Anda di halaman 1dari 19

Jurnal pencemaran lingkungan, Vol.

4, Tahun 2013

Hal 1-19

LIMBAH PETERNAKAN SAPI DAN PENANGGULANGAN

ARI RAHMAWATI (E1A012007)

ABSTRAK

Penggunaan sumber energi fosil oleh manusia telah mengakibatkan semakin banyaknya emisi
gas efek rumah kaca ke lingkungan yang menyebabkan pemanasan global (global warming),
pencemaran lingkungan serta berkurangnya cadangan sumber energi fosil tersebut. Hal ini
mengakibatkan penuntutan pencarian sumber energi yang lebih ramah lingkungan (renewable
energy). Salah satunya dengan pemanfaatan limbah yang ada di sekitar kita seperti limbah
peternakan sapi yang terdiri dari feses, urine dan sisa pakan. Dengan sebuah perlakuan proses
fermentasi (anaerobik) dalam sebuah digester terhadap limbah peternakan akan menghasilkan
satu sumber energi yang ramah lingkungan yaitu biogas yang mengandung gas metan yang
bagus untuk proses pembakaran karena menghasilkan api berwarna biru dan tidak berbau.
Proses pembentukan gas metan ini terdiri dari proses hidrolisis, pengasaman dan metagonik.
Proses anaerobik ini memerlukan kondisi C/N 20-25, temperatur 32 35oC atau 50 -55oC, pH
antara 6,8 8 serta air yang banyak. Lumpur sisa pengolahan limbah peternakan sapi tadi
mampu menurunkan nilai COD dan BOD, total solid, volatile solid, nitrogen nitrat dan nitrogen
organik, bakteri coliform dan patogen lainnya, telur insek, parasit, juga menghilangkan atau
menurunkan bau.
PENDAHULUAN terbesar karbondioksida adalah pembakaran
bahan bakar fosil (fosil fuel) seperti batu
1. LATAR BELAKANG
bara, minyak bumi dan gas alam yang juga
merupakan sumber daya yang tidak dapat
Dengan semakin majunya peradaban
diperbaharui.
manusia akan menuntut semakin banyak
aktifitas manusia yang akan dilakukan di
Pemasanan global yang terjadi saat ini telah
muka bumi demi tujuan pemenuhan
banyak membawa dampak negatif bagi
kebutuhan hidup. Hampir semua aktifitas
kehidupan manusia seperti menyebabkan
tersebut menyebabkan pengakumulasian

emisi 6 gas rumah kaca yang menjadi iklim tidak stabil, peningkatan suhu
penyebab pemanasan global (global permukaan laut, suhu global akan cenderung
warming) yaitu karbondioksida, metan, meningkat, gangguan ekologis serta
nitrous oxide, sulfur heksa fluorida, HFC berdampak pada kehidupan sosial dan
dan PFC seperti disimpulkan oleh kelompok politik. karena hal tersebut, sangatlah
peneliti di bawah naungan Badan penting adanya usaha-usaha untuk
Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Panel mengurangi emisi gas efek rumah kaca.
Antarpemerintah Tentang Perubahan Iklim
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk
atau disebut International Panel on Climate
menghambat pemanasan global yang telah
Change (IPCC). Salah satu penyumbang
diikrarkan dalam Protokol Kyoto tahun satu penyumbang emisi gas efek rumah
1997 adalah mengurangi emisi gas efek kaca. Pada umumnya limbah peternakan
rumah kaca. Bioenergi menjadi salah satu hanya digunakan untuk pembuatan pupuk
hal yang dapat dikembangkan sebagai organik. Untuk itu sudah selayaknya perlu
sumber energi alternatif ramah lingkungan adanya usaha pengolahan limbah peternakan
dengan tujuan mengurangi ketergantungan menjadi suatu produk yang bisa
pada bahan bakar minyak yang mahal dan dimanfaatkan manusia dan bersifat ramah
terbatas. lingkungan.

Bioenergi selain dapat dihasilkan dari Pengolahan limbah peternakan melalui


tanaman yang memang sengaja proses anaerob atau fermentasi perlu
dibudidayakan untuk produksi bioenergi digalakkan karena dapat menghasilkan
juga dapat diusahakan dari pengolahan biogas yang menjadi salah satu jenis
limbah yang dihasilkan dari aktifitas bioenergi. Pengolahan limbah peternakan
kehidupan manusia. Sehingga, diharapkan menjadi biogas ini diharapkan dapat
selain dapat mengurangi emisi gas efek mengurangi ketergantungan pada bahan
rumah kaca juga mengurangi masalah bakar minyak yang mahal dan terbatas,
lingkungan dan meningkatkan nilai dari mengurangi pencemaran lingkungan dan
limbah itu sendiri. Dan salah satu limbah menjadikan peluang usaha bagi peternak
yang dihasilkan dari aktifitas kehidupan karena produknya terutama pupuk kandang
manusia adalah limbah dari usaha banyak dibutuhkan masyarakat.
peternakan sapi yang terdiri dari feses, urin,
2. Tujuan Penullisan Karya Ilmiah
gas dan sisa makanan ternak.

