Kita kemungkinan sedikit sekali yang tahu bahwa sumbangan modernisasi dunia dan
barat yang berawal pada masa renaisans serta revolusi industri di Eropa dikarenakan
sumbangan peradaban dari kaum muslimin. Bukan berarti untuk berbangga atau bernostalgia
terhadap kejayaan kaum muslimin pada masa keemasan perkembangan ilmu dan budaya. Hal
ini tidak lepas dari penggalian ilmu yang bersumber dari penjiwaan terhadap Al Qur'an yang
dilakukan oleh para pendahulu umat muslim ketika itu.
Berbeda dengan sekarang dimana umat Islam dianggap sebagai penyumbang
kemunduran peradaban dunia, identik dengan kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan
sumber daya manusia. Walau demikian ada baiknya sebagai awal pengenalan tokoh ilmuwan
muslim yang memberikan sumbangan terhadap peradaban dunia seperti dipaparkan berikut
di bawah. Harapannya agar termotivasi untuk merubah diri dan bersegera untuk bangkit
dari tidur dan mimpi serta mengubah kesalah pahaman terhadap penyumbang peradaban
dunia selama ini.
1
11. Fakhruddin Razi (wafat thn 1290); ahli matematika, ahli fisika, tabib/dokter, filosof,
penulis ensiklopedia ilmu pengetahuan modern.
12. Ibnu Khaldun (wafat thn 1406); sejarahwan, pendidik ulung, pendiri filsafat sejarah
dan sosiologi.
13. Ibnu Thufail (wafat thn 1185); dokter, filosof, penulis novel filsafat paling awal
Risalah Hayy Ibn Yaqzan kemudian dijiplak habis-habisan oleh Defoe dengan judul
barunya Robinson Crusoe.
14. Ibnu Al Muqaffa (wafat thn 757); pengarang kitab Al Hayawan atau kitab tentang
Binatang/ Ensiklopedia tentang Hewan.
15. Ikhwan Ash Shafa (983); pembuat serial pertama dan ensiklopedi pertama (bukanlah
Marshall Cavendish seperti yang diakui sekarang).
16. Al Khwarizmi (w.thn 850); menemukan logaritma (berasal dari nama Al Khwarizmi)
dan aljabar (Al Jabr), ilmu bumi dengan menyatakan bumi itu bulat sebelum Galileo
dengan bukunya Kitab Surah al Ardh.
17. Abu Wafa' (w.thn 997); mengembangan ilmu Trigonometri dan Geometri bola serta
penemu table Sinus dan Tangen, juga penemu variasi dalam gerakan bulan.
18. Umar Khayyam (w.thn 1123); memecahkan persamaan pangkat tiga dan empat melalui
kerucut-kerucut yang merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam matematika modern,
penyair.
19. Al Battani (w.thn 929); ahli astronom terbesar Islam, mengetahui jarak bumi
matahari, alat ukur gata gravitasi, alat ukur garis lintang dan busur bumi pada globe
dengan ketelitian sampai 3 desimal, menerangkan bahwa bumi berputar pada
porosnya, mengukur keliling bumi. ( jauh sebelum Galileo), table astronomi, orbit
planet-planet.
20. Ibnu Al Haytsam (w.thn 1039); pelopor di bidang optik dengan kamus optiknya
(Kitab Al Manazhir) jauh sebelum Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Keppler, dan
Newton, penemu hukum pemantulan dan pembiasan cahaya (jauh sebelum Snellius),
penemu alat ukur ketinggian bintang kutub, menerangkan pertambahan ukuran
bintang-bintang dekat zenit.
21. Al Tusi (w.thn 1274); Astronom kawakan dari Damaskus yang melakukan penelitian
tentang gerakan planet-planet, membuat model planet (planetarium) jauh sebelum
Copernicus.
22. Tsabit bin Qurrah (w.thn 901); penemu teori tentang getaran/trepidasi.
23. Jabir Ibnu Hayyan (w.thn 813); ahli kimia dengan berbagai eksperimennya, penemu
sejumlah perlengkapan alat laboraturium modern, system penyulingan air,
identifikasi alkali, asam, garam, mengolah asam sulfur, soda api, asam
nitrihidrokhlorik pelarut logam dan air raksa (jauh sebelum Mary Mercurie),
pembuat campuran komplek untuk cat.
24. Abu Bakar Ar Razi (w.thn 935); membagi zat kimia ke dalam kategori mineral, nabati
dan hewani (klasifikasi zat kimia) jauh sebelum Dalton, pembagian fungsi tubuh
manusia berdasarkan reaksi kimia komplek.
2
25. Al Majriti (w.thn 1007); membuktikan hukum ketetapan massa (900 tahun sebelum
Lavoisier).
26. Al Jahiz (w.thn 869); menulis penelitian tentang ilmu hewan (zoology) pertama kali.
27. Kamaluddin Ad Damiri (w.thn1450); mengembangkan system taksonomi/ klasifikasi
khusus ilmu hewan dan buku tentang kehidupan hewan.
28. Abu Bakar Al Baytar (w.thn 1340); pengarang buku tentang kedokteran hewan yang
pertama.
29. Al Khazini (1121); ahli kontruksi, pengarang buku tentang teknik pengukuran (geodesi)
dan kontruksi keseimbangan, kaidah mekanis, hidrostatika, fisika, teori zat padat,
sifat-sifat pengungkit/tuas, teori gaya gravitasi (jauh 900 thn dari Newton)
30. Al Farghani (w.thn 870); pengarang buku tentang pergerakkan benda-benda langit
dan ilmu astronomi dan dipakai oleh Dante jauh kemudian.
31. Al Razi (abad ke8); pengarang kitab Sirr Al Asrar (rahasianya rahasia) tentang
penyulingan minyak mentah, pembuatan ekstrak parfum/minyak wangi (sekarang
Perancis yang terkenal), ekstrak tanaman untuk keperluan obat, pembuatan sabun,
kaca warna-warni, keramik, tinta, bahan celup kain, ekstrak minyak dan lemak, zat
warna, bahan-bahan dari kulit, Mengembangkan penelitian tentang penyakit wanita
dan kebidanan, penyakit keturunan, penyakit mata, penyakit campak dan cacar.
32. Banu Musa bersaudara (abad ke 9); pengarang buku Al Hiyal (buku alat-alat pintar)
yang berisikan 100 macam mesin seperti pengisi tangki air otomatis, kincir air dan
system kanal bawah tanah (sekarang yang terkenal Belanda), teknik pengolahan
logam, tambang, lampu tambang, teknik survei dan pembuatan tambang bawah tanah.
33. Al Farazi (w. thn 790); perintis alat astrolab planisferis yaitu mesin hitung analog
pertama, sebagai alat Bantu astronomi menghitung waktu terbit dan tenggelam serta
titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu tertentu.
34. Taqiuddin (1565); merintis jam mekanis pertama dan alarmnya yang digerakkan
dengan pegas.
35. Ibnu Nafis (w.thn 1288); menulis dan menggambarkan tentang sirkulasi peredaran
darah dalam tubuh manusia (Harvey 1628 dianggap pertama yang menemukannya).
36. Az Zahra (w.thn 939); pembuat alat bedah/pembedahan , teknik dan jenis
pengoperasian, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan operasi gigi serta peralatan
bedah gigi.
37. Al Ibadi (w. thn 873); pengarang buku tentang anatomi mata, otak dan syaraf optik,
permasalahan pada mata.
38. Ibnu Fadlan (abad 10); membuat daftar koordinat daerah Volga-Caspian (daerah
Rusia) dan sosiologi daerah tersebut.
39. Ibnu Batutah (w. 1369); membuat daftar koordinat dan sosiologi wilayah China,
Srilangka, India, Byzantium, Rusia Selatan.
40. Ibnu Majid (abad 15); pemandu Vasco de Gamma dan menerbitkan buku panduan
navigasi bagi pilot dan pelaut.
3
41. Ibnu Khuradadhbih (abad 9); karya geografi tentang kerajaan-kerajaan dan rute
perjalanannya dari negeri-negeri China, Korea dan Jepang.
42. Al Mas'udi ( ); menerbitkan ensiklopedi geografi yang membahas gempa bumi,
formasi geologis, sifat dasar laut mati, evolusi geologi (jauh sebelum Maghelan dan
Weber).
43. Al Idris (1154); ahli peta bumi, membuat peta bumi dan globe dengan dilengkapi
penjelasan penggunaan kompas.
44. Yaqut Hawami (w. thn 1229); membuat kamus geografi pertama berdasarkan abjad
berisikan nama kota dan tempat yang dikenal dan berisi informasi akurat mengenai
ukuran bumi, zona iklim dan sifatnya, geografi matematika dan politik.
45. Ibnu Abdus Salam (abad 13); merumuskan pertama kali tentang hak-hak
perlindungan binatang atau konservasi hewani.
46. Safiuddin (w. thn 1294); memperkenalkan teori musik.
47. Al Mawsili (w.thn 850); ahli musik klasik dan oleh muridnya musisi ulung Ziryab
memperkenalkan ke Spanyol thn 822, pengembangan notasi mensural, konsep gloss
atau hiasan melodi, pengembangan rumpun alat musik gesek, kecapi, kelompok gitar,
busur gesek pada alat musik gesek, musik keroncong dan morisko.
48. DR.Abdussalam (abad 20); Membuat teori yang menyatukan interaksi nuklir lemah
dengan interaksi elektromaagnetik.
49. DR. BJ Habiebie (abad 20); penemu teori tentang keretakan logam pada pesawat
terbang.
50. DR. Warsito (abad 21); Menemukan alat pemindai ECVT.
4
perubahan di kalangan masyarakat Arab Muslim pada masa awal.
Mereka berasal dari Makkah, Madinah, dan Yaman. Setelah mengadakan perjalanan
melintasi gurun pasir, mereka mencapai Mesir, Mesopotamia, dan Suriah yang dikenal
sebagai pusat peradaban kuno. Dari wilayah-wilayah itu, berbagai pemikiran ilmiah maupun
teknik instrumen lawas dibawa dan diperkenalkan ke jazirah Arab.
Di saat yang bersamaan, muncul kelompok baru di masyarakat Muslim, yakni kalangan
terpelajar yang terdiri dari ulama, filsuf, dan cendekiawan. Para tokoh ini sangat tertarik
dengan keunggulan peradaban kuno. Mereka menjelma sebagai pendorong utama percepatan
kemajuan ilmu di dunia Islam.
Hanya dalam waktu singkat, terjadi perkembangan pesat di bidang politik, sosial,
budaya, dan pemikiran. Muhammad Abdul Jabar Beg, peneliti tamu di Cambridge
Universtity, Inggris, dalam tulisannya The Origins of Islamic Science menyatakan, Muslim
tak hanya mengubah cara pikir, tetapi juga pandangan dunia.
Menurut dia, sikap ini mendorong mereka mengkaji dan mempelajari warisan
peradaban kuno yang mereka temukan. Kegiatan itu terus berlangsung hingga masa
kekhalifahan pada abad ke-8 Masehi. Para penguasa memberikan kontribusi besar terhadap
perkembangan bidang ilmu.
Buku berjudul Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern karya
sejarawan Ehsan Masood mengungkapkan, salah satu ciri periode pembangunan Islam yakni
menyerap keunggulan peradaban lain, memodifikasi, dan melakukan inovasi. Islam kemudian
melahirkan sejumlah ilmuwan terkemuka di bidang sains dan teknologi.
Kota-kota pusat ilmu, bermunculan di seantero dunia Islam, mulai dari Damaskus,
Basra, Kordoba hingga Kairo. Kegiatan intelektual mencapai puncaknya pada masa
pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang ditandai gencarnya gerakan penerjemahan literatur
ilmiah asing.
