Makalah Geologi Jatim
Makalah Geologi Jatim
PENDAHULUAN
Provinsi Jawa Timur terletak pada 111.0 hingga 114.4 Bujur Timur dan 7.12 hingga
8.48 Lintang Selatan. Secara umum Jawa Timur dapat dibagi menjadi dua bagian utama,
yaitu Jawa Timur daratan dengan proporsi lebih luas hampir mencakup 90% dari seluruh
luas wilayah Propinsi Jawa Timur dan wilayah Kepulauan Madura yang hanya sekitar 10 %
saja.
Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh gunung-gunung api. Tulang punggung pulau Jawa
dibentuk oleh rangkaian gunung api. Gunung-gunung api di Jawa banyak yang mempunyai
bentuk tidak teratur, karena sifat pipa kepundan (titik erupsi) yang berpindah-pindah dan
adanya kerucut parasiter.Daerah utara menunjukkan perbedaan yang mencolok dengan
daerah sebelah selatan. Pantai utara secara berangsur-angsur berbentuk landai, tetapi di
sebelah selatan pantai nya curam.
Unsur-unsur struktur utama Pulau Jawa adalah Geantiklinal Jawa Selatan dan
Geantiklinal Jawa Utara. Geosinklinal Jawa Utara menjadi semakin lebar ke arah timur dan
mulai dari Semarang terpecah menjadi 2 yaitu cabang ke utara dan cabang ke selatan di
tempati oleh Pegunungan Kendeng dan Selat Madura.
Bagian puncak geantiklinal Jawa telah runtuh melalui sesar-sesar, dan sekrang berwujud
lekukan-lekukan dengan di dalamnya berupa tonjolan-tonjolan setempat. Sayap selatan
geantiklinal Jawa sekarang membentuk pegunungan Selatan yang merupakan bongkahan-
bongkahan yang mengalami kemiringan ke arah selatan. Di Jawa Tengah, pegunungan
Selatan tidak tampak, diduga telah merosot ke bawah permukaan air laut.
BAB II
PEMBAHASAN
Provinsi Jawa Timur terletak pada 1110 hingga 1144 Bujur Timur, dan 712
hingga 848 Lintang Selatan. Luas wilayah Provinsi Jawa Timu rmencapai 46.428 km,
terbagi ke dalam empat badan koordinasi wilayah (Bakorwil), 29 kabupaten, Sembilan kota,
dan 658 kecamatandengan 8.457 desa/kelurahan (2.400 kelurahandan 6.097 desa).
Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur
daratan hampir mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi JawaTimur, dan wilayah
Kepulauan Madura yang sekitar 10% dari luas wilayah JawaTimur. Di sebelah utara,
Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut Jawa. Di sebelah timur berbatasan dengan
Selat Bali. Disebelah selatan berbatasan dengan perairan terbuka, Samudera Indonesia,
sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.
Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan
berbagai jenis tanah seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen, dan Kwarter yang
dipengaruhi adanya gunung berapi, sekitar 20,60 % luas wilayah yaitu wilayah puncak
gunung api dan perbukitan gamping yang mempunyai sifat erosif, sehingga tidak baik untuk
dibudidayakan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar wilayah Jawa Timur mempunyai
kemiringan tanah 0-15 %, sekitar 65,49 % dari luas wilayah yaitu wilayah dataran alluvial
antar gunung api sampai delta sungai dan wilayah pesisir yang mempunyai tingkat
kesuburan tinggi dan dataran aluvial di lajur Kendeng yang subur, sedang dataran aluvial di
daerah gamping lajur Rembang dan lajur Pegunungan Selatan cukup subur.
Kondisi geologi JawaTimur yang cukup kaya akan potensi sumber daya mineral,
memiliki sekitar 20 jenis bahan galian yang mendukung sektor industry maupun konstruksi,
yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu: pertama lajur Rembang
terbentuk oleh batu lempung napalan dan batu gamping merupakan cekungan tempat
terakumulasinya minyak dan gas bumi; kedua lajur Kendeng terbentuk batu lempung dan
batu pasir, potensi lempung, bentonit, gamping; ketiga jalur Gunung Api Tengah terbentuk
oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian konstruksi berupa batu
pecah (bom), krakal, krikil, pasir, tuf; keempat lajur Pegunungan Selatan terbentuk oleh
batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava yang mengalami tekanan, potensi
mineral logam, marmer, onyx, batugamping, bentonit, pospat.
b. Zona Solo
(Buranda, 2015) zona solo merupakan depresi yang ditumbuhi oleh vulkan-
vulkan kuarter. Pada zona solo terbagi menjadi 3 zona yaitu sub-zone blitar yang
dimana sub-zone ini membatasi pegunungan selatan dengan vulkan-vulkan di
depresi tengah, solo sensu stricto yang merupakan zona vulkan-vulkan kuarter,
sub-zone ngawi yang merupakan depresi yang membetasi vulkan-vulkan di
depresi tengah dengan pegunungan kendeng.
c. Zona kendeng ridge
Zona Kendeng terletak di utara deretan gunung api yang terdiri dari endapan
Kenozoikum muda, umumnya terlipat kuat disertai sesarsesar sungkup dengan
kemiringan ke Selatan. Zona ini memiliki panjang 250 km dan lebarnya 40 km.
Zona Kendeng dapat dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas perbedaan
stratigrafi dan perbedaan intensitas tektoniknya (Van Bemelen, 1949) yaitu:
1) Kendeng Barat
Kendeng Barat meliputi daerah yang terbatas antara Gunung Ungaran hingga
daerah sekitar Purwodadi dengan singkapan batuan tertua berumur Oligo -
Miosen Bawah yang diwakili oleh Formasi Pelang. Batuannya mengandung
bahan volkanis. Daerah ini memiliki struktur geologi yang rumit yaitu banyak
sesarsesar sungkup.
2) Kendeng Tengah
Kendeng Tengah mencakup daerah Purwodadi hingga Gunung Pandan batuan
tertua yang tersingkap berumur Miosen Tengah. Daerah ini terdiri dari
sedimen bersifat turbidit (laut dalam) yang diwakili oleh Formasi Kerek dan
Formasi Kalibeng, prosentase kandungan bahan piroklastik dalam batuan
sedimen menurun ke arah Utara. Struktur geologinya relatif kurang rumit.
3) Kendeng Timur
Kendeng Timur terdiri dari endapanendapan Kenozoikum akhir yang
tersingkap di antara Gunung Pandan dan Mojokerto. Di daerah ini hanya
endapan Pliosen dan Plistosen. Struktur geologinya adalah antiklin yang
sumbunya menggeser ke utara dan menunjam ke timur.
Berdasarkan penelitian Van Bemmelen disimpulkan bahwa pegunungan
kendeng telah mengalami pelipatan dan pengangkatan sebanyak tiga kali, yaitu
pelipatan yang berkaitan dengan collapse yang dialami geantiklin jawa, vulkan-
vulkan di zona solo, dan pengangkatan karena dorongan magma dari dalam.
Stratigrafi
Menurut Pringgoprawiro (1983), maka secara stratigrafi Zona Kendeng dapat
dibagi menjadi unitunit stratigrafi sebagai berikut (Gambar 2.2) :
Formasi Pelang : terdiri dari napal abuabu yang masif sampai berlapis
yang kaya fosil dan batulempung abuabu dengan sisipan batugamping
bioklastik. Lapisan ini diendapkan pada lingkungan neritik dan berumur
Oligosen Akhir Miosen Awal.
Formasi Kerek : terdiri dari endapan turbidit dengan ketebalan 800 m,
sebagian besar terbentuk oleh lapisan yang menghalus dan menipis
keatas dengan tipe struktur sedimen arus densitas. Litologinya terdiri
atas batupasir tufaan, batulempung, napal, dan batugamping. Formasi ini
berumur Miosen Awal Miosen Akhir.
Formasi Kalibeng (Kalibeng Bawah) : terdiri dari napal abuabu
kehijauan kaya fosil dengan sisipan tuf berlapis tipis. Sedimen ini
diendapkan pada lingkungan bathyal. Bagian atas dari Formasi
Kalibeng (Anggota Atasangin) terdiri atas perlapisan batupasir tufaan
berukuran haluskasar, tuf putih, dan breksi volkanik. Sedimen ini
diendapkan oleh mekanisme turbidit. Formasi ini berumur Miosen
Akhir Pliosen.
Formasi Sonde (Kalibeng Atas) : bagian bawah dari formasi ini
(Anggota Klitik) didominasi oleh perlapisan napal pasiran, batupasir
gampingan, dan tuf. Sedangkan bagian atasnya terdiri atas batugamping
mengandung Balanus dan grainstone. Formasi ini diendapkan di
lingkungan laut dangkal dan berumur Pliosen.
Formasi Pucangan : terdiri atas batupasir kasarkonglomeratan, batupasir,
batupasir tufaan, dan lempung hitam yang mengandung moluska air
tawar. Di Zona Kendeng bagian barat dan tengah, Formasi Pucangan
berkembang sebagai fasies daratan. Sedangkan di bagian timur Zona
Kendeng, Formasi Pucangan merupakan endapan laut dangkal. Formasi
ini berumur Pliosen Akhir Pleistosen Awal.
Formasi Kabuh : terdiri dari perlapisan batupasir kasar dengan
perlapisan silangsiur, fosil vertebrata, lensa konglomerat, dan tuf. Di
Zona Kendeng bagian barat dan tengah, Formasi Kabuh diendapkan
pada lingkungan darat, sedangkan di Zona Kendeng bagian timur
Formasi Kabuh mempunyai fasies yang berbedabeda, fasies darat
berangsur angsur berubah menjadi fasies laut yang makin keatas
berubah ke batuan volkanik yang diendapkan pada lingkungan pantai.
Formasi Notopuro : terdiri dari endapan lahar, tuf, dan batu pasir tufaan
berumur Pleistosen yang diendapkan pada lingkungan darat.
Di Jawa Timur (Gambar 2.3), pola Meratus merupakan arah yang dominan di
kawasan lepas pantai Utara. Pola Sunda (utaraselatan) yang umumnya berpola regangan
tidak terlihat jelas di kawasan Jawa Timur. Untuk Pola Jawa yang berarah barattimur,
kelurusan Pegunungan Kendeng adalah yang paling khas mewakili Pola Jawa. Pola Jawa
umumnya diwakili oleh perlipatan atau sesar yang beranjak naik ke utara atau timur laut.
Daftar Rujukan