Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan
suatu negara. Walaupun belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan
gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada
seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum
menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui
dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik
pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal.
(Price SA, 2005)
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon
insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali
sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya
kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM:
DM type I atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan
akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta
pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama
malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini
berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan
memerlukan insulin seumur hidup. (Price SA, 2005)
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini
disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat
normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk
metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap
tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan

1
obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30
tahun. (Suyono, 2006)
DM tipe 3 atau disebut Diabetes mellitus gestasional adalah diabetes
melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan,
dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan
patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan
sekitar 2050% dari wanita penderita GDM bertahan hidup. (PERKENI, 2006)

B. Tujuan
Setelah dilakukan kunjungan rumah diharapkan mampu mengetahui
tentang cara-cara pencegahan penyakit diabetes mellitus dan dapat melakukan
penanganan awal penyakit diabetes mellitus serta dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Manfaat
1. Dokter Muda
a) Dapat mengidentifikasikan gejala dari diabetes mellitus.
b) Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam perjalanan
penyakit.
2. Puskesmas Porong
a) Membantu memecahkan masalah penyakit diabetes mellitus dan
mengurangi angka kejadian penyakit diabetes mellitus khususnya
di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA


Berkas Pembinaan Keluarga

2
Puskesmas Porong Sidoarjo No. RM :

Tanggal kunjungan pertama kali : 7 Maret 2016

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. M
Alamat lengkap : Gedang RT 07/ RW 02, Porong-Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No Nama Keduduk L/ Umur Pendidika Pekerjaan Pasien Ket
an dalam P n Klinik
keluarga (Y/T)
1 Tn. M Kepala L 67 th - Pedagang Y DM
Keluarga
2 Ny. A Istri P 53 th - Pedagang T
3 Sdr. ZA Anak L 24 th - - T

Sumber : Data Primer, 7 Maret 2016

Keterangan Keluarga :

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB II

3
STATUS PENDERITA
A. Identitas Penderita
Nama : Tn. M
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Home Visit : 7 Maret 2016

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Lemas

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke UGD Puskesmas Porong tanggal 28 Februari 2016
diantar istri dengan keluhan badan lemas sejak 1 hari yang lalu, selain
lemas pasien juga mengeluhkan pusing, perut terasa mual dan terkadang
muntah. Selain itu pasien juga sering merasakan nyeri di bagian ektremitas
bawahnya, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk. Pada awalnya nyeri
tersebut dirasakan tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya namun
semakin lama nyeri tersebut dirasakan semakin memberat

3. Riwayat Penyakit Dahulu


- Pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.
- Riwayat DM 5 tahun

4. Riwayat Penyakit Keluarga


- Tidak ada anggota keluarga lainnya yang sakit seperti ini.

5. Riwayat Kebiasaan

4
- Riwayat olahraga :-
- Riwayat merokok :-
- Riwayat alkohol :-

6. Riwayat Sosial Ekonomi


- Keluarga pasien termasuk dalam status ekonomi berkecukupan.

7. Riwayat Gizi
- Pasien makan 3x/hari nasi, tempe, tahu, telor, dll.

8. Kondisi Lingkungan Rumah


- Kondisi rumah cukup bagus dan posisi lumayan tinggi, bila banjir
tidak sampai masuk ke rumah.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tampak lemah, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6).
2. Tanda Vital
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 37,2 oC
- Tensi : 120/80 mmHg
3. Kulit
Warna: Sawo matang
4. Kepala:
Bentuk bulat lonjong simetris, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-),
kelainan mimik wajah/bells palsy (-), hematom (-).
Mata:
Konjungtiva anemis (-), ikterik (-), sklera ikterik (-/-) pupil isokor
(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), katarak imatur (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-).

5
Hidung:
Mukosa (N), Deviasi (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis
(-), deformitas hidung (-).
Mulut:
Bibir pucat (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-) tremor (-).
Telinga:
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-),
cuping telinga dalam batas normal tinnitus (-)
Tenggorokan:
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
5. Leher:
Pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit
(-).
6. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-).
- Cor:
I : Iktus Kordis tak tampak
P : iktus kordis tidak teraba
P : batas kiri atas : ICS II parasternal sinistra
Batas kanan atas : ICS II parasternal dextra
Batas kiri bawah : ICS V midklavikular line sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV parasternal dextra
Batas jantung kesan : Normal
A : S1-S2 tunggal, murmur (-), gallop (-), ekstra sistol (-).

- Pulmo:
I : pergerakan paru simetris
P : fremitus raba simetris
P : sonor/sonor
A : suara dasar vesikuler
suara tambahan, rhonki (-/-), whezing (-/-)

6
7. Abdomen
I :dinding perut sejajar dengan dinding dada
A :Bising Usus (+) normal
P :timpani seluruh lapang perut
P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
8. Sistem Collumna Vertebralis
I :Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-).
P :Nyeri tekan (-)
P :Nyeri Ketok CV (-)
9. Ektremitas: akral hangat oedem
+ + - -
+ + - -
nyeri - -
+ +

10. Sistem Genitalia : dalam batas normal


11. Pemeriksaan neurologik :
Fungsi luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :K 5 5 T 5 5
5 5 5 5

RF + + RP - -
+ + - -

D. Pemeriksaan Penunjang
- GDA : 280 mg/dl

E. Resume

7
- Badan Lemas
- Kepala pusing
- Perut terasa mual
- Kadang muntah
- Ekstremitas bawah terasa nyeri
- Riwayat DM 5 tahun
- Tensi 120/80 mmHg
- GDA: 280 mg/dl

F. Patient Centered Diagnosis


Diagnosis Biologis
- Diabetes Mellitus tipe 2

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya


- Penyakit mengganggu kenyamanan dalam
beraktifitas sehari-hari
- Kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

G. Penatalaksanaan
Non Medika mentosa
- Istirahat yang cukup
- Menjaga diet makanan
- Berolahraga ringan secara rutin
Medikamentosa
- Infus RL 21 tpm
- Injeksi ranitidine 2x1 ampul
- Metformin 2x1 tablet
- Pamol 3x1 tablet

H. Follow Up
Tanggal 28 Februari 2016
S: Lemas (+), Pusing (+), Perut mual (+), muntah (+), nyeri pada kaki (+),
O: KU tampak lemah, compos mentis.
Tanda vital: RR: 20 x/mnt, N: 80 x/mnt , S: 37,2 0C, Tensi: 120/80 mmHg

8
Status Generalis : nyeri pada ekstremitas bawah (+)
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A: Diabetes mellitus tipe 2
P:
- Infus RL 21 tpm
- Injeksi ranitidine 2x1 ampul
- Metformin 2x1 tablet
- Pamol 3x1 tablet

Tanggal 7 Maret 2016


S: Nyeri pada kaki (+), Keluhan lain sudah tidak ada
O: KU cukup, compos mentis.
Tanda vital: RR: 20 x/mnt, N: 88 x/mnt , S: 36,7 0C, Tensi: 110/80 mmHg
Status Generalis : nyeri pada ekstremitas bawah (+).
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A: Diabetes mellitus tipe 2
P:
- Metformin 2x1
- Asam mefenamat 3x1

Tanggal 10 Maret 2016


S: Pada kunjungan kedua, pasien mengatakan nyeri pada kakinya sudah
berkurang dibandingkan dengan sebelumnya.
O: KU cukup, compos mentis.
Tanda vital: RR: 18 x/mnt, N: 80 x/mnt , S: 36,5 0C, Tensi 110/70 mmHg
Status Generalis : nyeri pada ekstremitas bawah (+).
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A: Diabetes mellitus tipe 2
P:
- Metformin 2x1
- Asam mefenamat 3x1

9
I. Flow Sheet
Nama : Tn. M
Diagnosis : Diabetes Mellitus
Status
No Tanggal Nadi RR Terapi
Gizi
1 28/2/2016 80 20 Baik -Infus RL 21 tpm
-Injeksi ranitidine 2x1
-Metformin 2x1
-Pamol 3x1
2 7/3/2016 88 20 Baik -Metformin 2x1
-Asam Mefenamat 3x1
3 10/3/2016 80 18 Baik -Metformin 2x1
-Asam Mefenamat 3x1

BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Keluarga Secara Holistik


1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari seorang suami/kepala keluarga/pasien Tn. M
(67 th), seorang istri Ny. A (53 th), seorang anak laki-laki Sdr. ZA (24 th).
2. Fungsi Psikologis
Keluarga terdiri dari seorang suami/kepala keluarga/pasien Tn. M
(67 th), seorang istri Ny. A (53 th), seorang anak laki-laki Sdr. ZA (24 th).

10
Hubungan terjalin baik, jika terjadi masalah diselesaikan dengan
dikomunikasikan antar anggota keluarga.
3. Fungsi Sosial
Penderita aktif dalam kegiatan sosial dan cukup baik dalam
berinteraksi dengan tetangga sekitar rumahnya.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari Tn. M dan Ny. A
yang bekerja sebagai pedagang sandal di pasar dengan penghasilan tidak
tetap. Penghasilan Tn. M dan Ny. A digunakan untuk memenuhi kebutuhan 3
orang anggota rumah tersebut. Kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan,
minum, iuran listrik ditanggung oleh Tn. M dan Ny. A. Untuk kebutuhan air
dengan menggunakan air dari sumur. Penderita mengikuti asuransi BPJS.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
Pasien sendiri memiliki pengetahuan yang kurang tentang diabetes
mellitus, hal ini dapat dilihat dengan pasien yang tidak pernah berolahraga
dan tidak melakukan diet makanan seperti bagaimana penderita DM
seharusnya. Pasien Taat dan rutin dalam urusan meminum obat.

B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Pasien mendapat perhatian lebih dari seluruh anggota keluarganya atas
masalah yang dihadapi penderita.
PARTNERSHIP
Pasien kurang sadar akan resiko DM yang merupakan penyakit keturunan
dan dapat diturunkan ke anaknya. Hubungan komunikasi antar anggota keluarga
berjalan dengan sangat baik.
GROWTH
Pasien paham akan sakit yang dideritanya dan juga mematuhi saran yang
diberikan oleh dokter yang merawatnya.
AFFECTION

11
Pasien sangat diperhatikan dan sering diperingatkan oleh keluarganya untuk
meminum obat, interaksi dengan masing-masing individu yang ada dalam rumah
tersebut cukup baik.
RESOLVE
Walaupun kesibukan masing-masing individu, Masih terjalinnya
komunikasi yang efektif membuat pasien sangat di perhatikan tentang kesehatanya
dan kenyamananya.

APGAR Tn. M Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik
Walaupun Tn. M sering bekerja dan jam nya tidak tetap, Tn. M masih
merasa puas dengan kebersamaan di dalam keluarga tersebut.

APGAR Ny. A Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi

12
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ny. A selain ikut mencari nafkah dan sebagai ibu rumah tangga selalu
dapat membagi waktu untuk keluarga dan juga dihargai sebagai ibu rumah
tangga yang baik dan cukup untuk berkomunikasi dengan suami dan
anaknya, sehingga dapat terjalin hubungan keluarga yang baik dan harmonis.

APGAR Sdr. ZA Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak


/selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,

13
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Sdr. ZA sebagai seorang anak, tidak sekolah dan tidak bekerja karena
memiliki keterbelakangan mental, tetapi sangat diperhatikan oleh kedua
orang tuanya selain karena kekurangannya juga karena anak semata wayang
sehingga selalu mendapat perhatian lebih dari keluarganya sehingga dapat
terjalin hubungan keluarga yang baik dan harmonis.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. M adalah 30,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Tn. M adalah 10. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn. M dan
anggota keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam
keluarga tersebut terjalin baik.

C. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota _
Sosial
keluarga juga partisipasi mereka dalam
masyarakat cukup meskipun sebagian besar
waktu habis untuk mencari nafkah dan untuk
mengurus Sdr ZA.
Cultural Kepuasan terhadap budaya baik, hal ini dapat _
dilihat dari komunikasi sehari-hari dalam
keluarga menggunakan bahasa jawa dan
sebisa mungkin ikut membantu bila tetangga
ada yang mempunyai acara.
Religius Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran _
Agama menawarkan pengalaman agama cukup baik, hal ini dapat dilihat dari
spiritual yang baik untuk penderita dan anggota keluarganya rutin

14
ketenangan individu yang tidak menjalankan sholat.
didapatkan dari yang lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah +
ke bawah, untuk kebutuhan primer.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +
memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan _
Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan yang lebih baik Dalam mencari
memberikan perhatian khusus pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya
terhadap kasus penderita menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah
dijangkau karena letaknya dekat. Dan
Memiliki Kartu BPJS

Keterangan :
Ekonomi (+) artinya keluarga Tn. M menghadapi permasalahan
dalam bidang ekonomi. Keluarga Tn. M termasuk golongan keluarga
dengan ekonomi menengah ke bawah dimana Tn. M dan Ny. A hanya
bekerja sebagai pedagang sandal di pasar dengan penghasilan tidak
menentu. Penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan 3
orang anggota rumah tersebut.
Edukasi (+) artinya keluarga Tn. M menghadapi permasalahan dalam
bidang pendidikan. Semua anggota keluarga Tn. M tidak ada yang
sekolah. Keluarga hanya mengikuti saran dan informasi dari petugas
kesehatan dan posyandu tentang kesehatan pasien, tetapi kurang
mengetahui akan pentingnya menjaga diet makanan dan olahraga bagi
pasien. Kurangnya pendidikan dan informasi tentang kesehatan
menyebabkan kurangnya kesadaran akan kesehatan individu sehingga
keluarga tersebut rawan akan terkena penyakit.

D. Karakteristik Demografi Keluarga

15
: Penderita

: Meninggal

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga


Pasien, 67 th

Istri Pasien, 53 th Anak Pasien, 24 th

Keterangan : : Hubungan Baik


: Hubungan Tidak Baik
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika Tn. M (pasien) jatuh sakit apa yang dilakukan oleh keluarga?
Jawab :
Ny. A mengantarkan Tn. M (pasien) untuk berobat ke UGD Puskesmas
Porong, RSUD Sidoarjo. Sdr. ZA biasanya ikut mengantar dan menunggu
pasien saat dirawat.
2. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Dibutuhkan ijin dari Tn. M selaku kepala keluarga dan Ny. A selaku istri.

16
3. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan Tn. M (pasien)?
Jawab :
Anggota keluarga yang terdekat dengan penderita adalah Ny. A selaku
istri, namun anggota keluarga lainnya juga tetap menjalin komunikasi
yang baik dengan pasien.
4. Siapa yang secara emosional jauh dari Tn. M (pasien)?
Jawab :
Tidak ada
5. Siapa yang selalu tidak setuju dengan Tn. M (pasien)?
Jawab :
Tidak ada
6. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab :
Tidak ada

17
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku Dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku Keluarga
Tn. M adalah seorang kepala keluarga dari sebuah keluarga, pasien
tinggal bersama istri dan anak. Keluarga ini kurang menyadari pentingnya
kesehatan dan kurang mengerti tentang penyakit pasien. Apabila sakit
keluarga ini mempercayakan pemeriksaan ke tenaga medis.
Keluarga ini kurang berusaha menjaga diet makanan pasien dan tidak
pernah berolahraga.
Keluarga selalu mengingatkan Tn. M (pasien) untuk meminum
obatnya.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah kebawah dengan penghasilan yang tidak tetap. Keluarga ini
memiliki sumber penghasilan dari suami istri yang bekerja sebagai

18
pedagang sandal di pasar. Dari total pengahasilan tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga adalah
Puskesmas Porong. Dan memiliki asuransi BPJS

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Penderita ini tinggal di sebuah rumah yang tidak memiliki
pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari dua kamar tidur, satu
kamar tamu, satu dapur, dan kamar mandi dengan jamban keluarga
sehingga penderita tidak harus ke kali terlebih dahulu untuk membuang
hajat. Terdiri dari satu pintu keluar yang tereltak di depan rumah, jumlah
jendela hanya 2 yang terletak di kamar tidur namunn jarang dibuka. Di
depan rumah terdapat teras. Lantai rumah sudah pakai cor semen dan
keramik, penerangan rumah kurang. Atap rumah tersusun dari genteng
dan tertutup langit-langit. Pada kamar tidur memiliki dipan untuk
meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah
diplester sudah dicat. Perabotan rumah tangga cukup lengkap dan
penataannya cukup rapi. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya
keluarga ini menggunakan sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah
cukup baik. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.

2. Denah Rumah

Kamar
Mandi Dapur

Kamar
Tidur

Kamar Ruang
Tidur Tamu

19
Teras
Keterangan: Pintu

Jendela

BAB V
DAFTAR MASALAH

A. Masalah Aktif :
a. Diabetes Mellitus tipe 2.
b. Pendidikan yang rendah.
c. Tidak pernah olahraga
d. Menu makanan yang tidak dijaga.
B. Faktor Resiko :
a. Resiko keturunan.
b. Komplikasi diabetes mellitus.

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada


dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

20
Riwayat
menderi
ta DM
selama
5 tahun

Pengetahuan Kebiasaan
keluarga dan sehari-hari pasien
penderita Tn. M dalam hal
mengenai 67 tahun makanan dan
penyakitnya olahraga

21
BAB VI
PATIENT MANAGEMENT

A. Patient Centered Management


1. Dukungan Psikologis
Pasien memerlukan dukungan dari semua anggota keluarga dan
dokter yang merawatnya, misalnya dengan cara memperhatikan
berbagai permasalahan penderita dan memberikan solusinya,
disamping tetap memperhatikan kondisi kesehatan penderita itu
sendiri dengan rutin mengajak penderita untuk kontrol di puskesmas
terdekat.
2. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan bagi keluarga pasien
Diberikan penjelasan tentang penyakit, komplikasi dan
pengobatan pada penderita dan keluarga. Hal ini bisa dilakukan
melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan
rumah baik oleh dokter maupun oleh Yankes.
3. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
4. Pencegahan dan Promosi kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan
promosi kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat. Baik berupa
diet makanan bergizi dan olahraga secara teratur.

B. Prevensi Diabetes Mellitus


Pervensi diabetes mellitus pada keluarga lainya dengan memberi
penjelasan tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan komplikasi dari
diabetes mellitus.

