PERHUBUNGAN
REPUBUK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN,
Ditetapkan di :Jakarta
Pada tanggal : 2 Februari 2010
IS~-;:S::-;-H:-:-;M~M;---:-;M~H--
Pe ina Tk. I (IV/b)
NIP. 19630220 198903 1 001
Lampiran Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor : KM 9 TAHUN 2010
Tanggal : 2 FEBRUARI 2010
PKPN ini bersifat dinamis dan disusun untuk memenuhi ketentuan Organisasi
Penerbangan Sipil Internasional (International Civil Aviation Organization), Annex 17
tentang Security, dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
1.1 Tujuan Program Keamanan Penerbangan Nasional adalah untuk
melindungi keselamatan, keteraturan dan efisiensi penerbangan di
Indonesia melalui peraturan, tindakan dan prosedur, perlindungan yang
perlu terhadap tindakan melawan hukum dengan mempertimbangkan
keselamatan,keteraturan dan efisiensi penerbangan.
DEFINISI
1. Ancaman Born adalah suatu ancaman lisan, dari seseorang yang tidak
diketahui atau sebaliknya, yang menyarankan atau menyatakan, apakah benar
atau bohong, bahwa keselamatan dari sebuah pesawat udara yang dalam
penerbangan atau di darat, atau bandara atau fasilitas penerbangan, atau
seseorang mungkin dalam bahaya karena suatu bahan peledak atau barang
atau alat.
2. Agen Kargo Udara (Air Cargo Agent) adalah sebuah perusahaan pengirim
atau perusahaan lain yang menerima kargo dari pelanggan untuk dikirim ke
perusahaan angkutan udara, apakah langsung atau melalui agen kargo yang
diberi kewenangan oleh Badan Usaha Angkutan Udara di bandar udara.
3. Personel Pesawat Udara adalah personel operasi pesawat udara, personel
penunjang operasi pesawat udara dan personel perawatan pesawat udara.
4. Alat Peledak adalah suatu alat yang dapat dipicu untuk meledak.
5. Bandar Udara (Airport) adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan
batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat
dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang lainnya.
6. Badan Usaha Angkutan Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau
koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan pesawat udara untuk
digunakan mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos dengan memungut
pembayaran.
7. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau
koperasi yang kegiatan utamanya mengoperasikan Bandar udara untuk
pelayanan umum.
8. Bagasi Tercatat (Accompanied Hold Baggage) adalah barang penumpang
yang diserahkan oleh penumpang kepada pengangkut untuk diangkut dengan
pesawat udara yang sarna.
9. Bagasi Tercatat Tanpa Penumpang (Unaccompanied Hold Baggage) adalah
bagasi tercatat yang diangkut dengan pesawat udara tidak bersama
pemiliknya atau yang diangkut sebagai kargo.
10. Bagasi Kabin (Carry-on baggage/hand-baggage/cabin-baggage) adalah
barang yang dibawa oleh penumpang kedalam kabin pesawat udara dan
berada dalam pengawasan penumpang itu sendiri.
11. Barang yang dicurigai adalah barang yang dianggap tidak pada tempatnya,
tidak dijaga atau dimana suatu penjelasan tidak siap ditentukan dan yang
mungkin dianggap menimbulkan suatu ancaman.
12. Barang dan/atau Bahan Berbahaya adalah barang dan/atau bahan yang dapat
membahayakan pada kesehatan, keselamatan, segal a sesuatu dalam
lingkungan dan ditunjukkan dalam daftar bahan berbahaya sesuai dalam
instruksi teknis atau yang digolongkan sesuai dengan instruksi tersebut.
13. Daerah Keamanan Terbatas (Security Restricted Area) adalah daerah-daerah
tertentu didalam bandar udara maupun diluar bandar udara yang digunakan
untuk kepentingan keamanan penerbangan, penyelenggaraan bandar udara
dan kepentingan lainnya, dan untuk masuk daerah tersebut dilakukan
pemeriksaan keamanan sesuai ketentuan yang berlaku.
14. Daerah Steril adalah daerah tertentu didalam bandar udara yang
diperuntukkan untuk penumpang yang akan naik ke pesawat udara setelah
dilakukan pemeriksaan keamanan kedua.
15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara.
16. Fasilitas Navigasi Penerbangan (Air Navigation Facilities) adalah bangunan,
peralatan atau perlengkapan yang digunakan seluruhnya atau sebagian untuk
keperluan Navigasi Penerbangan.
