Anda di halaman 1dari 11

1

I. PENGERTIAN LUAS PRODUKSI

 Luas produksi merupakan:


 Jumlah atau volume hasil produksi yang seharusnya diproduksi oleh
suatu perusahaan dalam satu periode.
 Ukuran terhadap apa dan berapa banyak barang-barang yang
diproduksi oleh suatu perusahaan tertentu.

 Luas produksi perlu direncanakan:


 Agar perusahaan dapat memperoleh yang laba maksimum.
 Karena tanpa perencanaan  jumlah yang diproduksi menjadi terlalu
besar atau terlalu kecil.

 Akibat volume produksi terlalu besar:


 Biaya terlalu besar, investasi besar ( pada bahan baku, uang kas,
bahan pembantu, aktiva tetap).
 Merosotnya harga jual.
 Tingginya biaya simpan dan biaya pemeliharaan.
 Bagi perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu macam  terlalu
besarnya volume produksi dari satu jenis barang berarti bisa
berkurangnya kesempatan produk jenis lain diperluas.

 Akibat volume produksi terlalu kecil:


 Perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan-permintaan yang ada di
pasar  pindahnya pelanggan ke perusahaan yang lain.
 Harga pokok produk yang terlalu tinggi, karena biaya tetap hanya
ditanggung oleh volume produksi yang kecil  sehingga harga jual
tinggi  berkurangnya jumlah barang yang dapat dijual.

 Penentuan luas produksi yang tepat berarti adanya alokasi sumber


produksi yang lebih efisien.
 Penentuan luas produksi yang tepat berarti pula bahwa suatu perusahaan
lebih efektif memanfaatkan factor-faktor produksi yang tersedia bagi
perusahaan yang bersangkutan.

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN LUAS PRODUKSI

1. Faktor-faktor produksi yang dimiliki:


a. tersedianya bahan dasar.
b. Tersedianya kapasitas mesin dan peralatan-peralatan lain.
c. Tersedianya tenaga kerja.
d. Tersedianya bahan pembantu.
e. Tersedianya modal.
f. Tersedianya tanah untuk lokasi perusahaan.
2

Jenis dan jumlah factor produksi ini sangat terbatas adanya  pimpinan
perusahaan perlu mengatur jenis dan jumlah barang-barang yang harus
diproduksinya agar keuntungan maksimum.

2. Jumlah permintaan.

 Tingkat pentingnya luas produksi masing-masing perusahaan


berbeda.
 Perusahaan memproduksi berbagai jenis barang  tiap barang
menghasilkan keuntungan yang berbeda  perlu dianalisis, diteliti
secara cermat berapa yang harus diproduksi untuk masing-masing jenis
barang agar keuntungan maksimum.
 Perusahaan karena alat-alat produksinya (mesin) mengakibatkan
barang-barang yang diproduksi itu tertentu/pasti/tidak mudah diubah
dalam jangka pendek  menentukan apa dan berapa diproduksi tidak
atau kurang penting jika dibandingkan bermacam produk.
 Perusahaan memproduksi barang-barang untuk keperluan pasar  luas
produksi sangat penting  dengan membuat ramalan-ramalan dimasa
yang akan datang terhadap jumlah dan jenis barang yang diminta
pembeli potensial dan menyesuaikannya dengan kemampuan produksi.
 Perusahaan memproduksi barang-barang untuk keperluan langganan
(pesanan)  apa dan berapa yang harus diproduksi tergantung apa
dan berapa yang dipesan oleh langganan dan disesuaikan dengan
kemampuan perusahaan (luas produksi tidak begitu sulit).

III. LUAS PRODUKSI DAN LUAS PERUSAHAAN

 Luas produksi berbeda dengan luas perusahaan dalam hal:


 Luas perusahaan dapat diukur berdasarkan:
a. bahan dasar yang digunakan
 ukuran ini dapat dipakai bila bahan dasar tertentu mendominan
seluruh proses produksi (misal: bahan dasar sus dalam pabrik
keju).
b. barang yang dihasilkan
 ukuran ini dipakai bila perusahaan menghasilkan barang
tertentu yang dibuat dari berbagai bahan dasar yang kurang
lebih sama pentingnya (misal: perusahaan rokok kretek
membuat rokok dari tembakau cengkeh).
c. Peralatan (mesin-mesin) yang digunakan.
 alat-alat produksi tahan lama tertentu yang mengambil tempat
utama dalam perusahaan tersaebut (misal: tanah 
perkebunan).

d. Jumlah pegawai (tenaga kerja) yang dipergunakan.


 ukuran ini dipakai bila bahan dasar yang diolah serta barang
yang dihasilkan bersifat beraneka ragam (heterogen)
3

 Luas produksi: tersedianya factor


produksi, jumlah permintaan
Luas perusahaan ditentukan jangka panjang
 Luas produksi ditentukan jangka pendek.
 Luas perusahaan sama dengan luas produksi bila luas perusahaan
ditentukan oleh luas produksinya (barang-barang yang dihasilkannya).

IV. HUBUNGAN LUAS PRODUKSI DAN BIAYA


 Dalam analisis luas produksi penting membagi biaya produksi dalam
biaya tetap dan biaya variable  didasarkan pada hubungan antara
besarnya biaya dengan banyaknya barang yang dihasilkan dalam
jangka pendek.

C Biaya

C1 Biaya tetap

Q Hasil
q1 q2 q3

Gambar III.1.
Biaya Tetap

C Biaya
Biaya variabel progresif

Biaya variabel proporsional

Biaya variable degresif

Q Hasil

Gambar III.2.
Macam-macam Biaya Variabel

Biaya variable ada 3 macam: (Gambar III.2)


1. biaya variabel yang progresif
2. biaya variabel proporsional
4

3. biaya variabel yang degresif

 Hubungan biaya total, biaya variabel, biaya tetap dengan hasil terlihat
pada gambar III.3 dan III.4 berikut ini:

 Biaya variabel yang progresif dan degresif termasuk biaya “semi variable”
atau “semi fixed”  bentuk-bentuk biaya semi variabel gambar III.5
5

 Factor yang menjadikan biaya itu semi variable adalah:


a. kenyataan bahwa orang memerlukan struktur organisasi minimum agar
supaya kegiatan dapat berjalan sebagaimana mestinya, diatas biaya
minimum yang sifatnya tetap ini biaya tambahan berubah tergantung
pada perubahan dalam volume.
b. Banyak faktor produksi yang tidak dapat dibagi-bagi ke dalam satuan
yang kecil, sehingga bila orang menaikkan volme produksi biaya
berubah mendadak.

 Cara menentukan biaya itu variable atau tetap:


1. Metode titik terendah dan titik tertinggi  Tabel III.1 dan Tabel III.2
2. Metode Diagram pencar  Tabel III.3 dan Gambar 3.6
3. Metode Kuadrat terkecil  Tabel III.4

I. Metode titik rendah dan titik tinggi :

Contoh 1:
Sebuah peternak sapi perah memiliki data sebagai berikut :

Tabel III.1 Produksi dan Biaya Produksi

Produksi (liter) Biaya Produksi (Rp)


1.000 1.100.000
1.200 1.300.000
1.500 1.600.000
800 900.000
1.400 1.500.000
6

Kapasitas maks : 1500 ltr, biaya Rp 1.600.000


Kapasitas min : 800 ltr, biaya Rp 900.000
Selisih : 700 ltr Rp 700.000

Rp 700.000
Biaya variabel per liter 700 = Rp 1.000

Total biaya pada kapasitas 800 ltr : Rp 900.000


Biaya variabel pada kapasitas 800 ltr X Rp 1.000 : Rp 800.000 –
Biaya tetap : Rp 100.000

Dirumuskan : Y = 100.000 + 1.000 x

Bila produksi susu sapi 1.250 liter, berapa biaya produksi ?


Jawab : 100.000 + 1.000 (1.250)
= Rp 1.350.000

Contoh 2 :
Sebuah pabrik gula memiliki data sebagai berikut :

Tabel III.2. Biaya Pemeliharaan Pabrik Gula

Jumlah tebu yang Biaya


Bulan digiling pemeliharaan
(dalam kuintal) (dalam rupiah)
April 540.000 3.199.625
Mei 682.000 3.817.325
Juni 690.000 3.852.125
Juli 713.000 3.952.175
Agustus 682.000 3.817.325
September - 0 5.954.375
Maret
Total 3.307.000 24.592.950

Kapasitas maks : 713.000 kuintal, biaya Rp 3.952.175


Kapasitas min : 540.000 kuintal, biaya Rp 3.199.625
Selisih : 173.000 kuintal Rp 752.550

Rp 752.550
Biaya variabel per kuintal : 173.000 = Rp 4,35

Total biaya pada kapasitas 540.000 kuintal : Rp 3.199.625


Biaya variabel pada kapasitas 540.000 kuintal X Rp 4,35 : Rp 2.345.000 –
Biaya tetap : Rp 850.625
7

Dirumuskan : Y = 850.625 + 4,35 x


II. Metode Diagram Pencar

Perusahaan memiliki data sebagai berikut:

Tabel III.3. Jam tenaga Kerja Langsung dan Biaya Listrik

Bulan Jam Tenaga kerja Biaya Listrik


Langsung
1 34.000 Rp 640.000
2 30.000 620.000
3 34.000 620.000
4 39.000 590.000
5 42.000 500.000
6 32.000 530.000
7 26.000 500.000
8 26.000 500.000
9 31.000 530.000
10 35.000 550.000
11 48.000 580.000
12 48.000 680.000
420.000 6.840.000

 Data dalam tabel III.3 di dalam diagram pencar dapat dilihat pada
Gambar III.6.
8

 Apabila secara visual digambarkan garis membagi “rata” titik-titik kejadian


dan garis tersebut ditarik ke kiri memotong sumbu Y maka terlihat
“kurang lebih” nilai Rp 440.000,- sehingga unsur tetap biaya listrik adalah
Rp 440.000,- per bulan atau Rp 5.200.000,- per tahun.
 Bila biaya total Rp 6.840.000,- maka biaya variabel adalah
Rp 6.840.000,- - Rp 5.200.000,- = Rp 1.560.000,-

III. Metode Kuadrat terkecil

Apabila persoalan diatas diselesaikan dengan metode kuadrat terkecil


maka perlu dibuat langkah sebagai berikut: (Tabel III.3)

Faktor Variabilitas Biaya Listrik dapat dicari dengan:

∑ XY 2.270.000.000
= = Rp 4,40,-
∑X 2
512.000.000

Biaya tetap =(biaya rata-rata – (( faktor variabilitas) X jam variabel rata-rata)


= (Rp 570.000,- - ((4,40) X 35.000)
= Rp 416.000,-

Bukan Rp 440.000,- seperti penyelesaian dengan diagram pencar.


9

Contoh: Perhitungan BEP

1. Perusahaan jamu cap “BIKIN SEHAT” memiliki biaya tetap selama


setahun Rp 36.000.000.
Biaya variabel Rp 700/bungkus, sedang harga jual Rp 1.000/bungkus.

a. Berapa tingkat produksi agar break even?


BEP = 36.000.000 : 1.000 - 700
= 120.000 bungkus

b. Bila perusahaan memproduksi 100.000 bungkus, berapa besarnya


laba/rugi
Rumus :
Laba = Pendapatan – Biaya
Pendapatan 100.000 bks X Rp 1.000 = Rp 100.000.000
Biaya - tetap = Rp 36.000.000
- variabel 100.000 bks X Rp 700 = Rp 70.000.000
jumlah biaya = Rp 106.000.000
Rugi = Rp 6.000.000

c. Bila perusahaan memproduksi 180.000 bungkus, berapa besarnya


laba/rugi
Pendapatan 180.000 bks X Rp 1.000 = Rp 180.000.000
Biaya - tetap = Rp 36.000.000
- variabel 180.000 bks X Rp 700 = Rp 126.000.000
jumlah biaya = Rp 162.000.000
Laba = Rp 18.000.000

d. Bila perusahaan menginginkan laba Rp 30.000.000, berapa


jumlah yang harus diproduksi ?
Biaya tetap + Laba
Rumus : Harga jual – Biaya
variabel
36.000.000 + 30.000.000
BEP = 1.000 - 700

= 220.000 bungkus

2. Perusahaan penerbangan “ON TIME” dapat mengangkut 1.000


penumpang tiap bulan dalam salah satu trayek Solo – Palu. Sumbangan
tiap penumpang 75% dari harga tiket Rp 400.000. Biaya tetap per bulan
Rp 210.000.000.

a. Berapa rata-rata kursi yang harus terjual setiap bulan agar break
even?
Jawab : Biaya tetap
Rumus : kontribusi
10

BEP = 210.000.000 : 300.000 = 700


Agar terjadi break even, maka harus dapat menjual 700 kursi.
b. Berapa rata-rata kursi yang harus terjual setiap bulan bila ada
pajak dari pemerintah sebesar 10% setiap penumpang agar break
even?
Jawab : Biaya tetap
Rumus : Kontribusi - pajak

BEP = 210.000.000 : (300.000 – 40.000) = 808


Agar terjadi break even, maka harus dapat menjual 808 kursi.
c. Berapa rata-rata kursi yang harus terjual setiap bulan bila
ternyata ada kenaikan biaya tetap sebesar 5% agar break even?
Jawab : Biaya tetap + kenaikan
Rumus : Kontribusi
BEP =210.000.000 + (0,05 X 210.000.000): 300.000 = 735
= (210.000.000 X 1,05) : 300.000 = 735
Agar terjadi break even, maka harus dapat menjual 735 kursi.

METODE PROGRAMASI LINIER

Apabila perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk, maka


metode perencanaan berapa barang yang akan diproduksikan oleh
perusahaan agar keuntungan yang diperoleh maksimum, disebut metode
programasi linier.
1. Faktor kapasitas mesin
Suatu perusahaan tidak akan dapat memproduksi barang dengan jumlah
yang melebihi kemampuan mesin-mesin yang dimiliki.
2. Faktor bahan dasar
Produksi tidak akan dapat dilaksanakan melebihi jumlah kemampuan
bahan dasar yang tersedia.
3. Faktor uang kas yang tersedia
Uang kas yang tersedia membatasi kemampuan perusahaan untuk
berproduksi.
4. Faktor permintaan
Untuk menentukan besarnya permintaan barang-barang diperlukan
ramalan, terutama ramalan penjualan.
Dalam menentukan luas produksi ini ada dua metode yaitu :
a. Metode grafik
b. Metode simpleks (tidak dibahas)
11

Contoh metode grafik

* Maksimisasi Keuntungan

Perusahaan konveksi “TRENDY”, memproduksi kemeja dan jaket. Data yang


ada sbb :
a. Untuk memproduksi kemeja diperlukan 20 menit di mesin I, 40 menit di
mesin II, dan 20 menit di mesin III.
Untuk memproduksi jaket diperlukan 50 menit di mesin I, 10 menit di
mesin II, dan 20 menit di mesin III.
b. Kapasitas maksimum mesin I 1000 menit
Mesin II 800 menit
Mesin III 800 menit
c. Potensi keuntungan yang diperoleh : kemeja Rp 3.000
: jaket Rp 4.000
Pimpinan perusahaan bermaksud mencari berapa kombinasi produksi yang
optimum dan jumlah keuntungan yang akan diperoleh.

 Masalah Minimisasi Biaya

Seorang ahli penata diet merencanakan untuk membuat 2 jenis makanan


yaitu makanan A dan makanan B. Kedua jenis makanan tersebut
mengandung vitamin dan protein. Jenis makanan A paling sedikit diproduksi
2 unit dan jenis makanan B paling sedikit diproduksi 1 unit.
Setiap unit makanan A memerlukan 2 unit vitamin dan 2 unit protein.
Setiap unit makanan B memerlukan 1 unit Vitamin dan 3 unit protein.
Biaya yang diperlukan untuk memproduksi 1 unit produk A adalah Rp 1000,-
dan biaya untuk memproduksi produk B adalah Rp 800,-
Kebutuhan minimal vitamin sebanyak 8 unit dan kebutuhan minimal protein
sebanyak 12 unit.
Masalah ahli penata diet adalah bagaimana menentukan kombinasi kedua
jenis makanan agar dapat meminimumkan biaya produksi.

*********** Selesai ************

Anda mungkin juga menyukai