit. Mekanisme non- gagal jantung mempunyai kadar T3 rendah, hormon tiroid, baik hipotiroidisme maupun
genomik, melalui ikatan T3 dengan ligannya yang dikenal dengan low thyroid syndrome hipertiroidisme, dapat menimbulkan efek
dalam sitoplasma, turut berperan dalam atau euthyroid sick syndrome.11 Turunnya kadar berupa gangguan struktural dan fungsional
hipertrofi jantung melalui aktivasi jalur PI3K T3 serum berhubungan dengan penurunan jantung, seperti gangguan irama jantung,
yang meningkatkan sintesis protein-protein transkripsi gen alfa-miosin rantai berat maupun hipertrofi ventrikel kiri, dan gagal jantung.

DAFTAR PUSTAKA
1. Klein I, Danzi S. Thyroid disease and the heart. Circulation. 2007;116:1725-35.
2. Brix K, Fuhre D, Biebermann H. Molecules important for thyroid hormone synthesis and action - Known facts and future perspectives. Thyroid Research. 2011;4(Suppl 1):S9.
3. Cheng S-Y, Leonard JL, Davis PJ. Molecular aspects of thyroid hormone actions. Endocrine Rev. 2010;31:139-70.
4. Weitzel JM, Iwen KA. Coordination of mitochondrial biogenesis by thyroid hormone. Mol Cell Endocrin. 2011;342:1-7.
5. Dillmann W. Cardiac hypertrophy and thyroid hormone signaling. Heart Fail Rev. 2010; 15:125-32.
6. Dahl P, Danzi S, Klein I. Thyrotoxic cardiac disease. Curr Heart Fail Rep. 2008;5:170-6.
7. Tribulova N, Knezl V, Shainberg A, Seki S, Soukup T. Thyroid hormones and cardiac arrhythmias. Vasc Pharm. 2010;52:102-12.
8. Ojama K. Signaling mechanisms in thyroid hormone-induced cardiac hypertrophy. Vasc Pharm. 2010;52:113-9.
9. Galli E, Pingitore A, Iervasi G. The role of thyroid hormone in the pathophysiology of heart failure: Clinical evidence. Heart Fail Rev. 2010;15:155-69.
10. Biondi B, Cooper DS. The clinical significance of subclinical thyroid dysfunction. Endocrin Rev. 2008;29:76-131.
11. Rhee SS, Pearce EN. The endocrine system and the heart: A review. Rev Esp Cardiol. 2011;64:220-31.
12. Wang Y-Y, Morimoto S,Du C-K, Lu Q-W, Zhan D-Y, Tsutsumi T, et al. Up-regulation of type 2 iodothyronine deiodinase in dilated cardiomyopathy. Cardiovasc Res. 2010;87:63646.
13. Kahaly GJ, Dillmann WH. Thyroid hormone action in the heart. Endocrin Rev. 26;5:704-28.

650 CDK-208/ vol. 40 no. 9, th. 2013

Anda mungkin juga menyukai