Anda di halaman 1dari 80

TUGAS PKN

SISTEM PERS

Kelompok 4

1.Tia Listiawati

2.Rima Anggraeni

3.Elsa Lili

4.Siti Rodiah

Kelas : XII IPA 3

SMAN 1 PAGADEN
SISTEM PERS AMERIKA SERIKAT

Komisi Kebebasan pers (1942-1947) atau dikenal pula sebagai Komisi Hutchins (w:Robert
Hutchins) sebagai pencetus teori tanggung jawab sosial merupakan sebuah komisi untuk
menyelidiki fungsi yang tepat bagi pers dalam demokrasi modern di Amerika serikat dan
memberikan lima prasyarat yang dituntut masyarakat modern dari pers.

1. pers harus menyajikan dalam pemberitaan yang benar, komprehensif dan cerdas, pers
dituntut untuk selalu akurat, dan tidak berbohong. fakta harus disajikan sebagai fakta, dan
pendapat harus dikemukakan sebagai murni merupakan sebagai pendapat. komisi
membedakan kriteria kebenaran menurut ukuran masyarakat dibagi dalam masyarakat
sederhana dan masyarakat modern. dalam ukuran masyarakat sederhana, kebenaran akan
dicari dengan cara membandingkan pemberitaan dalam pers dengan informasi dari
sumber-sumber lain, sementara dalam masyarakat modern, isi pemberitaan pers dianggap
merupakan sumber informasi yang dominan, sehingga pers lebih dituntut untuk
menyajikan pemberitaan yang benar. sebagai contoh disebutkan bahwa pers harus bisa
membedakan secara jelas mana yang merupakan peristiwa politik, dan mana yang
merupakan pendapat politisi.

2. pers harus berperan sebagai forum pertukaran pendapat, komentar dan kritik. Media
dituntut untuk membangun relasi interaktif dengan publik dalam pengertian media
menyodorkan suatu masalah kepada khalayak untuk dibahas bersama, meskipun tidak
ada aturan hukum yang mewajibkan pers menjalankan fungsi ini. komisi dalam
pertemuan dengan tokoh pers, w:Henry Luce penerbit majalah Time and Life misalnya
mendefinikan tanggung jawab sosial pers sebagai keharusan memastikan bahwa pers
adalah wakil masyarakat secara keseluruhan, bukan kelompok tertentu saja

3. pers harus menyajikan gambaran yang khas dari setiap kelompok masyarakat dan pers
harus memahami kondisi semua kelompok dimasyarakat tanpa terjebak pada stereotype.
Kemampuan ini akan menghindari terjadinya konflik sosial dan pers harus mampu
menjadi penafsir terhadap karakteristik suatu masyarakat dan memahaminya seperti
aspirasi, kelemahan, dan prasangka. Komisi ini terpengaruh dengan idelogi sosialis yang
berkembang pada masa-masa perang dunia kedua yang yang membedakan dengan
terdahulu dalam teori libertarian.

4. pers harus selalu menyajikan dan menjelaskan tujuan dan nilai-nilai


kemasyarakatan.Pendapat bahwa hal Ini tidak berarti pers harus mendramatisir
pemberitaannya, melainkan berusaha mengaitkan suatu peristiwa dengan hakikat makna
keberadaan masyarakat pada hal-hal yang harus diraih karena dianggap bahwa pers
merupakan instrumen pendidik masyarakat sehingga pers harus memikul tanggung
jawab sebagai pendidik dalam memaparkan segala sesuatu dengan mengaitkannya
kepada tujuan dasar kemasyarakatan.

5. pers harus membuka akses ke berbagai sumber informasi. Masyarakat industri modern
membutuhkan jauh lebih banyak ketimbang dimasa sebelumnya. Alasan yang
dikemukakan adalah dengan tersebarnya informasi akan memudahkan pemerintah
menjalankan tugasnya. Lewat informasinya sebenarnya media membantu pemerintah
menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.Teori tanggung
jawab sosial ini merupakan kontruksi transformatif terhadap pemikiran aliran libertarian
yang terdulu dikenal dalam masyarakat pers di Amerika terutama dalam dua hal. yakni

1. teori libertarian menganggap akses bebas ke informasi akan tercipta dengan


sendirinya. Namun, akses itu harus diupayakan. Akses itu tidak akan ada jika
khalayak bersikap pasif terhadap informasi terbatas yang disodorkan kepadanya,

2. teori libertarian menganggap media adalah urusan individu, bukan urusan


masyarakat, bahkan menyatakan bahwa individu boleh berbeda kepentingan
terhadap media, dan hal itu akan membuahkan hasil positif berupa gagasan atau ide
yang lebih baik.
SISTEM PERS THAILAND

Thailand menganut sistem penyiaran Libertarian Theories. Penekanannya adalah pada


kebebasan media, khususnya dari kontrol pemerintah, meskipun terdapat juga beberapa
peraturan, pembatasan dan tindakan pemerintah. Thailand memiliki sektor yang berkembang
dengan baik media, terutama oleh Asia Tenggara standar. Dibandingkan dengan negara-negara
lain di kawasan itu, media Thailand sebelumnya dianggap relatif bebas, meskipun pemerintah
terus melakukan kontrol yang cukup besar, terutama media penyiaran. Itu selama pemerintah dari
Premier digulingkan Thaksin Shinawatra, dan selama pemerintahan militer yang dijalankan
berikutnya setelah, kudeta 2006 serta administrasi berikutnya, yang mulai mencerminkan negatif
pada hukum penyensoran Thailand.

Peran media cetak dan kebebasan pers di Thailand secara historis telah dipengaruhi oleh
raja tertentu yang berkuasa dan sejak 1932, oleh para pemimpin kudeta dan politisi yang
memegang kendali pemerintahan. Koran kadang-kadang menikmati lebih banyak kebebasan
untuk mencetak di bawah penguasa mutlak dari mereka diizinkan selama rezim konstitusional.
Surat kabar sejak 1932 telah secara tradisional dikaitkan dengan sebuah partai politik, dan
kemampuan mereka untuk mempublikasikan bergantung pada sikap perdana menteri saat ini
yang mungkin menjadi anggota terkemuka dari militer Thailand. Selama tahun 1950-an dan
1960-an, tekan Thailand adalah kurang dibayar, sakit-dianggap, dan tidak memiliki kredensial
profesional. Banyak surat kabar menderita sirkulasi kecil dan hanya sebagai instrumen
propaganda pribadi politisi, polisi, atau tentara. Sirkulasi popularitas mereka berasal dari cerita
tentang seks, kejahatan, dan pengumpatan. Militer Thailand semakin dianggap menggunakan
media cetak tentang berita sensasional untuk menarik minat pembaca sebagai tidak bermoral.
Hanya dua harian Bangkok, Siam dan Siam Nikorn Rath, yang dianggap sebagai media cetak
yang sah menawarkan cakupan kritis dan seimbang. Kedua surat kabar mempengaruhi kebijakan
pemimpin bangsa.
Pada tahun 1955 pemerintah militer merasa cukup aman untuk mendukung "demokrasi
terbatas" dan memungkinkan orang untuk mengkritik rezim. Pers menanggapi dengan kritik
vokal parah dan serangan verbal terhadap pemerintah. Ketika pemilu gagal untuk menciptakan
pemerintahan parlementer stabil, percobaan negara dengan demokrasi berakhir pada tahun 1958.
Pemerintah melarang partai politik, kritikus dipenjara termasuk siswa, guru, pemimpin buruh,
jurnalis, dan anggota parlemen liberal. Sebuah sedikitnya selusin surat kabar ditutup. Pekerjaan
dimulai pada belum konstitusi lain.
Di bawah Sarit Thanarat Perdana Menteri (1959-1963) pemerintah menerbitkan UU No
17 Pengumuman, yang diperlukan lisensi dari semua penerbit surat kabar. Koran tidak
menyenangkan kepada pemerintah diberi peringatan, menyita, atau dihancurkan. Takut, banyak
penulis bangsa terbaik meninggalkan karir mereka. Sebuah konstitusi baru dirancang, dan
Perdana Menteri Sarit santai beberapa kontrol yang lebih ketat terhadap pers dalam upaya untuk
menciptakan penampilan iklim politik yang lebih liberal.
Ketidakstabilan politik yang meningkat di negara-negara yang berbatasan dengan
Thailand dan keterlibatan lebih dalam oleh Amerika Serikat di Vietnam dicegah pemerintahan
parlementer konstitusional, atau yang setidaknya diberikan sebagai alasan oleh militer yang
didukung pemerintah untuk kegagalan untuk menerapkan konstitusi baru. Dari tahun 1963
sampai 1973, pembatasan pers pertama ketat dan kemudian secara bertahap berkurang di bawah
Perdana Menteri Thanom Kittikachorn. Teknologi baru yang dihasilkan surat kabar lebih
bersaing untuk sirkulasi dengan kembali menjalankan berita yang sangat sensasional. Sensor-diri
yang ketat ditemukan diperlukan dan diberlakukan oleh pemerintah. Pada tahun 1971,
pembatasan tekan lagi berkurang, dan pemerintah berjanji untuk menyetujui Pengumuman No 2,
yang akan menghilangkan sensor kecuali untuk surat kabar yang dibagi komentar bangsa.
Dari tahun 1973 sampai 1976, pers Thailand menyaksikan periode yang paling bebas
untuk publikasi. Perdana menteri baru, Sanya Dharmasakti, adalah seorang profesor universitas
dan populer dengan wartawan. Larangan tersebut dicabut pada surat kabar baru, dan sebuah
konstitusi baru yang ditawarkan kebebasan pers, sensor dihapuskan, dan kepemilikan tekan
dibatasi untuk warga negara Thailand. Meskipun Pengumuman No 17 tetap berlaku, itu jarang
diberlakukan. Koran berkembang selama periode ini singkat, dan surat kabar dan majalah
berlisensi nomor 853, namun diperkirakan hanya 10 persen yang pernah pergi ke publikasi aktif.
Munculnya ratusan publikasi baru dikombinasikan dengan pencabutan pembatasan pers
menciptakan serangkaian ketegangan baru antara pers dan pemerintah. Meskipun sirkulasi surat
kabar banyak yang sangat kecil, posisi antipemerintah mereka menyuarakan pandangan dari
banyak partai politik baru yang kecil. Beberapa surat kabar itu tak lebih dari rumor-pabrik
tabloid menggunakan pemerasan dan pemerasan untuk mendapatkan pembiayaan. Bahkan
pejabat pemerintah menemukan diri mereka mengalami ancaman pemerasan palsu dari segmen
pers, yang baik vokal dan tidak bertanggung jawab dalam pelaporan informasi.
Di bawah Perdana Menteri MR Kukrit Pramoj, pendiri surat kabar Siam Rath, upaya
jurnalisme yang bertanggung jawab diperkenalkan, dan hukum pers yang baru diberlakukan
menciptakan 17-sampai 21-anggota komite untuk mengontrol pers berdasarkan pertimbangan
etis. Ketegangan politik di Thailand antara faksi-faksi politik baik kanan dan kiri, bentrokan
dengan mahasiswa, dan juga sensasi-alist dan tekan bertanggung jawab memberikan kontribusi
terhadap kondisi yang mengakibatkan kudeta kekerasan dan berdarah pada tahun 1976.
Penyensoran ketat tekan sekali lagi dipaksakan. Serikat buruh berada di bawah peraturan yang
ketat, dan drive antikomunis menyebabkan pembersihan dalam pelayanan sipil dan sistem
pendidikan. Selama 20 tahun berikutnya Thailand meluncur antara kediktatoran militer dan
eksperimen dengan demokrasi terbatas. Para perdana menteri biasanya mantan jenderal bahkan
selama periode pemerintahan demokratis.
Pada tahun 1996, Thailand memiliki 30 surat kabar harian dengan 15 surat kabar terbesar
di sirkulasi dicetak di Bangkok. Thai-bahasa koran, dengan 1995 angka sirkulasi, adalah pagi
dan sore Ban Muang, (100.000), Mirror malam Harian (50.000), News Harian pagi (400.000),
pagi dan Minggu Matichon (100.000), pagi hari Siam Posting (50.000), pagi dan Minggu Siam
Rath (80.000), dan pagi Thailand Rath (800.000). Bahasa Inggris surat kabar koran pagi semua
diterbitkan di Bangkok. Mereka adalah Bangkok Post (60.000), Hari Kerja (40.000), Times
Thailand (20.000), dan The Nation (40.000). Koran berbahasa Cina, sepanjang pagi edisi
Bangkok, adalah Sin Sian Yit Pao (40.000), Sirinakorn Daily News (30.000), Tong Hua Pao Yit
(40.000), dan Universal Daily News (36.000).
Majalah kepentingan umum, semua diterbitkan di Bang-kok, yang Bangkok mingguan
Weekly (200.000), yang dua mingguan Koo Koo Sang Som (250.000), yang Kulla dua minggu
Stri (120.000), dan Skul mingguan Thailand (120.000). Majalah minat khusus diterbitkan di
Bangkok termasuk majalah bisnis, Bisnis berbahasa Inggris bulanan di Thailand (10.000) dan
Thailand-bahasa Bia Dok bulanan (30.000). Majalah wanita populer adalah Kwan mingguan
Ruen (160.000) dan Praew (40.000) dan Dichan dua mingguan (60.000). Manajer Majalah
(5.000) adalah publikasi bulanan.
Tiga stasiun radio Thailand melayani masing-masing cabang angkatan bersenjata bangsa:
Sor.Tor.Ror (Angkatan Laut), Tor.Or (Angkatan Udara), dan Wor.Por.Tor (Angkatan Darat).
Stasiun lain Thailand radio utama adalah Radio Thailand, Tor.Tor.Tor., Dan Voice of Free Asia.
Berbasis di Bangkok Thailand stasiun televisi adalah Tentara HAS-TV-5, Bangkok Penyiaran
TV-7, Bangkok Hiburan-3, Massa Komunikasi Organisasi Thailand (MCOT), dan TV.
Pada tanggal 4 April 2007, pemerintah Thailand memblokir akses ke YouTube sebagai
akibat dari klip video yang menunjukkan "grafiti-seperti elemen kasar dicat di atas slideshow
foto Raja Bhumibol Adulyadej . Salah satu bagian dari gambar video disandingkan kaki atas
raja gambar - sebuah tabu dalam budaya di mana kaki dianggap sangat kotor dan ofensif dan raja
tidak akan dihormati oleh siapa saja menurut konstitusi Thailand soundtrack adalah lagu
kebangsaan Thailand Larangan tersebut telah menyebabkan lebih video YouTube mengejek raja
Thailand. Para pendukung mengutip kasus Oliver Jufer untuk melukis Thailand sebagai sebuah
negara demokratis. Para penentang mengklaim kebebasan berbicara bukan merupakan hak
mutlak dan bahwa tindakan vandalisme adalah penyalahgunaan kebebasan berbicara mirip
dengan pelecehan verbal dan pidato kebencian (sebuah penghinaan nilai Thailand dan
sensitivitas ).
SISTEM PERS SINGAPORE
Singapura juga mengklaim bahwa negaranya adalah pusat kota media
massa utama di kalangan Asia Tenggara. Kebabasan pers diatur oleh
berbagai undang-undang, seperti:
a. Koran dan percetakan menekan act
b. Undang-undang fitnah
c. Official secrets act
d. Internal security act
e. Essential power act
f. Publikasi yang tidak dikehendaki
Tidak ada surat kabar yang dapat dicetak atau diterbitkan tanpa seijin
NPPA. NPPA menyatakan bahwa perusahaan ssurat kabar yang menjadi
perusahaan public harus memiliki dua kelas saham, yaitu saham biasa dana
saham. Undang-undang fitnah, melarang pemfitnahan walaupun apa yang
dikatan tidak jelas. Setiap perbiatan, pembicaraan, dan publikasi dilarang
jika terkandung didalamnya fitnah.
Official Secrets Act (OSA) pada dasarnya adalah melarang
pengungkapan informasi atau dokumen resmi. Internal Security Act (ISA)
adalah undang-undang yang memungkinkan melakukan penahanan tanpa
melalui pengadilan. Essential Power Act adalah undang-undang perusahaan
yang berkaitan dengan pers. Secara khusus ini undang-undang ini berada di
bawah pengawasan departemen pertahanan.

Berdasarkan empat teori milik Siebert, dkk sistem media massa yang
dimiliki oleh Singapura masuk dalam sistem pers otoritarian. Hal ini terlihat
dalam pemerintahan yang sangat mengintervensi media massa dalam
segala hal, baik dalam penerbitan, perizinan, hingga pemberitaan.

Bila menggunakan tipologi milik Ralph Lowensttein, sistem media


massa Singapura menganut sistem media Social Authoritarian sistem ini
ditunjukkan dengaan adanya control yang kuat oleh pemerintah dengan
alasan untuk mempertahannkan keutuhan serta keamanan Negara.

Bila menggunakan pemikiran dari William Hacten, sistem media massa


Singapura cenderung pada teori Authoritarian yang ditujukan dengan
kepemilikan saham oleh pemerintah dan pemerintah yang lebih berat di
pihak pemerintah

Apabila dilihat dari teori media milik Robert Picard, singapura


menganut sistem media massa berkecenderungan otoriter. Otoritarian
terlihat dari intervensi-intervensi yang dilakukan pemerintah sedangakan
komunis terlihat dari kepemilikan-kepemilikan serta keterlibatan satu partai
yang sangat berpengeruh, yaitu PAP.

berdasarkan penjabaran diatas, saya mengambil serta memilih bahwa


diantara teori-teori yang ada, yang paling berkenaan dengan sistem media
massa di Singapura adalah Sistem Media Massa Social Authoritarian. hal ini
disebabkan karena pihak swasta bisa memiliki modal atau saham akan tetapi
pengontrolan kuat tetap saja tejadi, ini di tunjukkan apabila terdapat
pemindah tanganan, pengeluaran serta serta pengesahan saham harus
sepengetahuan pihak pemerintah

SISTEM PERS FINLANDIA

Helsinki, Finlandia, Mei 2016 ini terpilih sebagai tuan rumah World Press Freedom. Pembukaan
akan dilaksanakan pada 3 Mei di Finland Hall dengan opening tema, press freedom, right to
information and transparency. Sejumlah jurnalis dari berbagai negara akan berkumpul bersama,
dengan berbagai agenda yang padat, untuk perbaikan pers di Dunia.

Kenapa Helsinki, Finlandia? Menarik untuk di simak. Secara umum, sistem pers Finlandia
berkembang mengikuti perubahan waktu yang ditandai dengan penerbitan surat kabar pertama
pada 1771 hingga perkembangan era teknologi digital yang meliputi media cetak dan elektronik.

Sejak menyatakan diri menjadi negara republik pada 17 Juli 1919, perkembangan Pers di
Finlandia terus meningkat. Keberpihakan negara dalam refleksi dan kebebasan warga
diwujudkan dalam berbagai undang-undang. Penyampaian opini dan ekspresi, juga didukung
oleh kesadaran media setempat atas penguasaan dalam segala aspek. Integritas dan kompetensi
tentu sudah menjadi pegangan jurnalis di Finlandia.

Secara umum media massa Finlandia menganut faham demokrasi liberal, sebagaimana
negaranya. Bagi Finlandia, yang baru bergabung dengan uni eropa pada 1 Januari 1995,
kebebasan pers, "freedom of speech", dijamin oleh undang-undang Finnish Press Law 1984
dengan proses pencarian berita dilakukan dengan nilai-nilai independensi. Dengan jaminan
undang-undang ini, nyaris tak ada kekerasan terhadap jurnalis.

Yang menarik, seorang jurnalis di Finlandia berhak menjadi anggota organisasi kewartawanan
seperti Press Association and Information Bureau, The Association of Finnish Foreign News
Journalist, The political Journalist Association, The Third Development Journalist.

Kondisi ini tentu tak jauh beda dengan di Indonesia, yang juga memiliki tiga organisasi
wartawan resmi, seperti Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Asosiasi Jurnalis Independen
(AJI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Bagaimana dengan peran pemerintah Finlandia? seperti negara-negara lain, Finlandia memiliki
kantor berita. Didirikan pada 1887 oleh Walderman Westynthius dan dinamakan "Soumen
Tietotoimisto". Kantor berita ini juga menerbitkan news buletin dalam bahasa inggris yang
dikelola oleh Pemerintah Finlandia. Wilayah jangkauannya hampir di seluruh kota-kota di
Finlandia. Jurnalis nya pun tersebar di dalam dan luar Finlandia.

Di negara ini, tercatat lebih dari 200 surat kabar (dengan jumlah terbitan 3,2 juta eksemplar), 340
majalah, 1.900 majalah profesional, 57 stasiun radio komersial, tiga stasiun radio nasional, tiga
radio digital, empat stasiun televisi nasional serta. enam stasiun televisi digital dan komersial.

Sistem yang baik dengan dukungan dari pemerintah menjadikan negara dengan jumlah
penduduk 5,4 juta jiwa ini tumbuh luar biasa. Pers yang baik juga mendorong Finlandia menjadi
negara yang sejahtera di kawasan Nordik (Nordic Welfare Country), di mana salah satu pondasi
kesejahteraan rakyatnya dibangun oleh sektor pendidikan, pengetahuan dan sosial.
Indonesia, sudah lama mendambakan hal ini. Sinergi pers dan pemerintah diyakini akan mampu
membawa perubahan yang luar biasa bagi keaejahteraan bangsa. Semoga saja bisa terwujud.

SISTEM PERS DI FILIPINA


Kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di negara-negara anggota ASEAN tidak sama.
Beberapa negara, termasuk Indonesia, bebas atau longgar dalam hal kebebasan pers dan
kebebasan berekspresi bagi para blogger, yang sekarang ini menjadi salah satu alternatif dalam
penyebaran informasi atau jurnalis warga. Tetapi ada juga negara yang mengekang kebebasan
berekspresi warganegaranya, dan ada negara yang memenjarakan blogger jika tulisannya
menentang pemerintahan negaranya. Bagaimana dengan Filipina? Apakah Filipina termasuk
negara yang longgar dalam kebebasan berekspresi dan informasi bagi para warganegaranya,
termasuk blogger atau jurnalis warga? Tuliskan dalam satu postingan menarik bagaimana
pendapatmu tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di Filipina.

Press Freedom Monument dibangun di Kota Cagayan de Oro, Mindanao, monumen ini dibangun
untuk mengenang wartawan yang meninggal di Filipina. Di monumen ini tertulis nama 100
wartawan beserta media tempat bekerja, dan tanggal kematian wartawan tersebut. Dan di kaki
monumen terdapat tulisan, "Penghormatan kepada anggota pers yang dibantai". Monumen ini
menggambarkan seorang pria memapah seorang perempuan yang memegang kertas dan terluka,
sementara di belakangnya berdiri seorang pria dengan buku, pulpen dan kamera. Monumen ini
dimaksudkan agar rakyat Filipina lebih menghargai kebebasan pers (sumber: Detik Travel).
REPUBLIKA.CO.ID, ILIGAN, -- Kebebasan berpendapat dan kemerdekaan pers di Filipina
kembali tercoreng. Seorang komentator radio ternama yang dikenal kritis terhadap dugaan
korupsi dan peningkatan kejahatan di Filipina mati ditembak oleh seorang pria bersenjata. Polisi
memberi keterangan insiden pembunuhan tersebut, Jumat (30/8). Fernando Solijon, penyiar dan
komentator di DXLS Love Radio dieksekusi dengan beberapa kali tembakan pada Selasa ketika
ia hendak memasuki mobilnya setelah bertemu dengan rekan kerjanya di rumah seorang teman,
demikian keterangan kepala polisi Kota Ligan, Crestito Rey Gonzalodo. Begitu melakukan
aksinya, si pria bersenjata langsung melarikan diri dengan sepeda motor yang dikendarai oleh
pria lain. Solijon, 48 tahun, meninggal saat dilarikan ke rumah sakit.
Adanya Press Freedom Monument di Filipina sungguh ironis, menunjukkan betapa banyaknya
kasus pembunuhan pada wartawan di negeri ini. Bahkan beberapa hari yang lalu seorang penyiar
radio yang mengkritisi tentang dugaan korupsi dan peningkatan kejahatan di Filipina tertembak
mati. Dimana penghargaan terhadap pers di negara ini?? Apakah semudah itu mengakhiri nyawa
seseorang?. Hidup di dunia yang aman dan jauh dari tindak kejahatan terhadap pers, membuat
saya berpikir kejahatan seperti ini hanya terjadi di film-film. Membunuh seorang yang
mengetahui atau memiliki bukti terhadap sebuah kejahatan. Pada tahun 2015 ketika Komunitas
Ekonomi ASEAN telah dimulai, apakah kondisi Filipina masih seperti ini? Tidak ada kebebasan
untuk berpendapat, berhati-hati saat berucap karena ancaman selalu ada di dekat anda.
Teori pers otoriter,diakui sebagai teori pers paling tua,berasal dari abad ke-16,berasal dari
falsafah kenegaraan yang membela kekuasaan absolut.Penetapan tentang hal-hal yang benar
dipercayakan hanya kepada segelintir orang bijaksana yang mampu memimpin.Kemudian lahir
teori pers kedua,yaitu teori pers libertarian atau teori pers bebas.Teori ini mencapai puncaknya
pada abad ke 19,manusia dipandang sebagai makhluk rasional yang dapat membedakan antara
yang benar dan tidak benar.Pers harus menjadi mitra dalam upaya pencarian
kebenaran.Kemudian berkembang pandangan dalam teori ini,pers perlu mengawasi
pemerintah.Dari sini atribut pers sebagai the fourth estate setelah kekuasaan eksekutif,legislative
dan yudikatif menjadi umum diterima dalam teori pers libertarian.(Sumber: Artikel Pers)
Sulit untuk menunjukkan teori pers apa yang terjadi di Filipina saat ini? Apakah pemerintah
Filipina bersifat ototiter dalam mengekang pers di Filipina? Filipina dan Indonesia sama-sama
negara yang baru lepas dari kekangan pers yang bersifat otoriter dimana pemerintah berusaha
untuk mengatur semua yang tertulis di media massa. Dalam tulisannya Wisnu Prasetya
menuliskan tentang kondisi Filipina saat ini dan saya sangat setuju bahwa hal itu lah yang terjadi
di negara dengan 7000 pulau ini
Relasi antara negara dan media masih senantiasa berada dalam tegangan. Keberhasilan atau
kegagalan di era transisi akan mempengaruhi kompatibilitas sistem media dengan sistem politik.
Press Freedom Monument yang dimaksudkan untuk menunjukkan arti kebebasan pers bagi
rakyat Filipina diharapkan benar-benar menghasilkan makna tersebut di hati semua rakyat
Filipina. Dan seterusnya, rakyat Filipina benar-benar bisa mendapat kebebasan pers dan hal ini
akan berimplikasi positif bagi Filipina dan negara sekitarnya.

SISTEM PERS NEGARA LAOS


SISTEM PERS NEGARA KANADA

SISTEM PERS KANADA Sistem menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan
perangkat unsure yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas
Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan meyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala
jenis saluran yang tersedia (UU pers no 40 tahun 1999) Sistem dan Pers 1.Teori Pers Otoriter
(Authoritarian)
2.Teori Pers Liberal (Libertarian)
3.Teori Pers Komunis (Marxist)
4.Teori Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Empat Teori Pers Kanada merupakan
negara terbesar ke dua di dunia. Darah ini meliputi setengah benua Amerika Utara.Kekayaan
alam dan mineral yang dikandung di daerah ini adalah sumber ekonomi utama dan hingga saat
ini mereka masih bergantung pada hasil alam yang melimpah tersebut. Bahasa resmi Kanada
adalah Inggris dan Perancis. Kanada menggunakan sistem pemerintahan demokrasi federal
Kanada Surat kabar mulai muncul sejak Januari 1752. Pada awalnya, wartawan Kanada
kebanyakan berasal dari Amerika Serikat. Pers Kanada memiliki kaitan erat dengan pers
Amerika. Seperti layaknya awal munculnya surat kabar di negara-negara lain, surat kabar di
Kanada juga berada di bawah kekuasaan pemerintah dan mengandalkan dukungan pemerintah.
Surat kabar ini memiliki konten seperti, iklan pemerintahan, jurnal legislatif, dan dokumen
pemerintahan lainnya.
Perkembangan Pers dan Sistem Pers Kanada Pada akhir abad 18 dan awal abad 19, kaum
kolonial mengalami ketegangan dengan munculnya partai politik yang kompetitif. Pada tahun
1914 akhirnya pers meninggalkan kebebasan pers yang bergantung pada partai politik dan bebas
secara utuhkebebasan pers terus berkembang seiring tumbuhnya tingkat perekonomian, melek
huruf, dan teknologi percetakan.

SISTEM PERS NEGARA VIETNAM

Tran Minh Nhat sedang dalam perjalanan untuk berobat ketika polisi mencegatnya di depan
rumah sakit Lam Ha. Aktivis hak asasi manusia dan jurnalis di Vietnam Redemptorist News itu
dipukul di bagian lehernya sebelum dibawa ke kantor polisi dan dipaksa menandatangi surat
pernyataan. Ia dianggap melanggar aturan tentang statusnya sebagai tahanan rumah.

Nhat memang sedang dalam masa tahanan rumah setelah sebelumnya dipenjara selama empat
tahun sejak 2011 karena aktivitasnya dianggap ingin menggulingkan pemerintah. Sial baginya,
beberapa hari sebelumnya Nhat juga baru saja mendapatkan penyiksaan dan kekerasan secara
fisik dari aparat kepolisian. Otoritas keamanan mencurigai perjalanannya ke Saigon bersama
jurnalis dan aktivis hak asasi manusia lainnya. Nhat diinterogasi selama lebih dari 12 jam.
Apa yang melanda Nhat ini bukan hal yang aneh di Vietnam. Penyiksaan dan pemenjaraan
menjadi hal yang rutin terjadi pada jurnalis dan aktivis yang berani bersikap kritis kepada
pemerintahan. Berdasarkan data yang dirilis Committee to Protect Journalist, ada 18 jurnalis
yang dipenjara pada 2013, di tahun berikutnya 16 jurnalis, dan tahun 2015 ada 6 jurnalis yang
dipenjara. Meski secara kuantitas jumlahnya menurun, tetapi kekerasan terhadap jurnalis terus
terjadi.

Dengan kondisi yang demikian, tak heran jika Reporters Without Borders menempatkan Vietnam
dalam peringkat 175 dari 180 negara dalam indeks kebebasan pers tahun 2015. Vietnam hanya
lebih baik dari China, Suriah, Turkmenistan, Korea Utara, dan Eritrea. Dengan kata lain, Vietnam
juga menjadi negara dengan indeks kebebasan pers terburuk di Asia Tenggara. Minimnya
jaminan kebebasan pers membuat tidak banyak media berani menulis secara kritis kepada
kekuasaan.

Salah satu media yang memiliki sisa-sisa keberanian adalah Vietnam Redemptorist News. Koran
Katolik ini pertama kali terbit pada tahun 1935 dan pada tahun 1975 ditutup paksa oleh partai
komunis yang menguasai pemerintahan. Media ini kemudian terbit kembali tahun 2009 dengan
berbasi pada platform daring. Isi beritanya memberikan perhatian pada berbagai aktivitas gereja,
isu-isu sosial, dan persekusi yang dilakukan pemerintah Vietnam terhadap kelompok Katolik.

Di tengah represi negara dan kontrol ketat partai komunis, Vietnam Redemptorist News
dijalankan oleh 6 editor dan 15 reporter yang memanfaatkan situsweb, radio streaming, dan
program televisi harian yang ditayangkan di Youtube. Mereka bekerja dan berkoordinasi secara
rahasia agar tidak mudah dilacak oleh pemerintah. Isi berita-beritanya tentu saja berkaitan
dengan informasi yang tidak mungkin muncul di media-media umum yang dikuasai oleh
pemerintah.

Aktivitas ini tentu saja mengundang tekanan dari pemerintah. Hampir setiap tahun terdapat
reporter mereka yang ditangkap oleh polisi. Tahun 2011 misalnya, dua kontributor mereka yaitu
Dang Xuen Dieu dan Ho Duc Hoa ditangkap karena melakukan aktivitas yang dianggap
membahayakan negara, mengganggu persatuan nasional, dan melakukan propaganda anti-
sosialisme.

Keduanya divonis 13 tahun penjara dan 5 tahun menjadi tahanan rumah. Sementara itu pada
Januari 2013, 5 blogger yang menjadi kontributor rutin di Vietnam Redemptorist News juga
dipenjara dalam rentang waktu 3 sampai 13 tahun karena dianggap melakukan tindakan subversif
terhadap negara.

Tidak hanya jurnalis dan para kontributornya yang mendapat ancaman dan represi, situsweb
Vietnam Redemptorist News, juga secara rutin diserang oleh para hacker anonim yang membuat
situsweb ini kerap susah diakses dan lumpuh. Bayangan kebebasan pers dan kebebasan informasi
di Vietnam masih butuh perjuangan panjang untuk dicapai. (REMOTIVI/Wisnu Prasetya
Utomo)

SISTEM PERS NEGARA INGGRIS

Sistem pers libertarian dipraktikkan di Inggris setelah tahun 1668, kemudian menyeberang ke
Amerika Serikat, bahkan ke seluruh dunia. Teori ini muncul setelah adanya perubahan besar
dalam pemikiran masyarakat Barat yang dikenal sebagai masa pencerahan (enlightment). Teoeri
libertarian merupakan kebalikan dari teori otoriter karena berasal dari falsafah umum
rasionalisme dan hak alam, serta karya Milton, Lock, dan Mill.

Ketika kebebasan politik, agama, dan ekonomi semakin tumbuh bersamaan dengan tumbuhnya
pencerahan, maka tumbuh pula tuntutan akan perlunya kebebasan pers. Dalam saat itulah
libertarian theory pun muncul. Teori pers bebas ini mencapai puncaknya pada abad ke-19.
Dalam teori ini manusi dipandang sebagai makhluk rasional yang dapat membedakan antarayang
benar dan tidak benar. Pers harus menjadi mitra dalam upaya pencarian kebenaran, dan bukan
sebagai pemerintah. Jadi, tuntutan bahwa pers mengawasi pemerintah berkembang berdasarkan
teori ini.

Sebutan terhadap pers sebagai The Fourth Estate atau Kekuasaan Keempat setelah eksekutif,
legislative, dan yudukatif pun menjadi umum diterima dalam teori pers libertarian. Oleh
karenanya, pers harus bebas dari pengaruh dan kendali pemerintah. Dalam upaya mencari
kebenaran, semua gagasan harus memiliki kesempatan yang sama untuk dikembangkan sehingga
yang benar dan dapt dipercaya akan bertahan, sedang sebaliknya akan lenyap.

Asumsi dasar teori libertarian adalah manusia pada hakikatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas
yang dikendalikan oleh rasio atau akalnya. Manusia memunyai hak secara alamiah untuk
mengejar kebenaran dan mengembangkan potensinya apabila diberikan iklim kebebasan
menyatakan pendapat.

Dalam hubungannya dengan kebebasa pers, teori libertarian beranggapan bahwa pers harus
memunyai kebebasam yang seluas-luasnya untuk membantu manusia dalam usahanya mencari
kebenaran. Manusia memerlukan kebebasan untuk memeroleh informasi dan pikiran-pikiran
yang hanya dapat secara efektif diterima ketika itu apabila disampaikan melalui pers.

Pihak yang berhak menggunakan media massa dalam teori libertarian adalah siapa pun yang
memunyai sarana ekonomi. Para pemilik medianya pada umumnya adalah swasta.

Tujuan dan fungsi media massa menurut paham liberalisme adalah member penerangan,
menghibur, menjual, namun yang terutama adalah menemukan kebenaran dan mengawasi
pemerintah serta untuk mengecek atau megontrol pemerintah.

Media dilarang menyiarkan nama baik atau penghinaan, menampilkan pornografi, tidak sopan,
dan melawan pemerintah. Bila dilanggar, maka akan diproses melalui pengadilan.

Pers yang Muncul

Pada tahun 1945 di Jakarta terbit harian Asia Raya, yang memang diterbitkan pada zaman
Jepang. Baru pada tanggal 1 Oktober 1945 terbit harian Merdeka sebagai hasil usaha kaum buruh
de Unie yang berhasil menguasai percetakan.

Di kota-kota lain bermunculan koran-koran baru. Di Yogyakarta terbit Kedaulatan Rakyat (bekas
Sinar Matahari), di Bandung Soeara Merdeka (bekas Tjahaya), si Surabaya terbit Suara Rakyat
(bekas Suata Asia), dan di Semarang Warta Indonesia (bekas Sinar Baru) pun muncul.

Sejak tahun 1950, partai politik besar memunyai surat kabar sebagai pembawa suaranya masing-
masing. Masjumi memunyai Harapan Abadi, PNI memiliki Suluh Indonesia. Partai Nahdatul
Ulama diwakili oleh Duta Masyarakat. Dan terompet PKI adalh Harian Rakyat. Sedangkan
pembawa suara Partai Sosialis Indonesia adalah harian Pedoman.

2.3 Peraturan
Pada tanggal 30 Desember 1949 Kerajaan Belanda dengan resmi mengakui kedaulatan RI atas
seluruh wilayah Indonesia kecuali Irian Barat. Pada tanggal 1 Januari 1950 berlakulah UUD RIS,
tetapi pada tanggal 15 Agustus 1950 RIS dibubarkan, dan Indonesia menjadi Republik Kesatuan
dengan Undang-Undang Dasar Sementara.

Pada tahun-tahun antara 1955-1958 dalam sejarah pers Indonesia belum terjadi pertarungan yang
sedemikian hebatnya untuk mempertahankan kemerdekaan pers. Pada waktu itu dengan Undang-
Undang No. 23 tahun 1954, telah dicabut presbreidel-ordonantie 1931 atas pertimbangan bahwa
ordonantie tersebut bertentangan dengan pasal 19 jo. 33 UUD Sementara RI. Akan tetapi dengan
mempergunakan pasal-pasal Reglemen SOB (Staat van Oorlog en Beleg) ciptaan penjajahan
Belanda, penguasa masih dapat bertindak terhadap pers. Banyak surat kabar yang dibreidel,
banyak pula wartawan yang ditangkap dan ditahan.

Pada tanggal 1 Oktober 1958 Paperda (Penguasa Perang Daerah) mewajibkan semua surat kabar
dan majalah memiliki SIT. Sesudah Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, pihak penguasa
berturut-turut mengeluarkan peraturan untuk mengetatkan pengawasan terhadap pers.
Persyaratan untuk mendapatkan SIT diperkeras. Semua penerbit pada tahun 1960 diwajibkan lagi
mengajukan permohonan SIT. Pada bagian bawah formulir perizinan SIT itu tercantum 19 pasal
persyaratan yang mengandung janji penanggung jawan surat kabar tersebut jika diberi SIT, maka
ia akan mendukung Manipol Usdek dan akan mematuhi pedoman-pedoman yang telah dan akan
dikeluarkan penguasa.

Beberapa bulan kemudian, mucul peraturan baru. Pada waktu itu pihak penguasa, Departemen
Penerangan megeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa surat kabar atau majalah harus
didukung oleh satu partai politik atau tiga organisasi massa. Dan surat kabar daerah yang semula
masih dibenarkan memakai nama berbeda, dengan organ resmi harus berafiliasi dengan nama
organnya di Jakarta. Jadi, Trompet Massa di Medan harus berafiliasi dengan Sinar Harapan
menjadi Sinar Harapan Edisi Sumatera Utara dengan huruf yang sama.

Tahun 1966 bagi sejarah pers Indonesia merupakan tahun penting karena pada tahun itulah
dikeluarkannya Undang-Undang No. 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers.
Memang setiap dictum dari suatu undang-undang bisa saja menimbulkan tafsiran-tafsiran yang
berbeda antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, tetapi dengan adanya undang-undang
setidaknya ada suatu pegangan untuk bertindak dan mengambil keputusan ketimbang tidak ada
undang-undang sama sekali.
SISTEM PERS NEGARA BELANDA

Dalam peta dunia, Belanda hanya mengisi 0,03% dataran bumi[i]. Bagi dunia internasional,
negeri mungil ini tersohor di bidang politik, ekonomi, dan kebebasan pers[ii].

Secara politik, Belanda terlibat sebagai promotor beberapa organisasi internasional, seperti
European Economic Community (EEC), European Union (EU), the Benelux Economic Union,
NATO, dan OECD. Belanda, dengan pemerintahan monarki konstitusional dan demokrasi
parlementer, terkenal dengan kondisi politik dan ekonomi yang stabil. Hal ini didukung dengan
keberadaan The Hague, kota pemerintahan terbesar di dunia, yang menjadi rumah bagi beberapa
institusi yuridikasi internasional[iii]. Sistem perindustrian Belanda disokong oleh Rotterdam
sebagai kota pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia[iv]. Kini, Belanda mengejar visi menjadi
negara inovatif di berbagai sektor pembangunan. Lantas, apa yang menjadi kekuatan Belanda
sebagai negara maju?

Marta Cooper, Editorial Researcher di Index on Cencorship, mengungkapkan, press freedom is


the bedrock of democratic society.[v] Sebagai negara demokrasi, kebebasan berekspresi
dijunjung tinggi di Negeri Kincir Angin. Sejak tahun 2007, Freedom Houses Freedom of the
Press menobatkan Belanda sebagai 1 dari 10 di dunia yang menjamin kebebasan pers[vi].

Kebebasan ini diuji ketika revolusi internet memengaruhi pergerakan pers, terutama tahun 2012.
Gerakan protes melalui sosial media di Arab, Tunisia, dan Libya membuktikan kekuatan sosial
media. Sayangnya, beberapa negara, seperti Korea Utara dan Turki, secara politik dan hukum
menekan badan pers, mengakibatkan pemberitaan bias, pengekangan serta pembunuhan terhadap
jurnalis. Di tengah gejolak tersebut, Belanda justru menjadi pioneer dalam kebebasan pers.
Bertepatan dengan hari Pers Sedunia 2013, Reporters Without Borders menyatakan Belanda
sebagai negara kedua di dunia yang menjamin keberadaan pers[vii].

Belanda juga mengalami krisis digitalisasi, ditandai dengan degradasi sirkulasi media cetak
termasuk publikasi media gratis. Sebagian besar warga Belanda kini beralih menjadi digital
citizen (89,5% aktif di dunia maya), membuat Belanda sebagai negara dengan aktivitas online
tertinggi di Eropa. Peluang ini dimanfaatkan oleh Raymond Spanjar, Koen Kam, dan Florist Rost
van Tonningen dengan menciptakan sebuah jejaring sosial Belanda, Hyves, pada tahun 2004.
Menjelang Mei 2010, Hyves telah mengumpulkan 10,3 juta pengguna, sayangnya, pertumbuhan
situs ini tak sebesar Facebook maupun Twitter[viii].

SISTEM PERS REPUBLIK CEKO


Berita bagus untuk warga negara Indonesia yang akan berpergian ke banyak negara Eropa.
Keduataan-kedutaan Besar di Jakarta yang mewakili negara-negara yang berada di wilayah
Schengen menawarkan pelayanan yang lebih cepat untuk para pemohon visa di Indonesia.

Dalam sebagian besar kasus, pemohon yang visanya disetujui, sekarang ini dapat menerima
visanya hanya dalam beberapa hari kerja setelah menyerahkan paspor dan dokumen
pendukung.Visa Schengen memungkinkan perjalanan ke 22 dari 27 negara Uni Eropa,serta
beberapa negara non-UE termasuk Norwegia dan Swiss.
Duta Besar negara-negara berkomentar: "People-to people link adalah bagian penting dari
hubungan antara Eropa dan Indonesia. Kami sangat senang melihat lebih banyak orang Indonesia
mengunjungi negara-negara kami dalam beberapa tahun terakhir. Dengan percepatan waktu
pengurusan visa ini, tentunya memudahkan warga negara Indonesia yang akan mengajukan
permohonan visa. Kami berharap dapat melihat hubungan yang lebih erat di masa depan".
Layanan ini mungkin berbeda di masa liburan, dan pelamar harus meminta informasi lebih lanjut
saat mengajukan permohonan visa. Aplikasi harus diserahkan kepada Kedutaan Besar negara
yang menjadi tujuan utama perjalanan.
SISTEM PERS SWEDIA

Instrumen Pemerintah, yang merupakan dokumen konstitusional yang paling penting,


menyajikan fitur dasar dari sistem pemerintahan Swedia. Instrumen Pemerintah mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 1975, ketika menggantikan 1.809 Instrumen usang Pemerintah.
Instrumen baru dari Pemerintah sebagian besar melibatkan penggabungan praktek-praktek yang
berlaku Konstitusi. Hal ini konsisten didasarkan pada prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip-
prinsip demokrasi dan artikel pertama parliamentarism.The menyatakan: "Semua kekuasaan
publik di Swedia dana dari masyarakat. demokrasi Swedia didirikan pada pembentukan bebas
dari pendapat dan hak pilih universal dan sama. Ini akan direalisasikan melalui pemerintahan
perwakilan dan parlemen dan melalui pemerintah daerah sendiri. "
Selain Instrumen Pemerintah, Konstitusi terdiri dari 1810 Undang-Undang Suksesi, yang
mengatur suksesi takhta, Kebebasan 1949 UU Pers, yang mengatur kebebasan berekspresi di
media cetak, dan the1991 hukum dasar tentang Kebebasan Berekspresi, yang melindungi
kebebasan berekspresi di radio dan televisi, pada film, video dan rekaman tape dll sesuai dengan
prinsip-prinsip Undang-Undang Kebebasan Pers. Selain itu, ada Riksdag 1974 Undang-Undang.
Ia menempati posisi tengah antara hukum konstitusional dan biasa.
Tugas reformasi konstitusional tidak berakhir dengan berlakunya Instrumen baru Pemerintah.
Hal ini bukan diubah pada beberapa kesempatan. Dalam kedua tahun 1976 dan 1979, misalnya,
Instrumen Pemerintah telah diubah untuk memperkuat hak-hak dasar dan kebebasan, dan pada
tahun 1994 itu telah diubah untuk memungkinkan Swedia untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Kepala negara - seorang raja tanpa kekuasaan formal
Raja atau ratu menduduki tahta Swedia berdasarkan Undang-Undang Suksesi adalah kepala
negara negara. Kepala negara Swedia, sejak September Carl XVI Gustaf King 1973, tidak
mempunyai kekuasaan politik dan tidak berpartisipasi dalam kehidupan politik. Sebagai kepala
negara, ia adalah wakil dari negara secara keseluruhan, dan dalam kapasitas yang melaksanakan
tugas dan fungsinya hanya seremonial. Kepala negara membayar kunjungan resmi ke negara-
negara lain dan bertindak sebagai tuan rumah untuk kepala negara asing pada kunjungan resmi
ke Swedia. Kepala negara juga tanda-tanda kepercayaan duta besar Swedia ke negara lain dan
menerima duta besar asing ke Swedia. Lain tugas resmi kepala negara adalah untuk membuka
sidang tahunan Riksdag tersebut. Kepala negara tidak berpartisipasi dalam pertimbangan
Pemerintah dan tidak perlu untuk menandatangani keputusan Pemerintah.
SISTEM PERS HUNGARIA

PM Hungaria Orban dalam pertemuannya dengan Presiden Komisi Uni Eropa Barroso
mengungkapkan kemungkinan perubahan UU Pers yang kontroversial.

Presiden Komisi UE Barroso (ki.) dan PM Hungaria Orban (ka.) di Budapest, Hungaria, Jumat
(07/01).
Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, dalam masa-masa sulit ekonomi
dan keuangan, Hungaria mengemban tanggung jawab besar. Ia menarik pelajaran dari krisis
keuangan yang baru saja berlalu.
"Solusi setengah-setengah saja tidak cukup. Kami memerlukan jawaban yang komprehensif.
Eropa hanya bisa kuat, jika mampu untuk berkoordinasi bertindak dengan institusi kuat, dengan
bersama memerintah, dan dengan koordinasi kuat di bidang ekonomi," kata Barroso.
Namun kebijakan bersama di bidang ekonomi, anggran negara, sistem perpajakan, dan jaringan
sosial lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Hampir tidak ada pemerintah dan parlemen
yang suka melakukannya tanpa kompetensi nasional. Hungaria kini memiliki tugas untuk
mengajukan rincian nyata ke dewan menteri.
Namun kontroversi seputar Hungaria yang menjadi pemimpin Dewan Kepresidenan Uni Eropa
minggu lalu juga memicu tema lain, yaitu undang-undang pers Hungaria.

Aktivis Hungaria berunjuk rasa menuntut kebebsasan pers di negaranya.


Perhimpunan jurnalis dari dalam dan luar negeri, juga perwakilan pemerintah Jerman, Perancis,
Luksemburg mengritik undang-undang pers itu memberangus kebebasan pers.
Barroso sebelumnya menyampaikan kekhawatiran Komisi Eropa mengenai hal tersebut dalam
pembicaraannya dengan PM Hungaria Viktor Orban. Orban menanggapinya dengan positif.
Dikatakannya, undang-undang tersebut akan diubah, jika perlu.
Namun juga ia menepis sebagian kritik. Orban mengatakan, "Kami tidak bisa menerima jika ada
pernyataan mengenai keraguan terhadap demokrasi kami, juga tidak dari negara-negara yang
punya demokrasi berusia 200 tahun. Kami telah menumpahkan darah untuk kebebasan, kami
telah berjuang melawan totaliterisme. Kami menghormati demokrasi seperti negara lainnya.
Kami tidak ingin ada yang mempersengketakan undang-undang media, itu bukan masalah
gengsi. Kami ingin membicarakannya dengan bijak. Jika Komisi Uni Eropa menyimpulkan
bahwa undang-undang itu harus diubah, maka kami akan melakukannya. Tapi tidak ada ribut-
ribut, tidak ada tekanan terhadap kami."
Orban juga menyampaikan reaksinya mengenai kritik terhadap pajak istimewa, yang dikenakan
terhadap perusahaan asing di sektor energi, keuangan, dan telekomunikasi. Banyak perusahaan
asing, di antaranya perusahaan Jerman, merasa dirugikan. Orban mengatakan, perusahaan
Hungaria juga membayar pajak yang sama. Kemudian ia menanggapi kesan bahwa
pemerintahannya berusaha untuk menormalkan kembali anggaran negara. Semua pihak harus
berkontribusi, ungkap Orban.
"Saya hanya bisa meminta pada perusahaan ini, untuk lebih peka terhadap masalah negara dan
rakyat Hungaria. Dan, Hungaria merupakan negara yang relatif miskin," tegasnya.
Komisi Uni Eropa juga akan meneliti secara hukum tuduhan diskriminasi yang dilontarkan
perusahaan-perusahaan asing. Namun penelitian terhadap kedua tuntutan itu, yaitu terhadap
undang-undang pers dan pajak istimewa, bisa jadi memerlukan waktu beberapa minggu. Dan
dalam masa-masa ini, Hungaria sebagai pimpinan Dewan Kepresidenan Uni Eropa harus
memperhitungkan sejumlah gangguan.
SISTEM PERS ( INDIA )

Negara India termasuk negara demokrasi terbesar di dunia yang memiliki kebebasan dalam
persnya itu sendiri secara norma hukum baik berbicara maupun berekspresi. Hal tersebut
merupakan hak fundamental bagi masyarakat India. Kebebasan pers di India merupakan
kebebasan yang melembaga dan pers bertanggung jawab melindungi kebebasan dan berekspresi
dalam masyarakat India.

Dibandingkan dengan banyak negara berkembang lainnya, pers India telah berkembang sejak
kemerdekaan dan latihan tingkat besar kemerdekaan. Pers memiliki peranan penting sebagai
mesin kontrol terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan dalam sektor swasta di India.

Pers di India juga pengaruhi oleh Keluarga dan kasta yang mengendalikan surat kabar kecil
regional untuk mempertahankan kebebasan mereka dari monopoli besar. Hal ini menujukkan
bahwa keragaman kepemilikan media mencerminkan variasi budaya dan multibahasa yang ada
India.
SISTEM PERS INDONESIA

Sebelum kita membahas tentang sistem pers di Indonesia, sebenarnya apakah pers itu? Menurut
Anom (2011, h.102) pers merupakan salah satu media massa tertua sebelum lahirnya filem, radio
dan televisi. Sebagai media cetak, pers berperanan dalam memperjuangkan dan
memperkukuhkan kemerdekaan sesebuah negara untuk menyebarkan dan memantapkan
perkembangan ekonomi, politik, dan budaya. Sedangkan menurut Undang Undang pers No. 40
Tahun 1999 Pasal 1 ayat (1) yakni Pers merupakan lembaga sosial dan wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.

Menurut Saptohadi ( 2011, h.130) pers merupakan salah satu media massa tertua sebelum
lahirnya filem, radio dan televisyen. Sebagai media cetak, pers berperanan dalam
memperjuangkan dan memperkukuhkan kemerdekaan sesebuah negara untuk menyebarkan dan
memantapkan perkembangan ekonomi, politik, dan budaya.
Indonesia pernah menganut sistem pers otoriter dan sistem pers liberal sebelum akhirnya
menganut sistem pers tanggung jawab sosial. Ketika masa orde baru, pers Indonesia sempat
menganut sistem pers otoriter, dimana Pemerintah pada masa itu mengontrol seluruh kegiatan
pers, mulai dari keharusan memiliki SIUPP bagi lembaga pers, kontrol isi yang amat ketat
terhadap pemberitaan pers sampai dengan seringnya kasus pembredelan terhadap media yang
dianggap mengganggu stabilitas, ketentraman dan kenyamanan hidup masyarakat dan negara.
Kebebasan pers berada di tangan pemerintah. Pers tunduk pada sistem pers, sistem pers tunduk
pada sistem politik.

Pasca orba (masa reformasi), era kebebasan pers pun dimulai. Sistem pers Indonesia pun berubah
menjadi sistem pers liberal. Hal ini dapat dilihat melalui minimnya self censhorsip pada media,
artinya media lemah dalam melihat apakah suatu berita layak dimunculkan dan sesuai dengan
keinginan masyarakat. Muncul pula kecenderungan media untuk mengadili seseorang bersalah
sebelum munculnya keputusan hukum oleh pengadilan. Hal ini dapat dilihat pada kasus
Soeharto.

Pada awal-awal masa reformasi, media seakan-akan berlomba untuk mengadili sosok Soeharto
Namun lambat laun sistem pers Indonesia mulai berubah dan menyesuaikan dengan ideologi
serta etika dan moral yang berkembang di masyarakat. Mulai selektifnya masyarakat dalam
memilih media yang akan dikonsumsi menyebabkan lambat laun media-media jurnalisme lher
hilang dengan sendirinya karena kurang mampu bersaing dengan media-media yang lebih
berkulitas dan edukatif dalam menyampaikan informasi.

Pada masa reformasi terbentuk UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Era reformasi ditandai
dengan terbukanya keran kebebasan informasi. Di dunia pers, kebebasan itu ditunjukkan dengan
dipermudahnya pengurusan SIUPP. Berdasarkan perkembangan pers tersebut, dapat diketahui
bahwa pers di Indonesia senantiasa berkembang dan berubah sejalan dengan tuntutan
perkembangan zaman.

Saat ini, Indonesia menganut sistem Tanggung Jawab Sosial. Dasar dari Teori ini adalah
kebebasan tetap terkandung tanggung jawab yang sepadan, dan pers telah menikmati kedudukan
terhormat dalam pemerintahan Amerika Serikat, harus bertanggung jawab kepada masyarakat
modern. Asal saja pers tahu tanggung jawabnya dan menjadikan itu landasan operasional
mereka.

Menurut McQuail (1983), teori tersebut bermula di Amerika Syarikat pada abad 20, hasil
daripada tulisan W.E. Hocking, kebebasan Media dan pengamal serta, kod media. Hanya
bertujuan untuk memberitahu, menghibur, menjual. Tetapi tujuan asasnya adalah untuk
mengemukakan konflik ke meja perundingan. Di bawah sistem ini media harus mengandaikan
kewajiban dan tanggungjawab sosial dan jika mereka tidak melakukannya, seseorang harus
menentukan supaya ia dilaksanakan (Anom, 2011, h.103)
Teori Tanggung Jawab Sosial, merupakan pengembangan dari teori media libertarian. Teori ini
lahir salah satunya kerana revolusi teknologi dan industri yang merubah wajah dan cara hidup
bangsa Amerika yang turut mempengaruhi media. Perlu dilihat dalam teori tanggungjawab sosial
adalah bagaimana hubungan antara media dan pemerintah dipahami (Anom, 2011, h.103)

Mengacu pada pasal 28 UUD 1945, maka kebebasan pers mendapat jaminan yang cukup kuat
untuk melaksanakan fungsinya, yaitu melayani sistem politik dengan menyediakan ruang diskusi
bagi masyarakat untuk berdebat terutama dalam masalah kebijakan public, menjadi penjaga dari
hak-hak perorangan warga Negara, dan mebiayai financial secara mandiri (Peterson dalam
Syahri, 2002, h. 114)

Kontrol sosial yang dimaksud bahwa pers memposisikan sebagai kakuatan ke-empat (four estate)
untuk mengontrol lembaga-lembaga politik lain yaitu eksekutif, yudikatif, dan legislatif dalam
menjalankan fungsinya. Jika ada penyelewengan yang dilakukan oleh ke tiga lembaga tersebut
maka pers akan mengontrol lewat pemberitaan dan pada akhirnya publik akan tahu dan ikut
berpartisipasi dalam proses keputusan suatu kebijakan lewat diskusi di media. Selanjutnya secara
operasional pers harus dapat menghidupi diri sendiri tanpa meminta bantuan kepada pemerintah.
Ini diperlukan untuk menghindari tekanan-tekanan dari pihak pemerintah (Peterson dalam
Syahri, 2002, h.114)

SISTEM PERS BRUNAI


Sangat menarik jika membahas negara yang satu ini. Negara
tetangga kita yang kecil namun sangat makmur nan kaya raya.
Kehidupan disini sangat teratur disebabkan menganut sistem
kerajaan. Semua aspek kehidupan diatur oleh raja. Dari mulai
pendidikan, ekonomi, agrikultur, agama, hingga media semua
diatur oleh sistem kerajaan. Tiada kekuasaan diatas kuasa sultan.
Di negeri ini adalah penduduk berpendidikan baik, membaca
dengan baik, dan menikmati salah satu standar hidup tertinggi di
dunia, dengan rata-rata pendapatan per kapita sebesar US $
24.620. Brunei warga tidak membayar pajak pendapatan dan
menikmati pelayanan kesehatan gratis dan pendidikan
Surat kabar kabar yang ada di brunei adalah Pelita Brunei,Borneo
Bulletin ,Media Permata ,The Brunei Times.TV dibawah naungan
nasional penyerta, Radio Televisi Brunei (RTB).
sistem pemerintahan brunei adalah monarki, jika berbicara
monarki tentu saja bersifat kekerajaan , kerajaan tentu saja
sistem pemerintahanya otritarian. otoritarian tentu saja semua
kuasa dimiliki oleh negara, jadi sistem media massa brunei adalah
SISTEM OTOTARIAN karena memajukan dan mendukung sistem
pemerintahan yang berkuasa.
Brunei Darussalam, negara kecil yang terletak di sudut barat laut
pulau Borneo, memiliki media dan menekan sistem yang sangat
censored dan seragam, dengan sedikit perbedaan atau
kebebasan.
Negara ini hanya memiliki satu stasiun televisi, negara-dikontrol
Televisi Brunei, dengan siaran dalam bahasa resmi dari Brunei,
Malaysia, serta bahasa Inggris. Negara dari satu stasiun radio,
negara-dikontrol Radio Televisi Brunei, siaran dalam bahasa
Melayu, Inggris, Mandarin, dan Gurkhali. Siaran asing dapat
diakses melalui jaringan kabel, pinjaman kepada keragaman
populasi akses informasi. Menurut BBC news, pada awal abad 20
ini media asing yang masuk dan pemerintah yang loose contrrol
bisa mengakibatkan kemerosotan moral dikarenakan kurang
sensor, dan ini sangat dikhawatirkan oleh pemuka agama
setempat.
Brunei's menganut sistem "Pers tanggung jawab sosial," sejak
1967 yang dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah, menolak pers
yang terlalu liberal dan bebas untuk mencetak kritik pedas dari
pemimpin politik.
Setiap kebijakan yang dianut pasti ada sisi positif dan negatifnya.
Positifnya Brunei menerapkan sistem ini adalah negara brunei jadi
negara yang teratur, pemerintaan khususnya kerajaan tidak perlu
khawatir ada pemberitaan yang merugikan, bebas issue. Dan
negatifnya kebebasan pers jadi berkurang tidak bisa
berekspresi/mengeksplore seluas-luasnya.

PERS MALAYSIA
Seperti halnya Indonesia pada masa orde baru ketika pers berpraktek konsep
otoriter ini meskipun secara teori konsep yang dipakai adalah konsep pers
Pancasila dengan inti ajaran memiliki kesamaan dengan konsep pers
tanggung jawab sosial. Dengan maksud perkembangan atau pembangunan
yang sedang berjalan tidak terganggu dengan hal-hal yang mungkin
mengancam integritas maka pemerintah ketika itu merasa memiliki hak
untuk mengawasi pers yang telah atau dianggap telah melanggar tanggung
jawabnya pada masyarakat, keadaan ini merupakan konsep otoritarian
tradisional yang sekarang masih diterapkan di negara Malaysia. Pers
diperbolehkan untuk mencari berita, menyebarkannya, namun dengan
kebijakan untuk negara. Pemerintah membiarkan pers selama pers tidak
mengkritik dan menentang kebijakan pemerintah atau hal-hal yang tidak
menguntungkan pemerintah.

SISTEM MEDIA MASSA


HUKUM MEDIA MASSA
Undang Undang Media Cetak dan Publikasi yang dikeluarkan pemerintah
Malaysia di tahun 1984 memberikan kewenangan kepada Departemen
Dalam Negeri Malaysia untuk menghentikan penerbitan media massa. Jika
pemberitaan tidak sejalan dengan pemerintah, maka izin penerbitan dapat
dicabut tanpa alasan yang jelas atau melalui proses hukum.
INDUSTRI MEDIA MASSA
Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia
Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (Malaysian Communications and
Multimedia Commission), MCMC adalah badan kepengurusan industri
komunikasi dan multimedia di Malaysia. Ketika diasaskan, tujuan utamanya
ialah untuk mengawal urusan industri telekomunikasi dan multimedia
berdasarkan kuasa-kuasa yang diberi menurut Akta Komisi Komunikasi dan
Multimedia Malaysia (1998) dan Akta Komunikasi dan Multimedia (1998).
Selaras dengan Akta-Akta ini, peranan KKMM adalah untuk melaksanakan
dan memupuk objektif dasar kebangsaan Kerajaan Malaysia Government's
national untuk sektor telekomunikasi dan multimedia. SKMM juga ditugaskan
untuk mengurus rangka pengurusan baru untuk kegiatan industri-industri
telekomunikasi, penyiaran dan on-line yang semakin berkait rapat.
Stasiun televisi milik kerajaan :
Radio Televisyen Malaysia : RTM 1, RTM 2, RTM i (siaran percobaan), King
Malaysia TV
Stasiun televisi swasta
Stasiun TV swasta gratis: (Media Prima Berhad). TV3, NTV7, 8TV, TV9,
Vision Four Media Group, MetroVision (telah berhenti beroperasi)
Stasiun TV satelit dan kabel :
Astro, MiTV, Fine TV, Jia Yu Channel, Shining Star Channel, SR TV Channel,
Bernama TV di Astro Kanal 502 (1st Phase), Mega TV (telah berhenti
beroperasi)
Stasiun TV di internet
Cyberjaya.tv, Malaysianweb.tv, Malaysia.tv,
Stasiun TV partai politik
umno.tv, PAS.tv, Malaysiakini.tv, wtv8.tv
Mobile Television
Maxis TV, D'Channels dari Digi

HUBUNGAN PEMERINTAH DAN MEDIA


Hubungan pemerintah dengan media di negara Malaysia sangatlah
berkesinambungan. Terbukti bahwa peran Media harus memberitakan bagi rakyat
Malaysia hal-hal yang positif saja dan berguna bagi perkembangan negara. Media
sangatlah terkontrol oleh pemerintah dalam pelaksanaannya. Di jantung dari
Malaysia otoriter reputasi adalah menekan Percetakan dan Publikasi Act of 1984,
yang mewajibkan semua Publikasi untuk mendapatkan lisensi yang dapat di akan
dicabut oleh Menteri Dalam Negeri. Di jantung dari Malaysia otoriter reputasi adalah
menekan Percetakan dan Publikasi Act of 1984, yang mewajibkan semua publikasi
untuk mendapatkan lisensi yang dapat di akan dicabut oleh Menteri Dalam Negeri.
Dari keputusan Menteri yang terakhir, dan tidak ada yudisial review. Dari keputusan
menteri yang terakhir, dan tidak ada yudisial review.
Di Malaysia kepemilikan pers dikuasai oleh partai nasional yang menggenggam
status quo selama berdekade, pers sebagai komponen vital kontrol sosial berperan
aktif melakukan pengawasan terhadap sistem politik, hukum, keadilan, penegakan
hak asasi, dan sebagainya. Di Malaysia karena pers dikekang dan diatur ketat oleh
pemerintah yang berkuasa. Peran utama pers yaitu kontrol sosial hampir tidak
pernah dijalankan oleh pers Malaysia. Lewat pers, salah satu nilai yang dijunjung
demokrasi dipenuhi, yakni kebebasan menyampaikan pendapat. Demokrasi
diidentikkan dengan kebebasan mengungkapkan pendapat. Karena itu, orang
banyak berharap dari demokrasi.Dalam melihat kecendrungan tersebut, dapat
disimpulkan sistem pers di Malaysia menganut sistem teori pers Otoritarian, dimana
pemerintah dapat menekan media massa yang ada di negaranya. Pers di Malaysia
tidak bisa menjalankan fungsinya dengan sewajarnya. Malaysia memiliki hukum
penyensoran yang tergolong keras di dunia. Pemerintah terus melakukan kendali
atas media. Undang Undang Media Cetak dan Publikasi yang dikeluarkan
pemerintah Malaysia di tahun 1984 memberikan kewenangan kepada Departemen
Dalam Negeri Malaysia untuk menghentikan penerbitan media massa. Jika
pemberitaan tidak sejalan dengan pemerintah, maka izin penerbitan dapat dicabut
tanpa alasan yang jelas atau melalui proses hukum.

SISTEM PERS PRANCIS

Perancis merupakan sebuah negara yang terletak di Eropa Barat dan juga
memiliki berbagai pulau dan teritori seberang laut yang terletak di benua
lain. Republik Perancis adalah sebuah republik semi-presidensial uniter
dengan tradisi demokratis yang kuat. Konstitusi Republik Kelima disetujui
melalui referendum tanggal 28 September 1958. Sehingga memperkuat
kewenangan eksekutif dengan parlemen. Cabang eksekutif itu sendiri
memiliki dua pemimpin: Presiden Republik, yang merupakan kepala negara
dan dipilih langsung oleh hak pilih universal orang dewasa untuk jabatan
selama lima tahun dan pemerintah, dipimpin oleh perdana menteri yang
ditunjuk presiden.
Parlemen Perancis adalah sebuah badan legislatif bicameral yang terdiri dari
Majelis Nasional (Assemble Nationale) dan Senat. Deputi Majelis Nasional
mewakili konstituensi lokal dan terpilih langsung selama lima tahun. Majelis
memiliki kekuasaan untuk membubarkan kabinet, dan mayoritas anggota
Majelis menetapkan pilihan pemerintah. Senator dipilih oleh dewan pemilih
untuk jabatan enam tahun, dan setengah kursi dimasukkan dalam pemilihan
setiap tiga tahun yang dimulai pada September 2008. Kekuasaan legislatif
Senat terbatas; dalam penentangan antara kedua pihak, Majelis Nasional
memiliki perkataan terakhir, kecuali untuk hukum konstitusional dan lois
organiques (hukum yang disediakan langsung oleh konstitusi) dalam
beberapa hal. Pemerintah memiliki pengaruh kuat dalam pembentukan
agenda Parlemen.
Mengenai sistem media di Perancis yang menjadi pengawas bagi kedua jenis
lembaga penyiaran, publik dan swasta. Sistem di Prancis ini agak unik
karena keanggotaan Conseil Supirieur d'Audiovisuel (CSA) diatur sedemikian
rupa yaitu, tiga orang ditunjuk oleh Presiden, 3 orang oleh Majelis Nasional
dan tiga orang lagi dipilih oleh Senat. Kesembilan anggota ini bertugas
selama enam tahun yang tidak dapat diperpanjang. Para anggota CSA ini
masing-masing menangani televisi publik, produksi dan progam, televisi
swasta nasional, televisi regional dan lokal, radio publik, radio swasta,
televisi kabel dan satelit.
Di Perancis, konstitusi dan lembaga-lembaga pemerintan mendukung
lingkungan pers yang terbuka, meskipun hukum-hukum tertentu membatasi
aspek kebebasan pers pada praktiknya. Ada undang-undang antifitnah ketat
dengan denda bagi mereka yang terbukti bersalah. Hukum juga menghukum
upaya untuk membenarkan kejahatan perang dan kejahatan terhadap
kemanusiaan, serta hasutan untuk melakukan diskriminasi dan kekerasan.
Pada bulan Maret 2008, Presiden Nicolas Sarkozy menarik gugatannya
terhadap koran Nouvel Observateur setelah meminta maaf kepada istrinya
atas berita yang dipublikasikan pada pernikahan mereka. Pada bulan
Februari, rencana komersial menekan sumber pendapatan bagi lembaga
penyiaran publik diumumkan. Namun, proposal ini dikritik karena
kegagalannya untuk mengatasi kerugian yang mencapai 850 juta Euro dalam
pendapatan komersial oleh lembaga penyiaran publik di negara itu. Pada
bulan Desember, Majelis Nasional mengesahkan undang-undang yang
melarang iklan prime-time dari jaringan televisi ang didanai pemerintah. RUU
ini juga memberikan Sarkozy kekuatan untuk nama kepala penyiaran publik.
Pemerintah menyusun undang-undang, yang disahkan pada Desember 2009,
yang memperkuat perlindungan kerahasiaan narasumber, termasuk
membatasi pencarian rumah wartawan. Langkah ditetapkan untuk
dimasukkan ke dalam Pasal 2 UU tentang kebebasan pers, tapi blogger tidak
akan dilindungi oleh undang-undang ini.
Perlindungan terhadap narasumber tetap menjadi isu atau masalah
kebebasan pers di Perancis pada tahun 2008. Wartawan Bruno Thomas dari
Auto Plus diperiksa selama 48 jam atas publikasi mobil, kemudian dihukum
pada tanggal 17 Juli setelah produsen mobil Renault menuduh majalah
penerbitan foto model mobil masa depan Renault. Thomas yang menolak
untuk mengungkapkan narasumbernya ternyata berujung pada
penahanannya.
Sementara itu, polisi dan pejabat peradilan menggerebek surat kabar harian
lokal Centre-Press dan La Nouvelle Rpublique du Centre Ouest di kota
Poitiers pada 30 September karena diduga melanggar kerahasiaan
penyelidikan yudisial. Wartawan Vittorio de Filippis ditahan pada bulan
November 2008 dan dikenakan dua pasal pencarian sebelum akhirnya
dibawa ke hakim. De Filippis mengatakan, ia berada di bawah penyelidikan
sehubungan dengan kasus pencemaran nama baik terhadap Daily Liberation,
yaitu surat kabar tempat de Filippis bekerja sebagai redaktur pelaksana
tahun 2006.
Di Perancis, sebagian besar atau lebih dari 100 surat kabar Perancis dimiliki
swasta. Pemerintah mengendalikan banyak perusahaan yang mendapatkan
penerimaan dari menyediakan jasa periklanan kepada kelompok-kelompok
media. Di Perancis tidak ada pembatasan pemerintah terhadap internet yang
digunakan oleh sekitar 64,6 persen dari total populasi. Namun, hukum
antiterorisme tahun 2006 tidak memungkinkan badan-badan keamanan
untuk memantau internet kepada para tersangka teroris.

SISTEM PERS NEGARA TURKI


Pemecatan atau pengunduran diri para wartawan surat kabar di Turki terus menghiasi
pemberitaan sejumlah media.

Sindikat wartawan surat kabar Turki dalam sebuah statemen mengumumkan, dalam aksi-aksi
unjuk rasa rakyat terbaru di negara itu, 22 wartawan dipecat dan lebih dari 30 wartawan lainnya
terpaksa mengundurkan diri. Organisasi yang menghimpun wartawan surat kabar Turki itu
menjelaskan, alasan pemecatan para wartawan surat kabar di negara itu adalah perlawanan
mereka terhadap sensor pemberitaan yang dilakukan pemerintah.

Pada saat yang sama, Partai Rakyat Republik sebagai partai oposisi terbesar di Turki, begitu juga
Lembaga Keamanan dan Kerjasama Eropa mengabarkan, lebih dari 60 wartawan dijebloskan ke
penjara dan lebih dari 100 wartawan surat kabar lainnya diseret ke pengadilan. Kedua lembaga
itu menyebut Turki sebagai penjara terbesar bagi para wartawan surat kabar.

Tingkat perhatian publik internasional terhadap masalah Hak Asasi Manusia di Turki cukup
tinggi. Terbukti, baru-baru ini sejumlah seniman dan intelektual Eropa dalam suratnya untuk
pemerintah Ankara, selain mengutuk tindak kekerasan terhadap para demonstran oleh aparat
keamanan negara itu, juga memprotes penangkapan para wartawan Turki.

Surat kabar Inggris, The Independent juga melaporkan, jumlah wartawan surat kabar di Turki
yang dijebloskan ke penjara terbesar dibandingkan dengan negara-negara dunia lainnya. The
Independent menulis, "Baru-baru ini para wartawan Turki membentuk sebuah perhimpunan
bernama Suara Kami dalam Bahaya."
Sepertinya mereka mengarahkan telunjuknya ke muka Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri
Turki. Para penentang Erdogan mengatakan bahwa ia dalam pidato-pidatonya tidak pernah ragu
untuk menyerang para wartawan surat kabar.

Bahkan kabarnya sebagian penulis dan atau wartawan surat kabar pendukung Erdogan telah
bergabung ke barisan oposan PM Turki itu. Di antaranya adalah Hasan Kemal, salah seorang
penulis di surat kabar Melliyet dan pendukung terkuat Erdogan, juga cucu Kemal Pasha,
komandan militer terkemuka Turki di era Utsmani. Hasan Kemal di salah satu artikelnya dengan
tegas meminta Erdogan untuk membiarkan para wartawan melakukan aktifitasnya.

Permintaan itulah yang kemudian menghentikan aktifitasnya di surat kabar Milliyet. Pelanggaran
kebebasan pers di Turki, yang mengklaim sebagai negara demokratis itu, saat ini tidak bisa
ditutupi lagi.

Padahal media massa dan kebebasan berpendapat disebut sebagai prinsip keempat demokrasi.

Sebenarnya bagi Turki yang berambisi menjadi anggota Uni Eropa, kebebasan berpendapat dan
pers merupakan faktor yang menentukan. Dengan adanya pelanggaran kebebasan pers dan
berpendapat di Turki, minimal para penentang keanggotaan Turki di Uni Eropa akan memiliki
alasan untuk menghalangi upaya negara itu menjadi bagian dari Uni Eropa.

Sementara itu, dengan memperhatikan tekanan Erdogan untuk mengontrol ketat media-media
Turki, juga penerapan pembatasan-pembatasan serta sensor pemberitaan di satu sisi, dan
berlanjutnya politik penumpasan para demonstran di sisi lain, sepertinya sekarang Erdogan
enggan untuk ngotot menggelar perundingan terkait keanggotaan negaranya di Uni Eropa.

Mungkin apa yang paling diperhatikan Erdogan sekarang ini adalah upaya untuk mengelola dan
mengontrol krisis politik dalam negeri. Namun pada kenyataannya, gelombang demonstrasi
rakyat melawan ambisi gila kekuasaan Erdogan telah melemparkan PM Turki ke dalam dilema
yang sangat pelik.

Tidak diragukan Erdogan langsung membantah tuduhan semacam ini, akan tetapi realitas
menunjukkan bahwa PM Turki itu memakai semua senjata untuk mempertahankan
kekuasaannya. Mungkin pemecatan para wartawan surat kabar, pembatasan-pembatasan dan
aturan ketat yang menjepit mereka adalah salah satu senjata yang digunakan Erdogan.

Tetapi pada akhirnya segala cara yang digunakan Erdogan untuk menjaga kekuasaannya itu
justru akan menambah beban pemerintah Ankara dalam upaya menyelesaikan masalah internal
dan eksternalnya, terutama bagaimana menampilkan wajah demokratis Turki di tingkat regional
dan internasional. (IRIB Indonesia/HS)
SISTEM PERS NEGARA KAMBOJA

Kamboja secara resmi bernama Kerajaan Kamboja, sebuah negara di Asia Tenggara dengan luas
totalnya adalah 181.035 km2. Jumlah populasi Kamboja lebih dari 14,8 juta jiwa. Agama resmi
yang ada di Kamboja adalah Buddha dengan pemeluk sekitar 95% dari total penduduk Kamboja.
Ibukota dan kota terbesar Kamboja adalah Phnom Penh. Bentuk negara Kamboja adalah monarki
konstitusional demokratik. Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang
menganut sistem demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat
Kepala Negara, tetapi tidak memberikan perintah. Pemerintahan yang menguasai dan yang
memberi perintah dipimpin oleh Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung
dalam Dewan Menteri.

Berdasarkan konstitusi 1993, Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi
liberal, pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat Kepala Negara, tetapi tidak
memberikan perintah. Pemerintahan yang menguasai dan yang memberi perintah dipimpin oleh
Perdana Menteri dan dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri. Jika
dilihat dari sistem pemerintahan yang ada di Kamboja, sistem pers yang digunakan adalah sistem
pers Otoriter, karena yang menjadi Kepala Negaranya adalah seorang Raja meskipun
pemerintahan Kamboja dipimpin oleh Perdana Menteri. Dalam sistem pemerintahan Kamboja
Sistem Demokrasi Liberal, semua kekuasaan berada ditangan Perdana Menteri. Maka sudah pasti
media dikuasai dan juga mendapatkan pengawasan dari parlemen tertinggi tersebut.
Perekonomian di Kamboja, pendapatan per kapita terus meningkat tetapi termasuk rendah
dibandingkan negara lain di sekitarnya. Masyarakat Kamboja kebanyakan bergantung kepada
pertanian dan beberapa sektor lainnya. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan
ekonomi masyarakat, terutama bagi masyarakat desa. Kamboja termasuk salah satu Negara
terkorup di dunia. Melihat dari pendapatan per kapita itu, Negara Kamboja dikhawatirkan belum
siap menghadapi AEC (Asean Economy Community) di tahun 2015. Meskipun pada saat
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) ke 21 yang berlangsung di Phnom Penh, Kamboja sejak 16 November lalu
membulatkan tekad sepuluh negara anggota untuk menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN
(ASEAN Economic Council/AEC) tahun 2015.
SISTEM PERS NEGARA HONGKONG

Sudah selama 16 tahun Hong Kong memiliki perekonomian terbebas di dunia. Setidaknya
menurut para analis konservatif di think tank terkemuka di Amerika, The Heritage Foundation.
Tak terkecuali di tahun 2010. Hong Kong menduduki peringkat pertama Indeks Kebebasan
Ekonomi.
Kebebasan Pers

Hasil ini sudah tidak lagi mengejutkan bagi Ronald Arculli, kepala Bursa Efek Hong Kong,
"Para investor dapat meraup keuntungan dari kepastian mengenai standar-standar yang dijunjung
tinggi, seperti keadilan, transparansi, efisiensi, tertib pasar dan sejenisnya. Hong Kong memiliki
media finansial yang sangat aktif. Baik cetak maupun elektronik, dalam Bahasa Inggris dan Cina.
Saya bangga untuk mengatakan bahwa Hong Kong mungkin adalah satu-satunya pusat finansial
internasional yang menggunakan dua bahasa dan memang memiliki Bahasa Inggris dan Cina
sebagai bahasa resmi."

Salah satu media yang dimaksud adalah South China Morning Post. Harian ini memiliki ciri khas
rubrik bisnis. Reginald Chou, kepala redaksi South China Morning Post, mengatakan, "Hong
Kong jelas memiliki kebebasan pers bagi surat kabar di sini. Saya rasa semua kantor redaksi
berusaha keras untuk memastikan itu. Bahkan orang yang tidak terang-terangan berkata
menyukai kebebasan pers, pasti menghargai adanya aliran informasi."

Tiga negara lain di wilayah Asia Pasifik yang masuk ke 10 besar adalah Singapura di peringkat
ke dua, Australia di peringkat ke tiga, dan New Zealand peringkat ke empat.
SISTEM PERS HUNGARIA

PM Hungaria Orban dalam pertemuannya dengan Presiden Komisi Uni Eropa Barroso
mengungkapkan kemungkinan perubahan UU Pers yang kontroversial.

Presiden Komisi UE Barroso (ki.) dan PM Hungaria Orban (ka.) di Budapest, Hungaria, Jumat
(07/01).
Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso mengatakan, dalam masa-masa sulit ekonomi
dan keuangan, Hungaria mengemban tanggung jawab besar. Ia menarik pelajaran dari krisis
keuangan yang baru saja berlalu.
"Solusi setengah-setengah saja tidak cukup. Kami memerlukan jawaban yang komprehensif.
Eropa hanya bisa kuat, jika mampu untuk berkoordinasi bertindak dengan institusi kuat, dengan
bersama memerintah, dan dengan koordinasi kuat di bidang ekonomi," kata Barroso.
Namun kebijakan bersama di bidang ekonomi, anggran negara, sistem perpajakan, dan jaringan
sosial lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Hampir tidak ada pemerintah dan parlemen
yang suka melakukannya tanpa kompetensi nasional. Hungaria kini memiliki tugas untuk
mengajukan rincian nyata ke dewan menteri.
Namun kontroversi seputar Hungaria yang menjadi pemimpin Dewan Kepresidenan Uni Eropa
minggu lalu juga memicu tema lain, yaitu undang-undang pers Hungaria.

Aktivis Hungaria berunjuk rasa menuntut kebebsasan pers di negaranya.


Perhimpunan jurnalis dari dalam dan luar negeri, juga perwakilan pemerintah Jerman, Perancis,
Luksemburg mengritik undang-undang pers itu memberangus kebebasan pers.
Barroso sebelumnya menyampaikan kekhawatiran Komisi Eropa mengenai hal tersebut dalam
pembicaraannya dengan PM Hungaria Viktor Orban. Orban menanggapinya dengan positif.
Dikatakannya, undang-undang tersebut akan diubah, jika perlu.
Namun juga ia menepis sebagian kritik. Orban mengatakan, "Kami tidak bisa menerima jika ada
pernyataan mengenai keraguan terhadap demokrasi kami, juga tidak dari negara-negara yang
punya demokrasi berusia 200 tahun. Kami telah menumpahkan darah untuk kebebasan, kami
telah berjuang melawan totaliterisme. Kami menghormati demokrasi seperti negara lainnya.
Kami tidak ingin ada yang mempersengketakan undang-undang media, itu bukan masalah
gengsi. Kami ingin membicarakannya dengan bijak. Jika Komisi Uni Eropa menyimpulkan
bahwa undang-undang itu harus diubah, maka kami akan melakukannya. Tapi tidak ada ribut-
ribut, tidak ada tekanan terhadap kami."
Orban juga menyampaikan reaksinya mengenai kritik terhadap pajak istimewa, yang dikenakan
terhadap perusahaan asing di sektor energi, keuangan, dan telekomunikasi. Banyak perusahaan
asing, di antaranya perusahaan Jerman, merasa dirugikan. Orban mengatakan, perusahaan
Hungaria juga membayar pajak yang sama. Kemudian ia menanggapi kesan bahwa
pemerintahannya berusaha untuk menormalkan kembali anggaran negara. Semua pihak harus
berkontribusi, ungkap Orban.
"Saya hanya bisa meminta pada perusahaan ini, untuk lebih peka terhadap masalah negara dan
rakyat Hungaria. Dan, Hungaria merupakan negara yang relatif miskin," tegasnya.
Komisi Uni Eropa juga akan meneliti secara hukum tuduhan diskriminasi yang dilontarkan
perusahaan-perusahaan asing. Namun penelitian terhadap kedua tuntutan itu, yaitu terhadap
undang-undang pers dan pajak istimewa, bisa jadi memerlukan waktu beberapa minggu. Dan
dalam masa-masa ini, Hungaria sebagai pimpinan Dewan Kepresidenan Uni Eropa harus
memperhitungkan sejumlah gangguan.
SISTEM PERS NEGARA ITALIA

Sejak awal tradisi marxis telah memperlihatkan otorianisme, kecenderungan untuk membuat
perbedaan yang keras dan tajam antara yang salah dan benar. Dalam pandangan umum yang
diwariskan oleh Marx kepada orang-orang Rusia terlihat kesalahpahaman antara Uni Soviet dan
Amerika Serikat.

Orang Amerika biasa berpikir bahwa orang sebaiknya mempunyai ide dan nilai yang berbeda,
dengan demikian menggalakkan seni bermusyawarah serta pemerintahan mayoritas. Sedangkan
Rusia biasa berpikir bahwa orang-orang seharusnya tidak berbeda pandangan, musyawarah tanda
kelemahan, dan hanya ada satu pandangan yang benar yang dapat dipertemukan dan
dipertahankan, disebarkan, dan digalakkan. Dalam baying-bayang sikap umum inilah Marx
mengembangkan konsep tetang perubahan sosial dalam pengertian dinamikanya (dialektikanya),
motivasinya (determinisme materialistik), dan tujuannya (kemenangan kelas pekerja dan
akhirnya masyarakat tanpa kelas)

Menurut Marx, perubahan itu tidak hanya terjadi dalam bidang politik saja atau bidang ekonomi
saja, akan tetapi semua komponen kebudayaan lainnya juga akan berubah seperti seni, agama,
dan filsafat. Baginya, negara hanyalah alat bagi kelas masyarakat untuk menguasai kelas lainnya.
Dengan demikian masyarakat tanpa kelas artinya masyarakat tanpa negara.
Dalam masalah komunikasi massa, Marx tidak pernah secara langsung mempertahankan masalah
tersebut. Satu yang jelas adalah konsep Marxis mengenai persatuan dan pembedaan antara
kebenaran dengan ketidakbenaran tidak memungkinkan pers berfungsi sebagai lembaga sosial
yang bebas mengkritik pemerintah dan bertindak sebagai forum bebas.
Pers komunis dianggap sebagai alat untuk menginterpretasi doktrin, melaksanakan kebijakan
kelas pekerja atau militant. Jelaslah menurut Marx, sesuai dengan determinisme materialistik
bahwa kontrol pers akan dipegang oleh mereka yang memiliki fasilitas seperti para pencetak,
penerbit stasiun siaran, dan sebagainya. Selama kelas kapitalis mengontrol perangkat fisik ini,
maka kelas pekerja tidak akan pernah mendapat kesempatan yang seimbang untuk menggunakan
seluruh komunikasi. Agar mereka dapat memanfaatkan saluran komunikasi, maka mereka harus
memiliki sarana-sarana komunikasi dan kemudian komunikasi massa sebagai lembaga lainnya.
Dalam banyak doktrin praktis Marx tidak berbicara, misalnya tentang penggunaan komunikasi
massa. Kelalaian Marx adalah kegagalan dalam melengkapi revolusi dengan teori politik.
SISTEM PERS PAKITSAN

Sebuah organisasi internasional pemerhati pers yang berkantor di Amerika menyerukan kepada
pemerintah mendatang di Pakistan yang dipimpin oleh Nawaz Sharif untuk mengambil langkah
penting guna membendung upaya pembungkaman pers lewat pembunuhan dengan membawa
mereka yang telah menyerang pers ke muka hukum.

The Committee to Protect Journalists CPJ yang mengeluarkan laporan berjudul Pakistan
Endangered Press atau Pers Pakistan yang Terancam mengatakan sejak tahun 2003, Pakistan
telah menjadi negara keempat yang paling berbahaya di dunia bagi wartawan. Laporan itu
mengatakan serangan bom bunuh diri dan kondisi-kondisi terkait konflik lainnya di Pakistan
telah menewaskan 42 orang, tetapi sedikitnya 23 wartawan telah menjadi target pembunuhan.
Laporan itu menunjukkan Pakistan adalah salah satu negara di dunia yang memiliki tingkat
kekebalan paling buruk terhadap kekerasan anti-pers, dan meskipun muncul tuntutan
berulangkali dari dalam dan luar Pakistan, tidak satu pun pembunuhan terhadap wartawan dalam
sepuluh tahun ini yang diadili.

Koordinator CPJ Untuk Asia Bob Dietz mengatakan data kekebalan hukum yang luar biasa ini
telah memupuk peningkatan iklim kekerasan terhadap wartawan di Pakistan. Ia menambahkan
bahaya terhadpa media berita yang bebas dan kuat tidak saja datang dari para militan dan
penjahat, tetapi juga kelompok-kelompok politik, militer dan badan inteljen Pakistan.

Ada peningkatan kematian wartawan yang signifikan dalam lima tahun terakhir ini. Meskipun
kami melihat perkembangan media di Pakistan, tetapi wartawan tetap menghadapi banyak
intervensi, intimidasi dan ancaman. Maksud saya, ini telah menjadi kehidupan sebagian besar
wartawan di sini, papar Dietz.

Bob Dietz mengatakan CPJ kini menuntut Nawaz Sharif perdana menteri yang baru terpilih
untuk mengambil tindakan-tindakan segera, seperti penguatan sistem pengadilan kriminal di
tingkat nasional untuk mencegah aksi kekerasan terhadap wartawan.

Dietz menambahkan, Hal ini benar-benar menjadi kewajiban pemerintah mendatang, untuk
menjadikan sistem pengadilan Pakistan bekerja lebih baik dari sebelumnya. Saya tahu tuntutan
ini terlalu besar dan saya tahu banyak hal yang akan membuat hal ini tidak berjalan. Tetapi saya
kira Nawaz Sharif harus menjadikan ini sebagai prioritas dan cara terbaik saat ini adalah
menunjukkan niat untuk menyelesaikan kasus pembunuhan wartawan yang sudah berlangsung
beberapa tahun ini.

Penelitian CPJ menyelidiki rincian pembunuhan berencana baru-baru ini terhadap dua
wartawan : Wali Khan Babbar dan Mukarram Khan Atif. Babar ditembak mati di Karachi,
sementara Atif seorang wartawan kesukuan yang bekerja untuk Voice of America dibunuh di
dekat kota Peshawar di Pakistan barat laut.
SISTEM PERS MAROKO

Sebuah negara dikategorikan menerapkan sistem demokrasi jika di dalamnya memberikan


kebebasan berpendapat kepada rakyat sipil. Salah satu ciri kebebasan berpendapat tersebut
adalah kemerdekaan pers. Media massa diberi ruang yang luas dan bebas dari pengaruh
pemerintah. Namun, bagaimana jika seorang pekerja media ditahan aparat berwenang ketika
melakukan tugas jurnalistiknya? Tentu hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi yang diagung-agungkan negara-negara Barat.

Di Maroko, seorang redaktur ditahan hanya karena menyiarkan video yang berisi ceramah. Isi
video tersebut adalah seruan dari petinggi Al Qaidah wilayah Maghrib Islam (AQIM) untuk
melawan pemerintah Maroko saat ini. Dalam perspektif pemerintah, seruan seperti itu
dikategorikan sebagai tindakan terorisme.
Redaktur yang ditangkap bernama Ali Anouzla. Pria ini bekerja di media online Lakome, dan
kini diancam melanggar Undang-undang Anti Terorisme di negara monarki tersebut. Sejumlah
aktivis HAM di negara monarki itu membantah Ali Anouzla terlibat jaringan terorisme.

Wakil Direktur Human Rights Watch di Afrika Utara, Eric Glodstein, menuturkan Ali seorang
jurnalis pemberani yang senantiasa mengkritik pemerintah.

Ali Anouzla adalah salah satu wartawan independen paling dihormati di Maroko , dia
memecahkan tabu dan mengkritik pemerintah, ujar Eric Glodstein , seperti dikutip dari Al
Jazeera.

Sebenarnya, bukan kali ini saja Anouzla mengkritik pemerintah. Juli lalu, dia berurusan dengan
aparat Maroko karena menentang kebijakan pemerintah yang mengampuni seorang pedofil asal
Spanyol. Pelaku pedofilia itu sudah mendapat vonis 30 tahun penjara dari pengadilan.

Laporan jurnalistiknya menggemparkan publik Maroko. Dia secara intensif mewawancara kuasa
hukum korban, dan itu yang selalu dilaporkan di medianya. Rupanya, laporan tersebut mengusik
pemerintah Maroko.

Kini, Anouzla kembali berurusan dengan hukum Maroko karena dituduh menyebarluaskan
terorisme. Aparat hukum lalu menangkap dan menyita seluruh peralatannya, seperti komputer.
Atas tuduhannya tersebut, dia diancam hukuman penjara 6 tahun. Sejumlah aktivis dan jurnalis
menuding penangkapan tersebut sebagai bentuk intimidasi terhadap pers.

Video yang diunggah Anouzla berdurasi 41 menit dengan judul Maroko: Kerajaan Korupsi dan
Kelaliman. Selain menyerukan jihad di negara Afrika Utara itu, AQIM juga menyerukan untuk
menggulingkan Raja Mohamed VI yang digambarkan tengah dalam pusaran api.

Video berdurasi 41 menit yang dipublikasikan di internet oleh AQIM itu berjudul Maroko:
Kerajaan Korupsi dan Kelaliman. Video itu memuat ajakan untuk berbuat jihad di negara
Afrika utara itu dan menggulingkan Raja Mohamed VI yang digambarkan sedang berada dalam
pusaran api. (
SISTEM PERS JERMAN

Kasus majalah Spiegel menyangkut kebebasan pers di Jerman tahun 1962

Konstitusi Jerman menjamin kebebasan pers dan kebebasan berpendapat. Dalam pasal 5
konstitusi tertera: "Setiap orang memiliki hak mengungkapkan pendapatnya dalam bentuk kata-
kata, tulisan dan gambar dan untuk menyebarkannya, serta berhak mendapat informasi dari
sumber publik tanpa dihalangi. Kebebasan pers dan kebebasan pemberitaan melalui stasiun
siaran dan film dijamin. Tidak ada penyensoran."

Banyak negara lain yang iri akan keragaman media cetak di Jerman dan sistem stasiun siaran
publik. Tetapi kritik juga ada. Organisasi Reporter Lintas Batas menganggap kurang adanya
perlindungan bagi sumber informasi. Para jurnalis harus kerap merasa khawatir bahwa
komunikasi dengan informannya tidak akan tetap menjadi rahasia keduanya.
Semenjak serangan teror 11 September 2001, ada beberapa penyidikan terhadap jurnalis dengan
tuduhan "membantu kejahatan membocorkan rahasia". Melalui jalur belakang hukum ini, negara
berusaha memperoleh nama orang yang menjadi informan jurnalis tersebut.

Menteri kehakiman Jerman Sabine Leutheusser-Schnarrenberger menetapkan undang-undang


yang melindungi para jurnalis dari tuntunan kejaksaan semacam itu. "Kami akan memperkuat
kebebasan pers. Para jurnalis kelak akan lebih dilindungi dalam penyidikan. Dan kami akan
memastikan, bahwa tidak ada jurnalis yang bisa dihukum dengan tuduhan "membantu
melakukan kejahatan", jika ia hanya mempublikasikan materi yang ia terima."

Perhimpunan wartawan di Jerman menyambut pembatalan undang-undang masalah


penyimpanan data oleh pengadilan konstitusi bulan Maret lalu. Undang-undang tersebut
mewajibkan perusahaan telekomunikasi untuk menyimpan data komunikasi pelanggannya
selama enam bulan. Agar, pengusutan kejahatan melalui data telepon atau email bisa dilakukan.

Walau pun undang-undang semacam itu dinyatakan tidak berlaku, organisasi Reporter Lintas
Batas khawatir, akan ada peraturan sejenis lagi yang akan muncul.

Jika membicarakan tentang kebebasan pers di Jerman, kasus majalah politik mingguan Spiegel
akan selalu diangkat kembali. Tahun 1962, majalah ini dituduh melakukan pengkhianatan
terhadap negara karena memberitakan situasi militer di Jerman dan NATO. Namun, empat tahun
kemudian pengadilan konstitusi Jerman memenangkan majalah Spiegel dalam proses ini.

"Pers yang bebas, tidak dipengaruhi publik, dan tidak disensor adalah hakekat sebuat negara
yang menganut kebebasan. Khususnya, pers masalah politik yang terbit secara rutin dan bebas,
sangatlah diperlukan sebuah demokrasi modern," demikian cuplikan keputusan pengadilan kala
itu.

Dalam peringkat negara yang menganut kebebasan pers, yang setiap tahunnya dikeluarkan oleh
organisasi Reporter Lintas Batas, Jerman saat ini menduduki peringkat ke 18 dari 175 negara.
Negara-negara yang berada di peringkat atas adalah Denmark, Irlandia dan Finlandia. Sementara
mereka yang menduduki posisi terbawah, Turkmenistan, Korea Utara dan Eritrea.
SISTEM PERS IRAN

Dalam pembahasan sebelumnya telah diterangkan mengenai posisi dan peran media dalam
kemenangan Revolusi Islam Iran. Dalam ulasan ini kami akan mengulas singkat mengenai peran
media dalam melanggengkan dan memperkuat Revolusi Islam dan posisi mereka dalam
konstitusi Iran.

Konstitusi Republik Islam Iran didasarkan pada ajaran-ajaran agama, dan kebebasan dijadikan
sebagai salah satu dasar keyakinan dan landasan dari sistem politik di negara itu. Kebebasan
berekspresi dan berpendapat di media juga salah satu prinsip penting dalam konstitusi Iran. Pada
Pasal 24 konstitusi Iran disebutkan bahwa pers bebas menyampaikan pendapat dan tema tertentu
kecuali menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam atau
melanggar hak-hak publik.

Pentingnya kebebasan berpendapat dan berekspresi di Republik Islam Iran diambil dari ajaran-
ajaran Islam dan keyakinan mendalam Imam Khomeini ra (Pendiri Revolusi Islam Iran) terhadap
kebebasan. Menurut pandangan Imam Khomeini ra, media dan pers memiliki peran penting
dalam memperkenalkan Islam sejati dan mempromosikan budaya religiusdi tengah-tengah
masyarakat. Ia menilai "pendekatan" dengan pena dan pendapat seorang Muslim sebagai
pelayanan terhadap Islam, bangsa dan negara. Pendiri Republik Islam Iran mengatakan, "Nilai
sebuah pena didasarkan pada fungsinya? Jika pena tersebut digunakan untuk mengabdi kepada
manusia dan kepada Tuhan, maka akan ditemukan semua nilai dari pena tersebut."

Salah satu tujuan terpenting musuh Republik Islam Iran sejak kemenangan Revolusi Islam
adalah melemahkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai mendasar Republik Islam Iran dan
menyebarkan rasa putus asa dan depresi di antara rakyat negara itu dan bangsa-bangsa Muslim
dunia melalui media. Dengan demikian, sebagian tugas terpenting untuk menggagalkan plot
musuh Revolusi Islamberada di pundak para penulis. Mereka melalui media massa seperti surat
kabar dan buletin, dapat menggagalkan plot tersebut.

Imam Khomeini ra menegaskan bahwa kewajiban media massa dan pers adalah untuk
memberikan informasi yang benar dan amanah dalam menyampaikan berita. Selain itu, ia
menasihati para penulis dan wartawan untuk tidak menyampaikan berita palsu yang tidak sesuai
dengan fakta. Pendiri Republik Islam Iran itu mengatakan, "Di Republik Islam, semua berita
harus disampaikan kepada masyarakat dengan jujur ? hari ini aktivitas Iran menjadi fokus dan
perhatian media, pers dan dunia. Mereka semua selalu waspada dan jeli supaya menemukan
sesuatu dan dengan penambahan dan kebohongan, mereka ingin melakukan pengrusakan."

Di antara berbagai bentuk media, hingga kini pers dan surat kabar masih memiliki pengaruh
mendalam tersendiri terhadap masyarakat dengan mengandalkan pengalaman dan kualitasnya.
Oleh karena itu, para pakar komunikasi, para elit dan politikus selalu memberikan perhatian
khusus kepada pers. Surat kabar pertama di Iran adalah "Varaghe Mah-e Darul Funun" dan terbit
pada abad ke-19 di bawah pengelolaan Iraj Mirza.

Surat kabar kedua yang terbit adalah "Vaghaye Etefaghyeh." Atas perintah Amir Kabir, seorang
reformis di masa itu, surat kabar tersebut dipublikasikan pada akhir abad ke-19. Vaghaye
Etefaghyeh melaporkan aktivitas pemerintah dan istana, dan sedikit banyak mengulas tentang
situasi politik dan sosial di Eropa dan Amerika.
Dengan demikian, aktivitas pers di Iran memiliki sejarah panjang dan tidak tertinggal dari
negara-negara maju. Namun sayangnya, rezim-rezim otoriter di Iran menyebabkan media tidak
mampu melakukan peran yang sesungguhnya sebagai pemberi informasi benar kepada
masyarakat. Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, kita baru menyaksikan
babak baru dari aktivitas media di Iran. Sekarang ini, terdapat ratusan surat kabar, majalah
mingguan dan bulanan, jurnal tahunan dan bulanan, dan lain sebagainya yang aktif di negara
tersebut.

Seperti halnya di semua negara demokrasi lainnya, di Iran juga ada undang-undang yang
mengatur aktivitas media yang terangkum dalam "Undang-undang Komprehensif Pers." Dalam
undang-undang ini dijelaskan mengenai aktivitas media di Iran. Pada Pasal Pertama Bab I
Undang-undang Pers disebutkan bahwa media dalam undang-undang ini adalah surat kabar atau
buletin yang secara teratur diterbitkan dengan nama tetap, tanggal, nomor urut, dan aktif di
berbagai bidang pemberitaan, kritik, sosial, politik, ekonomi, pertanian, budaya, agama, ilimah,
teknis, militer, seni, olahraga dan bidang-bidang lainnya.

Pada Pasal Ketiga Bab III Undang-undang Media dan Hak-haknya disebutkan bahwa media
berhak untuk menulis dan menyampaikan pandangan, kritikan membangun, usulan dan deskripsi
tentang rakyat dan pejabat kepada masyarakat dengan tetap menjaga standar Islam dan maslahat
masyarakat. Dijelaskan pula bahwa kritik membangun harus disertai dengan alasan logis dan
menghindari cara-cara yang tidak benar seperti penghinaan dan pengrusakan nama baik.

Terdapat garis merah dan larangan dalam isu-isu sosial, budaya dan keamanan yang harus
diperhatikan oleh para pelaku pers dalam menjalankan aktivitasnya supaya tidak membahayakan
kepentingan nasional. Di setiap masyarakat dan negara tentunya terdapat masalah yang harus
dijaga, sebab jika hal itu tidak diperhatikan mungkin saja akan menimbulkan krisis dan
membahayakan keamanan nasional.

Hukum-hukum Islam telah dijalankan di Republik Islam Iran. Oleh sebab itu, salah satu poin
yang harus dijaga oleh media adalah menghormati dan menjaga kesucian Islam. Tema tersebut
tidak terbatas pada Republik Islam Iran saja, tetapi juga ditegaskan untuk menghormati
keyakinan setiap pemeluk agama di negara tersebut sebagaimana yang tercantum dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

Negara-negara Barat mengklaim sebagai pembela Deklarasi Universal HAM khususnya terkait
Islam, tetapi kenyataannya, mereka adalah salah satu pelanggar terbesar terhadap deklarasi
tersebut. Dalam kerangka kebijakan Islamphobia, negara-negara Barat mendukung setiap
individu atau gerakan pemikiran yang melecehkan Islam. Sementara Republik Islam Iran tidak
demikian. Negara tersebut akan melarang aktivitas apapun yang melecehkan kesucian Islam dan
kesucian agama-agama lainnya. Setiap aktivitas media yang menimbulkan perselisihan dan
konflik di antara masyarakat dan berbagai budaya, akan dilarang beraktivitas di Iran.
Dalam Undang-undang Komprehensif Media telah disinggung mengenai garis lingkup aktivitas
media. Dalam Bab IVdisebutkan, surat kabar dan buletin bebas dalam beraktivitas kecuali hal-
hal yang merusak prinsip dan ajaran Islam, dan hak-hak publik dan swasta seperti yang
dijelaskan dalam bab ini. Hal-hal yang dilarang diantaranya; publikasi tema-tema atheisme dan
tema-tema yang berseberangan dengan ajaran Islam, menyebarkan hal-hal yang membahayakan
dasar Republik Islam Iran, mempromosikan prostitusi dan keburukan lainnya, menerbitkan foto-
foto, gambar dan artikel yang bertentangan dengan moral publik, menyebarkan budaya boros dan
mubazir, menyulut konflik etnis dan sektarian, mendorong dan memprovokasi individu dan
kelompok untuk melakukan aksi-aksi yang merugikan keamanan, integritas dan kepentingan
Republik Islam Iran baik kepentingan internal maupun kepentingan luar, mempublikasi
dokumen, agenda dan masalah-masalah rahasia dan mengungkap rahasia Angkatan Bersenjata
Republik Islam Iran ke publik.

Tidak ada pejabat pemerintah dan swasta yang berhak menekan dan memaksa pers untuk
menerbitkan sebuah tema atau artikel tertentu atau menyensor dan mengontrolmedia. Tindak
lanjut dan pengadilan terhadap media yang melanggar undang-undang harus melalui mekanisme
khusus. Panel hakim yang terbentuk dari individu-individu dari tiga badan: legislatif, eksekutif
dan yudikatif dan perwakilan dari warga pers, Hauzah Ilmiah dan universitas akan menangani
pelanggaran pers. Banyak pembahasan mengenai hal itu, namun tidak kami sebutkan. Sebab,
ulasan ini hanya menyinggung singkat mengenai peran dan posisi media di Republik Islam Iran.
(IRIB Indonesia/RA/NA)
SISTEM PERS PALESTINA

Tulisan dibawah ini hanya sebagai informasi saja, bukan untuk mengajak untuk berbondong
bondong ke negara negara Timur Tengah untuk nonton TV. Paling tidak, dengan membaca
tulisan ini maka mata dan telinga kita bisa terbuka lebar bahwa di negara negara Arab juga
mengenal "Kebebasan Pers". Siaran TV ada yang baik, religius, pendidikan dan ada juga yang
menyiarkan hal hal yang "ngeres" , dimana TV "ngeres" seperti ini tidak akan bisa anda temui
secara bebas di tanah air. Manusia punya banyak kelebihan tetapi ada juga yang punya
kekurangan, sehingga dalam membuat siaran TV terlihat sekali minimnya cita rasa seni pada
umumnya TV Arab. Manusia juga punya hak untuk menyuarakan pikirannya meskipun
terkadang tidak bisa diterima oleh orang lain. Apa yang bagus menurut dirinya belum tentu
bagus untuk yang lain. Silahkan menyimak cerita tentang Kebebasan Pers sejati ala Timur
Tengah dan Afrika Utara dibawah ini.

Media cetak dan TV di Indonesia pernah geger saat Goyang Inul Darastita yang menjadi berita
besar di tanah air beberapa tahun lalu. Di Timur Tengah, goyangan ala Inul merupakan hal yang
lumrah dan bisa dilihat sehari hari melalui TV. Bahkan lebih seru dan bisa membuat nafas ngos
ngosan para pria karena bukan cuma goyang pinggul seperti Inul saja tetapi seluruh badan
digoyang dan pusarnya itu lho yang membuat pria tertarik. Ya, benar sekali Belly Dancing atau
sering kita kenal sebagai Tari Perut memang adalah tarian tradisional Arab yang sudah ada sejak
jaman Pra Islam dan tetap dilestarikan sampai saat ini di banyak negara Timur Tengah. Di Mesir,
Lebanon, UAE dan beberapa negara lain anda dengan mudah menyaksikan tarian erotis tersebut
tidak hanya di TV tetapi juga di pub atau tempat tertentu karena merupakan daya tarik buat turis.

Soal Kebebasan Pers, Indonesia nggak ada apa apanya dibanding negara negara di Timur
Tengah. Di Indonesia, Channel TV paling bisa dihitung dengan jari. Di Timur Tengah sampai
Afrika Utara, satu negara saja (dengan penduduk yang sangat sedikit sekali bila dibanding
penduduk Indonesia) bisa memiliki ratusan channel TV. Jumlah satelit yang beterbangan diatas
langit Timur Tengah dan Afrika Utara sangat banyak sekali sehingga kita bisa melihat semua
channel TV dari negara tetangga. Contohnya ARABSAT , NILESAT , HOTBIRD ,
EUTELSAT ,INTELSAT, ASIASAT , NOORSAT ,TELESTAR , EUROBIRD ,
GALAXi25 , OPTUS dan lain lain. Mulai siaran TV dari Marocco, Tunisia, Algeria, Libya,
Mesir di Afrika Utara sampai Lebanon, Palestine, Israel, Syria, Irak, Turki, Sudan, Saudi, UAE,
Kuwait. Oman dan Qatar di Timur Tengah. Tidak benar sama sekali bahwa penyiar TV di negara
negara Arab selalu berkerudung dan berabaya hitam. Yang seronok luar biasa banyak.
SISTEM PERS BRAZIL

Pemulihan demokrasi, kebebasan sipil dan supremasi hukum juga sangat mempengaruhi pers di
1980-an. Pada 1990-an, surat kabar dan wartawan memainkan peran yang sangat penting dalam
mencela dan masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, tunawisma dan korupsi politik.

Kantor Pers Royal dicetak surat kabar Brasil pertama, Gazeta do Rio de Janeiro, pada 10
September 1808. Yang pertama kali Gazeta mingguan, dan kemudian surat kabar harian. Surat
kabar itu menjabat hanya sebagai juru bicara resmi untuk keluarga kerajaan, berita penerbitan
dari Eropa dan tindakan resmi pemerintah.

Salah satu surat kabar berpengaruh Brasil pertama, Brasiliense Correio. Pendirinya, Hiplito da
Costa, dibenarkan pilihan pencetakan kertas di luar negeri dengan mengingatkan kritikus lokal
dari sensor Portugis sengit, dan risiko yang akan mengancam editor yang berani mengkritik Raja.
Meskipun Correio 's edisi pertama diterbitkan pada 1 Juni, 1808, tiga bulan sebelum Gazeta
pertama kali muncul, yang terakhir masih dianggap oleh kebanyakan sejarawan koran Brasil
pertama.

Pada 1964, kondisi pers Brazil tidak berbeda dengan kondisi pers Indonesia pada masa orde
baru. Pemerintah dan militer mendominasi dan mengatur penyiaran pers. Mulut para jurnalis
tidak dapat bebas berkicau dan tangan mereka juga tidak bebas menari diatas media. Penjara dan
hukuman pidana menjadi halangan bagi para jurnalis untuk mendapatkan kebebasan. Segala
pemberitaan yang dibuat adalah perpanjangan mulut dari pemerintah dan militer.

Pada 1986, ke-otoriteran militer berakhir. Bukan hanya pemerintah yang lega, begitu pun media
massa seakan seperti burung yang terbang sesuka hatinya. Sensor terhadap media ditiadakan.
Dan ini berlangsung hingga Mei 2009 lalu. Selama 23 tahun, media massa di Brasil bebas dalam
penyebaran informasinya.

Presiden Joseph Sarney adalah seseorang yang telah merubah sistem pers di Barsil dari
kediktatoran militer hingga menjadi demokrasi (bebas).

Kebebasan terhadap pers adalah yang paling utama di negara ini. Menurut Wakil Duta Besar
Brasil di Indonesia Cesar De Paula Cidade, media massa di Brasil bebas dalam memberitakan
apapun. Pemerintah tidak berhak menutup atau membredel sebuah media cetak atau elektronik
jika keterlaluan dalam pemberitaannya. Setiap media mempunyai pakem di diri sendiri.

Seperti yang sudah dijelaskan, Brasil tidak memiliki larangan apa pun untuk media cetak atau
elektronik. Contoh kebebasannya adalah menyiarkan film-film yang seharusnya ditonton oleh
umur 17 tahun ke atas. Namun, disiarkan pada siang hari yang kebanyakan anak-anak dibawah
umur dapat menyaksikannya.

Tidak ada istilah watch dog di Brasil, menurut Cesar, they have own watchdog temself. Sama
dengan media di Indonesia, media di Brasil juga ada konglomerasinya.

Brasil kurang lebih memiliki 465 surat kabar harian, 2020 surat kabar non-harian, 138 stasiun
televisi, dan 1822 satisiun radio. Dari semua itu, masyarakat Brasil lebih sering menonton
televisi dan mengakses internet.
Banyak media massa di Brasil, juga banyak macam segmentasi media cetak dan media
eletroniknya. Seperti ada surat kabar yang menganut komunis. Intinya setiap media massa di
Brasil memiliki orientasi yang berbeda.

Pemerintah Brasil pun memiliki medianya sendiri. Pemerintah Brasil memiliki koran yang
khusus untuk pemerintah yang bernama National Press. Koran tersebut juga dapat di akses
rakyat Barsil melalui Internet. Dan juga memiliki stasiun radio yang ada jam khususnya. Jam
khusus disini maksudnya adalah jika pemerintah ingin menyebarkan pengumuman untuk rakyat
Brasil. Stasiun radio ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Dua lembaga pers Brasil memainkan peran yang sangat penting dalam transisi ke pemerintahan
demokratis pada 1970-an-Asosiasi Press Brasil (Associacao Brasileira de Imprensa-ABI) dan
Federasi Jurnalis Nasional (Federao Nacional dos Jornalistas-FENAJ).Mantan wartawan tidak
hanya berkumpul, tetapi juga editor, penerbit dan pemilik surat kabar, sedangkan yang kedua
adalah organisasi profesional yang paling penting bagi para jurnalis di negeri ini.
Sebagian besar media massa di Brasil adalah milik swasta dan ada subsidi pemerintah tidak ada
untuk perusahaan media, kecuali untuk radio pendidikan dan TV-biasanya satu perusahaan
penyiaran publik di setiap negara memiliki dan mengoperasikan televisi pendidikan dan stasiun
radio. Kode Telekomunikasi tahun 1997 menciptakan sebuah agen federal yang mengawasi
proses pemberian lisensi kepada perusahaan-perusahaan telekomunikasi di negara ini.
Jika mempertanyakan, sistem pers apakah yang dianut oleh negara Brasil? Jawabannya adalah
tidak tahu. Sebab, masalah ini diperbicangkan di parlemen atau pemerintah. Hingga 2010 kini,
Brasil belum menetapkan sistem pers apa yang mereka anut. Mereka masih membuat perencaan
yang baru untuk pers brasil yang lebih baik.
SISTEM PERS UKARINA

Sebuah kelompok HAM internasional mengkritik Ukraina telah membatasi


kebebasan pers.
Pada Kamis (21/5/14), Human Rights Watch (HRW) mendesak pemerintah Ukraina
untuk membebaskan wartawan asing yang ditahan di Ukraina.
"Kami sangat khawatir akan nasib ketiga wartawan itu," kata Rachel Denber, wakil
direktur HRW untuk Eropa dan Asia Tengah.
Kelompok HAM itu lebih lanjut meminta Kiev membuat pernyataan publik tentang
dasar hukum penahanan ketiga jurnalis tersebut.
"Menahan wartawan dan kemudian gagal menginformasikan apa yang terjadi pada
mereka ...merupakan pelanggaran serius yang harus berakhir, " kata Denber.
Tiga wartawan itu ditangkap oleh pasukan Ukraina pekan lalu dengan tuduhan
bekerja untuk kelompok-kelompok bersenjata anti Kiev di timur negara itu.
wartawan asal Inggris kemudian dibebaskan.Tapi nasib dua wartawan asal Rusia
masih belum diketahui.
Moskow dan Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) meminta Kiev
segera membebaskan warganya.
Krisis meletus di Ukraina November tahun lalu ketika presiden Viktor Yanukovych
menolak menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa. [IT/r]
SISTEM PERS RUSIA

Kehidupan pers pada umumnya di negara komunisme. Bertolak bahwa


kepemilikan atas saran-sarana produksi dan distribusi berada di bawah
kekuasaan negara, maka pers di negara komunis dimiliki sepenuhnya oleh
pemerintah, tidak ada kepemilikan oleh perorangan atau swasta. Pemerintah
dan partai komunis menggunakan pers sebagai alat untuk mencapai tujuan-
tujuannya, yaitu sebgai instrumen yang terintegrasi dengan kekuasaan
pemerintah dan partai untuk kegiatan propaganda dan digital.
Heinz Ditriech Fisher dan John. C. Merril, dalam buku International
Communication yang dikutip oleh E. Rachmadi, menyatakan
membicarakan sistem pers Uni Soviet (Rusia), tidak dapat terlepas dari tiga
nama tokoh yang meletakkan dasar sistem pers Soviet. Mereka adalah
Lenin,Stalin, dan Stalin adalah orang yang menerapkan ajaran Lenin. Stalin
adalah yang pribadi membuat lembaga sensor, penekanan-penekanan, dan
sebagainya , sedangkan Khushchev lebih menyadari bahwa pers itu
ternyata dapat juga menjadi forum pertukaran pendapat.
Secara ringkas, fungsi pers dibekas negara Uni Soviet (rusia) seperti yang
ditulis oleh F. Rachmadi, adalah sebagai berikut:
Pres adalah sebagai propaganda, agitator, dan organisator kolektif.

1. Pers merupakan tempat pendidikan kader-kader komunis dikalangan


massa.
2. Pers bertugas sebagai lembaga yang memobilitasi dan mengorganisir
massa untuk pengembangan ekonomi.

3. Pers menerapkan dan meyiapkan semua dekrit, keputusan, instruksi


yang dikeluarkan oleh Komite Sentral Partai maupun oleh
Pemerintahan Rusia serta bahan publikasi lain dari pemerintahan.

4. Pers berfungsi sebagai alat untuk melakukan kontrol dan kritik.

Sesuai dengan fungsi dan peranan pers di rusia, mereka tidak


mementingkan pemberitaan, karena badan sensor tidak akan memberikan
izin untuk memeberitakan kejadian-kejadian penting yang tidak dikehendaki,
serta menghindari pemeberitaan-pemberitaan tentang hak asasi manusia.

SISTEM PERS ARAB


Ada perlakuan tidak adil, media Barat begitu dimanja, sedangkan media Arab sangat sengsara

Hidayatullah.com--Federasi Jurnalis Arab melihat bahwa pers di kebanyakan negara Arab


menderita dengan dibatasinya kebebasan berpendapat. Banyak wartawan yang kehilangan
kebebasan mereka. Bahkan telah banyak surat kabar yang dilarang terbit, wartawan ditangkap,
serta siaran kantor berita dihentikan aktivitasnya di beberapa negara Arab. Demikian dilansir Al-
Jazeera.net (20/5).

Selain itu, perdebatan antara pemerintah Arab dan media juga sangat terbatas sekali di media-
media Arab. Padahal media di Barat seringkali mengkritik beberapa negara Arab, akan tetapi
tidak ada satu negara Arab pun yang berani mencegahnya, apalagi menutup media Barat tersebut.

Para jurnalis tersebut menilai adanya ketakutan negara-negara Arab terhadap Barat, sehingga
media Barat dibiarkan bebas melakukan apapun, termasuk mengkritik Arab sendiri.

Terbukti Yordania tidak berhasil mencegah BBC untuk menerbitkan sebuah film dokumenter
tentang prostitusi di Yordania. Padahal menurut surat kabar Al-Quds Al-Arabiya, fenomena
prostitusi itu belum begitu muncul di tengah masyarakat Yordania.

Tambahnya lagi, jika diteliti lebih dalam di beberapa negara Arab, terdapat diskriminasi antara
media Arab dan Barat. Media Barat seringkali diperlakukan dengan penuh toleransi, sedangkan
media Arab sebaliknya, diperlakukan dengan kejam dan tidak ada toleransi sama sekali.

Beberapa waktu lalu Bahrain mengeluarkan keputusan untuk membekukan kerja Al-Jazeera di
wilayahnya. Dan ternyata perlakuan seperti ini sudah biasa diterima Al-Jazeera di beberapa
negara Arab lainnya.

Pimpinan Umum surat kabar Al-Quds Al-Arabiya, Abdul Bari Atwan dalam sebuah wawancara
via telepon dengan Al-Jazeera.net mengatakan bahwa negara Arab tidak berani untuk menutup
media Barat karena takut akan timbulnya masalah yang serius dengan Barat.
[sadz/jzr/www.hidayatullah.com]
SISTEM PERS TIMOR LESTE

Timor Timur merupakan suatu wilayah yang memiliki luas kurang lebih
14.609km. Negara ini pun dikenal sebagai Negara yang memiliki keyakinan
khatolik yang kuat. Timor Leste meruapakan suatau wilayah yang terdiri dari
berbagai kelompok etnis, dengan budaya dan bahasa yang berbeda antar
satu dengan yang lain, sehingga kadang-kadang masyarakatnya tidak saling
memahami. Terdiri dari 16 bahasa bagi penutur monolinggual dan masing-
masing bahasa merupakan jenis bahasa yang saling tidak terpahami
(mutually unztellgible).
Teori yang digunakan pada penjelasan sistem media di Timor Leste yaitu:
Teori Otoritarian
Teori pers ini tunduk pada kekuasaan pemerintah atau kepentingan kelas
penguasa. Tidak adanya kebebasan pada media maupun pers untuk
mengeluarkan ataupun menggunakan pendapat.
Teori Liberalisme
dalam teori ini menjelaskan bahwa negara yang menganut sistem ini
membebaskan pers dan media menggunakan atau mengeluarkan
pendapatnya.

Sistem Media Massa di Timor Leste:


Pada masa Pemerintahan Indonesia.
Sistem media di Timor timur di kenal otoriter. Karena semenjak Timor Timur
masih menjadi bagian Indonesia pada jaman Presiden soeharto, pers yang
ada di kuasai oleh pemerintah. Sehingga tidak ada kebebasan pers.
Setelah lepas dari Indonesia:
sistem media massa yang dianut sekarang adalah liberalisme. Hal ini dapat
dilihat dari UU pasal 41 mengenai kebebasan pers dan media massa. Disitu
dijelaskan Negara menjamin akan kebebasan pers dan media massa dalam
menggunakan pendapatnya. Dan melarang adanya monopoli media bagi
pemegang kekuasaan.

Hubungan pemerintah dengan media:


dilihat dari UU no 41 mengenai kebebasan pers dan media massa,
pemerintah mendukung pers dan media massa dalam menggunakan
pendapatnya dan melarang adanya monopoli media bagi pemegang
kekuasaan. Negara menjamin kebebasan dan kemandirian media umum dari
kekuasan politik dan ekonomi.
SISTEM PERS NEGARA IRLANIDA

Pada zaman kolonialisasi inggris di Irlandia masyarakat irish diatur dan diarahkan
sudut pandang sosialnya ke arah cara pandang Absolutisme dimana penguasa
merupakan ekspresi manusia tertinggi dan individu hanya merupakan sub-ordinat
yang harus tunduk pada penguasa. Namun sejalan perkembangan zaman dan
lepasnya Irlandia dari penjajahan inggris,pemikiran masyarakatnya pun mulai
berkembang menjadi masyarakat yang rasionalisme yang mempunyai
sudutpandang bahwa manusia merupakan individu yang bisa berdiri sendiri
sedangkan Negara hanya sebagai fasilitator dari hasil kreasi manusia. Maka filsafat
sosial rasionalisme telah menjadi postulat dasar Irlandia sampai sekarang ini.
Sistem Sosial dan Politik Pemerintahan Irlandia
Berangkat dari perkembangan filsafat rasionalisme , sistem sosial di Negara Irlandia
terbentuk menjadi suatu sistem yang liberalis , hal ini berdasarkan atas sistem
pemerintahan yang berbentuk demokrasi parlementer , dengan tampuk
kepemimpinan dipegang oleh seorang perdana menteri dan seorang presiden.
penyelenggaraan pemerintahan harian dipimpin oleh Perdana Menteri yang dibantu
oleh 15 menteri dan 17 menteri negara, sedangkan presiden hanya menjalankan
fungsi seremonial seperti mengangkat atau membubarkan Dail Eireann,
menandatangani suatu RUU setelah mendapat persetujuan parlemen, dan
mengajukan RUU tersebut kepada MA untuk mendapatkan pengesyahan. Ketika
menjelma menjadi negara merdeka pada tahun 1922, Republik Irlandia mewarisi
aparat administratif dan beberapa institusi pemerintah dari Inggris. Pemerintah
Inggris juga telah berusaha keras untuk membenahi aspek organisasi dan staf
pemerintah. Tetapi, era setelah kemerdekaan merupakan era yang penuh
perubahan. Dari aspek konstitusi,Irlandia pernah memiliki 3 konstitusi sepanjang
sejarahnya, yakni Konstitusi Tahun 1919, Tahun 1922 dan terakhir Tahun 1937
sebelum munculnya sebuah Undang-Undang Tahun 1948 yang memformalkan
Irlandia sebagai sebuah Republik. Dalam Undang-Undang baru yang dikenal dengan
Bunreacht na hEireann itu diatur beberapa hal berikut:
1. Negara Irlandia adalah sebuah Republik berdaulat yang dipimpin oleh
seorang kepala Negara yang dipilih tetapi tidak menjalankan kekuasaan
eksekutif;
2. Negara yang berbentuk kesatuan di mana parlemen merupakan lembaga
pembuat UU tertinggi namun selalu tunduk pada Konstitusi;
3. Adanya asas pemisahan kekuasaan atas eksekutif, legislatif, dan yudikatif
dengan fungsi yang terbatas dan saling berbeda;
4. Sistem Bikameral, yang terdiri dari Oireachtas (yang terdiri dari Majelis Tinggi
Seanad Eireann, dan Dail Eireann) bersama Presiden;
5. Pemerintah, yang bertugas menjalankan fungsi eksekutif berdasarkan
konstitusi dan hukum; dan
6. Sistem peradilan yang independen yang menjalankan kekuasaan peradilan
yang dilengkapi oleh sebuah Mahkamah Agung.
Masalah keterbukaan/transparansi, kerahasiaan, dan akuntabilitas menjadi hal-
hal penting lain yang harus diperhatikan dalam proses penyelenggaraan
pemerintah di Irlandia. Dalam kerangka itu, Pemerintah telah mengeluarkan
kebijakan baru yang dikenal sebagai Freedom of Information Act pada tahun
1997. Kebijakan ini telah membuka akses publik terhadap semua dokumen, file atau
laporan pemerintah yang membalikkan secara total prinsip kerahasiaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Batasan akses hanya berlaku untuk informasi yang
memiliki tingkat spesifikasi tinggi untuk menjamin kepentingan publik dan hak atas
privasi. UU tersebut telah secara signifikan memperbaiki kualitas pembuatan
kebijakan serta laporan. Peran pelayan publik juga semakin transparan dengan
diintroduksinya UU itu.
Praktek Media Massa Irlandia
Irlandia mendapat pengaruh yang sangat besar dari dan terlibat sepenuhnya
dalam proses globalisasi, terutama sejak bergabungnya negara tersebut ke dalam
Uni Eropa. Begitupula dengan proses penyaluran informasi pada ini, globalisasi
digambarkan sebagai pisau bermata dua yang harus digunakan secara bijaksana
agar tidak berdampak negatif .kebijakan Freedom of Information Act
memberikan jalur penuh kepada media massa di Irlandia untuk mengontrol
kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah. Namun pada
kenyataannya, mewarisi sistem media massa yang diterapkan oleh Inggris,
pemerintah Irlandia dalam hal ini sedikit memberikan filter kepada media massa.
Pemerintah irlandia berperan sangat aktif untuk merumuskan kebijakan nasional,
misalnya, yang berkaitan dengan upah dan kondisi para buruh. Sekali lagi,
perkembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari pengalaman sejarah di bawah
penjajahan Inggris yang kemudian melahirkan komitmen yang kuat terhadap
pemerintahan parlementer, munculnya kesadaran kolektif akan pentingnya
identitas nasional, serta administrasi publik yang terpusat. Bahkan apa yang terjadi
di Inggris masih dijadikan barometer (benchmark) untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan sebuah kebijakan publik yang diambil pemerintah Irlandia. Begitupula
dengan sistem persnya, Inggris menjadi Negara acuan para jurnalis Irlandia dalam
menulis berita. Teori pers libertarian begitu berkembang pesat di inggris, secara
otomatis irlandia mendapat pengaruh atas hal tersebut. Banyak media-media
bermunculan didasarkan pada keinginan untuk melayani kepentingan publik,
sebagai contoh adalah Irish independent yang sering membahas laporan keuangan
dari para pejabat irish demi menjalankan undang-undang tentang akuntabilitas dan
transparansi atau sering disebut dengan The Ethics Of Public Officer Act.media
dengan bebas masuk ke dalam wilayah kebijakan pemerintah pun mendapat
kritikan dari pengamat media .pemerintah berencana untuk mengurangi media
akses ke informasi pemerintah telah dikritik, karena ada rencana untuk
memperkenalkan wajib Dewan Pers untuk mengatur media melakukan campur
tangan kebijakan. Dewan yang diusulkan akan bertindak sebagai badan hukum
yang akan menangani pengaduan terhadap pers, yang memungkinkan pengadilan
untuk mengambil negatif melihat surat kabar yang menolak untuk berpartisipasi
dalam sidang.
Pada sistem pemerintahan mengenai daerah yang terbagi menjadi 26 county
(provinsi) di Negara ini dikenal dengan otonomi daerah yang masing-masing
memiliki kebijakan otonomi tersendiri, salah satunya Carlow county yang memiliki
media bernama Carlow Nationalist . media ini lebih menekankan kontrol pemerintah
daerah dalam masalah korupsi. Media ini merupakan wadah yang dibentuk oleh
masyarakat lokal guna membangun pemerintahan yang bersih dan jujur. Media
Carlow Nationalist juga menjadi embrio bermunculannya media-media independent
di Irlandia.

SISTEM PERS AFGHANISTAN

Rakyat Afghanistan membuat dunia tercengang dengan partisipasi luas mereka dalam pemilu
Presiden ketiga dan dewan provinsi di negara itu. Mereka membuktikan diri telah sampai pada
tahap tertentu dari kematangan berpolitik demi membangun Afghanistan yang maju dan bebas.
Mereka tak gentar terhadap ancaman-ancaman musuh dan dengan penuh antusias mendatangi
tempat-tempat pemungutan suara untuk kemajuan negara. Utusan Khusus PBB untuk Urusan
Afghanistan memuji keberanian warga dalam memberikan hak suaranya meskipun ada intimidasi
dari militan Taliban. Jan Kubis memuji besarnya jumlah pemilih Afghanistan meskipun ada
ancaman dan intimidasi dari militan.

Sekjen PBB Ban Ki-moon, Ahad (6/4) mengucapkan selamat kepada rakyat Afghanistan atas
pemilu Presiden dan dewan provinsi yang bersejarah. Dia menyebut prestasi itu sebagai langkah
maju dalam transisi pertama kekuasaan secara demokratis di Afghanistan. Menurut Ban, jutaan
laki-laki dan perempuan yang memberikan suara mereka adalah bukti keberanian dan komitmen
rakyat Afghanistan untuk melaksanakan hak-hak mereka dan membentuk masa depan mereka.
Sekjen PBB menegaskan rakyat Afghanistan telah menerjang ancaman dan intimidasi untuk
menggunakan hak pilihnya, dan dengan berbuat demikian, mereka telah mengirim pesan yang
kuat bahwa pelaku kekerasan tidak bisa menang.

Sebelumnya, Taliban mengancam akan mensabotase proses pemilu Presiden Afghanistan.


Kelompok militan ini menolak pemilu sebagai konspirasi asing dan mendesak para petempur
mereka untuk menyerang staf TPS, pemilih dan pasukan keamanan. Akan tetapi pada
kenyataannya, hampir 60 persen dari 12 juta pemilih menggunakan hak pilihnya untuk memilih
Presiden Afghanistan itu. Pilpres ini menjadi momentum penentu proses transfer kekuasaan yang
demokratis.

Delapan kandidat dari beragam latar belakang, bersaing dalam pemilu. Namun, tiga calon
diperkirakan akan mendulang suara terbanyak. Mereka yang digadang-gadang menjadi kandidat
terkuat yakni capres Ashraf Ghani Ahmadzai, Abdullah Abdullah dan Zalmai Rassoul. Sejumlah
analis memprediksi akan digelar pemilu putaran kedua pada 28 Mei mendatang jika tidak ada
kandidat peraih 50 persen lebih suara.

Menurut para pengamat politik, pilpres Afghanistan memiliki beberapa keistimewaan dibanding
dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Pertama, tanggung jawab penuh pelaksanaan pesta
demokrasi itu berada di tangan pemerintah Kabul dan lembaga-lembaga keamanan Afghanistan.
Dengan kata lain, pasukan keamanan Afghanistan untuk pertama kalinya membuktikan
kemampuan mereka untuk menyelenggarakan pemilu dengan sukses. Kementerian Dalam Negeri
Afghanistan juga mendapat banyak pujian dari dunia internasional setelah sukses menggelar
pemilu dengan merangkul para pejabat di provinsi dan daerah.

Seorang pakar masalah Afghanistan, Hossein Fadel Sangcharki mengatakan, pilpres 5 April
sangat penting dan menentukan untuk rakyat Afghanistan, sebab dilaksanakan oleh rakyat
Afghanistan sendiri dan tidak melibatkan pasukan asing dalam menciptakan stabilitas keamanan.
Keistimewaan kedua pilpres Afghanistan adalah partisipasi luas kaum perempuan. Sekjen PBB
menyebut fenomena itu sebagai langkah maju bagi perempuan Afghanistan dalam memposisikan
diri mereka di tempat yang layak di tengah masyarakat dan memiliki suara dalam menentukan
masa depan negara mereka atas dasar kesetaraan dengan laki-laki Afghan.

Ketua Dewan Pers Nasional Afghanistan, Abdul Hamid Mubariz menilai peran pemuda dan
perempuan sangat dominan dalam pilpres ini. Dia mengatakan bahwa 65 persen populasi rakyat
Afghanistan dibentuk oleh pemuda di bawah 30 tahun, dan sekarang perempuan terlibat aktif di
banyak ranah politik dan sosial. Keistimewaan ketiga pilpres Afghanistan adalah kekerasan dan
serangan terorisme selama masa kampanye para kandidat dapat ditekan hingga ke titik terendah.
Ini adalah bukti kemampuan pemerintah Kabul dalam menjamin keamanan kampanye dan juga
kapasitas para kandidat yang menyuarakan slogan-slogan nasional dan menghindari syiar-syiar
kesukuan.

Keistimewaan keempat pilpres 5 April adalah peran efektif media-media Afghanistan dalam
memberi pencerahan kepada masyarakat. Pemilu 5 April menunjukkan bahwa media-media
Afghanistan berhasil memainkan perannya dalam memberikan wawasan kepada masyarakat,
terutama generasi muda. Para pengamat politik mengatakan, terlepas dari siapa yang akan
memenangi kontes demokrasi itu, pelaksanaan sukses piplres Afganistan mengirim sejumlah
pesan pada tingkat nasional, regional, dan internasional.

Mengenai pesan-pesan tersebut, rakyat Afghanistan dengan partisipasi luasnya dalam pemilu
menunjukkan bahwa mereka telah mencapai kematangan berpolitik dan ingin dilibatkan dalam
menentukan masa depan negara mereka. Rakyat Afghanistan mulai memahami bahwa suara dan
peran mereka sangat menentukan masa depan negara.

Rakyat Afghanistan menegaskan bahwa dalam proses transisi kekuasaan, mereka menginginkan
sistem yang demokratis dan pemilu, dan bukan kekerasan atau senjata. Ini adalah untuk pertama
kalinya kekuasaan di Afghanistan ditransfer secara damai dan melalui proses pemilu setelah
kepemimpinan Presiden Hamid Karzai. Pemilu kali ini merupakan titik balik dalam sejarah
politik Afghanistan untuk mentrasnfer kekuasaan secara damai. Rakyat Afghanistan berharap
bahwa pemimpin yang akan terpilih nanti mampu menjawab semua tuntutan sah mereka.

Salah satu pesan penting pilpres Afghanistan adalah "Tidak" untuk kelompok-kelompok militan
dan penebar teror. Taliban beranggapan bahwa ancaman akan menghalangi masyarakat untuk
mendatangi tempat-tempat pemungutan suara. Namun pada kenyataannya, rakyat Afghanistan
mendesak diakhirinya kekerasan dan teror. Mereka menginginkan perdamaian abadi sehingga
generasi mendatang Afghanistan dapat hidup tenang dan damai. Sebagian besar warga
Afghanistan yang mendatangi TPS tidak khawatir dengan ancaman Taliban. "Saya tidak khawatir
dengan ancaman Taliban. Kita bisa mati kapan saja dan di mana saja. Saya ingin memberikan
suara untuk meninju muka Taliban," kata seorang ibu rumah tangga, Laila Neyazi, kepada AFP.
Rakyat Afghanistan telah memberikan jawaban terbaik terhadap ancaman-ancaman Taliban.
Mereka menilai bahwa parsitipasi politik merupakan satu-satunya solusi untuk kehidupan
berpolitik di Afghanistan, dan bukan militansi atau terorisme. Ketua Komisi Pemilu Independen
(IEC) Afghanistan, Ahmad Yousuf Nouristani mengatakan, pemilu ini merupakan pesan yang
jelas kepada musuh-musuh Afghanistan. Dengan penentuan kehormatan rakyat Afghanistan, para
musuh itu terkalahkan. Selain peningkatan keamanan, kesuksesan pemilu itu juga disebabkan
tidak adanya serangan brutal yang dilakukan Taliban.

Selama kepemimpinan Taliban, perempuan Afghanistan tidak memiliki hak untuk terlibat dalam
urusan negara dan publik. Mereka dikekang dari berbagai sisi dengan alasan menjaga tradisi
Afghanistan dan menjalankan ajaran agama. Akan tetapi, sekarang mereka menikmati kekebasan
untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan dan independensi negara. Pilpres Afghanistan
juga menegaskan kemampuan pemerintah dalam menjamin kesuksesan pelaksanaan pesta
demokrasi terbesar di negara itu.

Singkat kata, sambutan luas masyarakat internasional terhadap kesukesan pemilu Afghanistan
dapat membuka sebuah fase baru dalam sejarah politik di negara itu. Masalah ini diharapkan
akan meningkatkan kepercayaan para pemimpin regional dan internasional untuk menyelesaikan
krsisi yang dihadapi Afghanistan. Rakyat Afghanistan juga berharap bahwa pasukan pendudukan
tidak lagi mendukung kelompok Taliban dan mengizinkan masyarakat untuk mengatur masa
depan negara mereka. (IRIB Indonesia)
SISTEM PERS MYANMAR

Perubahan politik di Myanmar membawa suasana baru bagi media. Kebanyakan


jurnalis menyambut perubahan ini, tapi mereka mengaku masih harus banyak
belajar.

Pagi hari para penjual menjajakan koran mereka di pinggir jalan. Foto Aung San Suu Kyi yang
sedang tersenyum terpampang di halaman utama. Yang jadi berita utama hari itu adalah
kemungkinan mundurnya Presiden Thein Sein. Selain itu ada berita tentang kerusuhan di
pertambangan Letpadaung, dan tentang kerusuhan yang terjadi terhadap kelompok minoritas
Rohingya.

Harian "The Voice juga membahas secara mendalam keuntungan dan kerugian sebuah sistem
negara federasi. Tema ini setahun yang lalu masih sulit dibayangkan bisa muncul di media.
Sekarang, hampir setiap media memberitakan tentang kegiatan pimpinan oposisi Aung San Suu
Kyi. Tapi besarnya foto di halaman utama masih dibatasi, yaitu sekitar 7x12 sentimeter.

Koran di Myanmar baru bisa terbit setiap hari mulai 1 April 2013. Sebelumnya koran hanya
diijinkan terbit seminggu sekali, karena lebih dulu harus diperiksa oleh lembaga sensor. Mulai
Agustus 2012 lembaga sensor ini dihapus.
Angin Keterbukaan

Organisasi Reporter Tanpa Batas (RSF) baru-baru ini menyebutkan, angin kebebasan mulai
berhembus di Myanmar. Wakil Pemimpin Redaksi The Voice, Zeya Thu mengaku gembira
dengan reformasi di bidang pers. Pada awalnya saya kurang optimis. Saya menduga sensor
masih akan berlangsung dua sampai tiga tahun. Tapi sensor tiba-tiba menghilang.

Kepada Deutsche Welle, Zeya Thu menceritakan kegiatan medianya setelah reformasi. Pada
awal reformasi The Voice menerbitkan artikel tentang korupsi. Waktu itu pemerintah langsung
mengritik. Tapi makin lama lembaga sensor makin lemah. Sekarang makin banyak jurnalis yang
menulis tentang korupsi.

Tema-tema lain yang dulu tabu, sekarang bisa diangkat ke publik. Misalnya isu tentang militer,
pelanggaran hak asasi manusia dan konflik dengan kelompok etnis. Sekarang semua itu sudah
bisa dibahas secara terbuka. Zeya Thu menyimpulkan: Kami bebas menulis apa yang ada dalam
pikiran kami.

Tapi Reporter Tanpa Batas masih mengritik situasi pers di Myanmar. Sampai saat ini, belum ada
undang-undang yang menjamin kebebasan pers dan melindungi pekerjaan jurnalis. Semua
undang-undang yang membatasi kebebasan berpendapat masih berlaku. Reporter Tanpa Batas
memperkirakan, belum ada UU Pers yang baru sampai akhir tahun 2013. Organisasi ini
menuntut, semua UU yang membatasi kebebasan pers harus dihapuskan.

Media Harus Profesional

Kementerian Dalam negeri Myanmar sudah menghapus lembaga sensor, tapi mengeluarkan
beberapa kode etik yang bertolak belakang. Misalnya: Jangan mengomentari kerja pemerintah
secara negatif. Di bagian lain tertulis: Kalau ada artikel kritis tentang pemerintah, harus ada
sumber dan bukti yang bisa dipercaya.

Zeya Thu mengakui, banyak jurnalis di Myanmar yang masih harus memahami cara kerja media.
Para jurnalis harus menjadi profesional dan menambah pengetahuan. Yang penting adalah
tanggung jawab sosial dari profesi ini.

Masyarakat dan pemerintah masih harus belajar bergaul dengan pers yang bebas, setelah puluhan
tahun ada sensor. Masyarakat harus mengembangkan kesadaran tentang media. Pemerintah
harus belajar memahami, apa tugas dan peran media dalam masyarakat, kata Zeya Thu
SISTEM PERS NEGARA MEXICO

PRI sendiri merupakan barisan dari sebagian pemberontak yang menginginkan


keadilan politik. Pada Juli 2000, kekuasaan PRI tumbang melalui pemilu yang bebas.
PRI ditumbangkan oleh Partai Aksi Nasional (PAN) dibawah pimpinan Vicente Fox
Quesada. Pada tahun 2006, calon presiden yang diusung oleh PAN, Felipe Caldern
Hinojosa berhasil memenangi Pemilu Presiden Meksiko setelah mengalahkan
kandidat dari Partai Revolusi Demokrat (PRD) yang bernama Andrs Manuel Lpez
Obrador.
Undang-undang dan Hukum Pers Meksiko

Pers Meksiko sendiri sebenarnya diatur dalam Undang-undang Meksiko atau dalam
bahasa spanyol Constitucin Poltica de los Estados Unidos Mexicanos. Di dalamnya
terdapat dua artikel yang menyangkut kebebasan pers. Kedua artikel tersebut
adalah artikel enam dan artikel tujuh pada Judul satu di Bagian satu: Jaminan
Individual.
Pada artikel 6 disebutkan bahwa mengekspresikan ide tidak akan dikenakan
penyelidikan yudisial atau administratif, kecuali menyinggung moral baik,
melanggar hak orang lain, menghasut kejahatan, atau mengganggu ketertiban
umum. Artikel ini membahas tentang kebebasan berbicara, yang tentunya berkaitan
dengan kebebasan pers.
Pada artikel 7 disebutkan bahwa kebebasan menulis dan mempublikasikan tulisan-
tulisan pada subjek apapun tidak dapat diganggu gugat. Tidak ada hukum atau
otoritas yang dapat melakukan sensor, meminta obligasi dari penulis atau
pencetak, atau membatasi kebebasan cetak, yang harus dibatasi hanya karena
menghormati kehidupan pribadi, moral, dan perdamaian masyarakat. Dalam situasi
mungkin sebuah percetakan akan disita sebagai instrumen pelanggaran.
Namun pada kenyataannya, kegiatan pers di Meksiko tidaklah sebebas itu. Di dunia
nyata, pers terkesan ditekan dan tidak bisa bebas berekspresi atau pun mengulik
suatu berita. Pemerintah dan mafia di sana begitu ketat melindungi kepentingan
mereka sendiri. Jurnalis tidak boleh membahas atau mencari informasi tentang hal-
hal tertentu yang dianggap bisa merusak citra pemerintah dan kartel di hadapan
publik. Maka dari itu pers Meksiko seringkali melakukan sensor diri agar bisa
terhindar dari bahaya.
Kartel Narkoba
Itu merupakan salah satu dari banyak kasus pembunuhan jurnalis yang sangat keji.
Hal itu menunjukkan bahwa Meksiko memang sebuah negara yang otoriter dan bisa
dibilang belum merdeka. Karena merdeka artinya adalah bebas berpendapat.
Namun di Meksiko, jurnalis saja tidak bisa bebas mengemukakan pendapatnya.
Korupsi di mana-mana. Rakyat dikecam oleh mafia. Tidak ada hal yang
menunjukkan kemandirian di situ. Maka dari itu, seharusnya sudah ada tindakan
khusus dari internasional untuk membantu masalah Meksiko ini. Karena sudah
terlalu banyak jurnalis yang luar biasa harus terbunuh karena mereka hanya ingin
bebas berbicara.
Akibat kejadian ini, lebih dari 500 orang, termasuk wartawan terkemuka, seniman,
dan penulis, telah menandatangani surat kepada Presiden Meksiko Enrique Pena
Nieto untuk menuntut keadilan cepat dalam kasus ini dan meninjau ulang
perlindungan media di Meksiko. Penandatanganan termasuk dilakukan oleh aktor
Meksiko Gael Garcia Bernal dan Diego Luna, pembuat film Alfonso Cuaron dan
Guillermo del Toro, wartawan Carl Bernstein, intelektual Noam Chomsky, dan novelis
Salman Rushdie. Akhrinya setelah bungkam selama beberapa waktu, pemerintah
menanggapi hal tersebut dengan pernyataan mengecam serangan terhadap
wartawan dan aktivis hak asasi manusia dan mengatakan hal itu menyebarkan
keprihatinan atas serangan terhadap integritas fisik wartawan.
SISTEM MEDIA MASSA SPANYOL
Spanyol adalah sebuah negara di Eropa barat daya yang dibatasi oleh Portugal di barat, serta
Gibraltar dan Maroko di selatan. Spanyol berbatasan dengan Perancis dan Andorra di timur laut
melalui Pegunungan Pyrenia. Batas lautnya adalah Samudra Atlantik di barat dan Teluk Biscay
di utara serta Laut Tengah di timur, di mana Spanyol memiliki wilayah Kepulauan Balearik. Di
selatan, terdapat Selat Gibraltar.
Di Spanyol terdapat berbagai macam etnis, diantaranya Gypsi, Basque, dan Katalonia. Selain itu,
bangsa Spanyol juga memiliki lebih dari satu bahasa, tidak hanya bahasa Castilla yang
merupakan bahasa resmi yaitu bahasa Spanyol. Pasal 3 konstitusi Spanyol menyatakan bahwa
kekayaan ragam bahasa yang ada di Spanyol merupakan warisan budaya yang harus
mendapatkan perhatian khusus. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajaran bahasa-bahasa
setempat (vernacular languages) dilakukan di sekolah-sekolah umum: bahasa Euskera diajarkan
di wilayah Basque; bahasa Katalan di daerah Katalonia dan Kepulauan Balearik, bahasa Galazia
di daerah Galasia; serta bahasa Valensia di Valensia. Akan tetapi bahasa Romania yang
digunakan oleh komunitas Gypsi tidak diajarkan dalam sistem pendidikan umum.
Negara yang beribukota Madrid ini adalah negara tata hukum sosial dan demokratis, berlaku
sistem monarki parlementer. Pemerintah negara ini berbentuk monarki, dipimpin oleh Raja
sebagai kepala Negara dan Perdana Menteri yang menjalankan kewenangan eksekutif sebagai
presiden dalam pemerintahan. Tahta raja diwarisi oleh Juan Carlos Alfonso Victor Maria de
Bourbon atau Raja Juan Carlos I dan generasi langsung dalam garis lurus. Sementata itu, Jose
Luis Rodriguez Zapatero menjabat sebagai perdana menteri Spanyol sejak 17 April 2004.
Spanyol merupakan contoh negara yang memiliki tradisi memproteksi media domestik dan
industri budaya nasional mereka, termasuk diantaranya media cetak dan media elektronik. Hal
ini disebabkan karena kepemilikan media massa ada di tangan pihak swasta. Di Spanyol terdapat
sekitar 101 surat kabar, 40 stasiun televisi dan 38 stasiun penyiaran radio, dan tidak sedikit dari
media massa tersebut yang dikuasai oleh korporasi besar Amerika seperti Time Warner Holding,
Disneys Holding, dan CBS Holding. Mereka khawatir dengan adanya serbuan budaya dari
Amerika Serikat.
Yang tampak pada awalnya, negara yang menjadi jawara Piala Dunia tahun 2008 ini menganut
sistem media massa Libertarian karena kepemilikan media yang sangat besar oleh kalangan
swasta. Selain itu, pemerintah juga memberikan kebebasan bagi seluruh warganya untuk
menggunakan media massa. Hal ini terlihat dalam sebuah artikel yang berisi tentang pernyataan
Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Pariwisata Spanyol (Sebastian) bahwa, Kami tidak
menerapkan pembatasan atau peraturan yang mencegah penyebaran, atau menghambat
penggunaan media massa, terutama internet, atau menetapkan batas-batas pada alat bebas arus
informasi.
Namun, setelah menilik lebih dalam tentang kehidupan yang ada, maka saya memutuskan untuk
mengambil kesimpulan bahwa Sistem Media Massa yang digunakan oleh negara Spanyol adalah
sistem pers Sosial Libertarian. Hal ini dikarenakan meskipun media massa yang ada di Spanyol
berkembang dengan bebas, akan tetapi tetap ada kontrol (meskipun minimal) dari pemerintah
untuk menghilangkan hambatan pada saluran komunikasi dan menjamin pelaksanaan semangat
filosofi liberal dan hal ini dapat dilihat dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh segenap jajaran
pemerintahan terkait kehidupan media massanya.

Anda mungkin juga menyukai