Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN KETIMPANGAN (INDEKS

WILLIAMSON)

KABUPATEN/KOTA SUMATERA SELATAN 2006-2015

Disusun Oleh:

NAMA ANGGOTA :

1. Putri Indah Sari ( 01021381419173 )

2. Ibrahim (01021381419193)

3. Indah Permata Sari (01021381419160)

4. Muhammad Iqbal Taman ( 01021381419194 )

5. Siti Nabillah Firdausia (01021381419172)

6. Marisha Andini (01021381419166)

PROGRAM STUDI : Ekonomi Pembangunan

MATA KULIAH : Keuangan Daerah

DOSEN PENGASUH : Dr. Siti Rohima, M.Si


FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2016

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH


(PAD) DI SUMATERA SELATAN
BERDASAR REALISASI APBD 2006-2015

Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai sub sistem pemerintahan Negara


dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun2004
tentang Pemerintah Daerah dinyatakan bahwa penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan
dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah
secara proporsional. Pemberian wewenang ini diwujudkan dengan pengaturan pembagian,
dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Prinsip dasar pemberian otonomi didasarkan atas pertimbangan bahwa daerahlah yang
lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat didaerahnya. Atas dasar
pertimbangan ini, maka pemberian otonomi diharapkan akan lebih mampu memacu
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Tujuan otonomi daerah menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah untuk
memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
menggalakkan prakarsa, dan peran aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan
potensi daerah secara optimal.
Pelaksanaan otonomi daerah dilakukan dengan memenuhi azas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas perbantuan. Penyelenggaraan tugas-tugas desentralisasi semakin
berkembang sejalan dengan tuntutan pelaksanaan tugas pemerintah daerah danpembangunan
daerah. Agar daerah dapat mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri dengan sebaik-
baiknya, maka perlu memiliki sumber pembiayaan yang cukup.Wujud otonomi daerah
dengan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab menuntut pemerintah daerah
agar dapat meningkatkan penerimaan dan mengoptimalisasikan pengeluaran.
Peranan pemerintah daerah dalam menggali dan mengembangkan berbagai potensi
daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan masyarakat di daerah. Pemerintah daerah memiliki sumber pendapatan sendiri
berupa pendapatan asli daerah ( PAD ) yang didapat dari pemungutan pajak daerah, retribusi
kegiatan perekonomian daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan serta penerimaan
PAD lainnya yang sah. Semakin tinggi PAD yang dihasilkan daerah, maka semakin mandiri
daerah tersebut dalam mengelola keuangan daerahnya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan
daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari : pajak daerah,
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain
pendapatan asli
daerah yang sah.

A. Pajak Daerah

Adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah berdasarkan peraturan


perundang-undangan yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua kategori
yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak negara yang pengelolaan
dan penggunaannya
diserahkan kepada daerah. Penerimaan pajak daerah antara lain pajak kendaraan bermotor,
bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, dan
lain-lain.

B. Retribusi Daerah

Yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Retribusi daerah dibagi dalam tiga bagian yaitu retribusi jasa umum,
retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
Contoh retribusi jasa umum antara lain pelayanan kesehatan, pengujian kendaraan bermotor,
dan lain-lain. Contoh retribusi jasa usaha antara lain pemakaian kekayaan daerah, pasar grosir
dan atau pertokoan, penjualan produksi usaha daerah, dan lain-lain. Contoh retribusi perijinan
tertentu antara lain izin mendirikan bangunan, izin trayek, dan lain-lain.

C. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Adalah penerimaan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), bagian laba lembaga keuangan bank, bagian laba keuangan non bank, bagian laba
perusahaan milik daerah lainnya serta bagian laba atas penyertaan modal/investasi kepada
pihak ketiga.

D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari hasil penjualan asset daerah
yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga, penerimaan ganti rugi atas
kekayaan daerah (TGR), komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah, denda
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, denda pajak, denda retribusi, hasil eksekusi atas
jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, dan lain-lain.

Upaya Pencapaian Target


Pencapaian target PAD dapat ditempuh dengan melakukan intersifikasi dan
ekstenfikasi terhadap sumber-sumber pendapatan. Intensifikasi dikaitkan dengan usaha untuk
melakukan pemungutan yang intensif,yaitu secara ketat, giat dan teliti, sedangkan
ekstensifikasi berhubungan dengan usaha untuk menggali sumber-sumber pendapatan
baru.Strategi yang ditempuh dalam meningkatkan pendapatan daerah adalah melalui:
A. Perbaikan manajemen terhadap semua potensi pendapatan daerah yang kemudian
dapat langsung direalisasikan, dengan manajemen professional dibidang sumber daya
manusia yang diikuti dengan kemudahan pengoperasian alat bantu canggih sehingga
prosedur dapat disederhanakan.
B. Peningkatan investasi dengan membangun iklim usaha yang kondusif dalam hal ini
ketersediaan data serta sarana penunjang sehingga jangkauan investasi dapat merata.

1. Analisis Perkembangan Realisasi PAD Kab/Kota Di Sumatera


Selatan Tahun 2006-2015
Dalam tabel Berikut adalah gambaran mengenai pendapat asli daerah (PAD) kabupaten/kota
di Sumsel :

Kabupaten / 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 rata -
kota provinsi rata
Lahat 22,170 26,954 34,215 30,574 35,640 70,066 70,938 78,313 125,319 135,891 63,008

Musi 42,145 28,288 31,372 36,676 64,030 80,645 96,732 81,364 172,925 135,603 76,978
Banyuasin
Musi Rawas 25,845 29,504 30,672 31,569 42,713 65,428 73,018 75,367 120,153 119,416 61,369

Muara Enim 40,559 49,761 56,053 61,796 65,656 86,937 119,456 125,111 138,706 134,929 87,896

Ogan 23,648 23,175 27,286 33,444 34,036 47,387 54,618 68,701 145,591 74,205 53,209
Komering Ilir
Ogan 19,574 24,582 27,549 30,772 30,411 42,120 41,429 44,680 62,418 37,027 36,056
Komering
Ulu
Kota 89,676 123,129 139,154 165,983 214,424 349,570 518,859 558,705 734,219 777,399 367,11
Palembang 2
Kota 14,904 15,882 18,659 21,713 25,215 32,108 40,675 50,623 58,691 61,834 34,030
Prabumulih
Kota Pagar 5,670 6,870 9,818 12,351 16,701 26,993 34,792 29,522 41,733 50,114 23,456
Alam
Kota Lubuk 15,920 16,781 20,362 16,038 16,386 34,303 38,256 41,693 50,181 48,998 29,892
Linggau
Banyuasin 15,903 14,944 12,584 24,256 22,497 29,781 67,767 81,364 106,918 69,593 44,561

Ogan Ilir 12,974 11,496 10,695 9,780 10,018 21,849 31,742 22,080 49,061 53,117 23,281

Ogan 10,726 7,596 11,329 9,971 22,069 30,631 34,834 36,918 62,418 37,027 26,352
Komering
Ulu Timur
Ogan 7,174 10,062 13,167 10,243 13,105 13,677 18,949 22,897 34,720 36,291 18,028
Komering
Ulu Selatan
Empat 2,510 8,993 11,322 18,480 21,467 24,230 32,656 6,388 15,688
Lawang
Penukal Abab 8,903 29,081 18,992
Lematang Ilir
Musi Rawas 11,350 11,941 11,645
Utara
prov. Sumsel 741,957 847,953 1,142,995 1,142,995 1,369,93 1,849,12 2,001,715 2,021,697 2,422,67 2,733,33 1,627,4
6 0 4 0 37

Gambar : Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kab/Kota Di SUMSEL tahun 2006-2015

900000

800000

700000

600000

500000 2006
2007
400000
2008
300000 2009
200000 2010
2011
100000
2012
0
2013
2014
2015

Gambar : Rata-Rata Pendapatan Asli Daerah Kab/Kota Di SUMSEL tahun 2006-2015


rata-rata
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0 rata-rata

Data tersebut merupakan kondisi perkembangan PAD kab/kota di sumatera Selatan


dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir sejak tahun 2006-2015. Secara keseluruhan,
komposisi Pendapatan Asli Daerah yang digali oleh masing-masing pemerintah daerah
Kabupaten/Kota mengalami peningkatan. Pemerintah daerah provinsi Sumatera Selatan di
sepuluh tahun terakhir mengalami peningkatan PAD dengan rata-rata 1,627 milyar rupiah.
Dari keseluruhan kabupaten dan kota di mana yang memiliki PAD tertinggi berada pada kota
Palembang dengan rata-rata PAD sepuluh tahun terakhir sebesar 367,11 miliar rupiah, disusul
kabupaten Muara Enim sebesar 87,89 miliar rupiah, Musi Banyuasin (76,97 miliar rupiah),
Kota Lahat (63,00 miliar rupiah),Musi Rawas (61,36 miliar rupiah) dan terakhir kabupaten
OKI ( Ogan Komering Ilir ) dengan rata-rata PAD 2006-2015 sebesar 53,20 miliar rupiah.
Dan kabupaten/kota Sumsel lainnya dengan rata-rata dibawah 53,20 miliar rupiah, dengan
kabupaten terendah yaitu Musi Rawas Utara (11,64 miliar rupiah)
Pemerintah kota Palembang memperoleh Pendapatan Asli Daerah(PAD) terbesar
diantara kabupaten/kota lainnya di Sumatera Selataan yaitu dengan perkembangan PAD
tahun 2015 mencapai nilai 777,399 miliar rupiah dari 89,67 miliar rupiah pada tahun 2006
dan konsisten mengalami kenaikan dalam peningkatan PAD tiap tahunnya

Realisasi pendapatan/penerimaan daerah kabupaten/kota yang terendah diterima oleh


Kabupaten Musi Rawas Utara yaitu dengan perkembangan PAD tahun 2015 sebesar 11,94
miliar rupiah dari 11,35 miliar rupiah pada tahun 2014. Musi Rawas Utara merupakan daerah
pemekaran ( Daerah Otonomi Baru ) dan masih dikategorikan daerah tertinggal dengan
jumlah PAD terendah dibandingkan kab/kota lainnya di Sumatera Selatan termasuk
kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir meski juga merupakan daerah pemekaran ( Daerah
Otonomi Baru ) juga jumlah PAD lebih tinggi dibandingkan Musi Rawas Utara dengan
jumlah PAD sebesar 18,99 miliar rupiah di tahun 2015. Disamping itu juga disebabkan di
kabupaten Musi Rawas Utara masih minimnya transaksi perekonomiannya dan juga jumlah
penduduk yang sedikit, sehingga menyebabkan pendapatan daerah lebih sedikit.

Semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah di suatu daerah maka daerah tersebut akan
menjadi lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung kepada pusat sehingga daerah tersebut
mempunyai kemampuan yang baik untuk menjalankan kebijakan desentralisasi dan otonomi
daerah

2. Komposisi Pendapatan Asli Daerah APBD Provinsi Sumatera


Selatan Agregat Provinsi, Kabupaten, dan Kota (Rata-Rata Realisasi
APBD 2006-2015)

Gambar : Komposisi PAD Provinsi Sumatera Selatan (Persentase Rata-Rata


Realisasi APBD 2006-2015)
Uraian PAD Pajak Retribusi Hasil Lain-lain PAD
daerah Daerah pengelolaan yang sah
kekayaan
daerah yabg
dipisahkan
Kabupate 633.794 218.246 147.473 50.271 217.803
n /Kota
Provinsi 1.354.096 1.205.120 14.427 60.204 74.346
KOMPOSISI PAD PROVINSI SUMSEL

4% 6% Pajak Daerah
1% Rertribusi daera
Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang sah
dipisahkan
89% Lain-lain PAD yang sah

Gambar diatas menunjukkan kontribusi Pajak Daerah sangat besar terhadap PAD
Provinsi yaitu sebesar 89%, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah hanya berkontribusi kurang dari 10%. Berdasarkan
gambar di bawah ini, dapat diketahui bahwa Komposisi PAD Kabupaten/Kota Sumatera
selatan sedikit berbeda dengan Provinsi. Jika pada Provinsi, Pajak mendominasi PAD maka
pada Kabupaten, Pajak Daerah, Lain-lain PAD yang sah dan Retribusi Daerah memberikan
kontribusi yang hampir sama. Masing-masing memiliki nilai yang cukup besar dalam PAD
yaitu 34,4%, 23,3% dan 34,4%.
KOMPOSISI PAD KAB/KOTA SUMSEL

Pajak Daerah
Rertribusi daera
34% 34%
Hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang sah
dipisahkan
8%
23% Lain-lain PAD yang sah

3. Analisis Ketimpangan Antar Wilayah Kabupaten/Kota Sumatera


Selatan Menggunakan Indeks Williamson
Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh
adanya perbedaan kandungan sumberdaya alam dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat
pada masing masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam
mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan
bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan
wilayah terbelakang (Underdevelopment Region). Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini
membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu,
aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap
formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Indeks Williamson

Indeks Williamson untuk menentukan besarnya ketimpangan pendapatan antar wilayah.


