Anda di halaman 1dari 61

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | i

Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, tujuan perlindungan anak adalah untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.
Berbagai pihak berkewajiban dan bertanggung jawab
pemenuhan hak-hak anak tersebut, mulai dari institusi terkecil yaitu
keluarga, masyarakat, pemerintah desa/kelurahan, pemerintah
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan pemerintah pusat.
Untuk mempercepat pemenuhan hak-hak anak serta
mewujudkan Indonesia Layak Anak (IDOLA) Tahun 2030 telah
disusun kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak ( KLA ) dan telah
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota
Layak Anak ( KLA ).
Sebagai langkah awal pengembangan KLA di Kabupaten Madiun
telah ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Madiun Nomor 3
Tahun 2017 tentang Kabupaten Layak Anak sebagai strategi dalam
mengimplementasikan pemenuhan hak-hak anak yang perlu
ditindaklanjuti melalui pengembangan Pelayanan Ramah Anak di
Pesantren.
Pelayanan Ramah Anak di Pesantren adalah upaya/pelayanan
di Pesantren yang dilakukan berdasarkan pemenuhan, perlindungan
dan penghargaan atas hak-hak anak sesuai 4 (empat) prinsip
perlindungan anak, yaitu : non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi
anak; hak untuk hidup; keberlangsungan hidup dan perkembangan;
serta penghargaan terhadap pendapat anak.
Buku Saku Pesantren Ramah Anak disusun dengan harapan
dapat menjadi rujukan bagi para pihak yang berperan dalam
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | i
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
mengembangkan Pesantren-pesantren ramah anak. Semoga
semangat dan komitmen kita dalam membangun Kabupaten Madiun
menuju Kabupaten Layak Anak senantiasa mendapatkan Ridho dari
Allah SWT.

Madiun, Oktober 2021


KEPALA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
KABUPATEN MADIUN,

SURYANTO, SE., M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 19691024 199403 1 005

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | ii


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Landasan Hukum ..................................................................... 3
C. Pengertian ............................................................................... 4
D. Tujuan ..................................................................................... 5
E. Prinsip-prinsip ......................................................................... 5
F. Sasaran .................................................................................... 7
G. Tahapan Pengembangan Pesantren Ramah Anak ................... 8
BAB II INDIKATOR PESANTREN RAMAH ANAK ................................... 9
A. Komponen Ustad ..................................................................... 9
B. Komponen Santri ..................................................................... 9
C. Komponen Kurikulum .............................................................. 10
D. Komponen Kegiatan Pembelajaran ......................................... 10
E. Komponen Managemen Dan Layanan Anak Di Pesantren ...... 10
F. Komponen Managemen Dan Layanan Bimbingan Pesantren . 11
G. Komponen Peraturan Penanganan Masalah ........................... 11
H. Komponen Sarana Prasarana .................................................. 12
I. Komponen Hubungan Dengan Orang Tua Dan Masyarakat .... 12
BAB III IMPLEMETASI PESANTREN RAMAH ANAK .............................. 13
A. Pengasuhan Berbasis Nilai....................................................... 13
B. Pengasuhan dan Pemberdayaan Anak .................................... 18
C. Penanganan Masalah Anak ..................................................... 20
D. Kode Etik Pendisiplinan dan Penanganan Masalah ................. 24
E. Identifikasi Kategori Masalah dan Struktur Penanganan ........ 25
F. Perilaku Hidup Sehat Pesantren Ramah Anak ......................... 32
BAB IV DUKUNGAN LAYANAN PESANTREN RAMAH ANAK ................. 34
A. Layanan Ramah Anak .............................................................. 34
B. Aksesibilitas Fasilitas Ramah Anak .......................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 41
Lampiran....................................................................................... 42
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | iii
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Persoalan anak di lingkungan Pendidikan tidak pernah
selesai. Salah satu penyebabnya adalah masih rendahnya
pemahaman pendidik dan keluarga tentang pola asuh anak,
dimana pendekatan kekerasan menjadi pilihan praktis untuk
memberikan efek jera pada anak. Akhirnya, perlakuan keras
berujung pada kecacatan sampai pada akibat fatal yaitu
kematian. Menghadapi beberapa fakta itu, diperlukan proses
penyadaran dan edukasi kepada Lembaga-lembaga Pendidikan
yang menjunjung tinggi hak-hak anak sebagai manusia yang
harus dihargai dan dihormati. Diharapkan akan tercipta suatu
lingkungan dimana anak akan merasa nyaman dan terlindungi
ketika berada di dalam lingkungan tersebut.
Pemerintah memberikan perhatian besar kepada nilai-
nilai perlindungan anak dimana pada tahun 2002 melalui
amandemen UUD 1945, dengan menambahkan pasal baru,
yakni pasal 28 b ayat 2 yang menyebutkan bahwa : Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang,
serta terlindungi dari kekerasan dan diskriminasi. Puncak
keberhasilan dalam memperjuangkan perlindungan anak di
Indonesia adalah dengan lahirnya Undang-undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang saat ini untuk
meningkatkan pemenuhan hak dan perlindungan anak
dilakukan perubahan dengan diterbitkannya Undang-undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Pasal 21
mengamanatkan kewajiban pemerintah daerah untuk
menjamin terwujudnya pemenuhan hak dan perlindungan anak
melalui pengembangan Kabupaten/Kota Layak Anak ( KLA ).

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 1


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pengukuran KLA menggunakan 24 Indikator yang
mencerminkan pemenuhan hak anak dan perlindungan anak
dari aspek kelembagaan dan 5 (lima) kluster substansi Konvensi
Hak Anak (KHA). Salah satu kluster substansi tersebut yaitu
tentang Pendidikan, Pemanfaatan waktu luang, dan Kegiatan
Budaya yang diukur dengan 3 Indikator dan salah satunya
adalah Sekolah Ramah Anak di Pesantren.
Dalam perlindungan anak, pesantren memiliki peran yang
sangat strategis sebagai Lembaga Pendidikan Islam terbesar,
dimana pesantren berperan aktif sebagai model Pendidikan
yang mengupayakan pencegahan tindak kekerasan pada anak
di lingkungan Pendidikan. Kelebihan pesantren adalah sifatnya
yang lebih humanis, tidak formal, tanpa sekat-sekat sosial,
akses lebih mudah terjangkau oleh kelompok masyarakat mana
pun, dan yang paling penting bahwa ilmu yang ditransferkan
kepada para santri lebih kontekstual dengan kehidupan nyata.
Kurikulum tidak terbatas pada rencana pengajaran tertulis
tetapi juga hidden curriculum berupa perilaku guru, lingkungan
sekitar, dan komunikasi antar warga pesantren.
Peran penting perlindungan anak bagi dunia Pendidikan
dan pengasuhan di pesantren, khususnya berkaitan dengan
Pesantren Ramah Anak yaitu yang pertama, Pesantren Ramah
Anak menjadi panduan bagi Lembaga Pendidikan pondok
pesantren akan hak-hak anak yang harus dipenuhi pihak
pesantren, kedua, Pesantren Ramah Anak sebagai alat kontrol
bagi praktek Pendidikan dan pengasuhan di pesantren, hingga
selanjutnya pesantren menjadi model Pendidikan melindungi
hak-hak anak Indonesia.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 2


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
B. LANDASAN HUKUM
1. QS An-Nisa ayat 9, tentang kewajiban orang tua memberikan
keturunan ( anak cucu) yang kuat baik kuat spiritual, social,
pengetahuan dan keterampilan.
2. Hadits Al-Baihaqi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas tentang
hak anak :
“ Diantara yang menjadi hak seorang anak atas orang tuanya
adalah memperbaiki budi pekertinya dan memberi nama
dengan nama yang baik”
3. Konvensi Hak Anak oleh PBB tahun 1989 tentang hak-hak
anak.
4. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 Amandemen Pasal 28B ayat (2) tentang “Setiap anak
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang
serta berhak atas perlindungan anak dari kekerasan dan
diskriminasi”;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
6. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
7. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional Pasal 3;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan Mutu dan Gizi Pangan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Pendidikan Inklusif;
10. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang
Ratifikasi Konvensi Hak Anak;

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 3


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
11. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak;
12. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 10 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus.

C. PENGERTIAN
1. Pondok Pesantren
Pondok pesantren berarti suatu lembaga Pendidikan agama
islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan
sistem asrama (kompleks) dimana anak-anak menerima
Pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah
yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari
kepemimpinan (leadership) seorang atau beberapa orang
kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta
independent dalam segala hal, M. Arifin (Qomar, TT:2).
2. Pengembangan Ramah Anak
Pengembangan Ramah Anak adalah upaya satuan
Pendidikan agar mampu menjamin, memenuhi, menghargai
hak-hak anak, dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung
partisipasi anak terutaman dalam perencanaan kebijakan
pembelajaran dan mekanisme pengaduan.
3. Pesantren Ramah Anak
Pesantren Layak Anak ( PLA ) adalah Lembaga Pendidikan
berbasis keislaman yang mampu menjamin, memenuhi,
menghargai hak-hak anak, perlindungan anak dari
kekerasan, diskriminasi, perlakuan salah lainnya serta
mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan,
kebijakan, pembelajaran, dan mekanisme pengaduan.
Pesantren Ramah Anak adalah usaha menciptakan
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 4
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
pesantren dan lingkungan sekitarnya agar dapat membuat
anak nyaman, betah, khusuk beribadah, senang belajar,
bermain dan berkreasi. Hingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas Pendidikan karena santri/siswa dapat
terpenuhi beberapa hal penting dalam tumbuh kembangnya,
di antaranya :
a. Meningkatkan prestasi belajar
b. Menyalurkan bakat minat dan hobi secara optimal
c. Melakukan aktualisasi potensi diri dengan leluasa
d. Terpenuhinya kebutuhan gizi anak.
e. Bersosialisasi dengan masyarakat luas dengan lebih baik.
f. Terbebas dari ketakutan, tekanan dan ancaman.

D. TUJUAN
Program Pesantren Ramah Anak ini bertujuan:
1. Memberi sumbangsih dalam proses penerapan nilai-nilai
Islam dalam suatu sistem Pendidikan pesantren khususnya
penghargaan pada hak anak.
2. Menciptakan pesantren yang melindungi dan menyenangkan
bagi anak.
3. Terciptanya pembelajaran yang ramah dan baik kepada
peserta didik maupun pendidik.

E. PRINSIP-PRINSIP
1. Pesantren untuk Anak
Jumlah anak yang mengenyam pendidikan di pesantren
cukup besar, secara umum, melalui pendidikan pesantren,
anak didik diharapkan dapat memperoleh bekal
pengetahuan agama yang memadai dan menjadi manusia
yang berakhlak mulia. Interaksi yang terjalin adalah
hubungan antara kiai sebagai guru dan santri sebagai murid,
sehingga bagaikan anak dan bapak bagai keluarga
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 5
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
harmonis. Potensi ini adalah bekal untuk mencetak generasi
baik dan berkualitas.
2. Anak adalah Subjek
Anak sebagai pelaku dalam proses kegiatan di pesantren
menentukan nasib dunia. Anak bukanlah objek yang secara
pasif menerima segala perlakuan yang dilakukan oleh orang
dewasa.
3. Kepentingan Terbaik untuk Anak
Pendidikan yang dilaksanakan di pesantren harus
berorientasi kepada kebutuhan anak baik kebutuhan fisik,
psikis, spiritual, maupun intelektual.
4. Non Diskriminasi
Pesantren merupakan sarana belajar anak yang heterogen,
baik status ekonomi dan Pendidikan orang tuanya,
perbedaan karakteristik dan watak, bahkan ada anak yang
disabilitas, perbedaan jenis kelamin, latar belakang suku,
bahasa dan warna kulit. Pesantren harus memberikan
pelayanan yang sama terhadap semua potensi yang dimiliki
anak.
5. Partisipasi Aktif
Di sini menunjukkan bahwa seorang anak berhak untuk
mengemukakan dan didengar pendapatnya dalam berbagai
proses dan upaya terutaman yang berkenaan dengan hak
mereka dan/atau hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya
sekarang maupun di masa yang akan datang.
6. Hak Perkembangan dan Kelangsungan Hidup
Setiap anak berhak mendapatkan hak untuk tumbuh
kembang. Sejak ia dalam kandungan ibunya sampai anak
terlahir ke dunia, ia berhak mendapatkan perlindungan dan
tumbuh secara sempurna.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 6


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7. Anak adalah Bagian dari Masyarakat dan Lingkungan
Keberadaan pesantren di tengah masyarakat selayaknya
bersifat mutualisme. Selain berfungsi membina masyarakat,
kondusifitas pesantren sebagai Lembaga Pendidikan
keagamaan bagi para santripun akan bergantung pada
kualitas pola fikir dan pola hidup masyarakat.

F. SASARAN

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 7


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
G. TAHAPAN PENGEMBANGAN PESANTREN RAMAH ANAK
1. Melakukan Konsultasi santri untuk memetakan pemenuhan
hak-hak dan penyusunan rekomendasi
2. Pimpinan, kepala madrasah atau satuan pendidikan, orang
tua/wali santri berkomitmen untuk mengembangkan PRA
3. Membentuk Tim yang bertugas :
a. Mengoordinasikan berbagai upaya pengembanga PRA
b. Sosialisasi pentingan PRA
Persiapan c. Menyusukn dan melaksanakan rencana aksi PRA Tahunan
d. Memantau proses pengembangan PRA
e. Evaluasi PRA
4. Tim Pengembangan PRA melaksanakan Rencana Aksi
Tahunan untuk mewujudkan PRA yang terintergrasi dalam
kebijakan, program, dan kegiatan pesantren
Tim Pengembangan PRA melaksanakan Rencana Aksi
Perencanaan Tahunan untuk mewujudkan PRA yang terintegrasi dalam
kebijakan, program, dan kegiatan pesantren.
Tim Pengembangan Pesantren Ramah Anak (PRA)
melaksanakan Rencana Aksi Tahunan dengan
Pelaksanaan
mengoptimalkan semua sumber daya pesantren dan pihak
lain yang terkait.
1. Tim pengembangan PRA melakukan pemantauan setiap
bulan dan evaluasi setiap tiga bulan terhadap pengembangan
PRA. Hasilnya diserahkan kepada pimpinan untuk
Pemantauan, ditindaklanjuti.
Evaluasi, dan 2. Pimpinan pesantren memberikan rekomendasi untuk
Pelaporan penguatan PRA.
3. Pimpinan Pesantren memberikan laporan pemantauan dan
evaluasi kepada Seksi Pondok Pesantren ditingkat
Kabupaten/Kota Provinsi

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 8


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
BAB II
INDIKATOR PESANTREN RAMAH ANAK ( PRA )

Pesantren Ramah Anak sebagai model memiliki beberapa


komponen dan indikator yang harus terpenuhi. Komponen dan
Indikator tersebut adalah :
KOMPONEN USTAD
 Memberi contoh yang dalam bersikap sesuai dengan norma agama yang
dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
 Berkomitmen dan cinta pada dunia Pendidikan, memenuhi kualifikasi
dan kompetensi pendidik.
 Memberi perlindungan rasa aman, nyaman serta menyenangkan santri
 Kreatif dalam penerapan metode pembelajaran Aktif-Inovatif-Kreatif-
Efektif-Menyenangkan (PAIKEM), ramah pada anak dan lingkungan.
 Memahami karakterisitik, minat bakat, potensi santri.
 Mengembangkan kualitas kecerdasan spiritual, emosional, dan
intelegensi santri.
 Menghargai kreasi dan pendapat peserta didik dengan baik.
 Mengembangkan fungsi bimbingan dan konseling sebagai pendidik.
 Memfasilitasi kebutuhan kesehatan dan kebersihan santri.
 Tidak melakukan ancaman dan penghinaan kepada santri.
 Memberikan konsekuensi logis terhadap pelanggaran yang dilakukan
santri.
 Memiliki kemampuan menciptakan suasana kondusif dan interaktif.
KOMPONEN SANTRI
 Memiliki kesempatan yang mudah untuk mengembangkan potensi.
 Bersikap dan berperilaku yang baik di lingkungan pesantren.
 Menghormati ( tak’dzim ) kepada yang lebih tua.
 Menghargai sesama teman.
 Memiliki kepedulian kepada lingkungan sekitar.
 Memiliki tanggung jawab sebagai peserta didik sebagai bagian dari
pesantren, msayarakat, bangsa, dan Negara.
 Mengaplikasikan ilmu yang dipelajari secara terintegrasi dan terpadu.
 Menghargai hak orang lain, keragaman, dan kesetaraan.
 Mengatasi perselisihan dengan menghindari kekerasan.
 Memiliki kesempatan berpendapat melalui berbagai media islami.
 Memiliki kemampuan yang berpendapat dalam menentukan metode
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 9
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan santri.
 Menata kenyamanan kelas sebagai tempat belajar dan berkreasi.
KOMPONEN KURIKULUM
 Berorientasi pada pengembangan pilar-pilar Pendidikan.
 Mengintegrasikan nilai-nilai ramah anak pada setiap muatan pelajaran,
kegiatan intra dan ekstra serta budaya sekolah.
 Menerapkan metode pembelajaran yang menumbuhkan nilai
mahabbah, mujahadah, tasamuh, ta’awun, dan amanah.
 Memanfaatkan fasilitas dan lingkungan yang tersedia guna memperkaya
sumber dan media pembelajaran.
 Mendorong anak untuk bekerja sama dalam memecahkan berbagai
masalah
 Memadukan konsep dan metode pembelajaran salafiah/tradisional dan
modern.
 Memiliki nilai manfaat bagi lingkungan sekitar.
 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap materi dan pelaksanaan
pembelajaran.
KOMPONEN KEGIATAN PEMBELAJARAN
 Menerapkan pembelajaran yang menyenangkan untuk mendorong
semangat belajar, motivasi, minat, kreatifitas, inisiatif, inspirasi, inovasi,
dan kemandirian.
 Menerapkan pembelajaran terpusat pada partisipasi aktif anak
kepentingan terbaik anak.
 Pembelajaran memperhatikan perbedaan individual santri/peserta didik
baik dari minat, bakat, potensi, kebutuhan khusus, budaya, norma, nilai,
dan latar belakang budaya.
 Menciptakan pembelajaran yang aman, damai, tertib, komunikatif, dan
nyaman.
 Mengelola kelas dengan variatif sesuai dengan nilai-nilai pesantren
ramah anak.
 Menggelar karya produk belajar anak kepada orang tua dan masyarakat.
KOMPONEN MANAJEMEN DAN LAYANAN ANAK DI PESANTREN
 Memiliki visi, misi, dan nilai pesantren yang berorientasi pada
peningkatan kualitas peserta didik.
 Memfasilitasi kelas, asrama, pondok, kantor, sesuai dengan rasio jumlah
santri.
 Memberikan pelayanan yang ramah, melindungi, dan nondiskriminatif
kepada civitas pesantren.
 Menajalankan fungsi pelayanan administratif dengan baik.
 Meningkatkan instrument-instrument managemen, pengontrolan, dan

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 10


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
pengawasan seluruh kegiatan.
 Meningkatkan standar pengelolaan pesantren dan civitas berbasis
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan profesional.
 Memberikan pengawasan pada pelaksana kewajiban tenaga pendidik
dan komersialisasi perangkat Pendidikan di pesantren.
 Mengadakan pemeriksaan secara berkala bagi seluruh civitas pesantren
( pemeriksaan kesehatan berkala, pertumbuhan donor darah imunisasi
dll ).
 Memastikan para pendidik dan tenaga kependidikan mendapatkan
kesejahteraan dan fasilitas kesehatan yang layak dan optimal.
 Melakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap kualitas
penyelenggara pendidikan pesantren.
KOMPONEN MANAGEMEN DAN LAYANAN BIMBINGAN PESANTREN
 Memiiki pedoman pola pengasuhan bimbingan dan pergaulan di
lingkungan pondok pesantren.
 Menjamin perlindungan hak anak dengan menghindari tindakan bullying
dan tindakan kekerasan.
 Memiliki waktu luang untuk bermain, berkreasi, mengikuti kegiatan
social, dan budaya masyarakat.
 Mengadakan musyawarah untuk menentukan menu yang memenuhi
standar gizi dan Kesehatan.
 Memberikan kesempatan berekspresi dan berkreasi secara merata
kepada seluruh santri.
 Memiliki aturan dan tata tertib pondok dengan memperhatikan aspirasi
dan partisipasi anak.
 Mengadakan evaluasi pelaksanaan pengasuhan dan peningkatan
kualitas pembelajaran secara berkala.
KOMPONEN PERATURAN PENANGANAN MASALAH
 Membuat tata tertib sesuai kondisi pesantren.
 Memiliki peraturan dan mekanisme penanganan masalah peserta didik
yang bijak.
 Bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.
 Meningkatkan pelibatan peserta didik dalam menangani berbagai
tantangan pengasuhan dan pergaulan di pesantren.
 Menghindari tindakan kekerasan dalam penanganan masalah
pelanggaran.
 Memberikan pelayanan yang menjamin kesehatan, kenyamanan, dan
melindungi keselamatan anak.
 Senantiasa memberikan nasihat yang menyentuh hati anak.
 Bekerja sama dengan pihak keluarga, pemerintah, dan pihak berwajib

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 11


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
dalam penyelesaikan masalah anak yang berat.
 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap materi dan pelaksanaan
peraturan.
KOMPONEN SARANA PRASARANA
 Memiliki lingkungan dan infrastruktur yang aman, nyaman, sehat, dan
bersih, serat aksesibel yang memenuhi standar konsturksi dan
bangunan.
 Menyediakan sarana prasarana memadai dan islami yang menstimulasi
kreatifitas berfikir santri.
 Memelihara dan memperbaiki fasilitas pesantren dengan baik dan
teratur.
 Memperhatikan kebersihan sanitasi dan ketersediaan air bersih yang
memadai
 Memfasilitasi sarana bagi anak berkebutuhan khusus/disabilitas.
KOMPONEN HUBUNGAN DENGAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT
 Memiliki program pengabdian kepada masyarakat.
 Mendorong anak untuk berperan serta dalam kegiatan kemasyarakatan.
 Berperan aktif mengatasi masalah anak dalam situasi darurat.
 Melaksanakan home-visit terhadap peserta didik yang bermasalah.
 Mensosialisasikan dan mengomunikasikan program pesantren kepada
orang tua dan masyarakat.
 Bekerja sama dengan orang tua untuk mendorong anak dalam
pengaplikasian ilmu.
 Melakukan silaturahmi dalam memperoleh dukungan dari berbagai
institusi kemasyarakatan untuk kegiatan yang berkaitan dengan
kepentingan anak.
 Mencari peluang pemberdayaan alumni, orang tua, dan masyarakat
sekitar pesantren

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 12


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
BAB III
IMPLEMENTASI PESANTREN RAMAH ANAK

A. PENGASUHAN BERBASIS NILAI


Pesantren Ramah Anak berorientasi pada perubahan
sikap dan perilaku orang dewasa kepada anak karena anak
adalah penerima manfaat yang sebesar-besarnya dalam
program ini. Salah satu bentuk perubahan sikap dan perilaku
tersebut berawal dari perubahan pola asuh di pesantren
sekaligus peningkatan pengetahuan dan keterampilan para
pendidik dalam mengasuh anak-anak di pesantren.

Salah satu metode yang digunakan dalam pengasuhan di


PRA adalah Living Values Education Program (LVEP) dan Living
Values Parents Groups (LVPG), yaitu sebuah metode
menghidupkan kesadaran nilai disertai dengan cara
mengaktualisasikannya. LVEP adalah program Pendidikan yang
mendorong setiap pendidik menghidupkan nilai yang ada
dalam dirinya. Pengasuhan Berbasis Nilai dalam PRA memiliki
sasaran yang sama dalam pengarusutamaan hak anak. Baik
LVEP maupun LVPG sama-sama memiliki sasaran yang telah
disepakati dalam PRA, dimana anak adalah penerima manfaat
optimal bagi tumbuh kembang anak-anak, baik dari segi fisik,
emosi, intelektual dan spiritual. Berikut ini adalah sasaran
Pengasuhan Berbasis Nilai dala PRA yang menggunaka metode
LVEP dan LVPG.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 13


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
 Sasaran Pertama
Membantu setiap individu memikirkan dan merefleksikan nilai-
nilai yang berbeda dan sekaligus menerapkannya secara praktis
sebagai ekspresi diri dalam hubungannya dengan diri mereka
sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
 Sasaran Kedua
Memperdalam pemahaman, motivasi dan tanggung jawab yang
berkaitan dengan pembuatan pilihan pribadi dan sosial yang
positif.
 Sasaran Ketiga
Memberi insipirasi bagi setiap individu untuk memilih nilai-nilai
personal, sosial, moral dan spiritualnya sendiri serta menyadari
metode praktis untuk pengembangan dan pendalaman nilai-
niai tersebut.
 Sasaran Keempat
Mendorong para pendidik sebagai penyedia filosofi kehidupan
bagi anak-anak murid.
Pada bahasan implementasi PRA, kesadaran nilai pendidik,
orang tua, ataupun pengasuh adalah hal yang paling penting.
Sebab, kesadaran nilai sangat membantu individu terhubung
dengan nilainya. Berikut langkah-langkah yang bisa dipelajari
dan diaplikasikan oleh para pendidik, orang tua, pengasuh,
fasilitator anak, bahkan siapapun yang hidup di dunia anak dan
memiliki misi dalam pengembangan anak secara optimal
dengan tetap menghargai hak-hak yang melekat pada anak.

1. Langkah Pertama : Kesadaran Nilai Pendidik


Investasi terbesar dalam menciptakan Pesantren Layak
Anak adalah pendidik, orang dewasa yang berada disekitar
anak. Mereka berperan sebagai fasilitator, pendidik, bahkan
orang tua dalam hidup keseharian bersama anak, dan
sebagai role model bagi anak selama proses pembelajaran di
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 14
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
sekolah. Pendidik harus menyadari akan hidupnya nilai-nilai
personal sebagai tampilan positif dan hal ini sangat penting
bagi terwujudnya suasana ramah anak di pesantren. Dengan
kata lain hidupnya nilai seseorang, kemudian didorong oleh
sistem pesantren ramah anak, maka terciptalah suasana
pesantren yang berbasis nilai-nilai. Oleh karenanya, praktik
pengembangan nilai dan karakter sangat ditentukan oleh
pendidik, sedangkan anak sebagai penerima manfaat
melalui contoh-contoh perilaku pendidik. Sejauh mana
sekolah memliki suasana bermuatan nilai, adalah sejauh
mana pendidik memiliki dan menghidupkan nilai dalam
interaksinya dengan anak.
Dalam mencontohkan keteladanan yang positif agar anak
memiliki kemampuan dalam kepribadiannya, terdapat
prinsip-prinsip kepentingan terbaik bagi anak yang harus
dipahami oleh pendidik. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Belajar dari Anak
Rutinitas yang dilakukan dalam pembelajaran semua
dari, oleh, dan untuk anak.
b. Pendidik sebagai Fasilitator
Fasilitator berperan sebagai orang tua dan sekaligus
berfungsi untuk memfasilitasi kebutuhan pengembangan
potensi anak menuju peningkatan diri anak yang optimal
baik secara moral spiritual, emosional, intelektual dan
sosial.
c. Saling Belajar
Anak sebagai mitra orang dewasa yang mengakui potensi
anak, hak yang melekat pada diri anak, pendidik
manyadari dirinya harus belajar dari anak dengan
karakter dan potensi berbeda dari setiap anak, begitupun
anak belajar dari pendidik agar anak bertumbuh
kembang dengan baik.
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 15
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
2. Langkah Kedua : Pentingnya Waktu Bermain dan Waktu
Kita
Pentingnya Waktu Bermain dan Waktu Kita adalah
keterampilan yang kedua yang harus diketahui dalam
pengasuhan. Bermain adalah kesempatan anak mengenali
nilai kebebasan mereka, merasakan kegembiraan dan
ekspresi diri. Inilah waktu di mana anak dapat merasakan
“Diri Mereka Sepenuhnya”.
3. Langkah Ketiga : Dorongan dan Sikap-sikap Membangun
Perilaku Positif
Dorongan dan sikap-sikap membangun perilaku positif.
Anak sangat menyukai perhatian positif dari orang tuanya.
Jika mereka tidak mendapatkan perhatian positif mereka
akan mencari perhatian negatif, tetapi perhatian negatif
lebih baik daripada tidak ada perhatian sama sekali. Anak-
anak biasanya melakukan dengan baik hal-hal saat mereka
mendapatkan kasih sayang serta pujian yang positif, karena
setiap orang menyukai perhatian, cinta, dan rasa hormat.
4. Langkah Keempat : Keseimbangan Disiplin dan Cinta
Ketrampilan Disiplin dan Cinta mengajak setiap orang tua
untuk melihat pentingnya bagi anak-anak untuk bermain
dan berlatih, mencipta dan menemukan, berinteraksi dan
berekspektasi. Menjadi bagian tanggung jawab orang tua
adalah menjaga keseimbangan antara disiplin dan cinta.
Dengan belajar bahwa tindakan tepat untuk membuat
aturan-aturan yang masuk akal dan untuk mengatakan pada
anak-anak apa yang salah dan benar dan mampu membagi
informasi dengan tenang dan penuh cinta.
5. Langkah Kelima : Mendengar dengan Aktif
Mendengar dengan Aktif ( Active Listening ) adalah
ketrampilan LVE yang sangat sering digunakan. Salah satu
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 16
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
sarana mendengar yang paling efektif adalah mendengar
dengan aktif, cara ini merefleksikan kembali isi dan emosi
yang dikomunikasikan oleh orang lain dan mendukung anak-
anak untuk menerima dan memiliki emosi mereka.
6. Langkah Keenam : Membanguan Sebuah Ritual
Keterampilan Membangun Sebuah Ritual mendorong
kita untuk melihat bahwa anak-anak, khususnya yang masih
kecil sering merasa tidak aman ketika ada perubahan
disekitar mereka. Keterampilan ini mengajak pendidik dan
orang tua untuk kembali membangun rutinitas dan
kembangkan ritual-ritual yang dilakukan bersama-sama
dalam iklim kekeluargaan misalnya : berdoa sebelum makan
dan tidur, bercerita sebelum tidur sehingga anak-anak
merasa aman dan nyaman dalam rutinitas itu.
7. Langkah Ketujuh : Pikir Dulu Sebelum Mengatakan “Tidak”
Keterampilan Pikir Dulu Sebelum Mengatakan “Tidak”
mengingatkan bahwa seringkali kita mengatakan “tidak”
dengan cepat tanpa mendengar dulu penjelasan anak,
namun orang tua sering merasa bersalah. Kemudian ketika
anak meminta hal yang sama kembali dan orang tua
mengizinkan si anak belajar bahwa meminta berulang-ulang
(merengek) ternyata cara yang efektif. Anak-anak
mendengarkan dengan baik apabila orang tuanya
mengatakan apa yang mereka maksud, tetapi pada
keputusan mereka dan melakukan apa yang telah
diputuskan.
8. Langkah Kedelapan : Tetap Stabil, Mencintai, dan
Berkomunikasi
Keterampilan Tetap Stabil, Mencintai, dan Berkomunikasi
adalah memberikan inspirasi kepada kita, bahwa saat anda
mengajarkan sesuatu kepada mereka, lakukanlah dengan
sabar, beri perhatian pada interaksi yang ada dan pastikan
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 17
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
mereka merasa berhasil ketika tugas dilakukan dengan
kepuasan.
9. Langkah Kesembilan : Waktu Rehat untuk Berpikir dan
Berkomunikasi
Keterampilan ini tentang Waktu Rehat untuk Berpikir
dan Berkomunikasi yang dilakukan ketika anak-anak
bersikap tidak pada tempatnya. Berilah cinta dan perhatian
orang tua yang merupakan dukungan positif dan anak tetap
merasa dihargai. Untuk mengimplementasikan “waktu
rehat” adalah ketika metode ini dilakukan tepat, tidak
diperlukan adanya tindakan penghukuman.
10. Langkah Kesepuluh : Waktu untuk Menjadi
Keterampilan Waktu untuk Menjadi memberikan
kesadaran bahwa mengajarkan nilai-nilai dengan efektif
berarti kita harus memiliki dan menerapkan nilai-nilai
tersebut. Pengasuhan orang tua merupakan penerusan cara
untuk “menjadi” kepada anak-anak. Anak-anak mengadopsi
cara orang tua/pendidik dalam berkomunikasi dan
bertindak.
Prinsip mengurus dan mengasuh anak adalah kesadaran,
keikhlasan, dan kesabaran dalam interaksi. Sikap inilah yang
menggambarkan ramah anak ketika Pembina belajar
Bersama anak di pesantren. Sasaran atau target/output dari
pesantren ramah anak adalah terinternalisasi nilai
mahabbah, mujahadah, amanah, ta’awun, dan tawadhu
dalam hati dan jiwa anak sehingga dapat terinternalisasi
dalam kehidupan sehari-hari.