17. Fasilitas Keamanan Penerbangan adalah antara lain berupa peralatan
pendeteksi bahan peledak, pendeteksi bahan organik dan non organik,
pendeteksi metal, pendeteksi bahan nuklir, biologi, kimia, dan radioaktif serta
pemantau lalulintas orang, kargo pos, kendaraan dan pesawaat udara di
darat., serta penunda upaya kejahatan dan pembatas daerah keamanan
terbatas serta komunikasi keamanan penerbngan.
18. Komite Keamanan Bandar Udara (Airport Security Committee) adalah komite
yang dibentuk untuk mengkoordinasikan, memberi saran dan masukan kepada
Unit Penyelenggara Bandar Udara, Badan Usaha Bandar Udara, tentang hal-
hal yang terkait dengan keamanan penerbangan dan pelaksanaan Program
Keamanan Bandar Udara.
19. Kargo adalah setiap barang yang diangkut oleh pesawat udara termasuk
hewan dan tumbuhan selain pos, barang kebutuhan pesawat selama
penerbangan, barang bawaan, atau barang yang tidak bertuan.
20. Kantong Diplomatik adalah surat-surat dan barang diplomatik yang diangkut
sesuai dengan Konvensi Vienna (1961) yang mungkin atau tidak bersama
pengantar.
21. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan
perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui
keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur.
22. Keadaan Darurat Keamanan (Contigency) adalah suatu kondisi keamanan di
bandar udara yang belum atau sudah terjadi tindakan melawan hukum yang
membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan.
23. Lisensi adalah surat izin yang diberikan kepada seseorang yang telah
memenuhi persyaratan tertentu untuk melakukan pekerjaan di bidangnya
dalam jangka waktu tertentu.
24. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan penerbangan.
25. Pas adalah tanda izin masuk ke daerah keamanan terbatas yang berupa pas
bandar udara, kartu identitas personel pesawat udara (crew member
certificate) dan kartu pengenal inspektor penerbangan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
26. Pesawat Udara Dalam Penerbangan (Aircraft In Flight) adalah pesawat udara
digunakan untuk penerbangan dimulai dari waktu pergerakan ketika pintunya
ditutup di embarkasi sampai pada waktu pintunya dibuka di debarkasi.
27. Pesawat Udara Dalam Pelayanan (Aircraft In Service) adalah pesawat udara
yang digunakan untuk kegiatan angkutan udara.
28. Pengawasan adalah salah satu fungsi dari pembinaan yang terdiri dari audit,
inspeksi, survei dan pengujian.
29. Program Keamanan Penerbangan Nasional adalah dokumen tertulis yang
memuat prosedur dan langkah-Iangkah yang diambil untuk melindungi
penerbangan dari tindakan melawan hukum.
30. Program Keamanan Bandar Udara (Airport Security Programme) adalah
dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-Iangkah serta
persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara
dan Badan Usaha Bandar Udara untuk memenuhi ketentuan terkait dengan
operasi penerbangan di Indonesia.
31. Program Keamanan Angkutan Udara (Aircraft Operator Security Programme)
adalah dokumen tertulis yang memuat prosedur dan langkah-Iangkah serta
persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh Badan Usaha Angkutan Udara
untuk memenuhi ketentuan terkait dengan operasi penerbangan di Indonesia.
32. Pengendalian Keamanan (Security Control) adalah tindakan untuk mencegah
terbawanya senjata, bahan peledak atau alat-alat berbahaya lainnya, dan
barang dan/atau bahan berbahaya yang dapat digunakan untuk melakukan
tindakan melawan hukum.
33. Pemeriksaan Keamanan (Security Screening) adalah penerapan suatu teknik
atau cara lain untuk mengenali atau mendeteksi senjata, bahan peledak atau
alat-alat berbahaya lainnya, dan barang dan/atau bahan berbahaya yang
dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum.
34. Pemeriksaan Keamanan Pesawat Udara (Aircraft Security Check) adalah
pemeriksaan di bagian dalam pesawat udara yang dapat dicapai oleh
penumpang dan pemeriksaan tempat penyimpanan untuk menemukan barang
yang mencurigakan, senjata, bahan peledak atau alat-alat berbahaya lainnya,
dan barang dan/atau bahan berbahaya.
35. Penggeledahan Keamanan Pesawat Udara (Aircraft Security Search) adalah
pemeriksaan yang teliti pada bagian luar dan dalam pesawat udara dengan
maksud untuk menemukan barang yang mencurigakan, senjata, bahan
peledak atau alat-alat berbahaya lainnya, dan barang dan/atau bahan
berbahaya.
36. Penumpang Transit adalah penumpang yang berhenti/turun sementara dalam
satu penerbangan tanpa penggantian pesawat udara.
37. Penumpang Transfer adalah penumpang yang berganti pesawat udara dalam
satu penerbangan.
38. Pelaporan (Check-in) adalah proses pelaporan calon penumpang kepada
Badan Usaha Angkutan Udara untuk melakukan penerbangan.
39. Penyedia Jasa Penerbangan, antara lain Badan Usaha Angkutan Udara,
Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara,
penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan, badan usaha pemelihara
pesawat udara, penyelenggara pendidikan dan pelatihan penerbangan dan
badan usaha rancang bangun dan pabrik pesawat udara, mesin pesawat
udara, baling-baling pesawat terbang, dan komponen pesawat udara.
40. Pos adalah pengiriman surat menyurat dan barang lainnya yang diajukan dan
diharapkan disampaikan melalui pelayanan pos sesuai dengan aturan dari
Persatuan Pos Sedunia (UPU).
41. Pesawat Udara (Aircraft) adalah setiap mesin atau alat yang dapat terbang di
atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi
udara terhadap permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.
42. Personel Keamanan adalah personel keamanan unit penyelanggara bandar
udara, Badan Usaha Bandar Udara dan Badan Usaha Angkutan Udara yang
bersertifikat dan bertugas untuk melakukan pengamanan penerbangan.
43. Pemeriksaan Riwayat Hidup (Background Check) adalah pemeriksaan
identitas seseorang dan pengalaman sebelumnya, termasuk, kediamannya,
catatan kejahatan, sebagai bagian dari penilaian dari kepatutan seseorang
untuk melaksanakan pengendalian pengamanan dan/atau untuk masuk tanpa
dikawal ke suatu daerah keamanan terbatas.
44. Regulated Agent adalah suatu agen, pengirim barang, atau organisasi lain
yang melakukan bisnis dengan Badan Usaha Angkutan Udara dan
menyediakan pengendalian keamanan yang diterima atau disyaratkan oleh
otoritas yang berwenang dalam hal kargo, barang kiriman dan kiriman cepat
atau pos.
45. Senjata adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk melukai, melumpuhkan
dan membunuh dalam penerbangan, antara lain senjata api, senjata tajam.
46. Security item adalah alat yang dapat digunakan untuk melakukan ancaman
tindakan melawan hukum dalam penerbangan.
47. Sertifikat Kompetensi adalah tanda bukti seseorang telah memenuhi
persyaratan pengetahuan, keahlian, dan kualifikasi di bidangnya.
48. Sabotase adalah suatu tindakan atau misi dengan maksud merusak atau
menyebabkan kerusakan pada pesawat udara, bandar udara atau fasilitas
penerbangan.
49. Sisi Udara (Air Side) adalah daerah pergerakan pesawat udara yang
berdekatan dengan daratan, bangunan atau bagian-bagiannya di dalam
bandar udara, dimana untuk masuk ke daerah tersebut dilakukan
pemeriksaan.
50. Tindakan Melawan Hukum (Acts of Unlawful Interference) adalah tindakan-
tindakan atau percobaan yang membahayakan keselamatan penerbangan
sipil dan angkutan udara, antara lain:
a. Menguasai secara tidak sah pesawat udara yang sedang terbang atau
yang sedang di darat
b. Menyandera orang didalam pesawat udara atau di bandar udara.
c. Masuk kedalam pesawat udara, daerah keamanan terbatas bandar udara,
atau wilayah fasilitas aeronautika secara tidak sah.
d. Membawa senjata, barang dan peralatan berbahaya, atau bom kedalam
pesawat udara atau bandar udara tanpa izin.
e. Menyampaikan informasi palsu yang membahayakan keselamatan
penerbangan.
51. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar
udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara, yang memberikan
jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yang belum diusahakan
secara komersial.
52. Rating adalah tanda bukti kewenangan untuk melakukan pengoperasian dan
pemeliharaan atas salah satu jenis peralatan fasilitas keamanan penerbangan.
BAB III
DASARHUKUM
4.3.2 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
dalam pelaksanaan keamanan pengoperasian bandar udara
sebagaimana dimaksud butir 4.3.1 dengan melakukan:
4.3.3 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
bertanggung jawab terhadap keamanan daerah lingkungan kerja
bandar udara;
4.3.5 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
bertanggung jawab untuk memeriksa semua penumpang, awak
pesawat dan bagasinya sebelum masuk ke daerah keamanan
terbatas dan ke pesawat udara; dan
5.3.2 Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha Bandar Udara
di luar ketentuan butir 5.3.1 berwenang menetapkan Komite
Keamanan Bandar Udara;
6.1.1 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
harus mengidentifikasi daerah-daerah tertentu di wilayah bandar
udara atau wilayah lain yang menunjang kegiatan penerbangan yang
memiliki resiko keamanan dan harus ditetapkan sebagai daerah
keamanan terbatas;
6.1.2 Daerah keamanan terbatas sebagaimana dimaksud dalam butir
6.1.1 dibuat dalam bentuk peta dan merupakan lampiran yang tidak
terpisahkan dari Program Keamanan Bandar Udara;
6.1.3 Peta daerah keamanan terbatas sebagaimana dimaksud butir 6.1.2
harus diberikan pembedaan yang nyata antara daerah keamanan
terbatas dengan daerah lain; dan
6.1.4 Pembedaan yang nyata sebagaimana dimaksud butir 6.1.3 untuk
daerah keamanan terbatas diberi garis wama merah.
6.3.2 Pas diberikan kepada orang dan/atau kendaraan yang karena tugas
dan/atau fungsinya harus berada di daerah keamanan terbatas
sesuai ketentuan yang berlaku;
6.4.3 Petugas pelayanan darat (ground staff) wajib memiliki pas yang
sesuai dengan identitas diri yang masih berlaku dan sesuai wilayah
kerja untuk diperiksa oleh petugas, untuk memasuki daerah
keamanan terbatas, daerah steril dan daerah sisi udara;
6.4.4 Otoritas Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara harus
membuat dan memelihara pas keamanan dengan persyaratan
sebagai berikut :
6.4.5 Otoritas bandar udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara wajib
mengelola pas keamanan untuk daerah keamanan terbatas.
6.4.6 Sistem pas keamanan untuk daerah terbatas wajib disimpan dalam
database dan selalu diperbaharui.
6.5.3 Setiap pas kendaraan bermotor harus dipasang secara tetap pada
posisi yang dapat dilihat dengan jelas.
Setiap Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
wajib melindungi keamanan fasilitas navigasi dan objek vital dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
6.7.1 membuat daftar fasilitas navigasi dan objek vital yang ada di bandar
udara dan di luar kawasan bandar udara;
7.1.2 daerah steril harus ditetapkan di dalam wilayah bandar udara yang
digunakan penumpang untuk naik pesawat udara setelah dilakukan
pemeriksaan serta jalan atau pintu ke daerah tersebut harus diawasi
atau dikunci;
7.1.6 setiap penumpang dan bagasi kabin yang dicurigai harus dilakukan
pemeriksaan ulang dengan menggunakan alat dan/atau secara
manual;
7.1.12 apabila penumpang dan bagasi kabin yang telah tercampur dengan
orang yang belum dilakukan pemeriksaan dan telah masuk ke
pesawat udara, maka harus dilakukan pemeriksaan keamanan
terhadap penumpang dan bagasi kabinnya, dan dilakukan
pemeriksaan keamanan terhadap pesawat udara (aircraft security
search);
7.1.15 setiap penumpang tidak boleh membawa lebih dari 2 (dua) bagasi
kabin sesuai dengan ukuran dan berat yang ditentukan oleh Badan
Usaha Angkutan Udara.