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini


Limbah peternakan khususnya ternak sapi
selain sebagai pemenuhan tugas dari Mata
merupakan bahan buangan dari usaha
Kuliah Penyajian Ilmiah pada Program
peternakan sapi yang selama ini juga
Pasca Sarjana Pengelolaan Sumber Daya
menjadi salah satu sumber masalah dalam
Alam dan Lingkungan Universitas Bengkulu
kehidupan manusia sebagai penyebab
juga ingin membahas tentang limbah dari
menurunnya mutu lingkungan melalui
usaha peternakan sapi berupa kotoran sapi
pencemaran lingkungan, menggangu
yang merupakan campuran feses dan urin
kesehatan manusia dan juga sebagai salah
ternak sapi serta sisa pakan karena yang Badan Peserikatan Bangsa Bangsa (PBB),
sebelumnya kurang dipandang ada Panel Antarpemerintah Tentang Perubahan
manfaatnya menjadi suatu yang bermanfaat Iklim atau disebut International Panel on
dalam mengurangi ketergantungan pada Climate Change (IPCC), menyebutkan
penggunaan sumber energi fosil. penggunaan bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, batu bara dan gas alam telah
B. PEMBAHASAN
menyumbangkan cukup besar emisi gas efek
rumah kaca yaitu karbon dioksida ke
1. Bioenergi sebagai Energi Alternatif
atmosfer bumi yang ikut andil dalam proses
Sumber daya energi mempunyai peran pemanasan global (global warming).
penting dalam semua aspek pembangunan
Pemanasan global memberikan dampak
ekonomi nasional. Energi diperlukan untuk
sangat negatif pada stabilitas kehidupan
pertumbuhan kegiatan industri, jasa,
manusia antara lain menyebabkan iklim
perhubungan dan rumah tangga. Dalam
tidak stabil, peningkatan suhu permukaan
jangka panjang, peran energi akan lebih
laut, suhu global dunia akan cenderung
berkembang untuk mendukung pertumbuhan
meningkat, gangguan ekologis serta
sektor industri dan kegiatan lain yang
berdampak pada kehidupan sosial dan
terkait. Meskipun Indonesia adalah salah
politik.
satu negara penghasil batu bara, minyak
bumi dan gas, namun dengan berkurangnya
Kondisi ini sangat memprihatinkan,
cadangan minyak dan penghapusan subsidi
ketergantungan terhadap sumber energi
menyebabkan harga minyak naik dan
tidak dapat dihindarkan, dengan semakin
kualitas lingkungan yang menurun akibat
majunya peradaban manusia maka
penggunaan bahan bakar fosil yang
kebutuhan akan sumber energi dalam setiap
berlebihan.
sektor kehidupan sangatlah besar.
Ketergantungan masyarakat Indonesia
Akibat penggunaan bahan bakar fosil (fuel
terhadap bahan bakar minyak sangatlah
fosil) dalam jangka panjang ternyata telah
besar. Berdasarkan data ESDM (2006),
memberikan implikasi negatif terhadap
minyak bumi mendominasi 52,5%
kehidupan di dunia. Hasil penelitian dari
pemakaian energi di Indonesia, gas bumi
sekelompok peneliti di bawah naungan
sebesar 19%, batu bara 21,5%, air 3,7%,
panas bumi 3% dan energi terbarukan data ESDM (2006), cadangan minyak bumi
(renewable) hanya sekitar 0,2% daro total Indonesia hanya sekitar 9 miliar barel per
penggunaan energi. tahun dan produksi Indonesia hanya sekitar
900 juta barel per tahun. Jika terus

Tabel 1. Ketersediaan energi fosil di Indonesia

Energi Fosil Minyak Bumi Gas Batu Bara


Sumber daya 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 57 miliar ton

Cadangan 9 miliar barel 182 TSCF 19,3 miliar ton


(proven+posibble)

Produksi per tahun


500 juta barel 3,0 TSCF 130 juta ton
Ketersediaan (tanpa
eksplorasi)

Cadangan /Produksi (Tahun)

23 62 146

Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2006

Dengan melihat implikasi negatif dari dikonsumsi dan tidak ditemukan cadangan
penggunaan bahan bakar fosil terhadap minyak baru atau tidak ditemukan teknologi
lingkungan dan keterbatasan persediaan baru untuk meningkatkan recovery minyak
telah mendorong kepada pencarian sumber bumi, diperkirakan cadangan minyak bumi
energi alternatif yang diharapakan juga Indonesia habis dalam waktu dua puluh tiga
ramah lingkungan dan bersifat dapat tahun mendatang (lihat tabel 1).
diperbaharui (renewable). Padahal menurut
Semakin melambungnya harga Bahan Bakar dengan mengembangkan sumber energi
Minyak (BBM) akibat tingginya harga BBM alternatif yang ramah lingkungan dan
di pasar dunia sangat memberatkan terbarukan (renewable). Salah satu jenis
masyarakat terutama bagi masyarakat yang bahan bakar alternatif yang dimaksud adalah
berada di daerah terpencil yang merupakan bioenergi. Menurut Hambali, dkk., 2007
kantong-kantong masyarakat miskin karena bahwa ada beberapa jenis energi yang bias
harga BBM di lokasi ini bisa naik 2 8 kali dijadikan pengganti bahan bakar fosil seperti
lipat lebih tinggi dari harga di perkotaan. tenaga baterai (fuel cells), panas bumi (geo-
Belum lagi masalah BBM selesai, masalah thermal), tenaga laut (ocean power), tenaga
listrik mencuat pula. Pemadaman listrik matahari (solar power), tenaga angin (wind
bergiliran menjadi konsumsi masyarakat di power), nuklir dan bioenergi, dan di antara
beberapa daerah. Perusahaan Listrik Negara jenis energi alternatif tersebut, bioenergi
(PLN) dihadapkan kepada masalah kesulitan cocok untuk mengatasi masalah energi
membeli batu bara sebagai bahan bakar karena beberapa kelebihannya
penggerak pembangkit listrik yang dimiliki
Bioenergi selain bisa diperbaharui bersifat
oleh PLN. Kelangkaan batu bara untuk
ramah lingkungan, dapat terurai, mampu
usaha listrik ini terjadi karena produksi batu
mengeliminasi efek rumak kaca dan
bara Indonesia yang melimbah sebagian
kontinyuitas bahan baku cukup terjamin.
besar (75%) justru diekspor ke luar negeri.
Bahan baku bioenergi dapat diperoleh
Permasalahan kehidupan masyarakat dan dengan cara sederhana yaitu melalui
bumi tidak hanya pada kelangkaan bahan budidaya tanaman penghasil biofuel dan
bakar fosil saja. Ternyata penggunaan bahan memanfaatkan limbah yang ada di sekitar
bakar fosil yang terus menerus dan jumlah kehidupan manusia (Setiawan, 2008).
besar memberikan implikasi negatif bagi
Bioenergi yang dikenal sekarang ada dua
masalah pencemaran lingkungan dan
bentuk yaitu tradisional dan modern.
menyumbang terjadinya pemanasan global
Bioenergi tradisional yang sering ditemui
yang berdampak negatif kepada kehidupan
yaitu kayu bakar, sedangkan bioenergi
makhluk hidup di bumi.
modern diantaranya adalah bioetanol,
Sudah saatnya Indonesia mengurangi biodiesel, PPO atau SVO dan biogas.
ketergantungan pada bahan bakar minyak Bioenergi diturunkan dari biomassa yaitu
material yang dihasilkan oleh mahluk hidup salah satu sumber bahan yang dapat
(tanaman, hewan dan mikroorganisme). dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas.
Indonesia memiliki banyak sumber daya Namun di sisi lain perkembangan atau
alam hayati yang dapat dimanfaatkan pertumbuhan industri peternakan
sebagai bahan baku bionergi. menimbulkan masalah bagi lingkungan
Pengembangan bioenergi sebagai sumber seperti menumpuknya limbah peternakan
energi alternatif sangat cocok diaplikasikan termasuknya didalamnya limbah peternakan
karena didukung dengan oleh ketersediaan sapi. Limbah ini menjadi polutan karena
lahan yang mencukupi untuk dekomposisi kotoran ternak berupa BOD
membudidayakan tanaman dan ternak dan COD (Biological/Chemical Oxygen
penghasil biofuel. Demand), bakteri patogen sehingga
menyebabkan polusi air (terkontaminasinya
Indonesia memiliki sumber daya lahan yang
air bawah tanah, air permukaan), polusi
sangat luas untuk pengembangan berbagai
udara dengan debu dan bau yang
komoditas pertanian. Luas daratan Indonesia
ditimbulkannya.
mencapai 188,20 juta ha, yang terdiri atas
148 juta ha lahan kering dan 40,20 juta ha Biogas merupakan renewable energy yang
lahan basah, dengan jenis tanah, iklim, dapat dijadikan bahan bakar alternatif untuk
fisiografi, bahan induk (volkan yang subur), menggantikan bahan bakar yang berasal dari
dan elevasi yang beragam.Kondisi ini fosil seperti minyak tanah dan gas alam
memungkinkan untuk pengusahaan berbagai (Houdkova et.al., 2008). Biogas juga
jenis tanaman,termasuk komoditas penghasil sebagai salah satu jenis bioenergi yang
bioenergi (Mulyani dan Las, 2008). Dan didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan
beberapa bahan baku bioenergi adalah jika bahan-bahan organik seperti kotoran
kelapa sawit, sagu, kelapa, ubi kayu, jarak ternak, kotoran manusia, jerami, sekam dan
pagar, tebu, jagung dan limbah peternakan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi
(Hambali, dkk., 2007). atau mengalami proses metanisasi (Hambali
E., 2008).
2. Biogas dari Limbah Peternakan Sapi
Gas metan ini sudah lama digunakan oleh
Limbah peternakan seperti feses, urin
warga Mesir, China, dan Roma kuno untuk
beserta sisa pakan ternak sapi merupakan
dibakar dan digunakan sebagai penghasil
panas. Sedangkan proses fermentasi lebih Gas ini berasal dari berbagai macam limbah
lanjut untuk menghasilkan gas metan ini organik seperti sampah biomassa, kotoran
pertama kali ditemukan oleh Alessandro manusia, kotoran hewan dapat dimanfaatkan
Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang menjadi energi melalui proses anaerobik
dapat terbakar ini dilakukan oleh Willam digestion (Pambudi, 2008). Biogas yang
Henry pada tahun 1806. Dan Becham (1868) terbentuk dapat dijadikan bahan bakar
murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) karena mengandung gas metan (CH4) dalam
adalah orang pertama yang memperlihatkan persentase yang cukup tinggi. Komponen
asal mikrobiologis dari pembentukan gas biogas tersajikan pada Tabel 2.
metan.

Tabel 2. Komponen penyusun biogas

Jenis Gas Persentase


Metan (CH4) 50-70%

Karbondioksida (CO2) 30-40%

Air (H2O) 0,3%

Hidrogen sulfide (H2S) Sedikit sekali

Nitrogen (N2) 1- 2%

Hidrogen 5-10%

Sumber : Bacracharya, dkk., 1985

Sebagai pembangkit tenaga listrik, energi yang dihasilkan oleh biogas setara dengan 60
100 watt lampu selama 6 jam penerangan. Kesetaraan biogas dibandingkan dengan bahan bakar
lain dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan


Aplikasi 1m3 Biogas setara dengan
Elpiji 0,46 kg

Minyak tanah 0,62 liter

1 m3 biogas Minyak solar 0,52 liter

Kayu bakar 3,50 kg

Sumber : Wahyuni, 2008

Biogas sebagai salah satu sumber energi kenaikan harga LPG (Liquefied Petroleum
yang dapat diperbaharui dapat menjawab Gas), premium, minyak tanah, minyak solar,
kebutuhan akan energi sekaligus minyak diesel dan minyak bakar telah
menyediakan kebutuhan hara tanah dari mendorong pengembangan sumber energi
pupuk cair dan padat yang merupakan hasil elternatif yang murah, berkelanjutan dan
sampingannya serta mengurangi efek rumah ramah lingkungan (Nurhasanah dkk., 2006).
kaca. Pemanfaatan biogas sebagai sumber
Peningkatan kebutuhan susu dan
energi alternatif dapat mengurangi
pencanangan swasembada daging tahun
penggunaan kayu bakar. Dengan demikian
2010 di Indonesia telah merubah pola
dapat mengurangi usaha penebangan hutan,
pengembangan agribisnis peternakan dari
sehingga ekosistem hutan terjaga. Biogas
skala kecil menjadi skala menengah/besar.
menghasilkan api biru yang bersih dan tidak
Di beberapa daerah telah berkembang
menghasilkan asap.
koperasi susu, peternakan sapi pedaging
Energi biogas sangat potensial untuk melalui kemitraan dengan perkebunaan
dikembangkan kerena produksi biogas kelapa sawit dan sebagainya. Kondisi ini
peternakan ditunjang oleh kondisi yang mendukung ketersediaan bahan baku biogas
kondusif dari perkembangkan dunia secara kontinyu dalam jumlah yang cukup
peternakan sapi di Indonesia saat ini. untuk memproduksi biogas.
Disamping itu, kenaikan tarif listrik,
Pemanfaatan limbah peternakan khususnya dimanfaatkannya kegiatan ini
kotoran ternak sapi menjadi biogas sebagai usulan untuk
mendukung konsep zero waste sehingga mekanisme pembangunan bersih
sistem pertanian yang berkelanjutan dan (Clean Development
ramah lingkungan dapat dicapai. Mechanism).

Menurut Santi (2006), beberapa keuntungan


penggunaan kotoran ternak sebagai
3. Pengolahan Limbah Peternakan Sapi
penghasil biogas sebagai berikut :
Menjadi Biogas
1. Mengurangi pencemaran
Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi
lingkungan terhadap air dan
biogas pada prinsipnya menggunakan
tanah, pencemaran udara (bau).
metode dan peralatan yang sama dengan
2. Memanfaatkan limbah ternak
pengolahan biogas dari biomassa yang lain.
tersebut sebagai bahan bakar
Adapun alat penghasil biogas secara
biogas yang dapat digunakan
anaerobik pertama dibangun pada tahun
sebagai energi alternatif untuk
1900. Pada akhir abad ke-19, riset untuk
keperluan rumah tangga.
menjadikan gas metan sebagai biogas
3. Mengurangi biaya pengeluaran
dilakukan oleh Jerman dan Perancis pada
peternak untuk kebutuhan
masa antara dua Perang Dunia. Selama
energi bagi kegiatan rumah
Perang Dunia II, banyak petani di Inggris
tangga yang berarti dapat
dan Benua Eropa yang membuat alat
meningkatkan kesejahteraan
penghasil biogas kecil yang digunakan
peternak.
untuk menggerakkan traktor. Akibat
4. Melaksanakan pengkajian
kemudahan dalam memperoleh BBM dan
terhadap kemungkinan
harganya yang murah pada tahun 1950-an,
dimanfaatkannya biogas untuk
proses pemakaian biogas ini mulai
menjadi energi listrik untuk
ditinggalkan. Tetapi, di negara-negara
diterapkan di lokasi yang masih
berkembang kebutuhan akan sumber energi
belum memiliki akses listrik.
yang murah dan selalu tersedia selalu ada.
5. Melaksanakan pengkajian
Oleh karena itu, di India kegiatan produksi
terhadap kemungkinan
biogas terus dilakukan semenjak abad ke-19. dari kotoran dan potongan-potongan kecil
Saat ini, negara berkembang lainnya, seperti sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan
China, Filipina, Korea, Taiwan, dan Papua sebagainya serta air yang cukup banyak.
Nugini telah melakukan berbagai riset dan
Proses fermentasi memerlukan kondisi
pengembangan alat penghasil biogas. Selain
tertentu seperti rasio C : N, temperatur,
di negara berkembang, teknologi biogas juga
keasaman juga jenis digester yang
telah dikembangkan di negara maju seperti
dipergunakan. Kondisi optimum yaitu pada
Jerman.
temperatur sekitar 32 35C atau 50 55C
Pada prinsipnya teknologi biogas adalah dan pH antara 6,8 8 . Pada kondisi ini
teknologi yang memanfaatkan proses proses pencernaan mengubah bahan organik
fermentasi (pembusukan) dari sampah dengan adanya air menjadi energi gas.
organik secara anaerobik (tanpa udara) oleh
Jika dilihat dari segi pengolahan limbah,
bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan
proses anaerobik juga memberikan beberapa
(Nandiyanto, 2007). Menurut Haryati
keuntungan lain yaitu menurunkan nilai
(2006), proses pencernaan anaerobik
COD dan BOD, total solid, volatile solid,
merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu
nitrogen nitrat dan nitrogen organic, bakteri
proses pemecahan bahanorganik oleh
coliform dan patogen lainnya, telur insek,
aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
parasit, dan bau.
asidogenik pada kondisi tanpa udara, bakteri
ini secara alami terdapat dalam limbah yang
Proses pencernaan anaerobik, yang
mengandung bahan organik, seperti kotoran
merupakan dasar dari reaktor biogas yaitu
binatang, manusia, dan sampah organik
proses pemecahan bahan organik oleh
rumah tangga. Gas metan adalah gas yang
aktifitas bakteri metanogenik dan bakteri
mengandung satu atom C dan 4 atom H
asidogenik pada kondisi tanpa udara. Bakteri
yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas
ini secara alami terdapat dalam limbah yang
metan yang dihasilkan kemudian dapat
mengandung bahan organik, seperti kotoran
dibakar sehingga dihasilkan energi panas.
binatang, manusia, dan sampah organik
Bahan organik yang bisa digunakan sebagai
rumah tangga.
bahan baku industri ini adalah sampah
organik, limbah yang sebagian besar terdiri
Menurut Haryati (2006), pembentukan Jika dilihat analisa dampak lingkungan
biogas meliputi tiga tahap proses yaitu: terhadap lumpur keluaran (slurry) dari
digester menunjukkan penurunan COD
1. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi
sebesar 90% dari kondisi bahan awal dan
penguraian bahan-bahan organik
pebandingan BOD/COD sebesar 0,37 lebih
mudah larut dan pemecahan
kecil dari kondisi normal limbah cair
bahan organik yang komplek
BOD/COD = 0,5. Sedangkan unsur utama N
menjadi sederhana dengan
(1,82%), P (0,73%) dan K (0,41%) tidak
bantuan air (perubahan struktur
menunjukkan perbedaan yang nyata
bentuk polimer menjadi bentuk
dibandingkan pupuk kompos (referensi: N
monomer).
(1,45%), P (1,10%) dan K (1,10%) (Widodo
2. Pengasaman, pada tahap
dkk., 2006). Berdasarkan hasil penelitian,
pengasaman komponen
hasil samping pupuk ini mengandung lebih
monomer (gula sederhana) yang
sedikit bakteri patogen sehingga aman untuk
terbentuk pada tahap hidrolisis
pemupukan sayuran/buah, terutama untuk
akan menjadi bahan makanan
konsumsi segar (Widodo dkk., 2006).
bagi bakteri pembentuk asam.
Produk akhir dari perombakan Saat ini berbagai jenis bahan dan ukuran
gula-gula sederhana tadi yaitu peralatan biogas telah dikembangkan
asam asetat, propionat, format, sehingga dapat disesuaikan dengan
laktat, alkohol, dan sedikit karakteristik wilayah, jenis, jumlah dan
butirat, gas karbondioksida, pengelolaan kotoran ternak. Peralatan dan
hidrogen dan ammonia. proses pengolahan dan pemanfaatan biogas
3. Metanogenik, pada tahap ditampilkan pada gambar berikut.
metanogenik terjadi proses
Digester dapat dibuat dari bahan plastik
pembentukan gas metan. Bakteri
Polyetil Propilene (PP), fiber glass atau
pereduksi sulfat juga terdapat
semen, sedangkan ukuran bervariasi mulai
dalam proses ini yang akan
dari 4 35 m3. Biogas dengan ukuran
mereduksi sulfat dan komponen
terkecil dapat dioperasikan dengan kotoran
sulfur lainnya menjadi hydrogen
ternak 3 ekor sapi.
sulfida.
Cara Pengoperasian Unit Pengolahan bakar, kompor biogas dapat
(Digester) Biogas seperti terjabar dalam Seri dioperasikan.
Bioenergi Pedesaan Direktorat Pengolahan 4. Pengisian bahan biogas
Hasil Pertanian Direktorat Jenderal selanjutnya dapat dilakukan
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian setiap hari, yaitu sebanyak kira-
Departemen Pertanian tahun 2009 sebagai kira 10% dari volume digester.
berikut : Sisa pengolahan bahan biogas
berupa sludge secara otomatis
1. Buat campuran kotoran ternak
akan keluar dari lubang
dan air dengan perbandingan 1 :
pengeluaran (outlet) setiap kali
2 (bahan biogas).
dilakukan pengisian bahan
2. Masukkan bahan biogas ke
biogas. Sisa hasil pengolahan
dalam digester melalui lubang
bahan biogas tersebut dapat
pengisian (inlet) hingga bahan
digunakan sebagai pupuk
yang dimasukkan ke digester
kandang/pupuk organik, baik
ada sedikit yang keluar melalui
dalam keadaan basah maupun
lubang pengeluaran (outlet),
kering.
selanjutnya akan berlangsung
proses produksi biogas di dalam Biogas yang dihasilkan dapat ditampung
digester. dalam penampung plastik atau digunakan
3. Setelah kurang lebih 8 hari langsung pada kompor untuk memasak,
biogas yang terbentuk di dalam menggerakan generator listrik, patromas
digester sudah cukup banyak. biogas, penghangat ruang/kotak penetasan
Pada sistem pengolahan biogas telur dan lain sebagainya.
yang menggunakan bahan
Untuk memanfaatkan kotoran ternak sapi
plastik, penampung biogas akan
menjadi biogas, diperlukan beberapa syarat
terlihat mengembung dan
yang terkait dengan aspek teknis,
mengeras karena adanya biogas
infrastruktur, manajemen dan sumber daya
yang dihasilkan. Biogas sudah
manusia. Bila faktor tersebut dapat dipenuhi,
dapat digunakan sebagai bahan
maka pemanfaatan kotoran ternak menjadi
biogas sebagai penyediaan energi di 400 ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki
pedesaan dapat berjalan dengan optimal. lebih dari jumlah tersebut, maka dapat
dipilihkan biogas dengan kapasitas yang
Menurut Sulaeman (2008), terdapat sepuluh
lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau
faktor yang dapat mempengaruhi optimasi
beberapa biogas skala rumah tangga.
pemanfaatan kotoran ternak sapi menjadi
biogas yaitu: 3. Pola Pemeliharaan Ternak

1. Ketersediaan ternak Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga


agar biogas dapat berfungsi optimal.
Jenis jumlah dan sebaran ternak di suatu
Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila
daerah dapat menjadi potensi bagi
ternak dipelihara dengan cara dikandangkan
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas
dibandingkan dengan cara digembalakan.
dijalankan dengan memanfaatkan kotoran
ternak. Kotoran ternak yang dapat diproses 4. Ketersediaan Lahan
menjadi biogas berasal dari ternak
Untuk membangun biogas diperlukan lahan
ruminansia dan non ruminansia seperti sapi
disekitar kandang yang luasannya
potong, sapi perah dan babi; serta unggas.
bergantung pada jenis dan kapasitas biogas.
Jenis ternak mempengaruhi jumlah kotoran Lahan yang dibutuhkan untuk membangun
yang dihasilkannya. Untuk menjalankan biogas skala terkecil (skala rumah tangga)
biogas skala individual atau rumah tangga adalah 14 m2 (7m x 2m). Sedangkan skala
diperlukan kotoran ternak dari 3 ekor sapi, komunal terkecil membutuhkan lahan
atau 7 ekor babi, atau 400 ekor ayam. sebesar 40m2 (8m x 5m).

2. Kepemilikan Ternak 5. Tenaga Kerja

Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak Untuk mengoperasikan biogas diperlukan
menjadi dasar pemilihan jenis dan kapasitas tenaga kerja yang berasal dari
biogas yang dapat digunakan. Saat ini peternak/pengelola itu sendiri. Hal ini
biogas kapasitas rumah tangga terkecil dapat penting mengingat biogas dapat berfungsi
dijalankan dengan kotoran ternak yang optimal bila pengisian kotoran ke dalam
berasal dari 3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau
reaktor dilakukan dengan baik serta tersedia dan sarana penunjang yang dimiliki.
dilakukan perawatan peralatannya. Pemasukan kotoran ini dapat dilakukan
secara manual dengan cara diangkut atau
Banyak kasus mengenai tidak beroperasinya
melalui saluran.
atau tidak optimalnya biogas disebabkan
karena: pertama, tidak adanya tenaga kerja 7. Kebutuhan Energi
yang menangani unit tersebut; kedua,
Pengelolaan kotoran ternak melalui proses
peternak/pengelola tidak memiliki waktu
reaktor an-aerobik akan menghasilkan gas
untuk melakukan pengisian kotoran karena
yang dapat digunakan sebagai energi.
memiliki pekerjaan lain selain memelihara
Dengan demikian, kebutuhan peternak akan
ternak.
energi dari sumber biogas harus menjadi
6. Manajemen Limbah/Kotoran salah satu faktor yang utama. Hal ini
mengingat, bila energi lain berupa listrik,
Manajemen limbah/kotoran terkait dengan
minyak tanah atau kayu bakar mudah,
penentuan komposisi padat cair kotoran
murah dan tersedia dengan cukup di
ternak yang sesuai untuk menghasilkan
lingkungan peternak, maka energi yang
biogas, frekuensi pemasukan kotoran, dan
bersumber dari biogas tidak menarik untuk
pengangkutan atau pengaliran kotoran
dimanfaatkan.
ternak ke dalam raktor.
Bila energi dari sumber lain tersedia,
Bahan baku (raw material) reaktor biogas
peternak dapat diarahkan untuk mengolah
adalah kotoran ternak yang komposisi padat
kotoran ternaknya menjadi kompos atau
cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 2. Pada
kompos cacing (kascing).
peternakan sapi perah komposisi padat cair
kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun 8. Jarak (kandang-reaktor biogas-rumah)
pada peternakan sapi potong perlu
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas
penambahan air agar komposisinya menjadi
dapat dimanfaatkan untuk memasak,
sesuai.
menyalakan petromak, menjalankan
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan generator listrik, mesin penghangat
secara berkala setiap hari atau setiap 2 hari telur/ungas dll. Selain itu air panas yang
sekali tergantung dari jumlah kotoran yang
dihasilkan dapat digunakan untuk proses Sarana pendukung dalam pemanfaatan
sanitasi sapi perah. biogas terdiri dari saluran air/drainase, air
dan peralatan kerja. Sarana ini dapat
Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila
mempermudah operasional dan perawatan
jarak antara kandang ternak, reaktor biogas
instalasi biogas. Saluran air dapat digunakan
dan rumah peternak tidak telampau jauh dan
untuk mengalirkan kotoran ternak dari
masih memungkinkan dijangkau instalasi
kandang ke reaktor biogas sehingga kotoran
penyaluran biogas. Karena secara umum
tidak perlu diangkut secara manual. Air
pemanfaatan energi biogas dilakukan di
digunakan untuk membersihkan kandang
rumah peternak baik untuk memasak dan
ternak dan juga digunakan untuk membuat
keperluan lainnya.
komposisi padat cair kotoran ternak yang
sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan
9. Pengelolaan Hasil Samping Biogas
untuk mempermudah/meringankan
Pengelolaan hasil samping biogas ditujukan pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
untuk memanfaatkannya menjadi pupuk cair
4. Potensi Pengembangan Biogas dari
atau pupuk padat (kompos). Pengeolahannya
Limbah Peternakan Sapi di Indonesia
relatif sederhana yaitu untuk pupuk cair
dilakukan fermentasi dengan penambahan
Pada umumnya peternak sapi di Indonesia
bioaktivator agar unsur haranya dapat lebih
mempunyai rata- rata 2 5 ekor sapi dengan
baik, sedangkan untuk membuat pupuk
lokasi yang tersebar tidak berkelompok.
kompos hasil samping biogas perlu
Sehingga penanganan limbahnya baik itu
dikurangi kandungan airnya dengan cara
limbah padat, cair maupun gas seperti feses
diendapkan, disaring atau dijemur.
dan urin maupun sisa pakan dibuang ke
lingkungan sehingga menyebabkan
Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat
pencemaran. Pengolahan limbah secara
digunakan sendiri atau dijual kepada
sederhana hanya dengan pemanfaatannya
kelompok tani setempat dan menjadi sumber
sebagai pupuk organik. (Deptan, 2006)
tambahan pandapatan bagi peternak.

Diketahui sapi dengan bobot 450 kg


10. Sarana Pendukung
menghasilkan limbah berupa feses dan urin
lebih kurang 25 kg per hari (Deptan, 2006).
Dan apabila tidak dilakukan penanganan Teknologi biogas adalah suatu teknologi
secara baik maka akan menimbulkan yang dapat digunakan dimana saja selama
masalah pencemaran lingkungan udara, tersedia limbah yang akan diolah dan cukup
tanah dan air serta penyebaran penyakit air. Di negara maju perkembangan teknologi
menular. Sehingga sangat diperlukan usaha biogas sejalan dengan perkembangan
untuk mengurangi dampak negatif dari teknologi lainnya. Untuk kondisi di
kegiatan peternakan sapi salah satunya Indonesia, teknologi biogas dapat dibangun
dengan melakukan penanganan yang baik dengan kepemilikan kolektif dan dipelihara
terhadap limbah yang dihasilkan melalui secara bersama. Seperti yang dicanangkan
biogas. oleh Direktorat Budidaya Ternak
Ruminansia Direktorat Jenderal Peternakan
Hasil biogas dari rata 3 5 ekor sapi
Departemen Pertanian Republik Indonesia
tersebut setara dengan 1-2 liter minyak
melalui program Pengembangan Biogas
tanah/hari (Deptan, 2006). Dengan demikian
Ternak bersama Masyarakat (BATAMAS)
keluarga peternak yang sebelumnya
yang dimulai pada tahun 2006.
menggunakan minyak tanah untuk memasak
bisa menghemat penggunaan minyak tanah Beberapa alasan mengapa biogas belum
1-2 liter/hari. Pemanfaatan biogas di popular penggunaannya di kalangan
Indonesia sebagai energi alternatif sangat peternak atau kalaupun sudah ada banyak
memungkinkan untuk diterapkan di yang tidak lagi beroperasi, yaitu kurang
masyarakat, apalagi sekarang ini harga sosialisasi, teknologi yang diterapkan
bahan bakar minyak yang makin mahal dan kurang praktis dan perlu pemeliharaan yang
kadang-kadang langka keberadaannya. seksama dan kurangnya pengetahuan para
Besarnya potensi Limbah biomassa padat di petani tentang pemeliharaan digester.
seluruh Indonesia seperti kayu dari kegiatan
Teknologi biogas dapat dikembangkan
industri pengolahan hutan, pertanian dan
dengan input teknologi yang sederhana
perkebunan; limbah kotoran hewan,
dengan bahan-bahan yang tersedia di
misalnya kotoran sapi, kerbau, kuda, dan
pasaran lokal. Energi biogas juga dapat
babi juga dijumpai di seluruh provinsi
diperoleh dari air buangan rumah tangga;
Indonesia dengan kualitas yang berbeda-
kotoran cair dari peternakan ayam, babi;
beda.
sampah organik dari pasar, industri makanan Bajracharya, T.R., A. Dhungana., N.
dan sebagainya. Thapaliya dan G. Hamal. 1985. Purification
and Compression of Biogas : Research
Disamping itu, usaha lain yang dapat
Experience. Journal of The Institute of
bersinergi dengan kegiatan ini adalah
Engineering 7 (1): 1 9.
peternakan cacing untuk pakan ikan/unggas,
industri tahu/tempe dapat menghasilkan Departemen Pertanian. 2009. Pemanfaatan
ampas tahu yang dapat dimanfaatkan Limbah dan Kotoran Ternak Menjadi
sebagai pakan sapi dan limbah cairnya Energi Biogas. Seri Bioenergi Pedesaaan.
sebagai bahan input produksi biogas. Direktorat Jenderal Hasil Pertanian
Industri kecil pendukung juga dapat Direktorat Jenderal Pengolahan dan
berkembang, seperti industri bata merah, Pemasaran Hasil Pertanian, Jakarta.
industri kompor gas, industri lampu
Departemen Pertanian. 2007. Biogas untuk
penerangan, pemanas air dan sebagainya.
Generator Listrik Skala Rumah Tangga.
Sehingga pengembangan teknologi biogas
Warta Penelitian dan Pengembangan
secara langsung maupun tidak langsung
Pertanian, Vol. 29 No. 2. Balai Besar
diharapkan dapat menciptakan lapangan
Mekanisasi Pengembangan Mekanisasi
kerja baru di pedesaan.
Pertanian, Jakarta.
Pemanfaatan biogas sebagai sumber energi
Departemen Pertanian. 2006.
pada industri kecil berbasis pengolahan hasil
Pengembangan Biogas Ternak Bersama
pertanian dapat memberikan multiple effect
Masyarakat (BATAMAS). Direktorat
dan dapat menjadi penggerak dinamika
Budidaya Ternak Ruminansia, Jakarta.
pembangunan pedesaan. Selain itu, dapat
juga dipergunakan untuk meningkatkan nilai
Departemen Jenderal Listrik dan
tambah dengan cara pemberian green
Pemanfaatan Energi Pokok-pokok Pikiran
labelling pada produk-produk olahan yang
dan Permasalahan Pemanfaatan Biofuel.
di proses dengan menggunaan green energy
2006. Seminar Nasional Biofuel
(Widodo dkk., 2006).
Implementasi Biofuel sebagai Energi
Alternatif.
DAFTAR PUSTAKA
Hambali, E., S. Mujdalipah., A.H. Sulaeman, D. 2008. Sepuluh Faktor Sukses
Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak.
Tambunan., A.W. Pattiri dan R. Hendroko.
http://www.agribisnis.deptan.gp.id/layanan.inf.
2007. Teknologi Bioenergi. PT Agromedia (10 Agustus 2009).
Pustaka, Jakarta. Wahyuni, S. 2008. Biogas. PT. Penebar
Swadaya. Jakarta
Haryati, T., 2006. Biogas : Limbah
Widodo, T.W., A. Nurhasanah., A. Asari dan A.
Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Unadi. 2006. Pemanfaatan Energi Biogas untuk
Alternatif. Jurnal Wartazoa 6(3) : 160 169. Mendukung Agribisnis di Pedesaan.
http://www.mekanisasi.litbang.go.id (10
Agustus 2009).
Houdkova L., J. Boran., J. Pecek and P.
Sumpela. 2008. Biogas-A Renewable Source Setiawan, A.I. 2008. Memanfaatkan Kotoran
Ternak Solusi Masalah Lingkungan dan
of Energy. Journal of Thermal Science 12(4) Pemanfaatan Energi Alternatif. PT. Penebar
: 27 -33. Swadaya. Jakarta.

Mulyani, A. dan I. Las. 2008. Potensi


Sumber Daya Lahan dan Optimalisasi
Pengembangan Komoditas Penghasil
Bioenergi di Indonesia. Jurnal Litbang
Pertanian 27 (1) : 31 41.

Nurhasanah, A., T.W. Widodo., A. Asari


dan E. Rahmarestia. 2006. Perkembangan
Digester Biogas di Indonesia.
http://www.mekanisasi.litbang.go.id. (10
Agustus 2009).

Pambudi, N.A.2008. Pemanfaatan Biogas


sebagai Energi Alternatif.
http://www.dikti.org/?q=node/99 (08
September 2009).

Ridwan. 2006. Kotoran Ternak sebagai Pupuk


dan Sumber Energi. Diterbitkan pada Harian
Independen Singgalang. Rabu, 1 Februari 2006.

Anda mungkin juga menyukai