B. PENGASUHAN DAN PEMBERDAYAAN ANAK


Prinsip mengurus dan mengasuh anak adalah kesadaran,
keikhlasan, dan kesabaran dalam interaksi. Proses kesadaran
nilai menjadi penting dan hal pertama yang harus dilakukan,
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 18
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
agar orang dewasa yang berperan sebagai contoh memiliki
kesadaran nilai terlebih dahulu. Inilah salah satu peran penting
pendidik dalam mewujudkan Pesantren Ramah Anak, dimana
setiap pendidik mampu menghidupkan nilai-nilai, diantaranya
adalah :
1. Mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang
2. Mujahadah yang artinya rajin, ulet, kerja keras
3. Amanah yang berarti tanggung jawab, jujur, dapat dipercaya
4. Ta’awun artinya tolong menolong, saling peduli
5. Tawadhu artinya kerendahan hari, sederhana
Nilai adalah kebaikan universal. Sesuatu yang dihayati dari
pengalaman hidup, spirit, dan prinsip untuk berbuat baik. Nilai-
nilai menjelma menjadi nilai
sesungguhnya ketika menjelma
menjadi tindakan positif.
Tindakan positif yang dilakukan
berulang-ulang menciptakan
karakter positif dalam diri
seseorang. Ketika nilai-nilai
hidup dikaitkan dengan spiritualitas atau keimanan, maka akan
menjadi akhlaqul karimah/akhak mulia.
Pengasuhan sangat berkenaan dengan peningkatan potensi
anak. Tetapi efektivitas progam PRA dengan melakukan
peningkatan potensi anak bukan dari menilai individu itu
memiliki masalah atau tidak. Peningkatan potensi anak
bertujuan untuk menciptkan kemandirian anak demi masa
depan yang lebih baik. Maka melalui proses pengasuhan
berbasis nilai secara bertahap akan meningkatkan potensi anak
dari waktu ke waktu.
Program PRA menggunkan pendekatan Value-base care
untuk membangun suasana pesantren yang berbasis nilai atau
dikenal dengan Value Base Atmosphere, bisa diartikan sebagai
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 19
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
suatu lingkungan pengasuhan yang penuh perhatian, positif,
dan aman bagi seseorang untuk berkembang dan belajar
dengan optimal.
Salah satu keterampilan dalam pengasuhan berbasis nilai
adalah kemampuan terampil pendidik dalam memenuhi 5
Kebutuhan Emosi Dasar Anak yaitu dicintai, dihargai, bernilai,
dipahami, dan dilindungi. Dengan pemenuhan 5 emosi ini
setiap individu diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan
penghargaan, maka seorang anak akan berkembang kearah
perilaku yang lebih baik.
Integrasi anak dan masyarakat, pengasuhan anak harus
dilanjutkan dengan pelibatan mereka dengan masyarakat,
tujuannya untuk meningkatkan relasi dengan lingkungan
masyarakat. Terdapat Indikator yang digunakan untuk
menerapkan kegiatan pelibatan anak didik pesantren dengan
keluarganya dan masyarakat yaitu :
a. Adanya Agenda Home Visit terhadap peserta didik yang
bermasalah baik dari segi prestasi, akhlak, dan emosional.
b. Adanya kegiatan pelibatan orang tua dan masyarakat dalam
proses sosialisasi dan komunikasi untuk membuka ruang
sinergitas, partisipasi dan kontribusi.
c. Melakukan silaturahmi dengan institusi untuk memperoleh
dukungan untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kepentingan anak.
d. Bertindak dan menjunjung tinggi kepentingan terbaik anak
dalam perkumpulan masyarakat.
e. Mendorong anak untuk berperan serta dalam kegiatan
masyarakat.

C. PENANGANAN MASALAH ANAK


Dalam sebuah lingkungan selalu terdapat aturan atau
norma yang harus dipatuhi oleh siapapun yang berada di
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 20
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
lingkungan tersebut. Pendisiplinan di lingkungan Pendidikan
merupakan usaha mengasuh anak dalam ranah norma, aturan
dan tata tertib yang telah disepakati tujuannya untuk
menegakkan disiplin anak untuk memperkuat keberhasilan
belajar di pesantren. Tentunya, pendisiplinan anak dalam PRA
sangat menghindari corporal punishment dalam menangani
masalah anak, maka perlu dirumuskan pendisiplinan dan
penanganan masalah anak yang memberikan dampak positif,
tanpa kekerasan, menimbulkan kesadaran pada anak dan
membuat anak lebih percaya diri.

Para ahli Pendidikan sepakat, menegakkan disiplin harus


bersifat positif dan merupakan proses pembelajaran. Hukuman
dengan cara kekerasan bersifat destruktif dan tidak mendidik.
Efek hukuman sangat merugikan anak itu sendiri. Perhatikan
kompleksitas pemberian hukuman berikut :
a. Hukuman dapat membuat sakit secara fisik maupun
psikologis
b. Hukuman seperti pukulan atau teriakan tidak akan
menghilangkan perilaku salah/menyimpang santri.
c. Hukuman sendiri tidak menunjukkan kepada siswa
bagaimana perilaku yang benar.
d. Pemberian hukuman menimbulkan efek samping seperti
rasa takut, khawatir, tidak percaya, tidak merasa aman
dll.
e. Efek hukuman sering tidak terduga.
Sanksi adalah pemberian ganjaran kepada anak/guru yang
berperilaku tidak disiplin agar sadar atas tindakan atau perilaku
yang tidak disiplin. Terdapat 5 prinsip sanksi di kelas, yaitu :

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 21


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Sanksi hendaknya berkaitan secara logis dengan perilaku
salah, contoh : jika merusak maka memperbaiki atau
mengganti, jika mengotori maka membersihkan.
b. Sanksi yang moderat. Sanksi tidak perlu berat karena
efeknya sama.
c. Prosedur sanksi hendaknya dalam rangka membantu
santri memahami masalahanya dan memperkuat
komitmen untuk berperilaku yang lebih baik.
d. Sanksi hendaknya tidak dilakukan secara berlebihan.
e. Konsisten merupakan prinsip paling esensial.
Dalam segala kasus sanksi, hendaknya pendidik menjelaskan
bahwa perilaku buruklah yang menjadi fokus perhatian bukan
santri sebagai individu. Perilakulah yang harus diubah. Apapun
sanksi yang diberikan kepada anak, hendaknya telah disepakati
bersama antara guru dan santri.
Istilah hukuman cenderung pada perlakuan hukuman fisik
dan verbal terhadap anak. Untuk mengubah persepsi tentang
istilah hukuman, maka diperkenankan istilah seperti resiko,
tanggung jawab atau konsekuensi logis, tidak seperti hukuman
konsekuensi logis diatur oleh guru tapi berdasarkan logika
(alasan yang logis) yaitu sebab-akibat yang berkaitan dengan
tindakan santri.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 22


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Perbedaan Hukuman dan Konsekuensi Logis
Hukuman Konsekuensi Logis
Menitikberatkan kekuasaan
Menitikberatkan pada realitas dan
orang dewasa aturan
Sembarangan dan tidak
Secara logis berkaitan dengan
berkaitan dengan tindakannya
perilaku salahnya
Menitikberatkan dan tidak
Berkomunikasi atas rasa hormat
berkaitan dengan tindakannya
dan kemauan baik, mengingatkan
anak bahwa perilaku pelanggaran
akan merusak harga diri anak
sendirinya
Ancaman dan sanksi Dihadapkan pada pilihan-pilihan
dari pelanggaran aturan yang
Pemenuhan secara paksa
dilakukan anak
Bentuk sanksi merupakan Penentuan sanksi melibatkan
inisiatif orang dewasa partisipasi anak dan
mengupayakan sosialisasi
peraturan

Untuk melaksanakan pendekatan konsekuensi logis, ada


beberapa cara dalam melakukan penanganan masalah anak
yang menyimpang, yaitu:
a. Persiapkan diri anda sebagai pendengar aktif dan membuat
anak merasa aman dan nyaman untuk berbicara.
b. Berpikirlah agar anak mengenali masalahnya dan tunjukkan
jalan yang bermanfaat dan pemecahannya.
c. Ungkapan ketidaksetujuan pengasuh dengan
rasionalisasinya.
d. Nyatakan harapan pengasuh dalam bentuk positif.
e. Tawarkan saran-saran alternatif yang membantu anak
mencapai harapan.
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 23
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
f. Berilah anak pengalaman dengan konsekuensi alami atas
tindakan mereka.

