Gambar 2.2.1
a. Gambar daun dan buah Zizyphus Mauritiana lamk
b. Gambar daun dan bunga Zizyphus Mauritiana lamk
2.1.2 Deskripsi Tanaman Bidara
Ziziphus Mauritania Lam. buah-buahan memiliki sangat berguna kuantitas isi
yang berguna untuk kesehatan manusia. Ini adalah tanaman semak atau pohon
hingga yang memiliki tinggi sekitar 15 m dan hingga 40 cm. Daun adalah bulat dan
elips, panjang 2,5-3,2 cm dan dengan warna yang berbeda ada yang hijau tua dan
hijau muda hingga kuning. Disedkitar sudut daun terdapat / di himpit oleh dua duri,
panjang dan lurus yang kecil dan melengkung. Meskipun sebagian besar pohon
menghasilkan duri, individu lemah yang tidak biasa. banaman bidara memiliki
Bunga-bunga kecil dan biseksual, kuning atau kehijauan, pada tangkai pendek, 2-3
yang terdapat pada sudut daun. Habitus, semak tegak, tinggi 1-5 m. Batang bulat,
menjuntai, permukaan kasar, pada batang muda terdapat duri, batang tua duri
melengkung, kecoklatan- abu- abu. Daun tunggal, berseling; tangakai kurang lebih 1
cm; helaiian bulat telur sampai memanjang, ujung meruncing, tidak simetris, pangkal
betrlekuk lemah, bergerigi tipis, panjang 2- 8 cm, lebar 1-5 cm, bagian atas hijau
gelap berkilap, gundul, bagian bawah berambut rapat, coklat. Bunga majemuk,
diketiak daun; panjang ibu tangkai 5-10 mm, anak tangkai 2-10 mm, diameter bunga
4-6mm, berbau kuat, kelopak kuning kehijauan, daun mahkota putih, tangkai putik
bertaut di bagian tengah ke atas. Buah batu berdaging, menggantung, bulat atau elips
lebar, panjang 1-2 cm, diameter 1-2,5 cm, mudah hijau, tua coklat kemerahan atau
kekuningan. Akar tunggang.
2.1.3 Deskripsi
2.1.4 Khasiat Tanaman Bidara
1. Flafonoid
Flavonoid berasal dari bahasa latin yang berarti kuning. Flavonoid merupakan
senyawa alam fenol dan merupakan pigmen pada tumbuhan. Flavonoid mempunyai
efek yang berbeda terhadap organisme antara lain sebagai antivirus, antimikroba,
antiinflamasi dan antiplatelet. Flavonoid adalah salah satu golongan senyawa
metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuhan, khususnya dari golongan
berbunga kupu-kupu. Kandungan senyawa flavonoid sendiri dalam tanaman sangat
rendah yaitu sekitar 0,25%. Senyawa- senyawa tersebut
2. Fenolik
fenol dalam banyak hal mirip dengan alkohol dengan struktur alifatik dimana
gugus hidroxil terikat pada rantai karbon. Gugus hidtroxsil fenolik dipengaruhi
adanya cincin aromatik. Karena adanya cincin aromatic, hydrogen dari hidroxil
fenolik bersifat labil yang menyababkan fenol bersifat sebagai asam lemah.
Polifenol adalah senyawa yang memiliki lebih dari satu gugus hidroxil fenolik
yang terikat pada satu atau lebih cincin benzene. Istilah tersebut sering dikacaukan
oleh anggapan polifenol sebagai polimer dari beberapa molekul fenol. Senyawa fenol
khas terdapat pada tanaman dan sebagai suatu gufus biasaya ditemukan dalam
bentuk ester atau glikosida dibandingkan senyawa bebas.(Anirahmawati,FKUI, 2009)
3. Saponin
Saponin mula-mula nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun
(bahasa lain sapo berarti sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat
menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba ( robinson, 1991 dalam ). Saponin menurunkan tegangan
permukaan pada dinding sel bakteri dan menyebabkan lisis yang akhirnya sel bakteri
pecah dan bakteri mati.
