Anda di halaman 1dari 7

3/3/2017 Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

Mencari tempat berteduh

Odi Shalahuddin

2 Komentar

Membangun Desa Layak Anak

Posted by Odi Shalahuddin on Januari 20, 2012 in Program Hak Anak

Kota Layak Anak dan Sekolah Ramah Anak, tentu istilah itu sering kita dengar. Pemerintah Indonesia setiap tahunnya selalu memberi
penghargaan terhadap kota-kota yang dinilai sebagai kota layak anak.
https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/ 1/7
penghargaan terhadap kota-kota yang dinilai sebagai kota layak
3/3/2017 anak.
Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

Kali ini, berkembang inisiatif baru dari Desa Hargobinangun, Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu ingin membangun Desa
Layak Anak. Ini terlihat dari serangkaian upaya yang telah dilakukan oleh mereka, salah satunya menyelenggarakan Lokakarya Penyusunan
Peraturan Desa Hargobinangun tentang Desa Layak Anak, yang berlangsung di Hotel Taman Eden 1, Kaliurang, Sleman, pada tanggal 23
November 2011. Acara dihadiri oleh sekitar 70 orang yang terdiri dari perangkat desa, tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan dari Dinas-dinas di
Kabupaten Sleman, LSM dan Organisasi Anak.

Acara lokakarya yang merupakan kerjasama antara IDEA, Pemerintah Desa


Hargobinangun,Pemerintah kabupaten Sleman dan Asia Foundation, dibuka Oleh Valentina S.
Wijiyati, selaku koordinator program IDEA, sebuah organisasi Non Pemerintah yang selama ini giat
dalam bidang pemberdayaan masyarakat dan sangat aktif dalam isu Penganggaran.

Saya kebetulan ditunjuk menjadi salah satu narasumber bersama dengan Dr. Y. Sari Murti Widiyastuti,
SH. M.Hum, staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta dan dikenal pula sebagai
pemerhati anak dan Perempuan, yang juga aktif di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY. Seingat
saya, ini kali kelima dalam berbagai acara mengenai anak saya disandingkan dengan Sari Murti.
Sayang empat acara lainnya sama sekali tidak pernah bisa bertemu. Dua acara pertama saya yang
berhalangan, dua acara berikutnya ialah yang berhalangan. Kita baru jodoh sekarang, ya, Mas,
komentar Sari Murti.

Materi yang disodorkan oleh panitia kepada saya adalah mengenai riviu payung hukum terkait hak
anak, pengayaan tentang situasi hak anak, dan substansi terkait hak anak yang selayaknya diatur dalam
Peraturan Desa. Sedangkan Sari Murti diminta untuk memberikan materi mengenai Perancangan
Valentina Wiji Perdes tentang Desa Layak Anak.

Secara jujur saya menyatakan bahwa inisiatif dari Desa Hargobinangun merupakan inisiatif yang patut
dihargai dan perlu didukung oleh semua pihak termasuk LSM dan Pemerintah Kabupaten Sleman. Gagasan menjadikan sebagai Desa Layak
Anak, tentunya akan berpengaruh langsung terhadap kehidupan anak-anak di tingkat basis yang mudah untuk diikuti perkembangan dan
tantangan yang dihadapi.

Gagasan tentang kota layak anak sesungguhnya telah dimulai merujuk pada hasil penelitian Kevin Lynch mengenai Childrens Perception of
the Environment di Melbourne, Warsawa, Salta dan Mexico City Tahun 1971- 1975. Konvensi UN Habitat II di Istambul tahun 1996,
menyebutkan tentang Kota Ramah Anak dengan memberikan empat indikator. Disusul kemudian Konsep Kota Layak Anak diperkenalkan
oleh UNICEF bersama UN Habitat Pada United Nations General Assembly Special Session on Children (UN-GASS) Tahun 2002 yang
https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/ 2/7
3/3/2017 Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

oleh UNICEF bersama UN Habitat Pada United Nations General Assembly Special Session on Children (UN-GASS) Tahun 2002 yang
mendeklarasikan World t for Children, yang merekomendasikan kepada walikota seluruh dunia untuk:a) mengembangkan rencana aksi untuk
kota mereka menjadi Kota Ramah dan melindungi hak anak, dan b) mempromosikan partisipasi anak sebagia aktor perubah dalam proses
pembuatan keputusan di kota mereka terutama dalam proses pelaksanaan dan evaluasi kebijakan pemerintah.

Gerakan dan perkembangan internasional direspon dengan baik oleh pemerintah Indonesia dengan menetapkan kebijakan Kabupaten/Kota
Layak Anak melalui Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 02 tahun 2009, yang dilengkapi dengan
Peraturan Menteri Nomor 3 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kabupaten/Kota Layak Anak. Namun secara faktual, gagasan itu telah
ditelurkan pada tahun 2005, dan pada tahun 2006 dilakukan uji-coba di 5 kota/kabupaten yang kemudian menjadi 10 kota/kabupaten pada
tahun 2007.

Penghargaan terhadap kota/kabupaten layak anak mengalami perubahan pada tahun 2011. Pada tahun tersebut, penghargaan dikelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu Kota Layak Anak (KLA), Utama, Nindya, Madya dan Pratama. Tidak ada kota/kabupaten yang memperoleh
penghargaan dalam kategori KLA dan Utama. Sepuluh kota hanya mampu meraih kategori Nindya, Madya dan Pratama. Selain 10
kota/kabupaten, penghargaan juga diberikan untuk tiga kota yang dinilai melakukan inovasi pengembangan KLA, yaitu Kabupaten Grobogan
untuk kebijakan Daerah mengenai Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus, Kabupaten Sleman untuk Pendidikan, pemanfaat waktu luang
dan kegiatan seni budaya dan; Kabupaten Kebumen untuk Peranserta masyarakat sipil dalam perlindungan anak.

Mengapresiasi identikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, saya menilai perlu dikembangkan lagi dengan mencermati hak-hak
anak yang harus diperoleh. Seabgai contoh adalah kepemilikan akte kelahiran sebagai bukti telah mendaftar pencatatan kelahiran
anak/seseorang. Hal mana, ini penting sebagia bukti tentang identitas dan kewarganegaraan seseorang.

Sedangkan Sari Murti dalam presentasinya memulai dengan menampilkan dua gambar. Pertama tentang anak-anak yang kelaparan, dan
kedua tentang kemiskinan. Berbagai masalah anak bisa terlahirkan dari dua situasi tersebut. Ia juga menyambut baik tentang gagasan
menjadikan desa Hargobinangun sebagai Desa Layak Anak yang diformalisasikan dengan penyusunan Peraturan Desa.

https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/ 3/7
3/3/2017 Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

Mengutip Sudikno Mertokusumo, Sari Murti menyampaikan bahwa hukum itu hidup dalam kesadaran setiap manusia, termasuk manusia
yang belum pernah tahu tentang peraturan perundangan atau buta huruf sekalipun. Ini disebut kesadaran hukum. Ia lalu mencontohkan
beberapa kasus: Walaupun Bapak/ibu belum pernah membaca KUHP, tapi saya yakin Bapak/Ibu setuju bahwa membunuh itu adalah
pelanggaran hukum bahwa korupsi itu pelanggaran hukum, bahwa melakukan kekerasan seksual terhadap anak adalah melanggar hukum.
Nah, tanpa membaca atau mengetahui, kita memiliki kesadaran tentang hukum,.

Sari Murti membuat analogi untuk memahami hukum dengan pembangunan rumah. Membangun rumah, tidak sekedar memerlukan
penguasaan teori atau teknik membangun rumah saja, melainkan juga seni. Jadi, merumuskan hukum di Perdes juga tidak sekedar
memformulasikan pasal-pasal melainkan juga melakukan seni. Seni Hukum. Ini merupakan ciri khas yang didorong oleh pilihan antara yang
baik dan yang buruk dalam mengolah, menggarap, melaksanakan, menemukan atau menerapkan hukum sehingga menghasilkan karya di
bidang hukum yang bermutu atau mempunyai wibawa,

Selanjutnya ia menyampaikan tentang jenis norma hukum tipe norma kewenangan dan bagaimana merumuskan norma hukum secara baik.
Terkait dengan Penyusunan Perdes, Sari Murti mengutip pasal 1 butir 8 UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan yang menyatakan Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat adalah peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh badan
perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa atau nama lainnya. Sebagai catatan, UU tersebut telah digantikan dengan

UU. No. 12 tahun 2011 yang mana, kedudukan dan denisi Perdes tidak tercantum lagi. Walaupun bisa dirujuk pada pasal 8 UU No. 12 tahun4/7
https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/
3/3/2017 Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

UU. No. 12 tahun 2011 yang mana, kedudukan dan denisi Perdes tidak tercantum lagi. Walaupun bisa dirujuk pada pasal 8 UU No. 12 tahun
2011 yang berbunyi: Jenis per-UU-an. lembaga, atau komisi, yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau pemerintah atas perintah UU
. Kepala Desa atau yang setingkat, (pasal 1), dan pada ayat berikutnya dinyatakan: Peraturan per-uu-an diakui keberadaannya dan
mempunya kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk
berdasarkan kewenangan.

Sari Murti juga memberikan penjelasan tentang proses penyusunan Peraturan Desa, termasuk kandungan isi di dalamnya.

Lokakarya yang dimaksudkan sebagai bahan masukan bagi penyusunan Perdes ini ditindaklanjuti dengan pembentukan anggota tim
penyusun.

Kepala Desa Hargobinganun, Bedja Wiryanto yang ditemui setelah usai acara menyatakan bahwa awalnya
ia menjadi salah satu dari Kepala Desa yang diajak turut serta bersama rombongan Bupati Sleman untuk
melakukan studi banding ke Surakarta yang telah mencanangkan diri menjadi Kota Layak Anak.
Berdasarkan dari situ, saya berpikir bahwa Desa Layak Anak juga menjadi kebutuhan. Selama ini banyak
orangtua atau masyarakat belum tahu tentang hak-hak anak sehingga tidak menyadari banyak masalah
anak. Hal yang kita lakukan adalah melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai hak anak,
perlindungan anak dan masalah-masalah. Dari situ timbul kebutuhan agar di desa ini memiliki wadah
untuk mengatur upaya-upaya perlindungan anak,

Valentina S. Wijiyati, Koordinator Program dari IDEA yang memberikan dukungan dan memfasilitasi
proses kepada Desa Hargobinangun menyampaikan bahwa IDEA memang diminta oleh pemerintah
Kabupaten untuk memfasilitasi beberapa desa. Namun karena keterbatasan yang dimiliki IDEA
memfokuskan hanya pada satu desa saja, yaitu Desa Hargobinangun. Melalui proses bersama perangkat
desa dan masyarakat lahirlah sesuatu yang akan dirintis di desa ini yaitu menjadikan sebagai Desa Layak
Anak.

Harapan kami setidaknya ada model infrastruktur yang dibutuhkan dalam upaya perlindungan dan Kepala Desa Hargobinangun
pemenuhan hak anak di tingkat desa. Ya dimulai dari Desa Hargobinangun yang kita ketahui juga sebagai
daerah rawan bencana, kata perempuan yang akrab dipanggil dengan nama Wiji.

Ya, kita berharap rintisan ini bisa berjalan baik dan bisa menginspirasi desa-desa lainnya di Sleman dan Indonesia.

Salam,
https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/ 5/7
3/3/2017 Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

Salam,

Odi Shalahuddin,
24 November 2011

________________________

Foto-foto adalah dokumentasi IDEA

Tags: Desa Hargobinangun, Desa Layak Anak, IDEA, Kabupaten Sleman Permalink

2 comments on Membangun Desa Layak Anak

Ahmad Mukhlis
Juli 23, 2014 pukul 9:05 am Balas

Bang Odi
bagi info nya tentang desa Hargobinganun
lembaga kami juga menginisiasi terwujudnya desa layak anak di Pulau Nias, Sumatera Utara, dan ingin melakukan studi banding ke desa
yang sudah mendapat predikat desa layak anak..
mohon kerjasamanya ya bang siapatahu saja kami bisa studi banding ke Desa Hargobinganun

Odi Shalahuddin
Agustus 1, 2014 pukul 12:05 pm Balas

Bung Ahmad Mukhlis, barangkali dapat mengirimkan email ke saya: odi@yayasan-samin.org

https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/ 6/7
3/3/2017 Membangun Desa Layak Anak | Odi Shalahuddin

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

https://odishalahuddin.wordpress.com/2012/01/20/membangun-desa-layak-anak/ 7/7

Anda mungkin juga menyukai