Anda di halaman 1dari 8

1

TUGAS PROCUREMENT
Review Journal

KELOMPOK 3 :
Muhammad Faisal Ibrahim (2515203203)
Renata Fani Juli Agusti (2513100044)
Milatul Afiah (2513100153)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2016
1

Procurement Review Journal

1. PENDAHULUAN
Sebelumnya perhatian telah diberikan pada kasus satu vendor dan satu pembeli yang
terintegrasi dalam masalah persediaan, tetapi tidak banyak bekerja pada kasus satu vendor
dan banyak pembeli. Meskipun masalah joint replenishment berlaku dalam kasus tersebut,
tetapi belum dibahas jika produk diberikan ke beberapa pembeli saat biaya setup dan
inventory vendor dimasukkan. Dengan asumsi hubungan yang erat antara produsen dan
pembeli untuk mengurangi biaya dalam rangka pembagian keuntungan, tiga model
dikembangkan, dua di antaranya transfer dengan batch yang sama (part of a lot) dan ketiga
dengan batch yang tidak sama dari produk. Teknik solusi optimal disajikan, analisis
sensitivitas teknik dilakukan, dan beberapa masalah numerik diselesaikan untuk mendukung
temuan analitis. Sebuah studi perbandingan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasokan
oleh batch yang tidak sama memiliki kinerja lebih baik. Penelitian ini juga menekankan
keterbatasan metode yang digunakan dalam memperoleh total biaya paling minimal dalam
skenario satu vendor dan satu pembeli, dan manfaat dari persediaan yang terintegrasi juga
dibahas. Permasalahannya yaitu meminimasi rata-rata biaya inventory tahunan yang
terintegrasi, biaya setup, trasnportasi untuk menyuplai produk ke pembeli oleh manufaktur.

2. FORMULASI DAN MODEL


2.1 Asumsi dan Notasi
Dalam mengembangkan model terdapat asumsi sebagai berkut.

(i) Tingkat produksi & permintaan deterministik dan konstan


(ii) Setiap pembeli memperkirakan permintaan individu, biaya penyimpanan dan
pemesanan di bawah berbagai faktor biaya dan menginformasikan kepada produsen;
(iii) Pihak yang bersangkutan berbagi manfaat koordinasi berdasarkan negosiasi dengan
tanpa biaya;
(iv) Tdak ada backlogging atau perencanaan dengan sengaja untuk kekurangan;
(v) Ukuran lot dan batch adalah bilangan real;
(vi) Baik produsen dan pembeli memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup untuk
menampung persediaan yang diperlukan;
(vii) Peralatan transportasi memiliki kapasitas yang cukup untuk mengangkut berapapun
batch untuk pembeli;
(viii) Waktu setup dan transportasi tidak signifikan.

Notasi yang digunakan sebagai berikut.


Untuk manufaktur :
D = Tingkat Permintaan Tahunan;
P = Tingkat Produksi Tahunan (P > D dan k = P/D);
h = Biaya Persediaan per Item per Tahun
S = Biaya Setup Produksi per Lot
Z = Ukuran Batch terkecil;
N = Jumlah Ukuran Batch yang Sama atau Tidak Sama dalam satu Lot.

Untuk pembeli ke-i (i=1,2,.,m)


2

D = Tingkat perintaan tahunan ( ;


i
H = Biaya penyimpanan per item per tahun
i
Si = Biaya melakukan order;
Ti = Biaya transportasi sebuah batch dari produsen ke pembeli i.

2.2 Model I (Batch dikirimkan setelah proses selesai)


Pada model I, misalkan produsen transfer z batch untuk memenuhi permintaan semua
pembeli,
zi = Diz/D sehingga

Perhatikan bahwa 1 < P/D menunjukkan

z<(P /D i )(D i /D )z z/P < z i /D i .

Total biaya = biaya produsen + biaya pembeli.


Biaya produsen = biaya persediaan + biaya setup
Produsen transfer masing-masing batch berukuran n yang sama dari banyak total
ukuran z ke pembeli, segera setelah pengolahan selesai, sehingga persediaan untuk
produsen per siklus adalah nz 2 /2P.
Perhatikan bahwa batch zi = Diz/D memenuhi permintaan saat itu z i /D i =D i z/
( D D i )= z/D . Sejak lot yang ditransfer oleh n batch dari ukuran z, waktu siklus
diberikan oleh nz / D dan karenanya biaya total persediaan dan set up untuk produsen per
tahun adalah

Gambar 1. menunjukkan pola persediaan untuk pembeli i selama siklus produksi.

Untuk pembeli ke -i, persediaan rata-rata per siklus diberikan oleh

Subtitusi dengan zi = Diz/D dan disederhanakan, diperoleh :


3

Sehingga biaya persediaan per tahun untuk pembeli i adalah :

Biaya order + biaya transportasi selama satu tahun untuk pembeli i adalah
D(si + nTi)/nz.

Jadi rata-rata total biaya tahunan persediaan, transportasi dan set-up untuk pembeli i,
adalah

dan dengan demikian total biaya TC persediaan, transportasi, setup dan pemesanan
per tahun untuk sistem persediaan terintegrasi sebagai berikut.

2.3 Model II (sebuah batch ditransfer setelah setiap z/D satuan waktu)
Manufaktur mengirimkan batch z untuk memenuhi demand semua buyer, sehingga
demand buyer i dipenuhi dengan waktu zi/Di = (Diz/Di)/Di = z/D dan manufaktur
mengirimkan batch z berikutnya kepada buyer setelah setiap z/D satuan waktu. Karena
ada n batch, biaya inventory per siklus untuk semua buyer yaitu :

Karena terdapat D/nz siklus tiap tahun, biaya inventory penyimpanan setiap tahun
semua buyer yaitu :

Rata-rata biaya inventory untuk manufaktur tiap tahun adalah:

Rata-rata biaya set-up, transportasi dan pemesanan tiap tahun adalah:


4

Sehingga rata-rata biaya total untuk setup, transportasi, pemesanan dan inventory
setiap tahun adalah:

2.4 Model III (lot transfer menggunakan ukuran batch z, kz, , kn-1z)
Diasumsi bahwa z i = D i z/D , kz i = D i kz /D ,,k e - 1 z i = D i k e - 1 z/D i.e.

Manufacturer mengirimkan batch pertama dengan ukuran z kepada buyer.

Kemudian, untuk batch berikutnya menggunakan ukuran yang berbeda sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut.

k 2 z/P = kz i /D i

Dengan demikian waktu produksi untuk setiap batch k n z sama dengan pertemuan
waktu antara demand dengan batch sebelumnya k n - 1 z, dimana n adalah positif integer.
Manufacturer melepaskan batch dengan ukuran z ,kz ,k 2 z , ,k n - 1 z , dan
menjumlahkannya lot size Q yang sama sehingga dapat dirumuskan menjadi :

Dinyatakan bahwa work-in-process (WIP) inventory untuk manufacturer sebagai


berikut.

Karena terdapat D/Q cycles per tahun, WIP inventory cost untuk manufacturer setiap
tahunnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
5

Buyer i menerima ukuran batches z i ,kz i ,k 2 z i , ,k n - 1 z i sehingga inventory per cycle


dapat dinyatakan sebagai berikut.

Inventory cost untuk buyer i per tahun sebagai berikut.

Dengan demikian, total integrated inventory cost per tahun sebagai berikut.

Dan total cost of set up, ordering dan transportation per tahun sebagai berikut.

Setelah nilai dari Q disubstitusikan ke formula 7, didapatkan bahwa total cost per
tahun untuk integrasi sistem sebagai berikut.

3. NUMERICAL EXAMPLE
6

Sebuah perusahaan manufaktur mengirim sebuah item kepada 5 buyer. Data mengenai
single-manufacturer dan 5-buyer problem terangkum dalam Tabel 1.
Diketahui :

Tabel 1. Data for a Single Manufacturer 5-Buyer Problem


Purchaser
si Di hi Ti
I
1 25 200 0.22 25
2 15 150 0.24 20
3 25 225 0.25 18
4 30 230 0.23 25
5 30 165 0.21 15

Perbandingan solusi dari tiap-tiap Model disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. A Comparative Study of the Results for a Single-Manufacturer 5-Buyer Problem


Cost component Model I Model II Model III
Lot size, batch sizes 3277.56, 819.39, 4 3369.56, 842.39, 4 4333.15, z= 299.91, kz ,
and its no. ,k 4 z, 5
Set up cost of the 88.79 86.36 67.16
manufacturer
Inventory cost of the 52.98 143.77 75.47
manufacturer
Ordering costs of the 7.40, 4.44, 7.40, 7.20, 4.32, 7.20, 5.60, 3.36, 5.60, 6.72, 6.72
buyers 8.88, 8.88 8.64, 8.64
Inventory costs of the 38.28, 31.32, 19.11, 15.63, 26.53, 21.71, 33.92, 31.90,
buyers 48.94, 46.03, 30.15 24.42, 22.97, 15.05 20.89
Transportation cost 29.60, 23.68, 28.79, 23.03, 27.98, 22.39, 20.15, 27.98,
21.31, 29.60, 17.76 20.73, 28.79, 17.27 16.79
Total cost of the 141.77 230.13 142.63
manufacturer
Total cost of the 75.28, 59.44, 55.10, 42.98, 60.11, 47.46, 59.67, 66.60,
buyers 77.65, 84.51, 56.79 52.36, 60.40, 40.96 44.40
Total cost 495.44 481.93 420.87

Untuk n real, minimal total costs Model II dan Model III lebih rendah daripada
Model I. Total cost Model II sebesar 481.85 (untuk n= 4.10 ) dan Model III sebesar
420.57 (untuk = 4.82). Sedangkan, Model I minimal total cost jauh lebih besar yaitu
495.05 (for n = 3.75).
Terdapat pengurangan total cost dari Model II dan Model III adalah sebesar 61.06
yakni sekitar 12.67%, dan pada inventory cost of manufactur juga terjadi penurunan
sebesar 68.3.
Total cost untuk masing-masing buyer pada Model III lebih tinggi daripada total cost
pada Model II, sehingga cost reduction dari Model III melebihi Model II dimana
7

sebagian besar disebabkan oleh pengurangan pada cost ke manufacturer. Khusus untuk
contoh perhitungan ini, Model III memberikan cost yang paling kecil dan menjadi solusi
yang lebih baik daripada Model lainnya. Namun, tidak ada jaminan bahwa Model III
akan selalu memberikan total cost yang paling kecil. Catatan bahwa solusi optimal dari
contoh perhitungan ini yaitu memproduksi dengan lot size yang besar dan membutuhkan
waktu produksi yang lebih lama, dimana hal tersebut sulit bahkan tidak dapat dijalankan
di dunia nyata.

4. KESIMPULAN
Jurnal ini mengembangkan tiga model untuk mesuplai single product dari single
manufacturer ke multiple buyers, dengan menyelaraskan production flow dengan ukuran
batch pengiriman yang equal di pertama dan kedua serta unequal batches transfer yang
ketiga. Pada semua kasus, terdapat biaya transportasi pada tiap batch. Ketiga model pada
umumnya dapat mengurangi biaya dengan adanya integrasi inventory. Model I and
Model II memberikan minimal total cost yang paling tinggi (untuk real n )
ketika h h i dan h h i , berturut-turut. Minimal total cost paling kecil yaitu terbatas
hanya pada Model II dan Model III, padahal tidak ada jaminan bahwa metode tersebut
akan selalu memberikan nilai minimal cost paling kecil. Bagaimanapun, teknik
penyelesaian ini cukup sederhana dan dapat dengan mudah menemukan minimal total
cost. Jadi, manufacturer dan buyers dapat bernegosiasi untuk distribusi yang memuaskan
dari segi profit karena costless way. Sebagai contoh, adanya penggabungan inventory
memberikan biaya yang lebih sedikit seperti biaya penyimpanan dan proses negosiasi
yang lebih efisien termasuk paper work, komunikasi, transportasi, dan lain sebagainya.
Hubungan yang baik antara manufacturer dan buyers akan memberikan keuntungan bagi
semua pihak.
Model II dan Model III akan berguna apabila supplier dapat dipercaya (manufacturer
mensuplai ketika adanya kebutuhan), khususnya pada negara-negara berkembang. Model
I menyediakan kesempatan untuk buyer dalam mempercepat melakukan penyimpanan
suatu item, dimana khususnya dapat membantu negara-negara berkembang maupun
negara-negara yang belum berkembang yang memiliki kompleksitas transportasi karena
berbagai macam faktor. Keuntungan dari adanya integrasi inventory system akan
mendorong manufacturer dan buyers untuk menjalin hubungan yang lebih dekat, dengan
penerapan model ini diharapkan dapat membantu memberikan lingkungan yang lebih
baik dalam mengontrol inventory dan dihasilkannya produk yang lebih murah.
Namun demikian, Model I dan Model II disini yaitu pemindahan dengan ukuran yang
equal dengan ukuran yang dikirim, sementara Model III yaitu unequal dengan ukuran
yang dikirim. Jadi, kombinasi dari model yang ada akan memberikan solusi terbaik
mengenai sinkronisasi antara production flow dan juga minimize total cost.

Anda mungkin juga menyukai