Failure to thrive adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan berat badan
yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun dibandingkan
dengan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan). Istilah yang lebih tepat
adalah fail to gain weight, tidak tepat jika diterjemahkan sebagai gagal tumbuh, karena dalam
hal ini yang dinilai hanyalah berat badan terhadap umur pada minimal 2 periode pengukuran,
sedangkan tinggi badan dan lingkar kepala yang juga merupakan parameter pertumbuhan
mungkin masih normal. Oleh sebab itu definisi yang tepat adalah perpindahan posisi berat
badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2 persentil utama atau 2 standar deviasi
kebawah jika diplot pada grafik BB menurut usia. Failure to thrive juga belum tentu gizi
kurang atau gizi buruk. Hal ini bukanlah diagnosis melainkan gejala yang harus dicari
penyebabnya.1 Permasalahan ini umum terjadi pada bayi dan balita. Biasanya penyebab
gangguan ini bersifat multifaktorial, termasuk nutrisi yang inadekuat dan interaksi sosial yang
terganggu yang kemudian berkontribusi terhadap penambahan berat badan yang buruk dan
keterlambatan perkembangan. Definisi paling tepat untuk gagal tumbuh merujuk pada
pertumbuhan fisik yang tidak adekuat yang didiagnosa dari observasi terhadap pertumbuhan
dari waktu ke waktu dengan menggunakan grafik pertumbuhan standar. 1,2
Banyak peneliti sepakat bahwa gagal tumbuh hanya dapat dinilai secara akurat dengan
membandingkan tinggi badan dan berat badan pada grafik. Sampai saat ini masih belum ada
konsensus yang secara spesifik membuat kriteria antropometri untuk mendefinisikan gagal
tumbuh. Ada beberapa peneliti yang mendefinsikan gagal tumbuh dengan berat badan di
bawah persentil 3 untuk setiap usia pada grafik pertumbuhan atau -2SD untuk rerata pada
anak dengan usia dan jenis kelamin yang sama atau Z-score untuk berat badan per usia di
bawah minus 2. Untuk kepentingan diagnostik, definisi gagal tumbuh sebagai kegagalan
disproporsi untuk mencapai berat badan dalam perbandingan terhadap tinggi badan tanpa
etiologi yang jelas. Brayden dkk mengajukan pendapat bahwa dikatakan gagal tumbuh jika
bayi di bawah 6 bulan tidak bertumbuh selama 2 bulan kedepannya atau bayi di atas usia 6
bulan namun tidak bertumbuh dalam 3 bulan berturut-turut. Penelitian terbaru menguatkan
bahwa berat badan per usia merupakan cara termudah dan paling rasional untuk mendeteksi
gagal tumbuh.3
EPIDEMIOLOGI
REFERAT GAGAL TUMBUH | 1
Pada bayi muda, gagal tumbuh yang tidak sampai mencapai sindrom klasik marasmus
merupakan kondisi yang umum. Meskipun demikian, insiden sebenarnya dari gagal tumbuh
tidak diketahui karena banyak balita dengan kondisi yang gagal tumbuh tidak teridentifikasi,
bahkan di negara berkembang. Diperkirakan bahwa kondisi gagal tumbuh dialami oleh 510% bayi muda dan hampir 3-5% dirawat di rumah sakit pendidikan. 3
Sekitar 5% anak di Amerika Serikat dirawat di bagian anak karena gagal tumbuh.
Prevalensi ini bahkan meningkat pada negara berkembang dengan tingkat malnutrisi dan/atau
infeksi HIV yang tinggi.4 Anak yang lahir dari seorang ibu muda yang tidak bersuami, dan
ibu yang sibuk bekerja selama berjam-jam akan meningkatkan risiko terjadinya gagal
tumbuh. Pemberian makan yang kurang merupakan penyebab paling umum gagal tumbuh.
95% kasus gagal tumbuh terjadi karena intake makanan yang tidak adekuat. Gagal tumbuh
sering terjadi pada bayi berusia 9-24 bulan tanpa perbandingan jenis kelamin yang jelas.
Sebagian besar bayi yang mengalami gagal tumbuh berada pada usia di bawah 18 bulan.
Biasaya sindrom gagal tumbuh jarang ditemukan pada anak di atas usia 5 tahun. 2,3
Salah satu keadaan yang erat hubungannya dengan permasalah gagal tumbuh adalah
stunting. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) Tahun 2007 di Indonesia
ditemukan 36,5% anak balita mengalami stunting. Di NTT pada Tahun 2007 penderita
stunting mencapai angka 46,7% dan pada tahun 2010 jumlahnya naik cukup tajam hingga
mencapai angka 61,4%. Penyebab stunting di NTT antara lain karena ketidakcukupan pangan
dalam rumah tangga yang menyebabkan kekurangan asupan gizi makanan terutama pada
anak usia 0-2 tahun, sanitasi lingkungan yang tidak layak serta belum berperannya tingkat
pelayanan dasar seperti Pendidikan, pelayanan terhadap ibu hamil yang belum maksimal pada
Puskesmas maupun Posyandu.5
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Penyebab gagal tumbuh meliputi beberapa hal berikut ini:3
A. Penyebab Prenatal
a. Prematuritas dengan komplikasi
b. Terpaparnya uterus dengan agen toksik seperti alkohol, rokok, medikamentosa
c. Infeksi (rubella, cytomegalovirus-CMV, HIV)
d. Pertumbuhan janin intrauterin terhambat karena berbagai sebab
e. Abnormalitas kromosom (sindrom Down dan Turner)
f. Sindrom dismorfogenik
B. Penyebab Postnatal berdasarkan patofisiologi
1. Intake kalori yang inadekuat sebagai akibat dari :
REFERAT GAGAL TUMBUH | 2
Karakteristik Keluarga
REFERAT GAGAL TUMBUH | 3
a. Berbagai kondisi medis kronik yang a. Kepercayaan yang tidak sehat dan
timbul sebagai akibat dari :
-
tabu
peningkatan
metabolisme,
seperti
demam
b. Kelahiran
keliru
prematur
psikopatologi
e. Kekerasan fisik atau penelantaran
dan
kegagalan
pertumbuhan intrauterine
c. Keterlambatan perkembangan
d. Anomali kongenital
e. Terpaparnya intrauterine dengan agen
toksik seperti alkohol
f. Anemia
g. Permasalahan metabolisme pada bayi baru
lahir
Adaptasi dari Kleinman RE 6
KLASIFIKASI
Dahulu penyebab gagal tubuh diklasifikasikan menjadi non-organik dan organik.
Meskipun demikian, beberapa penulis menyebutkan bahwa klasifikasi ini keliru. Mereka
mendasari pendapat ini dengan fakta bahwa semua kasus gagal tumbuh merupakan akibat
makanan yang inadekuat sehingga lebih mengarah pada permasalahan organik. Selain itu
pembagian ini tidak dapat lagi dipertahankan karena banyak kasus gagal tumbuh terjadi
akibat berbagai etiologi.3
Berdasarkan patofisiologi, gagal tumbuh di klasifikasikan menurut intake kalori yang
inadekuat, absorbsi yang inadekuat, peningkatan kebutuhan kalori, dan defek penggunaan
kalori. Klasifikasi ini merujuk pada pengorganisasian berbagai kondisi yang berkontribusi
dalam gagal tumbuh.3
1
Non-organik (psikososial)
Pada gagal tumbuh non-organik, tidak ada kondisi medis yang diketahui menyebabkan
pertumbuhan yang buruk. Hal ini berkaitan dengan kemiskinan, permasalahan
psikososial dalam keluarga, permasalahan terkait kurangnya pengetahuan dan
REFERAT GAGAL TUMBUH | 4
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya orangtua atau pengasuh akan mengeluh bahwa anaknya tidak bertumbuh
dengan baik atau kehilangan berat badan atau tidak makan dengan baik atau terlihat sakit atau
tidak seperti saudaranya pada usia yang sama. Biasanya gagal tumbuh akan terdeteksi atau
terdiagnosa dengan menggunakan berat lahir dan riwayat antropometri anak dimana anak
akan terlihat lebih kecil untuk usianya. Yang paling penting disini adalah alur parameter
pertumbuhan pada grafik pertumbuhan yang sesuai. Berbagai petunjuk dalam data sangat
EVALUASI
A. Evaluasi awal
Ada 3 investigasi awal yang dilakukan untuk mengembangkan pendekatan berbasis
terapi yang ekonomis pada anak dengan gagal tumbuh. Hal ini meliputi (a) riwayat anak
termasuk menelaah item psikososial, (b) pemeriksaan fisik yang hati-hati, (c) observasi
langsung kebiasaan anak dan interaksi antara anak dan orangtua.3
a. Riwayat
1. Riwayat nutrisi
REFERAT GAGAL TUMBUH | 6
Keguguran berulang
Apakah kehamilannya terencana?
Penggunaan medikamentosa, obat, atau rokok
Kehamilan, persalinan da neonatal
Asfiksia neonatal/apgar score
Prematuritas
Kecil usia kehamilan
Berat badan dan panjang badan lahir
Malformasi kongenital dan infeksi
Lama perawatan di rumah sakit
Laktasi
Kesulitan makan selama periode neonatal
Riwayat medis anak
Imunisasi
Perkembangan
Penyakit medis dan pembedahan
Infeksi
Riwayat pertumbuhan
Alur pengukuran sebelumnya
Riwayat nutrisi
Kebiasaan makan dan lingkungan
Alergi atau sensitif terhadap makanan
Penilaian kuantitatif terhadap intake (rekapan makan 3 hari, food recall 24 jam)
Riwayat sosial
Usia dan pekerjaan orangtua
Siapa yang memberi makan anak?
Stres psikososial
Dukungan sosial dan ekonomi
Pengertian gagal tumbuh
Riwayat penelantaran oleh pengasuh
Demam berulang
Disuria, frekuensi berkemih meningkat
Aktivitas
Adaptasi dari Duggan C 8
b. Pemeriksaan Fisik
Parameter yang obyektif biasanya dilihat dari perlambatan pertumbuhan
baik berat badan maupun panjang badan. Jika gagal tumbuh yang terjadi tergolong
berat, maka parameternya adalah pertumbuhan otak yang buruk dibuktikan
dengan
pengukuran
lingkar
kepala.
Diagnosis
berdasarkan
parameter
pertumbuhan dimana (1) menurun di bawah 2 persentil atau lebih (2) secara
persisten berada di bawah persentil 3 dan persentil 5 (3) di bawah persentil 80
pada rerata berat badan per panjang badan.7
Tujuan utama mencakup (1) identifikasi gambaran yang mengarah pada
masalah genetik yang mengganggu pertumbuhan (2) deteksi penyakit mendasar
yang menghambat pertumbuhan (3) menilai tanda kemungkinan adanya
penelantaran anak (4) menilai keparahan dan akibat yang mungkin dari malnutrisi.
Deteksi organomegali mengarah pada masalah metabolik. Pada umumnya, deteksi
berbagai sistem organ pada anak dengan kondisi gagal tumbuh dapat
meningkatkan kecurigaan masalah metabolisme pada bayi baru lahir. Parameter
pertumbuhan dasar seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan lingkar
lengan atas perlu diukur dengan hati-hati. Antropometri indeks untuk gagal
tumbuh adalah berat bada dibagi panjang badan atau tinggi badan.
1. Penilaian derajat gagal tumbuh melalui perhitungan setiap parameter
pertumbuhan (berat badan, tinggi badan, dan ratio berat badan dibagi tinggi
badan). Perlu diingat bahwa grafik pertumbuhan yang sesuai kadang tidak
tersedia untuk anak dengan permasalahan medis yang spesifik dan dengan
demikian pengukuran terus-menerus penting untuk anak tersebut. Pada bayi
prematur perlu dikoreksi umur dibanding usia kronologis, digunakan untuk
menghitung persentil pertumbuhan hingga 1-2 tahun dari koreksi umur. Grafik
pertumbuhan digunakan untuk mengevaluasi pola gagal pertumbuhan. Jika
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala di bawah ukuran yang sesuai
untuk usia, maka hal tersebut menggambarkan adanya permasalahan selama
kehidupan intrauterine atau faktor genetik/kromosom. Jika tinggi badan dan
REFERAT GAGAL TUMBUH | 9
berat badan terhambat dengan lingkar kepala normal, maka endokrinopati atau
retardasi pertumbuhan perlu dipikirkan. Jika hanya penambahan berat badan
yang bermasalah maka hal ini terkait dengan depriviasi energi (kalori)
2. Gagal tumbuh akibat masalah lingkungan
Tanda yang biasanya muncul meliputi kegagalan penambahan berat badan,
kehilangan lemak, tulang iga menonjol dan massa otot berkurang terutama
pada otot yang besar seperti gluteal.
3. Penilaian perkembangan penting untuk dilakukan karena anak dengan gagal
tumbuh memiliki insiden yang tinggi untuk mengalami keterlambatan
perkembangan dibandingkan populasi secara umum. Jika permasalahannya
berada pada lingkungan, maka semua tugas usia akan terlambat. Area ini
berkaitan dengan interaksi lingkungan, seperti perkembangan bahasa. Evaluasi
kebiasaan yang spesifik saat ini telah berkembang untuk membantu
membedakan permasalahn lingkungan dengan penyakit organik yang
mendasari. Evaluasinya dapat menggunakan tes Denver.
TABEL 3. Pemeriksaan Fisik pada bayi dan anak dengan gagal tumbuh
Organ/
Fungsi
Abnormalitas
Vital sign
Skin
Rambut
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Cardiovaskular
Abdomen
Hipotensi
Hipertensi
Takipnea/takikardia
Pallor
Kebersihan yang buruk
Candidiasis
Eczema
Kerontokan rambut
Otitis media kronik
Stomatitis
Pembesaran tiroid
Wheezing
Murmur
Genitourinaria
Rectum
Ampula kosong
Hirschprung
Ekstremitas Edema
Hipoalbuminemia
Hilangnya massa otot
Malnutrisi kronik
Clubbing
Penyakit kronik paru, sianosis CHD
Sistem
Refleks tendon abnormal
Cerebral palsy
saraf
Keterlambatan perkembangan
Intake atau kebutuhan kalori
Disfagia
Palsi nervus kranialis
Kebiasaan
Tidak kooperatif
Sulit makan
9
Adaptasi dari Collins et al
B. LABORATORIUM
Peranan telaah laboratorium dalam evaluasi gagal tumbuh adalah untuk
mencaritahu adanya kemungkinan masalah organik melalui riwayat dan pemeriksaan
fisik. Jika ditemukan adanya etiologi organik, perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam. Namun jika tidak ditemukan, maka pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap tidak diindikasikan. Meskipun demikian, pemeriksaan darah lengkap,
sendimentasi eritrosit, laju endap darah, urinalisis (pH, osmolaritas, elemen seluler,
glukosa, dan keton), kultur urin, pemeriksaan urea, tinja untuk melihat parasit dan
malabsorbsi, ureum dan kreatinin serum, analisis gas darah, tes fungsi hati termasuk
protein total dan albumin serta elektrolit perlu dilakukan, begitu juga pemeriksaan awal
untuk masalah infeksi seperti HIV, dan TBC. Pada sebuah penelitian, dari total 2607
hasil laboratorium, dengan rerata 14 tes per pasien. Dengan semua test yang sudah
dilakukan, hanya 10 (0,4%) yang dapat menegakan diagnosa dan 1% hanya dapat
mendukung diagnosa. 1,3
REFERAT GAGAL TUMBUH | 11
DIFERENSIAL DIAGNOSA3
1
serta terlihat baik dan sehat. Kurva pertumbuhan mereka sejajar dan sedikit di bawah
2
kurva normal.
Keterlambatan Pertumbuhan
Pada keterlambatan pertumbuhan konstitusional, berat badan dan tinggi badan mulai
berkurang pada akhir masa bayi, sejajar kurva pertumbuhan yang normal melalui
pertengahan masa kanak-kanak dan meningkat pada akhir masa remaja. Kecepatan
pertumbuhan selama masa kanak-kanak merupakan hal yang normal, usia
penulangan terhambat, pubertas terhambat, kesehatan normal dan biasanya memiliki
berdasarkan usia
Populasi Bayi yang Spesifik
Bayi preterm dan mereka yang mengalami pertumbuhan janin terhambat akan
memperlihatkan kegagalan pertumbuhan pada periode postnatal namun akan
mengejar kembali pertumbuhan yang ada pada 2-3 tahun awal kehidupan. Selama
pertumbuhan anak mengikuti kurva dengan interval laju pertumbuhan yang normal
merupakan akibat dari adanya tumor pada area hipotalamus dan ventrikel ketiga.
Psychosocial Short Stature (Dwarfisme Psikososial)
Dwarfisme psikososial merupakan sindrom dengan deselarasi garis pertumbuhan
dengan gangguan kebiasaan (gangguan tidur dan kebiasaan makan yang
bermasalah), dimana keduanya dapat sembuh dengan perubahan lingkungan
psikososial. Biasanya onset timbulnya gejala adalah usia 18-24 bulan. Anak akan
cenderung pasif, depresi dan terhambat secara sosial.
TATALAKSANA1,3
Terapi gagal tumbuh harus diarahkan pada balita dan orangtua/keluarga. Syarat utama tata
laksana adalah mengenali penyebab yang mendasari dan memperbaiki dengan cepat. Dua
REFERAT GAGAL TUMBUH | 13
prinsip utama tata laksana pada semua anak gagal tumbuh adalah diet tinggi kalori untuk
catch up growth dan pemantauan jangka panjang untuk melihat adanya gejala sisa. Rencana
terapi yang baik harus dialamatkan pada:
1. Diet anak dan pola makan
Terapi utama pada gagal tumbuh, tanpa memperhitungkan etiologi, adalah
intervensi nutrisi dan modifikasi kebiasaan pemberian makan. Untuk bayi yang
menerima ASI, interval pemberian makan tidak boleh lebih dari 4 jam dan waktu
maksimal yang diperbolehkan untuk menyusu adalah 20 menit, karena di atas dari
waktu tersebut, bayi akan lelah. Modifikasi kebiasaan harus berpusat pada
peningkatan teknik pemberian makan, hindari pemberian jus dalam jumlah besar dan
eliminasi hal yang dapat mengganggu saat makan. Jus buah dalam jumlah besar
menyebabkan pertumbuhan yang buruk karena menyediakan intake karbohidrat yang
rendah dan menghilangkan nafsu makan untuk mendapatkan nutrisi.
Pertama hitung kebutuhan kalori serta protein menggunakan prinsip BB ideal
menurut PB atau TB saat ini dikalikan RDA kalori/protein sesuai dengan height age
(PB saat ini ideal untuk usia berapa?). Setelah itu lakukan beberapa evaluasi terkait
pemberian makan pada bayi yang meliputi :
-
3 kali makan dan 2 kali snack bergizi tiap hari, susu sebanyak 480-960 mL per
hari, stop pemberian jus atau soda sampai berat badan normal, hentikan pemberian
makan secara paksa, dan perhatikan lingkungan tempat memberikan makan
TABEL 3. Penambahan berat badan yang diterima per hari sesuai usia10
Usia (bulan)
Lahir - <3 bulan
3 bulan - < 6 bulan
6 bulan - < 9 bulan
9 bulan - < 12 bulan
12 bulan - < 18 bula
18 bulan 24 bulan
Terapi dimulai dengan makanan jumlah kecil dan secara bertahap dinaikan
merupakan cara yang sarankan untuk permulaan dengan jumlah besar. Jenis
suplementasi kalori didasarkan pada tingkat keparahan gagal tumbuh dan kondisi
medis yang mendasari. Terapi nutrisi yang diberikan ini bertujuan untuk mengejar gizi
ideal berdasarkan berat badan per usia. Tujuan kedua yaitu mengejar panjang badan
yang terdekat dengan panjang badan ideal untuk usia tersebut. Penambahan berat
badan merupakan respon terhadap masukan diet yang adekuat. Jika tetap terjadi gagal
tumbuh setelah masukan diet yang adekuat, maka perlu dipikirkan adanya penyakit
organik yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
2. Atasi penyakit mendasar
Kadang penyebab yang mendasari gagal tumbuh tidak jelas. Pada kasus ini,
dibutuhkan observasi pemberian makan yang ketat disertai dukungan keluarga. Anak
dengan gagal tumbuh akibat infeksi harus dievaluasi dan diterapi dengan baik.
Perhatian khusus harus dilakukan untuk mengatasi gangguan merabolisme pada bayi
baru lahir yang mungkin terjadi.
3. Stimulasi perkembangan anak
Penelitian membuktikan bahwa stimulasi psikososial yang tepat penting untuk
perkembangan kognitif baik pada kehidupan anak lebih awal maupun nanti.
4. Peningkatan kualitas dan kemampuan pengasuh atau orangtua yang terkait dengan
pola interaksi yang berhubungan dengan pola pemberian makan.
5. Follow up yang regular dan efektif, minimal setiap minggu
6. Konsultasi ke spesialis untuk pendekatan multidisiplin ilmu
REFERAT GAGAL TUMBUH | 15
KOMPLIKASI 3
1. Siklus malnutrisi-infeksi: infeksi berulang memicu munculnya malnutrisi, dimana
memicu kemungkinan terjadinya infeksi. Anak dengan gagal tumbuh harus dievaluasi
dan diterapi secara tepat untuk masalah infeksi.
2. Sindrom re-feeding dengan karakteristik retensi cairan, hipofosfatemia, hipomagnesia,
dan hipokalemia. Untuk mencegah hal tersebut, ketika rehabilitasi nutrisi diinisiasi,
kalori dapat secara aman dimulai dari 20% di atas intake terakhir anak. Jika anak
dapat men-toleransi intake kalori dapat ditingkatkan 10-20% per hari dengan
pemantauan imbalance elektrolit, fungsi jantung yang buruk, edema, atau intoleransi
makan. Jika hal ini terjadi, maka hentikan peningkatan kalori hingga status anak
stabil.
3. Kronik, gizi buruk yang berat pada bayi dapat menekan pertumbuhan kepala yang
dapat mempengaruhi disabilitas kognitif
PROGNOSIS
Durasi dan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
mempengaruhi hasil akhir yang ingin dicapai. Periode pendek akan terselesaikan secara
komplit jika nutrisi yang adekuat diberikan untuk mempercepat pertumbuhan. Di lain pihak,
periode pertumbuhan buruk yang memanjang akan mengarah pada kondisi tubuh yang kecil,
terutama jika hal ini terjadi lebih awal pada bayi. Episode gagal tumbuh yang berulang tanpa
kejar tumbuh akan mengarah pada marasmus bahkan kematian jika infeksinya tidak dikelola.3
Beberapa penelitian melaporkan adanya gangguan pertumbuhan fisik dan kognitif
pada anak yang mengalami gagal tumbuh. Efek jangka panjang pada berat badan dan panjang
badan akan lebih terlihat dibandingkan masalah intelektual. Anak dengan riwayat gagal
tumbuh non organik pada usia 5 tahun akan terlihat lebih pendek dan ringan dari anak
seusianya. Selain itu penting diketahui bahwa hampir 1/3 anak dengan gagal tumbuh
psikososial akan mengalami perkembangan yang terhambat disertai masalah sosial dan
emosional. Prognosis akan lebih bervariasi pada gagal tumbuh organik tergantung diagnosis
yang spesifik dan keparahan gagal tumbuh. Diagnosis awal merupakan hal yang penting
karena pertumbuhan, perkembangan, dan kebiasaan dapat terkena dampak gangguan ini.
Dengan intervensi dan tatalaksana yang dini, hasil yang baik dapat dicapai oleh bayi dan anak
yang berespon terhadap intervensi nutrisi dan lingkungan yang diberikan. 3,7
PENCEGAHAN
REFERAT GAGAL TUMBUH | 16
[Medline].
Diakses
dari:
http://reference.medscape.com/medline/abstract/21524049
3. Onyiriuka AN. Evaluation and Management of the Child with Failure to Thrive.
Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 923
4. Brewster DR. Inpatient management of severe malnutrition: time for a change in
protocol and practice. Ann Trop Paediatr. 2011. 31(2):97-107. [Medline].
5. Rakor
stunting.
Diakses
dari
http://bappeda.nttprov.go.id/index.php/publikasi/barita/edisi-september-2011/item/10rakor-stunting
6. Kleinman RE. Pediatric Nutrition Handbook, 5th edition. Elk Grove Village,
American Academy of Pediatric Press; 2004:443458. In: Onyiriuka AN. Evaluation
and Management of the Child with Failure to Thrive. Hospital Chronicles. 2011. 6(1):
923
7. Sirotnak
A.
Failure
to
Thrive.
2015.
Diakses
dari
http://emedicine.medscape.com/article/915575-workup#showall
8. Duggan C. Failure to thrive: malnutrition in outpatient setting. In: Walker WA,
Walking JB (eds). Nutrition in Pediatrics: Basic Science and Clinical Applications.
Halmilton Ontario, BC Decker Inc, 1996: 1015. In : Onyiriuka AN. Evaluation and
Management of the Child with Failure to Thrive. Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 923
9. Collins J, Mezey AP, Failure to thrive. In: Shelov SP, Mezey AP, Edelman CM,
Barnett HC (eds). Primary Care Paediatrics. Norwalk CT, AppletonCenturyCrofts,
1984: 327-329. In : Onyiriuka AN. Evaluation and Management of the Child with
Failure to Thrive. Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 9-23
10. Brayden RM, Daley MF, Brown JM. Ambulatory and community pediatrics. In: Hay
WW Jr, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR (eds). Current Diagnosis and
Treatment in Pediatrics.18th ed. New York, NY: McGraw Hill; 2007:225245. In :
Onyiriuka AN. Evaluation and Management of the Child with Failure to Thrive.
Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 9-23