Beberapa cendekiawan Muslim klasik secara khusus mencatat fenomena perubahan
yang terjadi pada masyarakat Arab, terutama kecenderungan akan pen carian ilmu. Mereka
itu antara lain Ibnu Qutaibah, AlKhawarizmi, serta Ibnu Al-Qifti. Karya Ibnu Qutaibah
berjudul AlMa'arif mengulas hal tersebut dalam perspektif sejarah.
Pada buku ensiklopedia ilmu ini, Ibnu Qutaibah menyingkap beragam pemikiran kuno,
termasuk legenda, mitos, dan kepercayaan yang diketahui komunitas Muslim pada masa awal.
Terdapat pula kajian terkait ilmu pengetahuan, misalnya, teori penciptaan, astronomi,
maupun ilmu bumi.
Deskripsi dari Ibnu Qutaibah menjadi rujukan ilmiah para sarjana Muslim
berikutnya, bahkan memengaruhi perkembangan sains di dunia Barat. Sedangkan, buku
Mafatih AlUlum (Kunci Ilmu), yang disusun AlKhawarizmi, dipandang sebagai karya umat
Islam pertama yang meneliti asal mula sains Islam.
Gagasan itu lantas diperluas AlQifti lewat karyanya, Tarikh AlHukama. Ia
menuliskan secara perinci sebanyak 144 biografi filsuf dan cendekiawan kondang pada masa
Yunani kuno hingga masa kekhalifahan. Menurut dia, proses transfer ilmu pada masa awal
Islam berlangsung lebih pesat di kawasan Semenanjung Arab.
5
Wilayah itu berdekatan dengan pusat-pusat peradaban kuno. Pengetahuan kuno
dalam bidang seni, teknologi, dan pemikiran, disam paikan oleh para hukama (tetua) melalui
cerita, dongeng, dan mitos, dari generasi ke generasi. Informasi ihwal pengetahuan dan
teknologi itu juga berasal dari para pengembara dan pedagang Islam.
Bangsa Arab menye but sains kuno itu dengan Ulum Al Awa'il, yang segera
disesuaikan dengan tradisi setempat dan mulai digunakan secara luas. Misalnya, roda dan
kapal layar yang dite mukan peradaban Mesopotamia. Begitu pula standar timbangan dari
bangsa Sumeria. Sistem angka Arab berasal dari peradaban India kuno. Proses peralihan Al
Qifti mencatat, hingga akhir abad ke-7 Masehi, orang-orang Arab melakukan proses
peralihan pengetahuan masih secara lisan, belum dengan tulisan ilmiah. Keingintahuan yang
besar dan semangat keilmuan yang membuncah mampu meningkatkan intensitas interaksi
antara umat Islam dan sains teknologi kuno.
Penyebaran agama Islam yang kian luas semakin menambah jumlah orang dari
berbagai wilayah untuk memeluk agama ini. Hal itu akan memperbanyak khazanah
pengetahuan asing yang dapat diserap. Umat Islam menjadi begitu dekat dengan tradisi,
sejarah, dan sains peradaban kuno.
"Sebagai contoh, Khalifah Khalid bin Yazid mengawali studi kimia yang diperolehnya
dari literatur kuno," urai Muhammad Abdul Jabar Beg. Catatan sejarah mengungkapkan,
sang khalifah merupakan salah satu pakar kimia pertama di dunia Islam. Ia memiliki peran
besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Khalifah Khalid bin Yazid mendorong para ilmuwan dari Damaskus, Suriah dan Kairo,
serta Mesir untuk menerjemahkan buku-buku bidang kimia, kedokteran, dan astronomi dari
literatur Yunani kuno dan Koptik ke dalam bahasa Arab. Selanjutnya, kaum cendekia Muslim
mengembangkan pemikiran dan inovasinya sendiri.
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa beberapa penemuan yang mengubah
peradaban dunia berasal dari para ilmuwan muslim.Para ilmuwan ini mempunyai kontribusi
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan merupakan temuan awal sebelum dikembangkan
oleh ilmuwan Barat lainnya.Penemuan-penemuan ilmuwan muslim ini sempat terlupakan oleh
6
masyarakat dunia.Untuk itu sebuah Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban (The
Foundation for Science Technology and Civilisation (FSTC) yang berpusat di London
Mengadakan pameran untuk memperlihatkan dan menegaskan kepada publik tentang
kontribusi peradaban non-barat yang sudah ada 1000 tahun yang lampau.
1. Operasi Bedah
2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat
di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga
ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi
disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada
abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang
Venesia.
3. Mesin Terbang
7
Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat
terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan
secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di
Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke
tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga
menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.
4. Universitas
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah
universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan
masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan universitas al-Qarawiyyin dan terus
beroperasi selama 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan
ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara
akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.
5. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 Kitab al-
Jabr Wal-Mugabala, yang diterjemahkan ke dalam buku The Book of Reasoning and
8
Balancing. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu
untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan
lainnya Al-Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi
bilangan yang bisa menjadi kekuatan.
6. Optik
Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm, ujar Hassani.
Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari
refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya
dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan
fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat
dengan koneksi antara optik dan otak.
7. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir
ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi
musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.
8. Sikat Gigi
Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali
pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan
menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi
modern.
9. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk
pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan
gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah.
Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam
penggunaan sepeda hingga kini
Sumber: inilah.com
9
ILMUWAN DAN PENEMU
MUSLIM
10
Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang
saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah
diartikan sebagai ''ruang gelap''. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang
kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah mengilhami
penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton.
"Kamera obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-
Haitham, yang lahir di Basra (965-1039 M),'' ungkap Nicholas J Wade dan Stanley Finger
dalam karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from camera obscura to
Helmholtz's perspective.
Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat
bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam
bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau
lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
Bradley Steffens dalam karyanya berjudul Ibn al-Haytham:First Scientist
mengungkapkan bahwa Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip
kerja kamera obscura. "Dia merupakan ilmuwan pertama yang berhasil memproyeksikan
seluruh gambar dari luar rumah ke dalam gambar dengan kamera obscura," papar Bradley.
Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat
sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo
(1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa
dengan lensa (camera).
Setelah itu, penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista
della Porta (15351615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura yang
ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 - 1630
M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang
lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia
lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk
kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari
penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk
menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil
oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.
Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar
dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat dalam perjalanan
kamar gelapnya - yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman mengembangkan
prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan
kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.
Sebuah versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat pesawat
terbang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera obscura juga digunakan
untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio. Begitulah penciptaan kamera
obscura yang dicapai al-Haitham mampu mengubah peradaban dunia.
11
Peradaban dunia modern tentu sangat berutang budi kepada ahli fisika Muslim yang
lahir di Kota Basrah, Irak. Al-Haitham selama hidupnya telah menulis lebih dari 200 karya
ilmiah. Semua didedikasikannya untuk kemajuan peradaban manusia. Sayangnya, umat
Muslim lebih terpesona pada pencapaian teknologi Barat, sehingga kurang menghargai dan
mengapresiasi pencapaian ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam.
Tahukah Anda, kata kamera yang digunakan saat ini berasal dari bahasa Arab, yakni
qamara ? Istilah itu muncul berkat kerja keras al-Hatham. Bapak fisika modern itu
terlahir dengan nama Abu Ali al-Hasan Ibnu al-Hasan Ibnu al-Haitham di Kota Basrah,
Persia, saat Dinasti Buwaih dari Persia menguasai Kekhalifahan Abbasiyah.
Kamera Obscura (dalam bahasa Latin berarti kamar gelap), pengembangan hasil penemuan
Ibnu Al Haitham yang didasarkan atas prinsip menangkap pantulan cahaya dari sebuah benda.
Kacamata merupakan salah satu penemuan terpenting dalam sejarah kehidupan umat
manusia. Setiap peradaban mengklaim sebagai penemu kacamata. Akibatnya, asal-usul
kacamata pun cenderung tak jelas dari mana dan kapan ditemukan.
Lutfallah Gari, seorang peneliti sejarah sains dan teknologi Islam dari Arab Saudi
mencoba menelusuri rahasia penemuan kacamata secara mendalam. Ia mencoba membedah
sejumlah sumber asli dan meneliti literatur tambahan. Investigasi yang dilakukannya itu
13
membuahkan sebuah titik terang. Ia menemukan fakta bahwa peradaban Muslim di era
keemasan memiliki peran penting dalam menemukan alat bantu baca dan lihat itu.
Lewat tulisannya bertajuk The Invention of Spectacles between the East and the
West, Lutfallah mengungkapkan, peradaban Barat kerap mengklaim sebegai penemu
kacamata. Padahal, jauh sebelum masyarakat Barat mengenal kacamata, peradaban Islam
telah menemukannya. Menurut dia, dunia Barat telah membuat sejarah penemuan kacamata
yang kenyataannya hanyalah sebuah mitos dan kebohongan belaka.
''Mereka sengaja membuat sejarah bahwa kacamata itu muncul saat
Etnosentrisme,'' papar Lutfallah. Menurut dia, sebelum peradaban manusia mengenal
kacamata, para ilmuwan tdari berbagai peradaban telah menemukan lensa. Hal itu
dibuktikan dengan ditemukannya kaca.
Lensa juga dikenal pada beberapa peradaban seperti Romawi, Yunani, Hellenistik dan
Islam. Berdasarkan bukti yang ada, lensa-lensa pada saat itu tidak digunakan untuk
magnification (perbesaran), tapi untuk pembakaran. Caranya dengan memusatkan cahaya
matahari pada fokus lensa/titik api lensa.
Oleh karena itu, mereka menyebutnya dengan nama umum "pembakaran kaca/burning
mirrors". ''Hal ini juga tercantum dalam beberapa literatur yang dikarang sarjana Muslim
pada era peradaban Islam,'' tutur Lutfallah. Menurut dia, fisikawan Muslim legendaris,
Ibnu al-Haitham (965 M-1039 M), dalam karyanya bertajuk Kitab al-Manazir (tentang
optik) telah mempelajarai masalah perbesaran benda dan pembiasan cahaya.
Ibnu al-Haitam mempelajari pembiasan cahaya melewati sebuah permukaan tanpa
warna seperti kaca, udara dan air. "Bentuk-bentuk benda yang terlihat tampak menyimpang
ketika terus melihat benda tanpa warna". Ini merupakan bentuk permukaan seharusnya
benda tanpa warna," tutur al-Haitham seperti dikutip Lutfallah.
Inilah salah satu fakta yang menunjukkan betapa ilmuwan Muslim Arab pada abad
ke-11 itu telah mengenali kekayaan perbesaran gambar melalui permukaan tanpa warna.
Namun, al-Haitham belum mengetahui aplikasi yang penting dalam fenomena ini. Buah pikir
yang dicetuskan Ibnu al-Haitham itu merupakan hal yang paling pertama dalam bidang lensa.
Paling tidak, peradaban Islam telah mengenal dan menemukan lensa lebih awal tiga ratus
tahun dibandingkan Masyarakat Eropa. Menurut Lutfallah, penemuan kacamata dalam
peradaban Islam terungkap dalam puisi-puisi karya Ibnu al-Hamdis (1055 M- 1133 M). Dia
menulis sebuah syair yang menggambarkan tentang kacamata. Syair itu ditulis sekitar200
tahun, sebelum masyarakat Barat menemukan kacamata. Ibnu al-Hamdis menggambarkan
kacamata lewat syairnya antara lain sebagai berikut:
''Benda bening menunjukkan tulisan dalam sebuah buku untuk mata, benda bening
seperti air, tapi benda ini merupakan batu. Benda itu meninggalkan bekas kebasahan di pipi,
basah seperti sebuah gambar sungai yang terbentuk dari keringatnya,'' tutur al-Hamdis.
Al-Hamdis melanjutkan, ''Ini seperti seorang yang manusia yang pintar, yang
menerjemahkan sebuah sandi-sandi kamera yang sulit diterjemahkan. Ini juga sebuah
pengobatan yang baik bagi orang tua yang lemah penglihatannya, dan orang tua menulis kecil
dalam mata mereka.''
14
Syair al-Hamids itu telah mematahkan klaim peradaban Barat sebagai penemu
kacamata pertama. Pada puisi ketiga, penyair Muslim legendaris itu mengatakan, "Benda ini
tembus cahaya (kaca) untuk mata dan menunjukkan tulisan dalam buku, tapi ini batang
tubuhnya terbuat dari batu (rock)".
Selanjutnya dalam dua puisi, al-Hamids menyebutkan bahwa kacamata merupakan
alat pengobatan yang terbaik bagi orang tua yang menderita cacat/memiliki penglihatan
yang lemah. Dengan menggunakan kacamata, papar al-Hamdis, seseorang akan melihat garis
pembesaran.
Dalam puisi keempatnya, al-Hamdis mencoba menjelaskan dan menggambarkan
kacamata sebagai berikut: "Ini akan meninggalkan tanda di pipi, seperti sebuah sungai".
Menurut penelitian Lutfallah, penggunaan kacamata mulai meluas di dunia Islam pada abad
ke-13 M. Fakta itu terungkap dalam lukisan, buku sejarah, kaligrafi dan syair.
Dalam salah satu syairnya, Ahmad al-Attar al-Masri telah menyebutkan kacamata.
"Usia ua datang setelah muda, saya pernah mempunyai penglihatan yang kuat, dan sekarang
mata saya terbuat dari kaca." Sementara itu,sSejarawan al-Sakhawi, mengungkapkan,
tentang seorang kaligrafer Sharaf Ibnu Amir al-Mardini (wafat tahun 1447 M). "Dia
meninggal pada usia melewati 100 tahun; dia pernah memiliki pikiran sehat dan dia
melanjutkan menulis tanpa cermin/kaca. "Sebuah cermin disini rupanya seperti lensa,''
papar al-Sakhawi.
Fakta lain yang mampu membuktikan bahwa peradaban Islam telah lebih dulu
menemukan kacamata adalah pencapaian dokter Muslim dalam ophtalmologi, ilmu tentang
mata. Dalam karanya tentang ophtalmologi, Julius Hirschberg , menyebutkan, dokter
spesialis mata Muslim tak menyebutkan kacamata. ''Namun itu tak berarti bahwa
peradaban Islam tak mengenal kacamata,'' tegas Lutfallah. desy susilawati
Pada abad ke-13 M, sarjana Inggris, Roger Bacon (1214 M - 1294 M), menulis
tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda menggunakan
sepotong kaca. "Untuk alasan ini, alat-alat ini sangat bermanfaat untuk orang-orang tua dan
orang-orang yang memiliki kelamahan pada penglihatan, alat ini disediakan untuk mereka
agar bisa melihat benda yang kecil, jika itu cukup diperbesar," jelas Roger Bacon.
Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi ilmu
pengetahuannya dari ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haitam. Bacon terpengaruh dengan kitab yang
ditulis al-Haitham berjudul Ktab al-Manazir Kitab tentang Optik. Kitab karya al-Haitham
itu ternyata telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.
Ide pembesaran dengan bentuk kaca telah dicetuskan jauh sebelumnya oleh al-
Haitham. Namun, sayangnya dari beberapa bukti yang ada, penggunaan kaca pembesar untuk
membaca pertama disebutkan dalam bukunya Bacon.
Julius Hirschberg, sejarawan ophthalmologi (ilmu pengobatan mata), menyebutkan
dalam bukunya, bahwa perbesaran batu diawali dengan penemuan kaca pembesar dan
15
barulah kacamata tahun 1300 atau abad ke-13 M. "Ibnu al-Haitham hanya melakukan
penelitian mengenai pembesaran pada abad ke - 11 M," cetusnya Hirschberg.
Kacamata pertama disebutkan dalam buku pengobatan di Eropa pada abad ke-14 M.
Bernard Gordon, Profesor pengobatan di Universitas Montpellier di selatan Perancis,
mengatakan di tahun 1305 M tentang tetes mata (obat mata) sebagai alternatif bagi orang-
orang tua yang tidak menggunakan kacamata.
Tahun 1353 M, Guy de Chauliac menyebutkan jenis obat mata lain untuk
menyembuhkan mata, dia mengatakan lebih baik menggunakan kacamata jika obat mata
tidak berfungsi.
Selain para ilmuwan di atas, adapula tiga cerita yang berbeda disebutkan oleh
sarjana Italia, Redi (wafat tahun 1697). Cerita pertama, disebutkan dalam manuskrip Redi
tahun 1299 M. Disebutkan dalam pembukaan bahwa pengarang adalah orang yang sudah tua
dan tidak bisa membaca tanpa kacamata, yang ditemukan pada zamannya.
Cerita kedua, juga diceritakan oleh Redi, menunjukkan bahwa kacamata disebutkan
dalam sebuah pidato yang jelas tahun 1305 M, dimana pembicara mengatakan bahwa
perlatan ini ditemukan tidak lebih cepat dari 20 tahun sebelum pidato tersebut
diungkapkan.
Cerita ketiga, menyebutkan bahwa biarawan (the monk) Alexander dari Spina
(sebelah timur Itali) belajar bagaimana menggunakan kacamata. Dia wafat tahun 1313 M.
Akhirnya tiga versi cerita berbeda tersebut menyebarluas, karena banyak buku lain
yang mengadopsi cerita-cerita yang disebutkan Redi setelah dia wafat. Namun, beberapa
sejarahwan ilmu pengetahuan mengatakan bahwa Redi telah membuat cerita bohong dan
mereka tidak percaya.
Bahkan, dalam buku Julius Hirschberg, juga disebutkan tentang cerita Redi itu,
ditulis antara tahun 1899 dan 1918 di Jerman dan banyak informasi yang sudah tua dan
banyak yang diperbaharui. Buku tersebut kemudian diterjemahkan (tanpa revisi) ke dalam
bahasa Inggris dan dipublikasikan tahun 1985. Hasilnya, cerita Redi menyebar di Inggris,
artikel penelitian itu ditolak kebenaran ceritanya dan ini ditolak Julius Hirschberg.
Beberapa cerita bohong lain juga ditulis oleh seorang jurnalis di pertengahan abad
ke 19 M. Dia mengklaim Roger Bacon merupakan penemu kacamata seperti. Bahkan ia juga
menyebutkan bahwa biarawan (the Monk) Alexander juga telah diajarkan Roger Bacon
bagaimana menggunakan kacamata. Kabar ini tentu saja dengan cepat menyebar.
Kebohongan lain juga terlihat pada sebuah nisan. Seorang pengarang menunjukkan
bahwa sebuah nisan di kuburan Nasrani yang berada di gereja, tertulis sebuah kalimat,
"disini beristirahat Florence, penemu kacamata, Tuhan mengampuni dosanya, tahun 1317".
Masih banyak cerita atau mitos lainnya tentang penemu dan pembuatan kacamata di Eropa.
Semua mengklaim sebagai penemu pertama alat bantu baca dan melihat itu. she/taq
Sumber : www.repblika.co.id
16
Ibn Haitham : Peletak Dasar Ilmu Optik
Islam sering kali mendapat stigma sebagai agama yang terbelakang. Padahal,
kontribusi ilmuwan Islam bagi dunia ilmu pengetahuan tidak lah sedikit. Ibn Haitham
contohnya. Sejarah optik mencatat, dialah bapak ilmu optik yang mengurai bagaimana kerja
mata 'mencerna' penampakan suatu obyek. Nama lengkap ilmuwan ini Abu Al Muhammad al-
Hassan ibnu al-Haitham.
Publik Barat mengenalnya sebagai Alhazen. Dia lahir di Basrah pada tahun 965
Masehi. Awal pendidikan didaparkan di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah
di kota kelahirannya itu. Namun ia tidak sreg dengan kehidupan birokrat. Ia pun
memutuskan keluar untuk kemudian merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan, ia
mengasah otaknya dengan beragam ilmu. Kecintaannya kepada ilmu membawanya berhijrah
ke Mesir. Di negeri ini, ia melakukan penelitian mengenai aliran dan saluran Sungai Nil serta
menyalin buku-buku tentang matematika dan ilmu falak.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang tambahan dalam meneruskan
pendidikannya di Universitas al-Azhar. Belajar yang dilakukannya secara otodidak justru
membuatnya menjadi seorang yang mahir dalam bidang ilmu pengetahuan, ilmu falak,
matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi
salah satu rujukan penting dalam bidang penelitian sains di Barat. Malahan kajiannya
mengenai pengobatan mata telah menjadi asas bagi kajian dunia modern mengenai
pengobatan mata. enelitiannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains
Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler menciptakan mikroskop serta teleskop. Dialah orang
pertama yang menulis dan menemukan pelbagai data penting mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris, antaranya adalah Light dan On Twilight Phenomena. Kajiannya banyak
membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-
bayang dan gerhana. Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada
di garis 19 derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari
berada di garis 19 derajat ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga berjaya menghasilkan
kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
Ibnu Haitham juga turut melakukan percobaan terhadap kaca yang dibakar dan dari
situ tercetuslah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para saintis di Itali
untuk menghasilkan kaca pembesar pertama di dunia. Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu
Haitham telah menemukan prinsip isi padu udara sebelum seorang ilmuwan bernama Toricelli
mengetahui hal tersebut 500 tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menengarai perihal
gaya gravitasi bumi sebelum Issac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham
mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung secara teratur
telah memberikan ilham kepada ilmuwan Barat untuk menghasilkan tayangan gambar.
Teorinya telah membawa kepada penemuan film yang kemudiannya disambung-
sambung dan dimainkan pada para penonton sebagaimana yang dapat kita tonton pada masa
17
kini. Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai filsafat, logika, metafisika,
dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan ringkasan
terhadap karya-karya sarjana terdahulu. Penulisan filsafatnya banyak tertumpu kepada
aspek kebenaran dalam masalah yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian mengenai
sesuatu perkara bermula dari pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya. Dia juga
berpendapat bahwa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua dakwaan kebenaran
wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang ada.
Pandangannya mengenai filsafat amat menarik untuk dikaji hingga saat ini. Bagi Ibnu
Haitham, filsafat tidak dapat dipisahkan dari ilmu matematika, sains, dan ketuhanan. Ketiga
bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai. Dan untuk menguasainya seseorang perlu
menggunakan waktu mudanya dengan sepenuhnya. Apabila umur makin meningkat, kekuatan
fisikal dan mental akan turut mengalami kemerosotan. Ibnu Haitham membuktikan dirinya
begitu bergairah mencari dan mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Banyak buku
yang dihasilkannya dan masih menjadi rujukan hingga saat ini.
Di antara buku-bukunya itu adalah Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandung teori-
teori ilmu matemetika dan matemetika penganalisaan; Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai
ilmu geometri; Kitab Tahlil ai'masa'il al 'Adadiyah tentang aljabar; Maqalah fi Istikhraj
Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat; Maqalah fima Tad'u llaih mengenai
penggunaan geometri dalam urusan hukum syarak; dan Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai
teknik penulisan puisi. Walaupun menjadi orang terkenal di zamannya, namun Ibnu Haitham
tetap hidup dalam kesederhanaan. Ia dikenal sebagai orang yang miskin materi tapi kaya
ilmu pengetahuan.
18
Kamal Al-Din Al-Farisi
Ahli Fisika Agung Dari Persia
Kamal al-Din al-Farisi adalah seorang ahli fisika
Muslim terkemuka dari Persia. Ia dilahirkan di kota Tabriz,
Persia sekarang Iran- pada 1267 M dan meninggal pada 1319
M. Ilmuwan yang bernama lengkap Kamal al-Din Abu'l-Hasan
Muhammad Al-Farisi itu kesohor dengan kontribusinya
tentang optik serta teori angka.
Ia merupakan murid seorang astronom dan ahli
matematika terkenal, Qutb al-Din al-Shirazi (1236-1311),
yang juga murid Nasiruddin al-Tusi. Dalam bidang optik, al-
Farisi berhasil merevisi teori pembiasan cahaya yang
dicetuskan para ahli fisika sebelumnya. Gurunya, Shirazi
memberi saran agar al-Farisi membedah teori pembiasan
cahaya yang telah ditulis ahli fisika Muslim legendaris Ibnu
al-Haytham (965-1039).
Secara mendalam, al-Farisi melakukan studi secara
mendala mengenai risalah optik yang ditulis pendahuluannya
itu. Sang guru juga menyarankannya agar melakukan revisi
terhadap karya Ibnu Haytham. Buku hasil revisi terhadap
pemikiran al-Hacen nama panggilan Ibnu Haytham di Barat
-- tersebut kemudian jadi sebuah adikarya, yakni Kitab
Tanqih al-Manazir (Revisi tentang Optik).
Kitab Tanqih merupakan pendapat dan pandangan al-
Farisi terhadap buah karya Ibnu Haytham. Dalam pandangannya, tak semua teori optik yang
diajukan Ibnu Haytham menemukan kebenaran. Guna menutupi kelemahan teori Ibnu
Haytham, al-Farisi Al-Farisi lalu mengusulkan teori alternatif. Sehingga, kelemahan dalam
teori optik Ibnu Haytham dapat disempurnakan.
Salah satu bagian yang paling penting dalam karya al-Farisi adalah komentarnya
tentang teori pelangi. Ibnu Haytham sesungguhnya mengusulkan sebuah teori, tapi al-Farisi
mempertimbangkan dua teori yakni teori Ibnu Haytham dan teori Ibnu Sina (Avicenna)
sebelum mencetuskan teori baru. Teori yang diusulkan al-Farisi sungguh luar biasa. Ia
mampu menjelaskan fenomena alam bernama pelangi menggunakan matematika.
Menurut Ibnu Haytham, pelangi merupapakan cahaya matahari dipantulkan awan
sebelum mencapai mata. Teori yang dicetuskan Ibnu Haytham itu dinilainya mengandung
kelemahan, karena tak melalui sebuah penelitian yang terlalu baik. Al-Farisi kemudian
19
mengusulkan sebuah teori baru tentang pelangi. Menurut dia, pelangi terjadi karena sinar
cahaya matahari dibiaskan dua kali dengan air yang turun. Satu atau lebih pemantulan
cahaya terjadi di antara dua pembiasan.
"Dia (al-Farisi) membuktikan teori tentang pelanginya melalui eksperimen yang luas
menggunakan sebuah lapisan transparan diisi dengan air dan sebuah kamera obscura," kata
J. J O'Connor, dan E.F. Robertson dalam karyanya bertajuk "Kamal al-Din Abu'l Hasan
Muhammad Al-Farisi". Al-Farisi pun diakui telah memperkenalkan dua tambahan sumber
pembiasan, yaitu di permukaan antara bejana kaca dan air. Dalam karyanya, al-farisi juga
menjelaskan tentang warna pelangi. Ia telah memberi inspirasi bagi masyarakat fisika
modern tentang cara membentuk warna.
Para ahli sebelum al-Farisi berpendapat bahwai warna merupakan hasil sebuah
pencampuran antara gelap dengan terang. Secara khusus, ia pun melakukan penelitian yang
mendalam soal warna. Ia melakukan penelitian dengan lapisan/bola transparan. Hasilnya, al-
Farisi mencetuskan bahwa warna-warna terjadi karena superimposition perbedaan bentuk
gambar dalam latar belakang gelap.
"Jika gambar kemudian menembus di dalam, cahaya diperkuat lagi dan memproduksi
sebuah warna kuning bercahaya. Selanjutnya mencampur gambar yang dikurangi dan
kemudian sebuah warna gelap dan merah gelap sampai hilang ketika matahari berada di luar
kerucut pembiasan sinar setelh satu kali pemantulan," ungkap al-Farisi.
Penelitiannya itu juga berkaitan dengan dasar investigasi teori dalam dioptika yang
disebut al-Kura al-muhriqa yang sebelumnya juga telah dilakukan oleh ahli optik Muslim
terdahulu yakni, Ibnu Sahl (1000 M) dan Ibnu al-Haytham (1041 M). Dalam Kitab Tanqih al-
Manazir , al-Farisi menggunakan bejana kaca besar yang bersih dalam bentuk sebuah bola,
yang diisi dengan air, untuk mendapatkan percobaan model skala besar tentang tetes air
hujan.
Dia kemudian menempatkan model ini dengan sebuah kamera obscura yang berfungsi
untuk mengontrol lubang bidik kamera untuk pengenalan cahaya. Dia memproyeksikan
cahaya ke dalam bentuk bola dan akhirnya dikurangi dengan beberapa percobaan dan
penelitian yang mendetail untuk pemantulan dan pembiasan cahaya bahwa warna pelangi
adalah sebuah fenomena dekomposisi cahaya.
Hasil penelitiannya itu hampir sama dengan Theodoric of Freiberg. Keduanya
berpijak pada teori yang diwariskan Ibnu Haytham serta penelitian Descartes dan Newton
dalam dioptika (contohnya, Newton melakukan sebuah penelitian serupa di Trinity College,
dengan menggunakan sebuah prisma agak sedikit berbentuk bola).
Hal itu dijelaskan Nader El-Bizri, dalam beberapa karyanya seperti "Ibn al-
Haytham", in Medieval Science, Technology, and Medicine: An Encyclopedia"Optics", in
Medieval Islamic Civilization: An Encyclopedia serta "Al-Farisi, Kamal al-Din," in The
Biographical Encyclopaedia of Islamic Philosoph serta buku "Ibn al-Haytham, al-Hasan", in
The Biographical Encyclopaedia of Islamic Philosophy.
Di kalangan sarjana modern terjadi perbedaan pendapat mengenai teori pelangi yang
dicetuskan al-Farisi. Ada yang meyakini itu sebagai karya al-Farisi, selain itu ada juga yang
20
menganggap teori itu dicetuskan gurunya al-Shirazi. "Penemuan tentang teori itu
seharusnya kiranya berasal dari (al-Shirazi), kemudian diperluas [al-Farisi]," papar Boyer.
Al-Farisi telah memberikan kontribusi yang begitu besar bagi pengembangan ilmu optik.
Pemikiran dan teori yang dicetuskannya begitu bermanfaat dalam menguak rahasia alam,
salah satunya pelangi.
24
Sumbangsih Islam untuk Kemajuan Teknik Mesin
25
Artuq, penguasa Mesopotamia (Irak). Karena keahliannya, ia memperoleh sejumlah gelar
prestisius, seperti Rais al-Amal.
Gelar tersebut menunjukkan dirinya adalah pemimpin para insinyur pada masa itu.
Sementara itu, gelar Badi al-Zaman dan al-Shaykh memberikan pengakuan sebagai ilmuwan
tak tertandingi serta bermartabat. Ehsan Masood dalam Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di
Bidang Sains Modern mengatakan bahwa alJazari juga seorang ahli komunikasi andal.
Al-Jazari mampu menulis dan menggambar. Temuan-temuannya menginspirasi
rancangan mesin-mesin modern saat ini. Karya fenomenalnya adalah al Jami Bain al-Ilm Wal
Aml al-Nafi Fi Sinat at al-Hiyal atau The Book of Knowledge of Ingenious Mechanical
Devices yang dirampungkan pada 1198 Masehi.
Buku ini seluruhnya mencakup teori dan praktik mekanik sekaligus
mendokumentasikan sekitar 50 temuan yang dilengkapi rancangan gambar secara teperinci.
Berkat kepeloporan yang gemilang pada bidang teknik, al-Jazari turut mengangkat sejarah
peradaban Islam pada abad pertengahan.
Di antara desain mekaniknya yang mengundang decak kagum para ilmuwan adalah
pembuatan jam gajah. Alat tersebut tepatnya berupa jam air berbentuk gajah. Jam gajah
mengombinasikan prinsip air Archimedes dengan gajah India dan pengukur waktu yang
menggunakan air, naga Cina, phoenix Mesir, karpet Persia, serta angka Arab.
Jam tersebut dipandang sebagai pencapaian luar biasa yang memanfaatkan tekanan
air untuk otomatisasi. Adanya kebutuhan untuk mengetahui waktu shalat menjadi titik
penting pengembang an jam air semacam itu. Alat ini mampu menunjukkan waktu secara
tepat, baik siang maupun malam, melalui simbal dan burung berkicau.
Kondisi geografis di dunia Islam memicu pula sejumlah penemuan. Air menjadi
masalah krusial di wilayah kekuasaan Islam yang beriklim kering dan tanah tandus. Warga
harus mencari sumber mata air bawah tanah untuk keperluan minum, rumah tangga, irigasi
pertanian, industri, dan sebagainya.
Untuk itulah, diperlukan alat pemompa air yang efektif. Masyarakat kuno sejatinya
sudah memanfaatkan semacam peralatan pompa air, yakni shaduf dan saqiya. Shaduf
digunakan secara luas oleh peradaban Assiria dan Mesir kuno. Alat itu terdiri atas balok
panjang yang ditopang dua pilar dengan balok kayu horizontal.
Adapun shaqiya berupa mesin bertenaga hewan dengan mekanisme gerak yang terdiri
atas dua roda gigi.Al-Jazari lalu mengembangkan kedua alat ini menjadi sebuah mesin yang
mampu memasok air dalam jumlah cukup banyak. Ia juga menciptakan mesin yang
menggunakan balok dan tenaga binatang.
Mekanisme yang melibatkan roda gigi dan engkol menggerakkan secara naik turun
balok tadi. Ini adalah mesin pertama yang menggunakan engkol sebagai unsur penting
sebuah mesin. Sebuah mesin kontrol mekanik merupakan karyanya yang lain. Alat itu
diterapkan pada pintu besi besar yang memakai kombinasi kunci dengan baut.
Dia pun merancang sejumlah peralatan automata, seperti mesin otomatis, peralatan
rumah tangga, dan automata musik yang digerakkan air. Prestasi mengagumkan di bidang
26
teknik mesin turut ditorehkan Taqi al-Din. Ilmuwan ini lahir di Damaskus, Suriah, pada 1525
Masehi.
Nama lengkapnya adalah Taqi al Din Muhammad bin Maruf bin Ahmad bin Muhammad
bin Muhammad bin Ahmad bin Yusuf bin Muhammad al-Shami. Ia merupakan ahli teknik
terbesar di dunia Islam. Ia juga penulis produktif. Hal ini terbukti dengan 19 buku teknik
yang berhasil ia tulis.
Salah satunya berjudul Al-Toruq alSaniyah fi al-Alat al-Rohanyah, yang berisi
deskripsi beberapa peralatan mesin kreasinya. Dalam manuskripnya, Taqi alDin menjelaskan
mekanisme kerja mesin pompa. Mesin yang digerakkan oleh air ini menunjukkan kemajuan
hebat yang dicapai umat Islam.
Roda air yang ada di dalam mesin menggerakkan piston yang saling berhubungan.
Silinder piston terhubung dengan pipa penyedot. Pipa penyedot selanjutnya menyedot air
dari sumbernya dan membagikannya ke sistem pasokan air. Para ahli permesinan meyakini
bahwa pompa ini merupakan contoh awal dari sistem double-acting principle.
Menurut Ehsan Masood, periode kedua tokoh besar ini berkiprah merupakan puncak
teknologi mekanik Islam. Yang mereka ciptakan telah membawa penga ruh luar biasa di
berbagai bidang kehidupan pada zamannya. Al-Jazari dan Taqi al-Din berhasil menunjukkan
betapa penting teknologi kuno dalam membentuk dunia modern.