Saponin umumnya mempunyai karakteristik yaitu rasa pahit, sifat iritasi mucosa.
Sifat penyabunan, dan sifat hemolitik dan sifat membentuk komplek dengahn asam
empedu dan kolesterol. Saponin mempunyai efek menurunkan konsumsi racun
karena rasa pahit dan terjadinya iritasi pada oral mukosa dan saluran pencernaan.
2.2 Kulit
2.2.1 Gambaran Umum Tentang Kulit
Kulit merupakan organ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi
utama sebagai pelindung dari berbagai gangguan dan rangsangan luar. Kulit terbagi
atas dua lapisan utama yaitu, epidermis ( kulit ari) sebgai pelapis paling luar dan
dermis ( korium, kutis, kulit jangat). Dibawah dermis terdapat subkutis atau jaringan
lemak bawah kulit ( tranggono, & latifah, 2007).
1. Lapisan Epidermis
Epidermis adalah lapisan kulit yang paling luar. Epidermis memiliki ketebalan
yang berbeda, paling tebal berukuran 1 mm, misalnya pada telapak kaki dan telapak
tangan, dan paling tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut. Sel epidermis disebut dengan keratinosit( tranggono & latifah, 2007).
Epidermis terbagi menjadi lima lapis, yaitu :
Bila jaringan cidera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi oleh
kuman, maka pda jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan
musnahnya agens yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen ini
menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang
cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkain reaksi yang terjadi
pada tempat jaringan cedera ini disebut radang (Mawardin, 2013).
4. Rasa nyeri (dolor): agaknya disebabkan pengaruh zat pada ujung saraf perasa
yang rusak.
Inflamasi akut akan terjadi secara cepat (menit hingga hari) dengan ciri khas
utama eksudasi cairan, akumulasi neutrofil memiliki tanda-tanda umum berupa rubor
(rednees), calor (heat), tumor (swelling), Dolor (pain), function laesa (lose of
function). Terjadi karena tujuan utama adalah mengirim leukosit ke tempat jelas
bersihkan setiap mikroba. Dengan dua proses utama, perubahan vascular
(vasodilatasi,peningkatan permeabilitas) dan perubahan seluler (rekrutmen dan
aktifitas seluler) perubahan makroskopik yang dapat diamati berupa hyperemia yang
memberikan penampakan eritemi, exudation, yang memberikan penampakan edema,
dan emigrasi leukosit.
1. Radang kataral
2. Radang supuratifa
3. Radang fibrinosa
4. Radang psudomembranosa
5. Radang serosa
2. Radang kronik
2. Kerusakan sel
3. Pengkajian jaringan ikat yang terkena oleh suatu proses yang ditandai oleh
proliferasi pembuluh darah (angiogenesis) dan fibrosis.
1. Ekstrak kental (extractum spissum) sedian ini liat dalam keadaan dingin dan
tidak dapat dituang sehingga sulit ditakar. Kandungan airnya sejumlah sampai
30%.
2. Ekstrak cair (extractum fluidum) ekstrak dari simplisia yang dibuat sedemikian
rupa dengan berbagai konsentrasi etanol dengan zat tambahan tertentu sehingga
1 bagian simplisia sesuai dengan 1 atau 2 bagian ekstrak cair. Ekstrak cair pada
umumnya diperoleh melalui perkolasi.
3. Ekstrak kering (Ekstrak sicca) ekstrak berbentuk serbuk yang dibuat dari
ekstrak tumbuhan melalui penguapan bahan pelarutnya, ekstrak kering pada
umunya diperoleh melalui cara perkolasi.
Ektraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair, senyawa aktif yang terdapat
dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, fenol, dan lain-lain. Skruktur kimia yang berbeda-beda akan
mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, udara , cahaya, logam berat dan dan derajat keasaman. Diketahuinya
senyawa aktif dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (triyowibowo,2013).