D. KODE ETIK PENDISIPLINAN PENANGANAN MASALAH


Keragaman manusia merupakan sebuah keniscayaan yang
tidak dapat dihindari. Perbedaan latar belakang sosial, budaya,
pola Pendidikan dalam keluarga, merupakan faktor yang akan
mempengaruhi karakteristik setiap anak. Berbagai perbedaan
tidak sedikit menimbulkan “masalah” di dalam lingkungan
Pendidikan, namun berbagai masalah yang timbul seringkali
dilihat secara tidak proporsional. Oleh karenanya merumuskan
kode etik pendisiplinan dan penanganan masalah menjadi
sangat penting sebagai rujukan dan pedoman dalam upaya
pencegahan kekerasan anak di lingkungan pendidikan
pesantren, yaitu sebagai berikut :
1. Menghindari tindak kekerasan pada anak.
2. Mengutamakan peran partisipasi dan dialog dengan anak
yang bermasalah.
3. Mengembangkan pengetahuan anak agar anak
mendapatkan solusi dan hasil yang positif untuk bekal
pengalaman anak kemudian hari.
4. Memperbaiki akhlaqul karimah anak dengan metode tabsyir
dan indzar dalam berdialog dengan anak yang bermasalah.
5. Mendahulukan rasa kasih sayang kepada anak yang
bermaslaah dan senantiasa menimbang dan memperhatikan
prestasi anak tersebut.
6. Mengutamakan kesepakatan konsekuensi logis dari
pelanggaran dan menempatkan konsekuensi logis berupa
”pemukulan” sebagai tindakan paling akhir, terutama lebih
baik semaksimal mungkin menghindari tindakan tersebut.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 24


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
E. IDENTIFIKASI KATEGORI MASALAH DAN STRUKTUR
PENANGANAN
1. Identifikasi Kategori Masalah
Sangatlah penting mengindentifikasi masalah anak untuk
membangun sebuah mekanisme yang jelas dan transparan,
agar setiap masalah yang terjadi dilihat dan diselesaikan
secara proporsional dan objektif. Berikut ini contoh
indentifikasi kategori masalah yang sering kali terjadi di
lingkungan pesantren.
Tingkat Jenis Indikator
 Kesiangan
 Rambut Gondrong dan di cat
 Pakai cutex dan kuku panjang
 Bawa handphone yang mengganggu
PRIBADI proses belajar
 Bawa majalah,komik, novel ke sekolah
RINGAN  Tidak mengikuti shalat berjamaah
Masalah  Tidak ikut mengaji
ringan akan  Menggunakan perhiasan yang mencolok
menjadi  Pelanggaran tata tertib
tahap
 Bicara kasar, tidak sopan
masalah
 Tidak ikut sholat berjamaan di masjid
tingkat
 Buang sampah sembarangan
sedang
 Ruangan tidak rapi
bahkan
besar ketika
SOSIAL  Coret-coret di dinding
dilakukan  Menggambar atau membuat surat di saat
berulang- pembelajaran berlangsung
ulang  Mengambil barang yang bukan haknya
 Bersikap tidak terpuji kepada teman, pada
kakak tingkat dan pada pembina
 Tidur di kelas
BELAJAR  Ngobrol di kelas dan tidak memperhatikan
guru
 Tidak mengerjakan tugas dan tidak
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 25
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
mencatat
 Kesiangan lebih dari 7 kali
 Merokok
 Berpacaran dan berboncengan dengan
lawan jenis
 Bersalaman dengan lawan jenis
PRIBADI
 Mencuri hal-hal kecil
 Celana pensil, sweater, jaket di kelas
 Baju pendek, ketat dan tipis untuk
perempuan
SEDANG  Tidak berjilbab di luar pondok
 Menentang guru
SOSIAL  Berkelahi di kelas
 Adanya grup/geng di kelas
 Kerja kelompok putra/putri tanpa
pembimbing
BELAJAR  Bolos sekolah (mabal)
 Tidak mengerjakan tugas/PR beberapa kali
 Main internetan ketika pembelajaran
berlangsung
 Merokok terang-terangan di komplek
pesantren
 Berciuman
PRIBADI  Memakai obat-obatan/minum-minuman
keras
 Mencuri hal-hal yang besar nilainya
 Berhubungan intim di luar nikah
BERAT
 Provokasi untuk berkelahi antar
kelas/sekolah
 Adanya geng motor
SOSIAL  Melakukan kekerasan kepada
guru/pembimbing asrama
 Melakukan perbuatan yang mencoreng
nama baik pesantren

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 26


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
2. Struktur Penanganan Masalah Anak
Peran aktif civitas pesantren harus berbasis pada
pengarusutamaan Hak Anak. Strategi yang harus disadari
bersama dalam membuat peraturan, kebijakan, anggaran,
dan program. Berpihak pada pemenuhan prinsip-prinsip hak
anak. Semua tindakan yang dilakukan menimbang
kepentingan yang terbaik bagi anak sebagai pertimbangan
utama. Tujuannya dalah agar anak terhindar dari tindak
kekerasan dan diskriminasi serta anak memahami dan
menyadari hak-hak mereka dapat dipenuhi dan
diperjuangkan, baik oleh mereka sendiri maupun dengan
bantuan orang dewasa.

Peluang
Personal
No Struktur Lingkup Kewenangan Pastisipasi
Anak
a. Menerima Laporan Pimpina Kesempat
pelanggaran dan n Pesantr an dialog,
Pimpinan penanganan masalah dari en, Kyai, kotak
1.
Pesantren mudir jenjang dan Mudir’A saran,
kepada pondok m evaluasi
b. Mensahkan laporan
Di Lingkungan Pesantren
a. Menerima laporan Mudir Kesempat
pelanggaran dan Jenjang an
penanganan masalah dari dialog,kot
Mudir
bagian kesantrian di tiap ak saran,
Jenjang
jenjang setelah evaluasi
2. setingkat
melakukan konsultasi
kepala
dengan bagian BK
sekolah
b. Mengeluarkan kebijakan
final terhadap anak yang
memiliki masalah

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 27


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
berdasarkan hasll
musyawarah
a. Melakukan pengawasan Kesempat
pelaksanaan peraturan an Dialog,
dan melakukan Kotak
penanganan masalah Saran,
anak. Konsultasi,
b. Memberikan peringatan Evaluasi,
dan melaksanakan Kunjungan
penanganan masalah ke rumah
kepada anak yang
Bagian melanggar
3. Kesantrian/ c. Melaporkan ke Mudir
Kesiswaan bagi anak yang terus-
menerus melakukan
pelanggaran
d. Menerima laporan
pelanggaran dari pihak
RG/UG/OSIS
e. Mengomunikasikan anak
yang bermasalah ke
bagian BK
f. Menerima laporan dari
wali kelas

a. Melakukan pengawasan Kesempat


pelaksanaan peraturan an Dialog,
dan melakukan Kotak
penanganan masalah Saran,
anak di kelas Konsultasi,
b. Memberikan peringatan Evaluasi,
4. Wali Kelas dan melaksanakan Kunjungan
penanganan masalah ke rumah
kepada anak yang
melanggar di kelas
c. Melaporkan ke Bagian
Kesantrian bagi anak
yang terus menerus
melakukan pelanggaran

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 28


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
d. Menerima laporan
pelanggaran dari pihak
RG/UG/OSIS
e. Mengkomunikasikan
anak yang bermasalah ke
Bagian BK
Kotak
a. Melaksanakan peraturan saran,
RG/UG/OSIS pesantren curhat, via
5.
b. Melaporkan pelanggaran sms,
ke pesantren ngorbrol
ringan.
Lingkungan Pondok Pesantren
6. a. Menerima laporan Kesempat
pelanggaran dan an
Kepala penanganan masalah dialog,kot
Pondok anak ak, saran,
Pesantren b. Mengeluarkan kebijakan evaluasi
berdasarkan hasil
musyawarah
7. Murobbi, a. Melakukan pengawasan Kesempat
Pembimbing, pelaksanaan peraturan an Dialog,
Rois/Lurah dan menangani Kotak,
santri pelanggaran dan masalah Saran,
pengurus anak di pondok Konsultasi,
asrama b. Melakukan pelaporan Evaluasi,
(kategori penanganan masalah Kunjungan
orang anak di pondok ke rumah
dewasa) c. Menerima laporan dari
santri pengurus pondok
8. Santri ( a. Menjalankan peraturan Kotak
Anak) pondok pesantren saran,
Pengurus b. Memberikan curhat, via
asrama peringatan/nasehat pada sms,
(Naqieb,Na anak yang bermasalah di ngorbrol
qiebah, asrama (masalah tingkat ringan.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 29


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Lurah ringan).
Santri, c. Melaporkan pelanggaran
Ketua peratuan pondok
Ruangan/A pesantren
srama, dll)

3. Tahapan Penanganan dan Pelapor


Setiap pelanggaran diselesaikan dengan mengikuti tata
cara penyelesaian masalah yang diawali oleh Wali Kelas,
Wali Asrama, dan Bimbingan Konseling. Apabila ketiga
penanganan diatas tidak bisa menyelesaikan maka
disesuaikan di tingkat mahkamah atau ke struktur dan
personal yang lebih tinggi. Setiap bermasalah bisa
diselesaikan dengan cara-cara berikut :
a. Setiap pelanggar harus mengakui dan menyadari bahwa
dia bermasalah.
b. Setiap menyelesaikan permasalahan harus melihat situasi
dan kondisi.
c. Setiap melakukan pelanggaran harus dicatat dalam buku
kasus.
d. Setiap melakukan pelanggaran harus diselesaikan dan
ditangani tuntas.
e. Masalah ringan-sedang penangananya bisa diselesaikan
oleh wali kelas, wali asrama, pembimbing, BK, jika tidak
terselesaikan maka baru ditangani kepala
sekolah/pimpinan pesantren.
f. Masalah berat langsung ditangani bidang kesantrian,
kepala asrama dan mahkamah jika tidak terselesaikan
akan ditangani kepala sekolah/pimpinan pesantren.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 30


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
MEKANISME PELAPORAN DAN PENANGANAN
MASALAH ANAK DI PESANTREN

4. Indentifikasi Penyebab
Tindakan kekerasan dan pelanggaran hak anak yang
sering kali terjadi diakibatkan oleh a) ketidaktahuan, atau 2)
kekeliruan cara pandang maupun pengabaian. Kedua
penyebab ini mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak-hak
anak dengan mengambil bentuk sebagai berikut :
a. Kekerasan fisik dan psikis sebagai pelampiasan emosi.
b. Eksploitasi ekonomi dengan menjadikan anak pekerja
atau anak jalanan.
c. Perdagangan anak. Bertujuan untuk ekonomi praktis dan
seksual komersial.
d. Pembuangan, pembunuhan bayi, balita gizi buruk.
e. Pemaksaan kehendak orang tua tanpa menghargai
pendapat anak.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 31


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
F. PERILAKU HIDUP SEHAT PESANTREN RAMAH ANAK
Perilaku hidup sehat (PHBS) merupakan kebutuhan
mendasar bagi manusia, baik sehat rohani maupun jasmani.
Perilaku hidup sehat dapat didefiniskan sebagai sekumpulan
perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran. Perilaku
hidup sehat dapat diimplementasikan untuk kesehatan diri
sendiri seperti bagaimana dia menjaga dan memelihara
kesehatan dengan memperhatikan kebersihan, kesehatan dan
merawat diri sendiri, lingkungan rumah, sekolah dan
masyarakat, begitu pula dipesantren sebagai tempat para santri
belajar dan tinggal. Pesantren menjadi rumah bagi santri, perlu
adanya upaya menuju kearah hidup sehat. Kerberhasilan
perilaku Hidup Sehat (PHBS) di pesantren ditandai dengan
beberapa perilaku yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari
yaitu:
1. Menggunakan air bersih
Pesantren menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari. Syarat air bersih tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Jarak dengan penampungan limbah 10 m.
2. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Santri harus terbiasa mencuci tangan dengan bersih dan
sabun sebelum dan sesudah makan dan sesudah BAB.
3. Menggunakan jamban sehat
Pesantren meggunakan jamban leher angsa dengan lubang
penampung kotoran sebagai tempat pembuangan akhir.
Syarat jamban sehat :
a. Tidak mencemari sumber air minum
b. Tidak berbau dan tinja tidak dijamak oleh serangga dan
tikus
c. Tidak mencemari tanah disekitarnya
d. Mudah dibersihkan
e. Aman digunakan
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 32
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
f. Dilengkapi dinding dan atas pelindung
g. Cukup penerangan
h. Lantai kedap air
i. Luas ruangan cukup
j. Ventilasi cukup baik
k. Tersedia air dan alat pembersih
4. Memberantas jentik dirumah/asrama/pesantren
Tidak ditemukan jentik di semua tempat yang dapat
menampung air baik di dalam atau di luar lingkungan
pesantren.
5. Makanan dengan gizi seimbang, baik makan sayur dan
buah setiap hari
Pesantren menyediakan makanan 4 sehat 5 sempurna,
minimal santri mengonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
porsi sayuran setiap hari dalam 1 minggu terakhir.
6. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
Pesantren memfasilitasi kesehatan santri melalui kegiatan
pembelajaran baik disekolah/asrama. Kegiatan fisik melalui
kegiatan intrakurikuler yaitu PJOK 1 kali seminggu.
Sementara di asrama dapat dilaksanakan secara
langsung/tidak langsung seperti olah raga pagi, menyapu
dan mencuci baju sendiri.
7. Tidak merokok di lingkungan asrama
Seluruh komponen asrama tidak diperbolehkan merokok,
dan larangan ini dibuat dalam regulasi pesantren.
8. Memiliki jaminan kesehatan
Pesantren memiliki klinik pesantren yang bertugas
memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh
stakeholder pesantren dan memberi penyuluhan kesehatan.
9. Pengelolaan sampah
Pesantren memfasilitasi tempat sampah dengan kategori
sampah organik dan non organik.
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 33
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
BAB IV
DUKUNGAN LAYANAN PESANTREN RAMAH ANAK

A. LAYANAN RAMAH ANAK


1. Pemetaan Layanan Anak
Berikut ini adalah Pemetaan Layanan Ramah Anak di
Pesantren, maka hal ini dengan menggunakan istilah
Pengaduan dan Harapan Pengaduan adalah point-point
masalah yang sering dialami oleh anak. Harapan ditunjukkan
untuk mendengar pendapat anak tentang keadaan ideal yang
diharapkan oleh anak di lingkungan pesantren.
Pertama : Layanan Perizinan dan Partisipasi Anak
PENGADUAN HARAPAN
1. Izin mengikuti kegiatan 1. Mekanisme perizinan yang
acara luar sekolah sistematis
2. Izin sakit di jam sekolah 2. Memberikan kemudahan
3. Izin mengikuti kegiatan layanan perizinan dengan
perlombaan di luar mendukung kepentingan terbaik
sekolah yang diminati bagi anak dan non diskriminatif.
santri 3. Mendukung anak untuk terlibat
4. Belum optimal fungsi dari dalam kegiatan Bersama
ruangan khusus perizinan, pesantren lain dan masyarakat
baik pesantren atau dengan mengedepankan rasa
asrama pesantren tanggung jawab dan partisipasi
5. Diskriminasi pemberian anak.
izin
Catatan: Pelibatan khusus dalam
pengembangan Pendidikan anak
dan tidak menggunakan banyak
waktu belajar pesantren

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 34


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kedua : Layanan Peraturan dan Penanganan Masalah
PENGADUAN HARAPAN
1. Supremasi peraturan 1. Optimalisasi supremasi
yang tidak merata kepada peraturan yang berlaku di
semua santri pesantren secara keseluruhan,
2. Mekanisme pendisiplinan baik terhadap santri/civitas
yang belum jelas dan pesantren lain
lebih mengedepankan 2. Mekanisme pendisiplinan yang
keputusan setiap individu sistematis dan didukung dengan
yang terlibat dalam kebijakan tertulis dan pesantren
penanganan masalah, dengan menimbang pada prinsip
mulai dari tingkat santri, nondiksriminasi, menghindari
pengurus asrama, tindak kekerasan, dan melindungi
pembimbing, pendidik di hak anak.
pesantren, kepala 3. Menghindari setiap tindak
pengurus dan pimpinan pendisiplinan berdasarkan
asrama inisiatif personal. Lebih
3. Pengaduan ketidakadilan mengutamakan penanganan dan
menurut santri terhadap pendisiplinan masalah anak
pelaksanaan tindak dalam satu arah, berdasar
pendisiplinan mekanisme yang jelas.

2. Tindak Lanjut
Dari kebutuhan layanan ramah anak di atas, dapat
dilakukan tindak lanjut untuk menciptakan layanan ramah
anak yang mendukung proses pembelajaran yang kondusif dan
nyaman bagi santri. Berikut beberapa tindak lanjut untuk
mewujudkan pelayanan ramah anak dan melengkapi aplikasi
pesantren layak anak.
Pertama
Layanan Bimbingan dan Konseling. Di dalamnya melayani
permasalahan bakat dan minat, inisiatif kegiatan
ekstrakulikuler, pelibatan santri dalam kegiatan

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 35


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
kemasyarakatan dan pesantren lain, pengaduan proses
pembelajaran, pola asuh, dan sebagainya.
Kedua
Layanan Pendisiplinan dan Penanganan Masalah. Di
dalamnya melayani permasalahan penegakan peraturan,
pengaduan tindakan bullying, kekerasan, pelanggaran
peraturan, penanganan masalah anak dll.
Ketiga
Layanan Pengaduan Kepentingan Anak. Di dalamnya
melayani permasalahan sarana prasarana, kesehatan, sanitasi,
perizinan, dll.
Dalam pelaksanaan ketiga layanan ini bisa berkembang
atau bahkan lebih disederhanakan. Tetapi yang terpenting
adalah pendamping dari setiap layanan ini harus memiliki
pemahaman tentang hak anak dan segala hal yang berkaitan
dengan pemenuhan, penghormatan, perlindungan hak anak.
Pelayanan ramah anak bertujuan untuk memfasilitasi peran
partisipasi anak terhadap segala hal yang terkait dengan
kepentingan diri anak. Dalam hal ini lingkungan pesantren
merupakan lingkungan yang tidak lepas dari pengalaman
hidup anak, selama proses pembelajaran dalam asuhan dan
bimbingan pesantren beserta lingkungan pesantren.

3. Bentuk Dukungan Layanan Ramah Anak


Berdasarkan kegiatan pemetaan Layanan Perlindungan
Anak yang melibatkan pihak pesantren mitra program,
terdapat beberapa produk, sebagai dukungan layanan ramah
anak yang sesuai dengan kebutuhan pesantren mitra program.
Berikut beberapa contoh bentuk dukungan agar
terselenggaranya layanan ramah anak dalam Pesantren
Ramah Anak.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 36


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Terbitnya kebijakan pesantren dan kesadaran stakeholder
pesantren merupakan dukungan yang paling penting dalam
pengimplementasian Pesantren Ramah Anak.
b. Bagan atau papan yang memuat tentang peraturan dan
mekanisme penanganan masalah anak dan layanan
perizinan anak.
c. Ruangan bimbingan konseling yang nyaman dan aman.
d. Sanitasi dan ketersediaan air bersih yang memadai.
e. Kotak saran dan papan mading sebagai media partisipasi
anak.
f. Papan nama pesantren “Pengembangan Pesantren Ramah
Anak” sebagai media sosialisasi dan melahirkan perhatian
masyarakat.
g. Kotak P3K atau Medical Box
h. Tempat sampah organic dan non organic
i. Rambu-rambu ramah anak
j. “slow down Kawasan anak” untuk area jalan raya.
k. “Hati-hati licin”untuk area kamar mandi dan tangga
l. “Area Berpakaian Sopan”, untuk area public pesantren.
m. ‘’Area Bebas Rokok” untuk area public pesantren.
n. Rambu Nasehat
o. Menjaga kebersihan itu Ibadah
p. Buanglah Sampah pada Tempatnya
q. Hindari tindakan Bullying
r. Hadits, kata Mutiara, kutipan UU Perlindungan Anak yang
mendukung pada implementasi nilai-nilai perlindungan
anak.

B. AKSESIBILITAS FASILITAS RAMAH ANAK


Aksesibilitas fasilitas ini berkaitan dengan sarana dan
prasarana selalu digunakan oleh anak. Sebagaimana diatur dalam
UU No.28 Tahun 2002, yakni setiap tempat atau bangunan harus
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 37
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
memperhatikan kemudahan (aksesibiltas) dan keselamatan setiap
orang. Adapun asas aksesibilitas tersebut sebagai berikut :
a. Kemudahan, yaitu semua tempat atau bangunan yang bersifat
umum dapat dicapai setiap orang.
b. Kegunaan, yaitu semua tempat atau bangunan yang bersifat
umum mudah digunakan setiap orang.
c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum
dalam suatu lingkungan terbangun, harus memperhatikan
keselamatan bagi semua orang.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk,
dan mempergunakan semua tempat atau bangunan yang
bersifat umum tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
Aksesibilitas fisik pada tempat atau bangunan di sebuah
lingkungan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang dapat
dimanfaatkan dengan mudah oleh setiap orang. Askesibilitas
tersebut meliputi hal-hal berikut:
-Lebar jalan minimal 1,6 meter untuk dua arah
Jalan Menuju berbeda, Dilengkapi dengan kelandaian (curb cuts) di
Sekolah setiap ujung jalan dan pemandu jalur taktil ( guiding
block).
Menggunakan pagar ringan untuk dibuka-tutup,
Lantai yang rata dan dilengkapi kelandaian, Lapangan
harus rata tidak berlubang, Memiliki pohon (Green
Halaman
Area) yang letaknya tidak mengganggu anak
Bermain
bergerak, Jika ada tiang bendera sebaiknya diberikan
pembatas, Arena yang memiliki tiang dan sudut yang
tajam diberi bantalan dan karet yang aman.
Ukuran lebar pintu 160 cm, Mudah dibuka dan
ditutup
Pintu Ruangan
Merapat ke dinding ketika pintu terbuka, Lantai
antara ruangan dan halaman koridor harus sama
Jendela Sebaiknya dibuat sliding untuk membukanya
Lebar koridor harus memberikan ruang gerak dua
Koridor arah dengan jarak minimal 160 cm, lantai rata,
Ruangan memiliki pemandu jalur taktil dengan warna terang
berbeda (guiding block) yang menghubungkan antar
ruang.
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 38
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Gang antar baris meja dan kursi cukup ruang untuk
bergerak, Papan tulis mudah dijangkau termasuk
anak yang menggunakan kursi roda. Pencahayaan
terang tidak menyilaukan. Lokasi meja mudah
terjangkau oleh anak.
Ruang Belajar Ciri-ciri ruang belajar yang baik: 1. Hasil kreasi anak
dipajang dan dihargai, tumbuhan hijau yang sehat
diseluruh ruang, poster warna-warni, ruangan diatur
di area aktivitas berbeda, terdengar senandung
bericara dan tawa anak, fasilitas ditempatkan
berdekatan dengan aktivitas yang berkaitan.
Ketinggian rak buku mudah dijangkau anak, ruang
antar rak memudahkan anak bergerak, memiliki meja
dan kursi baca, penomoran buku yang mudah
dimengerti anak, penempatan buku sesuai dengan
Perpustakaan tema dan ada model kreatif perpustakaan yaitu
Rumah Buku. Rumah buku yang ramah anak memiliki
tema buku antara lain : keagamaan, sastra, bahasa,
managemen, kesehatan anak, psikologi anak,
komputer, motivasi, keterampilan hidup dll.
Lebar pintu minimal 1,25 m, idealnya menggunakan
pintu geser, pintu mudah dibuka tutup, ketinggian
handle pintu mudah dijangkau anak, WC yang bersih
dan kering, ada hand rail/pegangan pintu dikedua sisi
dan dibelakang WC, penyiram air, kran, jet shower,
dan toilet paper terjangkau anak, washtafel maksimal
90 cm, kran air yang mudah dioperasikan. Setiap
Toilet dan
kamar mandi harus bersih, dilengkapi sarana
Kamar Mandi
kebersihan seperti sikat kamar mandi, sabun
pembersih lantai, pewangi ruangan. Pencahayaan
yang baik, ventilasi dan sirkulasi udara yang bagus,
tidak licin, memiliki pintu yang mudah dibuka dalam
keadadan darurat. Rasio tidak lebih dari 1 kamar
mandi berbanding 5 anak ( 1:5) dengan persediaan
air bersih yang cukup
untuk mandi dan cuci.
Kemiringan tidak curam, pijakan yang sama besar
disertai pegangan tangan di kedua sisi, dilengkapi
Tangga
petunjuk berwarna terang di mulut tangga, jarak anak
tangga harus seimbang.
Kapasitas kamar tidur yang nyaman, pencahayaan
Kamar Tidur
yang memadai, ventilasi sejuk, terdapat tempat tidur,
Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 39
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
lemari cermin, lemari mainan, lemari pribadi, tempat
sepatu, dan peralatan kebersihan.
Terdapat tanda, simbol peringatan yang permanen,
Rambu Ramah
dengan tulisan yang jelas dan besr untuk
Anak
memudahkan anak mengakses fasilitas yang ada.
Memiliki fasilitas komputer, printer, layar, infokus,
akses internet yang dibatasi bagi konten negatif,
Multimedia
ruang yang sejuk dan nyaman, disertai petujuk teknis
Centre
dan rambu peringatan agar aman bagi anak untuk
mengoperasikan perlatan di ruangan.
Memfasilitasi kegiatan ibadah anak dengan sarana
dan prasarana yang lengkap, mukena/sarung,
Masjid/Ruang
sajadah, kitab suci, dan peralatan ibadah yang
Ibadah
lainnya yang mendukung anak beribadah dengan
tenang dan khusyuk.
Lemari mainan, ventilasi yang sejuk, pencahayaan
Ruang yang baik, dapat dikondisikan dengan ruang keluarga
Bermain supaya menumbuhkan kehangatan keluarga,
memberikan waktu bermain bagi anak.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 40


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Daftar Pustaka

Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat. 2019. Pedoman


Pesantren Ramah Anak. Jakarta : Kementrian Perberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat. 2019. Petunjuk Teknis
Penerapan Pesantren Ramah Anak. Jakarta : Kementrian
Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia.

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 41


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
LAMPIRAN

Contoh Surat Keputusan ( SK )

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 42


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Contoh Form Pelaporan Masalah Anak
No. Tanggal Nama L/P Masalah Penanganan Keterangan

Buku Saku Pesantren Ramah Anak | 43


Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Instrumen Penilaian Pesantren Ramah Anak

NAMA PESANTREN :
KABUPATEN :
PROVINSI :

BOBOT SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI CATATAN DATA DUKUNG
1 2 3 4 5
I KOMPONEN KYAI DAN NYAI
A. KETELADANAN
1 Memberikan contoh akhlak yang baik 1 sangat kurang sekali Foto Kegiatan
(berkata dengan lemah lembut, tidak
membentak, santun kepada pendidik
maupun santri) 2 kurang
2 Kyai dan Nyai memberikan motivasi dengan 3 cukup Foto Kegiatan
berkisah santri senior/alumni yang
berprestasi 4 baik
3 Kyai dan Nyai memperlakukan setiap santri 5 sangat baik sekali Foto
dengan adil (tidak rasis/diskriminatif) Kegiatan
4 Kyai dan Nyai mencontohkan sikap santun
Foto
kepada ustadz/ustadzah
Kegiatan
5 Kyai dan Nyai mencontohkan sikap santun
Foto
kepada khodim pesantren
Kegiatan
B. KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Berkomunikasi dengan intensif dan ramah Foto
1
kepada pendidik dan santri Kegiatan
Kyai membuka diri dan memberikan waktu untuk
2 aduan santri laki-laki terkait masalah Foto Kegiatan
pribadi
Nyai membuka diri dan memberikan waktu untuk
3 aduan santri perempuan terkait Foto Kegiatan
masalah pribadi
4 Kyai/Nyai dengan rutin memberikan nasihat
Foto Kegiatan
terkait akhlak, ibadah, dan menuntut ilmu
Kyai/Nyai memberikan informasi mengenai
5 layanan bimbingan/konseling serta layanan Foto Kegiatan
kesehatan kepada santri
6 Kyai/Nyai memberikan informasi mengenai
Foto Kegiatan
prosedur aduan santri
C. KOORDINASI DENGAN
USTADZ/USTADZAH/PENGASUH
1 Kyai/Nyai melakukan koordinasi secara rutin
Foto Kegiatan
dengan pendidik terkait pengajaran
Kyai/Nyai melakukan koordinasi secara rutin terkait
2 permasalahan-permasalahan yang Foto Kegiatan
dihadapi oleh pendidik
Kyai/Nyai melakukan koordinasi secara rutin dengan
3 pendidik terkait permasalahan- Foto Kegiatan
permasalahan yang dialami oleh santri
Kyai/Nyai berkoordinasi dengan pendidik untuk
4 memastikan tidak ada bullying Foto Kegiatan
(melakukan pengawasan secara rutin)
D. KOORDINASI DENGAN KELUARGA DAN
MASYARAKAT
1 Memberikan update mengenai Dokumentasi
perkembangan santri secara berkala
Mengkonsultasikan kendala yang dihadapi
2 santri di dalam pesantren dengan orang tua santri Dokumentasi

Melakukan monitoring secara teratur melalui


3 communication book, terutama bagi santri Dokumentasi
yang pulang selama liburan
4 Melakukan home visit bagi santri yang Dokumentasi
melakukan pelanggaran berat
Pesantren menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat sekitar (misal : OpenDay,
5 peringatan hari besar keagamaan, kunjungan ke Foto Kegiatan
taman kota, perpustakaan,
pusat bermain, dst)
Bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk turut
6 mengawasi perilaku santri di luar Dokumentasi
pesantren
II KOMPONEN PENDIDIK (USTADZ,
USTADZAH/PENGASUH)
A. ASPEK KOMPETISI
1 Ustadz/ustadzah/pengasuh memiliki Dokumentasi
kompetisi akademik (menguasai ilmu/bidang
ilmu yang diajarkan), minimal lulusan S1 atau
sederajat
Ustadz/ustadzah/pengasuh memiliki kompetisi
pedagogis (cara mengajar yang baik sesuai Dokumentasi
2
perkembangan anak, mengajar
dengan menyenangkan, aktif, kreatif, dll)
Ustadz/ustadzah/pengasuh menguasai ilmu
psikologi perkembangan anak dan ilmu parenting Dokumentasi
3
(pengasuhan), minimal pernah
mengikuti seminar
B. ASPEK INTERAKSI
Rasio ustadz/ustadzah dibandingkan dengan Data Ustadz/ Ustadzah
1 santri adalah 1:30 &
santri
Ustadz/ustadzah/pengasuh memiliki
2 interaksi/komunikasi yang baik terkait koordinasi
pendidikan dan pengasuhan santri
Ustadz/ustadzah/pengasuh memperlakukan
3 setiap santri dengan adil (tidak
rasis/diskriminatif)
Ustadz/ustadzah/pengasuh menasihati santriyang
5 melanggar peraturan secara pribadi Dokumentasi
(tidak dihadapan teman-temannya)
Ustadz/ustadzah/pengasuh memberikan perhatian
6 khusus kepada santri yang terlihat Dokumentasi
bermasalah berupa bimbingan dan konseling
Ustadz/ustadzah/pengasuh memperhatikan
kesehatan dan kebersihan santri (misal :
mengingatkan untuk menjaga kebersihan, aktif Dokumentasi
7
melihat perubahan perilaku santri, aktifmengamati
perubahan fisik santri, dan
seterusnya)
C. ASPEK KOMPETISI
Ustadz/ustadzah/pengasuh mendapatkan
1 gaji/tunjangan sesuai dengan kesanggupan Dokumentasi
pesantren
Ustadz/ustadzah/pengasuh mendapatkan
2 tempat tinggal yang layak selama bertugas di Dokumentasi
pesantren
D. ASPEK KETELADANAN
1 Ustadz/ustadzah/pengasuh mencontohkan Foto Kegiatan
sikap tawadu' kepada kyai/nyai
Ustadz/ustadzah/pengasuh mencontohkan
2 sikap sopan santun kepada kodhim Foto Kegiatan
pesantren
Ustadz/ustadzah/pengasuh mencontohkan sikap
menghargai terhadap santri (memberikesempatan
3 bagi santri untuk menyatakan pendapat, Foto Kegiatan
mengapresiasi masukan dari
santri, dst)
4 Ustadz/ustadzah/pengasuh mencontohkan Foto Kegiatan
perilaku anti diskriminasi dan anti
perundungan (bullying)
III KOMPONEN SANTRI
A. ASPEK INTERAKSI
1 Santri bersikap hormat dan patuh pada Foto Kegiatan
kyai/nyai, Ustadz/ustadzah
2 Santri mematuhi peraturan dan tata tertib Foto Kegiatan
pesantren
Santri bersikap sopan dan santun dengan
3 sesama santri (dengan santri seangkatan Foto Kegiatan
maupun beda angkatan)
4 Santri menghormati hak milik santri lain Foto Kegiatan
5 Santri senior tidak melakukan bullying Foto Kegiatan
(perundungan) kepada santri junior
6 Santri bersikap toleran dan saling Foto Kegiatan
menghormati
7 Santri saling menolong dalam kebaikan dan Foto Kegiatan
ketaatan
Santri mengikuti/mematuhi aturan yang
8 berlaku di masyarakat (menjaga ketertiban umum) Foto Kegiatan

IV KOMPONEN LINGKUNGAN PESANTREN


A. LINGKUNGAN FISIK
1 Bangunan pesantren aman dari bencana Foto Bangunan
alam(gempa bumi, longsor, bankir, dll)
Peralatan dan perabotan yang digunakan di Daftar Sarana dan
2 dalam pesantren sudah disesuaikan dengan Prasarana
standar keamanan bagi anak Pesantren
3 Kepadatan ruang belajar minimal 1,75
m2/anak
4 Kepadatan ruang tidur minimal 2,5 m2/anak
5 Ada pemeriksaan bangunan secara berkala Hasil Pemeriksaan

Tiap ruangan terdapat peralatan darurat


6 kebakaran(sprinkler/tabung pemadam/timba Foto
berisi pasir)
7 Terdapat jalur evakuasi dan assembly point Foto
(tempat berkumpul) untuk situasi darurat
Pesantren memiliki ruang terbuka hijau sehingga
8 santri bisa menghirup udara segar tiap hari Foto Ruang Terbuka
9 Pesantren memiliki lapangan atau aula untuk Foto Ruangan
kegiatan olah raga dan pentas seni
10 Pesantren dijaga keamanannya 24 jam secara Jadwal Jaga
bergilir
11 Foto Kawasan Tanpa
Kawasan pesantren bebas dari asap rokok
Rokok,SK Kawasan
Tanpa Rokok
Pesantren menerapkan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat, misal: wajib cuci tangandengan
12 sabun, menggunakan air bersih, membersihkan Foto Kegiatan
jentik, menggunakan WC
sehat, dst)
Pesantren dijaga kebersihan dan
13 kesehatannya dengan rutin (ada jadwal Jadwal Piket
kebersihan, piket,dsb)
Pesantren memiliki sumber air bersih yang Foto Sumber Air Bersih
14
mencukupi
Pesantren memiliki kamar mandi dan WC
15 dengan jumlah (1:30 untuk santriwan, 1:20untuk Data Jumlah Kamar
santriwati) Mandi
Pesantren memiliki ruang UKS di masing- Foto Ruang UKS
16
masing asrama putra dan putri
Pesantren memiliki peralatan P3K d masing-
17
masing gedung/blok
Pesantern memiliki kantin/ruang makan yang
18
bersih dan memenuhi syarat kesehatan
Pesantren menyediakan makanan dengan
19
gizi seimbang
Pesantren menyediakan fasilitas tersendiri
20
bagi santri difabel(berkebutuhan khusu)
Pesantren menyediakan ruang bimbingan
21
dan konseling
Pesantren menyediakan informasi-informasiterkait
anti-bullying, anti diskriminasi, dan anti-rasisme
22
secara mencukupi (poster,
pamphlet, dsb)
Pesantren memiliki ruangan dan kesempatan
23
bagi penyaluran minat, bakat dan hobi santri
Pesantren memiliki area bermain/rekreasi
24
bagi santri
Pesantren memiliki perpustakaan dengankoleksi
yang beragam dan memenuhi
25
kebutuhan santri
V KOMPONEN MANAGEMEN DAN LAYANAN ANAK
PESANTREN
Memiliki visi, misi, dan nilai pesantren yang
1 berorientasi pada peningkatan kualitas
peserta didik
Memfasilitasi kelas, asrama, pondok, kantor,
2
sesuai dengan rasio jumlah santri
Memberikan pelayanan yang ramah,
3 melindungi, dan nondiskriminatif kepadacivitas
pesantren
Menajalankan fungsi pelayanan administratif
4
dengan baik
Meningkatkan instrument-instrument
5 managemen, pengontrolan, dan pengawasan
seluruh kegiatan
Meningkatkan standar pengelolaan pesantren dan
civitas berbasis kemandirian,kemitraan, partisipasi,
6 keterbukaan dan profesional.
Memberikan pengawasan pada pelaksana
kewajiban tenaga pendidik dan komersialisasi
7 perangkat Pendidikan di pesantren
Mengadakan pemeriksaan secara berkala bagi
seluruh civitas pesantren ( pemeriksaankesehatan
8 berkala, pertumbuhan donor darah imunisasi dll )
Memastikan para pendidik dan tenaga
kependidikan mendapatkan kesejahteraandan
9 fasilitas kesehatan yang layak dan optimal
Melakukan monitoring dan evaluasi berkala
10 terhadpa kualitas penyelenggara pendidikan
pesantren.
VI KOMPONEN MANAGEMEN DAN LAYANAN
BIMBINGAN PESANTREN
1 Memiiki pedoman pola pengasuhan bimbingan dan
pergaulan di lingkungan pondok pesantren
Menjamin perlindungan hak anak dengan
2 menghindari tindakan bullying dan tindakan
kekerasan
Memiliki waktu luang untuk bermain, berkreasi,
3 mengikuti kegiatan social, dan
budaya masyarakat
Mengadakan musyawarah untuk
4 menentukan menu yang memenuhi standargizi
dan Kesehatan
Memberikan kesempatan berekspresi dan
5 berkreasi secara merata kepada seluruh santri
Memiliki aturan dan tata tertib pondokdengan
6 memperhatian aspirasi dan partisipasi anak
Mengadakan evaluasi pelaksanaan
7 pengasuhan dan peningkatan kualitas
pembelajaran secara berkala
VII KOMPONEN KURIKULUM
1 Berorientasi pada pengembangan pilar-pilar
Pendidikan
2 Mengintegrasikan nilai-nilai ramah anak pada
setiap muatan pelajaran, kegiatan intra dan
ekstra serta budaya sekolah
Mengintegrasikan nilai-nilai ramah anak padasetiap
3 muatan pelajaran, kegiatan intra dan
ekstra serta budaya sekolah
Memanfaatkan fasilitas dan lingkungan yang
4 tersedia guna memperkaya sumber dan
media pembelajaran
5 Mendorong anak untuk bekerja sama dalam
memecahkan berbagai masalah
Memadukan konsep dan metode pembelajaran
6 salafiah/tradisional dan modern

7 Memiliki nilai manfaat bagi lingkungan sekitar


8 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap
materi dan pelaksanaan pembelajaran
VIII KOMPONEN PERATURAN PENANGANAN MASALAH
1 Membuat tata tertib sesuai kondisi pesantren
2 Memiliki peraturan dan mekanisme
penanganan masalah peserta didik yang bijak
3 Bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah.
4 Meningkatkan pelibatan peserta didik dalam
menangani berbagai tantangan pengasuhan
dan pergaulan di pesantren
5 Menghindari tindakan kekerasan dalam
penanganan masalah pelanggaran.
Memberikan pelayanan yang menjamin
kesehatan, kenyamanan, dan melindungi
6
keselamatan anak
7 Senantiasa memberikan nasihat yang
menyentuh hati anak
Bekerja sama dengan pihak keluarga,
8 pemerintah, dan pihak berwajib dalam
penyelesaikan masalah anak yang berat.
9 Melakukan evaluasi secara berkala terhadap
materi dan pelaksanaan peraturan
IX KOMPONEN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Menerapkan pembelajaran yang menyenangkan
1 untuk mendorong semangatbelajar, motivasi,
minat, kreatifitas, inisiatif,
inspirasi, inovasi, dan kemandirian
Menerapkan pembelajaran terpusat pada
2 partisipasi aktif anak kepentingan terbaik anak

Pembelajaran memperhatikan perbedaan


3 individual santri/peserta didik baik dari
minat, bakat, potensi, kebutuhan khusus,
budaya, norma, nilai, dan latar belakang budaya
4 Menciptakan pembelajaran yang aman,
damai, tertib, komunikatif, dan nyaman
5 Mengelola kelas dengan variatif sesuai
dengan nilai-nilai pesantren ramah anak
6 Menggelar karya produk belajar anak kepada
orang tua dan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai