Anda di halaman 1dari 4

INISIASI 2 :

Bagi anda yang ingin mendesain sesuatu, biasanya anda membutuhkan kemampuan

menggunakan perangkat lunak komputer grafis seperti CorelDRAW, misalnya.

Namun ada hal lain yang harus anda miliki selain penguasaan piranti lunak komputer

tersebut, karena produk teknologi hanyalah alat pendukung pekerjaan desain grafis.

Hal lain tersebut adalah potensi kreatifitas dari seorang desainer grafis.

Kebanyakan orang menganggap bahwa seorang desainer grafis hanya cukup

mengandalkan kemampuan dan pengetahuannya tentang perangkat lunak computer

grafis, tetapi tidak mengasah dan menambah wawasannya dengan memahami teori

seni dan desain, serta ilmu komunikasi. Modul ini dipersiapkan untuk memberikan

anda wawasan seni desain, dikaitkan dengan prinsip-prinsip komunikasi dan

pemahaman mendalam mengenai aspek-aspek visual, sehingga tidak hanya menjadi

modul tutorial yang sekadar menjadikan anda operator perangkat lunak komputer

grafis melainkan lebih dari itu menjadi seorang desainer komunikasi visual. Artinya,

tidak hanya skill yang kita kuasai namun juga soul yang harus diasah, bukan hanya

teknik yang handal tapi lebih dari itu touch harus juga dilatih terus menerus,

sehingga karya desain komunikasi visual kita dapat hidup/memiliki ruhnya.

Seni sangat berperan untuk keteraturan (karena berhubungan dengan tata letak

dan kesesuaian pencitraan komposisi visual) dan keindahan (estetika, karena

berkaitan dengan imajinasi dan kesesuaian konteks kultural yang dibawa) ketika

mendesain media publikasi. Sedangkan ilmu komunikasi berperan dalam memahami

posisi desainer sebagai komunikator yang sedang menyusun pesan yang hendak
dibaca oleh khalayak sasaran. Pekerjaan desainer grafis menuntut pemahaman

terhadap esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis menerapkan

elemen dan prinsip desain (komposisi) dalam memproduksi sebuah karya visual.

Penggunaan perangkat lunak komputer grafis yang tepat dan penataan

letak/komposisi dengan konsep seni menjadikan pesan efektif tersampaikan kepada

khalayak sasaran, sehingga mereka memahami pesan dari produk visual tersebut.

Desain grafis menerapkan beberapa prinsip, yaitu: kesederhanaan, keseimbangan,

kesatuan, penekanan, dan repetisi. Prinsip ini salah satu penerapannya pada

komposisi visual/ tata letak, dimana ke-lima hal tersebut yang menjadi acuannya.

Sederhana membuat audiens fokus terhadap informasi visual yang disampaikan;

seimbang memungkinkan audiens tidak terganggu (manipulasi optical) mencerna

informasi di balik informasi visual tersebut; prinsip kesatuan memberi tahu audiens

hal-hal mana dari elemen visual tersebut yang menjadi satu kesatuan runtutan

informasi, prinsip penekanan mengarahkan audiens pada informasi mana yang harus

diingat dan informasi mana yang berlaku sebagai penyelaras atau pendukung

informasi utama; dan prinsip repetisi memberi kesempatan audiens untuk

mengingat/ mengulang kembali informasi penting yang disampaikan. Sedangkan

elemen-elemen yang digunakannya meliputi garis, bentuk, ruang, tekstur, dan warna.

Sehingga pada gilirannya apresiator karya visual akan memberikan penilaian: nilai

estetis dan nilai ekstra. Nilai estetis diperoleh melalui penggunaan elemen-elemen

dan prinsip-prinsip visual, sedangkan nilai ekstranya muncul dari gerakan (animasi),

percepatan, lambaian, suasana panas, atmosfer tenang , dan sebagainya. Misalnya

elemen warna (nilai estetis) memunculkan kesan temperatur (nilai ekstra) warna

panas dan warna dingin (Sitepu, 2009 : 11 - 14).

Form atau bentuk yang diambil dari kata Latin, forma (bahasa Yunani), memiliki arti

bentuk, struktur, dan ide. Pada intinya bentuk adalah gabungan elemen-elemen
visual dasar, yaitu ukuran, warna dan tekstur, dan lebih dari pada sekedar shape.

Oleh karena itu bentuk menjadi penting dalam bidang desain komunikasi visual,

karena lewat bentuk yang kasat mata, tanda bisa dimaknai dan dipergunakan untuk

menyampaikan pesan/informasi visual. Bentuk sendiri dalam bidang desain dikenal

bentuk dua dimensi maupun bentuk tiga dimensi.

Bentuk-bentuk tersebut memiliki fungsi utama dan sejumlah fungsi tambahan atau

pendukung. Fungsi-fungsi tersebut kadang jelas terkait pada bentuk tertentu, pisau

misalnya, gunanya untuk memotong. Persepsi tentang fungsi dalam bentuk muncul

ketika kita telah mengenali bentuk benda tersebut sesuai pengalaman yang

terkonstruksi dalam otak kita. Jika kita melihat bentuk lain dari pisau (misalnya

bentuknya setengah lingkaran) yang berbeda dari bentuk pisau yang biasa kita

kenali, maka kita juga akan sulit meraba fungsi dari bentuk pisau seperti itu. Dalam

bentuk dua dimensi fungsi agak lebih abstrak dan sulit dikenal/tidak jelas berbeda

dengan bentuk tiga dimensi. Desain komunikasi visual tidak hanya berfungsi

mekanikal seperti mengarahkan interpretasi tetapi juga fungsi lainnya, yaitu

memberi inspirasi, informasi, dan menggerakkan kita untuk beraksi (Safanayong,

2006 : 3).

Menciptakan pesan visual memerlukan langkah-langkah yang terstruktur sehingga

pesan tersebut dapat dipahami/ dimaknai sesuai kemauan komunikator. Tiga tahapan

untuk merumuskan pesan yang efektif menurut Safanayong (2006) adalah

melahirkan pesan, mengevaluasi dan memilih pesan, serta menyampaikan pesan.

(Disarikan dari BMP Produksi Media, Modul 2, 2012)

Anda mungkin juga menyukai