Indeks Williamson merupakan hubungan antara disparitas regional dengan tingkat
pembangunan ekonomi dengan menggunakan data ekonomi yang sudah maju dan
berkembang. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa selama tahap awal pembangunan,
disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi pada daerah-
daerah tertentu. Pada tahap yang lebih matang dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya
keseimbangan antar daerah dan disparitas berkurang dengan signifikan.
Dasar perhitungan Indeks Williamson adalah pendapatan asli daerah dan
jumlah penduduk masing-masing daerah. Rumus Indeks Williamson :

Keterangan:
IW : Indeks Williamson
Yi : PAD tiap Kabupaten/Kota
Y : PAD Provinsi SUMSEL
Fi : Jumlah Penduduk tiap Kabupaten/Kota
n : Jumlah Penduduk Provinsi SUMSEL
Dengan menggunakan Indeks Williamson, maka dapat dilihat seberapa besar
ketimpangan yang terjadi antar wilayah. Dan besaran nilai berkisar antara angka 0-1.
Kriteria penilaian Indeks Williamson : Jika nilai Iw menjauhi 0 (nol), menunjukkan bahwa
tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah dalam wilayah tersebut semakin besar, dan
jika nilai Iw mendekati 0 (nol), menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan antar
daerah dalam wilayah tersebut semakin kecil.
Semakin besar nilai indeks, berarti semakin besar tingkat ketimpangan pendapatan antar
daerah dalam wilayah tersebut, begitu juga sebaliknya. Apabila nilai Indeks Williamson
diatas 0,5 maka dapat dikatakan terjadi ketidakmerataan tinggi. Namun apabila nilai Indeks
Williamson dibawah 0,5 maka dapat dikatakan terjadi ketidakmerataan rendah.
Kajian Data
Berikut adalah data dari Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
yang dibutuhkan dalam menghitung Indeks Williamson. :

1. Tabel Jumlah Penduduk Kab/Kota Sumatera Selatan 2006-2015


Kabupaten / 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
kota
provinsi
Lahat 550,478 553,093 340,556 341,05 369,97 374,50 380,39 384,60 389,03 393,23
5 4 5 8 0 4 5
Musi 484,245 497,864 510,387 523,02 561,45 580,48 587,32 592,40 602,02 611,50
Banyuasin 5 8 9 5 0 7 6
Musi Rawas 48481 492,437 499,238 505,94 525,50 535,61 543,34 551,50 378,98 384,33
0 8 4 9 0 7 3
Muara Enim 643,924 653,304 660,906 668,34 716,67 731,41 741,79 755,90 590,97 600,39
1 6 0 5 0 5 8
Kab. Ogan 672,192 685,296 696,505 707,62 727,37 742,37 752,90 764,90 776,26 787,51
Komering 7 6 4 6 0 3 3
Ilir
Kab. Ogan 259,292 262,383 254,743 267,02 324,04 334,29 338,36 340,00 344,93 349,78
Komering 2 5 5 9 0 2 7
Ulu
Kota 1,369,239 1,394.95 1,417,047 1,438,9 1,455,2 1,481,8 1,503,4 1,535,9 1,558,4 1,580,5
Palembang 38 84 14 85 00 94 17
Kota 132,752 134,686 136,253 137,78 161,98 166,96 169,02 171,80 174,47 177,07
Prabumulih 6 4 0 2 0 7 8
Kota Pagar 115,553 116,102 116,316 116,48 126,18 127,70 129,71 131,10 132,49 133,86
Alam 6 1 6 9 0 8 2
Kota Lubuk 178,074 181,068 183,580 186,05 201,30 206,08 208,89 213,00 215,27 219,47
Linggau 6 8 6 3 0 0 1
Banyuasin 757,398 778,627 798,360 818,28 750,11 762,48 773,87 783,30 799,99 811,50
0 0 2 8 0 8 1
Kab. Ogan 365,333 372,431 378,570 384,66 380,90 387,20 392,98 398,30 403,82 409,17
Ilir 3 4 5 9 0 8 1
Ogan 564,824 571,557 576,699 581,66 609,98 619,46 628,82 634,70 642,20 649,39
Komering 5 2 0 7 0 6 4
Ulu Timur
Ogan 322,307 326,162 329,071 331,87 318,42 320,29 324,83 334,70 339,42 344,07
Komering 9 8 0 6 0 4 4
Ulu Selatan
Empat 213,559 213,87 221,17 222,73 225,73 231,70 234,88 238,11
Lawang 2 6 5 7 0 0 8
PALI 176,93 179,52
6 9
Musi Rawas 180,26 182,82
Utara 6 8
Provinsi 6,899,89 7,019,964 7,121,790 7,222,6 7,450,3 7,593,4 7,701,5 7,828,7 7,941,4 8,052,3
Sumatera 2 .00 35 94 25 28 00 95 15
Selatan
Gambar : Jumlah Penduduk Kab/Kota Sumatera Selatan 2006-2015

1,800,000

1,600,000

1,400,000

1,200,000
2006
1,000,000
2007
2008
800,000
2009
600,000 2010
2011
400,000 2012
2013
200,000 2014
2015
0
Rata - Rata Jumlah Penduduk Sumatera Selatan 2006-2015
1,600,000
1,400,000
1,200,000
1,000,000
800,000
600,000
400,000
200,000
0

2. Tabel Realisasi PAD kab.kota Sumatera Selatan 2006-2015


Kabupaten / 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
kota
Lahat 22,170 26,954 34,215 30,574 35,640 70,066 70,938 78,313 125,319 135,891
Musi 42,145 28,288 31,372 36,676 64,030 80,645 96,732 81,364 172,925 135,603
Banyuasin
Musi Rawas 25,845 29,504 30,672 31,569 42,713 65,428 73,018 75,367 120,153 119,416
Muara Enim 40,559 49,761 56,053 61,796 65,656 86,937 119,456 125,111 138,706 134,929
Ogan 23,648 23,175 27,286 33,444 34,036 47,387 54,618 68,701 145,591 74,205
Komering
Ilir
Ogan 19,574 24,582 27,549 30,772 30,411 42,120 41,429 44,680 62,418 37,027
Komering
Ulu
Kota 89,676 123,12 139,15 165,983 214,424 349,57 518,85 558,705 734,219 777,399
Palembang 9 4 0 9
Kota 14,904 15,882 18,659 21,713 25,215 32,108 40,675 50,623 58,691 61,834
Prabumulih
Kota Pagar 5,670 6,870 9,818 12,351 16,701 26,993 34,792 29,522 41,733 50,114
Alam
Kota Lubuk 15,920 16,781 20,362 16,038 16,386 34,303 38,256 41,693 50,181 48,998
Linggau
Banyuasin 15,903 14,944 12,584 24,256 22,497 29,781 67,767 81,364 106,918 69,593
Ogan Ilir 12,974 11,496 10,695 9,780 10,018 21,849 31,742 22,080 49,061 53,117
Ogan 10,726 7,596 11,329 9,971 22,069 30,631 34,834 36,918 62,418 37,027
Komering
Ulu Timur
Ogan 7,174 10,062 13,167 10,243 13,105 13,677 18,949 22,897 34,720 36,291
Komering
Ulu Selatan
Empat 2,510 8,993 11,322 18,480 21,467 24,230 32,656 6,388
Lawang
Penukal 8,903 29,081
Abab
Lematang
Ilir
Musi Rawas 11,350 11,941
Utara

Gambar : Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kab/Kota Di SUMSEL tahun 2006-2015

900000

800000

700000

600000

500000 2006
2007
400000 2008
2009
300000
2010
200000 2011
2012
100000
2013
0 2014
2015
Gambar : Rata-Rata Pendapatan Asli Daerah Kab/Kota Di SUMSEL tahun 2006-2015

rata-rata
400000
350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0 rata-rata

3. Tabel Perrhitungan Ketimpangan Indeks Williamson Kab/Kota Sumatera Selatan


2006-2015

Tabel : Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan


Tahun 2006-2015
Kabupaten / 200 200 201 rata-
2006 2008 2011 2012 2013 2014 2015
kota provinsi 7 9 0 rata
Kab. Lahat 0.02 0.01 0.15 0.01 0.02 0.02 0.02 0.00 0.01 0.04 0.03
Kab. Musi
0.13 0.00 0.19 0.02 0.10 0.05 0.03 0.00 0.10 0.05 0.07
Banyuasin
Kab. Musi
0.00 0.01 0.19 0.01 0.00 0.01 0.03 0.01 0.01 0.02 0.03
Rawas
Kab. Muara
0.14 0.18 0.22 0.18 0.13 0.08 0.09 0.12 0.04 0.05 0.12
Enim
Kab. Ogan
0.01 0.04 0.22 0.00 0.04 0.06 0.08 0.03 0.06 0.07 0.06
Komering Ilir
Kab. Ogan
0.03 0.02 0.13 0.01 0.04 0.05 0.08 0.07 0.07 0.10 0.06
Komering Ulu
Kota
0.84 0.04 0.32 1.24 1.30 1.41 1.61 1.85 1.69 1.96 1.23
Palembang
Kota
0.04 0.04 0.10 0.03 0.04 0.05 0.05 0.04 0.05 0.04 0.05
Prabumulih
Kota Pagar
0.07 0.07 0.09 0.06 0.06 0.05 0.05 0.06 0.06 0.05 0.06
Alam
Kota Lubuk
0.04 0.05 0.11 0.06 0.07 0.05 0.06 0.06 0.07 0.06 0.06
Linggau
Kab. 0.09 0.11 0.24 0.07 0.10 0.12 0.04 0.00 0.02 0.08 0.09
Banyuasin
Kab. Ogan Ilir 0.08 0.10 0.16 0.12 0.12 0.10 0.10 0.12 0.09 0.08 0.11
Kab. Ogan
Komering Ulu 0.12 0.15 0.20 0.14 0.10 0.10 0.12 0.11 0.09 0.13 0.13
Timur
Kab. Ogan
Komering Ulu 0.11 0.10 0.15 0.11 0.10 0.11 0.11 0.10 0.10 0.10 0.11
Selatan
Kab. Empat
1.71 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.11 0.30
Lawang
Kab. Penukal
Abab 0.00 0.10 0.08 0.06
Lematang Ilir
Kab. Musi
0.00 0.10 0.09 0.06
Rawas Utara

Gambar: Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan 2006-2015

2.50

2.00

1.50 2006
2007
1.00 2008
2009
0.50 2010
2011
0.00 2012
2013
2014
2015
Gambar:Rata-Rata Indeks Williamson Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan
2006-2015

rata-rata
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4 rata-rata
0.2
0

Dari tabel dan grafik diatas diketahui perkembangan Indeks Williamson yang terdapat di
Kabupaten/kota di Provinsi sumatera selatan, dimana provinsi sumatera selatan memiliki 17
kabupaten/kota, yang pertama pada kabupaten Lahat dimana perkembangan indeks
Williamson relatif stabil pada tahun 2006-2011, walaupun terjadi kenaikan pada tahun 2008
sebesar 0,15, di kabupaten Musi banyuasin perkembangan indeks Williamson cenderung
tidak stabil, terjadi naik turun dari 10 tahun terakhir antara tahun 2006-2015, namun terlihat
indeks Williamson yang termasuk tinggi yaitu pada tahun 2006, 2008, 2010 dan 2014, di
kabupaten Musi rawas perkembangan indeks Williamson cenderung stabil walaupun sempat
terjadi kenaikan dan termasuk tinggi pada tahun 2008, di kabupaten Muara enim
perkembangan indeks Williamson cenderung tidak stabil, , terjadi naik turun dari 10 tahun
terakhir antara tahun 2006-2015, namun terlihat indeks Williamson yang termasuk tinggi
yaitu pada tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2013, di kabupaten ogan komering ilir
perkembangan indeks Williamson tidak terlalu terjadi kenaikan yang signifikan masih di
bawah 0,5 dari data 10 tahun terakhir kecuali pada tahun 2008, di kabupaten ogan komering
ulu indeks williamsonya tidak terlalu terjadi kenaikan yang signifikan pada 10 tahun
terakhir kecuali pada tahun 2008 dan 2015 indeks Williamson terliat tinggi, di kota
Palembang pada tahun 2006 indeks wiliamson sangat besar yaitu 0,84, namun secara
keseluruhan dari tahun ke tahunya cukup tinggi indeks williamsonya kecuali pada tahun
2007 yaitu 0,04, di kota prabumulih indeks Williamson cenderung stabil walaupun terjadi
kenaikan dan terlihat tinggi pada tahun 2008, di kota pagar alam indeks Williamson
cenderung stabil dari tahun ke tahunya masih di bawah 0,5, di kota lubuk linggau indeks
wiliamson cenderung stabil walaupun terjadi kenaikan dan terliahat tinggi pada tahun 2008,
di kabupaten Banyuasin indeks Williamson terjadi naik turun, namun indeks Williamson
yang bisa di katakan tinggi terjadi pada tahun 2007, 2008, 2010 dan 2011, di kabupaten
ogan ilir indeks Williamson cenderung tidak stabil, terjadi kenaikan atau terlihat tinggi
indeks Williamson pada tahun 2007-2013, di kabupaten ogan komering ulu timur bisa
dikatakan indeks Williamson cenderung tinggi kecuali pada tahun 2014, di kabupaten ogan
komering ulu selatan indeks Williamson cukup stabil dengan ketinggianya, karena lebih
besar dari 0,5, di kabupaten empat lawang indeks Williamson hanya ada dari tahun 2008-
2015, dimana terlihat cukup stabil walaupun pada tahun 2008 dan 2015 indeks Williamson
terlihat tinggi, di kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir indeks Williamson hanya ada dari
tahun 2013-2015, ketiadaan data yang menyebabkan tahun 2006-2012 tidak dapat di analisis
indeks williamsonya, indeks Williamson di kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir dari
tahun 2013-2015 tidak sama, sempat terlihat tinggi pada tahun 2014 namun turun kembali
pada tahun 2015, di Kabupaten Musi Rawas Utara sama halnya dengan kabupaten Penukal
Abab Lematang Ilir indeks Williamson hanya ada pada tahun 2013-2015, ketiadaan data
yang menyebabkan tahun 2006-2012 tidak dapat di analisis indeks williamsonya, indeks
Williamson di kabupaten musi rawas tidak sama, sempat terlihat tinggi pada tahun 2014
namun turun kembali pada tahun 2015.
Dari 17 kabupaten/kota, ada 12 kabupaten/kota yang terlihat indeks Williamson masih
bisa di bilang rendah dan kurang dari 50 % tahun yang tinggi nilai indeks williamsonya dari
keseluruhan data 10 tahun yakni pada kabupaten/kota lahat, musi banyuasin, musi rawas,
ogan komering ilir, ogan komering ulu, prabumulih, lubuk linggau, banyuasin, empat lawang,
Penukal Abab Lematang Ilir, dan musi rawas utara. Sedangakan 4 kabupaten yang termasuk
tinggi karena dan lebih dari 50 % tahun yang tinggi nilai indeks williamsonya dari
keseluruhan data 10 tahun yaitu pada kabupaten/kota Palembang, ogan ilir, ogan komering
ulu timur, ogan komering ulu selatan, dan 1 kabupaten yang indeks williamsonya 50 % tinggi
dan 50 % rendah dari data 10 tahun yaitu pada kabupaten muara enim.
Kesimpulanya Secara keseluruhan, Provinsi sumatera selatan yang terletak di pulau
sumatera ini memiliki 17 Kabupaten/kota. Analisis tingkat ketimpangan/disparitas di
Provinsi sumatera selatan ini dilakukan dengan menggunakan perhitungan Indeks Williamson
yaitu dengan menghitung Indeks Williamson seluruh sector dari tahun 2006-2010, Dengan
perhitungan Indeks Williamson seluruh sektor di Provinsi sumatera selatan 2006-2010,
didapatkan hasil yang mayoritas secara keseluruhan dari 17 kabupaten/kota menjauhi nilai 1
atau dibawah 0,5 yang menunjukkan ketimpangan/disparitas di Provinsi sumatera selatan
masih bisa dibilang rendah karena lebih menjauhi nilai 1 atau dibawah 0,5.

Anda mungkin juga menyukai