Anda di halaman 1dari 6

PALAPA RING PROJECT

1. Purpose?
a. Upaya pemerintah dalam membangun ketersediaan infrastruktur
layanan jaringan serat optic sebagai tulang punggung bagi
system telekomunikasi nasional yang menghubungkan seluruh
kabupaten/kota di Indonesia di daerah non-commercial demi
pemerataan pita lebar (broadband).
b. Pemerataan pembangunan infrastruktur terutama wilayah
bagian timur Indonesia.
c. Menyediakan back bone bandwidth untuk keperluan
telekomunikasi ke seluruh wilayah Indonesia.
d. Membuat biaya di operator selular, fix dan internet lebih murah
kepada seluruh wilayah Indonesia tanpa adanya perbedaan
zona wilayah.
e. Menyediakan komunikasi yang lebih efisien, aman dan berdaya
jangkau luas bagi sektor publik maupun pemerintahan termasuk
militer, polisi,meteorology.
f. Menjangkau masyarakat Indonesia yang tinggal di Kawasan
Timur agar memiliki akses lebih baik dalam menikmati berbagai
layanan telekomunikasi, sehingga mampu mengurangi
kesenjangan informasi yang selama ini terjadi pada masyarakat
kawasan timur Indonesia.

2. Qualification?
a. Penentuan rute pemasangan kabel optik, titik penyambungan,
dan perangkat penunjang.
b. Menggunakan jenis serat optik NZDSF (Non Zero Dispersion
Shifted Fiber)
c. Sistem mengunakan Erbium-Doped Fiber Amplifier (EDFA)
sebagai penguat optis dan Dispersion Compensating fiber Large
Effective Area Fiber (DCF LEAF) sebagai
pengkompensasi disperse.
d. Pemilihan teknologi transpor yang digunakan SDH atau DWDM.
e. Perencanaan jaringan transmisi SKSO link Ambon-Sorong-Ternate
untuk memenuhi kubutuhan kanal sampai dengan 2020.
f. Total kebutuhan panjang kabel adalah 1345,73 km dengan
rincian sebagai berikut: kabel darat 2,27 km, kabel laut Double
Armored 1.156,44 km, dan kabel laut Single Armored 187,02 km.
g. Dibutuhkan DCF LEAF sebagai pengkompensasi dispersi
sepanjang 53,76 km dengan rincian 28,5 km untuk rute Ambon-
Sorong dan 25,26 km untuk rute Sorong-Ternate.

3. Common?
a. Rencana pemerintah, Palapa Ring merupakan jaringan serat
optik pita lebar yang berbentuk cincin yang mengitari tujuh
pulau, yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara,
Sulawesi, Maluku, dan Papua, serta delapan jaringan
penghubung dan satu cincin besar yang mengelilingi Indonesia
baik lewat dasar laut atau pun lewat daratan.
b. Perencanaan sistem komunikasi serat optik dilakukan pada rute
Ambon-Sorong-Ternate yang merupakan salah satu sektor dari
proyek Palapa Ring kawasan timur Indonesia sektor utara.
c. Proyek Palapa Ring sektor utara akan dikerjakan oleh PT
Telkom,tbk sebagai bentuk komitmennya ikut memajukan
telekomunikasi nasional.
d. Palapa Ring adalah suatu proyek pembangunan jaringan serat
optik nasional yang akan menjangkau sebanyak 33 provinsi, 440
kota/kabupaten di seluruh Indonesia dengan total panjang kabel
laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel di daratan adalah
sejauh 21.807 kilometer.

4. Budget
a. Pendanaan berasal dari investasi perusahaan berikut ini, tanpa
menggunakan dana APBM dengan total dana Rp 4triliun.
b. Paket Barat yaitu 5 kabupaten/kota Indonesia bagian barat
diantara lain pulau sumatera, Jawa, kepulauan Riau, dan pulau
Kalimantan membutuhkan dana sebesar $ 40,39 Juta dengan
panjang bentangan 1.222 Km.
c. Paket Tengah yaitu 17 kabupaten/kota diantara lain pulau
Sulawesi, bali dan pulau di kepulauan Nusa Tenggara dengan
panjang bentangan 1.676 Km membutuhkan dana sebesar $
47,08 juta.
d. Paket Timur yaitu 35 kabupaten/kota di Indonesia bagian timur
panjang bentangan 5.681 km membutuhkan dana sebesar US$
143,18 Juta.