Red: irf
Rep: yusuf ashiddiq
Republika OnLine Ensiklopedia Islam Khazanah
Masa kejayaan Islam tempo dulu antara lain ditandai dengan maraknya tradisi ilmu
pengetahuan. Para sarjana Muslim, khususnya yang berada di Baghdad dan Andalusia,
memainkan peran cukup penting bagi tumbuh berkembangnya ilmu kedokteran, matematika,
kimia, dan bidang ilmu lain yang sekarang berkembang. Selama berabad-abad sarjana-
sarjana Muslim tadi menuangkan buah pikiran dan hasil penelitian ke dalam kitab-kitab
pengetahuan untuk kemudian menjadi rujukan ilmu pengetahuan modern. Kini, dunia telah
dapat mengambil manfaat dari pengembangan ilmu yang dirintis oleh para ilmuwan serta
sarjana Muslim.
Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail al-Buzjani, merupakan
satu di antara sekian banyak ilmuwan Muslim yang turut mewarnai khazanah pengetahuan
masa lalu. Dia tercatat sebagai seorang ahli di bidang ilmu matematika dan astronomi. Kota
kecil bernama Buzjan, Nishapur, adalah tempat kelahiran ilmuwan besar ini, tepatnya tahun
940 M. Sejak masih kecil, kecerdasannya sudah mulai nampak dan hal tersebut ditunjang
27
dengan minatnya yang besar di bidang ilmu alam. Masa sekolahnya dihabiskan di kota
kelahirannya itu.
Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah, Abul Wafa lantas
memutuskan untuk meneruskan ke jenjang lebih tinggi di ibukota Baghdad tahun 959 M. Di
sana, dia pun belajar ilmu matematika. Sejarah mencatat, di kota inilah Abul Wafa
kemudian menghabiskan masa hidupnya. Tradisi dan iklim keilmuan Baghdad benar-benar
amat kondusif bagi perkembangan pemikiran Abul Wafa. Berkat bimbingan sejumlah
ilmuwan terkemuka masa itu, tak berapa lama dia pun menjelma menjadi seorang pemuda
yang memiliki otak cemerlang.
Dia pun lantas banyak membantu para ilmuwan serta pula secara pribadi
mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika, utamanya geometri dan
trigonometri. Di bidang ilmu geometri, Abul Wafa memberikan kontribusi signifikan
bagipemecahan soal-soal geometri dengan menggunakan kompas; konstruksi ekuivalen untuk
semua bidang, polyhedral umum; konstruksi hexagon setengah sisi dari segitiga sama kaki;
konstruksi parabola dari titik dan solusi geometri bagi persamaan.
Konstruksi bangunan trigonometri versi Abul Wafa hingga kini diakui sangat besar
kemanfaatannya. Dia adalah yang pertama menunjukkan adanya teori relatif segitiga
parabola. Tak hanya itu, dia juga mengembangkan metode baru tentang konstruksi segi
empat serta perbaikan nilai sinus 30 dengan memakai delapan desimal. Abul Wafa pun
mengembangkan hubungan sinus dan formula 2 sin2 (a/2) = 1 - cos a dan juga sin a = 2 sin
(a/2) cos (a/2).
Di samping itu, Abul Wafa membuat studi khusus menyangkut teori tangen dan tabel
penghitungan tangen. Dia memperkenalkan secan dan cosecan untuk pertama kalinya,
berhasil mengetahui relasi antara garis-garis trigonometri yang mana berguna untuk
memetakannya serta pula meletakkan dasar bagi keberlanjutan studi teori conic. Abul Wafa
bukan cuma ahli matematika, namun juga piawai dalam bidang ilmu astronomi. Beberapa
tahun dihabiskannya untuk mempelajari perbedaan pergerakan bulan dan menemukan
"variasi". Dia pun tercatat sebagai salah satu dari penerjemah bahasa Arab dan komentator
karya-karya Yunani.
Banyak buku dan karya ilmiah telah dihasilkannya dan mencakup banyak bidang ilmu.
Namun tak banyak karyanya yang tertinggal hingga saat ini. Sejumlah karyanya hilang,
sedang yang masih ada, sudah dimodifikasi. Kontribusinya dalam bentuk karya ilmiah antara
lain dalam bentuk kitab Ilm al-Hisab (Buku Praktis Aritmatika), Al-Kitab Al-Kamil (Buku
Lengkap), dan Kitab al-Handsa (Geometri Terapan). Abul Wafa pun banyak menuangkan
karya tulisnya di jurnal ilmiah Euclid, Diophantos dan al-Khawarizmi, tetapi sayangnya
banyak yang telah hilang.
Kendati demikian, sumbangsihnya bagi teori trigonometri amatlah signifikan
terutama pengembangan pada rumus tangen, penemuan awal terhadap rumus secan dan
cosecan. Maka dari itu, sejumlah besar rumus trigomometri tak bisa dilepaskan dari nama
Abul Wafa. Seperti disebutkan dalam Alquran maupun hadis, agama Islam menganjurkan
kepada umatnya untuk senantiasa belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Inilah
28
yang dihayati oleh sang ilmuwan Muslim, Abul Wafa Muhammad hingga segenap
kehidupannya dia abdikan demi kemajuan ilmu. Dia meninggal di Baghdad tahun 997 M.
Abdus Salam
29
Menurut dia, inilah penyebab utama atmosfir dunia penelitian amat menyedihkan dan
menggelayuti hampir seluruh negara berkembang. Mereka yang mendapat pendidikan di luar
negeri, bila kembali ke negara asal menghadapi banyak kesulitan dan ketidaksesuaian untuk
berkembang terus.
Ia merasa layaknya orang terisolasi. Pengisolasian dalam fisika teoretis ibarat
sebuah kematian. Ini pula yang dihadapi Salam ketika berasosiasi dengan Universitas
Lahore.
Ia merasa tidak bisa "dikubur hidup-hidup" secara perlahan-lahan. Pada 1954 ia
kembali ke Inggris sebagai lektor di Cambridge. Setelah merumuskan teori neutrino pada
umur 31 tahun, Salam menjadi guru besar fisika teoretis selama 30 tahun (1957-1987) di
London Imperial College untuk sains dan teknologi. Dengan usaha Salam, Imperial menjadi
salah satu pusat terkemuka dalam teori fisika. Salam mendorong teoretisi di Imperial ke
arah problema simetri dalam klasifikasi partikel dan teori grup dalam fisika partikel.
Meski berada di negeri orang, dan tak pernah kembali menduduki jabatan akademi
reguler di Pakistan, ia tak pernah kehilangan kontak pribadi dengan tanah airnya. Ia pun
merasa bangga sebagai Muslim pertama mendapatkan Hadiah Nobel.
Salam adalah seorang berhati besar seperti pemikirannya. Ingatan terisolasi dari
sumber informasi ilmiah, ia bertekad menyediakan sarana bagi ilmuwan muda yang berbakat
dari negara kurang berkembang, supaya mereka tidak mati dalam arti intelektual karena
keterasingan dari sumber informasi ilmiah tanpa harus meninggalkan negerinya.
Salam merintis pendirian International Centre for Theoretical Physics (ICTP), di
Trieste, Italia sejak 1964 dan menjadi direktur ICTP (1864-1990) yang didanai oleh
pemerintah Italia (50 PBB (Unesco-IAEA), dan SIDA (Swedish Agency for International
Development). Fasilitas di Trieste pertama kali disediakan sepenuhnya oleh pemerintah
Italia. Sikap ini seakan-akan membayar kembali sumbangan pemikiran ilmuwan Muslim yang
merasuki Italia sejak jatuhnya kota Constatinopel pada 1453 dari Kekaisaran Romawi
Timur, yang melahirkan Zaman Renaissance di Eropa.
Sang jenius kaliber internasional ini, dalam upayanya mengungkap sesuatu dan
menelorkan pemikirannya serta penelitiannya, selalu mendasarkan pada konsep-konsep
Islam, terutama tentang kosmos. Salam menganut sistem integrasi ilmu (agama dan
pengetahun).
Karena itu, dia tidak percaya adanya konflik antara sains dengan Islam. Ia
menegaskan bahwa dari tahun 750-1100 M hampir seluruh sains adalah sumbangan Islam,
yang menurut George Sarton (A History of Science) secara tak putus serta berturut-turut
adalah zamannya Jabir, Khwarizmi, Haytham, Razi, Masudi, Wafa, Biruni, Ibn Sina, Omar
Khayyam, dan lainnya.
Selain Salam, tokoh berpengaruh dalam bidang sains ialah Ishrat Usmani, ketua
Komisi Tenaga Atom Pakistan. Menurut Usmani, "Kebanyakan usaha keilmiahan di Pakistan
30
ditimbulkan oleh imajinasi Abdus Salam dan bobot pengaruh pribadinya. Abdus Salam
adalah simbol kebanggaan dan gengsi bangsa Pakistan dalam dunia keilmiahan."
Karena pengaruhnya maka penghargaan berlebih-lebihan yang sebelumnya diberikan kepada
seni dan ilmu-ilmu sosial dengan mengorbankan sains telah dipatahkan. Presiden Ayub Khan
pun membagi kegairahan perhatian Abdus Salam pada penerbitan buku-buku pelajaran sains.
Bertambah banyak mahasiswa mengambil studi sains di universitas.
Bagi Salam, ruang lingkup intelektual sains ialah memanunggalkan hukum-hukum alam
yang terdiri dari prinsip/asas sederhana. Pencarian ini dimulai pada zaman Yunani Kuno dan
dilanjutkan dalam Islam oleh Al-Biruni (973-1050 M) yang menegaskan bahwa alam memiliki
hukum yang sama di mana saja, di Bumi atau di Bulan.
Dengan diwujudkannya pertemuan dua peradaban ini maka dimulailah sains moderen
dari Galileo ke Einstein. Salam telah memberikan sumbangan fundamental dengan teori
electroweak, yaitu kemanunggalan gaya elektromagnetisme dengan gaya nuklir lemah yang
dihargai oleh dunia masyarakat sains dengan hadiah Nobel Fisika 1979.
Inilah prestasi terbesar umat Islam di abad 20. Tentu saja semua keberhasilan itu
tidak datang dengan sendirinya. Selain keteguhan dan jihad sosialnya yang tinggi, hampir
seluruh yang dikerjakan oleh Salam ialah kuatnya keterkaitan kepada agama Islam,
dijabarkan dari tanah airnya Pakistan. Dengan ciri segala kerendahan hati ia menyampaikan
bahwa apa yang telah dicapainya dianggap berasal dari semangat warisan Islam.
Ia berkata, "Saya banyak melibatkan diri pada pemikiran kesimetrian alam, yang
datang dari konsep Islam, karena dalam Islam kita merenungkan universum ciptaan Allah
dengan ide keindahan dan kesimetrian serta keharmonisan, dan diperoleh kepuasan dapat
melihat sebagian kecil dari rahasia alam ini." Berkat kejeniusannya ini, selain Nobel, puluhan
penghargaan dan jabatan pernah ia peroleh dari berbagai universitas ternama dunia, baik
yang ada di negara berkembang maupun negara maju.
Jasa Salam tak bisa terlupakan. Ia telah meninggalkan warisan paling berharga
(karya intelektual) bagi generasi penerus. Usaha kerasnya pun tak dapat ia teruskan, ketika
stroke menyerang Salam. Sesudah tak sanggup lagi berkomunikasi selama tiga tahun
terakhir oleh penyakit melumpuhkan itu, akkhirnya ruh meninggalkan jasadnya pada 20
November 1996 di Oxford, Inggris diiringi oleh doa Salam sendiri, jauh dari tanah air yang
dicintainya. Sumber : Yayasan Fatimah
Duapuluh tahun lalu -- ketika Pakistan dipimpin PM Zulfikar Ali Bhutto -- dia pergi
dari Lahore dan London untuk melanjutkan pertualangannya dalam riset fisika partikel. Kini
-- dalam status almarhum -- dia "pulang kampung" untuk dimakamkan di Rabwa, Punjab,
hanya beberapa pekan setelah Benazir Bhutto [putri mendiang Ali Bhutto] kehilangan kursi
PM-nya.
31
Prof.Abdus Salam, fisikawan peraih Nobel Fisika 1979, meninggal Kamis [21 Nov] di Oxford,
Inggris, dalam usia 70 tahun dan meninggalkan seorang istri serta enam anak [dua laki-laki
dan empat perempuan].
"Dia meninggal di rumahnya [di Oxford, Inggris] setelah cukup lama menderita
Parkinson," kata Abdu Wahab, saudara kandung Salam di Islamabad, Pakistan.
Salam adalah satu dari empat muslim yang pernah meraih Hadiah Nobel. Tiga lainnya adalah
Presiden Mesir Anwar Sadat [Nobel Perdamaian 1978], Naguib Mahfoud [Nobel Sastra
1988], Presiden Palestina Yasser Arafat [bersama dua rekannya dari Israel, Nobel
Perdamaian 1995].
Abdus Salam adalah fisikawan muslim yang paling menonjol abad ini. Dia termasuk
orang pertama yang mengubah pandangan parsialisme para fisikawan dalam melihat kelima
gaya dasar yang berperan di alam ini. Yaitu, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, gaya
kuat yang menahan proton dan neutron tetap berdekatan dalam inti, serta gaya lemah yang
antara lain bertanggung jawab terhadap lambatnya reaksi peluruhan inti radioaktif.
Selama berabad-abad kelima gaya itu dipahami secara terpisah menurut kerangka dalil dan
postulatnya yang berbeda-beda.
Adanya kesatuan dalam interaksi gaya-gaya dirumuskan oleh trio Abdus Salam-
Sheldon Lee Glashow-Steven Weinberg dalam teori "Unifying the Forces". Menurut teori
yang diumumkan 1967 itu, arus lemah dalam inti atom diageni oleh tiga partikel yang
masing-masing memancarkan arus atau gaya kuat. Dua belas tahun kemudian hukum itulah
yang melahirkan Nobel Fisika 1979.
Eksistensi tiga partikel itu telah dibuktikan secara eksperimen tahun 1983 oleh tim
riset yang dipimpin Carlo Rubia direktru CERN [Cetre Europeen de Recherche Nucleaire] di
Jenewa, Swiss. Ternyata, rintisan Salam itu kemudian mengilhami para fisikawan lain ketika
mengembangkan teori-teori kosmologi mutakhir seperti Grand Theory (GT) yang
dicanangkan ilmuwan AS dan Theory of Everything-nya Stephen Hawking. Melalui dua teori
itulah, para fisikawan dan kosmolog dunia kini berambisi untuk menjelaskan rahasia
penciptaan alam semesta dalam satu teori tunggal yang utuh.
Dalam usia sangat muda [22 tahun] Salam meraih doktor fisika teori dengan
predikat summa cumlaude di University of Cambridge, sekaligus meraih Profesor fisika di
Universitas Punjab, Lahore. Khusus untuk pelajaran matematika ia bahkan meraih nilai rata-
rata 10 di St.John's College, Cambridge.
Karena kecerdasannya yang luar biasa, Salam pernah dipanggil pulang oleh
Pemerintah Pakistan. Selama sebelas tahun sejak 1963 dia menjadi penasihat Presiden
Pakistan Ayub Khan khusus untuk menangani pengembangan iptek di negaranya. Ia
mengundurkan diri dari posisinya di pemerintah ketika Zulfiqar Ali Bhutto naik menjadi PM
Pakistan.
Sebagian besar usianya dihabiskan sebagai guru besar fisika di Imperial College of
Science ang Technology, London, dari 1957-1993. Sejak 1964 ia menjadi peneliti senior di
International Centre for Theoretical Physics [ICTP] di Trieste, Italia, sekaligus menjadi
direkturnya selama 30 tahun.
32
Hingga akhir hayatnya, putra terbaik Pakistan itu mendapat tak kurang dari 39 gelar
doktor honoris causa. Antara lain dari Universitas Edinburgh [1971], Universitas Trieste
[1979], Universitas Islamabad [1979], dan universitas bergengsi di Peru, India, Polandia,
Yordania, Venezuela, Turki, Filipina, Cina, Swedia, Belgia dan Rusia. Ia juga menjadi anggota
dan anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional 35 negara di Asia, Afrika,
Eropa dan Amerika.
Lahir 29 Januari 1926 di Jhang, Lahore, Pakistan, Abdus Salam tergolong duta
Islam yang baik. Sebagai contoh, dalam pidato penganugerahan Nobel Fisika di Karolinska
Institute, Swedia, Abdus Salam mengawalinya dengan ucapan basmalah. Di situ ia mengaku
bahwa riset itu didasari oleh keyakinan terhadap kalimah tauhid. "Saya berharap Unifying
the Forces dapat memberi landasan ilmiah terhadap keyakinan adanya Tuhan Yang Maha
Esa," kata penulis 250 makalah ilmiah fisika partikel itu.
Dalam makalah Faith and Science, Salam menegaskan bahwa pemahaman sains masa
kini sesungguhnya tidak bertabrakan dengan pemikiran metafisika dalam pemahaman agama.
"Masalah itu setidak-tidaknya tidak akan terjadi dalam Islam." Konsep kosmologi modern
yang sedang dikembangkan untuk memahami teori penciptaan alam semesta, menurutnya,
kini dapat dipahami semakin dekat dengan konsep penciptaan yang diisyaratkan Alquran.
"Saya muslim karena saya percaya dengan pesan spiritual Alquran. Alquran banyak
membantu saya dalam memahami Hukum Alam, dengan contoh-contoh fenomena kosmologi,
biologi dan kedokteran sebagai tanda bagi seluruh manusia," kata Abdus Salam dalam satu
sidang UNESCO di Paris, 1984.
Dengan makalah The Holy Quran and Science, saat itu ia banyak mengutip ayat.
Antara lain Alquran 88:17 dan Alquran 3:189-190 yang antara lain mengisahkan soal
penciptaan langit, bumi dan seisinya.
Menjadi anggota kehormatan dari Akademi Ilmu Pengetahuan AS dan Rusia,
ternyata tidak menghambatnya untuk berkiprah di sejumlah negara berkembang. Itu juga
dilakukannya ketika ia bertugas di Komite Sains PBB dan 35 organisasi profesi ilmiah.
Maka, tak aneh, bila mantan Vice Presiden dari International Union of Pure and
Applied Phyusics (IUPAP) (1972-78) itu pun meraih tujuh penghargaan atas kontribusinya
dalam mempromosikan perdamaian dan kerjasama iptek internasional. Antara lain Atoms for
Peace Medal and Award dari Atoms for Peace Foundation (1968), First Edinburgh Medal
and Prize dari Skotlandia (1988), "Genoa" International Development of Peoples Prize dari
Italia (1988) dan Catalunya International Prize dari Spanyol (1990).
Begitulah ketokohan Abdus Salam memang pantas diakui. Dan, Dr Robert Walgate,
wartawan senior dari New Scientist, pernah mengatakan, "Abdus Salam adalah fisikawan
muslim yang cemerlang dalam mengemban misinya sebagai duta dari tiga dunia: Islam, fisika
teori dan kerja sama internasional."
Dedi Junaedi
Sumber : Republika (24 November 1996)
33
Al Khawarizmi Penemu Angka Nol
34
1. Al-Jabr wal Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam
penyelidikan trigonometri dan astronomi.
2. Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan
matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang sebagian besar merupakan
persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan
kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
3. Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam
sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam
penyelesaian persamaan trigonometri , teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas
segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
Banyak lagi konsep dalam matematika yang telah diperkenalkan al-khawarizmi .
Bidang astronomi juga membuat al-Khawarizmi terkenal. Astronomi dapat diartikan sebagai
ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan,
pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang].
Pribadi al-Khawarizmi
Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini
dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwapencapaian-pencapaian yang tertinggi
telah diperoleh oleh orang-orang Timur. Dalam hal ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain,
Wiedmann berkata." al-Khawarizmi mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang
mengabdikan hidupnya untuk dunia sains".
Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi
seperti: geometri, aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua
dalam matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-
usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya
Euklid : geometri dari segi bahasa berasal daripada perkataan yunani iaitu geo yang berarti
bumi dan metri berarti pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal
yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini dipelajari sejak
zaman firaun [2000SM]. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada
Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah
menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke9M.
Algebra/aljabar merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi telah
diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropa
pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang berjudul Hisab al-Jibra wa al Muqabalah
yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah aljabar.
35
Al-Khawarizmi: Bapak Algoritma
Matematikawan muslim yang dijuluki Bapak Algoritma. Juga ahli musik, astronomi
dan geografi. Karyanya menjadi rujukan dunia hingga kini.
Kita pasti sudah sering mendengar istilah algoritma. Tapi, tahukah siapa penemunya?
Bisa jadi kita menduga orang tersebut dari dunia Barat. Padahal, ia adalah seorang ilmuwan
muslim yang bernama Al Khawarizmi.
Nama lengkapnya adalah Abu Jafar Muhammad bin Musa al-Khawarizmi. Lahir di
Khawarizmi, Uzbeikistan, pada 194 H/780 M. Kepandaian dan kecerdasannya
mengantarkannya masuk ke lingkungan Dar al-Hukama (Rumah Kebijaksanaan), sebuah
lembaga penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang didirikan oleh Mamun Ar-
Rasyid, seorang khalifah Abbasiyah yang terkenal.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, algoritma berarti prosedur sistematis untuk
memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Nama itu berasal dari
nama julukan al-Khawarizmi. Karya Aljabarnya yang paling monumental berjudul al-
Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan
Perbandingan). Dalam buku itu diuraikan pengertian-pengertian geometris. Ia juga
menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas
segitiga, dan luas jajaran genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-
Khawarizmi telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.
Buku itu diterjemahkan di London pada 1831 oleh F. Rosen, seorang matematikawan
Inggris. Kemudian diedit ke dalam bahasa Arab oleh Ali Mustafa Musyarrafa dan
Muhammad Mursi Ahmad, ahli matematika Mesir, pada 1939. Sebagian dari karya al-
Khawarizmi itu pada abad ke-12 juga diterjemahkan oleh Robert, matematikawan dari
Chester, Inggris, dengan judul Liber Algebras et Al-mucabola (Buku Aljabar dan
Perbandingan), yang kemudian diedit oleh L.C. Karpinski, seorang matematikawan dari New
York, Amerika Serikat. Gerard dari Cremona (11141187) seorang matematikawan Italia,
membuat versi kedua dari buku Liber Algebras dengan judul De Jebra et Almucabola
(Aljabar dan Perbandingan). Buku versi Gerard ini lebih baik dan bahkan mengungguli buku
F. Rozen.
Dalam bukunya, al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka
0 (nol) yang dalam bahasa Arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka
nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan,
puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling
tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti itu tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan
Barat ketika itu, dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar
angka Arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-Khawarizmi. Dengan demikian, angka nol
baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-
36
Khawarizmi. Dari beberapa bukunya, al-Khawarizmi mewariskan beberapa istilah
matematika yang masih banyak dipergunakan hingga kini. Seperti sinus, kosinus, tangen dan
kotangen.
Karya-karya al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada
tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam
meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan
permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan, dan
dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah
mengherankan apabila ia dijuluki Bapak Aljabar.
Bahkan, menurut Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of al-
Khawarizmis Algebra, al-Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan Bapak Aljabar
dibandingkan dengan Diophantus, karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar
dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan
penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun, beberapa sarjana matematika
Barat, seperti John Napier (15501617) dan Simon Stevin (15481620), menganggap
penemuan itu merupakan hasil pemikiran mereka.
Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah
Mamun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk
bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877
kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang
dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan
waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buku astronominya yang mahsyur adalah Kitab Surah al-Ard (Buku Gambaran Bumi).
Buku itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab
itu secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius
Ptolomaeus (100178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut
dikoreksi dan dibetulkan oleh al-Khawarizmi dalam bukunya Zij as-Sindhind sebelum ia
menyusun Kitab Surah al-Ard.
Selain ahli di bidang matematika, astronomi, dan geografi, Al-Khawarizmi juga
seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori seni
musik. Pengaruh buku itu sampai ke Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke
dunia Latin. Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan
terbesar pada zamannya, Al-Khawarizmi meninggal pada 262 H/846 M di Baghdad.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas
Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan,
termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan
untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah
ada sebelumnya.
Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi
dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang
37
budi kepada al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan
bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep
Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan
revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika
Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di
dunia Internasional. (Erwyn Kurniawan, dari berbagai sumber)
Ibnu Sina
Bapak Kedokteran Modern
Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin
Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan
Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah
di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara.
Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari
keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan
pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh
ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi
membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang
guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun
ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba
ilmu.
Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas
keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia
muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga
Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat
jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.
Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang
besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;
Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang
kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah
melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca
kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18
38
tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu. Ibnu Sina menguasai berbagai
ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga
kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan
konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak
mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan
penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak
menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.
Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh
buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu
kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa. Namun
ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat
berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair,
atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.
Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa dalam
filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa ditulis
dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat.
Mantiq al-Syifa saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami,
sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa sampai saat ini juga
masih menjadi bahan telaah.
Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad
menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum
ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan
gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi, kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode
pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum
pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan.
Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu
perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah
ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia.
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De
Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal
nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan,
Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar
bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari
jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan
melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras
dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan
sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.
39
Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori
matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof
tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai
filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-
pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari
pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya
Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna
setelah membaca syarah atau penjelasan metafisika Aristoteles yang ditulis oleh Farabi,
filosof muslim sebelumnya.
Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting.
Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada
periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua
adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang
dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-
Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi
dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan
filsafat yang tak terjawab sebelumnya.
Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di
bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa.
Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-
1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat
Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang
mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan
pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina
adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya
oleh para pemikir Barat.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah
menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan
selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di
zamannya.
40
Al Razi (865-925) - Sang Kimiawan
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria al-Razi atau
dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan
salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara
tahun 864 930. Beliau lahir di Rayy, Teheran pada
tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Di awal kehidupannya, al-Razi begitu tertarik dalam
bidang seni musik. Namun al-Razi juga tertarik dengan
banyak ilmu pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan
masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji ilmu-ilmu
seperti kimia, filsafat, logika, matematika dan fisika.
Walaupun pada akhirnya beliau dikenal sebagai
ahli pengobatan seperti Ibnu Sina, pada awalnya al-
Razi adalah seorang ahli kimia.? Menurut sebuah
riwayat yang dikutip oleh Nasr (1968), al-Razi
meninggalkan dunia kimia karena penglihatannya mulai kabur akibat ekperimen-eksperimen
kimia yang meletihkannya dan dengan bekal ilmu kimianya yang luas lalu menekuni dunia
medis-kedokteran, yang rupanya menarik minatnya pada waktu mudanya.? Beliau
mengatakan bahwa seorang pasien yang telah sembuh dari penyakitnya adalah disebabkan
oleh respon reaksi kimia yang terdapat di dalam tubuh pasien tersebut. Dalam waktu yang
relatif cepat, ia mendirikan rumah sakit di Rayy, salah satu rumah sakit yang terkenal
sebagai pusat penelitian dan pendidikan medis.? Selang beberapa waktu kemudian, ia juga
dipercaya untuk memimpin rumah sakit di Baghdad..
Beberapa ilmuwan barat berpendapat bahwa beliau juga merupakan penggagas ilmu
kimia modern. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya tulis maupun hasil penemuan
eksperimennya.
Al-Razi berhasil memberikan informasi lengkap dari beberapa reaksi kimia serta
deskripsi dan desain lebih dari dua puluh instrument untuk analisis kimia. Al-Razi dapat
memberikan deskripsi ilmu kimia secara sederhana dan rasional. Sebagai seorang kimiawan,
beliau adalah orang yang pertama mampu menghasilkan asam sulfat serta beberapa asam
lainnya serta penggunaan alkohol untuk fermentasi zat yang manis.
41
Beberapa karya tulis ilmiahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu:
* Kitab al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
* Liber Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan
mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
* Sirr al-Asrar:
o Ilmu dan pencarian obat-obatan daripada sumber tumbuhan, hewan, dan galian, serta
simbolnya dan jenis terbaik bagi setiap satu untuk digunakan dalam rawatan.
o Ilmu dan peralatan yang penting bagi kimia serta apotek.
o Ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kimia yang melibatkan pemrosesan raksa,
belerang (sulfur), arsenik, serta logam-logam lain seperti emas, perak, tembaga,
timbal, dan besi.
Menurut H.G Wells (sarjana Barat terkenal), para ilmuwan muslim merupakan
golongan pertama yang mengasas ilmu kimia. Jadi tidak heran jika sekiranya mereka telah
mengembangkan ilmu kimia selama sembilan abad bermula dari abad kedelapan masehi.
Referensi:
- http://mgmpkimia.wordpress.com/tokoh-kimia/al-razi-865-925/
42
BAPAK DOKTER BEDAH MODERN
Al-Zahrawi (936 M-1013 M)
43
kedokteran. Kitab yang dijadikan materi sekolah kedokteran di Eropa itu terdiri dari 30
volume.
Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci
dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, orthopedic, opththalmologi, farmakologi, serta ilmu
kedokteran secara umum. Ia juga mengupas tentang kosmetika. Al-Zahrawi pun ternyata
begitu berjasa dalam bidang kosmetika. Sederet produk kosmetika seperti deodorant, hand
lotion, pewarna rambut yang berkembang hingga kini merupakan hasil pengembangan dari
karya Al-Zahrawi.
Popularitas Al-Zahrawi sebagai dokter bedah yang andal menyebar hingga ke
seantero Eropa. Tak heran, bila kemudian pasien dan anak muda yang ingin belajar ilmu
kedokteran dari Abulcasis berdatangan dari berbagai penjuru Eropa. Menurut Will Durant,
pada masa itu Cordoba menjadi tempat favorit bagi orang-orang Eropa yang ingin menjalani
operasi bedah. Di puncak kejayaannya, Cordoba memiliki tak kurang dari 50 rumah sakit
yang memberikan pelayanan prima.
Sebagai seorang guru ilmu kedokteran, Al-Zahrawi begitu mencintai murid-muridnya.
Dalam Al-Tasrif, dia mengungkapkan kepedulian terhadap kesejahteraan siswanya. Al-
Zahrawi pun mengingatkan kepada para muridnya tentang pentingnya membangun hubungan
yang baik dengan pasien. Menurut Al-Zahrawi, seorang dokter yang baik haruslah melayani
pasiennya sebaik mungkin tanpa membedakan status sosialnya.
Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menanamkan pentingnya
observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu dilakukan untuk tercapainya
diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik. Al-Zahrawi pun selalu
mengingatkan agar para dokter berpegang pada norma dan kode etik kedokteran, yakni tak
menggunakan profesi dokter hanya untuk meraup keuntungan materi.
Menurut Al-Zahrawi profesi dokter bedah tak bisa dilakukan sembarang orang. Pada
masa itu, dia kerap mengingatkan agar masyarakat tak melakukan operasi bedah kepada
dokter atau dukun yang mengaku-ngaku memiliki keahlian operasi bedah. Hanya dokter yang
memiliki keahlian dan bersertifikat saja yang boleh melakukan operasi bedah. Mungkin
karena itulah di era modern ini muncul istilah dokter spesialis bedah (surgeon).
Kehebatan dan profesionalitas Al-Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para
dokter di Eropa. Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah.
Ucap Pietro Argallata. Kitab Al-Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi.
Kitab itu menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran dan para dokter serta ahli
bedah Eropa selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.
Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa
kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14, seorang ahli bedah Perancis bernama Guy de
Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi
pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke-16, ahli
bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513M-1588M) masih menjadikan Al-
Tasrif sebagai rujukan.
44
Al-Zahrawi tutup usia di kota Cordoba pada tahun 1013Mdua tahun setelah tanah
kelahirannya dijarah dan dihancurkan. Meski Cordoba kini bukan lagi menjadi kota bagi umat
Islam, namun namanya masih diabadikan menjadi nama jalan kehormatan yakni Calle
Albucasis. Di jalan itu terdapat rumah nomor 6 yakni rumah tempat Al-Zahrawi pernah
tinggal . Kini rumah itu menjadi cagar budaya yang dilindungi Badan Kepariwisataan Spanyol.
Sang penemu puluhan alat bedah modern Selama separuh abad mendedikasikan
dirinya untuk pengembangan ilmu kedokteran khususnya bedah, Al-Zahrawi telah
menemukan puluhan alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, bapak ilmu bedah itu
memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya. Di antara ratusan koleksi alat
bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah
sebelumnya.
Menurut catatan, selama karirnya Al-Zahrawi telah menemukan 26 peralatan bedah.
Salah satu alat bedah yang ditemukan dan digunakan Al-Zahrawi adalah catgut. Alat yang
digunakan untuk menjahit bagian dalam itu hingga kini masih digunakan ilmu bedah modern.
Selain itu, juga menemukan forceps untuk mengangkat janin yang meninggal. Alat itu
digambarkan dalam kitab Al-tasrif.
Dalam Al-Tasrif, Al-Zahrawi juga memperkenalkan penggunaan ligature (benang
pengikat luka) untuk mengontrol pendarahan arteri. Jarum bedah ternyata juga ditemukan
dan dipaparkan secara jelas dalam Al-Tasrif. Selain itu, Al-Zahrawi juga memperkenalkan
sederet alat bedah lain hasil penemuannya.
45
Peralatan penting untuk bedah yang ditemukannya itu antara lain, pisau bedah
(scalpel), curette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical
hook), surgical rod, dan specula. Tak cuma itu, Al-Zahrawi juga menemukan peralatan bedah
yang digunakan untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari
tenggorokan serta alat untuk memeriksa telinga. Kontribusi Al-Zahrawi bagi dunia
kedokteran khususnya bedah hingga kini tetap dikenang dunia.
www.pustakabiografi.blogspot.com/2008/05/al-zahrawi-bapak-ilmu-bedah-modern.html
46
961 dan 971 Masehi. Selain dikenal sebagai ahli matematika, semasa hidup ia juga seorang
fisikawan dan astronom yang disegani.
Merujuk pada sejumlah catatan sejarah, Al-Khazin merupakan satu dari sekian
banyak ilmuwan yang telah lama dilupakan. Namanya baru mencuat kembali pada masa-masa
belakangan ini. Di dunia Barat, Al-Khazin dikenal sebagai Alkhazen. Ejaan dalam bahasa
Eropa menyebabkan ketidakjelasan identitas antara dia dan Hasan bin Ibnu Haitsam.
Hal inilah yang merupakan salah satu penyebab nama Al-Khazin sedikit tenggelam.
Al-Khazin merupakan ilmuwan zuhud. Dia menjalani hidup sederhana dalam hal makanan,
pakaian, dan sebagainya. Ia sering menolak hadiah para penguasa dan pegawai kerajaan agar
tidak terlena oleh kesenangan materi.
Beberapa guru tenar menghiasi rekam jejak Al-Khazin saat masih menimba ilmu.
Salah satu gurunya bernama Abu Al-Fadh bin Al-Amid, seorang menteri pada masa Buwayhi
di Rayy. Al-Khazin menuangkan pemikirannya dalam sejumlah risalah bidang matematika dan
telah memperkaya khazanah keilmuan di dunia Islam.
Sebut saja, misalnya Kitab al-Masail al-Adadiyya yang di dalamnya tercantum karya
Ibnu Majah, yaitu al-Fihrist edisi Kairo, Mesir. Karyanya yang paling terkenal adalah
Matalib Juziyya mayl alMuyul al-Juziyya wa al-Matali fi al-Kuraal Mustakima. Seluruh
kemampuan intelektualnya dia curahkan pada karya ini.
Termasuk perhitungan rumus teorema sinus untuk segitiga. Seperti tercantum dalam
buku al-Fihrist edisi Kairo, AlKhazin pernah memberikan komentar ilmiah terhadap buku
Element yang ditulis ilmuwan Yunani, Euclides, termasuk bukti-bukti yang diuraikannya
menyangkut kekurangan serta kelemahan pemikiran Euclides.
Kontribusi luar biasa Al-Khazin mencakup peragaan rumus untuk mengetahui
permukaan segitiga sebagai fungsi sisisisinya. Ia mengambil metode penghitungan setiap sisi
kerucut. Dengan itu, dirinya berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2. Di
ranah matematika, persamaan itu sangat terkenal.
Ini merupakan sebuah soal matematika rumit yang diajukan oleh Archimedes dalam
bukunya The Sphere and the Cylinder. Sayangnya, seperti disebutkan pada buku Seri
Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, sekian banyak teks dan risalah ilmiah Al-Khazin tak
banyak tersisa pada masa kini.
Hanya beberapa saja yang masih tersimpan, di antaranya komentarnya terhadap
buku ke10 dari Nasr Mansur dalam Rasail Abi Nasr ila al-Biruni. Jejak keilmuan Al-Khazin
juga dapat ditelusuri dalam lingkup astronomi. Dia mengukir prestasi gemilang melalui
karyakaryanya. Salah satu yang berpengaruh adalah buku berjudul Zij as Safa'ih.
Al-Khazin mempersembahkan karya itu untuk salah satu gurunya, Ibnu Al Amid. Ia
juga membahas tentang peralatan astronomi untuk mengukur ketebalan udara dan gas
(sejenis aerometer). Saat nilai ketebalan bergantung pada suhu udara, alat ini merupakan
langkah penting dalam mengukur suhu udara dan membuka jalan terciptanya termometer.
Manuskrip karya Al-Khazin tersebut tersimpan di Berlin, Jerman, namun hilang
ketika berkecamuk Perang Dunia II. Oleh astronom terkemuka, Al-Qifti, karya itu dianggap
47
sebagai subyek terbaik dan sangat menarik untuk dipelajari. Buku Zij as Safa'ih menuai
banyak pujian dari para ilmuwan.
Menurut Al-Biruni, beragam mekanisme teknis instrumen astronomi berhasil diurai
dan dijelaskan dengan baik oleh Al-Khazin. Tokoh ternama ini pun kagum atas sikap kritis
Al-Khazin saat mengomentari pemikiran Abu Ma'syar dalam hal yang sama. Tokoh lain yang
menyampaikan komentarnya adalah Abu Al-Jud Muhammad Al-Layth.
Ia menyatakan, pendapat Al-Khazin mengenai cara menghitung rumus chord dari
sudut satu derajat. Dalam Zij disebutkan, soal itu bisa dihitung apabila chord dibagi
menjadi tiga sudut. Sementara itu, Abu Nash Mansur memberikan koreksi atas sejumlah
kekurangan yang terdapat pada karya Al-Khazin itu.
Penetapan inklanasi ekliptika tak luput dari perhatian Al-Khazin. Persoalan astronomi
ini sudah mengemuka sejak zaman Archimedes. Para ilmuwan Muslim seperti Al-Mahani,
meninggal pada 884 Masehi, yang pertama mengangkat kembali tema ini. Oleh AlKhazin, hal
itu kembali dipelajari dan dia berhasil menjabarkannya dengan baik.
Menurut Al-Khazin, pembagian bola dengan sebuah bidang datar dalam satu rasio
ditentukan dengan menyelesaikan persamaan pangkat tiga. Demikian ilmuwan ini
menyelesaikan soal astronomi tadi yang segera mendapatkan pujian dari astronom-astronom
lainnya.
Terdapat beberapa aspek penting yang dikupas oleh Al-Khazin dalam buku astronomi
yang ia tulis. Dalam Zij, ia menunjukkan penetapan titik derajat tengah atau cakrawala yang
kemiringannya tidak diketahui sebelumnya. Ia juga mampu menghitung sudut matahari
melalui penentuan garis bujur.
Sumbangsih lain adalah menyangkut penentuan azimut atau ukuran sudut arah kiblat
dengan memakai peralatan tertentu. Al-Khazin berhasil mengenalkan metode hitung segitiga
sferis. Komentar-komentarnya cukup mendalam terhadap karya astronomi lain, misalnya, ia
pernah menulis sebuah komentar atas Almagest karya Ptolemeus.
Subjek yang ia bahas adalah tentang sudut kemiringan ekliptik. Sebelumnya, rumus
itu dikenalkan Banu Musa pada 868 Masehu di Baghdad, Irak. Ia juga mencermati hasil
pengamatan AlMawarudzi, Ali bin Isa Al-Harrani, dan Sanad bin Ali. Hal ini terkait dengan
penentuan musim semi dan musim panas. Sementara itu, melalui tulisannya yang berjudul
Sirr al-Alamin, Al-Khazin mengembangkan lebih jauh gagasan-gagasan dari Ptolemeus yang
terdapat pada buku Planetary.
48
Peletak Dasar Konsep Pesawat Terbang
Abbas Qasim Ibnu Firnas (810 888)
Abbas Qasim Ibnu Firnas (di Barat dikenal dengan nama Armen Firman) dilahirkan
pada tahun 810 Masehi di Izn-Rand Onda, Al-Andalus (kini Ronda, Spanyol). Dia dikenal ahli
dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, ia juga seorang humanis, penemu,
musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko
Kecelakaan itu terjadi karena Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung
menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada
model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal
mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.
Cedera punggung yang tak kunjung sembuh mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-
proyek penelitian di laboratorium. Seperti biasanya, ia meneliti gejala-gejala alam di
antaranya mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat, menentukan tabel-tabel
astronomis, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata. Ibnu Firnas pun berhasil
mengembangkan formula untuk membuat gelas dari pasir. Juga mengembangkan peraga
rantai cincin yang digunakan untuk memperlihatkan pergerakan planet-planet dan bintang-
bintang.
Yang tak kalah menariknya, Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu
kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat
penemuannya ini, Spanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa
diselesaikan sendiri di dalam negeri.
Abbas Ibnu Firnas wafat pada tahun 888, dalam keadaan berjuang menyembuhkan
cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang
buatannya.
Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu
tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari
50
Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya.
Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah
konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.
Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa gegap gempitanya industri pesawat
terbang modern seperti saat ini, tidak lepas dari perjuangan seorang Ibnu Firnas yang rela
babak belur untuk sekadar melayang sebentar layaknya burung terbang.
Sosok Abbas Ibnu Firnas, kini hanya bisa kita temui tercetak di atas sebuah
prangko buatan Libia, menjelma pada sosok patung dan nama lapangan terbang di Baghdad,
dan abadi di salah satu kawah permukaan Bulan.
51
bergengsi Theodore van Karman Award, itu kembali dari habitat-nya Jerman, beliau selalu
menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih
gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude.
Lalu bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi
panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT,
memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil Presiden RI,
dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto.
Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD
1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang
memilih merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali
menjadi warga negara biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain beberapa proyek pembuatan
pesawat terbang :
* 1976 - 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
* 1978 - 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
* Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT.
* 1978 - 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
* 1978 - 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
* 1980 - 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40,
1980).
* 1983 - 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
* 1988 - 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
* 1989 - 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
* 1990 - 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
* 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
* 10 Maret - 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia.
52
* 21 Mei 1998 - Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia.
Sumber : http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id
http://www.e-smartschool.com/
53
kualitas akademis dan kemampuan riset mahasiswa Indonesia, serta membantu
pengembangan SDM mahasiswa Indonesia.
Dr. Warsito juga aktif sebagai anggota Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Partai
Keadilan Sejahtera di Komisi Kebijakan Publik yang salah satunya bertanggung jawab
langsung dalam merancang dan menyusun Platform Pembangunan PKS Bidang Perekonomian.
Ekonomi adalah bidang kedua yang digelutinya sejak tahun 1994 secara otodidak.
Pendidikan
Pengalaman Kerja
Aktivitas lain
Sumber :facebook.com/Dr.Warsito,M.Eng
55
Teknologi tersebut kini dipakai oleh Badan Antariksa Amerika Serikat atau National
Aeronautics and Space Administration (NASA). Guna penerapan pada pemindaian obyek
dielektrika pada saat misi antariksanya, demikian tulis editorial jurnal Industrial and
Engineering Chemistry Research edisi Januari 2009, yang diterbitkan oleh American
Chemical Society. NASA, dalam jurnalnya yang dipublikasikan di Measurement Science and
Technology yang terbit di Inggris, menyatakan telah memanfaatkan teknologi ECVT untuk
memindai keberadaan air di permukaan luar pelapis sistem pelindung panas pada dinding
pesawat ulang-aliknya. Teknologi ECVT mampu menghasilkan citra volumetrik dan real time
dari konsentrasi air yang terakumulasi pada dinding luar pesawat ulang-alik.
Adalah Dr. Warsito yang menemukan dan mengembangkan teknologi ECVT ini.
Ilmuwan muslim dari Indonesia ini juga sebagai pemilik paten ECVT yang didaftarkan di
dokumen paten AS. Dr. Warsito meraih gelar pendidikan S1 s.d S3 di Shizuoka University,
Jepang. Dia adalah Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) dan Ketua
Dewan Penasehat Institute for Science and Technology Studies (Istecs). Pernah meraih
penghargaan Tokoh Muda Indonesia (Gatra, 2003) dan meraih penghargaan Yang Mengubah
Indonesia (Tempo, 2006). Dr. Warsito mengembangkan teknologi ECVT di Center for
Tomography Research Laboratory (CTECH Labs), sebuah laboratorium pada ruang
berukuran 5 x 8 meter di sebuah ruko berlantai dua di Tangerang. CTECH boleh saja
disebut laboratorium kelas ruko, tapi karya yang dihasilkannya sungguh berkualitas
ekspor. Betapa tidak, CTECH di bawah pimpinan Warsito berhasil menciptakan alat
pemindai empat dimensi (4D) pertama di dunia. Karyanya itu diluncurkan pertama kali di
Koffolt Laboratories, Department of Chemical and Biomolecular Engineering, Ohio State
University, Columbus, Ohio, Amerika Serikat, November lalu.
Bangsa Indonesia harus bangga dengan temuan yang bisa diaplikasikan langsung
secara luas di dunia industri ini. Temuan atas teknologi pencitraan secara 3 dimensi sempat
menjadi headlines di media electronik maupun cetak yang menyangkut sains dan teknologi di
seluruh dunia belum lama ini. Berita yang pertama kali dirilis oleh Ohio State Research
News pada tanggal 27 Maret 2006 itu kemudian dikutip oleh ScienceDaily (AS), Scenta
(Inggris), Chemical Online, Electronics Weekly dan hampir seluruh media pemberitaan iptek
di segala bidang dari energi, kedokteran, fisika, biologi, kimia, industri, elektronika hingga
nano-teknologi dan antariksa di seluruh dunia.
sumber : dakwatuna.com
56