Anda di halaman 1dari 6

BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Smeltzer, 2002).
Mengutip pendapat Reeves (2001), osteomielitis adalah infeksi dari
jaringan tulang yang mrncakup sumsum dan atau korteks tulang,
dapat berupa eksogenus (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenus (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Sementara
menurut Noer S (1996), osteomielitis adalah infeksi pada tulang
biasanya menyerang metafisis tulang panjang dan banyak terdapat
pada anak-anak.
Berdasarkan pendapat di atasdapat disimpulkan bahwa
osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencakup sumsum dan
atau korteks tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen,
akut atau kronis, dan biasanya menyerang metafisis tulang panjang.
Ketika tulang terinfeksi maka sumsum tulang akan
membengkak dan menimbulkan tekanan pada dinding tulang,
namun karena dinding tulang bersifat rigid maka pembuluh darah
yang ada di di dalam sumsum tulang tersebut akan terkompresi
sehingga menurunkan suplai darah ke tulang. Tanpa suplai darah
yang cukup, bagian-bagian tulang dapat mengalami nekrosis.
Bagian tulang yang mati tersebut sulit untuk diobati karena sel-sel
leukosit dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang
dapat juga menyebar dengan terbentuknya pus dan menginfeksi
jaringan lunak disekitarnya seperti otot.

2.2 ETIOLOGI
Organisme penyebab : Staphylococcus 70-8-%, Proteus,
Pseudomonas, Eschericia coli. Pada anak-anak infeksi tulang sering
kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain
seperti faringitis, otitis media, impetigo. Bakterinya (Staphylococcus
aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui
aliran darah menuju metafisis tulang di dekat lempeng
pertumbuhan di mana darah mengalir ke dalam sinusoid. Akibat
perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.
Mikroorganisme yang menginfeksi tulang akan membentuk koloni
pada tulang perivascular, menimbulkan edema, infiltrasi seluler, dan
akumulasi produk-produk inflamasi yang akan merusak trabekula
tulang dan hilangnya matriks dan mineral tulang. Tulang bisa
mengalami infeksi melalui 3 cara:
Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan
lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik
ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis
vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah
ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan
panggul atau patah tulang lainnya.
Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah
tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang
tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan,
biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke
tulang di dekatnya.

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.


Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke
tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak
bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera,
terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan
oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu
infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang
tengkorak.
2.3 KLASIFIKASI
a. Berdasarkan cara penyebarannya, yaitu:
1. Osteomielitis primer
yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder
yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

b. Berdasarkan lama infeksi, yaitu:


1. Osteomielitis akut
yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis
akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang
dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di
dalam darah. (osteomielitis hematogen).
2. Osteomielitis sub-akut
yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang
dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma
(osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi
pada tulang yang fraktur.

2.4 PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada
osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial,
gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama
(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3
hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di
sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,
kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan;
namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk
daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada
umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

2.5 TANDA DAN GEJALA


Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak,
sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya,
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan
bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri
tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan
tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di
sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala
septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri
tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang
selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang
nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya
asupan darah.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai
peningkatan laju endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50%
positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.

3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Merupakan pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya
efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa
refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan
pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan, yaitu:
Bone scan dapat dilakukan pada minggu pertama.
MRI dilakukan jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang
terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
3. Istirahat local dengan bidai atau traksi
4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
5. Drainase bedah
2.8 PENCEGAHAN
Penanganan infeksi local dapat menurunkan angka penyebaran
hematogen
Penananganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi
tulang
Pemeriksaan klien secra teliti, perhatikan lingkungan
pembedahan, dan teknik pembedahan
Penggunaan antibiotic profilaksis, untuk mencapai kadar jaringan
yang memadai saat pembedahan dan selama 24-48 jam setelah
operasi
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan


Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Edisi. 4. Jakarta : EGC

Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan


Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai