Anda di halaman 1dari 18

PENDAHULUAN

Failure to thrive adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan berat badan
yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun dibandingkan
dengan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan). Istilah yang lebih tepat
adalah fail to gain weight, tidak tepat jika diterjemahkan sebagai gagal tumbuh, karena dalam
hal ini yang dinilai hanyalah berat badan terhadap umur pada minimal 2 periode pengukuran,
sedangkan tinggi badan dan lingkar kepala yang juga merupakan parameter pertumbuhan
mungkin masih normal. Oleh sebab itu definisi yang tepat adalah perpindahan posisi berat
badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2 persentil utama atau 2 standar deviasi
kebawah jika diplot pada grafik BB menurut usia. Failure to thrive juga belum tentu gizi
kurang atau gizi buruk. Hal ini bukanlah diagnosis melainkan gejala yang harus dicari
penyebabnya.1 Permasalahan ini umum terjadi pada bayi dan balita. Biasanya penyebab
gangguan ini bersifat multifaktorial, termasuk nutrisi yang inadekuat dan interaksi sosial yang
terganggu yang kemudian berkontribusi terhadap penambahan berat badan yang buruk dan
keterlambatan perkembangan. Definisi paling tepat untuk gagal tumbuh merujuk pada
pertumbuhan fisik yang tidak adekuat yang didiagnosa dari observasi terhadap pertumbuhan
dari waktu ke waktu dengan menggunakan grafik pertumbuhan standar. 1,2
Banyak peneliti sepakat bahwa gagal tumbuh hanya dapat dinilai secara akurat dengan
membandingkan tinggi badan dan berat badan pada grafik. Sampai saat ini masih belum ada
konsensus yang secara spesifik membuat kriteria antropometri untuk mendefinisikan gagal
tumbuh. Ada beberapa peneliti yang mendefinsikan gagal tumbuh dengan berat badan di
bawah persentil 3 untuk setiap usia pada grafik pertumbuhan atau -2SD untuk rerata pada
anak dengan usia dan jenis kelamin yang sama atau Z-score untuk berat badan per usia di
bawah minus 2. Untuk kepentingan diagnostik, definisi gagal tumbuh sebagai kegagalan
disproporsi untuk mencapai berat badan dalam perbandingan terhadap tinggi badan tanpa
etiologi yang jelas. Brayden dkk mengajukan pendapat bahwa dikatakan gagal tumbuh jika
bayi di bawah 6 bulan tidak bertumbuh selama 2 bulan kedepannya atau bayi di atas usia 6
bulan namun tidak bertumbuh dalam 3 bulan berturut-turut. Penelitian terbaru menguatkan
bahwa berat badan per usia merupakan cara termudah dan paling rasional untuk mendeteksi
gagal tumbuh.3

EPIDEMIOLOGI
REFERAT GAGAL TUMBUH | 1

Pada bayi muda, gagal tumbuh yang tidak sampai mencapai sindrom klasik marasmus
merupakan kondisi yang umum. Meskipun demikian, insiden sebenarnya dari gagal tumbuh
tidak diketahui karena banyak balita dengan kondisi yang gagal tumbuh tidak teridentifikasi,
bahkan di negara berkembang. Diperkirakan bahwa kondisi gagal tumbuh dialami oleh 510% bayi muda dan hampir 3-5% dirawat di rumah sakit pendidikan. 3
Sekitar 5% anak di Amerika Serikat dirawat di bagian anak karena gagal tumbuh.
Prevalensi ini bahkan meningkat pada negara berkembang dengan tingkat malnutrisi dan/atau
infeksi HIV yang tinggi.4 Anak yang lahir dari seorang ibu muda yang tidak bersuami, dan
ibu yang sibuk bekerja selama berjam-jam akan meningkatkan risiko terjadinya gagal
tumbuh. Pemberian makan yang kurang merupakan penyebab paling umum gagal tumbuh.
95% kasus gagal tumbuh terjadi karena intake makanan yang tidak adekuat. Gagal tumbuh
sering terjadi pada bayi berusia 9-24 bulan tanpa perbandingan jenis kelamin yang jelas.
Sebagian besar bayi yang mengalami gagal tumbuh berada pada usia di bawah 18 bulan.
Biasaya sindrom gagal tumbuh jarang ditemukan pada anak di atas usia 5 tahun. 2,3
Salah satu keadaan yang erat hubungannya dengan permasalah gagal tumbuh adalah
stunting. Berdasarkan hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) Tahun 2007 di Indonesia
ditemukan 36,5% anak balita mengalami stunting. Di NTT pada Tahun 2007 penderita
stunting mencapai angka 46,7% dan pada tahun 2010 jumlahnya naik cukup tajam hingga
mencapai angka 61,4%. Penyebab stunting di NTT antara lain karena ketidakcukupan pangan
dalam rumah tangga yang menyebabkan kekurangan asupan gizi makanan terutama pada
anak usia 0-2 tahun, sanitasi lingkungan yang tidak layak serta belum berperannya tingkat
pelayanan dasar seperti Pendidikan, pelayanan terhadap ibu hamil yang belum maksimal pada
Puskesmas maupun Posyandu.5
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Penyebab gagal tumbuh meliputi beberapa hal berikut ini:3
A. Penyebab Prenatal
a. Prematuritas dengan komplikasi
b. Terpaparnya uterus dengan agen toksik seperti alkohol, rokok, medikamentosa
c. Infeksi (rubella, cytomegalovirus-CMV, HIV)
d. Pertumbuhan janin intrauterin terhambat karena berbagai sebab
e. Abnormalitas kromosom (sindrom Down dan Turner)
f. Sindrom dismorfogenik
B. Penyebab Postnatal berdasarkan patofisiologi
1. Intake kalori yang inadekuat sebagai akibat dari :
REFERAT GAGAL TUMBUH | 2