7.2.1 penumpang transit dan transfer serta bagasi kabin, dapat langsung
masuk ke daerah steril pada bandar udara transit dan transfer
dengan pengendalian dari Badan Usaha Angkutan Udara setelah
melalui penilaian resiko oleh Direktur Jenderal;
7.2.2 penumpang transit dan transfer serta bagasi kabin yang keluar dari
daerah steril dan/atau daerah keamanan terbatas, dilakukan
pemeriksaan keamanan sebelum memasuki daerah terbatas dan
daerah steril untuk mencegah terangkutnya senjata, bahan peledak,
barang dan/atau bahan berbahaya serta alat-alat berbahaya lain
masuk ke pesawat udara;
7.3.2 setiap personel pesawat udara dan bagasi kabinnya harus melalui
pemeriksaan keamanan sebelum masuk ke daerah keamanan
terbatas, daerah steril atau sisi udara; dan
7.7.4 Penumpang haji, bagasi kabin, dan bagasi tercatat yang telah
melalui pemeriksaan keamanan tidak boleh tercampur dengan yang
belum melalui pemeriksaan keamanan;
7.8.3 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
harus melakukan pemeriksaan keamanan terhadap semua bagasi
tercatat;
7.9.2 Semua kiriman kargo dan pos harus diawasi dan dilindungi mulai
dari pemeriksaan keamanan sampai dengan dimuat ke dalam
pesawat udara;
7.9.4 Pemeriksaan keamanan terhadap kiriman kargo dan pos dapat juga
dilakukan oleh badan hukum yang bergerak di bidang pengiriman
kargo dan pos yang telah mendapat pengesahan sebagai
"Regulated Agenf';
7.9.5 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
atau "Regulated Agenf' sebagaimana dimaksud butir 7.9.3 dan 7.9.4
bertanggung jawab terhadap pemeriksaan keamanan kargo dan pos;
8.3.3 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
wajib melakukan pemeliharaan/perbaikan peralatan sesuai dengan
pedoman pemeliharaan/perbaikan peralatan;
8.3.5 Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Badan Usaha Bandar Udara
wajib menyampaikan laporan data dan kondisi mengenai teknisi
serta fasilitas keamanan penerbangan kepada Direktur Jenderal
secara berkala; dan
8.3.6 Ketentuan norma, standar, prosedur, dan kriteria tentang teknisi dan
fasilitas keamanan penerbangan diatur lebih lanjut dalam peraturan
Direktur Jenderal.
BAB IX
PERSONEL KEAMANAN
10.2.1 Pada kondisi normal (hijau), kondisi rawan (kuning) dan darurat
(merah) tanggung jawab, pengendalian dan penanganan keamanan
penerbangan nasional berada pada Direktur Jenderal;
10.2.2 Pada kondisi normal (hijau), kondisi rawan (kuning) dan darurat
(merah) tanggung jawab, pengendalian dan penanganan keamanan
penerbangan di bandar udara berada pada kepala kantor otoritas
bandar udara di bandar udara di bawah pengawasannya atau kepala
bandar udara pada bandar udara diluar pengawasan otoritas bandar
udara;
10.2.5 Unit kerja terkait yang berada di lingkungan kerja bandar udara
membantu pelaksanaan penanganan keamanan penerbangan pada
keadaan darurat keamanan (contingency) sesuai dengan bidang
tugasnya; dan
10.4.1 Pada kondisi normal (hijau) dan kondisi rawan (kuning) komando
keamanan penerbangan tingkat nasional berada pada Direktur
Jenderal, sedangkan pada kondisi darurat (merah) Direktur Jenderal
menyerahkan komando penanggulangan tindakan melawan hukum
tingkat nasional kepada Kepala Kepolisian Repulik Indonesia atau
Panglima Tentara Nasional Indonesia;
10.4.4 Kepala kantor otoritas bandar udara pada bandar udara dibawah
pengawasannya dan kepala bandar udara pada bandar udara yang
tidak terdapat kantor otoritas bandar udara dalam kondisi rawan
(kuning) melakukan langkah-Iangkah antara lain:
10.4.4.1 menetapkan kondisi rawan di bandar udara
10.4.4.2 koordinasi dengan komandan pangkalan TNI untuk bandar
udara enclave sipil terhadap penanganan kondisi rawan
(kuning)
10.4.4.3 koordinasi dengan instansi terkait untuk membantu
penanganan kondisi rawan (kuning);
10.4.4.4 melaksanakan penanganan kondisi rawan (kuning);
10.4.4.5 melaporkan pelaksanaan penanganan kondisi rawan
kepada Direktur Jenderal.
10.5.2 Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara pada bandar udara di bawah
pengawasannya dan kepala bandar udara pada bandar udara yang
tidak terdapat kantor otoritas bandar udara mengaktifkan pusat
pengendalian oparasi darurat di bandar udara pada saat terjadi
keadaan darurat keamanan (contingency) pada penerbangan, untuk
mengambil langkah-Iangkah yang di perlukan;
10.9.1 Dalam hal terjadinya tindakan melawan hukum, informasi yang terkait
harus segera disampaikan kepada: