PSIKIATRI Psikopatologi
PSIKIATRI Psikopatologi
Adalah cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari hal hal yang berhubungan dengan
kesehatan dan gangguan jiwa, yang meliputi :
5. rehabilitasi
Untuk dapat memahami psikiatri, cabang cabang ilmu yang perlu dipelajari adalah :
1. neuroanatomi
2. neurokimia
3. psikofarmakologi
4. genetika
5. psikologi
6. sosiologi
7. antropologi
8. epidemiologi
9. computer
Seperti ilmu ilmu lain, psikiatri mengalami perkembangan pesat yang memunculkan
berbagai subspesialisasi, seperti :
3. psikogeriatri
4. psikiatri forensic
5. psikiatri social
6. psikiatri biologi
7. psikiatri kemiliteran
PSIKOPATOLOGI
kesadaran
alam perasaan
pikiran
tingkah laku
Ada perbedaan antara gejala pada gangguan penyakit badan (somatic) dengan gangguan
penyakit jiwa. Badan yang menderita sakit, memberikan gejala gejala yang tidak terdapat
pada badan yang sehat. Misalnya sclera yang ikterik, hepar yang membesar, bising diastolik
dsb., tidak pernah ada pada badan yang sehat. Sebaliknya tertawa atau menangis, bisa
dijumpai pada orang yang jiwanya sehat maupun sakit. Oleh karena itu, untuk menentukan
apakah seseorang jiwanya sehat atau sakit, normal atau patologik, perlu ditentukan kriteria
apakah tingkah lakunya rasional atau tidak rasional.
Sehat menurut WHO : the presence of physical and emosional well being.
10. mampu memberikan respon yang fleksibel terhadap stres yang dihadapi
Bagi seorang individu yang mengalami stres, akan timbul gejala gangguan jiwa atau tidak,
tergantung dari kemampuan adaptasinya.
Kemampuan adaptasi tidak sama pada setiap orang dan kemampuan ini ada batasnya.
Gejala gangguan iwa merupakan proses yang punya tujuan untuk defensif protektif, dan
reparatif terhadap penyebab/akibat gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi situasi
kepribadian dan menimbulkan gejala gejala klinis.
A : adaptasi bio-psiko-sosial
B : biologis
C : sosio-kultural
D : psikologis
Dalam bidang psikiatri, tugas seorang dokter adalah memeriksa pasien dan kemudian
menyimpulkan apakah pasien itu sehat atau terganggu jiwanya. Untuk itu, perlu dipelajari
tentang: metode, alat dan bahan yang harus diperiksa. Alat yang dibutuhkan untuk melakukan
pemeriksaan psikiatri adalah kepribadian si pemeriksa sendiri. Metode / cara yang digunakan
adalah : wawancara dan observasi. Dengan wawancara dan observasi dilakukan pemeriksaan
terhadap koordinat psikiatri yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar dalam kesimpulan
pemeriksaan.
1. kesadaran
2. alam perasaan
3. pikiran
KESADARAN
3. mengadakan orientasi
Intensitas kesadaran seseorang berbeda dari waktu ke waktu tergantung dari keadaan yang
dialami waktu itu. Intensitas kesadaran akan meningkat bila ia sedang mengadakan
eksperimen yang sulit. Intensitas kesadaran akan menurun apabila ia sedang dalam keadaan
istirahat. Bila seseorang memperoleh signal yang monoton, akan terlibat adanya suatu short
period of sleep yang tidak disadarinya namun dapat direkam dengan EEG.
Kesadaran secara langsung melibatkan proses persepsi dan atensi, sedang secara tidak
langsung, melibatkan proses daya ingat.
1. kesadaran biologis
2. kesadaran psikologis
3. kesadaran sosial
kesadaran biologis
disebut juga sebagai derajat kesadaran atau kesadaran bangun tidur (wake and sleep). Buruk
baiknya kesadaran biologis, ditentukan oleh banyaknya rangsangan (impuls) yang sampai ke
otak. Semakin banyak rangsangan yang dapat sampai ke otak, semakin baik kesadaran
biologisnya. Rangsangan sensoris, protopatis, propioseptis, serta panca indra mencapai otak
melalui :
Anatomi kesadaran :
3. DARAS
1. apatis
2. somnolen
3. sopor
4. soporo koma
5. koma
C = circulation
E = encephalomeningitis
M = metabolism
N = neoplasm
T = trauma capitis
E = epilepsy
D = drug intoxication
Kesadaran psikologis
- perhatian
- sugestibilitas
- hipnosis
- keadaan disosiatif
- kesadaran diri
Dalam hal ini, hanya pada sebagian saja kesadaran yang tampak jernih, di luar itu, kesadaran
tampak berkabut / gelap. (seperti melihat sandiwara di podium, diluar podium tampak gelap)
+ 4. gangguan persepsi -
- 5. fugue +
CVA epilepsi
KESADARAN SOSIAL
Dalam hal ini, ukuran / nilai moral lebih banyak berbicara (kesadaran moral). Dalam
membantu meringankan penderitaan manusia, orang yang memiliki kesadaran sosial tinggi,
tidak melihat perbedaan warna kulit, suku, keturunan, agama ataupun status sosial dari orang
yang dibantu.
Gejala gejala psikiatris yang ditampilkan oleh pasien, mungkin didasari oleh kelainan
organik, mungkin pula dasarnya adalah fungsional. Gangguan jiwa fungsional adalah
gangguan jiwa yang tidak didasari oleh kelainan organik (fisik). Menentukan apakah
gangguan psikiatris itu ada dasar organiknya atau tidak sangat penting dalam menentukan
rencana pengobatannya. Gangguan yang dasarnya organik harus diobati secara kausal,
sedangkan yang fungsional biasanya secara simptomatis.
Adanya penurunan kesadaran pada pasien pasien psikiatris, walaupun hanya sebentar saja
atau berfluktuasi, maka gangguan organik sebagai dasar gangguan psikiatrisnya, harus
menjadi pemikiran pertama. Pasien pasien demikian, perlu dilakukan pemeriksaan yang
lebih teliti baik secara anamnestis, internistis, neurologis, laboratoris atau lain lain cara
pemeriksaan tambahan, guna mencari faktor organik spesifik yang dapat menjelaskan
timbulnya gejala gejala psikiatris tadi.
PERASAAN
Dalam buku buku barat, sering disebut sebagai mood / feeling state. Mood berkaitan dengan
ekspresi internal, sedang afek / emosi berkaitan dengan ekspresi eksternal. Mood atau feeling
state mempunyai 2 pengertian :
Sebagai alat untuk melakukan kontak dengan dunia luar = pengindraan (persepsi)
EMOSI
Dari asal kata emotus / emovere, yang berarti : mencerca, mendorong terhadap sesuatu.
Dalam kata emosi, sebenarnya sudah terkandung perasaan yang mendalam. Ada 2 jenis
emosi, yaitu : 1. emosi dasar
Oleh pengaruh lingkungan, emosi dasar melalui proses conditioning dan diferensiasi, akan
berkembang menjadi emosi yang lebih kompleks.
1. aspek somatic
aspek ini dapat dideteksi dengan alat Galvanic skin response atau lie detetctor
1. aspek ekspresi
1.
1. startle response
2. aspek pengalaman
pengalaman hidup yang semakin kaya, akan memperluas skala diferensiasi emosi
1. aspek motivasi
1. anxietas
2. depresi
3. euphoria
4. anhedonia
5. ambivalensi
6. depersonalisasi
7. derealisasi
1. anxietas
Perlu dibedakan dengan ketakutan (fear). Pada anxietas, perasaan tidak tenang yang dialami,
tidak berkaitan dengan obyek yang menakutkan seperti yang terjadi pada fear. Anxietas
mengandung komponen psikologis dan somatis. Komponen psikologis anxietas berbentu
sebagai : khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut dan lekas terkejut. Sedangkan
komponen somatis berbentuk sebagai : palpitasi, keringat dingin pada telapak tangan, tekanan
darah meningkat, respon kulit terhadap aliran listrik galvanis menurun, peristaltik meningkat,
lekositosis, dan insomnia.
- agitasi
- panik
2. depresi
Komponen psikologis depresi adalah : rasa sedih, rasa tidak berguna atau gagal, rasa
kehilangan, tidak ada harapan, putus asa, penyesalan yang patologis. Komponen somatis pada
depresi berbentuk sebagai : anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah
menurun, nadi denyutnya menurun, libido menurun dan gangguan tidur.
3. euforia
Suatu reaksi emosional yang berlebihan. Pasien menunjukkan rasa gembira yang berlebihan.
Orang yang eforis mula mula memperlihatkan optimisme serta semangat yang meningkat.
Semakin tinggi eforisnya, optimismenya menjadi berlebihan dan akan mempengaruhi daya
penilaian pasien (menjadi ceroboh / kurang hati hati)
4. anhedonia
5. ambivalensi
Dua perasaan yang berlawanan yang terjadi pada saat yang sama. Misalnya : pada saat yang
sama seorang pasien benci dan cinta pada ibunya. Secara populer ambivalen sering
digunakan untuk menunjukkan suatu keragu raguan dalam menentukan sikap / tindakan.
Pada pasien skizofrenia, ambivalensi yang dialami sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat
menentukan pilihan sama sekali
6. depersonalisasi
Suatu keadaan dimana seseorang merasakan dirinya berubah (tidak seperti sebelumnya).
7. derealisasi
Pada derealisasi, seseorang merasakan bahwa keadaan sekitarnya telah berubah (menjadi
seolah olah asing bagi dirinya)
Dalam mempelajari alam perasaan, ada beberapa istilah yang perlu mendapat perhatian agar
tidak terjadi salah pengertian. Mood atau keadaan afektif, adalah ekspresi perasaan yang
bersifat ke dalam (internal expression). Afek atau emosi, adalah ekspresi perasaan yang
keluar (external expression). Perbedaan antara mood (keadaan afektif) dengan afek (ekspresi
afektif / hidup emosi) adalah :
Pada keadaan yang normal, fluktuasi antara gembira dan sedih berkisar pada batas batas
yang normal. Keadaan ini disebut sebagai : normothym atau euthym.
Hyperthym adalah suasana perasaan yang meningkat diatas batas batas yang normal
(wajar). Berkisar antara euforia sampai eksaltasi / ekstasi. Gangguan hyperthym dijumpai
pada pasien dengan gangguan afektif maniakal.
Hypothym adalah gangguan mood dimana terdapat penurunan suasana perasaan yang
berkisar antara depresi sampai suisidal. Hypothym bisa dijumpai pada pasien dengan depresi.
Dysthym adalah gangguan mood dimana pasien menunjukkan perasaan tidak senang,
mendongkol, ingin marah saja. Dysthym bisa dijumpai pada gangguan paranoid.
Poikilothym adalah suasana perasaan yang tidak menetap, mudah berubah ubah dari satu
suasana perasaan ke suasana perasaan yang lain. Poikilothym ini relatif jarang dijumpai
dalam klinik.
Apabila seseorang tidak dapat mengungkapkan perasaannya sama sekali maka mood pasien
ini dikatakan mendatar (flat). Pasien dengan mood mendatar, wajahnya tidak berekspresi
serta bicaranya monoton. Mood yang tumpul (dull) menunjukkan bahwa intensitas
perasaannya sangat menurun.
1. stabilitas
2. pengendalian
3. dramatisasi
4. empati
5. dalam / dangkal
7. keserasian
8. skala diferensiasi
1. stabilitas
Ekspresi afektif dikatan stabil apabila seseorang tidak mudah terangsang (iritabel). Ini berarti
bahwa ia dapat mengendalikan emosinya dengan baik.
2. pengendalian
Apabila seseorang dapat menunda pencetusan emosinya sampai saat yang dianggap tepat,
maka ia dikatakan dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Apabila pasien tidak dapat
sama sekali mengekspresikan emosinya (mendatar), pengendalian emosinya menjadi sukar
untuk dinilai. Pengendalian yang baik terhadap emosinya akan menghasilkan kestabilan
emosi. Apabila pengendalian ,menjadi berlebihan, maka emosinya tampak tidak wajar (kaku)
3. dramatisasi
Emosi yang tidak dibuat buat, dicetuskan dengan sungguh sungguh disebut sebagai emosi
yang ECTH (tidak ada dramatisasi). Apabila emosi yang dicetuskan itu dibuat buat maka
disebut sebagai emosi ya UNECTH (ada dramatisasi), misalnya pada histeria. Biasanya
dramatisasi mempunyai tujuan tertentu (menarik perhatian)
4. empati
5. dalam / dangkal
Suatu peristiwa yang dialami, dapat dihayati secara sangat intens. Penghayatan yang intens
ini disebut sebagai emosi yang dalam. Sebaliknya apabila peristiwa yang dialami itu tidak
dihayati dengan intens atau seolah olah lewat begitu saja, keadaan tersebut dinamakan
sebagai emosi yang dangkal.
Apabila besarnya emosi yang dicetuskan sesuai dengan besarnya rangsangan yang diberikan,
keadaan itu dinamakan sebagai emosi yang adekuat. Apabila cetusan emosi tidak sesuai
dengan besarnya rangsangan yang diberikan maka disebut sebagai emosi yang tidak adekuat.
Emosi yang tidak adekuat mempunyai pengertian bahwa cetusan emosinya kurang bila
dibanding dengan besarnya rangsangan
7. keserasian
Emosi yang serasi dapat menunjukkan bahwa apa yang dipikirkan dan dilakukan sesuai
dengan suara hati yang sedang disandangnya. Emosi yang tidak serasi berarti apa yang
dipikirkan dan atau yang dilakukan sekarang ini tidak sesuai dengan perasaan yang
disandangnya. Misalnya : seorang ibu menderita skizofrenia menceritakan kematian anaknya
yang dicintai dengan tertawa terbahak bahak
8. skala diferensiasi
Skala diferensiasi adalah banyaknya emosi yang dapat dicetuskan. Pada keadaan yang tidak
ada gangguan jiwa, skala diferensiasi cukup luas artinya, berbagai jenis emosi, seperti : sedih,
marah, gembira, curiga dll., dapat dicetuskan oleh orang itu. Seorang penderita depresi yang
hanya bisa mencetuskan emosi depresi saja tanpa bisa merasa gembira dikatakan bahwa skala
diferensiasinya menyempit
PERSEPSI
Adalah daya mengenal kualitas, hubungan serta perbedaan suatu benda melalui proses
mengamati, mengetahui dan mengartikan, setelah panca indranya mendapat rangsangan.
1. obyek luar
2. rangsangan
Gangguan persepsi
Distorsi sensorik
Salah tafsir panca indra akibat penyimpangan (distorsi) dalam menangkap rangsangan
sensorik.
a. perubahan intensitas
b. perubahan kualitas
Adalah munculnya persepsi baru dengan atau tanpa obyek luar. Munculnya persepsi baru
dengan obyek luar disebut sebagai ilusi, sedang apabil tanpa obyek luar disebut halusinasi.
- Ilusi -
Adalah munculnya persepsi baru (false perception) akibat suatu mental image serta obyek
luar. Obyek luar (benda) dapat dipersepsi dengan baik, namun adanya mental image yang
mempengaruhinya maka muncul suatu persepsi baru yang berbeda dari keadaan benda
tersebut yang sebenarnya (false perception). Misalnya : seseorang takut pada hantu (mental
image), harus lewat kuburan pada malam hari, maka ketika ia lewat kuburan itu pohon
pepaya yang ada disitu daunnya tampak sebagai tangan hantu. Ilusi yang dapat dikatakan juga
sebagai salah tafsir panca indra terhadap obyek luar yang dipersepsikan dapat dijumpai pada
orang yang tidak ada gangguan jiwa (ketakutan) ataupun pada gangguan jiwa baik yang
fungsional maupun yang organik.
- Halusinasi -
Istilah halusinasi yang diciptakan oleh Esquirol adalah munculnya persepsi baru (false
perception) tanpa obyek luar. Misalnya : mendengar suara atau bisikan orang, tanpa ada
orang yang berbicara (sumber bunyi). Halusinasi juga dipengaruhi oleh mental image yang
kemudian diproyeksikan ke luar sehingga seolah olah datangnya dari luar dirinya.
Halusinasi merupakan gejala psikopatologi yang cukup serius, bisa dijumpai pada gangguan
jiwa yang organik dan terutama gangguan jiwa yang fungsional (misal : skizofrenia)
- halusinasi kinestetik
- halusinasi viseral
- halusinasi hipnagogik
- halusinasi hipnopompik
Sindrom halusinasi
Schroder menyatakan bahwa halusinasi dapat muncul dalam 4 sindrom pokok, yaitu :
1. halusinasi konfusional
Pada sindrom ini kesadaran adalah berkabut dan halusinasi visual tampak prominen.
Halusinasi auditorik biasanya hanya berupa suara musik, bising, kata kata aneh, kadang
kadang juga kalimat.
Pasien mendengar suara suara yang berbicara kepadanya. Biasanya pasien tidak dapat
menirukan kembali suaru yang didengar kata demi kata namun pasien hanya menceritakan
garis besarnya saja. Suara suara itu biasanya membicarakan pasien, dan pasien menyatakan
bahwa suara suara itu datang dari orang orang di sekitarnya. Sangat sukar untuk
memastikan apakah pasien memang benar benar ada halusinasi atau salah dengar saja dari
pembicaraan orang orang yang memang sebenarnya ada.
3. halusinasi verbal
Dalam hal ini pasien mendengar suara suara yang jelas yang berbicara tentang dirinya dan
ia dapat mengulang kembali kata kata itu dengan tepat. Suara suara itu bisa berasal dari
orang orang yang memang secara riel ada atau hanya imajinasi saja atau dari sebuah mesin.
4. halusinasi fantastik
Dalam hal ini semua jenis halusinasi bisa muncul. Pasien menjelaskan pengalamannya yang
fantastik yang didasari oleh adanya halusinasi visual atau somatik. Kadang kadang sindrom
halusinasi ini tentang pengalaman mimpinya seolah olah hal yang riel terjadi. Biasanya
pada pasien ini ada halusinasi massa, yaitu pasien mendengar atau melihat banyak orang
terbunuh atau teraniaya.
Kurt Schneider menyatakan bahwa halusinasi yang diagnostik untuk skizofrenia adalah
halusinasi auditorik yang :
1.
ALAM PIKIRAN
2. proses pikir
Adalah kemampuan pasien untuk memusatkan perhatiannya pada suatu masalah yang
dihadapi. Berkaitan erat dengan atensi. Gangguan konsentrasi terlihat apabila pasien tidak
dapat memusatkan perhatiannya. Untuk menguji daya konsentrasi, dalam klinik biasa
dilakukan seven several test. Pasien diberikan satu bilangan tertentu (misalnya 100)
kemudian secara serial pasien diminta mengurangi bilangan itu dengan 7. diperhatikan
apakah pasien bisa memusatkan perhatiannya atau tidak dengan memperhatikan pengurangan
yang dibuat pasien itu benar.
Adalah kemampuan pasien untuk mengingat kembali suatu hal / peristiwa yang telah terjadi.
Berdasarkan lamanya peristiwa itu terjadi, maka daya ingat dibagi dalam : daya ingat jangka
pendek, daya ingat jangka panjang, daya ingat sesaat.
Daya ingat jangka pendek adalah kemampuan pasien untuk mengingat kembali peristiwa
yang telah terjadi beberapa hari sampai beberapa bulan yang lalu. Kemampuan mengingat
peristiwa yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu dinamakan daya ingat jangka panjang.
Daya ingat sesaat adalah kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi sesaat yang lalu
(beberapa jam).
1) registrasi
Pada tahap ini terjadi pencatatan dalam otak terhadap peristiwa peristiwa yang terjadi.
Apabila seseorang menaruh minat dan perhatian terhadap suatu peristiwa maka proses
registrasinya akan lebih sempurna.
2) retensi
Apa yang telah diregistrasi (dicatat) akan diretensi (direkam) dan disimpan dalam otak.
Semakin baik registrasinya akan semakin baik pula perekamannya.
3) recall
Apa yang telah terekam dalam otak dapat dimunculkan kembali (recall) sehingga peristiwa
yang telah dialami itu dapat diingat kembali. Semakin lama proses retensi telah berlangsung
makin sulit pula recallnya, mengingat telah tertumpuk dengan berbagai peristiwa baru yang
juga ikut direkam.
Apabila proses 3 R berlangsung dengan baik maka daya ingatnya akan baik pula.
keadaan ansietas akan dapat mempengaruhi persepsi dan penilaian yang dapat mengakibatkan
berkurangnya daya ingat. Peristiwa yang tidak menyenangkan dapat menghalangi daya ingat.
Konflik mental mungkin dapat diselesaikan dengan akibat amnesia. Berdasarkan hal hal
tersebut diatas, psikogenik amnesia dapat berbentuk sebagai :
- anxiety amnesia
Keadaan ini dapat terjadi pada reaksi psikogenik atau gangguan anxietas terutama pada
gangguan depresi. Pada reaksi psikogenik hilangnya daya ingat akibat adanya pikiran
preokupasi yang disertai kecemasan mungkin mirip dengan amnesia akibat histeris
- katathymic amnesia
Pasien memiliki satu set pikiran yang dapat mengganggu apabila muncul dalam alam
sadarnya. Ia berusaha untuk merepresi pikiran itu. Oleh karena itu akan terlihat suatu
complex determined partial amnesia. Keadaan ini dapat dijumpai pada orang yang normal,
tetapi lebih sering dan lebih luas pada gangguan histeri
Pada keadaan ini terjadi amnesia secara komplit dan juga hilangnya identitas diri, tetapi
pasien dapat mengatasi corak tingkah lakunya dan dapat mengurus dirinya sendiri sehingga
terlihat adanya ketidaksesuaian antara daya ingat yang mengalami gangguan berat dengan
kepribadian yang masih utuh. Pasien dengan gangguan otak organik berat, dapat
memperlihatkan pula amnesia tota tetapi ia tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Hysterical
amnesia sering berkaitan dengan Fugue atau Wondering state
b) organik amnesia
Pada keadaan ini amnesia yang terjadi disebabkan oelh adanya gangguan organik.
Pada gangguan ini buruknya daya ingat disebabkan adanya gangguan persepsi dan perhatian
dan juga adanya kegagalan dalam membentuk ingatan yang permanen. Amnesia yang terjadi
pada gangguan otak ini dapat berbentuk :
Amnesia retrograd : bila peristiwa sebelum gangguan otak terjadi, tidak dapat diingat lagi.
Amnesia anterograd : bila peristiwa sesudah ggn terjadi tidak dapat diingat pasien.
Ciri khas gangguan emori pada gangguan otak ini adalah terjadinya keadaan amnestik, yaitu
pasien tidak dapat meregistrasi ingatan yang baru. Kecuali itu pasien juga menunjukkan
disorientasi tempat dan waktu, euforia dan konfabulasi.
a) gangguan recall
Dinamakan sebagai paramnesia dan dapat berbentuk sebagai : falsifikasi retrospektif, delusi
retrospektif, memori delusional dan konfabulasi.
Falsifikasi retrospektif
Pasien memodifikasi daya ingatnya sesuai dengan sikapnya secara umum. Daya ingat masa
lalu umumnya kabur untuk beberapa tingkat. Pada keadaan normal, beratnya falsifikasi
retrospektif berbanding terbalik dengan tilikan (insight) serta kritik dirinya. Pasien gangguan
histeri dapat memperlihatkan falsifikasi daya ingat masa lalu secara total. Falsifikasi
retrospektif yang cukup parah dapat terlihat pada gangguan depresi. Ia melihat masa lalunya
sebagai kegagalan belaka. Pada depresi agitatif dan mania dapat juga terjadi falsifikasi
memori akibat adanya gangguan mood serta tilikan.
Delusi retrospektif
Pada skizofrenia sering terjadi membalikkan delusinya ke masa yang telah lalu. Misalnya :
pasien skizofrenia menyatakan bahwa dirinya dikejar kejar oleh orang orang tertentu
selama bertahun tahun padahal pasien baru menderita skizofrenia belum lama. Keadaan ini
dapat disebut sebagai falsifikasi retrospektif delusi oleh karena fragmen fragmen tentang
peristiwa yang benar benar terjadi tercampur dengan kenangan yang bersifat delusional.
Memori delusional
Delusi primer sering berbentuk sebagai memori delusional. Schneider membagi memori
delusional menjadi ide delusional dan persepsi delusional.
Konfabulasi
Pada konfabulasi memori masa lalu yang terhapus (lupa) diisi dengan cerita yang dibuat
sendiri (dikarang sendiri) oleh pasien. Kadang kadang pasien sendiri lupa bahwa cerita itu
ia karang sendiri bahkan kadang kadang ia malah meyakini bahwa cerita itu adalah benar
benar terjadi. Keadaan ini disebut pseudologia fantastika
b) gangguan recognition
Dj vu dan deja vicu
Pada keadaan ini pasien merasa melihat atau mengalami suatu peristiwa sebenarnya belum
dialami sebelumnya. Rasa telah mengenal (recognition) pada dj vu tidak absolute, oleh
karena itu tidak terjadi misidentifikasi. Keadaan ini dapat dijumpai pada orang normal, pada
epilepsy lobus temporalis keadaannya menjadi lebih berat.
Misidentifikasi
Keadaan ini dapat dijumpai pada psikosis confusional, pada skizofrenia akut atau kronis.
Misidentifikasi bisa berbentuk positif bila orang yang masih asing dikenal sebagai sahabat
atau keluarganya. Bentuk negative misidentifikasi bila teman atau keluarganya tidak dikenal
dan dirasakan sebagai orang asing. Pada sindrom Capgras, orang yang dilihat sebagai orang
(person) yang ganda (double). Sindrom capgras bisa dijumpai pada pasien skizofrenia atau
hysteria.
1.3 orientasi
Adalah kemampuan pasien untuk mengenali dirinya dan keadaan sekitarnya. Dalam menilai
kemampuan berorientasi, dikenal :
kemampuan pasien untuk mengenali orang orang yang ada di sekitarnya. Termasuk pula
orang orang yang familier bagi pasien.
Disorientasi waktu adalah gangguan orientasi paling awal terjadi pada penurunan kesadaran
(organik). Disorientasi personal adalah gangguan orientasi yang diagnostik untuk gangguan
penurunan kesadaran (organik).
Adalah kemampuan pasien untuk menilai dengan benar keadaan dirinya dan keadaan
disekitarnya dalam hubungannya dengan lingkungan (orang).
2. menyadari bahwa dirinya sakit dan memerlukan pertolongan tetapi sekaligus pada saat
yang sama mengingkari bahwa dirinya sakit
3. menyadari bahwa dirinya sakit serta menyalahkan orang lain, faktor eksternal atau faktor
organik sebagai penyebab
4. menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang ada dalam dirinya yang ia
tidak ketahui
5. tilikan intelektual : menyadari bahwa dirinya sakit dan gejalanya atau kegagalan dalam
penyesuaian secara sosial disebabkan oleh perasaannya yang irasional atau gangguan
perasaan tanpa penjelasan bagaimana mengatasinya
6. tilikan emosional sejati : menyadari bahwa dirinya sakit bahwa penyakitnya disebabkan
oleh adanya motivasi dan perasaan yang ada dalam dirinya sendiri dan mengakui pentingnya
peran orang orang hidupannya
Tilikan tingkat pertama paling buruk sedangkan tilikan tingkat keenam adalah tingkat tilikan
terbaik. Pada umumnya pasien pasien psikotik tilikannya buruk dan apabila gangguan
psikotiknya mereda maka tilikannya akan bergeser ke arah tilikan emosional sejati.
Yaitu kemampuan membedakan 2 pendapat atau lebih yang hampir mirip artinya. Misalnya :
apakah pasien dapat menjelaskan perbedaan antara bohong dengan khilaf, fanatisme dengan
kepercayaan yang sehat, nasionalisme dengan chauvinisme, dll
Kemampuan untuk dapat mengenali tingkah laku yang dapat merugikan orang lain atau
tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan sosiobudayanya. Apakah pasien mengerti
akan apa yang akan dilakukan dan apakah pengertian ini mempengaruhi tingkah lakunyaa.
Untuk mengetahui tindakan apa yang akan dilakukan pasien pada situasi tertentu yang
berkaitan dengan kepentingan orang lain. Untuk menguji daya nilai sosial pasien ditanya apa
yang akan saudara lakukan seandainya saudara menemukan surat dalam amplop tertutup
dengan alamat lengkap dan berperangko?
1.5 pikiran abstrak
Secara garis besar intelegensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk berpikir dan
bertindak secara logis dan rasional. Secara praktis intelegensi seseorang diukur dengan
menguji (tes) kemampuan dalam memecahkan masalah (solve problem) serta pembentukan
konsep dengan menggunakan : kata kata, angka angka, simbol simbol, corak, dan
materi materi non verbal. Tes intelegensi pada umumnya terbatas pada umur 15 tahun.
Untuk mengukur intelegensi biasanya diukur intelligence quotient (IQ) dengan rumus sebagai
berikut :
IQ = usia m e n t a l X 100
Usia kronologis
Pada seorang anak, intelegensi akan berkembang dengan pesat. Perkembangan ini terus
berlangsung dan pada usia dewasa muda intelegensi tampaknya stabil sampai mencapai usia
35 tahun. Mulai umur 35 tahun mulai terjadi penurunan. Dengan bertambahnya umur,
intelegensi terus menurun secara mantap.
Perkembangan intelegensi akan mencapai maksimal pada umur 18 tahun. Apabila oleh suatu
sebab sebelum mencapai perkembangan maksimal intelegensi akan berhenti berkembang,
keadaan ini disebut sebagai retardasi mental. Berat / ringannya retardasi mental ditentukan
oleh tinggi / rendahnya IQ pada saat berhenti berkembang. Namun pada umumnya disepakati
bahwa batas ada / tidaknya retardasi mental adalah IQ 70. diatas IQ 70 berarti tidak ada
retardasi mental sedangkan dibawah IQ 70 berarti ada retardasi mental. Berdasarkan IQ-nya
retardasi mental digolongkan sbb :
- IQ < 20
- IQ 20 34
- dapat dilatih kebiasaan secara sistematik
- IQ 35 49
- IQ 50 70
Intelegensi yang sudah mencapai perkembangan maksimal oleh suatu sebab dapat mengalami
kemunduran, berarti bahwa tingkat intelegensinya menjadi lebih rendah dari semula. Keadaan
ini disebut sebagai dementia. Misalnya : oleh karena trauma kapitis yang berat seorang
mahasiswa kemampuan berpikirnya menjadi seperti anak berumur 10 tahun.
PROSES BERPIKIR
Berpikir berarti memberikan pendapat (opini) atau menarik perhatian. Dalam kaitan dengan
berpikir ada 3 hal yang perlu diperhatikan :
Cara berpikir seperti ini disebut sebagai pikiran autistik atau pikiran dereistik. Pikiran autistik
sebenarnya masih normal. Pada orang orang yang pemalu, akan mengembangkan pikiran
autistik yang berlebihan sebagai kompensasi terhadap kekecewaan hidupnya. Menurut
Bleuler, orang skizoid akan menjadi skizofrenia apabila pikiran autistiknya menjadi tidak
terkontrol lagi. Bleuler juga menyatakan bahwa pikiran autistik yang eksesif pada skizofrenia
salah satu penyebabnya adalah gangguan pikiran formal sedangkan waham fantastik pada
skizofrenia kronik dapat dijelaskan sebagai akibat dari pikiran autistik yang tidak terkontrol.
Pikiran imaginatif biasanya masih dalam batas batas rasional dan masih mungkin.
Gangguan Tempo
1. Flight of ideas
Pikiran (ide) yang melompat lompat. Antara satu pikiran dengan pikiran berikutnya berjalan
cepat. Hubungan antara pikiran pikiran itu biasanya masih dapat dipahami. Pembicaraan
pasien mudah dibelokkan oleh stimuli dari luar maupun dari dalam. Bila melompat
lompatnya sedemikian cepat, maka pikiran itu menjadi sulit dimengerti. Kadang kadang
diikuti oleh asosiasi bunyi (clang association), ia berbicara seperti seolah olah orang
bersajak. Ciri khas pikiran yang melompat lompat adalah makin jauh dari apa yang
dipikirkan semula. Flight of ideas dijumpai pada gangguan mania. Pada hipomania melompat
lompatnya pikiran tidak terlalu cepat dan tidak ada asosiasi bunyi sehingga pikirannya
masih bisa diikuti. Keadaan ini disebut prolixity.
2. Inhibisi / retardasi
Dalam hal ini, proses berpikir menjadi melambat dan jumlah ide serta image mental
berkurang. Pasien akan mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, sulit konsentrasi
dan pikirannya tidak jelas. Juga perhatiannya yang aktif juga berkurang sehingga kejadian
kejadian disekitarnya tidak teregistrasi dengan baik dalam otaknya. Hal ini menyebabkan
pasien mengeluh hilangnya daya ingat dan adanya pikiran yang overvalued / ide delusional
yang berkecamuk dalam otaknya. Kurangnya konsentrasi dan pikiran yang samar sering
berkaitan dengan adanya sensasi aneh dalam kepalanya sehingga kadang sulit dibedakan
apakah keluhan pasien berhubungan dengan keluhan fisik atau mental. Buruknya penampilan
intelektual pada depresi yang retardatif sering menyerupai dementia, disebut sebagai
pseudodementia.
Hambatan dalam proses berpikir tipikal untuk depresi yang retardatif. Dapat dijumpai pula
pada mania yang stupor. Pada depresi hambatan berpikir bisa tidak ada namun ia mengalami
kesulitan untuk berpikir karena pikiran preokupasi serta distraktibilitas yang disertai anxietas.
3. sirkumstasial (circumstantiality)
Pada sirkumstansial proses berpikir berjalan lambat, berputar putar (tidak to the point)
banyak hal hal detail yang kurang penting diikutsertakan namun akhirnya dapat mencapai
tujuan. Gangguan ini diperkirakan sebagai akibat lemahnya daya penilaian dan egosentrisitas.
Keadaan ini dapat dijumpai pada orang dengan intelegensi yang kurang yang ingin tampak
impresif, pada kepribadian obsesif dan pada epilepsy.
Gangguan kontinuitas
1. perseverasi
Pada keadaan ini proses berpikir terhenti sebelum selesai sampai ke tujuan dan kemudian
diulang ulang. Secara klinis tampak pasien mengulang ulang ide / kalimat pendek dan
berhubungan dengan situasi sekitarnya. Perseverasi sering dijumpai pada gangguan otak
difuse maupun terlokalisasi. Pada stereotipi verbal, pasien memang mengulang ulang
kalimat namun tidak berhubungan dengan situasi sekitarnya.
Contoh perseverasi :
2. verbigerasi
Pada verbigerasi pasien mengulang ulang kata kata yang artinya tidak dapat diketahui
orang lain. Verbigerasi ini dijumpai pada skizofrenia kronis.
3. inkoherensi
Dasarnya adalah adanya gangguan asosiasi. Antara satu pikiran dengan pikiran yang lain
tidak ada hubungan asosiasi. Pikirannya menjadi tidak karuan dan tidak dapat dimengerti.
Gangguan asosiasi yang ringan disebut sebagai pengendoran asosiasi. Pada keadaan ini
pikirannya yang satu dengan lainnya kendor namun masih bisa diikuti dan dimengerti.
Pengendoran asosiasi lebih tampak pada bahasa tulisan daripada lisan. Apabila gangguan
asosiasi menjadi lebih berat maka akan terlihat adanya inkoherensi. Pada keadaan ini, pikiran
yang satu sudah tidak ada hubungannya dengan pikiran yang lain. Bahasanya sukar diikuti
dan dimengerti.
Word salad adalah gangguan asosiasi yang sangat berat. Inkoherensi sering dijumpai pada
skizofrenia herbefrenik.
4. blocking
Blocking atau sperrung adalah keadaan dimana pikiran mendadak berhenti seolah olah
menumbuk pada sebuah tembok. Pikirannya menjadi kosong dan timbul pikiran baru yang
sama sekali berbeda dengan pikiran semula. Blocking berbeda dengan kehilangan akal (pada
orang normal). Pada blocking yang diagnostik untuk skizofrenia pikiran pasien kosong dan
tidak disertai / didahului oleh anxietas. Orang normal yang kehilangan akal biasanya karena
anxietas atau kelelahan.
Pada keadaan normal pikiran seseorang selalu diyakini sebagai pikiran yang dimiliki sendiri
dan ia dapat mengontrol pikiran itu. Pada gangguan jiwa tertentu seseorang dapat kehilangan
kontrol atas pikirannya atau perasaan bahwa pikirannya bukan miliknya sendiri.
Obsesi adalah pikiran paksa, artinya pasien terpaksa tidak bisa menghindari pikiran itu karena
akan timbul anxietas.
Kompulsi adalah perbuatan paksa, artinya pasien terpaksa harus melakukan perbuatan
tertentu sebab kalau tidak akan timbul anxietas. Kompulsi biasanya didasari oleh pikiran
obsesi.
Image yang jalan, yang selalu ada dalam pikirannya. Perlu dibedakan terhadap
pseudohalusinasi. Misalnya : selalu terbayang batu nisan dengan namanya jelas tertulis
disitu.
1. obsessional idea
Pasien selalu berpikir pikir tentang berbagai topik pembicaraan. Misalnya : selalu berpikir
tentang : mengapa langit itu biru?
1. obsessional thinking
Suatu pikiran yang kontras. Pasien memikirkan sesuatu tetapi yang ia katakan adalah lawan
kata dari apa yang ia pikirkan.
1. obsessional impuls
Pada diri pasien ada impuls untuk menyentuh, menghitung atau mengatur obyek, impuls
untuk melakukan tindakan antisosial.
1. obsessional state
2. depresi
3. skizofrenia
1. thought insertion
1. thought deprivation
Pasien menyatakan bahwa ketika ia sedang berpikir tiba tiba pikiran itu lenyap dan
direnggut dari benaknya oleh pengaruh kekuatan asing
1. thought broadcasting
Pasien menyatakan bahwa apabila ia sedang berpikir setiap orang ikut bergabung dalam
berpikir bersama pasien. Dasar thought broadcasting asalah bahwa batas antara ego dengan
dunia sekitarnya tidak utuh lagi.
Isi pikir (content of thought) dinilai secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif dinilai
banyak / sedikitnya isi pikiran. Pada depresi biasanya isi pikirannya sedikit sedangkan pada
skizofrenia isi pikiran sedikit dan miskin (poverty of thought). Pada gangguan maniacal isi
pikirannya banyak.
- delusi
1. pola sentral
isi pikir yang menjadi pola sentral merupakan pikiran yang bagi pasien adalah terpenting dan
dominan sehingga setiap kali ia mengemukakan isi pikirannya selalu diwarnai oleh pikiran
itu. Misalnya seorang pendeta / ulam yang punya pola sentral tentang pentingnya moral
dalam kehidupan manusia, dalam setiap pembicaraannya selalu mengemukakan soal moral.
Orang yang menpunyai pola sentral, masih dalam batas normal, karena walaupun pasien
merasa pola sentralnya adalah isi pikirannya yang diyakini penting dan dominan namun ia
masih mampu menerima pikiran orang lain.
1. fiksasi ide
Pada pola sentral, pasien masih dapat menerima pendapat orang lain. Bila ia tidak bisa
menerima pendapat orang lain lagi maka terdapat apa yang dinamakan fiksasi ide. Pada
fiksasi ide, pikiran pasien sudah tampak eksentrik.
1. preokupasi
Pada preokupasi pasien menyatakan bahwa ia selalu was was terhadap suatu kemungkinan
yang akan terjadi, yang menurut pasien sendiri sebenarnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
Misalnya : seorang pasien yang selalu mengkhawatirkan kesehatan badannya atau khawatir
jangan jangan mengidap kanker, dll
Merupakan suatu false belief yang bisa dijumpai pada orang yang normal maupun yang ada
gangguan jiwa, disertai dengan feeling . dan lebih menonjol daripada pikiran pikiran lain
dalam waktu yang cukup lama.
Adalah pikiran yang mirip waham (delusi). Berbeda dengan delusi yang sebenarnya (true
delusion), yang merupakan keyakinan patologis yang tidak dapat dikoreksi, pikiran mirip
delusi adalah keyakinan yang salah yang semula diyakini kebenarannya namun masih bisa
dikoreksi. Disebut juga sebagai pseudodelusi.
Delusi (waham) adalah keyakinan yang patologis, tidak dapat dikoreksi (walaupun telah
ditunjukkan bukti nyata) dan diluar jangkauan sosiobudayanya.
- delusi sekunder
- waham megaloman
- waham curiga
- waham persekutorik
Waham primer
Disebut juga sebagai penghayatan primer, primary delution. Conrad menyebutnya sebagai
apophany. Waham primer adalah suatu penghayatan terhadap arti baru yang muncul dalam
kaitannya dengan beberapa peristiwa psikologis lain. Munculnya penghayatan baru tidak
dapat ditelusuri berdasarkan suatu peristiwa psikologis tertentu yang mendahuluinya.
Penghayatan baru muncul pada pasien, bahwa ada sesuatu yang terjadi di sekelilingnya yang
berkaitan dengan dirinya, namun ia tidak dapat mengetahui apa itu.
Suatu waham yang sepenuhnya terbentuk dalam pikiran pasien. Disebut juga sebagai
autochthonous delusion. Misalnya : mendadak pasien mengatakan bahwa ia sekarang tahu
bahwa dirinya sebenarnya adalah nabi.
Pada waham persepsi, pasien mempersepsikan suatu obyek secara normal (tidak ada
gangguan persepsi), diberi arti baru, biasanya berhubungan dengan dirinya sendiri. Arti baru
itu tidak dapat dimengerti sebagai muncul dari perasaan atau sikap pasien sebelumnya.
Waham sekunder
Adalah waham yang muncul dan dapat dijelaskan berdasar suatu peristiwa psikologis yang
mendahuluinya. Misalnya : karena jatuh miskin, ia lalu menderita gangguan jiwa dan muncul
waham kebesaran.
Waham sistematik
Adalah waham yang dibentuk berdasarkan pikiran yang sistematis, berkembang dari suatu
pola sentral. Apabila disanggah biasanya pasien bereaksi hebat. Tingkah laku dan perasaan
pasien sesuai dengan isi wahamnya.
Adalah waham yang dibentuk tidak berdasarkan pemikiran yang sistematik dan apabila
disanggah biasanya tidak bereaksi hebat atau bahkan tidak bereaksi sama sekali.
Waham bizar
Adalah waham yang aneh, tidak logis sama sekali. Misalnya : waham yang isinya
menyatakan bahwa otaknya sudah membusuk atau ususnya sebagian telah diganti dengan
tabung besi. Waham yang bizar pasti tidak sistematik sedangkan waham yang tidak sistematik
belum tentu sifatnya bizar. Waham bizar dijumpai pada skizofrenia.
Waham mikroman bila isi wahamnya adalah pikiran yang kecil / kurang mampu.
Waham persekutorik (waham kejar) isinya adalah pikiran bahwa dirinya selalu dikejar /
diikuti oleh orang lain (musuh).
Bentuk pikiran (the form of thought) pada seseorang dapat normal ataupun terganggu. Bentuk
pikiran dikatakan normal bila pikiran itu : logis, sistematis, informative.
Pada pasien ditemukan adanya : pikiran autistik, pengendoran asosiasi, inkohenrensi atau
word salad.
2.1 asyndesis
Pikiran yang menunjukkan kurangnya hubungan yang adekuat pada pikiran yang
dikemukakan.
2.2 metonym
Pasien menggunakan materi materi pemikiran yang penting dan tidak dapat memfokuskan
pada masalah yang harus dipecahkan. Pasien mengganti ungkapan ungkapan yang eksak
dengan ungkapan yang kurang penting.
interpretasi
overinclusion
Berbagai hal diluar pasien yang kurang penting atau yang tidak berhubungan ikut
mempengaruhi pikiran pasien.
3. konkretisasi
Adalah hilangnya kemampuan berpikir secara abstrak. Pikiran menjadi konkret. Dalam
klinik, pasien tampak seperti kehilangan rasa humornya. Pasien tidak mampu mengartikan
kata kata kias atau suatu peribahasa. Melihat lukisan pemandangan alam, pasien hanya
mampu melihat yang konkret seperti : gambar batang pohon, daun, batu kerikil, air, dll.
ALAM PERBUATAN
Dengan observasi, perbuatan pasien dapat dinilai. Gangguan dalam alam perbuatan dapat
dibedakan :
1. gangguan subyektif
2. gangguan obyektif
Misalnya : kompulsi
2. perbuatan yang dirasakan sebagai bukan perbuatannya sendiri (the alienation of motor
acts)
b. perbuatan hipoaktif
aktivitas pasien menurun / berkurang. Pasien lebih banyak diam, tidak berminat ikut kegiatan
pasien lain.
c. stupor
gerakan dan aktivitas pasien sangat menurun sehingga pasien hanya diam saja seperti patung.
Stupor dapat dijumpai pada depresi berat (depresi stuporous). Pada skizofrenia, dapat
dijumpai keadaan stupor (stupor katatonik). Pada keadaan stupor katatonik dapat dilihat
adanya fleksibilitas serea, dimana pasien seperti patung dan dapat diberi bentuk bentuk atau
posisi tubuh yang aneh yang dipertahankan lama oleh pasien.
a. hiperkinetik
adalah gerakan gerakan yang berlebihan. Pasien bergerak ke sana ke sini, menari nari dan
biasanya juga disertai dengan kegaduhan. Tidak ada hasil yang diperoleh dari gerakan
gerakan yang berlebihan itu.
b. hiperaktif
aktivitas pasien meningkat, bila disertai dengan gerakan yang meningkat atau tidak. Pada
hiperaktivitas, hasil dari perbuatan itu dapat dilihat (ada).
Hiperaktivitas dapat dilihat pada pasien paranoid. Pada gangguan maniakal, mula mula
dapat dilihat adanya hiperaktivitas, namun apabila penyakitnya menjadi lebih berat, maka
yang berikut adalah hiperkinetik.
dijumpai pada skizofrenia. Dalam hal ini, pasien memperlihatkan kegaduhan dan gerakan
gerakan berlebihan.
a. perbuatan perseveratif
pasien melakukan suatu perbuatan, sudah selesai dilakukan, kemudian perbuatan itu diulang
ulang. Pada perseverasi ini, perbuatan pasien tampak bertujuan (goal directed).
b. perbuatan stereotipi
mengulang mengulang perbuatan yang belum selesai (non goal directed). Pasien dapat
menghentikan perbuatan itu apabila ditegur namun ia akan mengulang ulang kembali.
Biasanya dijumpai pada skizofrenia kronis.
c. mannerisme
mannerisme atau perbuatan maneristik adalah mengulang ulang perbuatan tertentu secara
eksesif, biasanya dilakukan secara ritual seperti melakukan suatu seremonial. Misalnya setiap
mau duduk pasien mengitari meja sebanyak 7 kali lebih dulu.
d. kompulsi
pasien dengan kompulsi akan mengulang suatu perbuatan / tindakan disertai dengan afek
yang seolah olah tidak pernah mencapai kepuasan. Ada tendensi makin lama pengulangan
makin hebat.
Sex mania : dorongan seksual yang berulang ulang timbul pada wanita
a. echolalia
pasien secara spontan menirukan bunyi / suara / ucapan yang didengar dari orang lain.
Seolah olah seperti .. Latah adalah salah satu bentuk echolalia yang terjadi pada
orang dikejutkan secara mendadak. Pada skizofrenia, echolalia terjadi bukan karena terkejut.
Echolalia pada skizofrenia terjadi karena pada saat itu pasien tidak dapat melakukan apa
apa kecuali hanya menirukan apa yang ia dengar pada saat itu.
b. echopraxia
a. automatic obedience
secara otomatis, pasien menurut perintah yang diberikan walaupun perintah itu tidak masuk
akal (aneh).
b. fleksibilitas serea
fleksibel seperti lilin. Pasien mempertahankan sikap / bentuk / posisi yang diberikan pada
pasien.
Pasien memberi kesan menentang perintah yang diberikan. Ia tidak melakukan perintah atau
melakukan yang berlawanan dari yang diperintahkan kepadanya.
a. mutisme
pasien membisu, ia tidak mau berbicara sama sekali. Pada mutisme harus dipastikan bahwa
pasien sebelumnya bisa berbicara (tidak ada gangguan berbicara). Pada orang yang normal
atau neurotik, mutisme merupakan ungkapan perlawanan terhadap perintah. Pada skizofrenia,
mutisme tanpa disertai perasaan menentang.
b. negativisme
negativisme berarti sikap / tindakan yang berlawanan dengan yang diperintahkan kepadanya.
- pasif
Pasien mengadakan perlawanan secara pasief, dengan tidak melakukan apa apa dalam
upaya menentang perintah. Misalnya pasien diam saja, walaupun diperintah untuk melakukan
suatu perbuatan tertentu.
- aktif
Dalam hal ini, pasien melakukan perbuatan yang berlawanan dengan apa yang diperintahkan
kepadanya. Misalnya pasien diperintahkan untuk berdiri, ia malah duduk. Diminta untuk
duduk, malah berdiri.
RANGKUMAN
Psikopatologi adalah pengetahuan dasar yang perlu dipelajari adar kita dapat memahami
psikiatri, khusunya psikiatri klinis. Cabang cabang ilmu lai sepert neurologi, neuro-
anatomi, fisiologi, dll., sangat diperlukan untuk dapat mempelajari psikopatologi dengan
baik.
Psikiatri adalah cabang dari ilmu kedokteran namun pasien dengan gangguan psikiatri
mempunyai ciri tersendiri. Untuk dapat menyimpulkan apakah seseorang mentalnya sehat
atau sakit, diperlukan pemeriksan psikiatri yang cermat.
Kesimpulan tersebut hanya bisa ditarik setelah dapat ditentukan berdasar hasil pemeriksaan,
kondisi koordinat psikiatrinya.
1. alam perasaan
2. alam pikiran
3. alam perbuatan
4. kesadaran
2. tidak langsung (bertanya kepada keluarga / orang lain yang mengetahui tentang
penyakit pasien).
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan psikiatri adalah kepribadian pemeriksa sendiri.
1. wawancara psikiatrik
2. observasi
Untuk memeriksa alam pikiran terutama digunakan metode wawancara ditambah dengan
observasi.
Hasil pemeriksaan terhadap alam perasaan, pikiran dan perbuatan, digunakan untuk
menyimpulkan apakah pasien yang kita periksa itu jiwanya sehat atau sakit.
Apabila pasien dinyatakan menderita gangguan jiwa maka langkah selanjutnya adalah :
1. menentukan apakah dasar gangguan jiwanya itu organik atau non organik.
Untuk keperluan tersebut perlu dicari apakah ada faktor organik spesifik yang dapat
menjelaskan timbulnya gejala gejala psikiatri yang diperlihatkan psien itu. Faktor organik
spesifik dapat dicari dengan pemeriksaan interna, neurologi, laboratorium, dll.
Memeriksa kesadaran dan fungsi intelektual dapat membantu menentukan apakah ada dasar
organik atau tidak. Dua gejala utama yang menunjukkan adanya gangguan organik pada
seorang pasien adalah :
b.apabila pada pasien ditemukan adanya penurunan fungsi intelektual, khusunya daya ingat
(memori)
Penurunan kesadaran biologis biasanya dijumpai pada gangguan mental organik yang akut.
Sedangkan penurunan daya ingat (memori) biasanya pada gangguan mental organik yang
kronis.
2. apabila gangguan jiwanya non organik (fungsional) maka perlu ditentukan apakah sifat
gangguannya itu psikotik atau non psikotik. Pada gangguan psikotik pasien tidak dapat lagi
menilai realita dengan baik. Kemampuan menilai realitanya terganggu (reality testing ability
+ RTA).
- Ditemukan adanya tingkah laku yang aneh (bizar) yang tidak diterima oleh lingkungan
sosialnya.
- Tilikan (insight into illness) tidak ada. Pasien mengingkari bahwa dirinya sakit jiwa.
3. apabila gangguan jiwanya bersifat nonpsikotik maka perlu ditentukan apakah gangguannya
itu:
- neurosis (gangguan neurotik)
- gangguan kepribadian
- dll.
4. apabila gangguan jiwanya bersifat psikotik maka perlu ditentukan apakah gangguannya itu
merupakan : skizofrenia dan bukan skizofrenia
5. apabila gangguan jiwanya itu bukan skizofrenia maka perlu ditentukan apakah
gangguannya itu merupakan :
- gangguan afektif
- gangguan paranoid
Untuk dapat menentukan secara diferensial diagnostik seperti diatas maka pengetahuan
tentang psikopatologi sangat penting. Berbagai gangguan pada alam perasaan, pikiran dan
perbuatan, adalah dasar untuk membuat diferensial diagnostik dalam psikiatri. Diagnosis
yang tepat ditambah dengan pemahaman latar belakang faktor etiologi merupakan syarat
mutlak untuk menyusun rencana terapi yang baik.
Etiologi pada gangguan jiwa pada umumnya bersifat multikausal, artinya gangguan tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor sebagai penyebabnya. Penyebab umum gangguan jiwa dapat
berupa :
1. organobiologis
2. psikologis
3. sosiologis
4. kultural
Diagnosis dalam psikiatri dibuat dengan memperhatikan keempat penyebab umum gangguan
jiwa yang dikenal dengan diagnosis multiaksial, yaitu :
Aksis II kepribadian
Apabila diagnosis sudah dapat ditegakkan dengan cermat, maka dapatlah disusun rencana
terapi yang memadai. Pengobatan dalam psikiatri dapat berupa :
4. sosioterapi
dengan pengobatan yang baik diharapkan gangguan jiwa yang diderita pasien dapat diatasi
dengan baik.