a. Pemberian makan yang kurang


b. Kesalahan dalam persiapan pemberian formula
c. Masalah kebiasaan makan
d. Kebiasaan pemberian makan yang tidak sesuai (misalnya pada anak yang tidak
kooperatif)
e. Kemiskinan yang menyebabkan kekurangan makanan
f. Penelantaran anak
g. Sulitnya pemberian makan seperti pada kasus abnormalitas kongenital atau
disfungsi oromotor
h. Dispnea yang berkepanjangan karena berbagai penyebab
2. Absorbsi yang inadekuat terkait dengan :
a. Sindrom malabsorbsi akibat alergi protein susu sapi, giardiasis, intoleransi
makanan
b. Defisiensi vitamin dan mineral seperti zink, defisiensi vitamin A dan C
c. Penyakit hepatobilier seperti atresia bilier
d. Necrotizing enterocolitis
3. Peningkatan kebutuhan kalori akibat :
a. Hipertiroid
b. Infeksi yang kronik atau berulang
c. Anemia kronik
4. Defek penggunaan kalori :
a. Permasalah metabolisme pada bayi baru lahir
b. Diabetes mellitus atau insipidus
c. Hipoksemia kronik
Sementara itu yang termasuk dalam faktor risiko terjadinya gagal tumbuh terdapat
dalam tabel 1 di bawah ini.

TABEL 1. Simpulan berbagai faktor risiko terjadinya gagal tumbuh


Karakteristik Bayi

Karakteristik Keluarga
REFERAT GAGAL TUMBUH | 3

a. Berbagai kondisi medis kronik yang a. Kepercayaan yang tidak sehat dan
timbul sebagai akibat dari :
-

tabu

intake yang inadekuat seperti disfungsi b. Isolasi sosial


menelan, anoreksia

peningkatan

c. Teknik pemberian makan yang

metabolisme,

seperti

demam

d. Penyalahgunaan substansi atau

malabsorbsi atau maldigesti

Infeksi (HIV, TB)

b. Kelahiran

keliru

prematur

psikopatologi
e. Kekerasan fisik atau penelantaran

dan

kegagalan

pertumbuhan intrauterine
c. Keterlambatan perkembangan
d. Anomali kongenital
e. Terpaparnya intrauterine dengan agen
toksik seperti alkohol
f. Anemia
g. Permasalahan metabolisme pada bayi baru
lahir
Adaptasi dari Kleinman RE 6
KLASIFIKASI
Dahulu penyebab gagal tubuh diklasifikasikan menjadi non-organik dan organik.
Meskipun demikian, beberapa penulis menyebutkan bahwa klasifikasi ini keliru. Mereka
mendasari pendapat ini dengan fakta bahwa semua kasus gagal tumbuh merupakan akibat
makanan yang inadekuat sehingga lebih mengarah pada permasalahan organik. Selain itu
pembagian ini tidak dapat lagi dipertahankan karena banyak kasus gagal tumbuh terjadi
akibat berbagai etiologi.3
Berdasarkan patofisiologi, gagal tumbuh di klasifikasikan menurut intake kalori yang
inadekuat, absorbsi yang inadekuat, peningkatan kebutuhan kalori, dan defek penggunaan
kalori. Klasifikasi ini merujuk pada pengorganisasian berbagai kondisi yang berkontribusi
dalam gagal tumbuh.3
1

Non-organik (psikososial)
Pada gagal tumbuh non-organik, tidak ada kondisi medis yang diketahui menyebabkan
pertumbuhan yang buruk. Hal ini berkaitan dengan kemiskinan, permasalahan
psikososial dalam keluarga, permasalahan terkait kurangnya pengetahuan dan
REFERAT GAGAL TUMBUH | 4

keterampilan orangtua maupun pengasuh dalam memperhatikan kebutuhan nutrisi bayi.


Faktor risiko lainnya termasuk penelantaran oleh orangtua, single parenthood, imaturitas
dari salah satu atau kedua orangtua, stres ekonomi, stres yang bersifat temporer seperti
tragedi keluarga akibat kecelakaan, sakit, maupun kematian dan hubungan pernikahan
yang tidak harmonis. Gagal tumbuh non-organik mencapai 70% kasus gagal tumbuh.
Jika diperhatikan dengan lebih seksama terhadap faktor risiko gagal tumbuh non-organik
maka didapatkan bahwa bayi dengan gagal tumbuh memberikan pertanda masalah sosial
dan psikologi dalam keluarga. Perhatian orangtua yang berlebihan atau kewaspadaan
2

yang berlebihan juga dapat menyebabkan terjadinya gagal tumbuh.


Organik
Hal ini timbul jika diketahui adanya penyebab medis yang mendasari. Permasalahn
organik yang menyebabkan gagal tumbuh seperti infeksi (HIV, TBC), masalah
gastrointestinal (diare kronik, refluks gastroesofageal) atau permasalahan neurologis
(cerebral palsy, retardasi mental). Permasalahan lainnya meliputi masalah genitourinaria
maupun anomali kromosom. Kombinasi antara masalah neurologis dan gastrointestinal
mencapai 60-80% penyebab organik dari gizi buruk pada negara berkembang. Gagal

tumbuh organik berjumlah <20% kasus gagal tumbuh.


Campuran (mixed failure to thrive)
Hal ini terjadi bila mereka yang memiliki permasalahn organik berasal dari lingkungan
yang merugikan. Demikian juga mereka dengan kondisi gizi buruk dapat berkembang

menjadi masalah medis.


Gagal tumbuh tanpa etiologi yang jelas
Telaah jurnal gagal tumbuh mengindikasi bahwa 12-32% kasus gagal tumbuh pada anak
tidak ditemukan adanya etiologi yang spesifik.

MANIFESTASI KLINIS
Umumnya orangtua atau pengasuh akan mengeluh bahwa anaknya tidak bertumbuh
dengan baik atau kehilangan berat badan atau tidak makan dengan baik atau terlihat sakit atau
tidak seperti saudaranya pada usia yang sama. Biasanya gagal tumbuh akan terdeteksi atau
terdiagnosa dengan menggunakan berat lahir dan riwayat antropometri anak dimana anak
akan terlihat lebih kecil untuk usianya. Yang paling penting disini adalah alur parameter
pertumbuhan pada grafik pertumbuhan yang sesuai. Berbagai petunjuk dalam data sangat

REFERAT GAGAL TUMBUH | 5

bermanfaat untuk mengevaluasi pertumbuhan. Beberapa kondisi seperti sindrom Down,


achondroplasia, dan sindrom Turner memerlukan grafik pertumbuhan yang spesifik.3,7
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan antropometri (minimal dilakukan di 2 periode
terutama dalam 3 tahun pertama kehidupan) dimana didapatkan penurunan persentil berat
badan terhadap usia yang melewati lebih dari 2 persentil mayor (persentil 3, 5, 10, 25, 50, 75,
90, 95, 97) dan pencarian penyakit yang mungkin mendasari. Bila ditemukan masalah
penambahan tinggi badan yang dominan, pikirkan kelainan tulang dan endokrin seperti
hipotiroid. Pada kelainan ini perlu dilakukan pengukuran arm span, lower segment (LS),
upper segment (US), ratio US/LS. Sedangkan bila ditemukan masalah pertambahan lingkar
kepala, pikirkan kelainan neurologis.1 Pemeriksaan fisik harus detail dan dilakukan dengan
teliti untuk mendeteksi setiap keadaan, penyakit atau sindrom yang mungkin mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan
meliputi tanda-tanda vital, kondisi umum (penampilan, aktivitas, afek), kulit dan rambut,
kepala, mata, telinga, kelainan pada mulut dan faring, leher, dada (suara pernapasan,
pemeriksaan jantung), abdomen, genitalia, fungsi neurologis (nervus kranialis, refleks, cara
berjalan), perkembangan otot, dan kebiasaan seperti menghindari kontak mata, menolak
untuk didekati atau kurang berespon.7
Anak dengan gagal tumbuh biasanya cepat kehilangan lemak subkutan, terjadi
penurunan massa otot, ekstremitas kurus, tulang iga menonjol, dan wajah sembab. Bukti
adanya hygiene yang buruk seperti diaper rash, kulit yang tidak dibersihkan, kuku jari yang
kotor dan pakaian yang kotor. Penemuan lainnya meliputi menghindari kontak mata dengan
pemeriksa, kurangnya ekspresi wajah, dan hipotomia.3

EVALUASI
A. Evaluasi awal
Ada 3 investigasi awal yang dilakukan untuk mengembangkan pendekatan berbasis
terapi yang ekonomis pada anak dengan gagal tumbuh. Hal ini meliputi (a) riwayat anak
termasuk menelaah item psikososial, (b) pemeriksaan fisik yang hati-hati, (c) observasi
langsung kebiasaan anak dan interaksi antara anak dan orangtua.3
a. Riwayat
1. Riwayat nutrisi
REFERAT GAGAL TUMBUH | 6

Detail mengenai pemberian ASI, termasuk jumlah pemberian, interval waktu


pemberian ASI, apakah ASI juga diberikan pada malam hari atau tidak, dan
bagaimana kebiasaan anak sebelum, sesudah, dan selama pemberian ASI.
Informasi ini akan memberikan gambaran apakah ASI adekuat atau inadekuat.
Jika bayi menerima susu formula, penting dinilai apakah persiapannya sudah
benar atau belum. Susu yang terlalu encer akan memberikan intake kalori yang
jelek. Sedangkan susu yang terlalu kental akan membuat anak menolak untuk
minum. Apakah susu diberikan lewat botol, gelas, atau sendok.
Vitamin dan suplemen mineral: kapan mulai dikonsumsi, tipe, jumlah, durasi
Makanan padat : kapan mulai dikonsumsi, tipe, bagaimana cara makannya
Nafsu makan: apakah ada gangguan baik secara temporer atau menetap
Untuk anak yang lebih besar, perhatikan makanan yang disukai dan tidak
disukai, atau alergi. Penting juga untuk diketahui rutinitas makan anak dari
bangun tidur hingga malam hari.
2. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit sekarang. Riwayat tersebut
meliputi informasi asuhan prenatal, penyakit ibu selama hamil, identifikasi
masalah pertumbuhan janin, prematuritas dan berat badan lahir. Indikator meliputi
muntah diare, demam, simptom respirasi dan kelemahan. Selain itu informasi
terkait pola buang air besar, frekuensi, konsistensi, ada tidaknya darah atau lendir
untuk mengevaluasi kemungkinan malabsorbsi, infeksi dan alergi.
3. Riwayat keluarga dan sosial, termasuk jumlah anggota keluarga, usia dan jenis
kelamin saudara. Riwayat keluarga harus mencakup parameter pertumbuhan dari
saudara pasien. Apakah ada saudara lainnya yang mengalami gagal tumbuh, atau
ada aggota keluarga dengan stunting. Hal lainnya yang perlu digali adalah riwayat
sosial seperti pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, serta faktor anak (depresi,
isolasi sosial, retardasi mental) dan faktor lingkungan dan sosial yang mungkin
berkontribusi.
4. Telaah psikososial. Goldbloom mengajukan 3 pertanyaan yang harusnya
ditanyakan pada setiap keluarga (1) bagaimana penampilan mereka, (2)
bagaimana cara mereka berkomunikasi, (3) apa yang mereka lakukan.
TABEL 2. Rangkuman riwayat bayi dan anak dengan gagal tumbuh
Prenatal
Riwayat obstetri umum
REFERAT GAGAL TUMBUH | 7

Keguguran berulang
Apakah kehamilannya terencana?
Penggunaan medikamentosa, obat, atau rokok
Kehamilan, persalinan da neonatal
Asfiksia neonatal/apgar score
Prematuritas
Kecil usia kehamilan
Berat badan dan panjang badan lahir
Malformasi kongenital dan infeksi
Lama perawatan di rumah sakit
Laktasi
Kesulitan makan selama periode neonatal
Riwayat medis anak
Imunisasi
Perkembangan
Penyakit medis dan pembedahan
Infeksi
Riwayat pertumbuhan
Alur pengukuran sebelumnya
Riwayat nutrisi
Kebiasaan makan dan lingkungan
Alergi atau sensitif terhadap makanan
Penilaian kuantitatif terhadap intake (rekapan makan 3 hari, food recall 24 jam)
Riwayat sosial
Usia dan pekerjaan orangtua
Siapa yang memberi makan anak?
Stres psikososial
Dukungan sosial dan ekonomi
Pengertian gagal tumbuh
Riwayat penelantaran oleh pengasuh

Telaah sistem/tanda kelainan organik


Anorexia
Perubahan status mental
Disfagia
Pola dan konsistensi feses
Muntah atau refluks gastroesofageal
REFERAT GAGAL TUMBUH | 8

Demam berulang
Disuria, frekuensi berkemih meningkat
Aktivitas
Adaptasi dari Duggan C 8
b. Pemeriksaan Fisik
Parameter yang obyektif biasanya dilihat dari perlambatan pertumbuhan
baik berat badan maupun panjang badan. Jika gagal tumbuh yang terjadi tergolong
berat, maka parameternya adalah pertumbuhan otak yang buruk dibuktikan
dengan

pengukuran

lingkar

kepala.

Diagnosis

berdasarkan

parameter

pertumbuhan dimana (1) menurun di bawah 2 persentil atau lebih (2) secara
persisten berada di bawah persentil 3 dan persentil 5 (3) di bawah persentil 80
pada rerata berat badan per panjang badan.7
Tujuan utama mencakup (1) identifikasi gambaran yang mengarah pada
masalah genetik yang mengganggu pertumbuhan (2) deteksi penyakit mendasar
yang menghambat pertumbuhan (3) menilai tanda kemungkinan adanya
penelantaran anak (4) menilai keparahan dan akibat yang mungkin dari malnutrisi.
Deteksi organomegali mengarah pada masalah metabolik. Pada umumnya, deteksi
berbagai sistem organ pada anak dengan kondisi gagal tumbuh dapat
meningkatkan kecurigaan masalah metabolisme pada bayi baru lahir. Parameter
pertumbuhan dasar seperti tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, dan lingkar
lengan atas perlu diukur dengan hati-hati. Antropometri indeks untuk gagal
tumbuh adalah berat bada dibagi panjang badan atau tinggi badan.
1. Penilaian derajat gagal tumbuh melalui perhitungan setiap parameter
pertumbuhan (berat badan, tinggi badan, dan ratio berat badan dibagi tinggi
badan). Perlu diingat bahwa grafik pertumbuhan yang sesuai kadang tidak
tersedia untuk anak dengan permasalahan medis yang spesifik dan dengan
demikian pengukuran terus-menerus penting untuk anak tersebut. Pada bayi
prematur perlu dikoreksi umur dibanding usia kronologis, digunakan untuk
menghitung persentil pertumbuhan hingga 1-2 tahun dari koreksi umur. Grafik
pertumbuhan digunakan untuk mengevaluasi pola gagal pertumbuhan. Jika
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala di bawah ukuran yang sesuai
untuk usia, maka hal tersebut menggambarkan adanya permasalahan selama
kehidupan intrauterine atau faktor genetik/kromosom. Jika tinggi badan dan
REFERAT GAGAL TUMBUH | 9

berat badan terhambat dengan lingkar kepala normal, maka endokrinopati atau
retardasi pertumbuhan perlu dipikirkan. Jika hanya penambahan berat badan
yang bermasalah maka hal ini terkait dengan depriviasi energi (kalori)
2. Gagal tumbuh akibat masalah lingkungan
Tanda yang biasanya muncul meliputi kegagalan penambahan berat badan,
kehilangan lemak, tulang iga menonjol dan massa otot berkurang terutama
pada otot yang besar seperti gluteal.
3. Penilaian perkembangan penting untuk dilakukan karena anak dengan gagal
tumbuh memiliki insiden yang tinggi untuk mengalami keterlambatan
perkembangan dibandingkan populasi secara umum. Jika permasalahannya
berada pada lingkungan, maka semua tugas usia akan terlambat. Area ini
berkaitan dengan interaksi lingkungan, seperti perkembangan bahasa. Evaluasi
kebiasaan yang spesifik saat ini telah berkembang untuk membantu
membedakan permasalahn lingkungan dengan penyakit organik yang
mendasari. Evaluasinya dapat menggunakan tes Denver.

TABEL 3. Pemeriksaan Fisik pada bayi dan anak dengan gagal tumbuh
Organ/
Fungsi

Abnormalitas

Diagnostik yang perlu dipikirkan

REFERAT GAGAL TUMBUH | 10

Vital sign

Skin

Rambut
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Cardiovaskular
Abdomen

Hipotensi
Hipertensi
Takipnea/takikardia
Pallor
Kebersihan yang buruk
Candidiasis
Eczema
Kerontokan rambut
Otitis media kronik
Stomatitis
Pembesaran tiroid
Wheezing
Murmur

Insufisiensi adrenal atau tiroid


Penyakit ginjal
Peningkatan kebutuhan metabolik
Anemia
Penelantaran
Imunodefisiensi, infeksi HIV
Alergi
Stres
Imunodefisiensi, defek struktur orofasial
Crohns disease
Hipotiroid
Fibrosis kistik, asthma
Penyakit jantung kongenital

Distensi, bising usus yang Malabsorbsi, penyakit hepar, gangguan


hiperaktif, hepatosplenomegali cadangan glikogen
Diaper rash
Diare, penelantaran anak

Genitourinaria
Rectum
Ampula kosong
Hirschprung
Ekstremitas Edema
Hipoalbuminemia
Hilangnya massa otot
Malnutrisi kronik
Clubbing
Penyakit kronik paru, sianosis CHD
Sistem
Refleks tendon abnormal
Cerebral palsy
saraf
Keterlambatan perkembangan
Intake atau kebutuhan kalori
Disfagia
Palsi nervus kranialis
Kebiasaan
Tidak kooperatif
Sulit makan
9
Adaptasi dari Collins et al
B. LABORATORIUM
Peranan telaah laboratorium dalam evaluasi gagal tumbuh adalah untuk
mencaritahu adanya kemungkinan masalah organik melalui riwayat dan pemeriksaan

fisik. Jika ditemukan adanya etiologi organik, perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam. Namun jika tidak ditemukan, maka pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap tidak diindikasikan. Meskipun demikian, pemeriksaan darah lengkap,
sendimentasi eritrosit, laju endap darah, urinalisis (pH, osmolaritas, elemen seluler,
glukosa, dan keton), kultur urin, pemeriksaan urea, tinja untuk melihat parasit dan
malabsorbsi, ureum dan kreatinin serum, analisis gas darah, tes fungsi hati termasuk
protein total dan albumin serta elektrolit perlu dilakukan, begitu juga pemeriksaan awal
untuk masalah infeksi seperti HIV, dan TBC. Pada sebuah penelitian, dari total 2607
hasil laboratorium, dengan rerata 14 tes per pasien. Dengan semua test yang sudah
dilakukan, hanya 10 (0,4%) yang dapat menegakan diagnosa dan 1% hanya dapat
mendukung diagnosa. 1,3
REFERAT GAGAL TUMBUH | 11

Pada akhirnya, tes laboratorium rutin dapat memberikan petunjuk untuk


permasalahan metabolisme pada bayi baru lahir, seperti hipoglikemia, tes abnormalitas
fungsi hepar, urin positif untuk penurunan substansi (galaktosemia), dan ketonuria.3
C. EVALUASI LANJUTAN
1. Perawatan rumah sakit
Perawatan di rumah sakit memiliki keuntungan diagnostik dan terapi. Keuntungan
diagnostik termasuk observasi pemberian makan, interaksi orangtua-anak, dan
konsultasi pada subspesialis. Keuntungan terapi termasuk pemberian cairan intravena
untuk rehidrasi, penanganan antibiotik sistemik untuk infeksi, transfusi darah untuk
anemia berat, dan nutrisi parenteral, yang merupakan bagian dari prosedur rumah
sakit. Sebagai tambahan, jika etiologi organik ditemukan untuk masalah gagal
tumbuh, maka terapi spesifik dapat dimulai saat perawatan dirumah sakit. Pada
psikososial gagal tumbuh, perawatan rumah sakit menyediakan kesematan untuk
mengedukasi orangtua tentang makanan yang sesuai dan cara pemberian makan yang
tepat.
2. Penilaian kuantitatif masalah intake
Rekapan diet selama 3 hari merupakan bagian standar untuk evaluasi. Hal ini
bermanfaat untuk menilai gizi buruk bahkan jika ada gangguan organik. Food recall
24 hours juga dapat dilakukan. Observasi pemberian makan yang dilakukan secara
spesifik merupakan bagian terintegrasi dari pemeriksaan, namun hal ini idealnya
dilakukan jika orangtua tidak. Bayi yang mendapat ASI harus ditimbang sebelum dan
setelah beberapa kali pemberian makan dalam periode waktu 24 jam berhubung
volume susu yang dikonsumsi bervariasi. Jika permasalahan yang terjadi berasal dari
lingkungan sekitar terutama jika orangtua tidak begitu peka terhadap kebiasaan makan
anak. Interaksi orangtua dan anak memiliki peranan yang penting dalam mengarahkan
intervensi.2

DIFERENSIAL DIAGNOSA3
1

Familial Short Stature


Meskipun anak dengan familial short stature kadang dekat dengan persentil 3 grafik
pertumbuhan, namun mereka memiliki rasio berat badan-tinggi badan dan kecepatan
pertumbuhan yang normal, usia penulangan mereka sesuai dengan usia kronologi,

REFERAT GAGAL TUMBUH | 12

serta terlihat baik dan sehat. Kurva pertumbuhan mereka sejajar dan sedikit di bawah
2

kurva normal.
Keterlambatan Pertumbuhan
Pada keterlambatan pertumbuhan konstitusional, berat badan dan tinggi badan mulai
berkurang pada akhir masa bayi, sejajar kurva pertumbuhan yang normal melalui
pertengahan masa kanak-kanak dan meningkat pada akhir masa remaja. Kecepatan
pertumbuhan selama masa kanak-kanak merupakan hal yang normal, usia
penulangan terhambat, pubertas terhambat, kesehatan normal dan biasanya memiliki

riwayat keluarga dengan keterlambatan masa pertumbuhan dan pubertas.


Onset Cepat Keterlambatan Pertumbuhan
Sekitar 25% bayi normal, persentil pertumbuhan akan bergeser kearah bawah pada 2
tahun pertama kehidupan dan mengikuti persentil tersebut. Hal ini tidak dapat
didiagnosa sebagai gagal tumbuh. Usia penulangan akan sesuai dengan tinggi badan

berdasarkan usia
Populasi Bayi yang Spesifik
Bayi preterm dan mereka yang mengalami pertumbuhan janin terhambat akan
memperlihatkan kegagalan pertumbuhan pada periode postnatal namun akan
mengejar kembali pertumbuhan yang ada pada 2-3 tahun awal kehidupan. Selama
pertumbuhan anak mengikuti kurva dengan interval laju pertumbuhan yang normal

maka gagal tumbuh tidak bisa didiagnosa.


Sindrom Diensefalik
Sindrom ini harus dibedakan dengan gagal tumbuh psikososial. Sindrom ini normal
muncul pada tahun pertama kehidupan dengan gagal tumbuh, peningkatan nafsu
makan, afek euforia, dan pergerakan mata nistagmus. Cara membedakannya dengan
gagal tumbuh adalah melalui perbedaan kondisi psikis dimana anak-anak dengan
sindrom ini cenderung lebih aktif, mudah didekati dan tidak depresi. Sindrom ini

merupakan akibat dari adanya tumor pada area hipotalamus dan ventrikel ketiga.
Psychosocial Short Stature (Dwarfisme Psikososial)
Dwarfisme psikososial merupakan sindrom dengan deselarasi garis pertumbuhan
dengan gangguan kebiasaan (gangguan tidur dan kebiasaan makan yang
bermasalah), dimana keduanya dapat sembuh dengan perubahan lingkungan
psikososial. Biasanya onset timbulnya gejala adalah usia 18-24 bulan. Anak akan
cenderung pasif, depresi dan terhambat secara sosial.

TATALAKSANA1,3
Terapi gagal tumbuh harus diarahkan pada balita dan orangtua/keluarga. Syarat utama tata
laksana adalah mengenali penyebab yang mendasari dan memperbaiki dengan cepat. Dua
REFERAT GAGAL TUMBUH | 13

prinsip utama tata laksana pada semua anak gagal tumbuh adalah diet tinggi kalori untuk
catch up growth dan pemantauan jangka panjang untuk melihat adanya gejala sisa. Rencana
terapi yang baik harus dialamatkan pada:
1. Diet anak dan pola makan
Terapi utama pada gagal tumbuh, tanpa memperhitungkan etiologi, adalah
intervensi nutrisi dan modifikasi kebiasaan pemberian makan. Untuk bayi yang
menerima ASI, interval pemberian makan tidak boleh lebih dari 4 jam dan waktu
maksimal yang diperbolehkan untuk menyusu adalah 20 menit, karena di atas dari
waktu tersebut, bayi akan lelah. Modifikasi kebiasaan harus berpusat pada
peningkatan teknik pemberian makan, hindari pemberian jus dalam jumlah besar dan
eliminasi hal yang dapat mengganggu saat makan. Jus buah dalam jumlah besar
menyebabkan pertumbuhan yang buruk karena menyediakan intake karbohidrat yang
rendah dan menghilangkan nafsu makan untuk mendapatkan nutrisi.
Pertama hitung kebutuhan kalori serta protein menggunakan prinsip BB ideal
menurut PB atau TB saat ini dikalikan RDA kalori/protein sesuai dengan height age
(PB saat ini ideal untuk usia berapa?). Setelah itu lakukan beberapa evaluasi terkait
pemberian makan pada bayi yang meliputi :
-

Evaluasi pemberian ASI pada bayi meliputi :


perbaiki managemen laktasi
pastikan jumlah asupan serta jadwal pemberian ASI yang disesuaikan
dengan kebutuhan bayi. Frekuensi pemberian antara 8-12 kali dalam 24

jam dengan lama pemberian 10 menit disetiap payudara.


Atasi masalah ibu misalnya stres, kelelahan
Penggunaan pompa ASI atau obat untuk meningkatkan produksi susu

Pemberian ASI pada balita (1-3 tahun)


Kebutuhan ASI pada batita kurang lebih 1/3 dari total kebutuhan kalori dalam
sehari, pastikan pemberian makanan cukup, bila berlanjut dan mendominasi
asupan makanan maka hentikan pemberian ASI dan tingkatkan asupan susu

formula dan MP-ASI


Bottle feeding
Berikan susu formula yang tepat dimana formula lanjutan diberikan untuk usia 636 tahun, pastikan cara pelarutan tepat, jika perlu dapat diberikan formula khusus

yang tinggi kalori


Pemberian makanan pada balita
REFERAT GAGAL TUMBUH | 14

3 kali makan dan 2 kali snack bergizi tiap hari, susu sebanyak 480-960 mL per
hari, stop pemberian jus atau soda sampai berat badan normal, hentikan pemberian
makan secara paksa, dan perhatikan lingkungan tempat memberikan makan
TABEL 3. Penambahan berat badan yang diterima per hari sesuai usia10
Usia (bulan)
Lahir - <3 bulan
3 bulan - < 6 bulan
6 bulan - < 9 bulan
9 bulan - < 12 bulan
12 bulan - < 18 bula
18 bulan 24 bulan

Penambahan berat badan (gram/hari)


20 30
15 22
15 20
6 11
58
37

Terapi dimulai dengan makanan jumlah kecil dan secara bertahap dinaikan
merupakan cara yang sarankan untuk permulaan dengan jumlah besar. Jenis
suplementasi kalori didasarkan pada tingkat keparahan gagal tumbuh dan kondisi
medis yang mendasari. Terapi nutrisi yang diberikan ini bertujuan untuk mengejar gizi
ideal berdasarkan berat badan per usia. Tujuan kedua yaitu mengejar panjang badan
yang terdekat dengan panjang badan ideal untuk usia tersebut. Penambahan berat
badan merupakan respon terhadap masukan diet yang adekuat. Jika tetap terjadi gagal
tumbuh setelah masukan diet yang adekuat, maka perlu dipikirkan adanya penyakit
organik yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut.
2. Atasi penyakit mendasar
Kadang penyebab yang mendasari gagal tumbuh tidak jelas. Pada kasus ini,
dibutuhkan observasi pemberian makan yang ketat disertai dukungan keluarga. Anak
dengan gagal tumbuh akibat infeksi harus dievaluasi dan diterapi dengan baik.
Perhatian khusus harus dilakukan untuk mengatasi gangguan merabolisme pada bayi
baru lahir yang mungkin terjadi.
3. Stimulasi perkembangan anak
Penelitian membuktikan bahwa stimulasi psikososial yang tepat penting untuk
perkembangan kognitif baik pada kehidupan anak lebih awal maupun nanti.
4. Peningkatan kualitas dan kemampuan pengasuh atau orangtua yang terkait dengan
pola interaksi yang berhubungan dengan pola pemberian makan.
5. Follow up yang regular dan efektif, minimal setiap minggu
6. Konsultasi ke spesialis untuk pendekatan multidisiplin ilmu
REFERAT GAGAL TUMBUH | 15

KOMPLIKASI 3
1. Siklus malnutrisi-infeksi: infeksi berulang memicu munculnya malnutrisi, dimana
memicu kemungkinan terjadinya infeksi. Anak dengan gagal tumbuh harus dievaluasi
dan diterapi secara tepat untuk masalah infeksi.
2. Sindrom re-feeding dengan karakteristik retensi cairan, hipofosfatemia, hipomagnesia,
dan hipokalemia. Untuk mencegah hal tersebut, ketika rehabilitasi nutrisi diinisiasi,
kalori dapat secara aman dimulai dari 20% di atas intake terakhir anak. Jika anak
dapat men-toleransi intake kalori dapat ditingkatkan 10-20% per hari dengan
pemantauan imbalance elektrolit, fungsi jantung yang buruk, edema, atau intoleransi
makan. Jika hal ini terjadi, maka hentikan peningkatan kalori hingga status anak
stabil.
3. Kronik, gizi buruk yang berat pada bayi dapat menekan pertumbuhan kepala yang
dapat mempengaruhi disabilitas kognitif
PROGNOSIS
Durasi dan tingkat keparahan penyakit yang menyebabkan gangguan pertumbuhan
mempengaruhi hasil akhir yang ingin dicapai. Periode pendek akan terselesaikan secara
komplit jika nutrisi yang adekuat diberikan untuk mempercepat pertumbuhan. Di lain pihak,
periode pertumbuhan buruk yang memanjang akan mengarah pada kondisi tubuh yang kecil,
terutama jika hal ini terjadi lebih awal pada bayi. Episode gagal tumbuh yang berulang tanpa
kejar tumbuh akan mengarah pada marasmus bahkan kematian jika infeksinya tidak dikelola.3
Beberapa penelitian melaporkan adanya gangguan pertumbuhan fisik dan kognitif
pada anak yang mengalami gagal tumbuh. Efek jangka panjang pada berat badan dan panjang
badan akan lebih terlihat dibandingkan masalah intelektual. Anak dengan riwayat gagal
tumbuh non organik pada usia 5 tahun akan terlihat lebih pendek dan ringan dari anak
seusianya. Selain itu penting diketahui bahwa hampir 1/3 anak dengan gagal tumbuh
psikososial akan mengalami perkembangan yang terhambat disertai masalah sosial dan
emosional. Prognosis akan lebih bervariasi pada gagal tumbuh organik tergantung diagnosis
yang spesifik dan keparahan gagal tumbuh. Diagnosis awal merupakan hal yang penting
karena pertumbuhan, perkembangan, dan kebiasaan dapat terkena dampak gangguan ini.
Dengan intervensi dan tatalaksana yang dini, hasil yang baik dapat dicapai oleh bayi dan anak
yang berespon terhadap intervensi nutrisi dan lingkungan yang diberikan. 3,7
PENCEGAHAN
REFERAT GAGAL TUMBUH | 16

Pencegahan gagal tumbuh berkaitan dengan permasalahan pengasuhan dan disfungsi


sosial yang dapat terlihat dari level primer, sekunder, hingga tersier. Pencegahan primer
termasuk penilaian cermat dan monitoring semua anggota keluarga pada pelayanan kesehatan
primer dengan berbagai faktor risiko. Pencegahan sekunder termasuk monitoring dan
intervensi ketika faktor risiko atau situasi yang berisiko teridentifikasi dalam keluarga atau
anak. Pencegahan tersier termasuk kasus yang sudah teridentifikasi dengan intervensi yang
sudah dilakukan untuk mengatasi gagal tumbuh.3
Promosi tentang ASI eksklusif untuk bayi muda, diikuti dengan pemberian makanan
pendamping yang optimal dan higienis dapat mengurangi risiko infeksi, mendukung
pertumbuhan bayi dan mencegah gizi buruk pada anak. Usaha komunitas untuk mengedukasi
dan mendukung masyarakat untuk mencari bantuan untuk permasalahan yang berkaitan
dengan psikososial. Deteksi awal gagal tumbuh dan intervensi dapat menurunkan keparahan
gejala, meningkatkan proses pertumbuhan dan perkembangan normal, dan meningkatkan
kualitas hidup bayi dan anak. Pencegahan BBLR melalui keseimbangan suplementasi energiprotein, suplementasi mikronutrien, tatalaksana infeksi, dan menghindari kebiasaan merokok
dan minum alkohol selama hamil.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Pedoman Pelayanan Medik
2. Cole SZ, Lanham JS. Failure to thrive: an update. Am Fam Physician. 2011 Apr 1.
83(7):829-34.

[Medline].

Diakses

dari:

http://reference.medscape.com/medline/abstract/21524049
3. Onyiriuka AN. Evaluation and Management of the Child with Failure to Thrive.
Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 923
4. Brewster DR. Inpatient management of severe malnutrition: time for a change in
protocol and practice. Ann Trop Paediatr. 2011. 31(2):97-107. [Medline].
5. Rakor

stunting.

Diakses

dari

http://bappeda.nttprov.go.id/index.php/publikasi/barita/edisi-september-2011/item/10rakor-stunting
6. Kleinman RE. Pediatric Nutrition Handbook, 5th edition. Elk Grove Village,
American Academy of Pediatric Press; 2004:443458. In: Onyiriuka AN. Evaluation
and Management of the Child with Failure to Thrive. Hospital Chronicles. 2011. 6(1):
923

REFERAT GAGAL TUMBUH | 17

7. Sirotnak

A.

Failure

to

Thrive.

2015.

Diakses

dari

http://emedicine.medscape.com/article/915575-workup#showall
8. Duggan C. Failure to thrive: malnutrition in outpatient setting. In: Walker WA,
Walking JB (eds). Nutrition in Pediatrics: Basic Science and Clinical Applications.
Halmilton Ontario, BC Decker Inc, 1996: 1015. In : Onyiriuka AN. Evaluation and
Management of the Child with Failure to Thrive. Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 923
9. Collins J, Mezey AP, Failure to thrive. In: Shelov SP, Mezey AP, Edelman CM,
Barnett HC (eds). Primary Care Paediatrics. Norwalk CT, AppletonCenturyCrofts,
1984: 327-329. In : Onyiriuka AN. Evaluation and Management of the Child with
Failure to Thrive. Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 9-23
10. Brayden RM, Daley MF, Brown JM. Ambulatory and community pediatrics. In: Hay
WW Jr, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR (eds). Current Diagnosis and
Treatment in Pediatrics.18th ed. New York, NY: McGraw Hill; 2007:225245. In :
Onyiriuka AN. Evaluation and Management of the Child with Failure to Thrive.
Hospital Chronicles. 2011. 6(1): 9-23

REFERAT GAGAL TUMBUH | 18

Anda mungkin juga menyukai