Anda di halaman 1dari 22

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ayam (Gallus sp) termasuk kelas aves. Tubuhnya ditutupi bulu yang
berfungsi sebagai pengatur suhu dan membantu pada saat terbang, memiliki dua
anggota ekstermis mempunyai sepasang anggota belakang yang masing-masing
kaki berjari 4 serta di akhiri dengan cakar,serta mulutnya memilki paruh.Ayam
juga merupakan unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan sebagai
keperluan hidup pemeliharannya. Ayam peliharaan merupakan keturunan
langsung dari salah satu sub spesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan
merah (Gallus Gallus) atau ayam Bangkiwa (Bangkiva Fowl). Kawin silang antar
ras ayam telah menghasilkan ratusan gallur unggul atau galur murni dengan
bermacam-macam fungsi. Fungsi tersebut adalah ayam potong untuk dipotong
atau disembelih serta ayam petelur yang diambil telurnya.Dalam praktikum kali
ini ada tiga jenis ayam yang diteliti yaitu ayam broiler, ayam layer dan ayam
kampung serta tidak lupa kerangka ayam secara umum. Anatomi dan morphologi
dari ketiga ayam tersebut berbeda.
Dari definisi diatas membahas tentang pengertian dari ayam tersebut, dan
jenis ayam. Muncul beberapa pertanyaan seperti apa morfologi luar dari ayam,
dan anatomi yang ada pada ayam (unggas) tersebut. Bagaimana cara hidup atau
berkembangbiakkan mereka. Pertanyaan tersebut yang menjadi dasar praktikan
untuk membuat suatu penjelasan tentang anatomi dan morfologi eksterior ayam
(unggas).
2

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Dapat menjelaskan struktur anatomi dan morphologi ayam.


2. Memahami hubungan anatomi dan morphologi ayam dengan tipe
produksi.

1.3 Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Senin , 14 Maret 2016


Jam : 10.00-12.00 WIB
Tempat :Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
3

II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pengertian Unggas


Unggas darat adalah unggas yang hidup didarat, contoh dari ungas darat
adalah ayam ras dan ayam buras. Ayam secara umum memiliki ciri-ciri, yaitu
mempunyai ceker dengan tiga jari dan satu jalu, paruh bertipe pemakan biji-bijian,
memiliki jengger dan cuping (Susilorini dkk, 2009).

2.2 Pengelompokan Ayam


Ayam peliharaan yang ada dewasa ini merupakan keturunan ayam hutan
yang mengalami proses penjinakkan yang sangat panjang. Jenis ayam itu terdiri
dari ayam hutan merah (Gallus gallus), ayam hutan Ceylon (Gallus lavayettii),
ayam hutan kelabu (Gallus soneratii), dan ayam hutan jawa atau Gallus varius
(Suprijatna dkk, 2008).
Tipe ayam dapat dikelompokkan menjadi tipe petelur, pedaging, dan
medium atau dwiguna. Ayam tipe petelur dipelihara untuk menghasilkan telur
yang banyak. Karakteristik ayam tipe petelur ini sebagai berikut bertingkah laku
lincah dan mudah terkejut, badan relatif kecil dan langsing sehingga disebut tipe
ringan, cepat dewasa kelamin sehingga cepat bertelur, jumlah telurnya banyak,
kerabangnya berwarna putih, dan jarang mengeram (Yuwanta, 2004).
Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah
terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, kerabang telur
berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam
penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram
(Suprijatna dkk, 2008).
Karakteristik ayam tipe pedaging adalah bersifat tenang, bentuk tubuh
besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur
4

rendah (Yuwanta, 2004). Ayam tipe sedang ini dikembangkan untuk memproduksi
telur sekaligus daging (sesudah ayam diafkir). Dengan demikian, ayam tipe
sedang harus membagi sumber dayanya untuk memproduksi telur dan daging.
Oleh karena itu, ayam tipe medium ini disebut juga ayam tipe dwiguna. Ayam
tipe sedang memiliki ciri-ciri sebagai berikut ukuran badan lebih besar dan lebih
kokoh dari pada ayam tipe ringan serta berperilaku tenang, timbangan badan lebih
berat daripada tipe ringan, karena jumlah daging dan lemaknya lebih banyak, otot-
otot kaki dan dada lebih tebal, dan produksi telur cukup tinggi dengan kulit telur
tebal dan berwarna coklat (Fadilah, 2003).
Ayam tipe dwiguna memiliki karakteristik bersifat tenang, bentuk tubuh
sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang, dan kulit telur berwarna
coklat (Hardjosworo dkk, 2000).

2.3 Sistem Kerangka Unggas (Oestology)


Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong
tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel
darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan
meringankan tubuh saat terbang. Secara garis besar susunan tulang ayam.
Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan pada
tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat.
Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada
unggas air. Tulang punggung pada leher dan ekor dapat digerakkan dan pada
bagian badan memanjang dan hanya satu ruas yang dapat digerakkan. Tulang
punggung tersebut bersatu membentuk suatu susunan struktur yang kaku yang
dapat memberikan kekuatan pada susunan tubuh untuk menopang kekuatan
gerakan dan aktivitas sayap (Wiharto, 1991).
Tulang merupakan materi yang keras dan kaku yang membentuk rangka
dalam pada hewan maupun manusia. Susunan tulang yang membentuk rangka
keras dari seekor hewan dinamakan skeleton. Fungsi dari skeleton dapat
disimpulkan sebagai berikut :
5

1. Sebagai alat penunjang tubuh.


2. Sebagai alat gerak yang pasif.
3. Untuk melindungi organ tubuh yang lunak dan mudah rusak.
4. Untuk member bentuk kepada tubuh hewan.
5. Sebagai tempat pembuatan unsur- unsur darah.
Sistem Kerangka ayam terdiri dari tulang kepala, tulang leher, tulang
sayap, tulang dada, tulang kaki, tulang belakang. Sistem kerangka berfungsi
menjaga bentuk tubuh, menyanggah daging, melindungi organ vital dan sebagai
alat gerak (Fadillah, 2007).
Berdasarkan karakteristiknya kerangka unggas bersifat spesifik yakni
ringan dan berisi udara yang sesuai dengan fungsinya untuk bergerak, berjalan
dan terbang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abidin (2003), kerangka
unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan tulang memiliki
partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat, sehingga beberapa unggas
mampu untuk terbang atau berenang seperti pada unggas air.

Susunan tulang ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

a. Vertebrae cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) yang berguna untuk
menggerakan leher
b. Vertebrae columnalis atau vertebrae dorsalis atau tulang punggung (7 ruas)
c. Vertebrae pygostyle dan urostylus, yaitu tulang ekor yang membentuk
coccygeal (4 ruas)
d. Tulang rusuk sebanyak 7 buah
e. Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang
f. Tulang pubis, yang terdiri atas vertebrae sacral dan vertebrae lumbal
masing-masing 7 buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastis saat
terjadinya peneluran.

Unggas memiliki sepasang ekstremitas anterior yang merupakan sayap


yang terlipat seperti huruf Z, pada saat tubuh tidak terbang. Ektremitas posterior
berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan
bercakar. Hal tersebut dijelaskan menurut North (1978), yaitu fungsi kerangka
6

tangan dan lengan pada manusia menyerupai pada kaki unggas. Tulang metatarsus
merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang.

2.4. Penutup Tubuh


a. Kulit
Kulit pada unggas merupakan bagian pelindung tubuh yang memberikan
perlindungan fisik terhadap organ-organ yang ada di bagian paling dalam. Fungsi
kulit yaitu antara lain: melindungi tubuh dari pengaruh temperatur luar yaitu
panas dan dingin, Sebagai pelindung terhadap masuknya mikroorganisme secara
langsung kedalam tubuh, hal ini dikarenakan di bawah kulit terdapat lapisan
lemak yang mampu mencegah masuknya mikroorganisme. Sebagai reseptor
untuk menerima pengaruh ransangan dari luar, hal ini karena terdapat ujung-ujung
syaraf pada kulit. Kulit pada unggas relatif tipis dibandingkan dengan kulit pada
mamalia (Rahardi dkk,1993).
Secara histologis kulit ayam terdiri dari dua lapisan jaringan yaitu
epidermis dan dermis. Bulu, paruh, kuku, dan sisik merupakan perkembangan dari
lapisan epidermis. Dermis (innerlayer) merupakan bagian utama dari kulit yang
terdiri atas jaringan ikat dan banyak mengandung serabut kolagen. Secara
embriologis, dermis ini berasal dari messodermal dan perkembangan dermis ini
membentuk jengger, cupping dan pial. Kulit unggas relatif lebih tipis
dibandingkan dengan mamalia. Unggas memiliki glandula uropigeal yang disebut
pygostyle (kelenjar minyak) yang terdapat di pangkal ekor. Kulit mempunyai
fungsi sebagai penahan masuknya bibit penyakit kedalam tubuh dan sebagai
insulasi panas tubuh (North, 1979).
Beberapa bagian tubuh terdapat bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain
jengger, gelambir, cuping, paruh, kuku. Jengger dan gelambir serta comb bersifat
sensitif terhadap hormon sex sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik
secundary sex, sebagai accesory sexual epidermal (Rahardi dkk,1993).
b. Bulu Sayap
7

