Anda di halaman 1dari 82

BAB 1

HUKUM I THERMODINAMIKA

1.1. Hubungan antara Panas dan Kerja


Hubungan antara panas dan kerja pertama kali dikemukakan oleh Count
Rumford pada tahun 1798 selama pengeboran dengan meriam di Munich Arsenal.
Beliau mendapati bahwa panas yang dihasilkan selama pengeboran sebanding dengan
kerja yang dilakukan selama pengeboran. Panas dianggap sebagai suatu fluida tak
terlihat yang disebut kalorik yang terdapat di antara partikel partikel penyusun suatu
zat. Dalam teori kalorik dari panas, suhu dari suatu benda ditentukan oleh banyak gas
kalorik yang dikandungnya, sehingga bila ada 2 benda yang berbeda suhunya saling
berdekatan maka suhunya akan menjadi sama karena adanya aliran kalorik di antara
mereka. Kesetimbangan termal dicapai bila tekanan gas kalorik dalam suatu benda sama
dengan tekanan gas kalorik benda yang lain.
Penelitian Rumford yang menyatakan bahwa produksi panas yang menyertai
unjuk kerja, dihitung dengan teori kalorik karena berdasar kenyataan bahwa jumlah
kalorik yang dikandung oleh suatu benda, per satuan massa benda, tergantung pada
massa bendanya. Serpihan serpihan kecil metal (pecahan pecahan metal karena
penembakan) mengandung kalorik per satuan massa yang lebih kecil daripada metal
asalnya, dan oleh karenanya, dalam penurunan ukuran metal metal tersebut, dari
ukuran awal ke potongan potongan kecil, kalorik dikeluarkan sebagai panas sensible.
Rumford kemudian mendemonstrasikan bahwa bila suatu meriam tumpul digunakan (di
mana menghasilkan serpihan serpihan yang lebih sedikit), produksi panas yang sama
menyertai kerja yang sama pula. Teori kalorik menjelaskan bahwa produksi panas
dalam kasus ini mengacu pada aksi udara pada permukaan metal selama kerja
dilakukan.
Teori kalorik pada akhirnya dibantah oleh Humphrey Davy pada tahun 1799.
Davy melelehkan 2 balok es dengan menggosok gosokkan keduanya di dalam ruang
vacuum. Dalam percobaan ini, panas latent yang diperlukan untuk melelehkan es
diberikan oleh kerja mekanik yang dihasilkan dengan menggosok gosokkan kedua
balok es bersama sama.

1
Dari tahun 1840 ke atas, hubungan antara panas dan kerja ditempatkan pada
dasar kuantitatif yang kuat sebagai hasil penelitian yang berkesinambungan yang
dihasilkan oleh James Joule. Joule melakukan percobaan di mana kerja dilakukan dalam
suatu wadah adiabatis yang berisi sejumlah tertentu air dan mengukur kenaikan suhu
air. Dia mendapati hubungan proporsionalitas yang berbanding lurus antara kerja yang
dilakukan dengan kenaikan suhu. Lebih lanjut dia mendapati bahwa proporsionalitas
tersebut sama, tidak tergantung pada alat yang menghasilkan kerja. Metode produksi
kerja yang Joule lakukan meliputi :
1. Memutar roda dayung yang dicelupkan ke dalam air
2. Mengalirkan arus dari motor listrik melalui suatu koil ke dalam air
3. Mengkompresi silinder gas yang dicelupkan ke dalam air
4. Menggosok gosokkan 2 balok metal bersama sama di dalam air

Proporsionalitas ini selanjutnya disebut Kesetaraan Mekanik Panas, dan untuk


mendefinisikannya maka perlu untuk menetapkan suatu satuan panas. Satuan ini disebut
kalori (atau 15o kalori), yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
1 gram air dari 14,5o C ke 15,5o C. Berdasarkan definisi ini Joule menentukan harga
kesetaraan mekanik panas sebesar 0,241 kalori per joule. Nilai yang diterima sekarang
adalah 0,2389 kalori (15o kalori) per joule. Dibulatkan menjadi 0,239 kalori per joule
dan menyatakan kalori termokimia, yaitu satuan energi yang digunakan dalam
termokimia. Sehingga R = 1,987 kalori/derajat-mol.

1.2. Energi Dalam dan Hukum I Termodinamika


Percobaan Joule menghasilkan pernyataan bahwa Perubahan dalam benda
yang berada di ruang adiabatis dari kondisi awal ke kondisi akhir melibatkan
sejumlah kerja yang nilainya sama, dengan cara apapun proses dilakukan
Pernyataan ini merupakan perumusan awal dari Hukum I Termodinamika. Perlu untuk
mendefinisikan suatu fungsi yang hanya tergantung pada kondisi internal benda atau
sistem. Fungsi seperti itu adalah U, energi dalam. Energi dalam, U, adalah fungsi
keadaan, yang hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir serta tidak tergantung
pada jalan yang dilaluinya.

2
Untuk benda yang melakukan kerja, w, menyerap panas, q, sehingga berpindah
dari keadaan A ke keadaan B, hubungan antara kerja, panas dan perubahan energi dalam
dinyatakan sebagai :
(UB UA) = q w (1.1)
Persamaan di atas menunjukkan Hukum I Termodinamika.
Untuk perubahan keadaan hingga, persamaan (1.1) ditulis sebagai diferensial :
dU = q - w (1.2)
Di dalam proses siklis, di mana sistem kembali ke keadaan semula, misal 12
1 seperti dalam gambar 1.1, perubahan U sebagai hasil dari proses ini adalah nol,
yaitu :
2 1
U dU dU (U 2 U1 ) (U1 U 2 ) 0
1 2

atau dU 0

1
P1
Tekanan

a
b
c
2
P2

V1 V2
Volume
Gambar 1.1. Tiga jalan proses yang diambil oleh sejumlah tertentu gas yang berpindah dari
keadaan 1 ke keadaan 2

Karena U adalah fungsi keadaan, maka untuk sistem sederhana yang terdiri dari
sejumlah tertentu zat yang komposisinya ditetapkan, harga U juga akan tetap bila 2
properti lain dibuat tetap. Bila suhu dan volume dipilih sebagai variabel bebas , maka:
U = U(V,T)
Diffensial lengkap dari U sebagai differensial parsial :
U U
dU dV dT
V T T V

3
Karena keadaan sistem dapat ditentukan bila 2 variabel bebas ditetapkan, maka akan
menarik bagi kita untuk melihat proses yang dapat terjadi bila harga salah satu variabel
bebas dibuat konstan dan yang lain dibuat bervariasi. Oleh karena itu kita dapat melihat
proses bila suhu konstan (proses isotermal), bila tekanan konstan (proses isobar) atau
bila volume konstan (proses isokhor atau isometrik). Kita juga dapat melihat bila proses
adiabatis, di mana q = 0.

1.3. Proses Volume Konstan


Bila volume sistem dijaga konstan selama proses, maka sistem tidak melakukan
kerja ( PdV 0 ), dari hukum I, persamaan (1.2) menjadi :

dU qV (1.3)

di mana subskrip v menunjukkan volume konstan. Integrasi persamaan (1.3)


U qV
Menunjukkan bahwa panas yang diserap atau dikeluarkan selama proses berlangsung
sama dengan kenaikan atau penurunan energi dalam.

1.4. Proses Tekanan Konstan dan Enthalpy H


Bila tekanan dijaga konstan selama proses berlansung dari keadaan 1 ke 2, maka
kerja yang dilakukan sistem dinyatakan sebagai :
2 2
w PdV P dV P(V2 V1 )
1 1

Dan Hukum I memberikan:


U 2 U1 q p P(V2 V1 )

Di mana p menunjukkan tekanan konstan. Kedua rumus di atas dapat dituliskan kembali
sebagai :
(U 2 PV2 ) (U1 PV1 ) q p

U + PV hanya mengandung fungsi fungsi keadaan , maka pernyataannya itu sendiri


juga fungsi keadaan yang dinyatakan sebagai enthalpy, H, yaitu:
H U PV (1.4)
Sehingga untuk proses tekanan konstan :
H 2 H1 H q p (1.5)

4
Perubahan enthalpy selama proses isobar secara sederhana sama dengan panas yang
dimasukkan atau diambil dari sistem.

1.6. Kapasitas Panas


Sebelum mendiskusikan mengenai proses isothermal dan adiabatis, sebaiknya
kita mengetahui lebih dulu tentang konsep kapasitas panas. Kapasitas panas, C, dari
sistem adalah rasio antara panas yang ditambahkan ke atau dikeluarkan dari sistem
dibagi hasil perubahan suhu dari sistem. Sehingga:
q
C
T
Atau bila perubahan suhu dibuat sangat kecil, maka
q
C
dT
Konsep kapasitas panas ini hanya digunakan untuk penambahan panas ke atau
pengeluaran panas dari sistem yang melibatkan perubahan suhu. Konsep ini tidak
digunakan untuk proses yang melibatkan perubahan fase.
Bila suatu sistem berada pada kondisi awal 1 dan sejumlah tertentu panas
ditambahkan sehingga sistem berada pada kondisi akhir 2 disertai kenaikan suhu dari T1
ke T2 maka suhu akhir T2 belum cukup untuk menggambarkan keadaan sistem. Hal ini
disebabkan karena sistem mempunyai 2 variabel bebas sehingga perlu ditentukan lagi
variabel yang kedua.
Oleh karena itu kita mendefinisikan kapasitas panas pada volume konstan, CV,
dan kapasitas panas pada tekanan konstan, CP.

q
CV
dT V
q
CP
dT P
Sehingga dari persamaan (1.3) dan (1.5)
q dU
CV atau dU CV dT
dT V dT V

U dH
CP atau dH C P dT (1.7)
dT P dT P

5
Kapasitas panas merupakan property ekstensif sehingga tergantung pada ukuran sistem.
Namun dalam penggunaannya, lebih enak menggunakan kapasitas panas per satuan
kuantitas sistem. Jadi panas spesifik dari sistem adalah kapasitas panas per gram pada P
konstan dan kapasitas panas molar adalah kapasitas panas per mol pada tekanan konstan
atau volume konstan. Sehingga untuk sebuah sistem yang terdiri dari n mol :
ncP = CP dan
ncV = CV
di mana cP dan cV adalah harga harga molar.
Diharapkan bahwa untuk zat apapun, cP akan lebih besar daripada cV. Bila
dikehendaki untuk menghasilkan kenaikan suhu tertentu di dalam sistem, maka jika
proses dilakukan pada volume konstan maka semua panas yang ditambahkan hanya
digunakan untuk meningkatkan suhu sistem. Namun jika proses dilakukan pada tekanan
konstan maka selain digunakan untuk menaikkan suhu maka panas yang digunakan juga
dipakai untuk melakukan kerja yaitu untuk mengekspansi sistem pada tekanan konstan.
Kerja ekspansi melawan tekanan konstan per derajat suhu ini dihitung sebagai :
PdV V
.atau.P
dT T P
Dan oleh karena itu diharapkan bahwa :
V
c P cV P
T P
Selisih antara cP dan cV dihitung sebagai berikut :
H U V
cP P
T P T P T P

U
Dan cV sehingga
T V

U V U
cP cV P tapi
T P T P T V
U U
dU dV dT oleh karena itu
V T T V

U U V U
sehingga
T P V T T P T V

6
U V U V U V U
cP cV P P (2.8)
V T T P T V T P T V T P V T

U V
Kedua pernyataan di atas berbeda pada suku dan usaha untuk
V T T P

U
mengevaluasi untuk gas gas, Joule melakukan percobaan dengan cara mengisi
V T
bejana tembaga dengan suatu gas pada beberapa tekanan dan menghubungkan bejana
ini melalui sebuah kenop ke bejana kosong lain yang serupa. Sistem dua bejana tersebut
dibenamkan ke dalam sebuah wadah adiabatis yang berisi air dan kenop dibuka
sehingga gas berekspansi ke bejana kosong. Setelah ekspansi ini, Joule tidak menjumpai
lagi adanya perubahan suhu dari sistem. Karena sistem adalah adiabatis dan tidak ada
kerja yang dilakukan maka dari Hukum I Termodinamika :
U = 0 sehingga
U U
dU dV dT 0
V T T V

U
Karena dT = 0 (dari eksperimen) dan dV0 maka suku harus sama dengan nol.
V T
Dengan demikian Joule menyimpulkan bahwa energi dalam dari suatu gas hanya
merupakan fungsi suhu dan tidak tergantung pada volume (dan juga tekanan). Sehingga
untuk gas :
V
c P cV P
T P
Namun dalam suatu percobaan yang lebih teliti yang dilakukan oleh Joule and
Thomson, di mana di dalam suatu wadah yang berisi gas dengan volume molar V1 pada
tekanan P1 dilewatkan melalui diafragma berpori sehingga tekanannya menjadi P 2 dan
volume molarnya V2, terlihat adanya perubahan suhu dalam gas, sehingga menunjukkan
U
bahwa untuk gas nyata, 0.
V T
Namun demikian jika
U
0
V T
Maka dari persamaan (1.8),

7
V
c P cV P
T P
Karena untuk 1 mol gas ideal PV = RT, maka
R
cP cV xP R
P
Joule tidak mendapati kenaikan suhu pada percobaannya yang pertama karena
kapasitas panas dari bejana tembaga dan air jauh lebih besar daripada kapasitas panas
gas, sehingga perubahan kecil dari panas yang sesungguhnya terjadi di dalam gas
diserap oleh bejana tembaga dan air. Hal ini menurunkan perubahan suhu yang
sebenarnya sampai di bawah batas alat ukur suhu.
Dalam persamaan (1.8), suku
V
P
T P
menunjukkan kerja yang dilakukan sistem per derajat kenaikan suhu, dalam melakukan
ekspansi melawan tekanan luar konstan P yang beraksi pada sistem. Suku yang lain,
U V
yaitu menunjukkan kerja yang dilakukan per derajat kenaikan suhu,
V T T P
dalam melakukan ekspansi melawan gaya gaya kohesi dalam, yang beraksi di antara
masing masing partikel penyusun zat. Gas ideal adalah suatu gas yang terdiri dari
partikel partikel yang tidak saling berinteraksi dan dengan demikian tidak ada kerja
yang dilakukan untuk melawan gaya gaya kohesi dalam. Sehingga untuk gas ideal,
U
suku tersebut di atas, dan juga suku sama dengan nol.
V T
Di dalam gas nyata, pengaruh tekanan dalam sangatlah kecil jika dibandingkan
dengan pengaruh tekanan luar, tetapi di dalam liquid dan solid, di mana gaya gaya
antar atom perlu dipertimbangkan juga, kerja yang dilakukan untuk mengekspansi
sistem melawan tekanan luar tidaklah penting jika dibandingkan dengan kerja yang
dilakukan untuk melawan tekanan dalam. Sehingga untuk liquid dan solid, suku
U
sangatlah besar.
V T

8
1.7. Proses Adiabatis Reversibel
Di dalam proses adiabatis, q = 0, dan sehingga, dari Hukum I, dU = - w. Misal
suatu sistem terdiri dari 1 mol gas ideal. Dari persamaan (1.6)
dU cV dT

dan w = PdV
sehingga cvdT = - PdV
Karena sistem adalah 1 mol gas ideal, maka P = RT/V sehingga
RTdV
cV dT
V
Mengintegrasikannya dari keadaan 1 ke keadaan 2 menghasilkan
T V
cV ln 2 R ln 1 atau
T1 V2
CV R
T2 V
1 atau
T1 V2
R / CV
T2 V1

T1 V2
Untuk gas ideal, telah ditunjukkan bahwa c P cV = R, sehingga cP/cV 1 = R/cV dan
jika cP/cV = , maka R/cV = - 1,
1
T2 V1

T1 V2

Dari hukum gas ideal,


1
T2 P2V2 V1
sehingga
T1 P1V1 V2

P2 V1

P1 V2

Maka P2V2 P1V1 PV konstan (1.9)


Ini merupakan hubungan antara tekanan dan volume dari gas ideal yang mengalami
proses adiabatis reversibel.

9
1.8. Tekanan Isotermal Reversibel atau Perubahan Volume dari Suatu Gas Ideal
Dari Hukum I Termodinamika,
dU = q - w
dan karena dT = 0(proses isotermal) maka dU = 0. Oleh karena itu w = q = PdV =
RTdV/V per mol gas.
Diintegrasikan antara keadaan 1 dan 2 memberikan
V P
w q RT ln 2 RT ln 1 (1.10)
V1 P2
Jadi untuk suatu gas ideal, proses isotermal adalah suatu proses dengan energi dalam
konstan di mana selama proses tersebut terjadi, kerja yang dilakukan oleh sistem sama
dengan panas yang diserap oleh sistem, seperti yang diberikan dalam persamaan (1.10).
Proses isotermal reversibel dan proses adiabatis reversibel ditunjukkan oleh
diagram PV seperti yang terlihat dalam gambar 1.2.

Garis isotermal PV = RT
P

Garis adiabatis reversibel


PV = konstan

V
Gambar 1.2. Perbandingan antara garis proses yang diambil oleh ekspansi isotermal reversibel gas
ideal dengan garis proses yang diambil oleh ekspansi adiabatis reversibel gas ideal dari P1 ke P2

Dari gambar di atas terlihat bahwa untuk penurunan tekanan yang sama, kerja yang
dilakukan oleh proses isotermal reversibel lebih besar daripada kerja yang dilakukan
oleh proses adiabatis reversibel. Perbedaan ini disebabkan karena selama proses
isotermal berlangsung, panas diserap oleh sistem untuk mempertahankan suhu agar
tetap konstan, sedangkan selama proses adiabatis tidak ada panas yang masuk ke dalam
sistem. Selama ekspansi isotermal, energi dalam gas tetap konstan, sedang selama
ekspansi adiabatis, energi dalam menurun sejumlah kerja yang dilakukan.

10
Contoh Soal 1
Sepuluh liter gas ideal pada suhu 25o C dan tekanan 10 atm diekspansikan
sehingga tekanan akhir menjadi 1 atm. Kapasitas panas molar dari gas pada volume
konstan, cV, adalah 3/2 R dan harga ini tidak tergantung suhu. Hitunglah kerja yang
dilakukan, panas yang diserap dan perubahan di dalam U dan H untuk gas, bila proses
dilakukan secara (a) isotermal dan reversibel dan (b) adiabatis dan reversibel. Setelah
menentukan keadaan akhir gas setelah ekspansi adiabatis reversibel, tunjukkan bahwa
perubahan dalam U proses tidak tergantung pada jalan yang diambil di antara keadaan
awal dan akhir dengan menganggap bahwa proses dilakukan secara :
(i) Proses isotermal diikuti proses volume konstan
(ii) Proses volume konstan diikuti proses isotermal
(iii) Proses isotermal diikuti proses tekanan konstan
(iv) Proses volume konstan diikuti proses tekanan konstan
(v) Proses tekanan konstan diikuti proses volume konstan
Ukuran sistem harus dihitung terlebih dulu. Berdasarkan kondisi awal sistem (titik a
pada gambar 1.3)

isoterm isoterm
298 1191
10 a g

isoterm
tekanan

119

d
isoterm
e
30
1 f c b

h i j

10 40 100
Volume

Gambar 1.3

n = jumlah mol = PaVa/(RTa) = 10 x 10/(0,0821 x 298) = 4,09

11
(a) Ekspansi isothermal reversible.
Keadaan dari gas berpindah dari a ke b sepanjang garis isotherm 298. Sepanjang
garis isotherm tersebut, harga PV selalu konstan,
Vb = PaVa/Pb = 10 x 10/1 = 100 liter
Untuk gas ideal yang mengalami proses isothermal, U = 0, dan oleh karena itu
dari Hukum I Termodinamika,
b bdV 100
w q PdV nRT 4,09x8,314 4x298x2,30 3log Joule
a a V 10
= 23,34 Joule
Sehingga ketika berpindah dari keadaan a ke keadaan b sepanjang garis isotherm
298o K, system melakukan kerja sebesar 23,34 kJ dan menyerap panas 23,34 kJ
dari lingkungan yang bersuhu konstan.
Karena untuk gas ideal, H hanya merupakan fungsi suhu, sehingga
H(a b) = 0, yaitu :
H(a b) = U(a b) + (PbVb PaVa) = (PbVb PaVa)
= nRTb nRTa = nR(Tb Ta) = 0
(b) Ekspansi adiabatis reversibel
Jika ekspansi adiabatis dilakukan secara reversibel, maka selama proses,
keadaan sistem setiap saat dinyatakan dengan persamaan PV = konstan, dan
keadaan akhir sistem berada di titik c pada diagram. Volume V c diperoleh dari
PaVa = PcVc sebagai :
Vc = (10 x 105/3)3/5 = 40 liter
PcVc 1x 40
dan Tc 119O K
nR 4,09 x0,0821
Sehingga titik c berada pada garis isoterm 119 o K. Karena proses adiabatis, q =
0, sehingga :
c
U ( ac ) w ncV dT ncV (Tc Ta )
a

= 4,09 x 1,5 x 8,3144 x (119 298) Joule


= - 9,13 kJ
Kerja yang dilakukan sistem sebagai hasil dari proses sama dengan penurunan
energi dalam = 9,13 kJ

12
(i) Proses isotermal diikuti proses volume konstan
(jalan proses adalah a e c, yaitu perubahan isotermal dari a ke e
diikuti perubahan volume dari e ke c)
U(a e) = 0 karena merupakan perubahan isotermal
U(e c) = qv (V = 0 dan maka w = 0)
c
= nc
e
V dT dan karena titik e berada pada garis isoterm 298o K :

U(e c) = 4,09 x 1,5 x 8,3144 x (119 298) Joule = -9,13 kJ sehingga


U(a c) = U(a e) + U(e c) = -9,13 kJ
(ii) Proses volume konstan diikuti dengan proses isotermal
(jalan proses adalah a d c, yaitu perubahan pada volume konstan
dari a ke d, diikuti perubahan isotermal dari d ke c)
U(a d) = qv (V = 0 maka w = 0)
d
=
a
ncV dT dan karena titik d berada pada garis isoterm 119o K :

U(a d) = 4,09 x 1,5 x 8,3144 x (119 298) Joule = -9,13 kJ sehingga


U(a d) = 0 karena merupakan proses isotermal, sehingga
U(a c) = U(a d) + U(d c) = -9,13 kJ
(iii) Proses isotermal diikuti proses tekanan konstan
(jalan proses adalah a b c, yaitu perubahan volume isotermal dari a
ke b, diikuti perubahan pada tekanan konstan dari b ke c)
U(a b) = 0 karena merupakan proses isotermal
U(b c) = qp w dan karena Pb = Pc maka w = Pb(Vc Vb)
c
= ncb
P dT Pb (Vc Vb )

Karena cV = 1,5R dan cP cV = R, maka cP = 2,5R dan karena 1 liter


atmosfer sama dengan 101,3 Joule,
U(b c) =[4,09 x 2,5 x 8,3144 x (119 298)] [1 x (40 100) x 101,3] J
= - 15,218 + 6,078 = -9,14 kJ, maka
U(a c) = U(a b) + U(b c) = -9,14 kJ
(iv) Proses volume konstan diikuti dengan proses tekanan konstan
(jalan proses adalah a f c, yaitu perubahan pada volume konstan
dari a ke f, diikuti perubahan pada tekanan konstan dari f ke c)

13
U(a f) = qv (Va = Vf maka w = 0)
f
=
a
ncV dT

Dari hukum gas ideal :


Pf V f 1x10
Tf 30O K
nR 4,09 x0,0821
Titik f berada pada garis isoterm 30o K. Maka

U(a f) = 4,09 x 1,5 x 8,3144 x (30 298) Joule = - 13,67 kJ


U(f c) = qp w
c
= ncf
P dT Pf (Vc V f )

= [4,09 x 2,5 x 8,3144 x (119 30)] [1 x (40 10) x 101,3] J


= + 7,566 3,039 kJ
Jadi U(a c) = U(a f) + U(f c) = - 13,67 + 7,566 3,039
= - 9,143 kJ
(v) Proses tekanan konstan diikuti proses volume konstan
(jalan proses adalah a g c, yaitu perubahan pada tekanan konstan
dari a ke g, diikuti perubahan pada volume konstan dari g ke c)
U(a g) = qp w
Dari hukum gas ideal :
PgVg 10 x 40
Tg 1191O K
nR 4,09 x0,0821
Titik g berada pada garis isoterm 1191o K. Maka
U(a g) = [4,09x2,5x8,3144x(1191 298)] [10x(40 10)x101,3] J
= 75,918 30,39 kJ
U(g c) = 4,09 x 1,5 x 8,3144 x (119 1191) Joule = - 54,681 kJ
Jadi U(a c) = U(a g) + U(g c) = 75,918 30,39 54,681
= - 9,153 kJ
Nilai dari U(a c) terlihat tidak tergantung pada jalan yang diambil
proses dari keadaan a ke c.
Perubahan enthalpy dari a ke c.

14
Perubahan enthalpy paling mudah dihitung berdasarkan jalan proses yang melibatkan
bagian isotermal di mana H = 0 dan bagian isobaris di mana H = qp = ncpdT.
Sebagai contoh, misal garis a b c,
H(a b) = 0
H(b c) = qp = ncp(Tc Tb) = 4,09 x 2,5 x 8,3144 x (119 298) Joule = - 15,218 kJ
dan maka H(a c) = - 15,218 kJ atau alternatif lain :
H(a c) = U(a c) + (PcVc PaVa)
= - 9,14 kJ + [(1 x 40 10 x 10) x 101,3] Joule = - 9,14 6,078 = - 15,218 kJ
Pada masing masing jalan (i) sampai (v) efek panas dan kerja berbeda, meskipun
dalam setiap kasus, perbedaan q w = -9,14 kJ. Dalam hal proses adiabatis reversibel, q
= 0 maka w = +9,14 kJ. Jika proses (i) ke (v) dilakukan secara reversibel, maka
Untuk jalan (i) q = - 9,14 + area aeih
Untuk jalan (ii) q = - 9,14 + area dcih
Untuk jalan (iii) q = - 9,14 + area abjh area cbji
Untuk jalan (iv) q = - 9,14 + area fcih
Untuk jalan (v) q = - 9,14 + area agih

1.9 Termokimia dan Penerapannya dalam Metalurgi


Termokimia mempelajari efek efek panas yang menyertai reaksi kimia, pembentukan
larutan dan perubahan fase dari zat seperti peleburan, penguapan, dan proses proses
kimia fisika yang lain.

1. Panas Reaksi
Panas reaksi adalah panas yang dikeluarkan atau diserap bila reaktan - reaktan
bereaksi sempurna menjadi produk produk. Panas reaksi dapat dinyatakan
dalam per mol reaktan atau per mol produk.
2. Panas Pembentukan
Panas pembentukan per mol dari suatu senyawa adalah panas yang dikeluarkan
atau diserap (yaitu perubahan enthalpy) bila satu mol senyawa dibentuk dari
unsur unsur penyusunnya. Harganya tergantung pada suhu, tekanan dan
keadaan kimiawi dari reaktan dan produk, dan oleh karena itu biasanya panas
pembentukan dinyatakan sebagai panas pembentukan standard.

15
Panas pembentukan senyawa dari unsur unsur penyusunnya dalam keadaan
standardnya disebut panas pembentukan standard. Keadaan standard dari suatu
unsur adalah bentuk yang paling stabil di bawah kondisi suhu dan tekanan yang
dipilih. Jadi, keadaan standard yang paling umum dari solid, liquid dan gas pada
suhu tertentu adalah sebagai berikut :
Solid : bentuk yang paling stabil pada 1 atm
Liquid : bentuk yang paling stabil pada 1 atm
Gas : pada 1 atm
Panas pembentukan standard dari senyawa umumnya ditabelkan pada suhu 25 o
C. Untuk suatu senyawa, misalkan MO pada 25 o C, dinotasikan sebagai
Ho298,MO. Dan sebagai suatu konvensi, panas pembentukan standar dari suatu
unsur sama dengan nol.
3. Panas Pembakaran
Panas pembakaran suatu zat adalah perubahan enthalpy bila satu mol zat dibakar
sempurna dengan oksigen
4. Panas Pelarutan
Bila satu mol zat dilarutkan dalam zat yang lain maka akan ada perubahan
enthalpy. Ini disebut panas pelarutan dan tergantung pada konsentrasi larutan.

Contoh soal 2
Hitunglah panas reaksi standard pada 25o C dan 1 atm dari :
3<FeO> + 2<Al> = <Al2O3> + 3<Fe>
Berdasarkan per mol Al2O3 yang terbentuk, per mol Fe yang terbentuk, per mol FeO
yang bereaksi, per mol Al yang terbentuk dan per gram Fe yang terbentuk.
Diberikan data data sbb :
Ho298,<FeO> = -63,3 kcal/mol (- 264,84 kJ/mol)
Ho298,<Al2O3 > = -400 kcal/mol (- 1673,6 kJ/mol)
Berat molekul Fe = 56
Penyelesaian :
3<FeO> + 2<Al> = <Al2O3> + 3<Fe> (a)
Panas reaksi standard dari reaksi (a) pada 25o C dan 1 atm, Ho298,(a) dapat dituliskan
sebagai berikut :

16
Ho298,(a) = Ho298,produk Ho298,reaktan
= Ho298, <Al2O3> + 3 Ho298, <Fe> - 3 Ho298, <FeO> - 2 Ho298, <Al>
Karena kandungan panas standard dari suatu unsur adalah nol dan kandungan panas
standar senyawa sama dengan panas pembentukan standarnya, maka :
Ho298,(a) = Ho298, <Al2O3> - 3 Ho298, <FeO> = - 400 (3 x 63,3) = - 210,1 kkal.
Jadi panas reaksi standard dari reaksi (a) adalah 210,1 kkal. Dengan kata lain, bila 3
mol FeO solid bereaksi dengan 2 mol Al solid pada 25 o C dan tekanan 1 atm, untuk
membentuk 1 mol Al2O3 solid dan 3 mol Fe solid pada 25o C dan tekanan 1 atm, maka
panas reaksinya adalah 210,1 kkal/mol Al2O3 yang terbentuk. Karena terbentuk 3 mol
Fe maka panas reaksinya adalah 210,1/3 kkal = - 70,03 kkal/mol Fe yang terbentuk.
Dengan cara yang sama diperoleh, panas reaksi = - 70,03 kkal/mol FeO yang bereaksi
dan 105,05 kkal/mol Al yang bereaksi.
Untuk menghitung panas reaksi per gram Fe yang terbentuk, panas reaksi per mol Fe
yang terbentuk dibagi berat atomnya. Sehingga panas reaksinya = - 70,03/56 = -1,255
kkal/gram Fe yang terbentuk.

1.10. Hukum Hess


Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan kandungan panas pada suatu reaksi kimia
adalah sama baik terjadi dalam satu tahap atau beberapa tahap, asalkan suhu, tekanan
dan volumenya tetap konstan. Contoh berikut menggambarkan penerapaan Hukum Hess
dalam menghitung panas pembentukan standard dari WO3.

Contoh Soal 3
Hitunglah panas pembentukan standard dari WO3 dari W solid dan gas O2 pada 25oC
dan tekanan 1 atm :
<W> + (O2) = <WO2> ; Ho 298 = - 134 kkal (- 560,66 kJ)
3<WO2> +(O2) = <W3O8> ; Ho 298 = - 131,5 kkal (- 550,20 kJ)
<W3O8> + (O2) = 3<WO3> ; Ho 298 = - 66,5 kkal (- 278,24 kJ)
Penyelesaian :
Soal ini membahas mengenai perhitungan panas standard dari reaksi berikut pada 25 oC
dan tekanan 1 atm :
<W> + 3/2(O2) = <WO3> (b)

17
Reaksi (b) dapat dianggap terjadi dari reaksi reaksi berikut :
3<W> + 3(O2) = 3<WO2> (b.1)
3<WO2> +(O2) = <W3O8> (b.2)
<W3O8> + (O2) = 3<WO3> (b.3)
Dengan menjumlahkan (b.1), (b.2), dan (b.3), kita akan mendapatkan :
3<W> + 9/2(O2) = 3<WO3> (b.4)
Menurut Hukum Hess,
Ho298,(b.4) = Ho298,(b.1) + Ho298,(b.2) + Ho298, (b.3)
= (3 x 134) + (-131,5) + (-66,5) = -600 kkal
Bila panas reaksi dari persamaan (b.4) dibagi 3, kita akan memperoleh panas reaksi
seperti dalam persamaan (b). Jadi :
Ho298,(b) = - 200 kkal
Sehingga panas pembentukan standar dari WO3 solid pada 25oC dan tekanan 1 atm :
- 200 kkal/mol.

1.11. Variasi Perubahan Enthalpy terhadap Suhu


Perubahan enthalpy standard dari suatu reaksi dapat dihitung dengan mudah pada 25 oC
dari data yang telah tersedia. Namun kinetika dari kebanyakan reaksi pada suhu 25oC
tidaklah cukup cepat untuk perubahan yang sempurna dalam jangka waktu tertentu.
Oleh karena itu perlu untuk mengetahui perubahan enthalpy reaksi pada suhu yang lebih
tinggi. Untuk reaksi kimia yang terjadi pada tekanan konstan, kita mempunyai :
d (H o )
C P
dT
Bila persamaan di atas diintegrasikan antara harga harga HoT1 dan HoT2 pada T1 dan
T2 K, kita memperoleh :
H OT2 T2
H O
T1
d (H O ) C P dT
T1

T2
H O T2 H O T1 C P dT
T1
T2
H O T2 H O T1 C P dT (1.11)
T1
T2

H O T2 H O T1 C P , produk C P , reaktan dT
T1

18
Jadi jika perubahan enthalpy standard pada suatu reaksi pada suhu tertentu, persamaan
(1.11) di atas dapat digunakan untuk menghitung perubahan enthalpy standard pada
suhu lain seperti yang akan digambarkan pada contoh berikut :

Contoh Soal 4:
Hitunglah panas pembentukan standard PbO dari Pb dan O2 pada 227O C (500 K) dari
data sebagai berikut :
Ho298,<PbO> = - 52,4 kkal/mol (- 219,24 kJ/mol)
cP,<PbO> = 10,6 + 4 x 10-3 T kal/derajat/mol (44,35 + 16,74 x 10-3 T J/K/mol)
cP,<Pb> = 5,63 + 2,33 x 10-3 T kal/derajat/mol (23,56 + 9,75 x 10-3 T J/K/mol)
cP,<O2> = 7,16 + 1 x 10-3 T 0,4 x 105 T-2 kal/derajat/mol (29,96 + 4,184 x 10-3 T
1,67 x 105T-2 J/K/mol)
Penyelesaian : Untuk reaksi :
<Pb> + (O2) = <PbO> (c)
Ho298,(c) = - 52.400 kal
Dengan menggunakan persamaan (1.11) kita memperoleh :

H O 500,( c ) H O 298( c ) C , C , dT
500

298
P produk P reaktan

C , dT
500
H O 500,( c ) H O
298( c ) C , 1 / 2C
P PbO P Pb P ,( O2 )
298

52.400 (10,6 4 x10 T ) (5,63 2,33x10 T ) 1 / 2(7,16 1x10


500
3 3 3
H O 500,( c ) T 0,4 x10 5 T 2 ) dT
298

52.400 (1,39 1,17 x10 T 0,2 x10 T )dT


500
3 2
H O 500,( c ) 5
298

1,17 x10 3 1 1
H O
500,( c ) 52.400 1,39(500 298) (500 2 298 2 ) 0,2 x10 5 ( )
2 500 298
H O 500,( c ) 51.998kal

Perubahan enthalpy standard dari reaksi (c) pada 227 o C adalah 51.998 kal. Dengan
kata lain, panas pembentukan standard dari PbO pada 227o C adalah 51.998 kal/mol.

Contoh Soal 5:
Hitunglah panas pembentukan standard PbO solid dari Pb liquid dan gas O2 pada 527o
C (800 K). Titik lebur timbal adalah 327o C (600 K) dan panas latent peleburannya
adalah 1,15 kkal/mol (4,81 kJ/mol). Kapasitas panas molar pada tekanan konstan dari

19
Pb liquid, Cp,Pb adalah 7,75 0,74x10-3 T kal/der/mol (32,43 3,1x10-3 T J/K/mol).
Gunakan data lain yang telah diberikan pada contoh sebelumnya.
Penyelesaian :
Untuk menghitung perubahan enthalpy standard dari reaksi :
<Pb> + (O2) = <PbO> (d)
pada 527o C (800 K) dapat dilakukan melalui tahap tahap sebagai berikut :
600 800
H O 800 H O 298 C P dT H O f ,600 C P dT
298 600

T4 = 800 K

800

H O
f
600
C P dT
T2 = 600 K
600
H O 298 C P dT T3 = 600 K
298

T1 = 298 K

Perhitungan panas reaksi pembentukan PbO pada suhu 800 K meliputi perubahan
enthalpy karena kenaikan suhu dari 298 K sampai 600 K, perubahan enthalpy karena
perubahan fase pada 600 K dan perubahan enthalpy karena kenaikan suhu dari 600 K
sampai 800 K.

298
600
C P ,( d ) C , C , 1 / 2C dT
600

298
P PbO P Pb P , ( O2 )

(10,6 4 x10 T ) (5,63 2,33x10 T ) 1 / 2(7,16 1x10


600 600

3 3 3
C P ,( d ) T 0,4 x10 5 T 2 ) dT
298 298

(1,39 1,17 x10 T 0,2 x10 T )dT


600 600

3 2
C P ,( d ) 5
298 298

600 1,17 x10 3 1 1


298
C P ,( d ) 1,39(600 298)
2
(600 2 298 2 ) 0,2 x10 5 (
600 298
)
600
298
C P ,( d ) 612,2kalori

Hof,600 = - 1.150 kalori

C
800 800
C P ,( d ) ,
P PbO C P , Pb 1 / 2C P ,( O2 ) dT
600 600

(10,6 4 x10
800 800
3
C P ,( d ) T ) (7,75 0,74 x10 3 T ) 1 / 2(7,16 1x10 3 T 0,4 x105 T 2 ) dT
600 600

(0,73 4,24 x10


800 800
3
C P ,( d ) T 0,2 x105 T 2 ) dT
600 600
3
4,24 x10 1 1

800
C P ,( d ) 0,73(800 600) (800 2 600 2 ) 0,2 x105 ( )
600 2 800 600

800
C P ,( d ) 455,93kalori
600

20
Ho800 = - 52.400 + 612,2 1.150 + 455,93 = - 52.482 kalori

1.12. Suhu Reaksi Maksimum : Suhu Nyala


Untuk melakukan reaksi dalam kondisi adiabatis, di mana tidak ada panas
masuk atau keluar sistem, adalah hal yang memungkinkan. Untuk tekanan konstan, hal
ini berarti bahwa perubahan enthalpy sama dengan nol. Dalam kondisi seperti ini, suhu
dari sistem akan berubah, sehingga produk akan berada pada suhu yang berbeda dengan
reaktannya. Bila perubahan enthalpy positif, yaitu panas diserap oleh sistem, maka
suhu dari sistem adiabatis akan turun. Bila perubahan enthalpy negatif, maka suhu akan
naik selama reaksi. Dari informasi mengenai panas reaksi dan variasi dari kapasitas
panas reaktan dan produk terhadap suhu, maka suhu akhir sistem dapat dihitung.
Perhitungan ini berguna untuk menghitung suhu nyala maksimum yang berhubungan
dengan pembakaran bahan bakar.
Tm
q C p , produkdT (1.12)
298

Bila q diketahui maka Tm dapat diketahui pula.

Contoh Soal 6 :
Pembakaran bahan bakar acetylene dengan nitrous oksida pada 25o C (298 K)
digunakan secara luas dalam spektrofotometri emisi nyala. Hitunglah suhu maksimum
yang diperoleh jika reaksi :
(C2H2) + 3(N2O) = 2(CO) + (H2O) + 3(N2)
Diasumsikan bahwa air tidak terdisosiasi.
Diberikan :
Ho298, (C2H2) = 54,23 kkal/mol (226,9 kJ/mol)
Ho298, (N2O) = 19,7 kkal/mol (82,42 kJ/mol)
Ho298, (CO) = - 26,42 kkal/mol (- 110,54 kJ/mol)
Ho298, (H2O) = - 57,8 kkal/mol (- 241,84 kJ/mol)
CP,(CO) = 6,8 + 1 x 10-3T 0,11 x 105 T-2 kal/der/mol
(28,45 + 4,184 x 10-3T - 0,46 x 105T-2 J/K/mol)
CP,(H2O) = 7,17 + 2,56 x 10-3T + 0,08 x 105 T-2 kal/der/mol
(30 + 10,71 x 10-3T+ 0,33 x 105T-2 J/K/mol)

21
CP,(N2) = 6,5 + 1 x 10-3T kal/der/mol
(27,2 + 4,184 x 10-3T J/K/mol)
Penyelesaian :
Langkah pertama adalah menghitung perubahan enthalpy standard pada 25 oC dari reaksi
(C2H2) + 3(N2O) = 2(CO) + (H2O) + 3(N2) (e)

Ho298, (e) = 2Ho298, (CO) + Ho298, (H2O) - Ho298, (C2H2) - 3Ho298, (N2O)
= (2 x -26,42) + (-57,8) (54,23) (3 x 19,7) = -223, 97 kkal
Dengan kata lain, panas sejumlah 223,97 kkal dikeluarkan selama reaksi (e), yang
digunakan untuk memanaskan 2 mol CO, 1 mol H2O dan 3 mol N2 dari 25o C ke suhu
akhir maksimum, misalkan Tm. Dari persamaan (2.12) diperoleh :
Tm
Panas yang dikeluarkan =
298
C P , produkdT atau

2C
Tm
223970 = P ,( CO) C P ,( H 2O ) 3C P ,( N2 ) dT
298

298
Tm
13,6 2x10 3

T 0,22 x105 T 2 7,17 2,56 x10-3 T 0,08x105 T - 2 19,5 3x10 3 T dT

298
Tm
40,27 7,56x10 3
T 0,14 x10 T dT 40,27T 3,78x10
5 2 3
T 2 0,14 x105 T 1
Tm
298


40,27(Tm 298) 3,78x10 3 (Tm 2982 ) 0,14 x105 (Tm 2981 )
2 1

= 3,78 x 10-3 Tm2 + 40,27Tm + 0,14 x 105 Tm-1 12383
Dengan mengabaikan suku Tm-1, kita memperoleh
223970 = 3,78 x 10-3 Tm2 + 40,27Tm 12383 atau
3,78 x 10-3 Tm2 + 40,27Tm + 0,14 x 105 Tm-1 236353 = 0
Penyelesaian persamaan di atas dan dengan mengabaikan harga negatif, maka
Tm = 4207 K = 3934o C
Jadi suhu maksimum yang dapat dicapai adalah 3934o C.

SOAL SOAL
1. Sejumlah gas ideal mempunyai volume 10 liter pada 10 atm dan 100 o K.
Hitunglah (1) volume akhir sistem (2) kerja yang dilakukan sistem (3) panas
yang masuk atau keluar sistem dan (4) perubahan energi dalam dan enthalpy
sistem bila sistem mengalami :
a. ekspansi isotermal reversibel ke 1 atm

22
b. ekspansi adiabatis reversibel ke 1 atm
Untuk gas, kapasitas panas molar cV = 1,5R
2. Suatu sistem terdiri dari 7,14 gram gas Ne pada 0 o C dan 1 atm. Bila 2025 J
panas ditambahkan ke dalam sistem pada tekanan konstan, resultan ekspansi
menyebabkan sistem untuk melakukan kerja sebesar 810 J. Hitunglah (a) kondisi
awal (b) kondisi akhir (c) U dan H proses, dan (d) cP dan cV. Berat molekul
Ne adalah 20 gram/mol dan dapat diasumsikan bahwa Ne berlaku sebagai gas
ideal.
3. Suatu sistem terdiri dari 1 mol gas ideal pada 0 o C dan 1 atm. Sistem tersebut
akan dikenai proses proses sebagai berikut yang masing masing dilakukan
secara reversibel :
a. Kenaikan volume 10 kali lipat pada suhu konstan
b. Lalu kenaikan adiabatis dari tekanan 100 kali lipat
c. Lalu kembali ke keadaan semula sepanjang garis lurus pada diagram PV
Hitunglah kerja yang dilakukan sistem pada langkah (c) dan panas total yang
ditambahkan atau dikeluarkan dari sistem sebagai hasil proses siklis.
4. Satu mol gas ideal pada 25o C dan 1 atm mengalami proses yang dilakukan
secara reversibel sebagai berikut :
a. Ekspansi isotermal ke 0,5 atm, diikuti dengan
b. Ekspansi isobaris ke 100o C, diikuti dengan
c. Kompresi isotermal ke 1 atm, diikuti dengan
d. Kompresi isobaris ke 25o C
Kemudian sistem mengalami proses siklis :
a. Ekspansi isobaris ke 100o C, diikuti oleh
b. Kenaikan tekanan pada volume konstan ke P atm, diikuti dengan
c. Kompresi isobaris pada P atm ke 24,46 liter, diikuti dengan
d. Penurunan tekanan pada volume konstan ke 1 atm
Hitunglah nilai P yang menyebabkan kerja yang dilakukan terhadap gas pada
siklus pertama sama dengan kerja yang dilakukan oleh gas pada siklus kedua.
5. Perubahan perubahan enthalpy untuk reaksi reaksi berikut adalah :
2B + 3H2 + 3O2 + aq. = 2H3BO3 (larutan encer)
Ho298 = - 512,8 kkal (- 2.146,6 kJ)

23
B2O3 + 3H2O (l) + aq. = 2H3BO3 (larutan encer)
Ho298 = - 4,12 kkal (- 17,24 kJ)
H2 + O2 = H2O (l)
Ho298 = - 68,73 kkal (- 287,57 kJ)
Hitunglah panas pembentukan standard dari B2O3 sebagai per mol B2O3 dan per
gram B2O3. Berat atom dari B dan O adalah 10,82 dan 16.
6. Kalsium karbida dianggap sebagai suatu bahan bakar yang potensial dalam suatu
konverter berbasis oksigen dan diharapkan akan terbakar menjadi CaO dan CO
atau CO2 tergantung pada kondisi kondisi tertentu. Jika panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu rongsokan baja (steel scrap) sampai 1600o C (1873 K)
adalah 333 kkal/kg (1.393,27 kJ/kg) rongsokan baja, hitunglah berapa kg
rongsokan baja yang dapat dinaikkan suhunya per 1000 kg CaC2, bila :
(i) semua CaC2 dikonsumsi untuk membentuk CO
(ii) semua CaC2 dikonsumsi untuk membentuk CO2 dan
(iii) 60% CaC2 digunakan untuk membentuk CO2 dan sisanya
untuk membentuk CO
Diasumsikan bahwa reaksi terjadi pada 25o C (298 K).
Diberikan :
(i) Ho298,CaC2 = - 14,1 kkal/mol (- 58,99 kJ/mol)
(ii) Ho298,CaO = - 151,8 kkal/mol (- 635,13 kJ/mol)
(iii) Ho298,CO = - 26,42 kkal/mol (- 110,54 kJ/mol)
(iv) Ho298,CO2 = - 94,05 kkal/mol (- 393,5 kJ/mol)
(v) Berat atom Ca dan C adalah 40 dan 12
7. Fe2O3, PbO, dan Cu2O yang berada pada bijih timah panggang bereaksi selama
pelelehan (leaching) dengan 1,11 M HCl (= HCl (50 H2O)) pada 25o C (298 K),
menurut reaksi berikut,
Fe2O3 + 6HCl(50 H2O) = 2FeCl3(150 H2O) + 3 H2O,
PbO + 2HCl(50 H2O) = PbCl2(100 H2O) + H2O ,
Cu2O + 2HCl(50 H2O) = 2CuCl (50 H2O) + H2O.
Hitunglah panas selama proses pelelehan pada 25o C (298 K) per 100 kg bijih,
dengan mengasumsikan bahwa SiO2 dan SnO2 yang berada dalam bijih tidak
terpengaruh selama proses pelelehan.

24
Diberikan :
(i) Komposisi bijih timah panggang : 10% Fe2O3, 5% PbO, 5%
Cu2O, 15% SiO2 dan sisanya SnO2
(ii) Panas pembentukan standard dari Fe2O3, Cu2O, PbO, FeCl3(150
H2O), CuCl(50 H2O), PbCl2(100 H2O), H2O, HCl(50 H2O) pada
25o C adalah 196,3 ; - 40 ; - 52,4 ; - 92; -30,9 ; - 83,2 ; -68,32 ;
dan 17,4 kkal/mol
8. Reduksi dari oksida besi dalam tungku (blast furnace) terjadi berdasarkan reaksi
sebagai berikut :
3Fe2O3 + CO = 2Fe3O4 + CO2;
Ho298 = -12,7 kkal (- 53,1 kJ)
Fe3O4 + CO = 3FeO + CO2;
Ho298 = +9,8 kkal (+41 kJ)
FeO + CO = Fe + CO2;
Ho298 = -4,4 kkal (- 18,4 kJ)
Hitunglah Ho298 untuk reaksi : Fe2O3 + 3CO = 2Fe + 3CO2
9. Hitunglah panas reaksi dari proses Hall Heroult,
Al2O3 + 3C = 3CO + 2Al
pada 25o C (298 K) dari data data sbb :
2Al + 3/2 O2 = Al2O3;
Ho298 = - 7.400 kalori (- 30.962 J) per gram Al yang bereaksi
C + O2 = CO;
Ho298 = - 2.250 kalori (- 9.414 J) per gram C yang bereaksi
Berat atom Al dan C adalah 27 dan 12.
10. Hitunglah (a) enthalpy NiO pada 727o C (1000 K) (b) panas yang diperlukan
untuk menaikkan suhu 1 mol NiO dari 25o C (298 K) sampai 727o C (1000 K)
Diberikan : Ho298,NiO = - 57,5 kkal/mol (- 240,6 kJ/mol)
CP,NiO = 12,91 kal/der/mol (54,01 J/K/mol)
11. Hitunglah panas reaksi dari klorinasi zirkonium oksida pada 25o C (298 K) dan
777o C (1050 K), berdasarkan reaksi sbb :
ZrO2 + 2Cl2 + C = ZrCl4 + CO2
Diberikan : Untuk

25
ZrCl4 : Ho298 = - 234,7 kkal/mol (- 981,98 kJ/mol)
CP = 31,922,91x105T-2 kal/der/mol(133,5512,18 x105 T-2 J/K/mol)
CO2 : Ho298 = - 94,05 kkal/mol (- 393,5 kJ/mol)
CP = 10,55+2,16x10-3T-2,05x105T-2 kal/der/mol (44,14+9,04x10-3T -
8,58x105 T-2 J/K/mol)
ZrO2 : Ho298 = - 259,5 kkal/mol (- 1.085,75 kJ/mol)
CP = 16,64+1,8x10-3T-3,36x105T-2 kal/der/mol (69,62+7,53x10-3T
14,06x105 T-2 J/K/mol)
Cl2 : CP = 8,82-0,06x10-3T-0,68x105T-2 kal/der/mol (36,9-0,25x10-3T
2,85x105 T-2 J/K/mol)
C : CP = 4,1+1,02x10-3T-2,1x105T-2 kal/der/mol (17,15+4,27x10-3T
8,79x105 T-2 J/K/mol)
12. Kapasitas panas molar rata rata pada tekanan konstan dari hidrogen, oksigen
dan uap air pada kisaran suhu dari 25o C (298 K) sampai 100o C (373 K) masing
masing adalah 6,92 ; 7,04 dan 8,03 kal/der/mol (28,95 ; 29,46 ; dan 33,6
J/K/mol), Hitunglah panas pembentukan uap air pada 100 o C (373 K), jika
Ho298 air = - 57,8 kkal/mol (- 241,84 kJ/mol)
13. Pada pemanggangan zinc sulfida, terjadi reaksi :
2 ZnS + 3O2 = 2ZnO + 2SO2
Dengan bantuan data berikut, hitunglah panas reaksi standard pada 25 o C (298
K) dan 827o C (1100 K): Untuk
ZnS : Ho298 = - 48,2 kkal/mol (- 201,67 kJ/mol)
CP = 12,16 + 1,24 x 10-3T 1,36 x 105 T-2 kal/der/mol
(50,88 + 5,19 x 10-3T 5,69 x 105 T-2 J/K/mol)
O2 : CP = 7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105 T-2 kal/der/mol
(29,96 + 4,184 x 10-3T 1,67 x 105 T-2 J/K/mol)
ZnO : Ho298 = - 83,2 kkal/mol (- 348,11 kJ/mol)
CP = 11,17 + 1,22 x 10-3T 2,18 x 105 T-2 kal/der/mol
(48,99 + 5,1 x 10-3T 9,12 x 105 T-2 J/K/mol)
SO2 : Ho298 = - 70,95 kkal/mol (- 296,85 kJ/mol)
CP = 10,38 + 2,54 x 10-3T 1,42 x 105 T-2 kal/der/mol
(43,43 + 10,63 x 10-3T 5,94 x 105 T-2 J/K/mol)

26
14. Tentukan rumus umum untuk panas dari reaksi berikut dinyatakan dalam suhu :
ZnO + C = Zn + CO
Diberikan untuk:
ZnO : Ho298 = - 83,2 kkal/mol (- 348,11 kJ/mol)
CP = 11,17 + 1,22 x 10-3T 2,18 x 105 T-2 kal/der/mol
(48,99 + 5,1 x 10-3T 9,12 x 105 T-2 J/K/mol)
C : CP = 4,1+1,02x10-3T-2,1x105T-2 kal/der/mol
(17,15+4,27x10-3T 8,79x105 T-2 J/K/mol)
Zn : CP = 5,35 + 2,4 x 10-3T kal/der/mol
(22,38 +10,04 x 10-3T J/K/mol)
CO : Ho298 = - 26,4 kkal/mol (- 110,46 kJ/mol)
CP = 6,8 + 1 x 10-3T 0,11 x 105 T-2 kal/der/mol
(28,45 + 4,184 x 10-3T 0,46 x 105 T-2 J/K/mol)
15. Di dalam penelitian mengenai property thermodinamika dari - mangan,
diperoleh data data mengenai kandungan panasnya sbb :
Ho700 - Ho298 = 2895 kal/g atom (12133 J/g atom)
Ho1000 - Ho298 = 5450 kal/g atom (22803 J/g atom)
Dapatkan persamaan yang sesuai untuk (HoT Ho298) dan juga CP sebagai fungsi
suhu dalam bentuk (a + bT). Asumsikan bahwa tidak ada perubahan struktur
yang terjadi dalam kisaran suhu tersebut.
16. Hitunglah panas penguapan dari perak liquid pada 1000o C (1273 K) dan panas
peleburan perak solid pada 900o C (1173 K).
Diberikan : CP,<Ag> = 5 kal/der/mol (20,92 J/K/mol)
CP,{Ag} = 7,3 kal/der/mol (30,54 J/K/mol)
CP,(Ag) = 5 kal/der/mol (20,92 J/K/mol)
Panas peleburan Ag pada 961oC (1234 K) = 2,69 kkal/mol (11,25 kJ/mol)
Panas penguapan Ag pada 2200oC (2473 K) = 60 kkal/mol (251 kJ/mol)
Titik didih dan titik lebur Ag adalah 2200oC (2473 K) dan 961oC (1234 K).
17. ZnO murni direduksi oleh sejumlah stoikhiometris karbon dalam suatu tabung
pada 25o C (298 K). Produk meninggalkan tabung pada 907o C (1180 K) :
ZnO(s,25oC) + C(grafit, 25o C) = Zn(g, 907o C, 1 atm) + CO(g, 907o C, 1 atm)

27
Hitunglah jumlah panas per kg seng yang diproduksi, yang harus dialirkan ke
dalam tabung agar reaksi sempurna.
Diberikan :
(i) Panas pembentukan standard ZnO dan CO pada 25o C (298 K) adalah
83,2 kkal/mol (-348,11 kJ/mol) dan -26,42 kkal/mol (-110,54 kJ/mol)
(ii) Panas peleburan seng pada titik leburnya (420o C) = 1,74 kkal/mol (7,28
kJ/mol)
(iii) Panas penguapan seng pada titik didihnya (907 o C) = 27,3 kkal/mol
(114,22 kJ/mol)
(iv) Kapasitas panas molar seng pada tekanan konstan = 5,35 + 2,4 x 10-3 T
(kal/der/mol) dalam kisaran suhu 25o 420o C (298 693 K) dan = 7,75
kal/der/mol (32,43 J/K/mol) dalam kisaran suhu 420 o 927o C (693
1200 K)
(v) Kapasitas panas molar CO pada tekanan konstan = 6,8 + 0,98 x 10-3T
0,11 x 105 T-2 kal/der/mol (28,45 + 4,1 x 10-3T 0,46 x 105 T-2 J/K/mol)
dalam kisaran suhu 25o 2227o C (298 2500 K)
(vi) Berat atom seng = 65,38
18. Hitunglah perubahan enthalpy dari reaksi berikut pada 1097 o C(1370 K) :
{Cu} + (Cl2) = {CuCl}
Diberikan :
(i) Panas pembentukan standard CuCl pada 25o C (298 K) = - 32,2 kkal/mol
(-134,72 kJ/mol)
(ii) Panas peleburan Cu dan CuCl adalah 3,1 kkal/mol (12,97 kJ/mol) dan
2,45 kkal/mol (10,25 kJ/mol)
(iii) Titik lebur Cu dan CuCl adalah 1083o C (1356 K) dan 430o C (703 K)
(iv) Kapasitas panas molar Cu pada tekanan konstan = 5,41 + 1,5 x 10-3T
kal/der/mol (22,64 + 6,28 x 10-3T J/K/mol) dalam kisaran suhu dari 25oC
titik lebur, dan 7,5 kal/der/mol (31,38 J/K/mol) dalam kisaran suhu
titik lebur 1327oC
(v) Kapasitas molar panas CuCl pada tekanan konstan = 5,87 + 19,2 x 10 -3 T
kal/der/mol (24,56 + 80,33 x 10-3T J/K/mol) dalam kisaran suhu 25oC

28
titik lebur dan = 15,8 kal/der/mol (66,1 J/K/mol) dalam kisaran suhu titik
lebur 1097oC
(vi) Kapasitas molar panas Cl2 pada tekanan konstan = 8,82 + 0,06 x 10-3 T
0,68 x 105T-2 kal/der/mol (36,9 + 0,25 x 10-3T - 2,85 x 105T-2 J/K/mol)
dalam kisaran suhu 25oC 2727oC
19. Hitunglah panas yang diperlukan per kg untuk menaikkan suhu rongsokan baja
dari 25o C (298 K) sampai 1600o C (1873 K) dari data data untuk besi berikut:
(i) Besi mengalami transformasi keadaan solid pada 760 o, 910o dan
1400o C dengan panas pembentukan 326, 215, dan 165 kal/mol
(1364, 900, dan 690 J/mol)
(ii) Suhu peleburan besi adalah 1527o C (1810 K) dan panas
peleburan 3670 kal/mol (15355 J/mol)
(iii) Kisaran suhu: CP,Fe
o o
25 760 C 3+7,58x10 T+0,6x105 T-2 kal/der/mol
-3

760o 910oC 11,13 kal/der/mol


910o 1400oC 5,8 + 2 x 10-3T kal/der/mol
1400o 1537oC 6,74 + 1,64 x 10-3T kal/der/mol
1537o 2700oC 9,77+0,4 x 10-3T kal/der/mol
(iv) Berat atom besi = 55,85
20. Ti () berubah (transformasi) menjadi Ti () pada 882o C (1155 K), dengan
panas transformasi sebesar 830 kal/mol (3.473 J/mol). Hitunglah panas reaksi
bila Ti () dioksidasi oleh gas oksigen murni untuk membentuk TiO2 pada 1400o
C (1673 K). Diberikan :
Ti () + O2 = TiO2
Ho298 = - 225,5 kkal/mol (- 943,49 kJ/mol)
Cp,Ti() = 5,28 + 2,4 x 10-3T kal/der/mol (22,09 + 10,04 x 10-3T J/K/mol)
Cp,Ti() = 6,91 kal/der/mol (28,91 J/K/mol)
Cp,TiO2 = 18 + 0,28 x 10-3T 4,35 x 105T-2 kal/der/mol
(75,31 + 1,17 x 10-3T - 18,2 x 105T-2 J/K/mol)
Cp, O2 = 7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2 kal/der/mol
(29,96 + 4,184 x 10-3T 1,67 x 105T-2 J/K/mol)
21. Transformasi mangan dapat dinyatakan sebagai berikut :

29
720o C 1100o C 1136o C
Mn() Mn() Mn() Mn()
Hitunglah panas reaksi bila Mn() dioksidasi oleh oksigen murni untuk
membentuk MnO pada 1200o C (1473 K)
Diberikan :
Mn() + O2 MnO
Ho298 = - 92.000 kal/mol (- 384,928 J/mol)
Mn() Mn()
Hf = 0,48 kkal/mol (2 kJ/mol)
Mn() Mn()
Hf = 0,55 kkal/mol (2,3 kJ/mol)
Mn() Mn()
Hf = 0,43 kkal/mol (1,8 kJ/mol)
CP,Mn() = 5,16 + 3,81 x 10-3T kal/der/mol (21,59 + 15,94 x 10-3T J/K/mol)
CP,Mn() = 8,33 + 0,66 x 10-3T kal/der/mol (34,85 + 2,76 x 10-3T J/K/mol)
CP,Mn() = 10,7 kal/der/mol (44,77 J/K/mol)
CP,Mn() = 11,3 kal/der/mol (47,28 J/K/mol)
CP,MnO = 11,1 + 1,94 x 10-3T 0,88 x 105T-2 kal/der/mol
(46,44 + 8,12 x 10-3T 3,68 x 105T-2 J/K/mol)
CP,O2 = 7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2 kal/der/mol
(29,96 + 4,184 x 10-3T 1,67 x 105T-2 J/K/mol)
22. Gas bahan bakar yang mengandung 40% volume CO, 10% CO2 dan sisanya
adalah N2 dibakar sempurna dengan udara di dalam sebuah tungku. Suhu gas -
gas yang masuk dan keluar tungku adalah 500o C (773 K) dan 977oC (1250 K).
Hitunglah (a) suhu nyala maksimum, dan (b) panas yang dimasukkan ke dalam
tungku per ft3 gas keluar.
Diberikan :
(i) Ho298, CO = - 26.400 kal/mol (- 110.458 J/mol)
(ii) Ho298, CO2 = - 94.000 kal/mol (- 393.296 J/mol)
(iii) CP,CO = 6,8 + 1 x 10-3T 0,11 x 105 T-2 kal/der/mol
(28,45 + 4,184 x 10-3T 0,46 x 105 T-2 J/K/mol)

30
(iv) CP,O2 = 7,15 + 0,98 x 10-3T 0,4 x 105T-2 kal/der/mol
(29,92 + 4,1 x 10-3T 1,67 x 105T-2 J/K/mol)
(v) CP,CO2 = 10,6 + 2,2 x 10-3T 2 x 105 T-2 kal/der/mol
(44,35 + 9,2 x 10-3T 8,37 x 105 T-2 J/K/mol)
(vi) CP,N2 = 6,7 + 1 x 10-3 T kal/der/mol
(28,03 + 4,184 x 10-3 T J/K/mol)

31
BAB 2
HUKUM II THERMODINAMIKA

Hukum I Thermodinamika tidak memberikan kriteria yang jelas apakah suatu


reaksi dapat terjadi ataukah tidak. Namun dapat dijadikan pedoman apakah suatu reaksi
kimia dapat terjadi pada suhu dan tekanan konstan bila perubahan enthalpynya berharga
negatif. Banyak reaksi kimia spontan yang memenuhi kriteria tersebut, namun banyak
juga reaksi kimia spontan yang mempunyai harga perubahan enthalpy yang positif.
Sebagai contoh adalah perubahan enthalpy untuk reaksi :
<Sn>putih, 298 K <Sn>abu abu , 298 K
adalah sebesar 500 kalori ( - 2092 J). Menurut Hukum I Thermodinamika, timah abu
abu seharusnya terbentuk pada 25o C (298 K). Namun, kenyataannya timah putih berada
dalam keadaan yang stabil pada suhu tersebut. Oleh karena itu perlu untuk
mendefinisikan fungsi termodinamik lain yang dapat memberikan informasi mengenai
spontanitas reaksi. Hal ini dapat diperoleh dari Hukum II Thermodinamika.
Ada beberapa cara untuk mendefinisikan Hukum II Thermodinamika, namun
salah satu pernyataan yang sangat penting yang dinyatakan oleh Kelvin dan Planck
adalah sbb :
Adalah hal yang tidak mungkin untuk membuat konstruksi mesin yang beroperasi
dalam suatu siklus, yang akan mengambil panas dari sumber panas (reservoir) pada
suhu konstan dan mengubahnya menjadi kerja, tanpa disertai perubahan dalam sumber
panas (reservoir) atau lingkungannya

2.1. Entropy
Misalkan suatu proses reversibel di mana sistem menyerap sejumlah panas yang
tak terhingga secara reversibel, q, pada suhu T. Suku q/T disebut perubahan entropy.
Meskipun q bukan merupakan fungsi keadaan, namun q/T merupakan fungsi
keadaan. Sehingga :
dS = qrev/T (2.1)

32
Entropy, S, merupakan property ekstensif sistem karena tergantung pada massa
sistem. Entropy merupakan fungsi yang hanya tergantung pada keadaan dan tidak
tergantung pada jalan proses. Satuan entropy molar adalah kal/der/mol (atau J/K/mol)
yang dinyatakan juga dalam entropy unit (e.u). Dalam perhitungan entropy, perlu untuk
membedakan antara sistem dan lingkungan. Gabungan antara suatu sistem dengan
lingkungannya disebut sistem terisolasi.

2.2. Perubahan Entropy untuk Sistem Reversibel


Untuk proses reversibel, jumlah perubahan entropy antara sistem dan
lingkungannya selalu sama dengan nol. Jadi :
Ssistem + Slingkungan = 0 (2.2)
Karena gabungan antara suatu sistem dengan lingkungannya menyusun sistem
terisolasi, maka dapat juga dikatakan bahwa perubahan entropy untuk proses reversibel
terisolasi selalu sama dengan nol.

2.3. Perubahan Entropy untuk Sistem Irreversibel


Untuk proses irreversibel, jumlah perubahan entropy antara sistem dan
lingkungannya bernilai positif. Jadi :
Ssistem + Slingkungan > 0 (2.3)
Atau dengan kata lain, proses irreversibel dalam sistem terisolasi akan terjadi dengan
kenaikan entropy.

2.4. Perubahan Entropy untuk Reaksi Kimia


Perubahan entropy yang menyertai reaksi kimia didefinisikan sebagai perbedaan
antara jumlah entropy semua produk dengan jumlah entropy semua reaktan. Sehingga
untuk reaksi :
aA + bB + ........ = mM + nN + .......
maka perubahan entropynya, S, sama dengan :
S = (mSM + nSN + .....) (aSA + bSB + .....)
Di mana SM, SN,... adalah entropy per mol dari berbagai zat. Perubahan entropy dari
suatu reaksi biasanya dihitung pada suhu dan tekanan konstan. Untuk memperoleh S
suatu reaksi, entropy dari reaktan dan produk pada suhu dan tekanan yang diinginkan

33
harus diketahui. Harga entropy dari unsur dan senyawa dihitung dengan menggunakan
Hukum III Thermodinamika, dan harga harga entropy pada suhu 25oC dan tekanan 1
atm telah tercantum dalam literatur literatur. Entropy dari suatu zat dan juga suatu
reaksi kimia pada suhu lain dapat dihitung dengan menggunakan metode pada subbab
(2.5) berikut.

Contoh Soal 1.
Hitunglah perubahan entropy standard untuk reaksi :
<Cr2O3> + 3C = 2<Cr> + 3(CO)
pada 25oC (298 K)
Diberikan :
So298, <Cr2O3> = 19,4 kal/der/mol (81,17 J/K/mol)
So298, <C> = 1,36 kal/der/mol (5,69 J/K/mol)
So298, <Cr> = 5,68 kal/der/mol (23,76 J/K/mol)
So298, (CO) = 47,3 kal/der/mol (197,9 J/K/mol)
Penyelesaian :
Perubahan entropy standard dari reaksi di atas pada 25 oC (298 K) dapat dituliskan
sebagai :
So298 = 2 So298, <Cr> + 3 So298, (CO) - So298, <Cr2O3> - 3 So298, <C>
So298 = (2 x 5,68) + (3 x 47,3) - 19,4 (3 x 1,36) = 129,78 kal/der

2.5. Variasi Perubahan Entropy terhadap Suhu


Untuk menghitung perubahan entropy yang menyertai perubahan hingga dalam
suatu sistem, persamaan (2.1) harus diintegrasikan antara batas batas suhu perubahan.
Oleh karena itu :
ST2 T2 q rev
ST1
dS T1 T

T2 q rev
Atau ST2 ST1
T1 T

di mana ST2 dan ST1 adalah entropy sistem pada suhu T2 dan T1. Karena :
q rev
CP
dT

34
T2 CP
maka ST2 ST1 T1 T
dT (2.4)

T2 CP
atau ST2 ST1 T1 T
dT (2.5)

Persamaan di atas memungkinkan untuk melakukan perhitungan entropy dari suatu zat
pada suhu tertentu ke suhu yang lain. Harga entropy biasanya dinyatakan pada 25 oC
(298 K), sehingga :
T2 CP
ST2 S 298
298 T
dT (2.6)

Untuk suatu zat yang berada pada keadaan standardnya, persamaan (2.4) dapat
dituliskan sebagai :
T2 CP
ST2 o ST1 o T1 T
dT (2.7)

Di dalam hal reaksi kimia yang melibatkan reaktan dan produk pada keadaan
standardnya, perubahan dalam entropy standard dan kapasitas panas harus
diperhitungkan, maka persamaan (2.7) menjadi :
T2 CP
ST2 o ST1 o T1 T
dT

T2 CP
atau ST2 o ST1 o T1 T
dT (2.8)

Persamaan (2.7) digunakan untuk zat yang tidak mengalami perubahan fase atau
perubahan keadaan antara T1 dan T2 . Namun, jika terjadi perubahan fase seperti
peleburan, penguapan, dll pada suhu T di antara suhu T1 dan T2, maka suku tambahan
untuk perubahan entropy yang menyertai perubahan fase tersebut harus dimasukkan ke
dalam persamaan di atas. Sehingga :
T' C ' Ht T2 CP "
ST2 o ST1 o
T1
P
T
dT
T'

T1 T
dT (2.9)

Di mana CP dan CP adalah kapasitas panas zat sebelum dan setelah perubahan, dan
Ht adalah perubahan enthalpy dari perubahan fase. Bila terjadi lebih dari satu
perubahan fase maka semua perubahan fase tersebut harus dimasukkan dalam
persamaan. Persamaan yang serupa dapat diturunkan untuk reaksi kimia yang
melibatkan perubahan fase baik untuk reaktan, produk atau keduanya.

2.6. Kriteria Spontanitas Berdasarkan Entropy

35
Untuk reaksi kimia yang terjadi dari keadaan awal A ke keadaan akhir B,
perubahan entropy total, yaitu dari sistem dan lingkungannya dapat dituliskan sebagai :
Stotal = SB,total SA,total
Di bawah kondisi yang terbatas, yaitu E dan V konstan, atau H dan P konstan, kriteria
berikut dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan perubahan spontan dalam
sistem :
i. Jika Stotal = 0, maka sistem berada dalam kesetimbangan dan tidak ada perubahan
spontan yang akan terjadi
ii. Jika Stotal > 0, maka sistem akan cenderung terjadi spontan dari keadaan A ke B
iii. Jika Stotal < 0, maka sistem akan cenderung terjadi secara spontan dalam arah
yang berlawanan, yaitu dari keadaan B ke A
Harus diingat bahwa pernyataan pernyataan tersebut di atas digunakan untuk
perubahan entropy total yaitu dari sistem dan lingkungannya.

Contoh Soal 2
Hitunglah entropy standard dari tembaga solid pada 1073 oC (1346 K) dari data data
berikut:
So300,<Cu> = 8 kal/der/mol (33,47 J/K/mol)
Cp, <Cu> = 5,41 + 1,5 x 10-3 T kal/der/mol (22,63 + 6,27 x 10-3 T J/K/mol)
Penyelesaian : Dengan menggunakan persamaan (2.7)
1346 5,41 1,5 x10 3 T
S o1346,Cu S o 300,Cu
300


T
dT atau

So300,<Cu> = 8 + 5,41 (ln 1346 ln 300) + 1,5 x 10-3 (1346 300) = 17,69 kal/der/mol

Contoh Soal 3
Seng melebur pada 4200 C (693 K) dan entropy standardnya pada 250 C (298 K) adalah
9,95 kal/der/mol (41,63 J/K/mol). Hitunglah entropy standard dari seng pada 750 0 C
(1023 K).
Diberikan :
Panas peleburan Zn pada titik leburnya adalah :
Hf = 1,74 kkal/mol (7,28 kJ/mol)
CP,<Zn> = 5,35 + 2,4 x 10-3 T kal/der/mol (22,39 + 10,04 x 10-3 T J/K/mol)

36
CP,{Zn} = 7,5 kal/der/mol (31,38 J/K/mol)
Penyelesaian :
Terdapat perubahan fase pada 4200 C (693 K), oleh karena itu untuk menghitung
entropy standard seng pada 7500 C maka perubahan entropy dari perubahan fase ini,
yaitu peleburan pada 4200 C (693 K) harus juga dihitung juga. Dengan menggunakan
persamaan (2.9)
693C
P , Zn
H f 1023 C P ,{Zn}
S o1023,{Zn} S o 298,Zn 298 T
dT
693

693 T
dT

693 5,35 1023 7,5



1740
S o1023,{Zn} 9,95 2,4 x10 3 dT dT
298 T 693 693 T

S o1023,{Zn} 9,95 5,35ln 693 ln 298 2,4 x10 3 (693 298) 2,51 7,5ln1023 ln 693

= 20,85 kal/der/mol

Contoh Soal 4
Perubahan fase dari besi murni dapat dinyatakan sebagai berikut :
1033 K 1183 K 1673 K 1812 K
< - Fe> < - Fe> < - Fe> < - Fe> {Fe}
Hitunglah entropy standard besi murni pada 16270 C (1900 K) jika entropy standardnya
pada 250 C (298 K) adalah 6,5 kal/der/mol (27,2 J/K/mol)
Diberikan :
CP,<- Fe> = 4,18 + 5,92 x 10-3 T kal/der/mol (17,49 + 24,77 x 10-3 T J/K/mol)
CP,<- Fe> = 9 kal/der/mol (37,66 J/K/mol)
CP,<- Fe> = 1,84 + 4,66 x 10-3 T kal/der/mol (7,7 + 19,5 x 10-3 T J/K/mol)
CP,<- Fe> = 10,5 kal/der/mol (43,93 J/K/mol)
CP,{Fe} = 10 kal/der/mol (41,84 J/K/mol)
< - Fe> < - Fe> ; Ho1033 = 660 kal/mol (2761,4 J/mol)
< - Fe> < - Fe> ; Ho1183 = 215 kal/mol (899,6 J/mol)
< - Fe> < - Fe> ; Ho1673 = 165 kal/mol (690,4 J/mol)
< - Fe> {Fe} ; Ho1812 = 3670 kal/mol (15.355 J/mol)
Penyelesaian :

37
Dalam contoh ini, beberapa perubahan fase terjadi di dalam besi antara suhu 25 o C dan
1627o C, dan oleh karena itu perubahan entropy ini harus diperhitungkan untuk
memperoleh entropy standard besi pada 1627o C. Sehingga :
CP , Fe H o1033,( ) 1183C P , Fe H o1183,( )
S o1900,{ Fe } S o 298, Fe
1033
dT dT
298 T 1033 1033 T 1183
CP , Fe H o1033,( ) 1812C , H o1812,( liquid) 1900C P ,{ Fe }

1673
dT P Fe
dT dT
1183 T 1673 1673 T 1812 1812 T

1033 4,18 11839 1673 1,84



660 215
S o1900,{Fe} 6,5 5,92 x10 3 dT dT 4,66 x10 3 dT
298 T 1033 1033T 1183 1183 T
181210,5 190010

165 3670
dT dT
1673 1673 T 1812 1812 T

= 6,5 + 4,18(ln 1033 ln 298) + 5,92x10-3(1033 298) + 0,63 + 9(ln 1183 ln 1033) +
0,18 + 1,84(ln 1673 ln 1183) + 4,66 x 10-3 (1673 1183) + 0,1 + 10,5 (ln 1812 ln
1673) + 2,02 + 10 (ln 1900 ln 1812) = 24,41 kal/der/mol

Contoh Soal 5
Tetesan tetesan kecil emas liquid dikenakan proses pendinginan (supercool) sampai
suhunya turun sebesar 230oC. Berapa perubahan entropy yang menyertai solidifikasi
isotermal dari 1 gram atom emas supercool tersebut? Berapa perubahan entropy
lingkungan jika diasumsikan lingkungan tetap pada suhu yang sama dengan emas
supercool? Juga hitunglah perubahan entropy total.
Diberikan :
CP,<Au> = 5 kal/der/mol (20,32 J/K/mol)
CP,{Au} = 7 kal/der/mol (29,29 J/K/mol)
Titik leleh emas = 1063o C (1336 K)
Panas peleburan emas, Hf = 3050 kal/mol (12.761 J/mol)
Penyelesaian :
Soal ini merupakan contoh proses irreversibel. Perubahan entropy sistem dapat dihitung
berdasarkan tahap tahap perubahan dari emas supercool yang dimulai pada 1063
230 = 833o C. Tahap tahap tersebut adalah :
1. Emas liquid supercool mengalami perubahan suhu dari 833o sampai 1063o C (titik
leleh emas)

38
{Au} pada 833oC {Au} pada 1063o C; S1
2. Pada 1063o C, emas liquid mengalami perubahan fase menjadi emas solid
{Au} pada 1063o C <Au> pada 1063o C; S2
3. Emas solid dikembalikan dari 1063o C ke 833o C
<Au> pada 1063o C <Au> pada 833o C; S3
Dari penjumlahan tahap (1), (2), dan (3), akan diperoleh reaksi yang diinginkan, yaitu :
{Au} pada 833o C <Au> pada 833o C; (a)
S = S1 + S2 + S3
1336C
P , { Au}
S1
1106 T
dT

13367,0
S1
1106 T
dT 1,32kal / der

perubahan enthalpy dari reaksi (2)


S 2
(1.063 273)

- (panas peleburan emas) 3050


S 2 2,28kal / der
1336 1336
1106C
P , Au
S 3 1336 T
dT

11065
S 3 1336 T
dT 0,94kal / der

S = S1 + S2 + S3 = 1,32 2,28 0,94 = - 1,9 kal/der


Selanjutnya dihitung perubahan entropy lingkungan. Proses irreversibel dapat
memindahkan panas secara reversibel ke reservoir isotermal. Suhu lingkungan sama
dengan emas supercool, yaitu 833o C.
panas. yang .diserap.oleh.lingkungan
Slingkungan =
suhu.lingkungan

Panas total yang dikeluarkan dari sistem = H1 + H2 + H3, di mana H1 , H2 dan


H3 adalah panas reaksi (1), (2), dan (3), dan dapat dihitung sbb:
1336
H 1 1106
C P,{ Au} dT

1336

H1 7,0dT 1.610kal
1106

H 2 3.050kal

1106
H 3 1336
C P, Au dT

39
1106

H 3 5dT 1.150kal
1336

Total panas yang dikeluarkan dari sistem = 1.610 3.050 1.150 = - 2.590 kal
Jadi, panas yang diserap oleh lingkungan sama dengan 2.590 kalori
2.590
Slingkungan = 2,34kal / der
1.106

Perubahan entropy total dari reaksi (a) adalah :


Stotal = Ssistem + Slingkungan = - 1,9 + 2,34 = 0,44 kal/der

2.7. Energi Bebas


Reaksi kimia jarang dipelajari di bawah kondisi energi konstan, dan oleh karena
itu kriteria spontanitas yang didasarkan pada perubahan entropy konstan tidak lazim
untuk digunakan. Kebanyakan reaksi kimia dan metalurgi dilakukan pada suhu dan
tekanan konstan. Beberapa reaksi yang dioperasikan pada volume dan suhu konstan
juga dipelajari. Sistem di bawah kondisi ini, yaitu P dan T konstan atau V dan T
konstan, disebut sistem tertutup dan cirinya adalah tidak ada transfer massa melalui
batas sistem, namun transfer energi diperbolehkan. Oleh karena itu, perlu untuk
memperoleh kriteria spontanitas berdasarkan fungsi thermodinamik yang dapat
diterapkan pada kondisi kondisi di atas. Kriteria seperti itu dapat dipenuhi dengan
menggunakan fungsi Energi Bebas, yaitu Energi Bebas Gibbs dan Energi Bebas
Helmholtz.
Energi bebas Gibbs, G, dan energi bebas Helmholtz, A, dari suatu sistem
didefinisikan sebagai :
G = H TS (2.10)
Dan A = U TS (2.11)
Perubahan energi bebas dari reaksi merupakan selisih antara jumlah energi bebas
produk dan energi bebas reaktan. Jadi, untuk reaksi pada suhu T, perubahan energi
bebas, G, diberikan sebagai :
G G produk Greaktan


H produk TS produk H reaktan TS reaktan
H produk H reaktan T S produk S reaktan (2.12)
H TS

40
Di mana H dan S adalah perubahan enthalpy dan entropy reaksi pada suhu T. Lebih
tepatnya, persamaan di atas seharusnya dituliskan sebagai :
GT = HT TST
Tetapi seringkali subskrip tersebut tidak dicantumkan, dan secara umum G, H dan
S mengacu pada suhu T. Dengan cara yang sama, perubahan energi bebas Helmholtz,
A, dapat ditulis sebagai :
A = U TS (2.13)

2.8. Kriteria Spontanitas berdasarkan Energi Bebas


Untuk reaksi pada suhu dan volume konstan, kriteria berikut ini telah ditetapkan :
i. Jika A = 0, sistem berada dalam kesetimbangan
ii. Jika A < 0, reaksi cenderung terjadi secara spontan
iii. Jika A > 0, reaksi akan terjadi secara spontan dalam arah yang berlawanan
Dengan cara yang sama, untuk reaksi pada suhu dan tekanan konstan, kriteria berikut ini
telah diditetapkan :
i. Jika G = 0, sistem berada dalam kesetimbangan
ii. Jika G < 0, reaksi cenderung terjadi secara spontan
iii. Jika G > 0, reaksi akan terjadi secara spontan dalam arah yang berlawanan
Jika reaktan dan produk berada dalam keadaan standardnya, G akan diganti oleh Go,
yaitu perubahan energi Gibbs standard.
Harus dicatat bahwa di dalam pernyataan tersebut di atas, perubahan energi
dalam adalah untuk sistem, dan bukan untuk lingkungan. Karena kebanyakan reaksi
kimia dan metalurgi dilakukan pada kondisi suhu dan tekanan konstan, pembahasan
pembahasan selanjutnya akan ditekankan hanya pada energi bebas Gibbs, G, dan secara
singkat akan disebut energi bebas.

2.9. Perhitungan Perubahan Energi Bebas


Untuk menentukan spontanitas atau tidaknya suatu reaksi pada tekanan dan suhu
konstan, perlu untuk mengetahui perubahan energi bebasnya. Untuk mempermudah,
perubahan energi bebas biasanya dihitung bila reaktan dan produk berada pada keadaan
standardnya, sehingga disebut energi bebas standard, Go. Namun bila reaktan dan

41
produk tidak berada pada keadaan standardnya, koreksi harus dilakukan untuk
memperhitungkan hal ini. Sehingga untuk reaksi :
aA + bB cC + dD
Perubahan energi bebas standard, Go, pada 25o C (298 K) dinyatakan sebagai :
Go298 = Go298,produk - Go298,reaktan
= cGo298 + dGo298 aGo298 bGo298
Untuk menghitung perubahan energi bebas standard dari suatu reaksi, energi
bebas standard reaktan dan produk harus diketahui. Namun seperti halnya enthalpy,
harga mutlak dari energi bebas suatu zat tidak diketahui, hanya selisihnya saja yang
dapat dihitung. Oleh karena itu, energi bebas, seperti enthalpy harus mempunyai titik
acuan yang menjadi dasar perhitungan harga energi bebas yang sebenarnya. Hal ini
dapat dinyatakan sbb :
Energi bebas dari suatu unsur dalam bentuk stabilnya pada 25 o C dan 1 atm adalah sama
dengan nol
Energi bebas pembentukan dari senyawa senyawa dihitung berdasarkan
asumsi di atas dan nilainya dinyatakan sebagai energi bebas reaksi standard atau energi
bebas pembentukan standard. Energi bebas pembentukan standard dari suatu senyawa
adalah perubahan energi bebas yang menyertai reaksi pembentukan senyawa dari unsur
unsurnya bila semua reaktan dan produk berada pada keadaan standardnya, dan
dinyatakan dalam satuan kal/mol (atau J/mol). Harga standard ini biasanya diberikan
pada suhu 25o C dan untuk senyawa, misalkan MO, akan dituliskan sebagai Go298,MO.
Jadi sebagai contoh, energi bebas pembentukan standard dari solid NiO pada 25o C
adalah 50.786 kal/mol. Jadi perubahan energi bebas standard dari reaksi :
<Ni> + (O2) <NiO>
o
pada 25 C adalah 50.786 kal/mol ( - 212.489 J/mol)
Dengan cara yang sama seperti perubahan enthalpy, perubahan energi bebas dari
suatu sistem tergantung pada keadaan awal dan akhir sistem, dan tidak tergantung jalan
yang diambil untuk mencapai perubahan tersebut. Juga, energi bebas merupakan
property ekstensif sistem, jadi tergantung pada jumlah zat yang terkandung di dalam
sistem. Perubahan energi bebas dari reaksi dapat dijumlahkan atau dikurangkan.
Misalkan sebagai contoh, perubahan energi bebas dari dua reaksi pada 25o C diberikan
sbb:

42
<Ni> + (O2) <NiO> (2.14)
Go298,(2.14) = 50.786 kal
(H2O) = (H2) + (O2) (2.15)
Go298,(2.15) = 54.996 kal
Bila persamaan (2.15) dikurangi (2.14), maka akan diperoleh persamaan sbb :
<NiO> + (H2) = <Ni> + (H2O) (2.16)
Perubahan energi bebas dari reaksi di atas dapat diperoleh dengan mengurangkan
perubahan energi bebas dari reaksi (2.15) dari reaksi (2.14), yaitu :
Go298,(2.16) = Go298,(2.14) Go298,(2.15)
= 50.786 54.996 = - 210 kal
Namun, harus diingat bahwa perubahan energi bebas dari suatu reaksi dapat
dijumlahkan atau dikurangkan dengan reaksi lain hanya jika kedua data energi yang
diberikan berada pada kondisi suhu dan tekanan yang sama.
Energi bebas pembentukan standard dari senyawa MO pada 25o C, Go298,MO,
dan energi bebas standard dari senyawa MO pada 25o C, Go298,MO, kadang kadang
membingungkan, tetapi dari keterangan berikut maka kita akan mendapati bahwa
keduanya sama.
M + O2 = MO (2.17)
Go298,(2.17) = Go298,MO - Go298,M - Go298,O2
Karena energi bebas standard dari unsur pada 25o C dan 1 atm sama dengan nol, maka
akan kita peroleh :
Go298,(2.17) = Go298,MO
Menurut definisi dari energi bebas pembentukan, perubahan energi bebas dari reaksi
(2.17) juga sama dengan energi pembentukan MO, sehingga
Go298,MO = Go298,MO
Contoh contoh berikut akan menjelaskan perhitungan perubahan energi bebas reaksi
dan perkiraan spontanitas reaksi.

Contoh Soal 6
Hitunglah perubahan energi bebas standard dari reaksi :
<MoO3> + 3(H2) = <Mo> + 3(H2O)
pada 727oC (1000 K) dan tekanan 1 atm dari data berikut :

43
Go1000,<MoO3> = - 120.000 kal/mol ( - 502.080 J/mol)
Go1000,(H2O) = - 45.500 kal/mol ( - 190.372 J/mol)
Juga, jelaskan mengenai kemungkinan reduksi MoO3 oleh H2 pada 727oC (1000 K) dan
tekanan 1 atm.
Penyelesaian :
Dari data Go1000,<MoO3> = - 120.000 kal/mol, maka perubahan energi bebas
standard dari reaksi :
<Mo> + 3/2 (O2) = <MoO3> (a)
pada 727oC (1000 K) dan tekanan 1 atm adalah - 120.000 kal/mol. Dengan cara yang
sama, perubahan energi bebas standard dari reaksi :
(H2) + (O2) = (H2O) (b)
pada 727oC (1000 K) dan tekanan 1 atm adalah - 45.500 kal/mol.
Jadi
Go1000,(a) = - 120.000 kal/mol ( - 502.080 J/mol) dan
Go1000,(b) = - 45.500 kal/mol ( - 190.372 J/mol)
Karena perubahan energi bebas merupakan property ekstensif, maka untuk reaksi :
3(H2) + 3/2 (O2) = 3(H2O) (c)
Go1000,(c) = 3 x Go1000,(b)
= 3 x (-45.500) = - 136.500 kal
Bila persamaan (a) dikurangi persamaan (c), maka diperoleh :
<MoO3> + 3(H2) = <Mo> + 3(H2O) (d)
Karena perubahan energi bebas dapat dijumlahkan atau dikurangkan,
Go1000,(d) = Go1000,(c) - Go1000,(1)
= - 136.500 ( -120.000)
= - 16.500 kal
Karena perubahan energi bebas standard dari reaksi (d) adalah negatif pada 727oC (1000
K) dan tekanan 1 atm maka dapat disimpulkan bahwa mungkin untuk mereduksi MoO 3
dengan H2 pada suhu dan tekanan tersebut.

Contoh Soal 7

44
Dari data berikut, tentukan logam yang mana yang mempunyai kemungkinan terbesar
untuk mengalami oksidasi dalam uap air (steam) pada 827oC (1100 K) dan tekanan 1
atm
<NiO> + (H2) = <Ni> + (H2O) ; Go = - 550 10,18 T kal (- 2.301 42,59 T J)
1/3<Cr2O3>+(H2) = 2/3<Cr>+(H2O); Go = 30.2507,33 T kal (126.566 30,67 T J)
Penyelesaian :
<NiO> + (H2) = <Ni> + (H2O) (a)
1/3<Cr2O3>+(H2) = 2/3<Cr>+(H2O) (b)
<Ni> + (H2O) = <NiO> + (H2) (c)
2<Cr> + 3(H2O) = <Cr2O3> + 3(H2) (d)
Go(c) = - Go(a)
= 550 + 10,18 T kal
Pada 827oC (1100 K),
Go1100,(c) = 550 + 10,18 x 1100 = 11.748 kal
Dengan cara yang sama, diperoleh :
Go(d) = 3 x (- Go(b))
= 3 x ( - 30.250 + 7,33 T) = - 90.750 + 21,99 T kal
Pada 827oC (1100 K),
Go1100,(d) = - 90.750 + 21,99 x 1100 kal = - 66.561 kal
Karena Go1100,(c) bernilai positif maka reaksi (c) tidak akan terjadi pada arah tersebut
pada 827oC, artinya nikel tidak akan membentuk nikel oksida pada atmosfer uap air
pada suhu 827oC. Sebaliknya, karena Go1100,(d) bernilai negatif maka reaksi (d) akan
terjadi pada arah tersebut pada 827oC, artinya kromium akan membentuk krom oksida
pada atmosfer uap air pada suhu 827oC. Dengan kata lain, nikel tidak akan beroksidasi
dalam uap air pada suhu 827oC, tapi kromium akan beroksidasi. Namun, karena
karakter fisik dan kimiawi dari film yang terbentuk pada permukaan krom, maka dalam
waktu yang singkat reaksi tersebut akan terhenti.

2.10. Perhitungan Go pada Suhu Tinggi


Karena enthalpy pembentukan standard dan entropy standard dari senyawa
biasanya dicantumkan dalam literatur pada suhu 25 oC, maka perubahan enthalpy dan
entropy standard, dan juga perubahan energi bebas standard dari reaksi pada suhu 25 oC

45
dapat dihitung dengan mudah. Namun, biasanya ahli metalurgi tertarik untuk
menghitung Go dan G dari reaksi pada suhu tinggi. Go dari reaksi pada suhu tinggi
dapat dihitung dari Ho dan So pada suhu 25oC dengan cara sbb :
Persamaan energi bebas dapat dituliskan:
GoT = HoT TSoT
Harga HoT dan SoT dapat diperoleh dari harga Ho298 , So298 dan CP . Jadi :
T2 C
GoT = H o 298 C P dT T S o 298
T2
P
dT (2.18)
298 298 T

Persamaan ini memungkinkan untuk menghitung Go reaksi pada sembarang suhu T


dari harga Ho298 ,So298 dan CP seperti yang akan diberikan dalam contoh 8. Namun,
harus diingat bahwa jika terjadi perubahan fase, misalnya peleburan, modifikasi
allotropik, dll di antara suhu 25oC dan T dalam reaktan dan produk, maka harus
dilakukan koreksi perhitungan seperti dalam perhitungan HoT dan SoT pada contoh
contoh soal di bab sebelumnya.

Contoh Soal 8
Hitunglah perubahan energi bebas standard dari reaksi :
<Ni> + (O2) = <NiO>
Pada 327o C (600 K) dari data berikut :
Ho298,<NiO> = - 57.500 kal/mol ( - 240.580 J/mol)
So298,<Ni> = 7,12 kal/der/mol ( 29,79 J/K/mol)
So298,(O2) = 49,02 kal/der/mol ( 205,09 J/K/mol)
So298,<NiO> = 9,1 kal/der/mol ( 38,07 J/K/mol)
CP,<Ni> = 6,03 + 10,44 x 10-6T2 2,5 x 10-3T kal/der/mol
(25,23 + 43,68 x 10-6T2 10,46 x 10-3 T J/K/mol)
CP,(O2) = 7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2 kal/der/mol
(29,96 + 4,18 x 10-3T 1,67 x 105T-2 T J/K/mol)
CP,<NiO> = 12,91 kal/der/mol (54,01 J/K/mol)
Penyelesaian
<Ni> + (O2) = <NiO> (a)
Ho298,(a) = Ho298,<NiO> = - 57.500 kal
So298, (a) = 9,1 7,12 24,51 = - 22,53 kal/der

46
CP = 12,91(6,03+10,44x10-6T22,5x10-3T)(7,16+1x 0-3T 0,4 x 105T-2)
= (3,3 10,44 x 10-6T2 + 2 x 10-3T + 0,2 x 105 T-2) kal/der
Skema perhitungan akan sbb :
(1) Menghitung Ho600,(a) dari Ho298,(a) dan CP,(a)
(2) Menghitung So600,(a) dari So298,(a) dan CP,(a)
(3) Menghitung Go600,(a) dari (1) dan (2) menggunakan persamaan (2.12)

H o 600,( a ) H o 298,( a )
600
CP ,( a ) dT
298

3,3 - 10,44 x 10
600
57.500 -6
T 2 2 x 10 -3 T 0,2 x 10 5 T -2 dT
298

57.500 3,3(600 298)


10,44 x10 6

600 3 298 3
2 x 10 -3

600 2 298 2
0,2 x10 5 1

1

3 2 1 600 298
56.858kal

Dengan cara yang sama, diperoleh :


600 CP ,( a )
S o 600,(a ) S o 298,(a ) dT
298 T

600 3,3 - 10,44 x 10 -6 T 2 2 x 10 -3 T 0,2 x 10 5 T -2


22,53
298
T
dT


10,44 x10 6
2 x 10 -3
600 298 0,2 x10 1 2 1 2
5
57.500 3,3(ln 600 ln 298) 600 2 298 2
2 1 2 600 298
20,96kal/der

Dengan memasukkan nilai nilai dalam persamaan GoT = HoT TSoT, maka
diperoleh :
Go600 = - 56.858 + 600 x 20,96 = - 44.282 kal

Contoh Soal 9
Hitunglah perubahan energi bebas standard dari reaksi :
{Pb} + (O2) = <PbO>
pada 527oC (800 K) dari data berikut :
Ho298,<PbO> = - 52.400 kal/mol ( - 219.242 J/mol)
So298,<PbO> = 16,2 kal/der/mol ( 67,78 J/K/mol)
So298,<Pb> = 15,5 kal/der/mol ( 64,85 J/K/mol)
So298,(O2) = 49,02 kal/der/mol ( 205,09 J/K/mol)
CP,<PbO> = 10,6 + 4 x 10-3T kal/der/mol (44,35 +16,74 x 10-3 T J/K/mol)
CP,<Pb> = 5,63 + 2,33 x 10-3T kal/der/mol (32,55 +9,75 x 10-3 T J/K/mol)

47
CP,{Pb} = 7,75 0,74 x 10-3T kal/der/mol (32,43 3,09 x 10-3 T J/K/mol)
CP,(O2) = 7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2 kal/der/mol
(29,96 + 4,18 x 10-3T 1,67 x 105T-2 T J/K/mol)
Titik leleh Pb, Tm = 327o C (600 K)
Panas laten peleburan dari Pb, Lf = 1.150 kal/mol (4.812 J/mol)
Penyelesaian
Soal ini pada dasarnya terdiri dari perhitungan perubahan energi bebas standard dari
reaksi :
{Pb} + (O2) = <PbO> (a)
pada suhu 527o C (800 K) dari Ho ,So dan CP reaksi
<Pb> + (O2) = <PbO> (b)
o
pada suhu 25 C. Soal ini sama dengan soal sebelumnya, kecuali adanya perubahan fase,
yaitu pelelehan yang terjadi pada salah satu reaktan, Pb, pada 327 o C, sehingga koreksi
perhitungan karena hal ini harus dilakukan. Skema perhitungan adalah sbb :
(1) Menghitung Ho800,(a)
(2) Menghitung So800,(a)
(3) Menghitung Go800,(a) dari (1) dan (2) menggunakan persamaan (2.12)

H o 800,(a ) H o 298,(a) CP ,( a )dT L f 600C P,(a ) dT


800
600

298
(c)

CP,(b) = (10,6 + 4 x 10-3T) (5,63 + 2,33 x 10-3T) (7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2)
= (1,39 + 1,17 x 10-3 T + 0,2 x 105T-2) kal/der
CP,(a) = (10,6 + 4 x 10-3T) (7,75 0,74 x 10-3T) (7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2)
= (-0,73 + 4,24 x 10-3 T + 0,2 x 105T-2) kal/der

1,39 1,17 x 10 T 0,2 x 10 T dT 1.150 - 0,73 4,24 x 10 T 0,2 x 10 T dT


600 800
H o 800,( a ) 52.400 -3 5 -2 -3 5 -2
298 600

600 298 0,2 x10


3
1,17 x10 1 1
52.400 1,39(600 298) 2
1.150 0,73(800 600)
2 5
2 600 298
4,24 x10 3
1
800 2 600 2 0,2 x10 5
1
52.482kal
2 800 600

Dengan cara yang sama, So800,(a) dapat dihitung sbb :

600 CP ,( a ) dT 800 C P,(a )


S o 800,(a ) S o 298,(a )
Lf
600 dT (d)
298 T Tm T
So298,(b) = 16,2 15,5 (49,02) = - 23,81 kal/der
Dengan memasukkan harga harga ke dalam persamaan (d) diperoleh :

48
600 1,39 1,17 x 10 -3 T 0,2 x 10 5 T -2 800 - 0,73 4,24 x 10 -3T 0,2 x 10 5 T -2
S o 800,( a ) 23,81
298
T
dT 1.150

600
600
T dT

1,17 x10 3
600 298 0,2 x10 1 2 1 2 1.150 0,73(ln800 ln 600)
5
1,39(ln 600 ln 298)
1 2 600 298 600
4,24 x10 3
800 600 0,2 x10 1 2 1 2 23,67kal/der
5

1 2 800 600
Bila harga harga tersebut di atas dimasukkan maka diperoleh :
Go800,(a) = -52.482 800 x (-23,67) = - 33.546 kal

2.11. Energi Bebas Gibbs dan Fungsi fungsi Thermodinamika


G = H TS atau
G = (U + PV) TS
Diferensiasi, dG = dU + PdV + VdP TdS SdT (2.19)
Karena dU = q PdV (2.20)
dan dS = q/T untuk perubahan reversibel, maka persamaan (2.19) dapat dituliskan :
dU = TdS PdV
Bila dU dalam persamaan (2.19) disubstitusi, maka
dG = VdP SdT (2.21)
Pada tekanan konstan dan suhu yang berubah ubah, persamaan (2.21) memberikan :
G
S (2.22)
T P

Pada suhu konstan dan tekanan yang berubah ubah, persamaan (2.21) memberikan :
G
V (2.23)
P T

Dengan cara yang sama, untuk sembarang reaksi :


G
S (2.24)
T P

G
Dan V (2.25)
P T

Persamaan (2.24) menunjukkan bahwa slop dari grafik G vs T memberikan


perubahan entropy S dengan tanda yang berlawanan. Persamaan (2.24) dan (2.25) juga
valid untuk Go yang mengacu pad property thermodinamik lain pada keadaan
standard. Contoh :

49
G o
S o (2.26)
T
P

2.12. Persamaan Gibbs Helmholtz


G = H TS
Substitusi persamaan (2.24) ke dalam persamaan di atas,
G
G = H T (2.27)
T P

Persamaan (2.27) dikenal sebagai persamaan Gibbs Helmholtz, dan dapat juga ditulis
sbb :



G
T

H
(2.28)
T T2
P


G
T

Atau
1
T
P
H (2.29)

Persamaan Gibbs Helmholtz memperbolehkan perhitungan Go untuk suatu reaksi


pada sembarang suhu dari harganya pada suhu yang lain. Persamaan yang sama dapat
juga ditulis untuk Go. Sebagai contoh :
G o
Go = Ho T
(2.30)
T P

G o
T H o
2 , dll (2.31)
T T
P

Aplikasi dari persamaan Gibbs Helmholtz tersebut dapat kita lihat pada contoh
contoh soal berikut :

Contoh Soal 10
Hitunglah perubahan enthalpy dan entropy standard pada 25 oC (298 K) untuk reaksi :
2<Cu> + (O2) = <Cu2O>;
Go = - 40.500 3,92 T log T + 29,5 T kal (-169.452 16,4 T log T + 123,43 T J)
Penyelesaian :
Go = - 40.500 3,92 x 0,4343 T ln T + 29,5 T = - 40.500 1,702 T ln T + 29,5 T (a)

50
Atau Go /T = - 40.500/T 1,702 ln T + 29,5
Bila didiferensiasikan :

G
o

T 40.500 1,702

T T2 T

Dari persamaan (2.31),


H o 40.500 1,702
2
2
atau Ho = -40.500 + 1,702T
T T T

Pada 25o C
Ho298 = 40.500 + 1,702 x 298 = - 39.993 kal = - 39,993 kkal
Diferensiasi persamaan (a)
Go/T = - 1,702 1,702 ln T + 29,5
= 27,798 1,702 ln T
Dari persamaan (2.26),
- So = 27,798 1,702 ln T
Pada 25o C
So = - 27,798 + 1,702 ln 298 = - 18,1 kal/der

Contoh Soal 11
Go untuk reaksi :
<Ni> + (O2) = <NiO>
pada 25o C (298 K) adalah 50.786 kal ( - 212.489 J). Hitunglah Go pada 327o C (600
K) dari data berikut :
Ho298,<NiO> = - 57.500 kal/mol ( - 240.580 J/mol)
CP,<Ni> = 6,03 + 10,44 x 10-6T2 2,5 x 10-3T kal/der/mol
(25,23 + 43,68 x 10-6T2 10,46 x 10-3 T J/K/mol)
CP,(O2) = 7,16 + 1 x 10-3T 0,4 x 105T-2 kal/der/mol
(29,96 + 4,18 x 10-3T 1,67 x 105T-2 T J/K/mol)
CP,<NiO> = 12,91 kal/der/mol (54,01 J/K/mol)
Penyelesaian
Dengan menggunakan persamaan Gibbs Helmholtz :
G o H o
T

T2
dT

51
H o
Atau G o T T2
dT (a)

Tetapi
H o C P dT

karena
CP = 12,91(6,03+10,44x10-6T22,5x10-3T)(7,16+1x 0-3T 0,4 x 105T-2)
= (3,3 10,44 x 10-6T2 + 2 x 10-3T + 0,2 x 105 T-2) kal/der
Maka H o 3,3 - 10,44 x 10 -6 T 2 2 x 10 -3 T 0,2 x 105 T -2 dT

10,44 x 10 -6 3 2 x 10 -3 2
3,3 T - T T 0,2 x 10 5 T -1 H o (b)
3 2

di mana Ho adalah konstanta integrasi. Pada 25oC, perubahan enthalpy standard dari
reaksi adalah 57.500 kal/mol. Bila harga ini dimasukkan ke dalam persamaan (b)
diperoleh :
10,44 x 10 -6 2 x 10 -3
57.500 3,3x298 - (298) 3 (298) 2 0,2 x 10 5 (298) -1 H o
3 2

= 913 + Ho
Sehingga Ho = - 57.500 913 = - 58.413
Harga Ho dimasukkan ke dalam persamaan (b) akan diperoleh
10,44 x 10 -6 3 2 x 10 -3 2
H o 3,3 T - T T 0,2 x 10 5 T -1 58.413
3 2

H o 10,44 x 10 -6 2 x 10 -3
Atau 3,3 T -1 - T 0,2 x 10 5 T -3 58.413T 2
T2 3 2

H o
Substitusi harga dalam persamaan (a) diperoleh
T2

10,44 x 10 -6 2 x 10 -3


G o T 3,3 T -1 -
3
T
2
0,2 x 10 5 T -3 58.413T 2 dT

3,48 x 10 -6 2 0,2 x 10 5 -2
T 3,3 ln T - T 1x10 -3 T T 58.413T 1 I
2 2 (c)

- 3,3T ln T 1,74x10-6 T 3 1x10 -3 T 2 0,1x 10 5 T -1 58.413 IT
Di mana I adalah konstanta integrasi. Pada 25oC, perubahan energi bebas standard dari
reaksi di atas adalah 50.786 kal. Substitusi harga ini ke dalam persamaan (c)
menghasilkan :

50.786 - 3,3x298 ln298 1,74x10-6 (298) 3 1x10 -3 (298) 2 0,1x 105 (298) -1 58.413 I (298)
= - 64.091,85 298 I

52
Sehingga I = - 44,65
I dimasukkan ke dalam persamaan (c) :

G 0 - 3,3T ln T 1,74x10-6 T 3 1x10 -3 T 2 0,1x 105 T -1 58.413 44,65T
G 0 600 -3,3(600) ln (600) 1,74x10-6 (600) 3 1x10 -3 (600) 2 0,1x 105 (600) -1 58.413 44,65(600)

= - 44.290 kal

Soal soal
1. Perubahan reversibel dari timah abu abu menjadi timah putih terjadi pada 13oC
(286 K) dan 1 atm, dan panas perubahan adalah sebesar 500 kal/mol (2092
J/mol). Hitunglah perubahan entropynya!
2. Hitunglah perubahan dalam kandungan panas dan entropy yang menyertai
reduksi oksida dari besi dan aluminium pada 25oC menurut reaksi berikut :
Fe2O3 + 3C = 2Fe + 3 CO
Al2O3 + 3C = 2Al + 3 CO
Berikan komentar pada hasil yang diperoleh.
Diberikan :
2Fe + 3/2 O2 = Fe2O3
Ho298 = - 200.000 kal ( - 836.800 J)
2Al + 3/2 O2 = Al2O3
Ho298 = - 404.000 kal ( - 1.690.336 J)
C (grafit) + O2 = CO
Ho298 = - 25.000 kal ( - 104.600 J)
Entropy dari CO, Al, Fe, Al2O3, Fe2O3 dan C (grafit) pada 25o C adalah 47,3 ;
6,7 ; 6,5 ; 12,8; 21,5 ; dan 1,39 kal/der/mol (197,9 ; 28; 27,2; 53,6; 89,9 dan 5,8
J/K/mol).
3. Kapasitas panas magnesium solid pada 1 atm dan kisaran suhu antara 0 o sampai
560oC (273 833 K) dinyatakan sebagai :
CP = 6,2 + 1,33 x 10-3T + 6,78 x 104 T-2 kal/der/mol
(25,94 + 5,56 x 10-3T + 28,37 x 104 T-2 J/K/mol)
Tentukan kenaikan entropy per mol untuk kenaikan suhu dari 27oC sampai
527oC ( 300 800 K) pada tekanan 1 atm.

53
4. Dua batang tembaga yang identik, salah satu berada pada suhu 500 o C dan yang
lain berada pada suhu 300o C ditempatkan pada ruang yang terisolasi. Panas
mengalir dari batang yang panas ke batang yang dingin hingga suhu kedua
batang tersebut sama, yaitu 400o C. Hitunglah perubahan entropy total yang
menyertai proses ini, dengan mengasumsikan bahwa transfer panas dari batang
batang tembaga ke bahan konstruksi ruang diabaikan. Berikan komentar apakah
proses spontan atau tidak.
Diberikan :
CP, <Cu> = 5,41 + 1,5 x 10-3T kal/der/mol (22,64 + 6,28 x 10-3T J/K/mol)
5. Hitunglah perubahan entropy standard dari reaksi berikut pada 727 o C (1000 K)
2Al + 3/2 O2 = Al2O3
So298 = - 74,87 kal/der/mol (-313,26 J/K/mol)
Diberikan :
Titik leleh aluminium = 659o C (932 K)
Panas peleburan Al pada titik lelehnya = 2.500 kal/mol (10.460 J/mol)
CP, <Al2O3> = 25,14 kal/der/mol (105,19 J/K/mol)
CP, <O2> = 7,57 kal/der/mol (31,67 J/K/mol)
CP, <Al> = 6,76 kal/der/mol (28,28 J/K/mol)
CP, {Al} = 7 kal/der/mol (29,29 J/K/mol)
6. Hitunglah perubahan entropy sistem dan lingkungan untuk pembekuan isotermal
dari 1 mol tembaga liquid supercool pada 900 oC (1.173 K) bila lingkungannya
juga berada pada suhu yang sama. Asumsikan bahwa CP dari tembaga liquid
juga dapat digunakan untuk tembaga liquid supercool.
Diberikan :
Titik leleh tembaga = 1.083o C (1.356 K)
Panas peleburan tembaga pada titik lelehnya = 3.100 kal/mol (12.970 J/mol)
CP, <Cu> = 5,41 + 1,5 x 10-3T kal/der/mol (22,64 + 6,28 x 10-3T J/K/mol)
CP, {Cu} = 7,5 kal/der/mol (31,38 J/K/mol)
7. Hitunglah perubahan entropy sistem dan lingkungan untuk pembekuan isotermal
dari 1 mol perak liquid supercool pada 850oC, bila lingkungannya juga berada
pada suhu yang sama.
Diberikan :

54
Titik leleh perak = 961o C (1.234 K)
Panas peleburan perak pada titik lelehnya = 2.690 kal/mol (11.255 J/mol)
CP, <Ag> = 5,09 + 2,04 x 10-3T kal/der/mol (21,3 + 8,54 x 10-3T J/K/mol)
CP, {Cu} = 7,3 kal/der/mol (30,54 J/K/mol)
8. Dengan menggunakan data data di bawah ini, hitunglah perubahan energi
bebas per mol dari logam pada 727oC (1.000 K) untuk reduksi dari molibdenum
oksida dan krom oksida oleh hidrogen :
Go1000,<Cr2O3> = - 205,5 kkal/mol ( - 859,8 kJ/mol)
Go1000,<MoO3> = - 120,0 kkal/mol ( - 502 kJ/mol)
Go1000,<H2O> = - 45,5 kkal/mol ( - 190,4 kJ/mol)
Berikan komentar terhadap hasil Anda.
9. Tentukan di atas atau di bawah suhu berapa reduksi MnO oleh karbon menjadi
mungkin secara termodinamik pada tekanan 1 atm.
Diberikan :
2<C> + (O2) = 2 (CO)
Go = - 53.400 41,9 T kal (-233.426 175,3T J)
2<Mn> + (O2) = 2 <MnO>
Go = - 190.800 + 39,25 T kal (-798.307 + 164,2 T J)
10. Panas pembentukan standard dari HgO solid pada 25oC (298 K) adalah -1,56
kkal/mol ( -90,2 kJ/mol). Entropy standard dari HgO solid, Hg liquid dan O2
pada 25oC adalah 17,5 ; 18,5 dan 49 kal/der/mol (73,22 ; 77,4 dan 205, 01
J/K/mol). Dengan mengasumsikan bahwa Ho dan So tidak tergantung suhu,
hitunglah suhu di mana HgO solid akan berdisosiasi menjadi Hg liquid dan O2.
11. Ada dua bentuk allotropik dari timah, yaitu abu abu dan putih. Perubahan
enthalpy pada 25oC (298 K) dari reaksi :
Sn (abu abu) Sn (putih)
adalah 0,5 kkal (2,09 kJ). Perubahan entropy adalah 1,745 kal/der (7,3 J/K).
Dengan menggunakan kriteria energi bebas untuk kesetimbangan, dan
mengasumsikan bahwa Ho dan So tidak tergantung suhu, hitunglah suhu
transisi, yaitu suhu di mana timah abu abu dan timah putih berada bersama
sama dalam kesetimbangan.

55
12. Tentukan di atas atau di bawah suhu berapa reduksi MgO oleh Al menjadi
mungkin secara termodinamik pada tekanan 1 atm.
Diberikan :
2Al + 3/2 O2 = Al2O3
Go = - 401.500 + 76,91 T kal (-1.679.876 + 321,79 T J)
(Mg) + (O2) = <MgO>
Go = - 174.750 + 49,09 T kal (-731.154 + 205,39 T J)
13. Krom dan karbon yang berada di dalam baja anti karat (stainless steel)
membentuk kromium karbida pada 600oC (873 K). Tunjukkan dengan
perhitungan termodinamik, logam yang mana di antara Si, Ti dan V yang harus
dipadukan dengan baja anti karat untuk mencegah pembentukan kromium
karbida.
Diberikan :
3 Cr + 2C = Cr3C2
Go = - 20.800 4 T kal (-87,027 16,74 T J)
Si + C = SiC
Go = - 12.770 + 1,66 T kal (-53.430 + 6,95 T J)
V + C = VC
Go = - 20.000 + 1,6 T kal (-83,680 + 6,69 T J)
Ti + C = TiC
Go = - 45.000 + 2,8 T kal (-188,280 + 11,71 T J)
14. Perkirakan apakah dekomposisi NbC oleh Nb2O5 pada tekanan 1 atm mungkin
terjadi pada suhu 1500o C (1773 K).
Diberikan:
Go1773,<Nb2O5> = - 269,0 kkal/mol ( -1.125,5 kJ/mol)
Go1773,<NbC> = - 30,8 kkal/mol ( -128,87 kJ/mol)
Go1773,(CO) = - 64,0 kkal/mol ( -267,77 kJ/mol)
15. Tentukan yang mana dari logam logam berikut ini yang dapat diproduksi
dengan cara reduksi logam sulfida dengan logam oksida pada 1000 oC (1273 K)
dan tekanan 1 atm.
Diberikan:
Cu2S + 2 Cu2O = 6Cu + SO2

56
Go = 28.530 + 14,06TlogT70,43T kal (119.370+58,83TlogT 294,68 T J)
PbS + 2 PbO = 3Pb + SO2
Go = 98.440 + 16,1TlogT121,14T kal (411,873+67,36TlogT 506,85 T J)
Ni3S2 + 4NiO = 7Ni + 2SO2
Go = 139.800 98,59 T kal (584.923 412,5 T J)
16. Apakah reaksi <Fe2O3> + 3 (H2) = 2<Fe> + 3 (H2O) terjadi secara spontan pada
25o C (298 K) dan tekanan 1 atm ?
Diberikan :
Ho298,(H2O) = - 57.789 kal/mol (-241.789 J/mol)
Ho298,<Fe2O3> = - 196.500 kal/mol (-822.156 J/mol)
So298,(H2O) = 45,1 kal/der/mol (188,7 J/K/mol)
So298,<Fe> = 6,49 kal/der/mol (27,15 J/K/mol)
So298,(H2) = 31,21 kal/der/mol (130,58 J/K/mol)
So298,<Fe2O3> = 21,5 kal/mol (89,95 J/K/mol)

57
BAB 3
LARUTAN

3.1. Pendahuluan
Suatu larutan (apakah solid, liquid, atau gas) dapat didefinisikan sebagai suatu
fase yang homogen yang terdiri dari zat zat kimia yang berbeda beda, yang
konsentrasinya mungkin bervariasi tanpa adanya pembentukan fase baru. Komposisi
larutan dapat dinyatakan dalam banyak cara. Dalam metalurgi, biasanya dinyatakan
sebagai persen berat atau persen atom/mol.
Sebagai contoh, misalkan suatu larutan yang terdiri dari n komponen. Misal w1,
w2, ...,wi,....wn menyatakan berat masing masing komponen, dan n1, n2, ...,ni,...nn
menyatakan jumlah gram atom (mol) dari masing masing komponen dalam larutan.
Persen berat komponen i, wt % i, dinyatakan sebagai :
wi
wt % i x100
w1 w2 ... wi ..wn
Dengan cara yang sama, persen atom untuk komponen i, atom % i, dapat dinyatakan
ni
sebagai : atom % i x100
n1 n2 ... ni ..nn
Namun, kedua cara untuk menyatakan kesetaraan komponen ini saling berhubungan
satu dengan yang lain. Dalam larutan biner A B, hubungannya adalah :
atom% AxBM ( A)
wt % A x100 (3.1)
atom% AxBM ( A) atom% BxBM ( B)
BM = berat molekul (MR = molecule relative)
wt % A
BM ( A)
atom % A = x100 (3.2)
wt % A wt % B
BM ( A) BM ( B)

Cara lain untuk menyatakan komposisi adalah fraksi mol (atom). Fraksi mol
(atau atom) didefinisikan sebagai jumlah gram mol (gram atom) suatu zat dibagi jumlah
total gram mol (gram atom) semua zat penyusun larutan. Jadi, dalam larutan multi
komponen yang terdiri dari n1,n2,....ni,...nn, gram mol komponen 1,2, ...i,...n, fraksi mol
komponen i, xi, dapat dinyatakan sebagai :

58
ni
xi (3.3)
n1 n2 ... ni ..nn
Jumlah fraksi mol semua komponen selalu sama dengan 1, yaitu
x1 + x2 + ...xi+...xn = 1 (3.4)
Terkadang komposisi terak (slag) dinyatakan sebagai fraksi ionik. Fraksi ionik
dari ion i didefinisikan sebagai rasio jumlah gram ion dari ion i terhadap jumlah total
gram ion dari kedua ion positif dan negatif.

Contoh Soal 1
Suatu kuningan terdiri dari 70% tembaga dan sisanya seng. Hitunglah komposisi
kuningan dalam % atom. Hitunglah juga fraksi atom dari tembaga dan seng dalam
kuningan di atas. Berat atom tembaga dan seng masing masing adalah 63,54 dan
65,38.

Penyelesaian :
Dengan menggunakan persamaan (3.2) :
70
63,54
atom % Cu = x100 70,62
70 30
63,54 65,38

Jadi atom % Zn = (100 70,62) = 29,38


Dengan menggunakan persamaan (3.3) :
Fraksi atom Cu = 70,62/100 = 0,7062
Jadi fraksi atom Zn = 1 0,7062 = 0,2938

3.2. Kuantitas Molar Parsial (Partial Molar Quantities)


Nilai total dari suatu fungsi keadaan ekstensif, Z (misalnya V, H, S, G, dll) dari
suatu larutan yang terdiri dari n1, n2, .....ni, .....gram mol komponen 1,2, ....i,... dapat
dianggap sebagai suatu fungsi suhu, tekanan dan jumlah komponen yang berbeda, yaitu:
Z = f(T, P, n1, n2, .....ni, .....)
Diferensial total dapat dinyatakan sebagai :

59
Z ' Z ' Z ' Z ' Z '
dZ ' dT dP dn1 dn2 ... dni ..
T P ,n1 ,n2 ,... P T ,n1 ,n2 ,... n1 P ,T ,n2 ,... n2 P ,T ,n1 ,... ni P ,T ,n1 ,n2 ,...ni 1 ,ni 1
Z ' Z '
dZ ' dT dP Z1dn1 Z 2 dn2 ... Z i dni ..
T P ,n1 ,n2 ,... P T ,n1 ,n2 ,...

Di mana secara umum :


Z '
Zi
ni T , P ,n1 ,n2 ,...ni 1 ,ni 1 ,.....

Z i dinyatakan sebagai property molar parsial dari komponen i dalam larutan dan dapat
didefinisikan sebagai laju perubahan property ekstensif Z bila sejumlah tak terhingga
komponen i ditambahkan ke dalam sistem, dengan menjaga suhu, tekanan dan jumlah
komponen lain konstan.
Property molar parsial merupakan property intensif. Untuk suatu sistem pada
suhu dan tekanan konstan, nilai total dari property ekstensif Z dinyatakan sebagai :
Z ' ni Z i (3.6)
Dan nilai property ekstensif per mol dari sistem Z dinyatakan sebagai :
Z xi Z i (3.7)
Di mana xi adalah fraksi mol komponen i.
Karena Z bisa merupakan sembarang property ekstensif, maka kita akan memperoleh
hubungan hubungan sebagai berikut :
V x1V1 x2 V2 ....xi Vi ......

H x1 H1 x2 H 2 ....xi H i ......

S x1 S1 x2 S 2 ....xi Si ......

G x1 G1 x2 G2 ....xi Gi ......
Di mana V, H, S, dan G menunjukkan volume, enthalpy, entropy dan energi bebas
molar. Energi bebas molar parsial juga dikenal sebagai potensial kimia, dan juga
dilambangkan sebagai .
Berbagai kuantitas molar parsial tersebut dapat dihubungkan satu dengan
lainnya dengan rumus rumus yang telah kita pelajari sebelumnya untuk suatu sistem
dengan komposisi yang telah ditentukan. Beberapa hubungan itu adalah sebagai berikut:
Gi H i T Si (3.8)

60
Gi
Si (3.9)
T
P

(G i / T )
Hi (3.10)
(1 / T ) P

Gi
Vi (3.11)
P
T
Karena dG RTd ln a , maka untuk komponen i dalam larutan :
d Gi RTd ln ai (3.12)

3.3. Persamaan Gibbs Duhem


Dari pembahasan di atas, nilai total dari suatu fungsi keadaan ekstensif, Z,
dinyatakan sebagai :
Z = f(T, P, n1, n2, .....ni, .....)
Sehingga pada T dan P konstan, variasi Z terhadap variasi komposisi larutan adalah:
Z ' Z ' Z '
dZ ' dn1 dn2 ... dni ..
n1 P ,T ,n2 ,... n2 P ,T ,n1 ,... ni P ,T ,n1 ,n2 ,...ni 1 ,ni 1

Dan nilai parsial molar dari suatu property ekstensif suatu komponen dinyatakan
sebagai :
Z '
Zi
ni T , P ,n1 ,n2 ,...ni 1 ,ni 1 ,.....
Yang dapat dituliskan:
dZ ' Z i dni Z j dn j Z k dnk ....... (a)

Jika Z i adalah nilai dari Z per mol i saat berada dalam larutan, maka nilai Z untuk
larutan itu sendiri adalah :
Z ' Z i ni Z j n j Z k nk ....... (b)

Penurunan persamaan di atas menghasilkan :


dZ ' Z i dni Z j dn j Z k dnk ....... ni d Z i n j d Z j nk d Z k ....... (c)

Dengan membandingkan antara persamaan (a) dan (c) menunjukkan bahwa pada T dan
P konstan,

61
ni d Z i n j d Z j nk d Z k ....... 0

Atau secara umum :

n d Z
i
i i 0 (3.13a)

Bila dibagi dengan n, jumlah mol total dari semua komponen penyusun larutan :

x dZ
i
i i 0 (3.13b)

Persamaan (3.13) di atas merupakan persamaan Gibbs Duhem untuk sembarang


fungsi keadaan ekstensif Z pada suhu dan tekanan konstan.
Untuk sistem biner A B, pada T dan P konstan :
x A d Z A xB d Z B 0 (3.14)
Karena Z dapat merupakan fungsi keadaan ekstensif apa saja, beberapa bentuk dari
persamaan Gibbs Duhem adalah :
x A dV A x B dV B 0 (3.15)

x A d H A xB d H B 0 (3.16)

x A d S A xB d S B 0 (3.17)

x A d G A xB d G B 0 (3.18)
Aplikasi persamaan Gibbs Duhem ini akan kita bahas lebih lanjut nanti.

3.4. Penentuan Kuantitas Molar Parsial dari Kuantitas Molar


Dalam larutan biner A B, kuantitas molar parsial Z A dan Z B dapat
dihubungkan dengan kuantitas molar Z sbb :
dZ
Z A Z (1 x A ) dan (3.19)
A xB
dx

dZ
Z B Z (1 x B ) (3.20)
dx B x A

Dengan bantuan persamaan (3.19) dan (3.20), Z A dan Z B dapat diketahui dari Z, baik
secara analitis maupun grafis. Secara analitis, dapat dilihat bahwa jika Z dinyatakan
dengan persamaan empiris, maka persamaan untuk Z A dan Z B dapat diperoleh juga dari

persamaan empiris tersebut. Nilai Z A dan Z B dapat juga diperoleh dengan grafik bila

62
kuantitas molar Z diketahui untuk beberapa komposisi. Metode ini meliputi pembuatan
grafik kuantitas molar Z melawan konsentrasi yang dinyatakan dalam fraksi mol dari
salah satu komponen (gambar 3.1), lalu membuat garis tangen terhadap kurva pada
konsentrasi tertentu, sehingga akan diperoleh nilai kuantitas molar parsial (misal pada
M) yang dimaksud.
Nilai Z A dan Z B diberikan oleh titik potong antara garis tangen dengan aksis
pada xA = 1 dan xB = 1. Contoh soal berikut akan lebih menjelaskan:

M
Z
A
ZA

ZB

xA = 0 N xA = 1
xB = 1 xA 1 xB = 0

Gambar 3.1. Metode Grafis untuk Menghitung Kuantitas Molar Parsial dari Kuantitas Molar
Contoh Soal 2
Enthalpy pencampuran paduan Cd Sn pada 500o C (773 K) diberikan sbb:
xCd :0 0,1 0,3 0,5 0,7 0,9 1
HM, kal/mol : 0 298,2 652,4 800 620,5 251,5 0
(HM, J/mol :0 1247,7 2729,6 3347,2 2596,2 1052,3 0)
Hitunglah berapa enthalpy pencampuran molar parsial dari kadmium dan timah dalam
paduan Cd Sn yang mengandung 60% kadmium.
Penyelesaian:

63
M
Untuk memperoleh nilai enthalpy pencampuran molar parsial dari kadmium, H Cd dan
M
juga untuk timah H Sn maka dibuat grafik antara HM dan xCd dan garis tangen

digambar pada xCd = 0,6, seperti ditunjukkan dalam gambar 3.2

1400
1360
1200

1000
H (kal/mol)

800
M
H Sn
600
M

400

320
200
M
H Cd
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
xCd

Gambar 3.2. Penentuan secara Grafik terhadap Enthalpy Pencampuran Molar Parsial dari
Cadmium Timah

M M
Nilai H Cd dan H Sn diperoleh dari perpotongan garis tangen dengan aksis pada x Cd =
M M
1 dan xSn = 1 (yaitu xcd = 0). Dari grafik terlihat bahwa, H Cd = 320 kal/mol dan H Sn
= 1360 kal/mol.

3.5. Hukum Raoult : Larutan Ideal


Salah satu bentuk dari hukum Raoult menyatakan bahwa penurunan tekanan uap
solvent relatif karena adanya penambahan solute adalah sama dengan fraksi mol solute
dalam larutan. Misal ada 2 zat A dan B yang membentuk suatu larutan. Misal p A dan pB
adalah tekanan parsial A dan B pada suatu komposisi tertentu, dan p Ao dan pBo adalah
tekanan uap yang diberikan oleh zat A dan B murni. Menurut hukum Raoult :

64
p Ao p A p Bo p B
xB dan xA
p A0 p B0
Di mana xA dan xB adalah fraksi mol A dan B. Karena xA + xB = 1, hubungan di atas
dapat dituliskan sebagai :
pA pB
xA dan xB
p A0 p B0
pi
Secara umum, xi (3.21)
pi0
Dengan mengasumsikan bahwa uap berlaku ideal, kombinasi dengan persamaaan :
f
a
f0

(Di mana a = aktivitas, yaitu rasio dari fugasitas suatu zat terhadap fugasitasnya
dalam keadaan standard, f = fugasitas pada keadaan sembarang dan f o = fugasitas
dalam kondisi standard. Fugasitas adalah pengukuran ideal dari tekanan gas. Di mana
untuk gas ideal, secara numerik fugasitas sama dengan tekanan, sedang untuk gas
nyata /tidak ideal fugasitas akan mendekati harga tekanannya pada tekanan tekanan
yang rendah).
menghasilkan,
ai = x i (3.22)
Terlihat dari persamaan (3.21) bahwa tekanan uap dari sembarang komponen
dari suatu larutan berbanding lurus dengan fraksi mol dari komponen tersebut di dalam
larutan, menunjukkan bahwa larutan tersebut mengikuti hukum Raoult. Juga, jika suatu
larutan mengikuti Hukum Raoult, aktivitas dari sembarang komponen adalah sama
dengan fraksi mol komponen tersebut di dalam larutan. Larutan yang mengikuti Hukum
Raoult disebut Larutan Ideal.
Dari penelitian ditemukan bahwa di dalam larutan nyata, aktivitas suatu
komponen berbanding lurus dengan fraksi mol komponen tersebut. Dan harganya bisa
jadi lebih besar atau kurang dari harga aktivitas dari larutan ideal yang mengikuti
Hukum Raoult. Hal ini terlihat pada gambar 3.3. Gambar tersebut juga menunjukkan
bahwa Hukum Raoult sesuai untuk kebanyakan sistem pada konsentrasi solvent yang
lebih tinggi.

65
1
deviasi + terhadap hukum Raoult

aktivitas
garis hukum Raoult

deviasi terhadap hukum Raoult


0

0 fraksi mol 1
Gambar 3.3. Hubungan antara aktivitas dan konsentrasi larutan, menunjukkan deviasi positif
dan negatif terhadap Hukum Raoult

Contoh Soal 3
Di dalam suatu proses basic open hearth, reaksi mangan di dalam dapur dengan besi
oksida (FeO) di dalam terak mencapai suatu kondisi yang mendekati kesetimbangan
nyata. Baja mengandung 0,065 % atom mangan dan analisa terak (dalam % berat)
adalah :
FeO 76,94% , Fe2O3 4,15%, MnO 13,86%,
MgO 3,74%, SiO2 1,06%, dan CaO 0,25%
Hitunglah harga konstanta kesetimbangan dan perubahan energi bebas standard untuk
reaksi di atas pada 1655o C (1928 K), dengan mengasumsikan bahwa terak dan sistem
Fe Mn berlaku ideal pada suhu tersebut. Abaikan pengaruh logam lain yang mungkin
ada dalam baja.
Diberikan : Berat molekul :
FeO:71,85 ; Fe2O3:159,85 ; MnO:70,94 ; MgO:40,32 ; SiO2:60,09 dan CaO:56,08
Penyelesaian :
Reaksi yang terjadi dapat dinyatakan sbb :
(FeO)terak + [Mn]logam = (MnO)terak + [Fe]logam
Konstanta kesetimbangan dari reaksi di atas dapat dituliskan:
(aMnO ).[a Fe ]
K
(a FeO ) total[aMn ]

66
Karena terak dan sistem Fe Mn berlaku ideal pada 16650 C, aktivitas dapat diubah ke
dalam fraksi mol masing masing komponen. Pengaruh logam lain dalam baja
diabaikan dan % atom Mn sangat kecil, maka fraksi mol Fe dapat diasumsikan sama
dengan 1. Jadi :
( xMnO )
K
( xFeO ) total[ xMn ]
Analisis terak diberikan dalam % berat. Fraksi mol dari FeO, Fe 2O3, dan MnO dapat
dihitung sbb :
Komponen Terak % berat (a) Berat Molekul (b) g mol (c = a/b)
FeO 76,94 71,85 1,0710
Fe2O3 4,15 159,85 0,0259
MnO 13,86 70,94 0,1954
MgO 3,74 40,32 0,0927
SiO2 1,06 60,09 0,0176
CaO 0,25 56,08 0,0044

Besi dan oksigen berada di dalam terak dalam bentuk Fe 2O3. Oleh karena itu
fraksi mol Fe2O3 harus dikonversikan ke dalam bentuk FeO untuk memperoleh harga
total xFeO. Karena reaksi dapat terjadi untuk menghasilkan FeO menurut persamaan
berikut :
Fe2O3 2FeO + O2
Dari reaksi tersebut terlihat bahwa 1 mol Fe 2O3 menghasilkan 2 mol FeO.
Jadi total g mol FeO = g mol FeO + 2 x g mol Fe2O3
= 1,071 + 2 x 0,0259 = 1,1228
gmol total komponen penyusun terak =
1,1228+0,1954+0,0927+0,0176+0,0044=1,4329
Fraksi mol total FeO dalam terak, (xFeO)total = 1,1228/1,4329 = 0,7835
Fraksi mol MnO dalam terak, (xMnO) = 0,1954/1,4329 = 0,1363
Fraksi mol Mn dalam logam, [xMn] = 0,065/100 = 0,065x10-2
Setelah memasukkan harga harga ke dalam persamaan untuk mencari K diperoleh:
0,1363
K 267,6
0,7835 x(0,065 x10 2 )

67
Go = - 4,575T log K = - 4,575 x 1928 x log 267,6 = - 21.410 kalori
Contoh Soal 4
Di dalam timbal tidak ada pengotor lain kecuali seng. Seng ini dapat dihilangkan
melalui reaksi dengan gas klorin pada 390o C(663 K) menurut reaksi sbb :
[Zn]Pb Zn + (PbCl2)terak = [Pb]Pb Zn + (ZnCl2)terak
Perubahan energi bebas standard dari reaksi di atas pada 390 o C(663 K) adalah 15.090
kalori (- 63.137 J) dan terak klorit akhir mengandung ZnCl 2 dengan fraksi mol 0,983.
Aktivitas seng dalam timbal pada suhu tersebut di atas untuk larutan Zn dalam Pb yang
sangat encer diberikan sebagai :
aZn = 29 xZn
Hitunglah sampai seberapa banyak seng yang dapat dihilangkan (dalam % berat),
dengan mengasumsikan bahwa sistem PbCl 2 ZnCl2 berlaku ideal. Berat atom timbal
dan seng adalah 207,2 dan 65,38.
Penyelesaian : Untuk reaksi :
[Zn]Pb Zn + (PbCl2)terak = [Pb]Pb Zn + (ZnCl2)terak
Dapat dituliskan bahwa :
Go = - RT ln K
(a ZnCl2 ).[a Pb ]
= - 4,575 T log
(a PbCl2 )[a Zn ]

Karena sistem PbCl2 ZnCl2 berlaku ideal :


( xZnCl2 ).[a Pb ]
Go = - 4,575 T log
( x PbCl2 )[a Zn ]

xPbCl2 = 1 xZnCl2 = 1 0,983 = 0,017


Aktivitas timbal diambil sama dengan 1, dengan mengasumsikan bahwa seng ada dalam
jumlah yang sangat kecil. Dengan memasukkan harga harga pada 390o C(663 K),
maka :
1x0,983
- 15.090 = - 4,574 x 663 x log
0,017[29 xZn ]
[xZn] = 2,117 x 10-5
Yaitu % atom seng = 2,117 x 10-3
Konsentrasi seng tersebut diubah dalam % berat :

68
(2,117 x10 3 ) x65,38 x100
% berat Zn =

2,117 x10 3 x65,38 100 2,117 x10 3 x207,2
Karena 2,117 x 10-3 sangat kecil, maka
0,1385
% berat Zn = x100 6,68 x10 4
(0,1385 20720)
Jadi kandungan seng di dalam timbal dapat diturunkan sampai 6,68x10-4 % berat.

3.6. Larutan Non Ideal : Konsep Koefisien Aktivitas


Larutan non ideal (atau larutan nyata) adalah larutan yang paling tidak satu
komponennya tidak mengikuti persamaan (3.22). Faktor koreksi, i, yang dikenal
sebagai koefisien aktivitas komponen i, dimasukkan ke dalam persamaan (3.22)
sehingga persamaan tersebut juga digunakan untuk larutan non ideal. Jadi :
ai = i . xi (3.23)
Koefisien aktivitas tergantung pada suhu, tekanan dan komposisi larutan. Untuk larutan
ideal :
i = 1 (3.24)
Contoh Soal 5
Aktivitas aluminium pada konsentrasi yang berbeda dalam larutan Al Cu pada 1100oC
(1373 K) diberikan sbb :
xAl : 0,9 0,75 0,63 0,53 0,45 0,38 0,3 0,2 0,1
aAl : 0,89 0,69 0,5 0,31 0,2 0,1 0,03 0,005 0,008
Hitunglah koefisien aktivitas aluminium dalam larutan yang mengandung 49 % atom
aluminium.
Penyelesaian:
Untuk memperoleh harga aAl, dan juga Al, pada xAl = 0,49 maka dibuat grafik antara xAl
dan aAl seperti ditunjukkan dalam gambar 2.4.
Dari grafik ini, harga aAl pada xAl = 0,49 adalah 0,25. Sehingga :
Al = 0,25/0,49 = 0,5102
Jadi koefisien aktivitas aluminium pada xAl = 0,49 adalah 0,5102

69
1
0,9
0,8
0,7
0,6
aAl

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
xAl
Gambar 3.4. Grafik yang menghubungkan Aktivitas dan Fraksi MolAluminium dalam Paduan
Al Cu
3.7. Hukum Henry : Larutan Larutan Encer
Hukum Henry menyatakan bahwa tekanan uap parsial dari solute dalam larutan encer
sebanding dengan fraksi molnya (gambar 3.5)
1
Aktivitas A, aA

Garis Hukum Raoult

Deviasi Hukum Raoult

Garis Hukum Henry


0

0 Fraksi Mol A, xA 1
Gambar 3.5. Aktivitas Solute A vs Fraksi Mol

70
(Untuk deviasi negatif terhadap Hukum Raoult, kurva mendekati garis lurus pada konsentrasi
rendah, sehingga mengikuti Hukum Henry)
Jika dalam larutan A B, solute dinyatakan sebagai a, maka menurut Hukum
Henry,
pA = KA . xA (3.25)
Di mana KA merupakan konstanta pada suhu yang diberikan. Bila kedua sisi dibagi p Ao,
aA = kontanta . xA (3.26)
Konstanta dalam rumus di atas adalah sama dengan slope dari kurva aktivitas
komposisi pada pelarutan tak terhingga, atau slope kurva pada konsentrasi A sama
dengan nol, dan dinyatakan sebagai Ao. Ao adalah koefisien aktivitas pada pelarutan
tak terhingga.
Seperti Hukum Raoult, Hukum Henry juga diterapkan dalam kisaran konsentrasi
yang bervariasi dari sistem satu ke sistem yang lain, tetapi hanya valid pada konsentrasi
yang rendah.

3.8. Keadaan Standard Alternatif


Untuk larutan non ideal, terkadang lebih mudah untuk menggunakan kuantitas
thermodinamika seperti perubahan energi bebas standard, aktivitas, koefisien aktivitas,
dll relatif terhadap keadaan standard lain daripada zat murninya. Hukum Henry
menawarkan 2 keadaan alternatif seperti tersebut, yaitu keadaan standard :pengenceran
tak hingga, fraksi atom (infinitely dilute, atom fraction) dan pengenceran tak hingga,
persen berat (infinitely dilute, weight percent).

3.8.1.Keadaan Standard Pengenceran Tak Hingga, Fraksi Atom


Keadaan standard ini menyatakan bahwa aktivitas Henry mendekati fraksi atom pada
pengenceran yang tak berhingga, yaitu :
hA = xA saat xA 0
Di mana hA menyatakan aktivitas Henry dari A. Dengan kata lain, dalam kisaran
konsentrasi di mana Hukum Henry masih berlaku, fraksi atom adalah sama dengan
aktivitasnya. Di luar kisaran konsentrasi ini, aktivitas dapat dihubungkan dengan fraksi
atom melalui persamaan :
hA = fA . xA (3.27)

71
di mana fA adalah koefisien aktivitas Henry dari A relatif terhadap keadaan standard
pengenceran tak hingga, fraksi atom. Hubungan antara aktivitas A relatif terhadap
keadaan standard zat murninya dan aktivitas A relatif terhadap keadaan standard
pengenceran tak hingga, fraksi atom dinyatakan sebagai :
aktivitas A relatif terhadap keadaan standard zat murninya o
aktivitas A relatif terhadap keadaan standard pengencera n tak hingga, fraksi atom A X A konstan

(3.28)
Di mana Ao adalah koefisien aktivitas Raoult dari A pada pengenceran tak hingga.
Perubahan energi bebas yang menyertai transfer 1 mol A dari keadaan standard
zat murninya ke keadaan standard pengenceran tak hingga, fraksi atom adalah :
A(keadaan standard zat murni) A (keadaan standard pengenceran, fraksi atom)
Dinyatakan sebagai :
Go = GAo(keadaan standard pengenceran tak hingga, fraksi atom) GAo(keadaan standard zat murni)

= RT ln aktivitas A relatif terhadap keadaan standard zat murninya


aktivitas A relatif terhadap keadaan standard pengencera n tak hingga, fraksi atom

= RT ln Ao (3.29)

3.8.2. Keadaan Standard Pengenceran Tak Hingga, Persen Berat


Keadaan standard ini, yang dipakai secara luas dalam bidang metalurgi, terutama di
pembuatan baja, menyatakan bahwa aktivitas Henri mencapai persen berat pada
pengenceran tak hingga, yaitu :
hA = wt % A saat wt % A 0
Dengan mengasumsikan bahwa larutan mengikuti Hukum Henry hingga 1% berat A,
maka hA sama dengan 1 pada konsentrasi ini, sehingga keadaan standardnya adalah 1 %
berat larutan. Deviasi dari kesamaan dari aktivitas dan % berat diukur dengan koefisien
aktivitas Henry relatif terhadap keadaan standard pengenceran tak hingga, % berat,
yaitu :
hA = fA . (wt % A) (3.30)
Meskipun dalam kedua persamaan (3.27) dan (3.30) hA dan fA telah digunakan
untuk menunjukkan aktivitas Henri dan koefisien aktivitas Henri, namun dalam
persamaan (3.27) kedua besaran tersebut mengacu pada keadaan standard pengenceran

72
tak hingga, fraksi atom, sedangkan dalam persamaan (3.30) keduanya relatif terhadap
keadaan standard pengenceran tak hingga, persen berat.
Hubungan antara aktivitas dari A relatif terhadap keadaan standard zat murni,
dan aktivitas dari A relatif terhadap keadaan standard pengenceran tak hingga, persen
berat diberikan sebagai :
aktivitas A relatif terhadap keadaan standard zat murninya x
aktivitas A relatif terhadap keadaan standard pengencera n tak hingga,% berat oA.
A

% wtA X A konstan
(3.31)
Perubahan energi bebas yang menyertai transfer 1 mol A dari keadaan standard
zat murninya ke keadaan standard pengenceran tak hingga, % berat adalah :
A(keadaan standard zat murni) A (keadaan standard pengenceran, % berat)
Dinyatakan sebagai :
Go = GAo(keadaan standard pengenceran tak hingga, % berat) GAo (keadaan standard zat murni)

= RT ln aktivitas A relatif terhadap keadaan standard zat murninya


aktivitas A relatif terhadap keadaan standard pengencera n tak hingga,% berat

x
= RT ln o . A (3.32)
A % wtA

Untuk solute A dengan konsentrasi rendah dalam larutan A B, diberikan :


xA MB

wt % A 100M A
Di mana MA dan MB adalah berat molekul A dan B. Sehingga persamaan (3.32) dapat
dituliskan sebagai :
MB
G o RT ln Ao .
100 M A

MB
G o RT ln Ao RT ln (3.33)
100M A
Apapun keadaan standard yang digunakan, persamaan :
G o RT ln K
hasil kali aktivitas produk
G o RT ln
hasil kali aktivitas reaktan

valid, tetapi harga yang sebenarnya dari GO dan K akan tergantung pada keadaan
standard yang digunakan.

73
Contoh contoh penggunaan dari keadaan keadaan standard alternatif ini
diberikan dalam contoh contoh soal berikut :
Contoh Soal 6
Dalam suatu proses pembuatan baja terkandung oksigen sebesar 0,002 % berat.
Vanadium hendak ditambahkan ke dalam cawan tuang (ladle) pada 1557o C (1830 K)
untuk membuat produk yang mengandung 1 % berat vanadium. Sampai seberapa
banyak kandungan oksigen harus diturunkan untuk mencegah kehilangan vanadium ?
Diberikan : 2[V]Fe, wt % + 3 [O] Fe, wt % = <V2O3>
GO = - 186.520 + 64T kalori ( - 780.400 + 267,8 T J)
Penyelesaian :
Perubahan energi bebas standard untuk reaksi tersebut pada 1557o C (1830 K) adalah :
GO = - 186.520 + 64 x 1830 = - 69.400 kalori
Konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut pada 1557 o C adalah :
G1830
o
69.400
log K 8,289
4,575 x1830 4,575 x1830

Sehingga K = 1,945 x 108


Karena keadaan standard dari vanadium dan oksigen, seperti yang ditunjukkan dalam
reaksi, adalah keadaan standard pengenceran, % berat, maka % beratnya dapat
langsung digantikan dengan aktivitas. Sehingga :

K
aV O
2 3

wt%V 2 wt%O3
Aktivitas dari V2O3 sama dengan 1, karena merupakan zat murni, sehingga :
1
K
wt%V 2 wt%O3
Setelah nilai K dimasukkan dalam persamaan di atas diperoleh:

wt%V 2 wt%O3 1
8
5,14 x10 9
1,945 x10

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa terdapat sejumlah tertentu oksigen yang


berkesetimbangan dengan vanadium di dalam baja. Jumlah oksigen yang
berkesetimbangan dengan 1 % V adalah :
1 x [wt % O]3 = 5,14 x 10-9 atau
[wt % O] = 1,726 x 10-3

74
Jadi, 0,001726 % berat oksigen berada dalam kesetimbangan dengan 1 % berat
vanadium. Jika terdapat oksigen yang lebih dari nilai tersebut, seperti di dalam contoh
soal di atas (yaitu 0,002 % berat), maka vanadium akan mulai membentuk V 2O3. Oleh
karena itu, untuk mencegah kehilangan vanadium, kandungan oksigen di dalam baja
harus diturunkan dari 0,002 % berat menjadi 0,001726 % berat.

Contoh Soal 7
Koefisien aktivitas dari kromium di dalam besi pada pengenceran tak hingga, relatif
terhadap kromium solid murni sebagai keadaan standard adalah sama dengan 1.
Hitunglah perubahan energi bebas bila solid kromium dilarutkan ke dalam besi sehingga
membentuk larutan kromium % berat yang sangat encer di dalam besi cair pada 1800 oC
(2073 K) berdasarkan data data sbb:
Panas peleburan kromium = 5.000 kalori/mol (20.920 J/mol)
Titik lebur kromium = 1830o C (2103 K)
Berat atom Fe dan Cr adalah 55,85 dan 52
Penyelesaian :
Pelarutan kromium murni cair ke dalam besi, sehingga membentuk larutan % berat
kromium yang sangat encer di dalam besi cair dapat dinyatakan sebagai :
{Cr}keadaan standard zat murni = [Cr]Fe, wt %
Dan perubahan energi bebas, berdasarkan persamaan (3.33) diberikan sbb:
M Fe
G o RT ln Cr
o
RT ln

100M Cr

Di mana MFe dan MCr adalah berat atom dari besi dan kromium dan oCr adalah
koefisien aktivitas Raoult kromium pada pengenceran tak hingga. Setelah memasukkan
nilai nilai yang sesuai ke dalam persamaan pada suhu 1800 o C diperoleh :
Go2073 = 4,575 x 2073 x log 1 + 4,575 x 2073 x log [55,85/(100x52)] = - 18.670 kalori
Perubahan energi bebas yang telah dihitung di atas adalah untuk kromium cair pada
1800o C. Namun yang kita perlukan adalah perubahan energi bebas untuk kromium
solid pada 1800o C. Oleh karena itu perubahan energi bebas yang menyertai peleburan
kromium, yaitu :
<Cr>keadaan standard zat murni = {Cr}keadaan standard zat murni (a)
harus diperhitungkan.

75
Entropy peleburan kromium, sf, pada titik leburnya = panas peleburan/titik lebur
= 5000/(1830 + 273)
= 2,378 kalori/derajat/mol
Dengan mengasumsikan bahwa entropy peleburan, sf, dan panas peleburan, Hf, tidak
tergantung suhu, maka perubahan energi bebas dari reaksi (a) pada 1800 o C adalah :
Gf = Hf - TSf
= 5000 2073 x 2,378
= 71 kalori
Oleh karena itu :
{Cr}keadaan standard zat murni = [Cr]Fe, wt % Go = - 18.670 kalori
<Cr>keadaan standard zat murni = {Cr}keadaan standard zat murni Go = 71 kalori
<Cr>keadaan standard zat murni = [Cr]Fe, wt% Go = - 18.599 kalori +
Jadi perubahan energi bebas yang menyertai pelarutan kromium solid murni sehingga
menjadi larutan % berat kromium yang sangat encer di dalam besi adalah - 18.599 kal.

SOAL SOAL
1. Paduan aluminium magnesium mengandung 91,5 % aluminium. Hitunglah
komposisi paduan dalam % berat. Berat atom dari aluminium dan magnesium
adalah 26,98 dan 24,32.
2. Menurut teori ion, suatu terak dasar yang mempunyai komposisi sbb :
CaO = 48,9 %, MgO = 6,7 %, MnO = 1,6 %, FeO = 9 %, Fe2O3 = 3,3 %,
SiO2 = 14,4%, P2O5 = 13,3% dan Al2O3 = 4,1%
terdiri dari ion ion Ca2+, Mg2+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, SiO44- , PO43-, AlO33- dan ion
bebas O2-. Hitunglah fraksi ion dari masing masing ion yang terkandung di dalam
terak. Berat molekul CaO = 56,1 MgO = 40,3 MnO = 70,9 FeO = 71,8 Fe 2O3 =
159,7 SiO2 = 60 P2O5 = 142 dan Al2O3 = 101,9
3. Tabel berikut mencantumkan densitas dari paduan Zn Al :
Wt % Al Fraksi Atom Jumlah g - atom dalam Densitas pada Volume 100 Volume per g
o
Zn 100 gram paduan 25 C, g/cc gram paduan, atom paduan,
cc cc
0 1 1,53 7,143 14 9,15
9,57 0,7957 1,738 6,131 16,31 9,38

76
19,4 - - 5,345 - -
25,37 - - 4,953 - -
Lengkapilah tabel di atas, hitunglah fraksi atom seng, jumlah gram mol dalam 100
gram paduan, volume 100 gram paduan, volume yang ditempati oleh 1 gram atom
paduan. Juga, hitunglah volume molar parsial (atomik) dari seng dan aluminium
pada 25oC di dalam paduan yang mengandung 0,75 fraksi atom seng. Berat atom Zn
dan Al adalah 65,38 dan 26,96
4. Panas pembentukan molar dari kuningan cair menurut reaksi :
(1 x) {Cu} + x{Zn} = {Cu Zn}
dinyatakan sebagai :
HM = - 7100.x.(1 x) kal ( - 29.706.x.(1 x) J )

Di mana x adalah fraksi atom seng. Tentukan persamaan yang menghubungkan


panas pembentukan parsial molar dari tembaga dan seng dalam kuningan cair
dengan komposisi paduannya.
5. Hitunglah panas pencampuran molar parsial dari seng dan kadmium di dalam paduan
Zn Cd, yang mengandung 0,6 fraksi atom seng, dari data data pada 700oC (973
K) berikut :
xZn : 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
Panas Pencampuran
Integral (kal/mol) :180 317 413 468 491 478 424 329 188
Panas Pencampuran
Integral (J/mol) : 753 1.326 1.728 1.958 2.054 2.000 1.744 1.377 787

6. Energi bebas pencampuran integral, GM dari paduan Cr Ti pada 1380oC (1653 K)


adalah sbb:
xCr : 0,09 0,19 0,27 0,37 0,47 0,62 0,78 0,89

GM (kal/mol) :- 811 -1238 -1432 -1569 -1650 -1632 -1417 -970

GM (J/mol) :-3393 -5180 -5991 -6565 -6904 -6828 -5929 -4058

Hitunglah energi bebas pencampuran parsial molar dari kromium dan titanium
dalam larutan yang mengandung 0,47 fraksi mol Cr pada 1380oC (1653 K).
7. Hitunglah komposisi kesetimbangan dari paduan Cu Ni (dalam % berat) yang
dapat berada di dalam kesetimbangan dengan Cu 2O dan NiO pada 727oC (1000 K)
dari data sbb:

77
Pada 727oC (1000 K) - GoCu2O = - 18.230 kal/mol ( - 76.274 J/mol), dan
- GoNiO = - 30.150 kal/mol ( - 126.148 J/mol)
Berat atom Cu dan Ni adalah 63,54 dan 58,7.
8. Larutan MnO dalam FeO dan larutan Mn dalam Fe berlaku ideal pada 1600 oC (1873
K). Hitunglah konsentrasi mangan di dalam besi dalam % berat yang
berkesetimbangan dengan terak yang mengandung 40% MnO dan 60% FeO pada
suhu tersebut.
Diberikan : (FeO)terak + [Mn]Fe Mn = (MnO)terak + [Fe]Fe Mn ;
Go = - 29.080 + 3,67 T kal ( - 121.671 + 15,35 T Joule)
Berat atom Fe dan Mn adalah 55,85 dan 54,94.
9. Dekomposisi peritektik dari senyawa ZrZn14 pada 545o C (818 K) dapat dinyatakan
sbb : ZrZn14 = ZrZn6 + 8[Zn]paduan Zn Zr
Paduan tersebut pada suhu peritektiknya mengandung 99,2% atom seng. Hitunglah
koefisien aktivitas dari seng pada paduan tersebut.
Diberikan : Pada 545o C (818 K) (GoZrZn14 GoZrZn6) = -678 kal ( - 2837 J)
10. Besi cair mengandung 0,2 % berat aluminium dan 0,05% nitrogen pada 1620 o C
(1893 K). Tentukan kemungkinan presipitasi aluminium nitrit, AlN, dengan
perhitungan thermodinamik.
Diberikan : AlN = [Al]Fe,% berat + [N]Fe,%berat ; K = 6 x 10-3
11. Tunjukkan secara thermodinamik bahwa dengan pemberian sejumlah ferro
silikon, deoksidasi baja semakin baik bila suhu diturunkan, dengan menjaga semua
variabel yang lain konstan. Lakukan perhitungan berdasarkan data berikut:
SiO2 = [Si]Fe,% berat + 2[O]Fe, % berat
Go = - 129.440 48,44 T kal ( - 541.577 202,67 T Joule)
12. Aluminium yang tertinggal di dalam baja setelah proses deoksidasi dapat
dihilangkan dengan perlakuan vakum pada 1600o C (1873 K) di dalam cawan untuk
peleburan logam (crucible) baik yang terbuat dari silika, magnesia atau alumina,
menurut reaksi berikut :
<SiO2> + 2[Al]Fe,wt % = (SiO) + (Al2O)
<MgO> + 2[Al]Fe,wt % = (Mg) + (Al2O)
<Al2O3> + 4[Al]Fe,wt % = 3(Al2O)

78
Jika tekanan minimum yang dapat dicapai oleh pompa vakum adalah 10 -4 atm (10,1
N/m2), cawan yang mana yang dapat digunakan untuk memperoleh baja bebas
aluminium?
Diberikan :
(a) Pada 1600o C (1873 K)
GoSiO2 = - 130,44 kkal/mol (-545,76 kJ/mol)
GoSiO = - 57,7 kkal/mol (-241,42 kJ/mol)
GoAl2O = - 71,6 kkal/mol (-299,57 kJ/mol)
GoMgO = - 82,7 kkal/mol (-346,02 kJ/mol)
GoAl2O3 = - 256,04 kkal/mol (-1071,3 kJ/mol)
(c) G untuk transfer dari 1 atom aluminium dari keadaan liquid murni menjadi
larutan % berat aluminium yang sangat encer dalam besi cair pada 1600 oC (1873
K) adalah 13 kkal/mol ( - 54,39 kJ/mol)
(c) Aluminium yang tertinggal setelah deoksidasi adalah 0,2 % berat
13. Titik leleh dari kobalt adalah 1480oC (1753 K). Hitunglah perubahan energi bebas
untuk transfer 1 g atom kobalt dari liquid murni menjadi larutan 1 % berat dalam
besi cair pada 1500oC (1773 K). Asumsikan bahwa kobalt berlaku ideal dalam besi
pada suhu tersebut. Berat atom Co dan Fe adalah 58,9 dan 55,85.
14. Vanadium meleleh pada 1720oC (1993 K). Koefisien aktivitas Raoult dari vanadium
pada pengenceran tak hingga dalam besi cair pada 1620 oC (1893 K) adalah 0,068.
Hitunglah perubahan energi bebas yang menyertai transfer dari keadaan standard
vanadium solid murni menjadi larutan vanadium % berat yang sangat encer di
dalam besi murni pada 1620oC (1893 K).
Diberikan :
(a) Panas peleburan vanadium = 4500 kal/mol (18.828 J/mol)
(b) Berat atom vanadium dan besi adalah 50,95 dan 55,85
15. Koefisien aktivitas tembaga di dalam besi pada pengenceran tak hingga, realtif
terhadap tembaga murni sebagai keaadaan standard, adalah 8,5 pada 1600oC (1873
K). Hitunglah perubahan energi bebas dari reaksi :
{Cu} = [Cu]Fe,wt %
o
pada 1600 C (1873 K). Asumsikan bahwa berat atom tembaga dan besi adalah 63,5
dan 55,85.

79
16. Hitunglah perubahan energi bebas bila keadaan standard dari mangan diubah dari
keadaan liquid murni ke dalam larutan % berat mangan yang sangat encer di dalam
besi pada 1627oC (1900 K)
Diberikan :
(a) Titik leleh mangan = 1245oC (1518 K)
(b) Berat atom mangan dan besi adalah 54,94 dan 55,85
(c) Sistem Fe Mn dapat dianggap larutan ideal

80
DAFTAR PUSTAKA

1. Gaskell, D.R, Introduction to Metallurgical Thermodynamics, International


Student Edition, McGraw Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo, 1973
2. Upadhyaya, G.S and Dube, R.K, Problems in Metallurgical Thermodynamics
and Kinetics, Pergamon Press, Oxford, 1982
3. Swalin, R.A, Thermodynamics of Solid,John Wiley & Sons, New York
4. Uhlig, H.H, Corrosion and Control, John Wiley & Sons, New York, 1971

81
82

Anda mungkin juga menyukai