Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

I. HIDROLOGI
Ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di
alam kita ini. Secara khusus menurut
SNI.No.1724-1989-F hidrologi difinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sistem
kejadian air di atas, pada permukaan dan di
dalam tanah.
2. Ilmu yang menunjang hidrologi.
Kasus hidrologi yang berasal dari Matematika,
Fisika, Statistik, Meteorologi, Oceannografi,
geografi, Geologi, Geomorfologi, Hidrolika dan
ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan ini.

3. Daur Hidrologi
Gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh ke
permukaan tanah, dan akhirnya mengalir ke laut
kembali. Siklus pristiwa tersebut adalah:
Siklus pristiwa tersebut adalah
Daur itu dapat berupa daur pendek, yaitu hujan yang
segera dapat mengalir kembali ke laut.
> Tidak adanya keseragaman waktu yang diperlukan oleh
suatu daur. Selama musimkemarau kelihatannya daur
seolah-olah berhenti, sedangkan dalam musim hujan
berjalan kembali.
> Intensitan dan frekwensi daur tergantung pada letak
geografi dan keadaan iklim suatu lokasi. Siklus ini
dikarenakan sinar matahari.
> Berbagai bagian daur dapat menjadi sangat kompleks,
sehingga kita hanya dapat mengamati bagian akhir saja
terhadap suatu curah hujan di atas permukaan tanah
kemudian mencari jalannya untuk kembali ke laut.
Gambar Siklus Hidrologi
Proses Dalam Daur hidrologi
Empat macam proses dalam daur hidrologi yang harus
dipelajari oleh para ahli hidrologi dan para ahli bangunan air,
yaitu :

Presipitasi, (tabrakan antara butir-butir uap akibat desakan


angin, dapat berbentuk hujan dan salju).
Evaporasi, (penguapan, dari laut, danau, daratan, air
permukaan dan lewat tumbuh-tumbuhan).
Infiltrasi, (resapan, air yang masuk kedalam tanah) sehingga
terjadi transpirasi (penguapan melalui tumbuh-tumbuhan)
Limpasan permukaan (surface runoff) dan limpasan air
tanah (subsurface runof).
4. Penggunaan Hidrologi dalam Perencanaan Teknis

Insinyur praktisi yang bekerja dalam perencanaan dan


pembangunan bangunan air. Memakai hidrologi sebagai alat
penganalisis yang penting, untuk mencari sumber-sumber air
dan membuat pemikiran kemampuan sumber air atau
menyediakan air untuk kota.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, adalah

Berapa besarkah seharusnya kapasitas bangunan


pelimpahnya (spillway) ?
Berapa besarkah pipa-pipa penyalurnya ?
Apa ada manfaatnya untuk melaksanakan perhutanan
kembali di daerah cakupan sumber guna melestarikan
penyediaan air minum ?
6. PRESIPITASI
Presipitasi yang ada dibumi ini berupa:

Hujan, merupakan bentuk yang paling penting.


Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah
atau tumbuh-tumbuhan dan kondesasi dalam tanah.
Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada masa udara
panas yang bergerak di atas lapisan es.
Kondensasi dalam tanah pada umumnya terjadi beberapa
senti meter saja di bawah permukaan tanah.
Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air
diendapkan di tasa permukaan tanah dan tumbuh-
tumbahan.
Salju dan es.
7. ANGKA PRESIPITASI
a. Lereng selatan gunung slamet di Jawa Tengah 4.000 mm/tahun.
b. Malang (Jawa Timur) 2.000 mm/tahun.
C. Bandung 6.000 mm/tahun

8. DEFINISI ISTILAH
Mengenai presipitasi ini hanya dibatasi pada hujan saja
dengan 5 unsur yang harus ditinjau, yaitu:
Tinggi hujan (d), adalah banyaknya atau jumlah hujan yang
dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar,
dalam mm.
Lanjutan Definisi Istilah
Frekuensi, adalah frekuensi kejadian
terjadinya hujan, biasanya dinyatakan dengan
waktu ulang (return priod) T, misalnya sekali
dalam T tahun.
Luas, adalah luas geografis curah hujan A,
dalam Km2.

Hubungan antara intensitas, durasi, dan tinggi


hujan sebagai berikut:
Hubungan antara intensitas, durasi, dan tinggi hujan

Tinggi hujan d =

Intensitas hujan I =
Lengkung Intensitas
Lengkung Massa
9. PENGUKURAN CURAH HUJAN

Dalam praktek kita mengenal 2 macam alat


untuk mengukur curah hujan yaitu penakar
hujan dan pencatat hujan.

Penakar Hujan
Penakar huajn biasa
a.Terdiri dari corong dan penampang yang
diletakkan pada ketinggian tertentu.
Misal corong dengan luas permukaan
sebesar 4 dm2 dengan;
Penakar Hujan Biasa
Tinggi (h) = 1,50 m, penampung 84 96 %
Tinggi (h) = 0,40 m, penampung 93 97 %.
Air hujan yang terkumpul di dalam
penampung diukur dengan gelas pengukur.
Misalnya volume air hujan yang terkumpul
dalam 24 jam sebesar (V) liter, maka tinggi
air hujan (d) dapat dihitung dengan rumus
berikut ini;
Penakar Hujan Biasa
Dapat dihitung dengan rumus:

d =

dimana; d = tinggi air, V = volume air hujan


dan A = luas penampang corong.
Penakar hujan rata tanah

Alat penakar hujan rata tanah, dibuat dengan


tujuan penangkapan maksimum dan di sekitar
alat penakar harus diberi grill dan brush.Grill
adalah semacam sarang terbuat dari logam yang
gunanya untuk mencegah tumbuhnya rumput
dan tanaman penggangggu, sedangkan brush
lapisan lunak yang terbuat dari yang terbuat dari
pasir atau sintel beruapa bubukan sisa
pembakaran batu bara, gunanya untuk mencegah
percikan (Cipratan) air agar tidak masuk kedalam
penakaran .
Luas penakaran (A) dibuat sama luas dengan
permukaan corong biasa.
Penakar hujan rata tanah
Pencatat Hujan

Pencatat hujan (recording gauge)


biasanya dibuat sedemikian rupa,
sehingga dapat bekerja secara otomatis,
dan dilakukan setiap saat, sehingga
intensitas hujan pada saat-saat tertentu
dapat diketahui pula
Pencatat jungkit (tipping bucket)

Pencatat ini dibagi dalam 2 ruangan yang diatur


sedemikian rupa jika yang satu terisi kemudian
menjungkit dan menjadi kosong, lalu
menyebabkan ruangan lainnya berada di posisi
yang akan diisi oleh corong. Setiap jungkitan
menunjukkan suatu tinggi hujan (d).
Pencatatannya secara otomatis dan
bertahap.(gambar lihat: Hidrologi Teknik edisi ke
2,1995)
Pencatat jungkit (tipping bucket)
Pencatat Pelampung

Curah hujan yang tertangkap corong (1)


tertumpah ke dalam. penampung (2)
Dengan terisi penampung maka
pelampung (3) akan terangkat.(gambar
lihat: Hidrologi Teknik edisi ke 2,1995
Pencatat Pelampung
Hasil Catatan Oleh pencatat Pelampung
Dari Hasil Catat (a) Dapat dibuat Grafik Lengkung
Massa
10. FREKUENSI PENGUKURAN
Frekuensi pengukuran atau pengamatan curah
hujan dapat dilakukan sebanyak,

Sekali dalam sehari, misalnya pada setiap jam


7.00 atau jam 8.00 pagi hari. Banyaknya
penangkapan diukur dengan gelas pengukur.
Sekali dalam seminggu atau sebulan, dilakukan
dengan alat pencatat otomatis dengan
penggantian kertas setiap minggu atau setiap
bulan
11. MEMPROSES DATA CURAH HUJAN
Menentukan Curah Hujan Areal.
Cara tinggi rata-rata.
Didapat dengan mengambil nilai rata-rata hitung
pengukuran hujan di pos penakar-penakar hujan di dalam
areal tersebut.

d =

d = tinggi curah hujan rata-rata


d1,d2 dn = tinggi hujan pada pos penakaran 1,2, n
n = banyaknya pos penakaran.
Cara poligon Thiessen

Cara ini berdasarkan rata-rata timbang, masing-masing


penakar mempunyai daerah pengaruh dibentuk sumbuh
tegak lurus terhadap garis penghubung.

d = =

A = luas areal
d = tinggi curah hujan rata-rata areal
d1,d2, d3,..dn = tinggi curah hujan di pos 1,2,3,,n
A1,A2,A3,..An = luas daerah pos 1,2,3, n
Mengukur Tinggi Cura hujan dengan Cara poligon Thiessen
Cara Isohyet
Lanjutan Isohyet.
Dengan cara ini kita harus menggambar dulu kontur tinggi hujan
yang sama (isohyet), seperti gambar di atas.

d =

Dengan
A = A1+ A2+ An = luas areal total.
d = tinggi curah hujan rata-rata areal.
do,d1,..dn = curah hujan pada isohyet 0,1,2 , n
A1, A2,.An = luas bagian areal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet
yang bersangkutan
Menanbah Pencatatan Curah hujan
Misal A dan B merupakan pos-pos pencatat curah
hujan (lihat gambar). Yang dapat mencatat tinggi
hujan setiap saat, sehingga lengkung massanya
dapat dibuat. C adalah penakar biasa (non
recording gauge) yang menghasilkan tinggi hujan
(d) dalam satu hari. Jika distribusi hujan di C
dianggap sama dengan disA dan Btribusi hujan di
pos penakar yang berdekatan,maka lengkung
massa C dapat diinterpolasikan (atau
diekstrapolasikan) dengan lengkung massa
Lengkung massa dari penakar biasa C
Menambah data yang hilang dalam tahun tertentu

Data yang hilang atau kesenjangan (gap) data suatu


pos penakar hujan, pada saat tertentu dapat diisi
dengan batuan data yang tersedia pada pos-pos
penakar di sekitarnya pada saat yang sama.

dc = ( da + db + dc )
Jika jumlah penakar hujan untuk menentukan
data x yang hilang adalah sebanyak n, maka:

dx =
Dengan
n = banyaknya pos penakar di sekitar X yang dipakai untuk mencari data X
Anx = tinggi hujan rata-rata tahunan di X
Ani = tinggi hujan rata-rata tahunan di pos-pos penakar di sekitar X yang dipakai
untu mencari data X yang hilang.
oA

oB oX

oC
Contoh lokasi-lokasi pencatat hujan
Lengkung massa ganda
jika data hujan tidak konsisten karena prubahan atau
gangguan lingkungan oleh pohon di sekitar tempat
penakar hujan dipasang
EVAPORASI DAN EVAPOTRASPIRASI

1. Faktor-faktor Meteorologi.
Evaporasi merupakan faktor penting dalam
studi tentang pengembangan sumber-
sumber daya air.
Evaporasi sangat mempengaruhi debit
sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya
kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan
konsumtif (comsumptive use) untuk tanaman
dan lain-lain.
Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi
besarnya Evaporasi :
Radiasi matahari
Angin
Kelembaban relatif
Suhu.

2. Transpirasi
Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh
evaporasitranspirasi tergantung pada:
a. Persediaan air yang cukup (hujan dan lain-lain)
b. Faktor-faktor iklim, seperti suhu,kelembaban.
c. Tipe dan cara kultivasi tumbuh-tumbuhan tersebut.
Cara Penaksiran Besarnya Evaporasi
a. Budget Air (persamaan penampung)
E = P + I +/- U O +/- S
dengan,
E = evapotarnspirasi
P = curah hujan
I = aliran permukaan yang memasuki daerah pengaliran
U = aliran bawah tanah yang masuk/keluar dari daerah pengaliran
O = aliran permukaan yang keluar dari daerah pengaliran
S = perubahan penampung (change in storage) di atas/di bawah
permukaan tanah.
b. Cara Budget Energi

*Cara ini menggunakan pemecahan dengan


memasukkan semua sumber-sumber kehilangan
energi termal serta membiarkan evaporasi sebagai
satu-satunya variabel yang harus dicari.

Melibatkan sejumlah instrumentasi dan masih


mengalami usaha pengembangan yang intensif.

Tanpa tersedia data yang banyak cara ini tidak dapat


langsung dipakai.
Rumus-rumus Empiris

Rumus-rumus empiris didasarkan atas korelasi


antara evaporasi yang terukur dengan faktor
meteorologi yang mempengaruhinya. Jadi
rumus-rumus tersebut merupakan hasil uji
lapangan tanpa didasari teori fisik yang
mendalam. Oleh karena itu rumus-rumus
tersebut tidak dapat dipakai didaerah yang
keadaannya berbeda dengan daerah di mana
uji lapangan itu dilaksanakan.
Infiltrasi dan Perkolasi
1. Difinisi.
a. Infiltrasi adalah perpindahan air dari atas
ke dalam permukaan tanah. Kebalikan dari
infiltrasi adalah rembesan (seepage).
b. Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari
zon tidak jenuh, yang terletak di antara
permukaan tanah sampai ke permukaan
air tanah (zone jenuh).
Gambar 1. infiltrasi besar,perkolasi kecil
Gambar 2. infiltrasi kecil, perkolasi tinggi

Anda mungkin juga menyukai