Bulu berfungsi sebagai pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur,
identifikasi penyakit, defisiensi nutrien dan produksi telur. Struktur dan bentuk
bulu ukurannya bervariasi pada bagian-bagian tubuh ayam dan dapat digunakan
untuk membedakan jenis kelamin antara ayam jantan dan betina terutama pada
bulu-bulu leher, sayap dan ekor. Bulu tumbuh pada beberapa tempat, yaitu: bahu
(shoulder), paha (thigh), ekor (rump), dada (breast), leher (neck), perut
(abdomen), punggung (back), sayap (wing), kaki (leg) dan kepala (head).
Sebagian besar bulu tersusun atas protein yang disebut keratin.
Bulu sayap dibagi menjadi bulu sayap bagian primer, skunder dan aksial.
Pada bulu sayap bagian skunder terbagi lagi menjadi tiga bagian yaitu, mayor ,
medium dan minor. Pada bulu sayap primer juga dibagi atas mayor, medium dan
minor. Selain dari bagian yang tertera diatas ada bagian yang disebut dengan
interscapula yang terletak dibagian scapula pada unggas (Rahardi dkk, 1993).
c. Jalur Pertumbuhan Bulu
Unggas mempunyai ciri-ciri yang spesifik dengan adanya alat penutup
tubuh yang berupa bulu (pulmae/feather) dan kulit. Bulu menutup hampir seluruh
tubuh ayam dan ciri ini yang membedakan dengan hewan bertulang belakang
yang lain. Bulu tumbuh pada beberapa tempat, yaitu: bahu (shoulder), paha
(thigh), ekor (rump), dada (breast), leher (neck), perut (abdomen), punggung
(back), sayap (wing), kaki (leg) dan kepala (head). Sebagian besar bulu tersusun
atas protein yang disebut keratin.
Bulu berfungsi sebagai pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur,
identifikasi penyakit, defisiensi nutrien dan produksi telur. Struktur dan bentuk
bulu ukurannya bervariasi pada bagian-bagian tubuh ayam dan dapat digunakan
untuk membedakan jenis kelamin antara ayam jantan dan betina terutama pada
bulu-bulu leher, sayap dan ekor.
Bulu-bulu besar pada sayap dan ekor pada waktu dan umur tertentu akan
meluruh dan tumbuh kembali, hal ini menunjukkan waktu tertentu ayam petelur
saat keluar dari masa produksi telur. Proses dari peluruhan bulu hingga
tumbuhnya bulu baru tersebut disebut molting dan proses ini dibawah kontrol
8

kerja hormon. Penentuan jenis kelamin ayam juga dapat ditentukan dengan
adanya gen sex likage dengan melihat pertumbuhan bulu dan warna bulu
(Nesheim dkk, 1972).
9

III
ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat

Baki atau nampan


Jangka sorong/pita ukur

3.2. Bahan

Ayam ras pedaging/broiler


Ayam ras petelur/layer
Ayam lokan jantan dan betina

3.3 Prosedur Kerja

Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam.

No Pengamatan Prosedur
1. Seluruh tubuh 1. Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan dalam keadaan
ayam tenang
2. Gambar dan sebutkan anatominya.
2. Kepala 3. Kemudian gambar kepala dan bagiannya.
4. Amati bagian-bagian dari kepala seperti jengger dan sebutkan
jenis jenggernya.
5. Amati juga bagian-bagian lainnya seperti paruh, pial, lubang
telinga, dan mata.
3. Bulu 6. Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan di bagian
mana terdapat bulu kontur, plumulae, dan filoplumulae.
7. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder, primer, dan
bulu axial kemudian gambar.
8. Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian gambar dan
tulis bagian-bagiannya.
4. Kaki 9. Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya.
10. Amati pigmentasi pada kaki.
11. Ukur panjang shank, kemudian bedakan dari ketiga jenis
ayam yang sudah mati.
10
11

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1. Hasil Pengamatan Sifat Kualitatif

N Jenis Ayam Warna Warna Warna Bentuk


o Bulu Kulit Kaki Jengger
1 Ayam Hitam Putih Kunig Single
Kampung
Jantan
2 Ayam Hitam Putih Kuning Single
Kampung Kehitama
Betina n
3 Ayam Broiler Putih Putih Putih Single
Pucat
4 Ayam Layer Coklat Putih Kuning Single
Pucat

4.1.2. Hasil Pengamatan Sifat Kuantitatif

No Jenis BB P. P. P. P. Paha P. Lingka


Ayam (k Leher Punggun Dada Bawah Kaki r Kaki
g) (cm) g (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 A.K 1,9 10 26 19 12 9 6
Janta 5
n
2 A.K 1,1 10 20 16 10 8 5
Betin 5
a
3 Ayam 1,2 4 19 16 10 6 5
Broil
12

er
4 Ayam 2 15 19 15 12 9 4,5
Layer

4.1.3 Perbedaan Anatomi dan Morfologi Ayam


Broiler dan Ayam Petelur

N Pengam Ayam Broiler Ayam Petelur (Layer)


o atan
1 Seluruh
Tubuh

Keterangan Ukuran tubuh lebih Bentuk tubuh lebih


besar dan padat, bulu tinggi dan ramping, bulu
berwarna putih.
berwarna coklat.
2 Kepala
13

Keterangan Jengger masih kecil, Jengger besar, berwarna


jengger tipe single merah pucat, jengger
tipe single
3 Kaki

Keterangan Kaki lebih pendek, Kali lebih panjang,


shank berwarna putih shank berwarna kuning
pucat. pucat.

4.1.4 Perbedaan Ayam Kampung Jantan dan Betina

N Pengamata Ayam Kampung Ayam Kampung


o n Jantan Betina
1 Seluruh
Tubuh
14

Keterangan Tubuh lebih tinggi dan Tubuh lebih pendek


gagah, bulu dominan disbanding ayam
hitam dengan variasi
jantan, bulu dominan
warna (merah)
hitam
2 Kepala

Keterangan Jengger besar, Jengger kecil, tidak


gelambir (wattle) terdapat gelambir
besar
3 Bulu

Keterangan Bulu ayam kampung jantan Bulu berwarna hitam,


lebih bervariasi, terdapat tidak terdapat Sickle
Sickle Feather Feather
4 Kaki
15

Keterangan Terdapat taji (spur), Tidak terdapat taji,


shank berwarna shank berwarna
kuning kehitaman

4.1.5 Kerangka Ayam

Kerangka Ayam Keterangan


1. Incisive/maxilla
2. Mandibula
3. Nasal
4. Lamcrimal
5. Oxipitel
6. Atlas
7. Epistropheus
8. Clavicula
9. Corcoid
10. Sternum
11. Humerus
12. Radius
13. Ulna
14. Metacarpu
s
15. Phalanges
16. Scapula
17. Ischium
18. Pygostyle
19. Pubis
20. Femur
21. Fibula
22. Tibia
23. Spur/Taji
24. Tarsus
25. Metatarsus
16

4.2 Pembahasan

4.2.1 Perbedaan Ayam Broiler dan Ayam Petelur


Pada praktikum yang telah dilakukan, membahas
perbedaan ayam broiler dan ayam petelur. Terlihat banyak
perbedaan mulai dari ukuran tubuh, jengger, warna bulu,dan lain
lain. Ukuran tubuh ayam broiler lebih besar dan padat
dibandingkan dengan ayam petelur. Hal ini tentu sesuai dengan
fungsi ayam broiler yaitu sebagai ternak penghasil daging.
Sementara ayam petelur lebih ramping dibanding ayam broiler
karena merupakan ayam penghasil telur ini sesuai dengan
pendapat(Tanudimadja, 1974).
Warna bulu pada ayam broiler yaitu putih seperti pendapat
Suprijatna et al., 2005 yaitu karakteristik ayam tipe pedaging
bulu merapat ke tubuh, kulit putih, dan agak jarang dibagian
bawah sayap itu menandakan ayam tersebut fokus pada daging,
berbeda dengan ayam petelur yaitu coklat dan lebih menutupi
hampir seluruh tubuhnya. Bulu pada ayam terbagi menjadi lima
berdasarkan letaknya, yaitu remiges (pada sayap), rectrices
(pada ekor), tectrices (seluruh tubuh), parapterium (pada bahu),
dan alaspuria (pada kaki) (Getty,1975). Bulu remiges terbagi lagi
menjadi tiga yaitu primer, sekunder, dan axial (bulu yang
membatasi antara bulu primer dan sekunder). Namun pada ayam
broiler dan petelur tidak terdapat bulu alaspuria. Ayam yang
memiliki bulu alaspuria adalah ayam-ayam sub tropis. Warna
kulit ayam broiler dan petelur adalah putih, sedangkan menurut
North(1978) yang menyatakan warna kulit pada ayam broiler dan
petelur berwarna kuning hal ini biasanya disebabkan
adanya xanthophylls dalam ransum.
17

Perbedan selanjutnya terlihat pada kepala kedua ayam


tersebut. Pada kepala ayam broiler terdapat jengger dan pial
yang berwarna merah pucat. Tipe jengger pada ayam broiler
yaitu single, namun memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding
ayam petelur. Pada kepala ayam petelur terdapat pula jengger
dan pial yang berwarna merah lebih segar dibanding ayam
broiler. Ukuran jengger dan pial pun lebih besar dibanding ayam
broiler dengan tipe jengger yaitu single sesuai dengan pendapat
(Nesheim dkk, 1972).
Pada bagian kaki juga ayam broiler dan ayama petelur
bebrbeda. Kaki ayam broiler berukuran lebih pendek dan besar
dibanding ayam petelur. Hal itu disebabkan untuk menopang
berat badan ayam tersebut. Sedangkan kaki ayam petelur lebih
panjang dan ramping. Warna kaki ayam broiler adalah kuning
pucat, sementara ayam petelur berwarna kuning lebih pucat. Hal
ini karena pigmen lipochrom (warna kuning) pada kaki disalurkan
untuk pemberi warna pada yolk (Tanudimadja, 1974).
Warna kaki dapat dijadikan patokan untuk mengetahui
produktivitas ayam petelur. Jika kaki berwarna kuning pucat
berarti produktivitasnya baik, sedangkan jika berwarna kuning
cerah berarti produktivitasnya kurang baik. Selain warna kaki,
untuk mengetahui produktivitas ayam petelur bisa mengukur
jarak antara tulang pubis dan sternum. Ayam yang produktivitas
telurnya baik, jarak tulang pubis dan sternum yaitu 3 4 jari
orang dewasa. Serta jarak tulang pubis 3 4 jari orang dewasa.
Jengger pun dapat dijadikan patokan untuk menilai produktivitas
ayam petelur, jika jenggernya mengkilat dan berwarna merah
segar maka produktivitasnya baik, begitu pula sebaliknya
(Sarwono, 1991).
18

4.2.2 Perbedaan Ayam Jantan dan Betina Kampung


Ayam kampung merupakan ayam lokal yang asli berasal dari Indonesia
pada praktikum menggunakan ayam kampung jenis sentul. Ayam lokal biasanya
dwifungsi yaitu sebagai ayam pedaging dan sebagai ayam petelur juga. Perbedaan
ayam kampung jantan dengan ayam kampung betina bisa dilihat mulai dari
kepalanya. Ayam jantan memliki jengger yang lebih besar daripada jengger ayam
betina. Selain itu, ayam jantan memiliki gelambir (wattle) sedangkan betina tidak
semua memiliki. Bila dilihat dari bulu, warna bulu ayam kampung jantan lebih
bervariasi ini karena ayam kampung jantan memiliki pigmen kulit yang bervariasi
diantaranya adalah pigmen melanin, lipochrome, dan carotenoid sehingga
warnanya lebih bervariasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sarwono, 1991
Sedangkan ayam kampung betina dominan warnanya adalah abu atau satu warna.
Dan yang terakhir bentuk bulu ekor jantan yang panjang agak keatas sedangkan
bulu ekor betina yang relatif pendek dan datar.
Dilihat dari badannya ayam jantan terlihat lebih berisi. Pada kaki ayam
jantan terdapat taji yang berguna untuk bertarung melawan manggsa sedangkan
ayam betina tidak memiliki taji.

4.2.3 Kerangka Ayam


Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong
tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel
darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan
meringankan tubuh saat terbang. Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya
dan sangat kuat. Susunan pada tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot
yang ringan dan kuat. Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau
berenang seperti pada unggas air. Tulang punggung pada leher dan ekor dapat
digerakkan dan pada bagian badan memanjang dan hanya satu ruas yang dapat
digerakkan. Tulang punggung tersebut bersatu membentuk suatu susunan struktur
19

yang kaku yang dapat memberikan kekuatan pada susunan tubuh untuk menopang
kekuatan gerakan dan aktivitas sayap.
Fungsi kerangka tangan dan lengan pada manusia digantikan sayap pada
unggas, begitu pula kaki pada manusia menyerupai pada kaki unggas. Tulang
metatarsus merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang
dan menyatu pada bagian shank.

Pada ayam mempunyai banyak macam tulang yang berongga


(tulang pneumatik) yang berhubungan dengan fungsi dari sistem
pernapasan. Beberapa tulang tersebut adalah tulang tengkorak (skull),
tulang lengan (humerus), tulang selangka (clavicle), tulang pinggang
(lumbal) dan tulang kemudi atau sacral vetebrae (Tanudimadja, 1974).

Beberapa tulang pada unggas termasuk suatu tipe yang unik yang
di dalam rongga dalamnya terdapat sumsum tulang. Tulang sumsum
merupakan suatu tulang sekunder baru. Pada ayam petelur tulang
sumsum terdiri atas kalsium tulang yang di dalamnya terdapat ruang
sumsum dengan anyaman tulang yang lembut dan porous yang
berfungsi sebagai sumber kalsium untuk membentuk kulit telur bila
kalsium pada pakan rendah. Tulang sumsum terdapat pada tulang
kering (tibia), tulang paha (femur), tulang pinggul (pubic), tulang dada
(sternum), tulang iga (ribs), tulang hasta (ulna), tulang belikat
(scapula) dan tulang kuku atau toes (Tanudimadja, 1974).

Sekitar 12 % dari jumlah keseluruhan tulang pada ayam betina


dewasa tersusun atas tulang sumsum. Ayam dara menjelang produksi
telur pertama, 10 hari sebelumnya mulai membentuk tulang sumsum.
Ayam liar tulang sumsumnya menghasilan cukup kalsium untuk
membentuk kerabang, meskipun pada kondisi kalsium pada pakan
rendah pada saat masa bertelur. Penimbunan kalsium pada tulang
ayam betina yang dipelihara hanya dapat mencukupi kebutuhan
pembentukan beberapa kerabang telur. Apabila kandungan kalsium
20

pada pakan rendah, maka ayam setelah bertelur sekitar 6 butir akan
kehilangan sekitar 40% dari total kalsium tulang (Nesheim, 1972).
21

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Anatomi dan morphologi pada ayam sendiri dibagi menjadi


4 bagian yaitu kepala, badan, ekor dan kaki. Pada kepala
ayam terdapat jengger yang memiliki bermacam-macam
bentuk pada preparat yang digunakan pada saat praktikum
bentuk jengger nya adalah single lalu ada pial, paruh,
lubang telinga, ear lobe, mata dan nostril ( Lubang
Hidung). Pada ayam broiler dan ayam kampung betina
jengger dan pial tidak tumbuh. Pada badan sendiri terdapat
bulu yang dikelompokan berdasarkan letaknya seperti
rectrices, remiges, tectrices, parapterium dan alaspuria.
Bulu pada ekor dinamakan rectrices pada ekor ini terdapat
kelenjar uropigium yang berfungsi untuk proses preening
( menyisir bulu oleh paruh).
2. Pada ayam sendiri organ yang dapat dijadikan sebagai
indikator produksi adalah jengger dan shank hal ini
dikarenakan jengger merupakan salah satu organ yang
sangat sensitif terhadap hormon sex jadi pada ayam
petelur khususnya jengger ini dijadikan indikator dalam
produktivitas. Selain itu, shank dijadikan pula sebagai
indikator produktivitas dengan adanya kelenjal lipochrom
dan melanin.

5.2 Saran
22

Pelaksanaan praktikum dilaksanakan dengan sistem


yang baik namun masih kurang kondusif dan pada
penyediaan preparat contohnya pada saat dibagian rangka
preparat yang digunakan kurang lengkap.

Anda mungkin juga menyukai