Prinsip meserasi adalah ekstrak zat aktif yang digunakan dengan cara
merendam serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature
kamar terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk kedalam sel tanaman melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
didalam sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi kan terdesak keluar
dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut
akan berulang sampai terjadi kesimbangan antara larutan didalam sel dan larutan
diluar sel.
Mesersi biasanya dilakukan pada temperature 15o - 20o C dalam waktu selama
3 hari sampai bahan bahan yang larut, melarut (Ansel,1986). Pada umumnya
meserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat kehalusan yang
cocok, dimasukan kedalam bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan
penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari cahaya, sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai, ampas diperas. Pada ampas ditambah cairan
penyari secukupnya, diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak
100 bagian, bejana ditutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya,
selama 2 hari kemudian endapan dipisahkan.
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : R. Norvegicus
Pemilihan hewan uji idealnya harus dipilih semirip mungkin dengan kondisi
manusia, utamanya dalam hal absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi terhadap
hewan uji. Hal ini dilakukan untuk memperkecil perubahan respon antar jenis dan
dalam satu jenis hewan uji terhadap efek senyawa uji. Pada umumnya hewan uji yang
sering digunakan adalah tikus putih, tikus , kelinci, anjing, kera serta kucing.
(Handayani, 2012 dalam Hanum, 2013).
Tikus (Rattus norvegicus) galur wistar lebih besar dari famili tikus umumnya
dimana tikus ini dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor dan
berat 140-500 gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus
jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan dan dapat hidup selama 4
tahun (Hardianty, 2011).
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti tikus putih jantan. Tikus dapat
tinggal sendiri dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika
dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di
laboratorium. Pemeliharaan dan makanan tikus lebih mahal dari pada tikus putih,
tetapi tikus dapat berbiak sebaik tikus putih. karena ini lebih besar dari pada tikus
putih, makan untuk beberapa macam percobaan, tikus lebih menguntungkan
(Hardianty, 2011). di banding dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat
menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umunya lebih
mudah berkembang biak. Jika tikus liar dapat hidup 4-5 tahun tahun, tikus
laboratorium jarang hidup dari 3 tahun (Hardianty, 2011).
Umumnya berat tikus laboratorium lebih ringan dibanding berat tikus liar, biasnya
pada umur empat minggu beratnya 35-40 gram, dan berat dewasa rata-rata 200-250
gram, tetapi bervariasi trgantung pada galur. Tikus jantan tua dapat mencapai 500
gram, tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 gram (Hardianty, 2011).
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain, tikus tidak
dapat mudah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esophagus
bermuara ke dalam lambung dan tidak mempunyai kandung empedu (Hardianty,
2011).
Pada penelitian ini hewan uji hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan
karena jika di bandingkan dengan tikus betina, tikus jantang menunjukkan periode
pertumbuhan yang lebih lama. Selain itu tikus putih jantan dapat memberikan hasil
penelitian lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya tikus siklus menstruasi
dan kehamilan seperti pada tikus betina. Tikus putih jantan juga mempunyai
kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih
stabil di banding tikus betina (Hanum, 2013). Pemilihan tikus sebagai hewan uji juga
berdasarkan sifatnya yang tenang, mudah ditangani, dan tidak terlalu fotofobik.
Selain itu, ukuran telapak kaki tikus lebih muda di amati dan diukur volume kakinya,
tikus putih cenderung aktif pada malam hari, sedangkan siang hari digunakan untuk
istirahat dan tidur sehingga pada siang hari tikus putih lebih muda ditangani.
Pemilihan tikus jantan didasarkan pada fungsi hormonal yang kurang berperan dalam
menimbulkan respon inflamasi adaptif (Apriani, 2011).
Ekstraksi dengan
pelarut methanol