Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Jawa Timur terletak pada 111.0 hingga 114.4 Bujur Timur dan 7.12 hingga
8.48 Lintang Selatan. Secara umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian utama,
yaitu Jawa Timur daratan dengan proporsi lebih luas hampir mencakup 90% dari seluruh
luas wilayah Propinsi Jawa Timur dan wilayah Kepulauan Madura yang hanya sekitar 10 %
saja.
Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh gunung-gunung api. Tulang punggung pulau Jawa
dibentuk oleh rangkaian gunung api. Gunung-gunung api di Jawa banyak yang mempunyai
bentuk tidak teratur, karena sifat pipa kepundan (titik erupsi) yang berpindah-pindah dan
adanya kerucut parasiter.Daerah utara menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan
daerah sebelah selatan. Pantai utara secara berangsur-angsur berbentuk landai, tetapi di
sebelah selatan pantai nya curam.
Unsur-unsur struktur utama Pulau Jawa adalah Geantiklinal Jawa Selatan dan
Geantiklinal Jawa Utara. Geosinklinal Jawa Utara menjadi semakin lebar ke arah timur dan
mulai dari Semarang terpecah menjadi 2 yaitu cabang ke utara dan cabang ke selatan di
tempati oleh Pegunungan Kendeng dan Selat Madura.
Bagian puncak geantiklinal Jawa telah runtuh melalui sesar-sesar, dan sekrang berwujud
lekukan-lekukan dengan di dalamnya berupa tonjolan-tonjolan setempat. Sayap selatan
geantiklinal Jawa sekarang membentuk pegunungan Selatan yang merupakan bongkahan-
bongkahan yang mengalami kemiringan ke arah selatan. Di Jawa Tengah, pegunungan
Selatan tidak tampak, diduga telah merosot ke bawah permukaan air laut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Jawa Timur dilihat dari Aspek Geologi

(peta topografi jawatimur)

Provinsi Jawa Timur terletak pada 1110 hingga 1144 Bujur Timur, dan 712
hingga 848 Lintang Selatan. Luas wilayah Provinsi Jawa Timu rmencapai 46.428 km,
terbagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 29 kabupaten, Sembilan kota,
dan 658 kecamatandengan 8.457 desa/kelurahan (2.400 kelurahandan 6.097 desa).
Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur
daratan hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi JawaTimur, dan wilayah
Kepulauan Madura yang sekitar 10% dari luas wilayah JawaTimur. Di sebelah utara,
Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah timur berbatasan dengan
Selat Bali. Disebelah selatan berbatasan dengan perairan terbuka, Samudera Indonesia,
sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.
Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan
berbagai jenis tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen, dan Kwarter yang
dipengaruhi adanya gunung berapi, sekitar 20,60 % luas wilayah yaitu wilayah puncak
gunung api dan perbukitan gamping yang mempunyai sifat erosif, sehingga tidak baik untuk
dibudidayakan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai
kemiringan tanah 0-15 %, sekitar 65,49 % dari luas wilayah yaitu wilayah dataran alluvial
antar gunung api sampai delta sungai dan wilayah pesisir yang mempunyai tingkat
kesuburan tinggi dan dataran aluvial di lajur Kendeng yang subur, sedang dataran aluvial di
daerah gamping lajur Rembang dan lajur Pegunungan Selatan cukup subur.
Kondisi geologi JawaTimur yang cukup kaya akan potensi sumber daya mineral,
memiliki sekitar 20 jenis bahan galian yang mendukung sektor industry maupun konstruksi,
yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu: pertama lajur Rembang
terbentuk oleh batu lempung napalan dan batu gamping merupakan cekungan tempat
terakumulasinya minyak dan gas bumi; kedua lajur Kendeng terbentuk batu lempung dan
batu pasir, potensi lempung, bentonit, gamping; ketiga jalur Gunung Api Tengah terbentuk
oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian konstruksi berupa batu
pecah (bom), krakal, krikil, pasir, tuf; keempat lajur Pegunungan Selatan terbentuk oleh
batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava yang mengalami tekanan, potensi
mineral logam, marmer, onyx, batugamping, bentonit, pospat.

2.2 Kondisi Fisiografis di Jawa Timur


Fisografi Jawa Timur dapat dibedakan menjadi 7 zona dari selatan ke utara yaitu
sebagai berikut:
a. Pegunungan Selatan
Pada zona ini batuan pembentuknya terdiri atas siliklastik, volkaniklastik,
volkanik , dan batuan karbonat. (Buranda, 2015) Antara sebelah timur parangtritis
sampai teluk popoh, pegunungan selatan di bagi menjadi 3 bagian yaitu:
1) Gunung sewu (sebelah selatan),terdiri dari batu gamping berumur miosen
tengah. Maka perkembangan topografi karst dengan kenampakan permukaan
berupa dolina-dolina yang dipisahkan oleh bukit-bukit yang terlihat dari jauh
agak membulat yang disebut kubah kapur, dan sungai bawah permukaan.
2) Basin wonosari dan baturetno (tengah), basin wonosari disuga dahulu
merupakan laguna yang terisi dengan endapan gamping, dolomit, dan bahan
vulkanis. Di sebelah timur basin wonosari terdapat basin baturetno. Pada
mulanya aliran sungai di baturetno mengarah ke selatan, tetapi pada
pleistosen akhir terjadi pelengkungan kebawah membentuk basin beturetno
menyababkan aliran tidak menuju ke selatan lagi melainkan menerobos
kebarat dan selanjutnya ke utara menjadi hulu sungai bengawan solo.
3) Pengunungan baturagung, panggung, popoh range (utara), merupakan
pegunungan terjal yang sisi utaranya berupa escarpment. Terdapat pula
patahan di baturagung sebelah utara parangtritis. Sebelah timur teluk popoh,
escarpment yang membatasi pegunungan selatan dengan zone solo.

b. Zona Solo
(Buranda, 2015) zona solo merupakan depresi yang ditumbuhi oleh vulkan-
vulkan kuarter. Pada zona solo terbagi menjadi 3 zona yaitu sub-zone blitar yang
dimana sub-zone ini membatasi pegunungan selatan dengan vulkan-vulkan di
depresi tengah, solo sensu stricto yang merupakan zona vulkan-vulkan kuarter,
sub-zone ngawi yang merupakan depresi yang membetasi vulkan-vulkan di
depresi tengah dengan pegunungan kendeng.
c. Zona kendeng ridge
Zona Kendeng terletak di utara deretan gunung api yang terdiri dari endapan
Kenozoikum muda, umumnya terlipat kuat disertai sesarsesar sungkup dengan
kemiringan ke Selatan. Zona ini memiliki panjang 250 km dan lebarnya 40 km.
Zona Kendeng dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas perbedaan
stratigrafi dan perbedaan intensitas tektoniknya (Van Bemelen, 1949) yaitu:

1) Kendeng Barat
Kendeng Barat meliputi daerah yang terbatas antara Gunung Ungaran hingga
daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur Oligo -
Miosen Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang. Batuannya mengandung
bahan volkanis. Daerah ini memiliki struktur geologi yang rumit yaitu banyak
sesarsesar sungkup.
2) Kendeng Tengah
Kendeng Tengah mencakup daerah Purwodadi hingga Gunung Pandan batuan
tertua yang tersingkap berumur Miosen Tengah. Daerah ini terdiri dari
sedimen bersifat turbidit (laut dalam) yang diwakili oleh Formasi Kerek dan
Formasi Kalibeng, prosentase kandungan bahan piroklastik dalam batuan
sedimen menurun ke arah Utara. Struktur geologinya relatif kurang rumit.
3) Kendeng Timur
Kendeng Timur terdiri dari endapanendapan Kenozoikum akhir yang
tersingkap di antara Gunung Pandan dan Mojokerto. Di daerah ini hanya
endapan Pliosen dan Plistosen. Struktur geologinya adalah antiklin yang
sumbunya menggeser ke utara dan menunjam ke timur.
Berdasarkan penelitian Van Bemmelen disimpulkan bahwa pegunungan
kendeng telah mengalami pelipatan dan pengangkatan sebanyak tiga kali, yaitu
pelipatan yang berkaitan dengan collapse yang dialami geantiklin jawa, vulkan-
vulkan di zona solo, dan pengangkatan karena dorongan magma dari dalam.

Stratigrafi
Menurut Pringgoprawiro (1983), maka secara stratigrafi Zona Kendeng dapat
dibagi menjadi unitunit stratigrafi sebagai berikut (Gambar 2.2) :
Formasi Pelang : terdiri dari napal abuabu yang masif sampai berlapis
yang kaya fosil dan batulempung abuabu dengan sisipan batugamping
bioklastik. Lapisan ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berumur
Oligosen Akhir Miosen Awal.
Formasi Kerek : terdiri dari endapan turbidit dengan ketebalan 800 m,
sebagian besar terbentuk oleh lapisan yang menghalus dan menipis
keatas dengan tipe struktur sedimen arus densitas. Litologinya terdiri
atas batupasir tufaan, batulempung, napal, dan batugamping. Formasi ini
berumur Miosen Awal Miosen Akhir.
Formasi Kalibeng (Kalibeng Bawah) : terdiri dari napal abuabu
kehijauan kaya fosil dengan sisipan tuf berlapis tipis. Sedimen ini
diendapkan pada lingkungan bathyal. Bagian atas dari Formasi
Kalibeng (Anggota Atasangin) terdiri atas perlapisan batupasir tufaan
berukuran haluskasar, tuf putih, dan breksi volkanik. Sedimen ini
diendapkan oleh mekanisme turbidit. Formasi ini berumur Miosen
Akhir Pliosen.
Formasi Sonde (Kalibeng Atas) : bagian bawah dari formasi ini
(Anggota Klitik) didominasi oleh perlapisan napal pasiran, batupasir
gampingan, dan tuf. Sedangkan bagian atasnya terdiri atas batugamping
mengandung Balanus dan grainstone. Formasi ini diendapkan di
lingkungan laut dangkal dan berumur Pliosen.
Formasi Pucangan : terdiri atas batupasir kasarkonglomeratan, batupasir,
batupasir tufaan, dan lempung hitam yang mengandung moluska air
tawar. Di Zona Kendeng bagian barat dan tengah, Formasi Pucangan
berkembang sebagai fasies daratan. Sedangkan di bagian timur Zona
Kendeng, Formasi Pucangan merupakan endapan laut dangkal. Formasi
ini berumur Pliosen Akhir Pleistosen Awal.
Formasi Kabuh : terdiri dari perlapisan batupasir kasar dengan
perlapisan silangsiur, fosil vertebrata, lensa konglomerat, dan tuf. Di
Zona Kendeng bagian barat dan tengah, Formasi Kabuh diendapkan
pada lingkungan darat, sedangkan di Zona Kendeng bagian timur
Formasi Kabuh mempunyai fasies yang berbedabeda, fasies darat
berangsur angsur berubah menjadi fasies laut yang makin keatas
berubah ke batuan volkanik yang diendapkan pada lingkungan pantai.
Formasi Notopuro : terdiri dari endapan lahar, tuf, dan batu pasir tufaan
berumur Pleistosen yang diendapkan pada lingkungan darat.

Gambar 2.2 Kolom stratigrafi umum Zona Kendeng (Pringgoprawiro, 198


d. Zona Depresi Randublatung
Zona ini merupakan depresi yang memisahkan kendeng ridge dan perbukitan
rembang. Di sebelah timur depresi randublatung terdapat lipatan, lipatan yang
terjadi dikarenakan tekanan dari perbukitan rembang atau dari kendeng ridge.
e. Zona Perbukitan Rembang
Zona yang dapat diteruskan ke pulau Madurabatuan pembentuknya terdiri
atas endapan laut dangkal , sedimen klastik , dan batuan karbonat. Pada zona ini
juga terdapat patahan yang dinamakan Rembang High dan banyak lipatan yang
berarah timur-barat. Pada plio-pleistosen menghasilkan gaya kompresif ke utara
sehingga di beberapa tempat pelipatan di sebelah selatan rembang menunjukkan
arah pelipatan keutara.
f. Zona Depresi Semarang-Rembang
Perbukitan rembang dibatasi kearah barat laut oleh suatu depresi yang
membentang dari semarang ke rembang. Depresi ini telah ada sejak neogen, yang
kemudian pada akhir kuarter depresi ini berubah menjadi selat yang memisahkan
gunung muris dari pulau jawa. Endapan-endapan depresi ini masih muda, baru
abad 15 menjadi daratan.
g. Kompleks Gunung Muria
Gunung muria berumur pleistosen awal yang sekarang telah padam dan
puncaknya pecah-pecah membentuk sektor graben. Kuiper telah mengumpulkan
beberapa sampel batuan di kawah rahtawu, ternyata ada batuan sedimen berupa
liat, marl dan limestone. Kondisi demikian menunjukkan bahwa dasar dari gunung
muria terdiri dari lapisan sedimen klastis berumur neogen.
Di kaki tenggara kompleks gunung muria dijumpai suatu dome yang dikenal
dengan nama gunung patihayan. Batuan inti dome ini telah tersingkap sedimen
marine yang kemudian tertutup dengan breksi yang mengandung leusite setebal
300m dan selanjutnya tertutup lagi oleh lahar dari gunung muria.

2.4 Struktur Geologi JawaTimur

Cekungan JawaTimur Utara


Cekungan Jawa Timur Utara sebelah barat dibatasi oleh Busur Karimunjawa
dimana memisahkannya dengan Cekungan Jawa Barat Utara, di sebelah selatan
dibatasi oleh busur vulkanik, sebelah timur dibatasi oleh Cekungan Lombok dan
sebelah utara dibatasi oleh Tinggian Paternoster, dimana memisahkannya dengan
selat Makasar. Berdasarkan posisinya, Cekungan JawaTimur Utara dapat
dikelompokkan sebagai cekungan belakang busur dan berada pada batas tenggara
dari lempeng Eurasia.
Kerangka Tektonik Cekungan JawaTimur Utara
Graben, half-graben, dan sesar-sesar hasil dari proses rifting telah dihasilkan pada
periode ekstensional yaitu pada Paleogen. Selanjutnya periode kompresi dimulai
pada Miosen Awal yang mengakibatkan reaktivasi sesar-sesar yang telah terbentuk
sebelumnya pada periode ekstensional. Reaktivasi tersebut mengakibatkan
pengangkatan dari graben-graben yang sebelumnya terbentuk menjadi tinggian
yang sekarang disebut sebagai Central High. Pada saat sekarang, Cekungan
JawaTimur Utara dikelompokkan kedalam tiga kelompok struktur utama dari arah
utara keselatan, yaitu North Platform, Central Highdan South Basin.
Perubahan struktur juga terjadi pada konfigurasi basement dari arah barat
ketimur. Bagian barat pada Plat form Utara dapat dikelompokkan menjadi Muria
Trough, Bawean Arc, JS-1 Ridge, Norhteast Java Platform, Central-Masalembo
Depression, North Madura Platformdan JS 19-1Depression. Sedangkan pada South
Basin, dari barat ketimur dapat dikelompokkan menjadi North East Java Madura
Sub-Basin (Rembang-Madura Strait-Lombok Zone), South Madura Shelf
(kelanjutan dari Zona Kendeng) dan Solo Depression Zone. Pada Central
High tidak ada perubahan struktur yang berarti dari arah barat ketimur. Daerah Cepu
termasuk kedalam South Basin sebelah barat, dimana termasuk kedalam Zona
Rembang bagian selatan. Pada konfigurasi basement yang lebih detail, daerah Cepu
termasuk ke dalam Kening Trough.

2.5 Tektonik Regional

Secara umum wilayah Jawa Timur dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima)


provinsi tektonik (Yulihanto, dkk., 1995 dalam Darman dan Sidi, 2000), dari utara
sampai selatan yaitu :
1 Lereng utara termasuk paparan benua stabil Rembang dan zona transisi
Randublatung.

2 Zona Kendeng, merupakan kemenerusan Zona Bogor di sebelah timur, yang


merupakan sebuah cekungan laut dalam yang labil.
3 Busur Vulkanik modern.

4 Lereng selatan, wilayah pengangkatan regional.


Gambar 2.3 Peta Struktur Regional Jawa Timur (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)

Zona Kendeng yang terletak di lereng utara, secara tektonik merupakan


wilayah yang secara kuat terlipat dan kadangkadang tersesarkan dengan kuat.
Pembentukan struktur masih sangat muda dan kemungkinan besar masih aktif.
Sumbu perlipatan memiliki orientasi barattimur dan paralel dengan rangkaian
pegunungan vulkanik di selatan, hal ini mengindikasikan adanya keterkaitan rezim
kompressi dengan pembentukan struktur yang terjadi di wilayah ini.

Pola struktur yang dominan berkembang di Pulau Jawa (Pulunggono dan


Martodjojo, 1994) adalah Pola Meratus berarah timurlaut baratdaya terbentuk pada
80 sampai 53 juta tahun yang lalu ( Kapur Akhir Eosen Awal). Pola Sunda berarah
utaraselatan, terbentuk 53 sampai 32 juta tahun yang lalu (Eosen Awal Oligosen
Awal) dan Pola Jawa yang berarah barattimur terbentuk sejak 32 tahun yang lalu.

Di Jawa Timur (Gambar 2.3), pola Meratus merupakan arah yang dominan di
kawasan lepas pantai Utara. Pola Sunda (utaraselatan) yang umumnya berpola regangan
tidak terlihat jelas di kawasan Jawa Timur. Untuk Pola Jawa yang berarah barattimur,
kelurusan Pegunungan Kendeng adalah yang paling khas mewakili Pola Jawa. Pola Jawa
umumnya diwakili oleh perlipatan atau sesar yang beranjak naik ke utara atau timur laut.

Daftar Rujukan

1. Sriyono. 2014. Geologi & Geomorfologi Indonesia. Ombak: Jakarta


2. (Online) http://www.ilmusosial.info/2016/02/geologi-jawa-timur.html, diakses tanggal
18 Februari 2017.
3. Kharisma, Intan Y. 2015. Geologi dan Fisiografi Jatim. (Online)
http://ntunn.blogspot.co.id/2015/04/geologi-fisiografi-jatim.html, diakses tanggal 18
Februari 2017.
4. (Online) https://www.academia.edu/30709445/Makalah_Jawa_Timur?
auto=download, , diakses tanggal 18 Februari 2017.
5. (Online) http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/620/jbptitbpp-gdl-kirandrafe-30998-3-
2008ta-2.pdf, diakses tanggal 20 Februari 2017.
6. (Online) http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/620/jbptitbpp-gdl-miftahulfa-30999-3-
2008ta-2.pdf, diakses tanggal 20 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai