Chairil Anwar adalah seorang penyair yang berasal dari Indonesia. Chairil
Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di
Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Ia juga
dikenal sebagai Si Binatang Jalang dalam karya-nya, yaitu "Aku". Ia
telah menulis sebanyak 94 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani
dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan
'45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Sebagai anak tunggal yang biasanya selalu dimanjakan oleh orang tuanya,
namun Chairil Anwar tidak mengalami hal tersebut. Bahkan ia dibesarkan
dalam keluarga yang terbilang tidak baik. Kedua orang tuanya bercerai,
dan ayahnya menikah lagi. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sewaktu
kecil Nenek dari Chairil Anwar merupakan teman akrab yang cukup
mengesankan dalam hidupnya. Kepedihan mendalam yang ia alami pada
saat neneknya meninggal dunia.
Selain nenek, ibu adalah wanita yang paling Chairil cinta. Ia bahkan
terbiasa menyebut nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai
tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali
kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan
kecintaannya pada ibunya.
Dunia Sastra
Nama Chairil Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan
tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, pada saat itu dia berusia
dua puluh tahun. Namun, saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di
"Majalah Pandji" untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap
terlalu individualistis. Hampir semua puisi-puisi yang dia tulis merujuk
pada kematian. Puisinya beredar di atas kertas murah selama masa
pendudukan Jepang di Indonesia yang tidak diterbitkan hingga tahun
1945.
Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang
Putus (1949); Deru Campur Debu (1949), Tiga Menguak Takdir (1950
bersama Seniman Pelopor Angkatan 45 Asrul Sani dan Rivai Apin), Aku Ini
Binatang Jalang (1986), Koleksi sajak 1942-1949", diedit oleh Pamusuk
Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986); Derai-derai
Cemara (1998). Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul
Aku ini Binatang Jalang (1986).
MAUDY AYUNDA
Ayunda Faza Maudia atau yang akrab disapa dengan Maudy Ayunda
merupakan aktris yang terkenal lewat filmnya berjudul "Perahu Kertas".
Maudy memulai debut aktingnya sebagai aktris cilik lewat film "Untuk
Rena" (2006) bersama Surya Saputra.
Memasuki usia remaja, Maudy didapuk untuk membintangi film adaptasi
novel populer yang berjudul "Sang Pemimpi". Dalam film arahan Riri Riza
ini, Maudy berperan sebagai Zakia Nurmala, perempuan yang dicintai oleh
Arai. Namanya semakin dikenal oleh publik dengan membintangi
beberapa film lainnya seperti "Rumah Tanpa Jendela"(2011), "Tendangan
dari Langit" (2011) dan "Malaikat Tanpa Sayap" (2012).
Karir Finalis Gadis Sampul 2009 ini semakin melejit tatkala membintangi
film "Perahu Kertas" dan "Perahu Kertas 2". Dalam film adaptasi novel
karya Dewi Lestari ini, Maudy berperan sebagai Kugy dan beradu akting
dengan Adipati Dolken dan Reza Rahardian. Tak lama kemudian, Maudy
membintangi film "Refrain" bersama Afgan.
Tak hanya sebagai aktris, lulusan British Internasional School ini ternyata
juga mempunyai kemampuan di bidang tarik suara. Ia merilis debut album
berjudul "Panggil Aku"(2011) dengan single andalan "Tiba-Tiba Cinta
Datang". Ia juga didapuk untuk mengisi soundtrack film "Perahu Kertas"
ciptaan Dewi Lestari dengan judul yang sama.
Maudy juga dikenal sebagai aktris yang pintar di bidang akademik. Ia
sudah menulis buku di usianya yang ke 10 tahun. Royalti dari buku
tersebut kemudian disumbangkan untuk korban bencana tsunami Aceh.
Aktris yang hobi berenang ini juga berkesempatan untuk kuliah di luar
negeri yakni Oxford University. Sedangkan mengenai kehidupan
asmaranya, Maudy pernah dikabarkan terlibat cinta lokasi dengan Adipati
Dolken dan Afgan.
RIO HARYANTO
Rio Haryanto sendiri, ia lahir pada tanggal 22 januari 1993 di kota Solo,
Jawa Tengah. Ayahnya bernama Sinyo Haryanto dan ibunya bernama
Indah Pennywati. Rio Haryanto diketahui merupakan anak bungsu dari 4
bersaudara.
Ryo Haryanto berkiprah di dunia balap Gokart dari selama 7 tahun dan
berbagai prestasi ia raih dalam dunia balap gokart seperti penghargaan
atlet junior terbaik pada tahun 2005 dan tahun 2006 oleh Ikatan Motor
Indonesia. Ia juga berhasil keluar sebagai juara pertama dalam ajang
Asian Karting Open Championship seri 1 di sirkuit Guia, Makau, Cina.
Target utama Rio Haryanto adalah bisa masuk dalam ajang Formula 1
Dunia. Untuk itu pada tahun 2010, berkat beberapa dukungan sponsor, ia
kemudian berhasil mengikuti ajang GP3 Europe Series. Hasilnya ia berhasil
keluar sebagai juara dalam dalam seri balapan yang diadakan di Turki,
kemudian ia berhasil meraih 1st Runner Up di seri Silverstone dan 2nd
Runner Up di Italy. Rio juga keluar sebagai The Best Driver Manor Racing.
Berkat kemenangan Rio Haryanto di GP3 lah lagu Indonesia Raya
berkumandang pertama kali di ajang balapan di benua Eropa.