TUGAS PROCUREMENT
Review Journal
KELOMPOK 3 :
Muhammad Faisal Ibrahim (2515203203)
Renata Fani Juli Agusti (2513100044)
Milatul Afiah (2513100153)
1. PENDAHULUAN
Sebelumnya perhatian telah diberikan pada kasus satu vendor dan satu pembeli yang
terintegrasi dalam masalah persediaan, tetapi tidak banyak bekerja pada kasus satu vendor
dan banyak pembeli. Meskipun masalah joint replenishment berlaku dalam kasus tersebut,
tetapi belum dibahas jika produk diberikan ke beberapa pembeli saat biaya setup dan
inventory vendor dimasukkan. Dengan asumsi hubungan yang erat antara produsen dan
pembeli untuk mengurangi biaya dalam rangka pembagian keuntungan, tiga model
dikembangkan, dua di antaranya transfer dengan batch yang sama (part of a lot) dan ketiga
dengan batch yang tidak sama dari produk. Teknik solusi optimal disajikan, analisis
sensitivitas teknik dilakukan, dan beberapa masalah numerik diselesaikan untuk mendukung
temuan analitis. Sebuah studi perbandingan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasokan
oleh batch yang tidak sama memiliki kinerja lebih baik. Penelitian ini juga menekankan
keterbatasan metode yang digunakan dalam memperoleh total biaya paling minimal dalam
skenario satu vendor dan satu pembeli, dan manfaat dari persediaan yang terintegrasi juga
dibahas. Permasalahannya yaitu meminimasi rata-rata biaya inventory tahunan yang
terintegrasi, biaya setup, trasnportasi untuk menyuplai produk ke pembeli oleh manufaktur.
Biaya order + biaya transportasi selama satu tahun untuk pembeli i adalah
D(si + nTi)/nz.
Jadi rata-rata total biaya tahunan persediaan, transportasi dan set-up untuk pembeli i,
adalah
dan dengan demikian total biaya TC persediaan, transportasi, setup dan pemesanan
per tahun untuk sistem persediaan terintegrasi sebagai berikut.
2.3 Model II (sebuah batch ditransfer setelah setiap z/D satuan waktu)
Manufaktur mengirimkan batch z untuk memenuhi demand semua buyer, sehingga
demand buyer i dipenuhi dengan waktu zi/Di = (Diz/Di)/Di = z/D dan manufaktur
mengirimkan batch z berikutnya kepada buyer setelah setiap z/D satuan waktu. Karena
ada n batch, biaya inventory per siklus untuk semua buyer yaitu :
Karena terdapat D/nz siklus tiap tahun, biaya inventory penyimpanan setiap tahun
semua buyer yaitu :
Sehingga rata-rata biaya total untuk setup, transportasi, pemesanan dan inventory
setiap tahun adalah:
2.4 Model III (lot transfer menggunakan ukuran batch z, kz, , kn-1z)
Diasumsi bahwa z i = D i z/D , kz i = D i kz /D ,,k e - 1 z i = D i k e - 1 z/D i.e.
Kemudian, untuk batch berikutnya menggunakan ukuran yang berbeda sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut.
k 2 z/P = kz i /D i
Dengan demikian waktu produksi untuk setiap batch k n z sama dengan pertemuan
waktu antara demand dengan batch sebelumnya k n - 1 z, dimana n adalah positif integer.
Manufacturer melepaskan batch dengan ukuran z ,kz ,k 2 z , ,k n - 1 z , dan
menjumlahkannya lot size Q yang sama sehingga dapat dirumuskan menjadi :
Karena terdapat D/Q cycles per tahun, WIP inventory cost untuk manufacturer setiap
tahunnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
5
Dengan demikian, total integrated inventory cost per tahun sebagai berikut.
Dan total cost of set up, ordering dan transportation per tahun sebagai berikut.
Setelah nilai dari Q disubstitusikan ke formula 7, didapatkan bahwa total cost per
tahun untuk integrasi sistem sebagai berikut.
3. NUMERICAL EXAMPLE
6
Sebuah perusahaan manufaktur mengirim sebuah item kepada 5 buyer. Data mengenai
single-manufacturer dan 5-buyer problem terangkum dalam Tabel 1.
Diketahui :
Untuk n real, minimal total costs Model II dan Model III lebih rendah daripada
Model I. Total cost Model II sebesar 481.85 (untuk n= 4.10 ) dan Model III sebesar
420.57 (untuk = 4.82). Sedangkan, Model I minimal total cost jauh lebih besar yaitu
495.05 (for n = 3.75).
Terdapat pengurangan total cost dari Model II dan Model III adalah sebesar 61.06
yakni sekitar 12.67%, dan pada inventory cost of manufactur juga terjadi penurunan
sebesar 68.3.
Total cost untuk masing-masing buyer pada Model III lebih tinggi daripada total cost
pada Model II, sehingga cost reduction dari Model III melebihi Model II dimana
7
sebagian besar disebabkan oleh pengurangan pada cost ke manufacturer. Khusus untuk
contoh perhitungan ini, Model III memberikan cost yang paling kecil dan menjadi solusi
yang lebih baik daripada Model lainnya. Namun, tidak ada jaminan bahwa Model III
akan selalu memberikan total cost yang paling kecil. Catatan bahwa solusi optimal dari
contoh perhitungan ini yaitu memproduksi dengan lot size yang besar dan membutuhkan
waktu produksi yang lebih lama, dimana hal tersebut sulit bahkan tidak dapat dijalankan
di dunia nyata.
4. KESIMPULAN
Jurnal ini mengembangkan tiga model untuk mesuplai single product dari single
manufacturer ke multiple buyers, dengan menyelaraskan production flow dengan ukuran
batch pengiriman yang equal di pertama dan kedua serta unequal batches transfer yang
ketiga. Pada semua kasus, terdapat biaya transportasi pada tiap batch. Ketiga model pada
umumnya dapat mengurangi biaya dengan adanya integrasi inventory. Model I and
Model II memberikan minimal total cost yang paling tinggi (untuk real n )
ketika h h i dan h h i , berturut-turut. Minimal total cost paling kecil yaitu terbatas
hanya pada Model II dan Model III, padahal tidak ada jaminan bahwa metode tersebut
akan selalu memberikan nilai minimal cost paling kecil. Bagaimanapun, teknik
penyelesaian ini cukup sederhana dan dapat dengan mudah menemukan minimal total
cost. Jadi, manufacturer dan buyers dapat bernegosiasi untuk distribusi yang memuaskan
dari segi profit karena costless way. Sebagai contoh, adanya penggabungan inventory
memberikan biaya yang lebih sedikit seperti biaya penyimpanan dan proses negosiasi
yang lebih efisien termasuk paper work, komunikasi, transportasi, dan lain sebagainya.
Hubungan yang baik antara manufacturer dan buyers akan memberikan keuntungan bagi
semua pihak.
Model II dan Model III akan berguna apabila supplier dapat dipercaya (manufacturer
mensuplai ketika adanya kebutuhan), khususnya pada negara-negara berkembang. Model
I menyediakan kesempatan untuk buyer dalam mempercepat melakukan penyimpanan
suatu item, dimana khususnya dapat membantu negara-negara berkembang maupun
negara-negara yang belum berkembang yang memiliki kompleksitas transportasi karena
berbagai macam faktor. Keuntungan dari adanya integrasi inventory system akan
mendorong manufacturer dan buyers untuk menjalin hubungan yang lebih dekat, dengan
penerapan model ini diharapkan dapat membantu memberikan lingkungan yang lebih
baik dalam mengontrol inventory dan dihasilkannya produk yang lebih murah.
Namun demikian, Model I dan Model II disini yaitu pemindahan dengan ukuran yang
equal dengan ukuran yang dikirim, sementara Model III yaitu unequal dengan ukuran
yang dikirim. Jadi, kombinasi dari model yang ada akan memberikan solusi terbaik
mengenai sinkronisasi antara production flow dan juga minimize total cost.