22
BAB VII
TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus
1. Definisi
Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit menahun dan progresif
ditandai dengan kenaikan kadar gula darah terus menahun yang disebabkan oleh
kekurangan hormon insulin, baik secara relatif maupun absolut didalam tubuh.
Kadar insulin tersebut memang benar-benar berkurang atau jumlahnya cukup
tetapi fungsinya menurun karena adanya zat-zat anti insulin . Insulin diprodusi
oleh sel sel Betha pulau-pulau Langerhans organ pankreas. (Suyono, 2006)

Ada beberapa faktor tertentu diduga dapat mengganggu produksi insulin


oleh pankreas. Faktor-faktor yang diduga mempunyai pengaruh terhadap
timbulnya penyakit diabetes mellitus adalah keturunan, obat-obatan tertentu,
penyakit - penyakit lain tertentu disertai kadar gula darah yang meningkat, suku
bangsa, kegemukan, keadaan sosial ekonomi, nutrisi, infeksi, geografis dan lain
lain. (Suyono, 2006)
2. Diagnosa Dan Gejala klinis
Gejala klinis penyakit DM yang terutama adalah adanya TRIAS DM
yaitu selalu haus, banyak makan, banyak kencing (polidipsi, poliphagi,
poliuria) ditambah badan lemas dan berat badan menurun secara drastis,
meskipun yang bersangkutan makan dan minum banyak. (Foster DW, 1996)
Gejala gejala utama ini sering tidak lengkap atau tidak begitu jelas
dirasakan sehingga tidak begitu disadari oleh sebagian besar penderita.
Penderita kebanyakan datang ke dokter, klinik atau rumah sakit karena adanya
keluhan atau gejala gejala yang diakibatkan oleh komplikasi-komplikasi DM
yang timbul. (Foster DW, 1996)
Komplikasi-komplikasi yang dapat dikenal, terjadi secara akut dan secara
kronik. Komplikasi-komplikasi akut misalnya penderita datang dengan koma
diabetik baik yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi maupun yang
disebabkan oleh kadar gula darah yang terlalu rendah; berbagai infeksi di kulit,
selaput lendir kemaluan dengan adanya gatal gatal di kulit yang tidak sembuh
sembuh; keputihan yang tidak sembuh sembuh meskipun diobati; borok atau

23
luka yang menahun dan sukar sembuh sehingga menjadi gangren dan lain lain.
(Foster DW, 1996)
Panyakit DM tersebut selain didasarkan pada gejala-gejala dan
pemeriksaan fisik, juga berdasarkan pemeriksaan penunjang dengan alat-alat
EKG, USG alat pemeriksaan mata funduskopi , tensimeter, routgen dan lain
lain yang dilakukan untuk mengetahui komplikasi komplikasi yang sudah
terjadi. Penting sekali juga mengetahui hasil pemeriksaan darah, khususnya
kadar gula darah penderita. (Foster DW, 1996)
Diagnosis penderita DM untuk pemeriksaan penyaring ; apabila kadar
gula darah vena puasa, lebih atau sama dengan 126 mg % dan 2 jam sesudah
pembebanan glukose 75 gram lebih atau sama dengan 200 mg %, apabila darah
diambil melalui kapiler, gula darah puasa lebih atau sama dengan 100 mg% dan
2 jam setelah pembebanan glukose lebih atau sama dengan 200 mg%. (Foster
DW, 1996)
Apabila hasil pemeriksaan gula darah vena : puasa 100 S/d 125 mg%,
maka ditegakkan diagnosis Gula darah puasa terganggu (GDPT) dan apabila 2
jam setelah pembebanan glukose 140 199 mg % maka diagnosis adalah
toleransi glukosa terganggu. (Foster DW, 1996)
Selanjutnya penderita DM diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok,
tetapi disini hanya akan disinggung kelompok-kelompok yang banyak dijumpai
di masyarakat yaitu :
- DM tipe 2 / NIDDM (Non Insulin Dependent DM) yaitu kelompok
penderita DM yang untuk pengobatan dan kehidupannya tidak tergantung pada
insulin dan kelompok ini di Indonesia adalah yang terbanyak , diduga
jumlahnya sampai 95 %.
- DM tipe 1 / IDDM ( Insulin Dependent DM ) yaitu kelompok
penderita DM yang untuk kehidupannya harus tergantung pada terapi insulin.
Penderitanya tidak banyak, kira-kira kurang dari 5 %.
Kelompok yang lain adalah diabetes kehamilan, diabetes yang
berhubungan dengan malnutrisi/ kurang gizi, diabetes yang disebabkan penyakit
lain dan DM akibat pemakaian obat-obatan tertentu . Jumlah penderitanya
sangat sedikit ditemukan. (Foster DW, 1996)

24
3. Penatalaksanaan
I. Pengobatan
Pendekatan pengobatan DM dewasa ini telah sangat berkembang.
Pengobatan DM tidak hanya bertujuan menurunkan gula darah saja, tetapi juga
mencegah, memperlambat dan mengobati komplikasi. Oleh karena itu sifat
penyakit ini menahun dan progresif. Maka tujuan pengobatan adalah
mengurangi angka mortalitas (kematian) dan angka mordibilitas (kesakitan)
serta meningkatkan kualitas hidup penderita. (PERKENI, 2006)
II. Diet
Diet penderita diabetes mellitus pada dasarnya terdiri atas diet :
a. Untuk kebutuhan metabolisme basal
b. Untuk kebutuhan aktifitas sehari hari
c. Untuk kebutuhan yang lain, misalnya ada infeksi, anemia, terlalu kurus
dan lain-lain.
Kebutuhan kalori orang berbaring di rumah sakit dan orang yang
bekerja/olahraga sangat berbeda. Pengertian diet yang salah adalah mengurangi
makanan, padahal sebenarnya diet pada penderita DM harus disesuaikan dengan
kebutuhan penderita sesuai dengan umur, berat badan, aktifitas fisik, penyakit-
penyakit yang ada, kehamilan dan lain lain. (PERKENI, 2006)
Kebutuhan kalori basal 25 30 kal/kg BB; pemberian takaran makanan
kepada penderita diabetes mellitus terutama ditujukan agar berat badan tetap
ideal, sehingga kebutuhan kalori basal bisa ditambah atau dikurangi sesuai
dengan aktifitas dan keadaan penderita . Untuk orang berusia lanjut , jumlah
kalori bisa dikurangi 5 20 % .Untuk orang beraktifitas sangat berat, kalori
harus ditambah sampai 50 % dari kalori basal yang dibutuhkan, sedangkan
untuk penderita yang bekerja ringan, kalori hanya ditambah 20 % ; pada inteksi
kenaikan suhu badan 1 derajat C kalori ditambah 13 %. (PERKENI, 2006)
Untuk penderita hamil trimester 1, kalori ditambah 150 kalori, trimester 2
trimester 3 ditambah 350 kalori perharinya . Untuk penderita-penderita
kegemukan, kalori yang diperlukan harus dikurangi 20 % 30 % . Sedang
untuk penderita yang kurus, kalori basal harus ditambah 20% 30
%. (PERKENI, 2006)

25
Untuk menentukan kebutuhan kalori tiap penderita diabetes secara tepat,
memang diperlukan perhitungan dan waktu agak lama , sehingga ia perlu
tinggal di rumah sakit atau klinik untuk mempermudah penentuan diet
standar. (PERKENI, 2006)
-----------------------------------------------------------------------
Standar I 1100 kalori
II 1300 kalori
III 1500 kalori
IV 1700 kalori
V 1900 kalori
VI 2100 kalori
VII 2300 kalori
VIII 2500 kalori

Standar I III untuk orang gemuk


Standar IV V untuk orang berat badan ideal
Standar VI VII untuk orang kurus

----------------------------------------------------------------------
III. Terapi Farmakologi (Obat Hipoglikemik Oral dan Insulin)
Insulin
Insulin adalah hormon yang dihasilkan dari sel pankreas dalam merespon
glukosa. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam
pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport
glukosa dari darah ke dalam sel. (Djokomulyanto R, 1999)
Macam-macam sediaan insulin: (Djokomulyanto R, 1999)
1 1. Insulin kerja singkat
2 Sediaan ini terdiri dari insulin tunggal biasa, mulai kerjanya baru
sesudah setengah jam (injeksi subkutan), contoh: Actrapid, Velosulin,
Humulin Regular.

1 2. Insulin kerja panjang (long-acting)

26
2 Sediaan insulin ini bekerja dengan cara mempersulit daya larutnya
di cairan jaringan dan menghambat resorpsinya dari tempat injeksi ke
dalam darah. Metoda yang digunakan adalah mencampurkan insulin
dengan protein atau seng atau mengubah bentuk fisiknya, contoh:
Monotard Human.
1 3. Insulin kerja sedang (medium-acting)
2 Sediaan insulin ini jangka waktu efeknya dapat divariasikan
dengan mencampurkan beberapa bentuk insulin dengan lama kerja
berlainan, contoh: Mixtard 30 HM
Secara keseluruhan sebanyak 20-25% pasien DM tipe 2 kemudian akan
memerlukan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darahnya. Untuk
pasien yang sudah tidak dapat dikendalikan kadar glukosa darahnya dengan
kombinasi metformin dan sulfonilurea, langkah selanjutnya yang mungkin
diberikan adalah insulin. (Djokomulyanto R, 1999)
Obat Antidiabetik Oral
Obat-obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan pasien
diabetes mellitus tipe 2. Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. (Gustaviani R,
2006)
1 a. Golongan Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin dikelenjar
pankreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans
pankreas masih dapat berproduksi Penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi setelah pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh
perangsangan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Obat golongan ini
merupakan pilihan untuk diabetes dewasa baru dengan berat badan normal
dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya.
Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid diabsorbsi dengan baik tetapi cepat dimetabolisme
dalam hati. Masa kerjanya relatif singkat, dengan waktu paruh eliminasi 4-
5 jam. Dalam darah tolbutamid terikat protein plasma. Di dalam hati obat

27
ini diubah menjadi karboksitolbutamid dan diekskresi melalui ginjal.
(Gustaviani R, 2006)
Asektoheksamid dalam tubuh cepat sekali mengalami
biotransformasi, masa paruh plasma 0,5-2 jam. Tetapi dalam tubuh obat ini
diubah menjadi 1-hidroksilheksamid yang ternyata lebih kuat efek
hipoglikemianya daripada asetoheksamid sendiri. Selain itu itu 1-
hidroksilheksamid juga memperlihatkan masa paruh yang lebih panjang,
kira-kira 4-5 jam. (Gustaviani R, 2006)
Klorpropamid cepat diserap oleh usus, 70-80% dimetabolisme di
dalam hati dan metabolitnya cepat diekskresi melalui ginjal. Dalam darah
terikat albumin, masa paruh kira-kira 36 jam sehingga efeknya masih
terlihat beberapa hari setelah pengobatan dihentikan. (Gustaviani R, 2006).
Tolazamid diserap lebih lambat di usus daripada sulfonilurea
lainnya dan efeknya pada glukosa darah tidak segera tampak dalam
beberapa jam setelah pemberian. Waktu paruhnya sekitar 7 jam.
(Gustaviani R, 2006)
Sulfonilurea generasi kedua
Gliburid (glibenklamid) khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira
100 kali lebih kuat daripada tolbutamida. Sering kali ampuh dimana obat-
obat lain tidak efektif lagi, risiko hipoglikemia juga lebih besar dan sering
terjadi. Pola kerjanya berlainan dengan sulfonilurea yang lain yaitu dengan
single-dose pagi hari mampu menstimulasi sekresi insulin pada setiap
pemasukan glukosa (selama makan). (Gustaviani R, 2006)
Glimepiride dapat mencapai penurunan glukosa darah dengan
dosis paling rendah dari semua senyawa sulfonilurea. Dosis tunggal besar
1 mg terbukti efektif dan dosis harian maksimal yang dianjurkan adalah 8
mg. Glimepiride mempunya waktu paruh 5 jam dan dimetabolisme secara
lengkap oleh hati menjadi produk yang tidak aktif. (Gustaviani R, 2006)
b. Golongan Biguanida
Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metformin
menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin
pada tingkat selular dan menurunkan produksi gula hati. Metformin juga

28
menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak
diberikan pada penderita yang overweight (Association AD, 2004).
c. Golongan Tiazolidindion
Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas
dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan
meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati,
sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot
meningkat. Tiazolidindion diharapkan dapat lebih tepat bekerja pada
sasaran kelainan yaitu resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia
dan juga tidak menyebabkan kelelahan sel pankreas. Contoh:
Pioglitazone, Troglitazon. (Association AD, 2004)
d. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim
glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan
hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak
menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar
insulin. Contoh: Acarbose. (Association AD, 2004)
IV. Olahraga
Telah terbukti bahwa olahraga yang teratur dengan porsi yang cukup
dapat membantu mengontrol kadar gula darah penderita. Olahraga yang
dianjurkan adalah olahraga rithmis dan dinamis seperti joging, senam aerobik,
disco dll. (Martono, 2007)
Olahraga harus disesuikan dengan kondisi penderita. Apakah sudah
ada komplikasi atau belum, misalnya adanya gagal ginjal , penyakit jantung
iskemik, hipertensi dan lain-lain. (Martono, 2007)
Senam diabetes adalah olahraga yang diawasi dan yang diadakan
oleh Klub Olahraga diabetes dan Persadia ( Persatuan Diabetes). Dalam klub
pemeriksaan gula darah dikerjakan sebelum dan sesudah latihan. Pada waktu
latihan dilaksanakan (senam dan jogging) harus tercapai target zone nadi
penderita yaitu 60 80 % x (220 umur). Presentase target nadi harus
disesuaikan dengan komplikasi yang sudah terjadi. Apabila terget zone
tercapai, maka tingat kesegaran jasmani tercapai penuh (cukup fit). Efek

29
olahraga selain meninggkatkan pembakaran juga mempengaruhi jantung dan
sistem sirkulasi darah. Oleh sebab itu olahraga mempunyai manfaat dalam
terapi DM. (Martono, 2007)
V. Pengendalian Diri
Keberhasilan terapi DM sangat ditentukan oleh peranan pasien dalam
mengontrol dan merawat dirinya sendiri. Melalui edukasi pasien akan
mengetahui bagaiman usahanya sendiri atau peranannya dalam membantu
terapi dokter. (Martono, 2007)
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri dalam
meningkatkan keberhasilan terapi DM adalah :
- mengatur dietnya / variasi dietnya
- merawat luka , ulcus
- menyuntik insulin sendiri
- mengatur porsi olahraga
- memonitor gula darah dan reduksi urin

30
BAB VII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Tn. M 67 tahun, menderita penyakit diabetes melitus tipe 2. Pasien
tidak tahu apakah orang tuanya memiliki DM atau tidak, dan tidak
menjaga diet makanan serta olahraganya.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga tergolong baik dan hubungan Tn.
M dengan masyarakat sekitar terjalin baik. Tn. M rajin untuk
mengikuti kegiatan dengan tetangga sekitarnya.
Pengetahuan masih kurang tentang diabetes melitus tipe 2. Tingkat
kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung untuk
mengontrol perjalanan penyakit tersebut.
3. Segi Sosial :
Perkonomian pada keluarga Tn. M menengah ke bawah sehingga
dalam memperoleh makanan yang bergizi, dan rumah yang layak
termasuk sulit untuk dipenuhi.
4. Segi fisik :
Keadaan rumah kurang sehat. Tidak ada ventilasi pada rumah dan juga
jendela yang hanya berjumlah 2, menyebabkan pencahayaan yang
kurang.
B. SARAN
1. Untuk masalah medis (DM) dilakukan langkah-langkah :
Preventif : Makan makanan yang bergizi, mengatur pola makan,
mengurangi konsumsi makanan yang manis, olahrahga rutin,
motivasi yang adekuat dari kelurga serta pendekatan spiritual.
Promotif : Edukasi mengenai penyakit Diabetes Melitus dengan
mengoptimalkan penyuluhan. Menyediakan fasilitas konseling.
Kuratif: Medikamentosa (OAD). Non Medikamentosa (kerja sama
lintas program dengan bagian gizi untuk pengaturan diet)

31
Rehabilitatif : meyakinkan Tn. M bahwa DM dapat dikontrol
menjadi baik, sehingga Tn. M mampu kembali menjalani
kehidupannya dengan sehat seperti semula.
2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat
dilakukan langkah-langkah :
Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka
jendela tiap pagi, penambahan jendela agar pertukaran dan
pencahayaan lebih baik, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
rumah.
3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian
kesempatan memperoleh pendapatan yang layak, sehingga
diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari
kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan
untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman
yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.
4. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit DM, dilakukan langkah-
langkah :
Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota
keluarga mengenai penyakit DM bahwa penyakit merupakan
penyakit keturunan dan merupakan penyakit yang dapat dikontrol
dengan berobat secara rutin, menjaga diet makanan dan olahraga
teratur.
Memberikan penyuluhan tentang penyakit DM agar masyarakat
lebih memahami tentang penyakit DM antara lain: tanda-tanda awal
penyakit, faktor resiko, pengobatan penyakit dan cara
pencegahannya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Suyono S. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.


IV ed. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit dalam FK UI; 2006.

Foster DW. Diabetes Mellitus in Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit


Dalam. 13 ed. Jakarta: EGC; 1996.

Djokomulyanto R. Insulin Resistance and Other Factors in the Patogenesis


of Diabetic Nephropathy. Simposium Nefropati Diabetik, 1999.

Association AD. Hypertension Management in adults with diabetes


(position statement). 2004.

Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. IV ed. Jakarta: balai penerbit FKUI; 2006.

Martono H PK, Rahayu RA, Joni B, Huda IS, Murti Y. Diabetes melitus
pada lanjut usia. In: Darmono ST, dkk editor. Naskah lengkap diabetes
melitus. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007.

PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2


di Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia; 2006.

Price SA. Pankreas: Metabolisme glukosa dan diabetes mellitus.


Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses. Jakarta; 2005.

PERKENI. Konsensus Pengelolaan DM Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta: PB


PERKENI; 2006.

33

Anda mungkin juga menyukai