5. Vendor
a. Paket Barat dimenangkan oleh Konsorsium Moratel-Triasmitra:
PT. Moratelematika Indonesia 90%
PT. Ketrosden Triasmitra 10%
b. Paket Tengah dimenangkan oleh Konsorsium Pandawa Lima:
PT LEN (Ketua Konsorsium) 51%
PT Teknologi Riset Global Investama (TRG) 34%
PT Sufia Technologies 5%
PT Bina Nusantara Perkasa (BNP) 5%
PT Multi Kontrol Nusantara 5%
c. Paket Timur masih
PT. Bakrie Telecom, Tbk
PT.Excelmindo Pratama, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Infokom Elektrindo
PT. Powertek Utama Indonesia
PT. Mocca System Infocom
PT. Telekomunikaasi Indonesia, Tbk

6. Documented
a. Cikal bakal dari Palapa Ring adalah Nusantara 21 yang
merupakan proyek awal pemerintah pada 1998, ada krisis
ekonomi yang melanda Indonesia membuat proyek tersebut
tidak berjalan.
b. Januari 2005, pada ajang Infrastructure Summit I, wacana
pembangunan infrastruktur telekomunikasi kembali mencuat ke
permukaan, muncul ide Cincin Serat Optik Nasional (CSO-N) yang
diinisiasi oleh pemerintah.

7. Time

8. Support
Project Palapa Ring Project mendapatkan dukungan dari masyarakat
yang sangan membutuhkan jasa internet yang stabil dan kecepatan
tinggi. Seperti di data berikut :

9. Pratical
Palapa Ring Barat

Pulau Sumatera yang dikelilingi oleh jaringan cincin serat optic.


Garis merah ialah kabel serat optic. Titik dimana dimana kabel
terhubung dengan pulau merupakan lokasi titik labuh kabel serat
optic di pulau tersebut. Jaringan berbentuk cincin juga
dimaksudkan agar apabila ada jalur yang rusak maka masih ada
jalur alternative sehingga komunikasi tetap berjalan.

Dalam menentukan lokasi titik labuh, beberapa factor yang perlu


diperhatikan ialah factor geografis, keadaan alam, jumblah dan
kepadatan penduduk, dan teledensitas.
Konfigurasi KMI Palapa Ring menetapkan 8 kota titik labuh
jaringan backbone, yaitu Sorong, Jayapura, Marauke, FakFak,
Timika, Sarmi, Biak, dan Manokwari, serta titik labuh jaringan
ekstensi pada kota Waisai, Teminabuan, Sorendiweri, Bintuni,
Kaimana, Agats, Enarotali, Rasie, Habire, Serui, Botawa,
Wamena, Mulia, Oksibil, Sumohai, Weda, Karubaga, dan Warsi.
Dengan demikian keseluruhan 27 kabupaten serta 2 kota papua
telah terhubung, sehingga konfigurasi ini dapat dikatakan telah
memenuhi tujuan Palapa Ring.
Jaringan ekstensi berupa percabangan langsung dari jaringan
backbone yaitu di Sorendiweri, Agats, dan Kaimana. Juga berupa
kelanjutan dari titik labuh utama yaitu di Sorong, FakFak,
Jayapura, MArauke dan Manokwari.

Menyesuaikan setiap titik labuh dengan kabupaten-kabupaten


yang termasuk wilayah cakupanya, dapat diperoleh perhitungan
kebutuhan kapasitas bagi setiap titik labuh, dimana angka
kebutuhan kapasitas terbesar ialah pada titik labuhnya jayapura
sebesar 87,9 Gbps, oleh karena itu jaringan backbone yang
digunakan sebaiknya kapasitas minimal 90 Gbps.

Anda mungkin juga menyukai