Anda di halaman 1dari 9

Laporan skenario Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Di Puskesmas Desa Suka Mulya Kecamatan Sumberharta

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. LULUH KURNIAWATI
2. M. ALI
3. MUTIA ANNISA
4. RICO GALANTRI
5. RIRI MENTARI
6. TRI OKTAVIANI

SEMESTER : V .B

Dosen Pembimbing :
ZURAIDAH, S.K.M, M.KM

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN 2016-2017
Laporan skenario Kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

Di Puskesmas Desa Suka Mulya Kecamatan Sumberharta

Di daerah sukamulya Kecamatan Sumberharta terdapat 40% orang dari 90 kk datang ke


klinik dengan keluhan nyeri dada. Dengan keluhan yang sama nyeri tersebut timbul pada saat
melakukan kegiatan dan menurun saat istirahat. Rata-rata tidak mengalami nafas yang
pendek, mual, muntah atau diaforesis (berkeringat). Dan memiliki kebiasaan merokok yang
berat sekitar 1 bungkus/hari. Dan dari 90 KK sebanyak 40 KK (40%) diduga terkena penyakit
ISPA dan tindakan yang dilakukan keluarga dalam penanganan ISPA yang dibiarkan saja.
Menurut data yang didapat dari desa sukamulya Kecamatan Sumberharta, ada sekitar + 90 kk dan ada sekitar
500 jiwa penduduk baik orang dewasa maupun anak-anak. Rata-rata mata pencarian masyarakat disana
adalah petani, sawah dan karet.dan tingkat pendidikan masyarakat disana adalah tamatan SD Sederajat dan
SMP. Untuk pendapatan perkapital rata-rata pendapatan masyarakat disana Rp. 1.000.000 perkeluarga (bulan)
, untuk jenis bangunan rumah masyarakat disana masih banyak menggunakan bangunan semi permanen
dengan dinding dari papan dan lantai yang masih menggunakan tanah.

Adapun frekuensi atau akumulasi pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat desa
tersebut didapat dari data yang tercatat di puskesmas sumberharta.

40%

35%
Tingkat Pendidkan Masyarakat Sumberharta
30%

25% 10%
Petani 20% SD
20% Karet 14% SMP
Sawah SMA
15%
Guru DIPLOMA III
10%

5%
56%
0%
Mata Pencarian Masyarakat Sumberharta
Adapun frekuensi atau akumulasi kebiasaan tidak sehat masyarakat desa sumberharta
tersebut didapat dari survei data yang telah diobservasi oleh petugas kesehatan di puskesmas
sumberharta.

merokok
Pembuang sampah kekebun halaman
Pengelolaan sampah dengan dibakar
Pengelolaan sampah dengan dibiarkan saja
Pembuangan air limbah ke Got
70% 64%
64%
60%
50%
50%
36%
36%
40%
Axis Title 30%
20%
10%
0%
Kebiasaan Tidak Sehat yang Dilakukaan oleh Masyarakat Sumberharta

Adapun data dari puskesmas sumberharta (puskesmas rujukan dari daerah tersebut)
masyarakat disana banyak datang kepuskesmas dengan keluahan penyakit Ispa, Hipertensi,
Dbd, malaria, flu dan batuk.

Adapun frekuensi atau akumulasi penyakit yang dialami oleh masyarakat desa tersebut
didapat dari data yang tercatat di puskesmas sumberharta.

FREKUENSI

ISPA
15% HIPERTENSI
DBD
40%
20% FLU DAN BATUK
MALARIA

15% 10%
PENGKAJIAN PROMOSI KESEHATAN

1. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor yang perlu dikaji adalah :


a. Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan
b. Tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan
c. Sistem nilai yang dianut masyarakat
d. Tingkat pendidikan
e. Tingkat social ekonomi

Masyarakat di desa suka mulya kecamatan sumberharta mengatakan kurangnya


pengetahuan terhadap hubungan lingkungan dan perilaku dengan penyakit ISPA.

Perilaku masyarakat di desa suka mulya kecamatan sumberharta juga kurang sehat,
dimana masyarakat mempunyai kebiasaan membuang sampah dan limbah di got. Dan juga
rata-rata masyarakat mempunyai kebiasaan yang kurang baik yaitu dengan membuang
sampah sembarangan, merokok dan tidak peduli dengan kesehatan.

2. FAKTOR ENABLING

a. Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat

Dari hasil analisa ketersediaan sarana dan prasarana atau fasillitas kesehatan bagi
masyarakat seperti: tempat pembuangan sampah dan fasilitas pelayanana kesehatan
seperti: puskesmas rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, posobat desa, dokter/bidan
praktik.

3. FAKTOR REINFORCING
Faktor yang perlu dikaji :
a. Factor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas termasuk
petugas kesehatan.
b. Undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yg
terkait dengan kesehatan.

Kurangnya perhatian dari pihak petugas kesehatan dan pihak kepala daerah terhadap
kondisi lingkungan masyarakat. Sehingga masyarakat acuh terhadap kondisinya. Dan pula
tidak ada kebijakan yang khusus untuk masyarakat terhadap menjaga kebersihan lingkungan.
Analisa Data

NO Data Subyektif Data Obyektif Masalah


Keperawatan
1 Warga mengatakan tingkat Dari 90 KK sebanyak 56 Resiko terjadinya
pendidikan tertiggi masyarakat KK (56%) pendidikan peningkatan
rata-rata SMP-Sederajat tertinggi masyarakat adalah penyakit ISPA di
SMP-Sederajat Desa suka mulya
2 Warga mengatakan memiliki Dari 90 KK sebanyak 36
kecamatan
kebiasaan merokok KK (36%) perokok
sumberharta
3 Warga mengatakan kebiasaan Dari 90 KK sebanyak 36
berhubungan
membuang sampah kekebun KK (36%) kebiasaan
dengan
atau halaman membuang sampah kekebun
kurangnya
atau halaman
4 Warga mengatakan pengelolaan Dari 90 KK sebanyak 50 pengetahuan
sampah dengan dibakar KK (50%) yang keluarga dan
pengelolaan sampah dengan perilaku hidup
dibakar bersih dan sehat
5 Warga mengatakan pengelolaan Dari 90 KK sebanyak 64
sampah dengan dibiarkan saja KK (64%) pengelolaan
sampah dengan dibiarkan
saja
6 Warga mengatakan pembuangan Dari 90 KK sebanyak 64
air limbah ke Got KK (64%) pembuangan air
limbah ke Got
7 Warga mengatakan tindakan Dari 90 KK sebanyak 40
yang dilakukan keluarga dalam KK (40%) tindakan yang
penanganan ISPA yang dilakukan keluarga dalam
dibiarkan saja penanganan ISPA yang
dibiarkan saja

A. Intervensi Keperawatan
1. Mahasiswa memberika penyuluhan kesehatan masyarakat dengan topik
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dengan gotong royong demi
kesehatan masyarakat
2. Mahasiswa melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat baik formal
maupun informal untuk menggalang dukungan.
3. Mahasiswa melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menggalang
dana upaya kesehatan masyarakat (DUKM) yang ada atau iuran desa.
4. Mahasiswa menetapkan waktu peresmian gotong royong membersikan lingkungan
oleh kepala desa dan tokoh-tokoh masyarakat yang lain.
5. Kerjasama dengan institusi terkait untuk mendapatkan bantuan terkait.

B. Tujuan akhir
Diharapkan masyarakat menunjukan kemajuan akan kebersihan lingkungan
sehingga kasus infeksi saluran pernafasan atas berkurang atau tidak terjadi lagi di desa
suka mulya kecamatan sumberharta

C. Sasaran
Sasaran utama adalah masyarakat khususnya perilaku masyarakat. Upaya dan
promosi kesehatan langsung ke masyarakat, untuk masalah kesehatan penyakit ISPA
di desa suka mulya kecamatan sumberharta, maka sasaran ini dikelompokan menjadi
kepala keluarga, dengan jumlah penduduk 90 KK yaitu sekitar 500 jiwa penduduk
baik orang dewasa maupuun anak anak dan balita.
Para tokoh masyarakat dan tokoh agama di desa suka mulya kecamatan
sumberharta. Tokoh masyarakat seperti rt / rw, lurah, camat dan tenaga kesehatan, dan
tokoh agama seperti ustad di desa suka mulya kecamatan sumberharta.

Sasaran Primer Sasaran sekunder Sasaran Tersier Program prioritas


Upaya dan Kepala Ketua Rt Kesehatan
promosi Kepala Kecamatan
Keluarga Lingkungan
kesehatan Ibu rumah Kepala Kelurahan Gaya Hidup
Dinas Kesehatan
langsung ke tangga
masyarakat

D. Strategi

Depkes R.I. memiliki visi membangun Masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat. Harapannya, tentu di masa depan, rakyat Indonesia diharapkan dapat mandiri,
sadar, mau dan mampu mencegah serta mengatasi ancaman kesehatan, dengan
memanfaatkan potensi setempat secara gotong royong .

Strategi utama yang ditetapkan untuk mencapai visi dan misi tersebut adalah
menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan
sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan
pembiayaan kesehatan.
Strategi Promosi Kesehatan :

1. Advokasi (Advocacy)

Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Pendekatan advokasi
ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau penentu keputusan sesuai sektornya.
Intinya adalah strategi advokasi kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan
dengan pimpinan atau pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan.

2. Dukungan sosial ( Social Support )


Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya dengan menggunakan tokoh
masyarakat sebagai jembatan antara sektor kesehatan atau pengembang kesehatan
dengan masyarakat. Intervensi keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan
sosial ialah : pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi para
tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan jumlah
para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam pelayanan kesehatan, jumlah individu
dan keluarga dimana meningkat pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang ada misalnya posyandu.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empoworment)

Berikut ini merupakan pokok-pokok kegiatan yang mestinya dilakukan dalam


kelompok pemberdayaan masyarakat tersebut.

1) melakukan tata laksana kasus, yang meliputi penemuan kasus, pengobatan penderita,
dan sistem pelaporan yang cepat dan terdokumentasi dengan baik.
2) melakukan penyelidikan epidemiologi, terutama terhadap daerah yang terdapat
kasus penderita ISPA. Penyelidikan ini tentu sangat berguna untuk melakukan
penanggulangan fokus terhadap kasus ISPA
3) adanya penyuluhan tentang ISPA kepada masyarakat, melakukan pemantauan
kebersihan lingkungan secara berkala, melakukan pemetaan penyebaran kasus, dan
melakukan pertemuan kelompok kerja ISPA secara lintas sektor dan program.
4) melakukan gerakan bulan pembersihan lingkungan yang dilaksanakan sebelum
bulan-bulan musim penularan penyakit ISPA (data ini dapat kita peroleh dari data
tahun sebelumnya). Artinya, bulan musim penularan penyakit ISPA dapat diketahui,
bila pencatatan dan pendataan dilakukan secara benar terhadap terjadinya kasus
ISPA di suatu daerah.
5) dilakukan kegiatan pelatihan-pelatihan seputar penyakit ISPA, mulai dari gejala
penyakit ISPA, cara pengobatan penderita yang terkena ISPA, cara pencegahan
penyakit ISPA, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai